Anda di halaman 1dari 30

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ikan marupakan organisme akuatik yang memiliki organ kompleks dan terdiri atas beberapa sistem organ yang saling bekerja sama melakukan aktivitas hidup. Ikan termasuk hewan berdarah dingin artinya suhu tubuhnya mengikuti suhu lingkungan srkitar. Ikan umumnya bernafas dengan insang, tetapi ada juga yang dilengkapi dengan labirin yang kerjanya seperti paru-paru. Ikan terdapat di daerah laut dan daerah perikanan darat. Ikan dapat dibagi ke dalam tiga golongan yaitu ikan peliharaan, ikan buas, dan ikan liar. Salah satu jenis ikan peliharaan adalah Nilem (Osteochillus hasselti) dimana spesies ini banyak dikenal oleh masyarakat luasMorfologi antara ikan Nilem jantan dan betina mempunyai perbedaan. Ikan Nilem betina bentuknya membulat, kurang gesit, bagian operculum halus, perut mengembang ke arah samping dan ke arah lubang pelepasan serta mempunyai gonad yang berwarna kuning. Ikan Nilem jantan perutnya lebih ramping, lebih gesit bagian pipih kasar, perut mengembang, dan gonadnya berwarna putih susu. Osteochillus hasselti digunakan untuk praktikum untuk mewakili class pisces. Osteochillus hasselti dipilih karena selain mudah didapat, juga murah harganya. Osteochillus hasselti mempunyai organ-organ penyusun yang lengkap dan jelas sehingga mudah diamati struktur tubuhnya.

B. Tujuan Praktikum ini dilakukan bertujuan untuk mempelajari susunan anatomi tubuh ikan Nilem (Osteocillus hasselti ) baik bagian luar maupun dalam.

II. KERANGKA PEMIKIRAN Osteocillus hasselti adalah salah satu jenis ikan tawar yang dapat tumbuh dengan baik jika dipelihara di kolam atau sawah. Ikan nilem dapat hidup di daerah tinggi dan rendah yaitu pada ketinggian 200-700 meter. Makanan ikan ini berupa hewan-hewan kecil tetapi juga makanan lain seperti dedak dan ampas (Kirwanto, 1986). Susunan tubuh ikan terdiri dari bagian luar dan bagian dalam. Susunan tubuh ikan bagian luar terdiri dari kepala, badan, ekor, mulut, cekung hidung, mata, tutup insang, sisik, gurat sisi, sirip perut, sirip dada, sirip punggung, sirip belakang, dan sirip ekor. Sedangkan susunan tubuh bagian dalam adalah saluran pencernaan, gelembung renang, kelenjar pencernaan, insang, jantung, kelenjar kelamin, dan ginjal (Prawirohartono, 1989). Mulut berahang, skeleton sebagian atau seluruhnya bertulang menulang. Kondrokranium (kranium tulng rawan) dilengkapi oleh tulang dermal tubuh membentuk tengkorak majemuk. Sisik bertipe sikloid yang berasal dari mesodermal. Saat stadium embrio ada 6 celah insang, untuk ikan dewasa biasanya tinggal 4 celah. Insang-insang itu tertutup oleh operkulum (Brotowidjoyo, 1993). Kulit atau cutis terdiri atas corium atau dermis dan epidermis. Corium terdiri atas jaringan pengikat. Epidermis yang melapisinya dari sebelah luar ialah epithelium. Di antara cel-cel epithelium terdapat kelenjar unicelluler yang mengeluarkan lendir lendir ini menyebabkan kulit ikan menjadi licin. Dalam corium terdapat chromatophor-chromatophor ialah sel-sel yang mengandung butir-butir pigment,

yang menentukan warna kulit (Radiopoetro, 1977).

III. ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA A. Alat

Alat yang digunakan adalah bak preparat, pinset, pisau, gunting bedah, jarum penusuk. B. Bahan

Bahan yang digunakan adalah Ikan Nilem (Osteocillus hasselti ), air kran, dan tissue. C. Cara Kerja

Cara kerja praktikum ini adalah sebagai berikut: 1. Ikan Nilem dibius dengan kloroform atau dimatikan dengan jarum penusuk. 2. Ikan digunting mulai dari lubang depan anus, sepanjang garis medioventral tubuh ke arah depan depan sampai dekat sirip dada. 3. Bagian belahan daging sebelah atas dibuka dengan menggunakan pinset, pengguntingan dilanjutkan dari anus ke arah tubuh bagian dorsal yang dilanjutkan ke arah anterior sampai ke tutup insang. 4. Pengguntingan bagian kepala dilakukan pada tutup insang bagian dorsal dan ventral sampai ke ujung moncong. 5. Organ-organ dalamnya diamati dan digambar serta diberi keterangan. 6. Untuk Mengetahui otot-otot bagian ekor, maka ekor dipotong melintang dan kemudian diamati.

B. Pembahasan Klasifikasi Osteochillus hasselti menurut Brotowidjoyo (1993) adalah sebagai berikut : Phylum : Chordata Subphylum : Vertebrata Class : Pisces Ordo : Ostariophysi Familia : Cyprinidae Genus : Osteochillus Spesies : Osteochillus hasselti Hasil pengamatan ikan Nilem didapatkan hasil bahwa tubuh ikan Nilem dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu caput (kepala), truncus (badan), dan cauda (ekor). Batas caput mulai dari moncong sampai bagian belakang tutup insang, batas truncus mulai dari belakang tutup insang sampai anus, sedangkan batas cauda mulai dari anus sampai ujung sirip ekor. Bagian pernapasan terluar yang terdapat pada bagian kepala adalah insang dan empat potong tulang-tulang kecil yaitu operculum, preoperculum, interoperculum, dan suboperculum. Rongga insang terletak antara insang dan operculum, lubang insang berupa celah sempit yang melengkung antara gelang bahu dan operculum (Djuhanda, 1981). Osteochillis haselti mempunyai tengkorang, vertebrata, penyokong sirip dan sisik dan kesemuanya dari tulang ikan. Ikan semacam ini hanya satu-satunya vertebrata yang mempunyai insang pada kedua pihak dari tubuhnya dan satu ruangan bersama yang tertutup oleh operculum tulang yang dapat bergerak. Gelang pectoral dihubungkan dengan tengkorak oleh rantai tulang. Selalu ada lubang udara.selaput tipis berpasangan didukung oleh jari-jari tulang yang memancar pada pangkal sirip. Sirp tidak mempunyai penonjolan lunak sirip-sirip ikan lain.pola tulang-tulang tengkorak dan sirip-sirip ikan lain. Pola tulang tulang tengkorak dan sifat dasar sistem saraf dan saluran reproduksinya kelihatan nyata (Djuanda, 1983).

Ikan Nilem tergolong dalam phylum chordata karena mempunyai penyokong tubuh yang tersusun atas ruas-ruas tulang dari cranium, truncus, dan caudal. Ciri-ciri Ikan Nilem yaitu bentuk badannya agak memanjang oksigen yang terdapat dalam air berdifusi ke dalam sel-sel insang. Insang mengandung darah yang mengangkut oksigen dari insang ke jaringan sebelah dalam dari badan. Darah mengalir dari insang ke anyaman kapiler di bagian badan selebihnya, dan pertukaran bahan makanan terjadi dengan jaringan kemudian darah kembali ke jantung. Sistem tersebut telah tertutup karena terdapat di dalam pembuluh di seluruh peredaran (Kimball, 1991). Alat pernafasan yang digunakan adalah insang. Insang berbentuk lembaranlembaran tipis berwarna merah muda dan selalu lambab. Tiap lembar insang terdidri atas sepasang filament yang mangandung banyak lapisan Vesica metatoria (gelembung renang) berfungsi sebagai alat hydrostatis dengan menyesuaikan diri ke dalam air. Penyesuaian ini dilakukan dengan jalan mengeluarkan dan memasukkan (menyerap) gas-gas dari pembuluh darah. Pada ikan tertetipis (lamella). Pada filament terdapat pembuluh darah yang mempunyai banyak kapiler sehingga memungkinkan oksigen berdifusi masuk dan karbondioksida berdifusi keluar. Pada insangf ikan bertulang sejati ditutupi oleh operculum (Milne, 1962). Menurut Hildebrand (1995) ikan Nilem memiliki organ-organ pencernaan berupa intestine, hepar, dan vesica felea. Lien dan vesica felea terdapat disebelah dalam intestine, dan akan tampak setelah intestine direntangkan. Ductus choleoduchtus merupakan saluran pada empedu yang menghubungkan kantung empedu dengan usus melalui saluran empedu pendek. Menurut Storer and Usinger (1961), sistem pencernaan ikan terdiri dari : rahang ikan mempunyai banyak gigi kecil berbentuk kerucut untuk mengunyah makanan dan lidah kecil dalam di dasar rongga mulut membantu gerakan respirasi. Farink terdapat insang di sisi dan samping lalu ke esophagus pendek mengikuti hingga timbul lambung atau gastrum. Pyloric value terpisah belakang dari intestine. Tiga tubular pyloric caeca, fungsi mengabsorpsi, mengambil ke intestine. Tiga hati besar di dalam rongga tubuh dengan kantung empedu dan saluran ke intestine. Pankreasnya tidak jelas. Hepar pisces terdiri dari dua lobi. Vesica felea dari hepar berjalan ductus hepaticus yang kemudian bersatu dengan ductus cysticus yang berjalan dari vesica fellea, dan menjadi ductus choledochus yang bermuara ke dalam duodenum (Radiopoetro, 1977). Menurut Ville et al. (1964), pada sejumlah hewan laut dan hewan air tawar, telur dan sperma dilepaskan ke dalam air di sekitarnya dan fertilisasi terjadi di luar tubuh dan fertilisasi ini disebut fertilisasi eksternal. Ikan jantan terdapat testis yang panjang. Testis terletak ventral dari ren. Ujung caudal mulai vas defferens yang bermuara ke dalam sinus urogenitalis. Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan.

