Anda di halaman 1dari 25

KONTRAKSI OTOT JANTUNG

HEART MUSCLE CONTRACTIONS

Aliyyah Farahdilla / C24190081


Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

ABSTRAK
Ikan sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan. Jantung pada ikan umumnya terletak pada bagian depan
rongga tubuh, bagian ithmus, dan posterior lengkung insang. Jantung pada ikan terdiri dari venosus, ventrikel,
atrium dan conus arteriosus. Mekanisme sistem kerja otot jantung adalah dengan terjadinya konversi energi
kimiawi menjadi energi mekanik berupa tekanan dan secara lansung mengalirkan darah yang ada didalam
ruang ventrikel. Ikan yang digunakan dalam praktikum yaitu ikan nila (Oreochromis niloticus) dan ikan lele
(Clarias sp.) yang berbeda ukuran. Praktikum ini bertujuan mengamati bagaimana kerja otot jantung tanpa
pengaruh organ tubuh lain, membuktikan bahwa otot jantung adalah otot lurik tetapi bekerja seperti otot polos
(diluar kesadaran), dan mengetahui ketahanan jantung ikan di luar tubuh. Percobaan dilaksanakan pada Rabu
21 April 2021 pukul 07.00-10.00 WIB di Laboratorium Fisiologi Hewan Air, Departemen Manajemen
Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Rancangan percobaan
yang dilakukan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK). RAK dilakukan dengan perlakuan pemberian
larutan terhadap banyaknya detak jantung dan waktu bertahan detak jantung ikan, kemudian data yang
diperoleh dianalisis secara statistik menggunakan sidik ragam (ANOVA) yang diolah pada program excel
2017 for windows. Hasil percobaan menunjukkan bahwa ikan berukuran kecil memiliki jumlah detak jantung
yang lebih banyak namun kemampuan bertahan di luar tubuh lebih singkat daripada ikan berukuran besar.
Faktor-faktor yang memengaruhi frekuensi denyut jantung ikan antara lain perbedaan stadia ikan, ukuran,
jenis, rangsangan dari luar tubuh dan metabolisme tubuh ikan.
KATA KUNCI: Jantung, kontraksi, larutan.