Sistem urinaria atau eksresi pada ikan adalah ren yang terjadi dari mesonephros, ureter yang terjadi dari ductus mesonephridicus, vesica urinaria, dan sinus urogenitalis. Sepasang ren yang memanjang sepanjang dinding dorsal abdomen, kanan dan diri dari linea mediana. Ureter ialah saluran yang keluar dari ren. Selanjutnya, ureter membesar dan membentuk vesica urinaria. Ureter bermuara ke dalam sinus urogenitalis. Sinus urogenitalis bermuara keluar melalui porus urogenitalis yang terdapat caudal dari anus, cranial dari pangkal pinna analis (Radiopoetro, 1977). Telinga ikan hanya terdiri dari telinga dalam berupa saluran-saluran semiskuler sebagai organ keseimbangan. Jantung berkembang baik, sirkulasi menyangkut aliran darah jantung melaluininsang ke seluruh bagian tubuh lain. Tipe ginjal ikan adalah pronepros dan mesonepros (Brotowijoyo,1995). Menurut Radiopoetro (1977), Sistem genitalia pada ikan Nilem betina terdiri dari sepasang ovaria yang panjang. Ovaria ini mempunyai rongga yang ke caudal melanjutkan diri ke dalam oviduct,yang bermuara ke dalam sinus urogenitalis. Setelah umur satu tahun, Osteochillus hasselti biasanya telah dewasa. Fertilisasi dilakukan di dalam air. Telur-telur dilekatkan kepada tumbuh-tumbuhan yang ada di dalam air. Sirip-sirip pada ikan umumnya ada yang berpasangan dan ada yang tidak. Sirip punggung (dorsal fin), sirip ekor (caudal fin), dan sirip dubur (anal fin) disebut sirip tunggal atau sirip tidak brpasangan. Macam-macam sirip ekor dapat dibedakan berdasarkan bentuk sirip tersebut. Bentuk sirip ekor ikan ada yang simetris, apabila lembar sirip ekor bagian dorsal sama besar dan sama bentuk dengan lembar bagian ventral, ada pula bentuk sirip ekor yang asimetris yaitu bentuk kebalikannya. Sirip ikan Nilem (Osteochillus hasselti) mempunyai bentuk bercagak, yaitu terdapat kekukan tajam antara lembar dorsal dengan lembar ventral (Kottelat et al., 1993).

V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Tubuh ikan nilem terdiri atas caput, truncus dan cauda di mana antara caput dan truncus tidak ada batas yang jelas dan sebagai batas antara truncus dan ekor adalah anus. Ikan juga mempunyai indra ke enam yaitu gurat sisi (linea lateralis). 2. Ikan nilem termasuk hewan berdarah dingin, yang artinya suhu tubuhnya menyesuaikan dengan lingkungannya. 3. Ikan nilem mempunyai tipe cycloid yaitu mempunyai garis-garis melingkar dan radier serta di tengahnya terdapat kumpulan pigmen. Dari garis melingkar ini dapat diketahui umur ikan tersebut. 4. Fertilisasi pada ikan nilem adalah fertilisasi eksternal 5. Ikan Nilem memiliki sirip di bagian dada (pectoral fin), perut (abdominal fin), ekor (caudal fin), dubur (anal fin) dan punggung (dorsal fin). 6. Sistem pencernaannya terdiri atas lidah, hati, gastrum, intestine, pankreas, kantung empedu. 7. Sistem pernafasan ikan Nilem terdiri dari insang dan vesica metatoria (gelembung renang). 8. Sistem eksresi atau urinaria pada ikan Nilem terdiri dari ren, ureter, vesica urinaria, dan sinus urogenitalis. 9. Sistem genitalia pada ikan Nilem betina terdiri atas sepasang ovaria yang panjang, oviduct, dan sinus urogenitalis. DAFTAR REFERENSI Brotowidjoyo, M. 1993. Zoologi Dasar. Erlangga, Jakarta. Djuhanda, T. 1981. Anatomi dari Empat Species Hewan vertebrata. Armico, Bandung. Hildebrand, M. 1995. Analysis of Vertebrate Structure. John Willey and Sons, Inc, New York. Jasin, M. 1989. Sistematika Hewan. Sinar Jaya, Surabaya. Kimball, J. W. 1991. Biologi Jilid II. Erlangga, Jakarta. Kirwanto, M. 1986. Mengenal Ikan Air Tawar. KaryaBani, Jakarta. Kottelat, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari & S. Wirjoatmodjo. 1993. Fresh Water Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Periplus Editions Limiter, Jakarta Prawirohartono. 1989. Biologi. Erlangga, Jakarta. Radiopoetro. 1977. Zoologi. Erlangga, Jakarta.

Storer, I. Tracy; Usinger, Robert L. 1957. General of Zoology. Mc Graw Hill Book Company Inc. New York. Ville, C. A., W. F. Walker,and Frederick E. S. 1964. General Zoology Second Edition. W. B. Saunders Company, Philadelphia and London.

Sistem Ekskresi Vertebrata Vertebrata memiliki ginjal seperti manusia, tetapi terdapat beberapa perbedaan dalam struktur dan fungsinya. Perbedaan-perbedaan ini dapat dihubungkan dengan lingkungan hidup hewan tersebut. Pada vertebrata terdapat beberapa tipe ginjal, yaitu pronefros, opistonefros, mesonefros, dan metanefros. Pronefros adalah ginjal yang berkembang pada Ease embrio atau larva yang selanjutnya akan berubah menjadi mesonefros dan akhirnya menjadi metanefros. Opistonefros adalah tipe ginjal yang terdapat pada amfibi dan ikan. Sistem Ekskresi Ikan Alat ekskresi ikan berupa sepasang ginjal yang memanjang (opistonefros) dan berwarna kemerah-merahan. Pada beberapa jenis ikan, seperti ikan mas, saluran ginjal (kemih) menyatu dengan saluran kelenjar kelamin yang disebut saluran urogenital. Saluran urogenital terletak di belakang anus, sedangkan pada beberapa jenis ikan yang lain memiliki kloaka. Karena ikan hidup di air, ikan harus selalu menjaga keseimbangan tekanan osmotiknya. Pada ikan yang bernapas dengan insang, urin dikeluarkan melalui kloaka atau porus urogenitalis; dan karbon dioksida dikeluarkan melalui insang. Pada ikan yang bernapas dengan paru-paru, karbon dioksida dikeluarkan melalui paru-paru; dan urin dikeluarkan melalui kloaka. Mekanisme ekskresi pada ikan yang hidup di air tawar dan air laut berbeda. Ikan yang hidup di air tawar mengeksresikan amonia dan aktif menyerap oksigen melalui insang, serta mengeluarkan urin dalam jumlah yang besar. Sebaliknya, ikan yang hidup di laut akan mengekskresikan amonia melalui urin yang jumlahnya sedikit. Sistem Ekskresi Katak Alat ekskresi utama katak adalah sepasang ginjal (opistonefros) yang terletak di kanan dan kiri tulang belakang. Ginjal berwarna merah kecokelatcokelatan. Ginjal sebagai alat penyaring akan mengeluarkan zat sisa, yaitu garam-garam mineral dan cairan dari

darah. Saluran ekskresi katak merupakan sepasang saluran yang akan bermuara di kloaka. Pada katak jantan, saluran ginjal. dan saluran kelaminnya menyatu, sedangkan pada katak betina tidak. Sistem Ekskresi Reptil Alat ekskresi reptil berupa ginjal (metanefros) yang sudah berkembang sejak masa embrio. Ginjal ini dihubungkan oleh saluran ke kantung kemih dan langsung bermuara ke kloaka. Selain ginjal, pada reptil memiliki kelenjar kulit yang mengliasilkan asam urat tertentu yang berguna untuk mengusir musuh. Sistem Ekskresi Burung Alat ekskresi pada burung terdiri dari ginjal (metanefros), paru-paru, dan kulit. Burung memiliki sepasang ginjal yang berwarna cokelat. Saluran ekskresi terdiri dari ginjal yang menyatu dengan saluran kelamin pada bagian akhir usus (kloaka). Burung mengekskresikan zat berupa asam urat dan garam. Kelebihan larutan garam akan mengalir ke rongga hidung dan keluar melalui nares (lubang hidung). Burung hampir tidak memiliki kelenjar kulit, tetapi memiliki kelenjar minyak yang terdapat pada tunggingnya. Kelenjar minyak berguna untuk meminyaki bulu-bulunya. Referensi

Sistem Ekskresi dan osmoregulasi pada Pisces Sistem Ekskresi Sistem Ekskresi ialah sistem pembuangan proses metabolisme tubuh (berupa gas, cairan, dan padatan melalui kulit, ginjal, dan saluran pencernaan). Sistem eksresi ikan seperti juga pada vertebrata lain, yang mempunyai banyak fungsi antara lain untuk regulasi kadar air tubuh, menjaga keseimbangan garam dan mengeliminasi sisa nitrogen hasil dari metabolisme protein. Alat pengeluaran ikan terdiri dari: Insang yang mengeluarkan CO2 dan H2O Kulit ; kelenjar kulitnya mengeluarkan lendir sehingga tubuhnya licin untuk memudahkan gerak di dalam air. Sepasang ginjal (sebagian besar) yang mengeluarkan urine. Berkembang dua tipe ginjal pada ikan, yaitu; Pronefros,