ABSTRACT
Fish are very sensitive to environmental changes. The heart of the fish is generally located on the front of the
body cavity, the ithmus, or posterior part of the gill arch. The heart in fish consists of venous, ventricular,
atrial and conus arteriosus. The mechanism of the heart muscle working system is by converting chemical
energy into mechanical energy in the form of pressure and directly circulating the blood in the ventricular
space. The fish used in this observation were tilapia and catfish of different sizes. This practicum aims to
provide information about how the heart muscle works without the influence of other organs, proves that the
heart muscle is a striated muscle but works like smooth muscle (unconsciously), and is not aware of the safety
of the fish heart outside the body. The experiment was carried out on Wednesday 21 April 2021 from 07.00-
10.00 WIB at the Laboratory of Aquatic Animal Physiology, Department of Aquatic Resources Management,
Faculty of Fisheries and Marine Sciences, Bogor Agricultural University. This practicum used a randomized
block design (RAK) method with the treatment of giving a solution to the number of heartbeats and the
survival time of the fish's heart, then the data obtained were analyzed statistically using variance fingerprint
(ANOVA) which was processed in the excel program 2017 for windows. The results of the experiment
showed that small fish had a higher number of heartbeats but the ability to survive outside the body was
shorter than large fish. Factors that affect the heart rate of fish include differences in fish stage, size, type,
external stimuli and fish metabolism.
KEYWORDS: Contractions, heart, solution.
PENDAHULUAN
Organisme akuatik merupakan organisme yang hidup di lingkungan perairan. Air
sebagai ligkungan tempat hidup organisme perairan harus mampu mendukung kehidupan
dan pertumbuhan organisme perairan (Muhtadi et al. 2015). Ikan sangat sensitif terhadap
perubahan lingkungan dan memainkan peran penting dalam menduga potensi resiko yang
terkait dengan pencemaran di lingkungan hidupnya (Zulfahmi et al. 2014). Organisme
akuatik memerlukan suatu sistem untuk melakukan pengangkutan dan penyebaran enzim,
zat nutrisi, oksigen, karbondioksida, dan senyawa lainnya dari tempat asal ke seluruh
bagian tubuh yaitu organ peredaran darah. Jantung merupakan salah satu organ dari sistem
peredaran darah. Jantung pada ikan umumnya terletak pada bagian depan rongga tubuh,
bagian ithmus, dan posterior lengkung insang (Rahardjo et al. 2011). Menurut Di Cicco et
al. (2017) otot jantung pada ikan terletak di sebelah insang yang dinamakan ruang
pericardium.
Jantung terdiri dari venosus, ventrikel, atrium, dan conus arteriosus. Bagian luar
jantung terlapisi oleh epikardium yang berfungsi sebagai pelindung jantung dan otot
jantung. Ventrikel berfungsi sebagai pemompa darah dari jantung dan memiliki banyak otot
pada ventrikel. Atrium bertugas sebagai pengatur aliran darah pada jantung (Magder 2016).
Aliran darah akan berdenyut jika jantung dipompa dan akan dikirim langsung ke aorta
ventral ke aferen pembuluh darah cabang. Aliran darah tetap berdenyut jelas melintasi
resistensi yang ditawarkan oleh sirkulasi branchial. Kontraksi otot jantung tersebut dapat
mengekpresikan laju aliran darah, proses metabolisme dan respirasi pada ikan (Nofrizal
2014). Mekanisme sistem kerja otot jantung adalah dengan terjadinya konversi energi
kimiawi menjadi energi mekanik berupa tekanan dan secara lansung mengalirkan darah
yang ada didalam ruang ventrikel. Mekanisme jantung dalam menjalankan aktivitasnya
terdapat dua sistem, yaitu ada sistole dan diastole. Sistole dan diastole memiliki perbedaan
dalam cara kerjanya dimana sistole bekerja saat keadaan jantung kontraksi dengan ventrikel
yang menyempit. Sedangkan diastole bekerja saat keadaan jantung mengalami relaksasi
dengan ventrikel mengembang (Wang et al. 2016).
Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan air tawar yang hidup diperairan
tropis dapat hidup di lingkungan berarus deras (Aliyas dan Ya’la 2016). Habitat ikan nila di
perairan tawar seperti kolam, sungai, danau, rawa, sawah, rawa, dan waduk. Ikan nila
bersifat omnivora yang dapat memakan jenis tumbuhan air maupun hewan lain yang
berukuran lebih kecil dari tubuhnya (Jatnika et al. 2014). Ikan lele (Clarias sp.) merupakan
salah satu komoditas budidaya yang memiliki berbagai kelebihan, diantaranya adalah
pertumbuhan cepat dan memiliki kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan yang tinggi.
Ikan lele juga mudah dikenali karena tubuhnya yang licin, agak pipih memanjang, serta
memiliki kumis yang panjang dan mencuat dari sekitar bagian mulutnya (Kesuma et al.
2019). Praktikum ini bertujuan mengamati bagaimana kerja otot jantung tanpa pengaruh
organ tubuh lain, membuktikan bahwa otot jantung adalah otot lurik tetapi bekerja seperti
otot polos (diluar kesadaran), dan mengetahui ketahanan jantung ikan di luar tubuh

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat


Percobaan dilaksanakan pada Rabu, 21 April 2021. Pelaksanan percobaan
bertempat di Laboratorium Fisiologi Hewan Air, Departemen Manajemen Sumberdaya
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Percobaan
dimulai pada pukul 07.00 sampai 10.00 WIB melalui zoom meeting.

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum yaitu akuarium sebagai wadah uji, aerator
berfungsi untuk menggerakkan air dalam akuarium, timbangan digital untuk menimbang
bobot ikan, gayung berfungsi untuk mengambil air, ember sebagai wadah air, lap atau
tissue untuk membersihkan bagian yang basah atau kotor, stopwatch berfungsi untuk
mengukur lamanya waktu perlakuan, gelas cup untuk memindahkan air atau larutan, dan
gelas ukur untuk mengukur volume air. Bahan yang digunakan yaitu ikan nila dan ikan lele
yang berbeda ukuran sebagai objek pengamatan, air, aquades, garam, dan larutan fisiologis
sebagai larutan uji.

Prosedur Percobaan
Prosedur percobaan kontraksi otot jantung pada ikan dilakukan dengan menyiapkan
2 ekor ikan dengan ukuran berbeda (besar dan kecil). Ikan ditimbang untuk mengetahui
bobotnya. Ikan yang masih hidup dimatikan dengan menusuk pada bagian medula
oblongata. Ikan diletakkan pada trashbag, kemudian di bedah menggunakan gunting
dimulai dari bagian anus ke arah depan hingga insang, lalu gunting ke arah permukaan sirip
dorsal. Lakukan dengan hati-hati agar jantung tidak tergunting. Organ jantung ikan diambil
menggunakan pinset dan letakkan pada cawan petri. Kemudian dicampurkan dengan
larutan fisiologis, aquades, dan larutan garam 12 ppt. Detak jantung diamati dan dihitung
setiap menit selama satu jam. Pengamatan diberhentikan setelah jantung tidak berdetak
lagi.

Pengambilan Data
Percobaan ini dilakukan untuk mengamati kemampuan daya tahan jantung ikan
(waktu) pada masing-masing media percobaan, jumlah detak jantung (x per menit), dan
media optimum. Pengambilan data berfungsi dalam proses merumuskan hasil penelitian.
Berikut merupakan tabel parameternya:
Table 1 Parameter perhitungan kontraksi otot jantung
Parameter Satuan Alat/Metode LokasiPengamatan
Bobot ikan (W) Gram Perhitungan Laboratorium
Jumlah detak jantung (n) Detak Perhitungan Laboratorium
Durasi jantung berdetak (t) Detik Perhitungan Laboratorium
Parameter yang diukur
Berikut merupakan rumus-rumus yang digunakan dalam percobaan ketahanan ikan
diluar media pada ikan lele dan ikan nila menurut Prihatiningsih (2013):
1. Jumlah detak jantung
2. Durasi jantung berdetak

Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan pada percobaan ini adalah rancangan acak
kelompok (RAK) dengan perlakuan pemberian larutan terhadap banyaknya detak jantung
dan waktu bertahan detak jantung ikan, kemudian data yang diperoleh dianalisis secara
statistik menggunakan sidik ragam (ANOVA) yang diolah pada program excel 2017 for
windows.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Data hasil perhitungan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Setiap perlakuan
dari hewan uji yang berbeda memiliki nilai yang berbeda pula. Berikut merupakan grafik
hasil percobaan pada setiap perlakuan yang diamati dengan sampel uji ikan lele dan ikan
nila.
Table 2 Hubungan antara pemberian larutan dan banyaknya detak jantung

Perlakuan
Organisme
Larfis Aquades 12 ppt
kecil 962 561 217
Nila
besar 1561 233 887
kecil 1763 1002 358
Lele
besar 924 669 225
Berdasarkan tabel 2, dapat diketahui bahwa jumlah detak jantung ikan nila dan ikan
lele tertinggi terdapat pada larutan fisiologis. Jumlah detak jantung tertinggi ikan nila kecil
berdetak sebanyak 962 kali dan ikan nila besar berdetak sebanyak 1561 kali. Ikan lele
jumlah detak jantung tertingginya sebanyak 1763 kali dan ikan lele besar berdetak
sebanyak 924 kali. Pada perlakuan aquades ikan lele kecil berdetak lebih banyak yaitu
sebanyak 1002 kali sedangkan pada larutan garam 12ppt jumlah detak jantung terbesar
yaitu pada ikan nila besar dengan jumlah 887 kali.

Table 3 Hubungan antara pemberian larutan dan lamanya detak jantung

Perlakuan
Organisme
Larfis Aquades 12 ppt
kecil 180 720 1380
Nila
besar 772 840 2521
kecil 1686 2156 2319
Lele
besar 1217 2010 4351

Berdasarkan tabel 3, dapat diketahui bahwa lamanya detak jantung ikan nila dan
ikan lele tertinggi terdapat pada larutam garam 12 ppt. Lama waktu detak jantung tertinggi
ikan nila kecil berdetak selama 1380 detik dan ikan nila besar berdetak selama 2521 detik.
Pada ikan lele kecil, jantung dapat berdetak selama 2319 detik dan ikan lele besar berdetak
selama 4351 detik. Pada perlakuan aquades dan larutan fisiologis ikan lele kecil dapat
berdetak lebih lama yaitu 2156 detik dan 1686 detik.