Ginjal pronefros adalah yang paling primitif, meski terdapat pada perkembangan embrional sebagian besar ikan, tetapi saat dewasa tidak fungsional, fungsinya akan digantikan oleh mesonephros. Perkecualian pada ikanhagfish(Myxine) dan lamprey. Mesonefros Ginjal ikan bertipe mesonefros, berfungsi seperti opistonefros pada embrio emniota. Keduanya mirip, perbedaan prinsip adalah kaitannya dengan sistem peredaran darah, tingkat kompleksitas, dan pada efisiensinya. Jumlah glomerulus ikan air tawar lebih banyak dan diameternya lebih besar dibandingkan dengan ikan laut. Ikan beradaptasi terhadap lingkungannya dengan cara khusus. Terdapat perbedaan adaptasi antara ikan air laut dan ikan air tawar dalam proses eksresi. Keduanya memiliki cara yang berlawanan dalam mempertahankan keseimbangan kadar garam di dalam tubuhnya. Air garam cenderung menyebabkan tubuh terdehidrasi, sedangkan pada kadar garam rendah dapat menyebabkan naiknya konsentrasi garam tubuh. Ginjal ikan harus berperan besar untuk menjaga keseimbangan garam tubuh. Beberapa ikan laut memiliki kelenjar eksresi garam pada insang, yang berperan dalam mengeliminasi kelebihan garam. Ginjal berfungsi untuk menyaring sesuatu yang terlarut dalam air darah dan hasilnya akan dikeluarkan lewat korpus renalis. Tubulus yang bergulung berperan penting dalam menjaga keseimbangan air. Hasil yang hilang pada bagian tubulus nefron, termasuk air dan yang lain, diabsorpsi lagi ke dalam aliran darah. Korpus renalis lebih besar pada ikan air tawar daripada ikan air laut, sehingga cairan tubuh tidak banyak keluar karena penting untuk menjaga over dilusi (agar cairan tubuh tidak terlalu encer). Elasmobranchii, tidak seperti kebanyakan ikan air laut, memiliki korpus renalis yang besar dan mengeluarkan air relatif banyak, seperti pada ikan air tawar. Bangunan seperti kantung kemih pada beberapa jenis ikan hanya untuk penampung urine sementara, dan umumnya hanya berupa perluasan dari bagian akhir duktus ekskretori. OSMOREGULASI Sistem Osmoregulasi ialah sistem pengaturan keseimbangan tekanan osmotik cairan tubuh (air dan darah) dengan tekanan osmotik habitat (perairan). Pengaturan tekanan osmotik cairan tubuh yang layak bagi kehidupan ikan, sehingga proses- proses fisiologis tubuhnya berfungsi normal. Tekanan osmotik () adalah tekanan yang diberikan pada larutan yang dapat menghentikan perpindahan molekul-molekul pelarut ke dalam larutan melalui membran semi permeabel (proses osmosis). Osmoregulasi dilakukan dengan berbagai cara melalui: ginjal

kulit

membran mulut

Osmoregulasi pada ikan air tawar Ikan air tawar cenderung untuk menyerap air dari lingkungannya dengan cara osmosis. Insang ikan air tawar secara aktif memasukkan garam dari lingkungan ke dalam tubuh. Ginjal akan memompa keluar kelebihan air sebagai air seni. Ginjal mempunyai glomeruli dalam jumlah banyak dengan diameter besar. Ini dimaksudkan untuk lebih dapat menahan garam-garam tubuh agar tidak keluar dan sekaligus memompa air seni sebanyak-banyaknya. Ketika cairan dari badan malpighi memasuki tubuli ginjal, glukosa akan diserap kembali pada tubuli proximallis dan garam-garam diserap kembali pada tubuli distal. Dinding tubuli ginjal bersifat impermiable (kedap air, tidak dapat ditembus) terhadap air. Osmoregulasi pada ikan air Laut Urine yang dihasilkan mengandung konsentrasi air yang tinggi. Ikan air laut memiliki konsentrasi garam yang tinggi di dalam darahnya. Ikan air laut cenderung untuk kehilangan air di dalam sel-sel tubuhnya karena proses osmosis. Untuk itu, insang ikan air laut aktif mengeluarkan garam dari tubuhnya. Untuk mengatasi kehilangan air, ikan minumair laut sebanyak-banyaknya. Dengan demikian berarti pula kandungan garam akan meningkat dalam cairan tubuh. Padahal dehidrasi dicegah dengan proses ini dan kelebihan garam harus dihilangkan. Karena ikan laut dipaksa oleh kondisi osmotik untuk mempertahankan air, volume air seni lebih sedikit dibandingkan dengan ikan air tawar. Tubuli ginjal mampu berfungsi sebagai penahan air. Jumlah glomeruli ikan laut cenderung lebih sedikit dan bentuknya lebih kecil daripada ikan air tawar. Ginjal Karakteristik ginjal pada ikan air tawar adalah ginjalnya yang berkembang dengan baik. Ginjal ikan air tawar berukuran besar karena banyak air yang melewatinya. Ginjal teletak di atas rongga perut, di luar peritonium, di bawah tulang punggung dan aorta dorsalis, sebanyak satu pasang, berwarna merah, memanjang. Fungsi Ginjal : 1. menyaring sisa-sisa proses metabolisme untuk dibuang, zat-zat yang diperlukan tubuh diedarkan lagi melalui darah 2. mengatur kekentalan urin yang dibuang untuk menjaga keseimbangan tekanan osmotik cairan tubuh

Gambar srtuktur organ dalam ikan : 1. Hati 2. Perut 3. Usus 4. Jantung 5. Berenang kandung kemih 6. Ginjal 7. Buah pelir 8. Saluran kencing 9. Duktus eferen 10. Kandung kemih 11. Insang Tekanan osmotik cairan tubuh berbeda antara ikan-ikan bertulang benar (Teleostei) yang hidup di laut dengan yang hidup di perairan tawar, demikian juga dengan ikan-ikan bertulang rawan (Elasmobranchii), sehingga struktur dan jumlah ginjalnya juga berbeda, demikian juga dengan sistem osmoregulasinya. Osmoregulasi sangat penting pada hewan air karena tubuh ikan bersifat permeabel terhadap lingkungan maupun lautan garam. Sifat fisik lingkungan yang berbeda menyebabkan ada perbedaan proses osmoregulasi antara ikan air tawar dengan ikan air laut. Urea merupakan produk metabolisme nitrogen, yang dikeluarkan dari tubuh ikan

berupa urin tetapi jumlahnya sedikit. Pada ikan air tawar penyerapan urea dan TMAO berfungsi untuk mempertahankan tekanan osmotik dalam tubuh. REFERENSI : http://www.scribd.com/doc/13449979/Ekskresi-Osmoregulasi-Oleh-Indra-Gumay-Yudha http://dianpamela.blogspot.com/2010/05/sistem-ekskresi-dan-osmoregulasi.html http://www.google.co.id/images?hl=id&biw=1366&bih=615&q=gambar+ginjal+ikan&um= 1&ie=UTF-8&source=univ&ei=mRrFTPLvMIWEvgP305yCA&sa=X&oi=image_result_group&ct=title&resnum=1&ved=0CB8QsAQwAA.

Ikan emas Alat ekskresi berupa sepasang ginjal berwarna kemerah-merahan, terletak di antara gelembung udara depan dan belakang. Ginjal dilengkapi saluran urine, yang muaranya menyatu dengan muara saluran kelamin, sehingga disebut muara saluran urogenitalia. Ikan-ikan jenis lain ada yang muara tiga saluran, yaitu saluran urine, kelamin, dan anus menyatu disebut kloaka. Ikan air laut banyak minum, sedikit urine. Garam-garam yang masuk bersama air yang diminum, akan dikeluarkan secara aktif melalui insang. Ikan air tawar sedikit minum namun banyak mengeluarkan urine. Di samping itu, ikan air tawar juga menghemat garam dan membersihkan tubuhnya dan zat-zat sisa senyawa nitrogen. Sumber: http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/2094702-sistem-ekskresi-pada-vertebrata/#ixzz1peXMx9CW

I.