Gambar 1 grafik perlakuan pemberian larutan terhadap banyak detak jantung ikan nila kecil dan besar

Berdasarkan gambar 1 diatas dapat diketahui bahwa ikan nila besar dan kecil
memiliki jumlah detak jantung yang berbeda pada perlakuan yang sama. Ikan nila kecil
diperoleh hasil jumlah detak jantung terendah pada pemberian larutan garam 12 ppt yaitu
217 kali sedangkan pada ikan nila besar yaitu 233 kali. Jumlah detak jantung tertinggi pada
ikan nila kecil terdapat pada pemberian larutan fisiologis yaitu 962 kali. Jumlah detak
jantung tertinggi pada ikan nila besar juga terdapat pada pemberian larutan fisiologis yaitu
1561 kali.

Gambar 2 grafik perlakuan pemberian larutan terhadap banyak detak jantung ikan lele kecil dan besar

Berdasarkan gambar 2 diatas dapat diketahui bahwa ikan lele besar dan kecil
memiliki jumlah detak jantung yang berbeda pada perlakuan yang sama. Ikan lele kecil
diperoleh hasil jumlah detak jantung terendah pada pemberian larutan garam 12 ppt yaitu
358 kali sedangkan pada ikan lele besar yaitu 225 kali. Jumlah detak jantung tertinggi pada
ikan lele kecil terdapat pada pemberian larutan fisiologis yaitu 1763 kali. Jumlah detak
jantung tertinggi pada ikan lele besar juga terdapat pada pemberian larutan fisiologis yaitu
924 kali.
Gambar 3 grafik perlakuan pemberian larutan terhadap banyak detak jantung ikan nila dan lele kecil

Berdasarkan gambar 3 diatas dapat diketahui bahwa perlakuan pemberian larutan


terhadap banyak detak jantung pada ikan nila dan lele kecil diperoleh hasil jumlah detak
jantung terendah nila kecil terdapat pada pemberian larutan garam 12 ppt yaitu 217 kali.
Jumlah detak jantung tertinggi pada ikan nila kecil terdapat pada pemberian larutan
fisiologis yaitu 962 kali. Jumlah detak jantung terendah pada ikan lele kecil terdapat pada
pemberian larutan garam 12 ppt yaitu 358 kali. Jumlah detak jantung tertinggi pada ikan
lele kecil terdapat pada pemberian larutan fisiologis yaitu 1763 kali.

Gambar 4 grafik perlakuan pemberian larutan terhadap banyak detak jantung ikan nila dan lele besar

Berdasarkan gambar 4 diatas dapat diketahui bahwa perlakuan pemberian larutan


terhadap banyak detak jantung ikan nila dan lele besar diperoleh hasil jumlah detak jantung
terendah nila besar terdapat pada pemberian larutan aquades yaitu 233 kali. Jumlah detak
jantung tertinggi pada ikan nila besar terdapat pada pemberian larutan fisiologis yaitu 1561
kali. Jumlah detak jantung terendah pada ikan lele besar terdapat pada pemberian larutan
garam 12 ppt yaitu 225 kali. Jumlah detak jantung tertinggi pada ikan lele besar terdapat
pada pemberian larutan fisiologis yaitu 924 kali.
Gambar 5 grafik perlakuan pemberian larutan terhadap waktu detak jantung ikan nila kecil dan besar

Berdasarkan gambar 5 diatas dapat diketahui bahwa perlakuan pemberian larutan terhadap
waktu detak jantung ikan nila kecil dan besar diperoleh hasil durasi jantung berdetak terendah pada
ikan nila kecil terdapat pada pemberian larutan fisiologis yaitu 180 detik. Durasi jantung berdetak
tertinggi pada ikan nila kecil terdapat pada pemberian larutan garam 12 ppt yaitu 1380 detik. Durasi
jantung berdetak terendah pada ikan nila besar terdapat pada pemberian larutan fisiologis, yaitu 772
detik. Durasi jantung berdetak tertinggi pada ikan nila besar terdapat pada pemberian larutan garam
12 ppt, yaitu 2521 detik.

Gambar 6 grafik perlakuan pemberian larutan terhadap waktu detak jantung ikan lele kecil dan besar
Berdasarkan gambar 6 diatas dapat diketahui bahwa perlakuan pemberian larutan terhadap
waktu detak jantung ikan lele kecil dan besar diperoleh hasil durasi jantung berdetak
terendah pada ikan lele kecil terdapat pada pemberian larutan fisiologis yaitu 1686 detik.
Durasi jantung berdetak tertinggi pada ikan lele kecil terdapat pada pemberian larutan
garam 12 ppt yaitu 2319 detik. Durasi jantung berdetak terendah pada ikan lele besar
terdapat pada pemberian larutan fisiologis, yaitu 1217 detik. Durasi jantung berdetak
tertinggi pada ikan lele besar terdapat pada pemberian larutan garam 12 ppt, yaitu 4351
detik.

Gambar 7 grafik perlakuan pemberian larutan terhadap waktu detak jantung ikan nila dan lele kecil

Berdasarkan gambar 7 diatas dapat diketahui bahwa perlakuan pemberian larutan


terhadap waktu detak jantung ikan nila dan lele kecil diperoleh hasil durasi jantung
berdetak terendah pada ikan nila kecil terdapat pada pemberian larutan fisiologis yaitu 180
detik. Durasi jantung berdetak tertinggi pada ikan nila kecil terdapat pada pemberian
larutan garam 12 ppt yaitu 1380 detik. Durasi jantung berdetak terendah pada ikan lele
kecil terdapat pada pemberian larutan fisiologis yaitu 1686 detik. Durasi jantung berdetak
tertinggi pada ikan lele kecil terdapat pada pemberian larutan garam 12 ppt yaitu 2319 detik
Gambar 8 grafik perlakuan pemberian larutan terhadap waktu detak jantung ikan nila dan lele besar

Berdasarkan gambar 8 diatas dapat diketahui bahwa perlakuan pemberian larutan


terhadap waktu detak jantung ikan nila dan lele besar diperoleh hasil durasi jantung
berdetak terendah pada ikan nila besar terdapat pada pemberian larutan fisiologis, yaitu 772
detik. Durasi jantung berdetak tertinggi pada ikan nila besar terdapat pada pemberian
larutan garam 12 ppt, yaitu 2521 detik. Durasi jantung berdetak terendah pada ikan lele
besar terdapat pada pemberian larutan fisiologis, yaitu 1217 detik. Durasi jantung berdetak
tertinggi pada ikan lele besar terdapat pada pemberian larutan garam 12 ppt, yaitu 4351
detik.