TOPIK PISCES (Kelas Osteichtyes) II. TUJUAN Mengamati Bentuk Morfologi dan Anatomi dari Kelas Pisces. III. Dasar Teori Pisces atau ikan adalah anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin)[1] yang hidup di air dan bernapas dengan insang. Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling beraneka ragam dengan jumlah spesies lebih dari 27,000 di seluruh dunia. Pisces adalah sebutan umum yang dipakai untuk ikan atau sebagai nama super kelas, dan nama ini diambil dari bahasa latin. Ichtyes juga berarti ikan berasal dari bahasa Yunani dan ini dipakai dalam Ichtyoplogy yang berarti ilmu yang mempelajari tentang ikan. Ikan merupakan hewan yang tubuhnya ditutupi oleh sisik-sisik yang tersusun dari zat kapur. Permukaan sisik berlendir untuk memudahkan gerakan ikan di dalam air. Ikan bergerak menggunakan sirip. Di sisi kanan dan kiri tubuhnya terdapat gurat sisi yang berfungsi sebagai alat keseimbangan. Gurat sisi juga berfungsi untuk mengetahui arah

arus air dan kedalaman air tempat ikan berenang. Pada umumnya yang dimaksud ikan adalah ikan-ikan yang termasuk ke dalam kelas osteichtyes. Tubuhnya berskeleton, tulang keras, terbungkus oleh kulit yang bersisik, bernapas dengan insang. Bermacam-macam spesies hidup dalam air tawar dan bergaram salah satunya adalah kelas osteichtyes. Ciri-cirinya adalah : a) mulut terdapat di bagian depan tubuh. b) celah insang satu di masing-masing sisi kepala. c) sirip ekor memiliki panjang yang sama pada bagian atas dan bawah. d) kulit licin karena sekresi mucus oleh kelenjar pada kulit e) system gurat sisi terdapat pada sisi tubuh f) adanya gelembung renang sehingga tidak tenggelam saat tidak bergerak g) ususnya panjang dan ramping menggulung h) fertilisasi terjadi di luar tubuh i) mengeluarkan telurnya atau bersifat ovipar Ada empat kelas pisces yaitu : 1) Kelas Agnata, Ciri-cirinya adalah : - Belum mempunyai rahang. - Bentuk mulut sederhana seperti cacing. - Terdapat di air tawar dan air asin 2) Kelas Placoderma, Ciri-cirinya adalah : - Hewan ini mempunyai sisik placoid 3) Kelas Osteichtyes, Ciri-cirinya adalah : - Tubuhnya berkeleton tulang keras. - Terbungkus oleh kulit yang bersisik. - Hidup di air tawar dan asin serta dapat hidup di rawa-rawa. - Bernapas dengan insang. - Kulit (integumentum) banyak mengandung mukosa, biasanya diliputi oleh sisik (sisik ganoid), cycloid atau tenoid, beberapa spesies tidak bersisik, bersirip pada bagian baik media dorsal maupun ventral dan pada menyebuluh itu dengan beberapa perkecualian sirip biasanya disokong oleh duri yang tulang keras, tidak berkaki. - Mulut terletak diujung dan bergigi, rahang tumbuh dengan baik dan bersendi pada tulang tempurung kepala, mempunyai dua sacci olfactorius yang umumnya berhubungan dengan rongga mulut, bermata besar, serta tidak memiliki kelopak mata. - Skeleton terutama berupa tulang keras, kecuali beberapa jenis yang sebagian tulang rawan, berbentuk vertebre bermacam-macam, pinnae caudalis biasanya homocercal, sisa-sisa notocord masing-masing tampak. - Respirasi (pernapasan) dilakukan dengan branchia (insang) yang terletak pada archus branchiaus yang berada dalam celah insang pada kedua tepi di samping phrinx, tertutup oleh operculum biasanya memiliki vesica pnematica (gelembung udara) dan ductus pneumaticus. Beberapa jenis mempunyai bentuk seperti paru-paru, misalnya pada dipnoi. - Bersifat polikliithermal (berdarah dingin), artinya temperatur badan bervariasi sesuai

dengan lingkungannya. Ini disebabkan belum adanya centrum pengatur tubuh. - Terdapat 10 pasang nervi cranialis. - Cor, terdiri atas dua ruangan (auriculum dan ventricullum) dengan sinus venosus dan corus arteriosus yang bersifat daerah vena, terdapat empat pasang archus opticus, sel darah merah berbentuk oval dan hanya berisi darah venous (mengandung banyak CO2 dan O2) erytrosit dan bernucleus. - Memiliki sepasang gonade, ovipar, (beberapa ovivipar dan vivipar, fertilasi (pembuahan) terjadi diluar tubuh kecuali beberapa spesies), telur kecil berukuran sampai 12 mm kandungan telurnya (yolk) bermacam-macam, segmentasi biasanya secara meroblastik, tidak mempunyai membran embrio, hewan mudanya (post larva) kadang-kadang tidak mirip dengan dewasa. 4) Kelas Chondrichtyes, Ciri-cirinya adalah : - Rangkanya tersusun atas tulang rawan. - Sirip ekor simetris. - Tidak terdapat operculum

IV. ALAT DAN BAHAN 1. a). Alat : Papan bedah / bak lilin Alat bedah Cutter / silet yang tajam b). Bahan Ikan mas (Cyprinus carpio) 1 buah 1 set 1 buah 1 ekor V. PROSEDUR KERJA Kegiatan 1) : Morfologi ikan mas. a) Menyiapkan alat dan bahan di atas meja yang akan digunakan untuk mengamati objek. b) Meletakkan ikan mas di atas papan bedah. c) Kemudian mengamati bentuk morfologinya dan menggambarkan hasil pengamatan serta memberi keterangan pada gambar tersebut. Kegiatan 2) : Anatomi ikan mas a) Menyiapkan alat dan bahan di atas meja yang akan digunakan untuk mengamati objek. b) Meletakkan ikan mas di atas papan bedah.

c) Kemudian memulai melakukan pembedahan pada perut ikan tersebut secara membujur. d) Selanjutnya mengamati bentuk anatomi dari ikan mas tersebut mulai dari system pencernaan, system pernapasan, dan system urogenitale. e) Setelah itu, menggambarkannya pada hasil pengamatan serta memberi keterangan pada gambar tersebut. VII. PEMBAHASAN Klasifikasi ilmiah Kingdom : Animalia Filum : Chordata Sub filum : Vertebrata Kelas : Pisces Sub kelas : Teleostei Ordo : Ostariophysi Sub ordo : Cyprinoidae Famili : Cyprinidae Genus : Cyprinus Spesies : Cyprinus caprio L. 1. Morfologi Ikan Mas (Cyprinus Carpio) Tubuh ikan mas dapat dibedakan antara caput (kepala), truncus (badan), dan ekor (caudal). a) Caput (kepala), terdapat bagian-bagiannya yaitu : Rima oris (celah mulut), terdapat pada ujung rostum (moncong) Fovea nasalis, sepasang cekung hidung di dorsal mulut sebagai tempat berakhirnya fila olfactorius. Organum visus sebagai alat untuk melihat dilengkapi adanya membrana niktitans, yang berfungsi menghindari gesekan mata terhadap air. Apparatus opercularis (tutup insang), sepasang terdapat di kanan-kiri bagian belakang caput, berbentuk setengah bulatan. Tutup insang hanya dimiliki oleh ikan bertulang rawan tutup insang tidak ada. Bagian-bagiannya: - Operculum : Os operculare (bagian dorsal), Os praeoperculare (bagian cranial), Os suboperculare (bagian caudal), Os intreculare (bagian ventral). - Membrana branchiostegakis, suatu selaput yang terdapat pada tepi caudal overculum dan berakhir bebas. - Radii branchiostegalis, berupa tulang-tulang kecil bengkok, merupakan rangka (penyokong) membrana branchiostegalis. b) Truncus (badan), terdapat bagian-bagiannya yaitu : Epidermis (kulit luar), tipis, transparan dan licin, karena banyak mengandung mucus (getah lendir), yang menutup tubuh ikan dan mempermudah dalam bergeraknya ikan (mengurangi pergeseran) di dalam air, juga mencegah masuknya organisme-organisme ke dalam tubuhnya. Squoma (sisik), terdapat di bawah epidermis termasuk susunan genting dengan bagian

belakang bebas sehingga ada bagian sisik yang tertutupi oleh sisik yang lainnya. Pada ikan terdapat empat jenis sisik yaitu : Sisik cycloid, Sisik stenoid, Sisik ganoid, Sisik placoid, Linea lateralis. 2. Anatomi Ikan Mas (Cyprinus Carpio) a) System digestorium Sistem digestorium (sistem pencernaan makanan) terdiri dari saluran pencernan dan kelenjar pencernaan. Trancus digestivus (saluran pencernaan) disusun oleh : Cavum oris, pada rahang terdapat gigi-gigi kecil yang berbentuk canus. - Lingua (lidah) melekat pada dasar mulut dan dapat digerakkan. - Banyak glandula mocusa, tetapi tidak mempunyai glandula salivales (kelenjar ludah). Pharinx (pangkal tenggorokan / tekaka), terdapat di daerah yang sesuai dengan tempat insang dan tampak apabila insang diambil. Esophagus (kerongkongan), pendek sebagai lanjutan pahrinx, bentuknya seperti kerucut, terdapat di daerah insang (belakang). Ventrikulus (lambung). Intestinum (usus) Glandul digestoria (saluran pencernaan) disusun oleh : Hepar (hati), letaknya dibagian rongga badan dan meluas mengelilingi usus. Vessica fellea, (kantong empedu) terletak di sebelah ventral dexter hepatis. Bermuara pada ventriculus. Fungsinya untuk menampung bilus dan mencurahkan ke dalam usus bila perlu. Pankreas, pada jaringan pancreas bersifat mikroskopik b) System urogenital. Terdiri atas organa urgonetalis dan organa genitalia. Organa genitalis (alat-alat kelamin), terletak di dalam abdomen bagian lateral, diantara usus dan pnematoscyt. Gonade (kelenjar kelamin), sepasang terdapat dalam abdomen bagian lateral diantara usus dan pneumatiscyt. Saluran dari gonade sangat pendek, bersatu dengan lanjutan dari vesica urinaria, membentuk sinus urogenitalis, pembuahan pada umumnya terjadi secara externa (pembuahan luar) Organa uropetica (organa exkretoria), terdiri dari : Mesonephros, terdapat diantara gelembung berenang dan tulang punggung, bentuknya mempunyai banyak variasi, agak memanjang dengan mempunyai bagian yang membesar dan menjepit diantara kedua penumatoscyt. Ductus nesonephridicus (ureter), saluran keluar dari mesonphros sepasang berjalan kebelakang di sebelah ventral tulang punggung, kemudian kedua ureter kiri dan kanan bersatu agak melebar ke sungai sebagai vesica urinaria (gelembung kencing). c) System respirasi Alat pernapasan pada ikan berupa inasng (branchia). Bagian-bagian insang adalah:

Archus brancialis (lengkung insang) tampak putih terdiri dari jaringan tulang rawan. Terdapat rigi-rigi sepasang berguna untuk saringan air pernapasan. Hemibranchia (lembaran insang), berwarna merah terdiri dari bangun seperti sisir, jaringan lunak dan melekat pada archus branchialis. Holobranchiae, pada tiap-tiap arcus branchialis melekat 2 buah hemibranchia

VIII. KESIMPULAN Dari kegiatan praktikum dapat disimpulkan bahwa : Morfologi ikan mas (Cyprinus caprio L), terdiri dari : Caput, terdapat alat-alat yaitu : - Rima oris (celah mulut). - Fovea nasalis. - Apparatus opercularis (tutup insang), - Cavum oris (rongga mulut). - Organum vicus (alat penglihat). Trucus (badan) - Epidermis (kulit luar) - Squoma (sisik) Anatomi ikan mas (Cyprinus caprio L), terdiri dari : Sistem respirasi Alat pernapasan pada ikan berupa inasng (branchia). Bagian-bagian insang adalah: - Archus brancialis (lengkung insang). - Hemibranchia (lembaran insang). - Holobranchiae, pada tiap-tiap arcus branchialis melekat 2 buah hemibranchia System digestorium Trancus digestivus : Cavum oris, Pharinx (pangkal tenggorokan / tekaka), Esophagus (kerongkongan), Ventrikulus (lambung), Intestinum (usus) Glandul digestoria (saluran pencernaan) : Hepar (hati), Vessica fellea, (kantong empedu), Pankreas. System urogenital. Organa uropoeticum (alat ekskresi) : Mesonephros, Ductus nesonephridicus (ureter), Organ genitalis : gonade

IX. DAFTAR PUSTAKA Aryulina, Diah, dkk. 2007. Biologi 1 Untuk SMA dan MA Kelas X. Jakarta : Esis. Purnomo, dkk. 2007. Bioogi Kelas XI Jilid 2b SMA. Jakarta: Sunda Kelapa Pustaka. Savitri, Shanty. 2006. Bahan Ajar Zoologi Vertebrata. Palangka Raya : FKIP UNPAR.

Syamsuri, Istamar, dkk. 2002. Biologi 2A SMU Kelas 2. Jakarta : Erlangga. Syamsuri, Istamar. 2007. IPA Biologi Untuk SMP Kelas VII. Jakarta: Erlangga. Tim Penyusun, 2003. Biologi Untuk Kelas 2 SLTP. Klaten : Intan Pariwara. Wijaya, Nuriman, Suatma, Yusnidar.2003/2004. Penuntun Praktikum Zoologi Vertebrata. Palangka Raya : FKIP UNPAR.

Ikan Nila

Ikan nila adalah sejenis ikan konsumsi air tawar. Ikan ini diintroduksi dari Afrika pada tahun 1969 dna kini menjadi ikan peliharaan yang populer di kolam-kolam air tawar dan dibeberapa waduk di Indonesia. Nama ilmiah pada ikan Nila adalah Oreochromis Niliticus, dan di dalam Bahasa Inggris ikan ini dikenal dengan sebutan Nile Tilapia. Keramba jala apung untuk memelihara ikan Nila di Ranu Pakis, Klakah, Lumajang. Ikan pemeliharaan yang berukuran sedang, panjang total (moncong hingga ujung ekor) mencapai sekitar 30 cm. Sirip punggung (dorsal) dengan 16-17 (tajam) dan 11-15 jari-jari (duri lunak); dan sirip dubur (anal) dengan 3 duri dan 8-11 cm jari-jari Ikan Nila termasuk kelompok ikan tilapial (Trewavas, 1982). Dalam penelitian ini digunakan ikan nila hitam varietas GIFT (Genetic Improvements for Farmers Tilapia) ikan nila ini banyak dibudidayakan di berbagai daerah, selain itu mempunyai kemampuan beradaptasi yang baik diberbagai jenis air, contohnya hidup di air tawar, air payau, dan air laut. Ikan ini juga tahan terhadap perubahan lingkungan, bersifat omnivora dan mampu mencerna makanan secara efisien. Pertumbuhannya cepat dan tahan terhadap serangan penyakit. Ikan ini memiliki kebiasaan yang unik setelah memijah

Klasifikasi Ikan Nila Klasifikasi ikan Nila adalah sebagai berikut: Kingdom : Animalia Filum : Chordata Sub Filum : Vertebrata Kelas : Pisces Sub Kelas : Teleosin Ordo : Percormorphii Sub Ordo : Percoidae Famili : Cichlidae Genus : Oreochromis Spesies : Oreochromis Niloticus Common Name : Nile Tilapia Local Name : Nila

Morfologi dan Anantomi Morfologi Morfologi ikan nila yaitu memiliki bentuk tubuh yang pipih ke arah bertikal (kompres) dengan profil empat persegi panjang ke arah antero posterior. Posisi mulut terletak di ujung hidung

(terminal) dan dapat disembuhkan. Pada sirip ekor tampak jelas garis-garis vertikal dan pada sirip punggungnya garis tersebut kelihatan condong letaknya. Ciri khas ikan nila adalah garisgaris vertikal berwarna hitam pada sirip ekor, punggung dan dubur. Pada bagian sirip caudal (ekor) dengan bentuk membuat terdapat warna kemerahan dan bisa digunakan sebagai indikasi kematangan gonad. Pada rahang terdapat bercak kehitaman. Sisik ikan nila adalah tipe ctenoid. Ikan nila juga ditandai dengan jari-jari dorsal yang keras, begitu pun bagian analnya. Dengan posisi sirip anal di belakang sirip dada (abdorminal)

Ikan nila memiliki tulang kartilago kranium sempurna, organ pembau dan kapsul otik tergabung menjadi satu. Eksoskleton Ostracodermi mempunyai kesamaan dengan dentin pada kulit. Elasmobrachii yang merupakan mantel keras seperti email pada gigi vertebrata. Di bawah lapisan tersebut terdapat beberapa lapisan tulang sponge dan di bawahnya lagi terdapat tulang padat. Tulang palato-quadrat dan kartilago Meckel adalah tulang rawan yang akan membentuk rahang atas dan rahang bawah

Anatomi Organ-organ internal ikan adalah jantung, alat-alat pencerna, gonad, kandung kemih, dan ginjal. Alat pencernanya terdiri atas aesopaghus, perut besar, usus halus, pankreas, dan hati. Organ-organ tersebut biasanya diselubungi oleh jaringan pengikat yang halus dan lunak yang disebut peritoneum. Peritoneum merupakan selaput (membran) yang tipis berwarna hitam yang biasanya dibuang jika ikan sedang disiangi Bentuk badan ikan nila adalah pipih kesamping memanjang. Mempunyai garis vertikal 9-11 buah, garis-garis pada sirip ekor berwarna hitam sejumlah 6-12 buah. Pada sirip punggung terdapat garis-garis miring. Linea literalisnya terputus jadi dua bagian dan dilanjutnya dengan garis yang terletak di bawah. Letak linea literalis memanjang di atas sirip dada. Jumlah sisik pada garis rusuk 39 buah. Tipe sisik ctenoid. Bentuk sirip ekor perpinggiran tegak

Sistem Pencernaan Kanal alimentari memanjang dari rongga mulut sampai tenggorokan melalui oesophagus, perut besar, usus halus, dan berakhir pada anus. Dinding oesophagus perut besar dan usus halus dibentuk oleh benang-benang otot yang halus yang merupakan jaringan pengikat yang lentur. Bagian dalam perut besar dan usus halus terdapat halus terdapat selaput sepalut yang mengandung kelenjar-kelenjar keal yang mengeluarkan cairan pencerna. Kelenjar-kelenjar pada perut besar mengeluarkan cairan yang bersifat asam, yang banyak mengandung pepsin dan asam klorida. Sementara kelenjar yang terdapat pada usus halus mengeluarkan cairan yang bersifat alkalis yang benyak mengandung enterokinase yaitu sejenis enzim. Pada bagian luar usus halus tersimpan enzim-enzim yang berasal dari hati yang yaitu tripsin dan yang berasal dari pankreas yaitu lipase, dan di samping itu juga tersimpan enzim amilase. Pada beberapa ikan tidak dijumpai adanya perut besar, sehingga fungsinya digantikan usus halusnya, misal pada ikan karper Sistem pencernaan pada vertebrata termasuk ikan teridiri atas dua bagian besar yaitu saluran

pencernaan dan kelenjar pencarnaan. Saluran pencernaan dimulai dari rongga mulut, faring, esofagus hanya pendek, lambung, usus, dan anus. Kelenjar pencernaan umumnya berupa kelenjar mukosa, hati, dan pankreas. Oleh sebab itu ikan hidup di air maka tidak memerlukan banyak kelenjar mulut untuk membasahi makanannya, namun masih ada beberapa kelenjar mukosa. Esofagus ikan biasanya sangat pendek