Pembahasan
Sistem peredaran darah ikan berpusat pada satu organ yaitu jantung. Jantung
memegang andil besar dalam peredaran darah karena dapat memompa darah ke seluruh
tubuh (Ozhan dan Weidinger 2015). Jantung pada ikan berfungsi untuk menjaga darah tetap
mengalir ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah. Gagguan jnatung pada ikan akan
menyebabkan menurunnya kelangsungan hidup ikan (Incardona dan Scholz 2016). Jantung
ikan besar dan ikan kecil mengalami perbedaan terhadap satuan waktu. Berdasarkan hasil
diketahui bahwa ikan kecil lebih dominan mempunyai detak jantung yang lebih banyak
dibandingkan ikan besar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Chrismadha dan Mulyana
(2019) bahwa ikan yang berukuran besar memiliki detak jantung yang lebih sedikit
daripada ikan yang berukuran kecil. Ikan kecil memiliki lebih banyak detak jantung
dikarenakan membutuhkan energi yang sedikit sehingga jantung lebih cepat terpompa dan
cepat juga berhenti karena energi pada ikan kecil yang sedikit (Laily et al. 2018).
Otot jantung ikan besar akan lebih lama bertahan diluar tubuh dibandingkan dengan
otot jantung ikan kecil. Hal ini dikarenakan ukuran ikan dan jenis ikan yang berbeda, ikan
besar memiliki lebih banyak energi dalam darah dibandingkan dengan ikan kecil. Energi
yang disalurkan ke darah adalah energi kinetik dan energi potensial. Jumlah kedua energi
tersebut lebih besar dimiliki oleh ikan yang berukuran besar sehingga aliran darah dan
tekanannya juga akan lebih besar. Frekuensi denyut jantung akan berbanding terbalik
dengan bobot tubuh, meskipun frekuensi denyut ikan yang berukuran kecil lebih cepat
namun energi yang berada pada jantung lebih banyak terdapat pada ikan yang berukuran
besar, sehingga ikan yang berukuran besar mampu berdetak lebih lama tetapi dengan
kecepatan yang lebih lambat (Gierten et al. 2020). Perbedaan waktu jantung bertahan
dikarenakan oleh ukuran ikan yang berbeda antara ikan lele dan ikan nila yang berukuran
kecil dan besar. Jantung ikan masih berdetak walaupun terlepas dari tubuh ikan, hal ini
karena jantung ikan yang bekerja dibawah miogenik atau otot miogenik. Denyut jantung
miogenik dapat berdetak walaupun saraf yang terhubung dengan tubuh terputus
(Arrokhman et al. 2012). Jantung miogenik bergantung pada microRNA otot polos
(miRNASs) yang belum teridentifikasi dengan jelas (Holmberg et al. 2017).
Menurut (Campbell et al. 2010) jantung yang telah dikeluarkan dari tubuh ikan
masih dapat berdetak, disebabkan oleh sel-sel jantung yang bersifat autoritmis. Artinya
jantung berkontraksi dan berelaksasi secara berulang-ulang tanpa adanya sinyal dari sistem
saraf. Sinyal autoritmis ini dihasilkan oleh sekumpulan sel yang disebut nodus sinoatrium.
Faktor-faktor yang memengaruhi frekuensi denyut jantung ikan antara lain perbedaan stadia
ikan, ukuran, jenis, rangsangan dari luar tubuh dan metabolisme tubuh ikan. Cairan yang
dapat menggantikan sebagai cairan rekayasa antara lain larutan fisiologis, larutan garam 12
ppt, dan aquades. Larutan garam digunakan karena dapat berfungsi sebagai pemantik
denyut jantung ikan. Dan larutan aquades digunakan sebagai kontrol untuk praktikum ini.
Larutan fisiologis digunakan karena cairan ini memiliki karakteristik tekanan osmosa yang
mirip dengan cairan tubuh. Selain itu, sejumlah kecil NaCl didalam tubuh dibutuhkan untuk
mengfungsikan sel-sel tubuh secara normal sehingga penggunaaan larutan fisiologis diduga
mampu menjaga kondisi jantung agar tetap berdetak (Kumar dan Puri 2012).
Hasil analisis ANOVA yang dihasilkan dari praktikum kali ini yaitu, ukuran ikan
nila berpengaruh terhadap banyaknya detak jantung dengan tingkat kepercayaan 95% yang
menyatakan bahwa perlakuan yang diamati berpengaruh terhadap banyakya denyut jantung.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Siallagan dan Noviana (2014) bahwa detak jantung ikan
dipengaruhi oleh ukuran dan bobot tubuh ikan. Sedangkan perlakuan terhadap waktu detak
jantung ikan menunjukkan data bahwa fhit<ftabel, artinya berdasarkan tingkat kepercayaan
95% perlakuan yang diberikan tidak berpengaruh pada bobot ikan. Hal tersebut
menunjukkan gagal tolak H0 sehingga perlakuan tidak berpengaruh terhadap perubahan
bobot.
KESIMPULAN
Jantung pada ikan yang terputus sarafnya dari tubuh ikan masih akan tetap
berdenyut dalam jangka waktu tertentu, karena detak jantung ikan berjenis miogenik dan
adanya energi sisa pada jantung. Detak jantung ketika diluar tubuh berbeda-beda dengan
tiap perlakuan yang diberikan (larutan fisiologis, salinitas 12ppt, aquades). Ikan berukuran
kecil memiliki jumlah detak jantung yang lebih banyak namun kemampuan bertahan di luar
tubuh lebih singkat daripada ikan berukuran besar. Waktu jantung bertahan pada ikan besar
lebih lama dari ikan kecil karena energi yang terkandung dalam aliran daran ikan yang
berukuran besar lebih banyak dibandingkan dengan energi yang dimiliki oleh ikan yang
berukuran kecil.