Sistem Ekskresi Tubuh ikan air tawar lebih hipertonis dari lingkungannya sehingga air banyak yang masuk lewat permukaan tubuhnya, akibatnya ikan ini sedikit minum air. Dan urin yang dihasilkan banyak dan encer. Untuk mendapatkan air dan garam dari makanan, air masuk secara osmosis lewat permukaan tubuhnya Konsentrasi larutan dalam tubuh lebih besar dengan yang ada di lingkungan supaya mencegah masuknya air dan kehilangan garam agar tidak minum, kulit diliputi mucus, osmosis melalui insang, produksi urin encer, pompa garam melalui sel-sel khusus pada insang

Sistem Reproduksi Pada ikan betina mempunyai indung telur sedangkan ikan jantan mempunyai testis. Baik indung telur maupun testis ikan semuanya terletak pada rongga perut di sebelah kandung kemih dam kanal alimentari. Keadaan gonad ikan sangat menentukan kedewasaan ikan. Kedewasaan ikan meningkat dengan makin meningkatnya fungsi gonad Ikan Nila umumnya mempunyai sepasang gonad, terletak pada bagian posterior rongga perut di sebelah bawah ginjal. Pada saat ikan nila bertelur dan sperma dikeluarkan oleh ikan jantan, pada saat itu pula terjadilah fertilasi di luar tubuh induknya (eksternal) yaitu di dalam air tempat dimana ikan itu berada, kemudian mengerami telur di dalam mulutnya antara 4-5 hari dan telur tersebut menetas 3-4 hari. Telur ikan yang dibuahi dan menetas dinamakan larva. Larva tersebut mempunyai kuning telur yang masih menempel pada tubuhnya digunakan sebagai cadangan makanan untuk awal kehidupannya

Jenis, Bagian dan Fungsi Sisik Sisik ikan terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan luar tipis merupakan epidermis dibentuk oleh sel-sel epithelial. Pada epidermis diketemukan kelenjar-kelenjar yang dapat mengeluarkan lendir. Lapisan di bawahnya adalah dermis, kutin, dan klorium. Sisik ikan terbentuk dari lempeng-lempeng tulang rawan yang lentur dan saling tumpang tindih. Ada empat jenis tipe sisik, yaitu plakoid, ganoid, sikloid, dan stenoid. Sisik ganoid berbentuk rhombis, pada permukaannya terdapat lapisan dentin yang disebut ganoin. Ada beberapa lapisan denti yang dikenal, yaitu: 1. Sisik kosmoid merupakan sisik ikan ada bangsa Crossopterygi yang telah punah 2. Sisik ganoid 3. Sisik Planoid 4. Sisik Leptoid Bentuk badan ikan nila adalah pipih kesamping memanjang. Mempunyai garis vertikal 5-11

buah, garis-garis pada sirip ekor berwarna hitam sejumlah 6-12 buah. Pada sirip punggung terdapat garis-garis miring. Linea literalisnya terputus jadi dua bagian dan dilanjutnya dengan garis yang terletak dibawahnya. Letak linea literalis memanjang di atas sirip dada. Jumlah sisik pada garis rusuk 5 buah. Tipe sisik adalah etenoid. Bentuk ekor berpinggiran tegak

2.Tikus Klasifiksi Tikus Klasifikasi ilmiah tikus adalah sebagai berikut: Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Malalia Ordo : Rodentia Sub Famili : Muroidea Famili : Muridae Linnaeus Common Name : Mus Musculus

Morfologi dan Anatomi Morfologi pada tikus adalah kepala, badan, dan ekor terlihat jels. Tubuhnya tertutup rambut, tetapi ekornya bersisik dan kadang-kadang berambut. Binatang ini mempunyai sepasang daun telinga, mata, bibir kecil, dan lentur. Di sekitar hidung terdapat misae. Badan tikus berukuran kecil (600mm), sehingga binatang ini sering disebut sebagai mamalia kecil. Berdasarkan ukuran badannya, dikenal tikus besar atau sedang, dan kecil

Sistem Pencernaan Sistem pencernaan pada vertebrata termasuk ikan terdiri atas dua bagian besar yaitu saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan dimulai dari rongga mulut, faring, esofagus hanya pendek, lambung, usus, dan anus. Kelenjar pencernaan umumnya berupa kelenjar mukosa, hati, dan pankreas. Gigi sudah berkembang baik yang membuatnya ditakuti organisme lain. Bentuk gigi ikan pari dan chimaera, seperti lempengan berbentuk kerucut yang berguna untuk menghancurkan mollusca dan organisme bercangkang yang hidup di dasar laut. Lempengan analog juga ditemukan pada dipnoi. Letak gigi pada ikan yang lebih maju agak ke arah palatum dan ke arah faring Bila ditinjau secara umum sistem pencernaan pada hewan-hewan vertebrata dibangun oleh pembuluh-pembuluh yang sifatnya sangat muskuler, yang dimulai dari bagian mulut sampai ke anus. Adapun organ-organnya adalah rongga mulut, faring, esofagus, lambung, usus halus yang terdiri dari duodenum, jejunum, dan illeum, usus kasar yang terdiri dari kolon dan rektum, serta usus buntu yang pertumbuhannya rudimen pada sebagian hewan tetapi pada hewan-hewan tertentu seperti pada bangsa aves, pada bagian kerongkongnya terjadi pelebaran menjadi tembolok atau disebut ingler usus yang berfungsi untuk menyimpan makanan sementara

Sistem Ekskresi Sistem ekskresi pada vertebrata lainnya melibatkan organ paru-paru, kulit, ginjal, dan hati. 1. Ginjal Fungsi utama ginjal adalah mengekskresikan zat-zat sisa metabolisme yang mengandung nitrogen, misalnya amonia. 2. Paru-paru (pulmo) fungsi utama paru-paru adalah sebagai alat pernapasan. Akan tetapi, karena mengekskresikan zat-zat sisa metabolisme. Karbondioksida dan air hasil metabolisme di jaringan diangkat oleh darah lewat vena untuk dibawab ke jantung, dan dari jantung akan dipompakan ke paru-paru untuk berdisfusi di alveolus. 3. Hati (hepar) Hati disebut juga sebagai alat ekskresi disamping sebagai kelenjar dalam sistem pencernaan. 4. Kulit (cutis) Kulit berfungsi sebagai organ ekskresi karena mengandung kelenjar keringan yang mengeluarkan 5% sampai 10% dari seluruh sisa metabolisme.

Sistem Reproduksi Sistem reproduksi jantan adalah sebagai berikut: Bagian luar 1) Penis, gland penis, dan saluran genital 2) Skrotum yang didalamnya terdapat testis. Bagian dalam 1) Testis : didalamya terdapat saluran halus tubulus semuniferus tempat spermatogenesis berlangsung 2) Saluran reproduksi: Epididimis Vase diferensia bermuara di dalam uretra Uretra Kelenjar Assesorius Sistem reproduksi betina adalah sebagai berikut: Bagian luar 1) Lubang vagina 2) Klitoris merupakan muara saluran kemih 3) Bibir Bagian dalam 1) Duarium 2) Saluran reproduksi Oviduk: berliku-liku terdapat dekat ovari Uterus : berbentuk sepasang tabung lurus bertemu pada salah satu ujungnya.

3) Kelenjar Assesorius Kelenjar bertholin: terletak ke arah dalam vagina Kelenjar klitoris

Osmoregulasi
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa

Osmoregulasi adalah proses mengatur konsentrasi cairan dan menyeimbangkan pemasukan serta pengeluaran cairan tubuh oleh sel atau organisme hidup. Proses osmoregulasi diperlukan karena adanya perbedaan konsentrasi cairan tubuh dengan lingkungan disekitarnya. Jika sebuah sel menerima terlalu banyak air maka ia akan meletus, begitu pula sebaliknya, jika terlalu sedikit air, maka sel akan mengerut dan mati. Osmoregulasi juga berfungsi ganda sebagai sarana untuk membuang zat-zat yang tidak diperlukan oleh sel atau organisme hidup. == Makna osmoregulasi adalah proses mengatur dan menyeimbangkan konsentrasi asupan cairan dan pengeluaran oleh sel atau cairan tubuh organisme hidup. Sementara pemahaman tentang osmoregulasi ikan Tekanan osmotik cairan tubuh pengaturan sesuai untuk kehidupan ikan, sehingga proses-proses fisiologis fungsi tubuh normal (Homeostasis). ka sel menerima terlalu banyak air maka akan meletus, dan sebaliknya, jika terlalu sedikit air, maka sel akan mengerut dan mati. Osmoregulasi juga ganda sebagai sarana untuk membuang zat-zat yang tidak diperlukan oleh sel atau organisme hidup.

Kebanyakan invertebrata berhabitat di laut tidak secara aktif mengelola sistem osmosis mereka, dan dikenal sebagai osmoconformer. Osmoconformer memiliki osmolaritas internal yang sama dengan lingkungan sehingga tidak ada kecenderungan untuk mendapatkan atau kehilangan air. Karena osmoconformer paling hidup dalam lingkungan yang memiliki komposisi kimia yang sangat stabil (di laut) maka osmoconformer yang cenderung memiliki osmolaritas konstan. Sementara osmoregulator adalah organisme yang menjaga osmolaritas tanpa tergantung pada lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu kemampuan untuk mengatur ini osmoregulator kemudian dapat hidup dalam lingkungan air tawar, darat, dan laut. Di lingkungan dengan konsentrasi rendah cairan, osmoregulator akan merilis kelebihan cairan dan sebaliknya.

Untuk organisme akuatik, proses ini digunakan sebagai ukuran untuk menyeimbangkan tekanan osmosa antara substansi dalam tubuh dengan lingkungan melalui sel permeabel. Dengan demikian, semakin jauh

perbedaan tekanan osmotik antara tubuh dan lingkungan, semakin banyak energi metabolisme yang dibutuhkan untuk osmoregulasi mmelakukan sebagai adaptasi, hingga batas toleransi yang mereka miliki. Oleh karena itu, pengetahuan tentang osmoregulasi sangat penting dalam mengelola media air pemeliharaan kualitas, terutama salinitas. Hal ini karena dalam osmoregulasi, proses regulasi terjadi melalui konsentrasi ion dan air dalam tubuh dengan kondisi di lingkungan. Ion dan air pada ikan terjadi regulasi hipertonik, hipotonik atau isotonik tergantung pada perbedaan (lebih tinggi, lebih rendah atau sama) konsentrasi cairan tubuh dengan konsentrasi media1, 2. Perbedaannya dapat digunakan sebagai strategi dalam berurusan dengan komposisi cairan ekstraselular dalam tubuh ikan2. Untuk ikan yang hiperosmotik potadrom dengan lingkungannya dalam proses osmoregulasi, air bergerak ke dalam tubuh dan ion keluar ke lingkungan dengan cara difusi. Keseimbangan cairan tubuh dapat terjadi dengan meminum sedikit air atau tidak minum sama sekali. Kelebihan air dalam tubuh dapat dikurangi dengan membuangnya dalam bentuk urin. Untuk ikan yang hipoosmotik oseanodrom terhadap lingkungannya, air mengalir dari osmosa tubuh melalui ginjal, insang dan kulit ke lingkungan, sedangkan ion ke tubuh dengan difusi1, 2. Adapun eurihalin ikan, memiliki kemampuan untuk dengan cepat menyeimbangkan tekanan osmotik dalam tubuh dengan media (isoosmotik), namun karana kondisi lingkungan perairan tidak selalu tetap, maka proses serta ikan ormoregulasi potadrom dan oseanodrom masih terjadi. Salinitas atau garam konten adalah jumlah bahan padat dalam satu kilogram air laut, dalam hal ini semua karbonat telah diubah menjadi oksida, brom dan yodium yang telah disinkronkan dengan klorin dan bahan organik yang telah teroksidasi. Langsung, media akan mempengaruhi salinitas tekanan osmotik cairan tubuh ikan. Pengetahuan tentang metabolisme dapat juga dikaitkan dengan beberapa disiplin lain, seperti genetika, toksikologi dan lainnya ilmiah sehingga ikan yang dihasilkan dapat memiliki kualitas lebih unggul daripada sebelumnya. Hal ini karena ikan untuk berinvestasi untuk 25-50% dari output total dalam mengendalikan metabolisme komposisi cairan intra-dan ekstraselularnya.

Perubahan dalam tingkat salinitas mempengaruhi tekanan osmotik cairan tubuh ikan, sehingga ikan untuk menyesuaikan pengaturan osmotik internal atau bekerja sehingga proses fisiologis dalam tubuh dapat bekerja secara normal lagi. Jika salinitas yang lebih tinggi, usaha ikan untuk menjaga ketertiban dalam kondisi homeostasi nya tercapai, sampai batas toleransi yang mereka miliki. Osmotik bekerja membutuhkan energi yang lebih tinggi juga. Hal ini juga mempengaruhi waktu kepenuhan (waktu kekenyangan) ikan. Rainbow trout seringkali digunakan sebagai sistem model untuk mempelajari rute dan mekanisme ekskresi dan osmoregulasi. Proses osmoregulasi juga menghasilkan produk-produk limbah seperti kotoran dan amonia, sehingga pemeliharaan yang akan menjadi media berwarna keruh akibat jumlah kotoran

ikan dirilis. Dampak ekskresi nitrogen juga akan mempengaruhi kehidupan ikan di dalamnya. Pada embrio rainbow trout, ekskresi nitrogen dalam bentuk urea juga dapat dikaitkan dengan kandungan nitrogen dalam kuning telur, karena permeabilitas rendah dari membran sel telur dari amonia.

Dampak dari produk limbah dari metabolisme pada kelangsungan hidup ikan berdasarkan perubahan fisik dalam kualitas air, dapat diduga bahwa perubahan tersebut juga mempengaruhi kondisi ambient ikan, yang pada gilirannya mempengaruhi pertahanan tubuh. Setelah melewati batas toleransi, maka ikan yang sekarat. Mengingat bahwa tidak semua ikan mati, maka dapat dipastikan bahwa kekuatan toleransi pada populasi ikan di akuarium berbeda. Hal ini mungkin karena perbedaan kondisi tubuh sebelum dimasukkan dalam intensitas praktek media, termasuk parasit, tingkat stres dan lain-lain. Nitrat toksisitas di air tawar tergolong sangat rendah (96 h LC50s> 1000 mg / L sebagai N). Hal ini dapat dikaitkan dengan munculnya potensi masalah dalam proses osmoregulasi. Dalam sistem dengan konsentrasi nitrat tinggi, reduksi nitrat terjadi pada anaerobik. Nitrat di perairan laut konsentrasi kurang dari 500 mg / L untuk ikan laut sebagian besar, tapi untuk ikan laut tropis seperti anemone (Amphiprion ocellaris) lebih sensitif, yaitu hanya 20 mg / L. Tingkat stres juga bervariasi tambakan dialami oleh benih di akuarium, sebagai akibat dari perbedaan perlakuan. Lebih mendalam studi, dapat ditelusuri dengan isi kortisol. Banyak hal berkenaan dengan kortisol selama proses metabolisme, seperti starvasi (puasa), osmoregulasi, penyebaran penghematan energi untuk migrasi, proses gonad, pemijahan pematangan dan selama stres yang dialami oleh ikan itu sendiri. Ormoregulasi mekanisme juga dapat dilacak pada tingkat sel. Sel-sel yang pertama dihasilkan melalui mekanisme kultur sel. Penelitian tentang sel epitelioma papulosum cyprinid (EPC), berasal dari sel epidermis ikan mas dapat digunakan untuk menentukan kelangsungan hidup dan pertumbuhan sel-sel di hiper-media dan hipoosmotik. Dengan menggunakan sel kultur, ekspresi gen dapat diamati juga bahwa bias yang terkait dengan kemampuan adaptasi dan stres osmotik. Aktivitas osmoregulasi juga dipengaruhi oleh stadia ikan atau Krustase dalam kaitannya dengan salinitas. Penelitian tentang remaja dan dewasa Krustase stadion, regulasi ionik dari Na / K-ATP menunjukkan bahwa berbeda ketika diamati dengan aktivitas enzim Na / K-ATPase. Pada Artemia salina dan A. franciscana aktivitas enzim meningkat sejalan dengan perkembangannya sejak setelah menetas hingga tahap mulai berenang bebas. Dalam udang, juga berlangsung begitu. Namun, pada orang dewasa stadion, aktivitas Na / KATPase pada udang galah tidak berbeda nyata setelah diperlakukan pada salinitas berbeda8. Studi pada osmoregulasi dalam tahap awal perkembangan ikan telah diamati pada tingkat sel klorida extrabranchial. Sejumlah sel klorida yang terkandung dalam membran kantung kuning telur embrio dan larva ikan nila disesuaikan stadion dalam air tawar (FW) dan air asin (SW). Sel klorida dalam SW seringkali dalam bentuk kompleks multiseluler bersama dengan sel aksesori yang berdekatan. Sementara di FW, sel klorida yang terletak di kondisi individu. Klorida tes dan X-ray Mikroanalisis menunjukkan bahwa sel-sel klorida dalam SW

dalam kompleks, fungsi definitif dari sekresi klorida. Namun, setelah sel tersebut dipindahkan ke lingkungan SW, membentuk sel tunggal juga berubah sebagai respons terhadap lingkungan baru yang kompleks yang SW. Umumnya, sel klorida extrabranchial memainkan peran penting dalam mengontrol osmoregulasi sampai tahap sel insang klorida bekerja fungsional.

Penemuan terakhir adalah tentang morfologi fungsional dari sel klorida pada ikan membunuh, Fundulus heteroclitus, ikan euryhaline air laut (SW). Immunocytochemical deteksi dilakukan pada sel klorida dengan anti-Na + / K +-ATPase dalam distribusi klorida sel dari proses transisi selama tahaptahap awal kehidupan. Sel klorida muncul dalam membran kantung kuning fase awal embrio dan kemudian di kulit selama tahap terakhir dari embrio. Perbedaan morfologi antara SW-jenis sel klorida dan FW diidentifikasi dalam killifish dewasa disesuaikan dengan SW dan FW. Kedua jenis sel klorida, aktif di kedua lingkungan, tetapi berbeda dalam fungsi transpor ion. Transfer langsung dari SW ke killifish FW, sel tipe klorida BD ditransformasikan ke dalam sel tipe FW, diikuti dengan penggantian sel klorida dalam promosi respon.