SARAN
Praktikum akan lebih baik lagi bila percobaan dilakukan pada jenis ikan yang lebih
beragam, karna setiap percobaan selalu menggunakan ikan lele dan ikan nila, agar
praktikan dapat mengetahui kontraksi otot jantung pada jenis ikan yang berbeda. Praktikum
agar lebih variatif lagi dengan perlakuan yang dilakukan tidak hanya aquades, larutan
fisiologis, dan larutan garam 12 ppt.

DAFTAR PUSTAKA
Aliyas SN, Ya’la ZR. 2016. Pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila (Oreochromis
Sp.) yang dipelihara pada media bersalinitas. Jurnal Akuakultur Indonesia. 5(1):19–
27.
Arrokhman S, Abdulgani N, Hidayati D. 2012. Survival rate ikan bawal bintang
(Trachinotus blochii) dalam media pemeliharaan menggunakan rekayasa salinitas.
Jurnal Sains dan Seni ITS. 1(1):32–35.
Campbell NA, Reece JB, Urry L, Cain M, Wasserman S, Minorsky P, RB J. 2010. Biologi
Edisi Kedelapan Jilid 3.Jakarta(ID): Erlangga.
Chrismadha T, Mulyana E. 2019. Laju konsumsi tumbuhan air mata lele (Lemna
perpusilla) oleh Ikan Nila (Oreochromis sp.) dengan padat tebar berbeda. LIMNOTEK.
26(1):39–46.
Di Cicco E, Ferguson HW, Schulze AD, Kaukinen KH, Li S, Vanderstichel R, Wessel Ø,
Rimstad E, Gardner IA, Hammell KL, et al. 2017. Heart and skeletal muscle
inflammation (HSMI) disease diagnosed on a British Columbia salmon farm through a
longitudinal farm study. PLoS ONE. 12(2):1–31.
Gierten J, Pylatiuk C, Hammouda OT, Schock C, Stegmaier J, Wittbrodt J, Gehrig J, Loosli
F. 2020. Automated high-throughput heartbeat quantification in medaka and zebrafish
embryos under physiological conditions. Scientific Reports. 10(1):1–12.
Holmberg J, Bhattachariya A, Alajbegovic A, Rippe C, Ekman M, Dahan D, Hien TT,
Boettger T, Braun T, Swärd K, et al. 2017. Loss of Vascular Myogenic Tone in miR-
143/145 Knockout Mice Is Associated with Hypertension-Induced Vascular Lesions in
Small Mesenteric Arteries. Arteriosclerosis, Thrombosis, and Vascular Biology.
38(2):1–24.
Incardona JP, Scholz NL. 2016. The influence of heart developmental anatomy on
cardiotoxicity-based adverse outcome pathways in fish. Aquatic Toxicology. 177
June:515–525.
Jatnika D, Sumantadinata K, Pandjaitan NH. 2014. Pengembangan usaha budidaya ikan
lele (Clarias sp.) di Lahan Kering di Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta. MANAJEMEN IKM: Jurnal Manajemen Pengembangan
Industri Kecil Menengah. 9(1):96–105.
Kesuma BW, Budiyanto, Brata B. 2019. Efektifitas pemberian probiotik dalam pakan
terhadap kualitas air dan laju pertumbuhan pada pemeliharaan lele sangkuriang
(Clarias gariepinus) sistem terpal. Jurnal Penelitian Pengelolaan Sumberdaya Alam
dan Lingkungan. 8(2):21–27.
Kumar M, Puri A. 2012. A review of permissible limits of drinking water. Indian Journal
of Occupational and Environmental Medicine. 16(1):40–44.
Laily H, Farikhah F, Firmani U. 2018. Analisis histologis ginjal, hati dan jantung ikan lele
afrika Clarias gariepinus yang mengalami anomali pada sirip pektoral. Jurnal
Perikanan Pantura (JPP). 1(2):30.
Magder S. 2016. Volume and its relationship to cardiac output and venous return. Critical
Care. 20(1):1–11.
Muhtadi S, Yunasfi, Rais F, Azmi N, Ariska D. 2015. Acta Aquatica. Acta Aquatica.
2(2):83–89.
Nofrizal. 2014. Aktivitas jantung ikan nila, Oreochromis niloticus (Linnaeus, 1758) pada
kecepatan renang berbeda yang dipantau dengan elektrokardiograf (EKG). Jurnal
Iktiologi Indonesia. 14(2):101–109.
Ozhan G, Weidinger G. 2015. Wnt/β-catenin signaling in heart regeneration. Cell
Regeneration. 4(3):1–12.
Rahardjo MF, Affandi R, Sjafei DS, Sulistiono, Hutabarat J. 2011.
Iktiology.Bandung(ID):Lubuk Agung.
Siallagan S, Noviana D. 2014. Gambaran Fungsi Jantung Kelinci Domestik Secara
Ekhokardiogram pada Anestesi Propofol dan Isoflurane Jangka Panjang. Veteriner.
15(2):230–238.
Wang X, Zhang Z, Wu G, Nan C, Shen W, Hua Y, Huang X. 2016. Green tea extract
catechin improves internal cardiac muscle relaxation in RCM mice. Journal of
Biomedical Science. 23(1):1–8.
Zulfahmi I, Affandi R, Batu DTFL. 2014. Kondisi biometrik ikan nila , Oreochromis
niloticus ( Linnaeus 1758 ) yang terpapar merkuri [ Biometric condition of nile tilapia
, Oreochromis niloticus ( Linnaeus 1758 ) after mercury exposure ]. Jurnal Iktiologi
Indonesia. 14(1):37–48.

Lampiran 1 Tabel ANOVA


Perlakuan terhadap banyaknya detak jantung ikan
ANOVA nila
Source of
Variation SS df MS F P-value F crit
Jenis 967272.25 1 967272.3 2.647013 199.6667 161.4476
Perlakuan 912980.25 1 912980.3 2.498439 234.8745 161.4476
Error 365420.25 1 365420.3

Total 2245672.75 3

Perlakuan terhadap banyaknya detak jantung ikan


ANOVA lele
Source of
Variation SS df MS F P-value F crit
Jenis 1097256.25 1 1097256 1.666215 0.419611 161.4476
Perlakuan 863970.25 1 863970.3 1.311963 234.8745 161.4476
Error 658532.25 1 658532.3

Total 2619758.75 3

Perlakuan terhadap banyaknya detak jantung ikan nila dan lele


ANOVA kecil
Source of
Variation SS df MS F P-value F crit
Jenis 192282.25 1 192282.3 3.496661 0.312632 161.4476
Perlakuan 13572.25 1 13572.25 0.246812 190.5556 161.4476
Error 54990.25 1 54990.25

Total 260844.75 3

Perlakuan terhadap banyaknya detak jantung ikan nila dan lele


ANOVA besar
Source of
Variation SS df MS F P-value F crit
Jenis 252506.25 1 252506.3 0.092692 222.5677 161.4476
Perlakuan 8190.25 1 8190.25 0.003007 190.5556 161.4476
Error 2724150.25 1 2724150

Total 2984846.75 3
ANOVA Perlakuan terhadap waktu detak jantung ikan nila
Source of
Variation SS df MS F P-value F crit
Jenis 1397124 1 1397124 6.244716 0.242331 161.4476
Perlakuan 10201 1 10201 0.045595 0.866073 161.4476
Error 223729 1 223729

Total 1631054 3

ANOVA Perlakuan terhadap waktu detak jantung ikan lele


Source of
Variation SS df MS F P-value F crit
Jenis 922560.25 1 922560.3 0.673367 0.562534 161.4476
Perlakuan 1370070.25 1 1370070 1 0.5 161.4476
Error 1370070.25 1 1370070

Total 3662700.75 3

ANOVA Perlakuan terhadap waktu detak jantung ikan nila dan lele kecil
Source of
Variation SS df MS F P-value F crit
Jenis 1138489 1 1138489 13.82181 167.4333 161.4476
Perlakuan 82369 1 82369 1 0.5 161.4476
Error 82369 1 82369

Total 1303227 3

ANOVA Perlakuan terhadap waktu detak jantung ikan nila dan lele besar
Source of
Variation SS df MS F P-value F crit
Jenis 714870.25 1 714870.3 0.737557 167.4333 161.4476
Perlakuan 1840092.25 1 1840092 1.898489 0.399676 161.4476
Error 969240.25 1 969240.3

Total 3524202.75 3
Lampiran 2 Screenshoot Jurnal

Anda mungkin juga menyukai