Adaptasi ikan, juga dapat diketahui melalui penelitian pada Takifugu rubripes fugu remaja dengan lingkungan salinitas rendah. Ikan dipindahkan dari air laut (100% SW) ke media air tawar (FW), 25, 50, 75 dan 100 SW% dan mortalitas kemudian direkam selama 3 hari. Tidak membunuh ikan dalam salinitas media baru 25-100% SW dan semua ikan mati dalam media massa FW 100%. Rupanya, ikan dipindahkan ke media 25-100% SW, osmolalitas darah dipertahankan pada kisaran fisiologis yang normal. Studi terus bergerak ikan dari lingkungan 100% SW ke media FW, 1, 5, 10, 15 dan SW 25%. Semua ikan hidup di sebuah BD 5-25% menengah, tetapi meninggal di FW media dan SW 1%. Ikan yang hidup di SW media massa 25% dan kemudian ditransfer kembali ke media FW, 1 dan SW 5% dan menunjukkan bahwa osmolalitas darahnya menurun hingga mendekati level sublethal, yaitu sekitar 300 mOsm / kg H2O . Tampaknya preacclimatisasi dalam SW 25% selama 7 hari memiliki pengaruh sedikit pada kemampuan bertahan hidup dari selang. Meskipun kelangsungan hidup dan osmolalitas darah meningkat sedikit oleh preacclimatisasi dalam 25% SW, osmolalitas darah menurun setelah ditransfer ke salinitas media BD kurang dari 10%. Temuan ini menunjukkan bahwa fugu dapat beradaptasi dengan lingkungan karena kemampuan hyperosmoregulatori hypoosmotik, namun sel-sel yang telah mengurangi ion klorida mengabsorb hipoosmotik pada lingkungan. Aktivitas osmoregulasi, juga dipengaruhi oleh beberapa faktor lain yang diberikan untuk organisme air. Dengan memberikan kortisol, hormon pertumbuhan yg berhubung dgn domba (OGH), rekombinan insulin-seperti faktor pertumbuhan sapi I (rbIGF-I) dan 3,3 ',5-triiodo-L-thyronine (T3) dapat meningkatkan kapasitas pada ikan hypoosmoregulasi euryhaline, Fundulus heteroclitus. Diadaptasi ikan di lingkungan air payau (BW, salinitas 10 ppt) kemudian disuntik dengan dosis hormon dan 10 hari kemudian dipindahkan ke lingkungan air asin (SW,

salinitas 35 ppt. Setelah ditransfer dari BW ke SW menunjukkan peningkatan dalam plasma osmolitas nyata, tetapi tidak untuk Na + insang dan aktivitas K +-ATPase Pemberian kortisol (50 microg / g berat badan) juga dapat meningkatkan ketersediaan mereka dalam mempertahankan plasma osmolitas;. peningkatan Na + insang dan aktivitas K +-ATPase . OGH (5 microg / g berat badan) juga dapat meningkatkan kemampuan dan hypoosmoregulatory Na + insang dan aktivitas K +-ATPase Kombinasi OGH dan kortisol dapat meningkatkan kemampuan hypoosmoregulatori namun tidak meningkatkan Na + insang, aktifitas K +. - ATPase. rbIGF-I (0,5 microg / g berat badan) tidak berpengaruh dalam meningkatkan toleransi untuk salinitas atau Na + insang, aktifitas K +-ATPase. rbIGF-I dan OGH menunjukkan interaksi positif dalam meningkatkan toleransi terhadap salinitas, tetapi tidak untuk Na + insang dan aktivitas K +-ATPase Pengobatan dengan T3. (5 microg / g berat badan) tidak berdampak terhadap toleransi salinitas meningkat, insang Na +, K +-ATPase aktivitas dan pengaruhnya tidak nyata konsisten ketika digunakan bersama dengan kortisol dan T3 atau antara GH dan T3. Untuk ikan air tawar, organ yang terlibat dalam osmoregulasi termasuk insang, usus dan ginjal. Sel-sel yang berperan dalam insang organ untuk proses tersebut adalah mitokondria-kaya (MR) dan peran pavement2. Struktur insang memiliki hubungan dengan kemampuan untuk mentolerir salinitas berkisar. Bhal ditunjukkan dengan histologi dari struktur insang Caprella (Amphipoda: Caprellidea) (yaitu C. danilevskii, C. subinermis, C. penantis R-type dan C. verrucosa) yang dikumpulkan dari komunitas Sargassum di timur-daya Jepang dan diamati bawah mikroskop elekron. Epitel seperti berang-berang danilevskii C, C subinermis, dan C. verrucosa terdiri-dari pengembangan sistem infolding apikal (AIS) dan sistem infolding basolateral (BIS) terkait dengan mitokondria. Percobaan tentang toleransi salinitas dari empat spesies Caprella konsentrasi letalnya mengindikasikanbahwa median (LC 50) pada 20 C berkisar antara 12,97 - 18,84 unit Salinitas praktis (PSU) dengan kelangsungan hidup lebih dari 80% dengan salinitas di atas 25,37 PSU bahkan untuk 5 hari. Karakteristik insang dan berbagai toleransi salinitas dalam Caprella spp. menunjukkan bahwa Caprella spp. menghuni komunitas Sargassum merupakan organisme yang eurihalin. IKAN AIR TAWAR PADA OSEMOREGULASI Ikan yang hidup di air tawar memiliki cairan tubuh yang hiperosmotik pada lingkungan, sehingga air cenderung untuk masuk ketubuhnya oleh difusi melalui permukaan tubuh semipermiable. Jika ini tidak dikendalikan atau offset, itu akan menyebabkan hilangnya garam tubuh dan cairan tubuh mengencernya, sehingga cairan tubuh tidak dapat mempertahankan fungsi fisiologis normal. Ginjal akan memompa kelebihan air keluar sebagai urin. Apakah ginjal glomerulus dalamjumlah banyak dengan diameter besar. Hal ini dimaksudkan untuk lebih mampu menahan tubuh garam sehingga tidak untuk memompa air keluar dan di seni yang sama sebanyak mungkin. Ketika cairan dari memasuki tubuh tubuli ginjal malpighi, glukosa akan diserap kembali di proximallis tubuli dan garam diserap dalam tubuli distal. Ginjal dinding tubuli impermiable (kedapair, kedap air). Ikan keluar dari air

yang sangat encer dan seniyang mengandun g sejumlah kecil senyawa nitrogen, seperti: Asam urat Creatine kreatinin Amonia.

Meskipun urin mengandung garam sangat sedikit, pelepasan air yang berlimpah menyebabkan jumlah kerugian garam cukup besar. Garam juga hilang karena difusi dari tubuh. Kehilan garam diimbangi oleh garam yang terkandung dalam makanan dan serapan aktif melalui insang. Pada kelompok ikan dapat Teleosteiter gelembung air kencing (kandung kemih) untuk menahan kencing. Berikut melakukan re-penyerapan ion. Gelembung dinding urin impermiable air.

Osmoregulasi IKAN DI AIR LAUT Ikan laut hidup di lingkungan yang hipertonik ke jaringan dan cairan tubuh, sehingga cenderung kehilangan air melalui kulit dan insang, dan kebobolan garam. Untuk mengatasi hilangnya air, minum'air ikan laut 'sebanyak mungkin. Dengan demikian berarti juga akan meningkatkan kandungan garam dalam cairan tubuh. Fakta dehidrasi dapat dicegah oleh proses ini dan kelebihan garam harus dihilangkan. Karena ikan dipaksa oleh kondisi untuk mempertahankan osmotik air, volume urine kurang dari ikan air tawar. Tubuli ginjal dapat berfungsi sebagai penghalang air. Jumlah glomeruli ikan laut cenderung lebih sedikit dan bentuk yang lebih kecil daripada di ikan air tawar Sekitar 90% dari nitrogen limbah yang dapat dihapus melalui insang, sebagian besar dalam bentuk amonia dan sedikit urea. Namun, urine masih mengandung sedikit senyawa. Osteichthyes urin mengandung: Creatine kreatinin Nitrogen senyawa Trimetilaminoksida (TMAO) TENTANG IKAN ELASMOBRANCHII osmoregulasi Elasmobranchii cairan tubuh ikan umumnya memiliki tekanan osmotik lebih besar dari sekitarnya karena karena isi urea tinggi dan TMAO dalam tubuh (bukan sebagai garam). Karena cairan tubuh yang hiperosmotik terhadap lingkungannya, kelompok ikan ini cenderung menerima air melalui difusi, terutama melalui insang. Untuk menjaga tekanan osmotiknya, kelebihan air dikeluarkan sebagai urin. Reabsorpsi urea di ginjal tubuli juga merupakan upaya dalam menjaga tekanan osmotik tubuhnya. Permukaan tubuh relatif impermiable mencegah masuknya air dari lingkungan ke dalam tubuhnya. Para osmoregulators hewan: vertebrata laut: Ikan tulang keras: Konsentrasi larutan dalam tubuh dengan 01:03 di lingkungan mencegah hilangnya air tubuh dan mencegah diffusi garam dari lingkungannya minum, osmosis melalui insang, ekskresi garam melalui sel-sel khusus pada insang Ikan tulang rawan: konsentrasi dalam tubuh> dengan di lingkungan air masuk ke dalam tubuh melalui osmosis diekskresikan

Air Tawar ikan: Solusi konsentrasi dalam> tubuh sebagai satu di lingkungan mencegah masuknya air dan

kehilangan garam tidak minum, kulit ditutupi dengan lendir, osmosis melalui insang, produksi urin encer, pompa garam melalui sel-sel khusus pada insang.

Anda mungkin juga menyukai