Anda di halaman 1dari 14

ANATOMI IKAN NILEM (Osteochilus vittatus)

DAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus)

Oleh :
Nama : Restu Amalia
NIM : B1A017029
Rombongan :I
Kelompok :5
Asisten : Nur Oktavianie

LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR HEWAN

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2018
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ikan merupakan organisme akuatik yang memiliki organ kompleks, terdiri
dari sistem organ yang saling bekerja sama melakukan aktivitas hidup. Ikan
termasuk dalam hewan berdarah dingin yang hidup di air, golongan vertebrata
dengan alat geraknya berupa sirip, bernafas dengan insang yang berada di bagian
kanan dan kiri dari kepalanya, dan memiliki gurat sisi (linea lateralis) sebagai alat
keseimbangannya. Tubuh ikan terdiri atas caput, truncus, dan cauda, dan diantara
ketiga bagian tersebut tidak ada pembatas yang terlihat nyata membatasinya. Secara
taksonomi ikan tergolong kelompok paraphyletic yang memiliki hubungan
kekerabatannya masih diperdebatkan. Ikan biasanya dibagi menjadi ikan tanpa
rahang (kelas Agnatha, 75 spesies termasuk lamprey dan ikan hag), ikan bertulang
rawan (kelas Chondrichthyes, 800 spesies termasuk hiu dan pari), dan sisanya
tergolong ikan bertulang keras (kelas Osteichthyes) (Djuhanda, 1984).
Ikan nilem (Osteochilus vittatus) memiliki ciri-ciri bertulang sejati dan
tubuhnya ditutupi oleh sisik sebagai kerangka luar. Kulit ini mengandung lender
yang berfungsi untuk melicinkan agar mudah bergerak di air. Tubuh ikan nilem
dilengkapi dengan beberapa sirip dan terdapat gurat sisi untuk mengetahui
perubahan tekanan air. Ikan nilem (Osteochilus vittatus) digunakan dalam pratikum
ini untuk mewakili dari spesies kelas pisces. Ikan nilem memiliki susunan
morfologi dan anatomi yang sederhana sehingga mempermudah praktikan
melakukan pengamatan, baik organ dalam maupun organ luar (Storer & Usinger,
1961).
Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan jenis ikan yang hidup di
air tawar dan memiliki bentuk tubuh yang memanjang dan berkulit licin. Hal ini
karena ikan lele tidak memiliki sisik di sepanjang tubuhnya. Ikan lele dumbo tidak
pernah ditemukan di air payau atau asin. Habitatnya di sungai dengan arus air
perlahan, rawa, telaga, waduk dan sawah yang tergenang air. Ikan lele dumbo
bersifat noktural, yaitu aktif bergerak mencari makanan pada malam hari. Ikan lele
dumbo berdiam diri dan berlindung di tempat–tempat gelap pada siang hari
(Kriswantoro, 1986).
Praktikum kali ini menggunakan ikan nilem (Osteochilus vittatus) dan ikan
lele dumbo (Clarias gariepinus) digunakan sebagai preparat karena mudah didapat
dan murah harganya. Selain itu, ikan nilem dan ikan lele dumbo memiliki organ-
organ penyusun yang lengkap dan jelas sehingga mudah diamati, baik organ dalam
maupun organ luarnya.

B. Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengetahui morfologi dan
anatomi ikan nilem (Osteochilus vittatus) dan ikan lele dumbo (Clarias gariepinus).
II. MATERI DAN CARA KERJA

A. Materi
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah ikan lele (Clarias
gariepinus) dan ikan nilem (Osteochilus vittatus).
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah gunting, pinset, baki
preparat, dan kain lap.

B. Cara Kerja
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Ikan dimatikan dengan cara dibius.
2. Ikan dibedah dengan cara digunting dimulai dari depan anus, sepanjang garis
medio-ventral tubuh ke arah depan sampai dekat sirip dada.
3. Bagian belahan sebelah atas dibuka dengan pinset.
4. Pengguntingan dilanjutkan dari anus ke arah tubuh bagian dorsal dan dilanjutkan
ke arah anterior sampai ke tutup insang (dilakukan dengan hati-hati sehingga
tidak merusak organ-organ dalamnya).
5. Pengguntingan bagian kepala dilakukan pada tutup insang bagian dorsal dan
ventral ke ujung moncong.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Gambar 3.1. Morfologi Ikan Nilem (Osteochilus vittatus)

Keterangan Gambar :

1. Lekuk hidung 14. Linea lateralis


2. Moncong 15. Anus
3. Maksilla 16. Porus urogenitalis
4. Mandibulla 17. Pinnae dorsalis
5. Misae 18. Pinnae caudalis
6. Nostril 19. Pinnae analis
7. Organon visus 20. Pinna abdominalis
8. Operculum 21. Pinna pectoralis
9. Pre-operculum 22. Caput
10. Inter-operculum 23. Truncus
11. Sub-operculum 24. Cauda
12. Radii branchiostegi
13. Membrana branchiostegi
B. Pembahasan
a. Ikan Nilem (Osteochilus vittatus)
Menurut Nelson (1994), ikan nilem (Osteochilus vittatus) dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Super Class : Taleostomi
Class : Actinopterygii
Subclass : Nepterygii
Divison : Teleostei
Subdivision : Euteleostei
Superorder : Ostariophysi
Ordo : Cypriniformes
Familia : Cyprinidae
Genus : Osteochilus
Spesies : Osteochilus hasselti
Ikan nilem (Osteochilus vittatus) merupakan ikan endemik Indonesia yang
hidup di sungai-sungai, danau dan rawa-rawa, tersebar merata di Pulau Jawa,
Sumatera dan Kalimantan. Namun sejalan dengan perkembangan, ikan tersebut
kemudian dibudidayakan di kolam-kolam untuk tujuan komersial. Habitat asli dari
ikan nilem yaitu di daerah beriklim sedang, dengan suhu berkisar 18-28 ºC dan pH
antara 6.0-7.0 dengan kandungan oksigen terlarut yang cukup tinggi. Ikan nilem
juga banyak dibudidayakan karena memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan dapat
dikonsumsi oleh manusia karena mengandung gizi serta protein yang tinggi. Selain
memiliki nilai ekonomis, ikan nilem juga berperan dalam biocleaning agent karena
sifatnya yang suka memakan detritus dan periphyton sehingga ikan ini digunakan
untuk membersikan keramba jaring apung (Syandri et al., 2015).
Menurut Smith (1963), ciri khas pada ikan nilem (Osteochilus vittatus)
terletak pada warna tubuhnya yaitu berwarna coklat atau hijau kehitaman dan
merah. Ikan nilem bersisik, memiliki linnea lateralis dari kiri ke kanan yang
menghubungkan badan dari depan sampai ujung ekor. Linnea lateralis berfungsi
untuk mengetahui besarnya arus dalam air. Ikan nilem (Osteochilus vittatus)
memiliki sepasang sirip dada (pectoral fin), sepasang sirip perut (abdominal fin),
sirip dubur (anal fin), sirip punggung (dorsal fin), sirip ekor (caudal fin). Hasil
pengamatan ikan nilem (Osteochilus vittatus) didapati bahwa ikan nilem memiliki
insang, gelembung udara dan gurat sisi (Djuhanda, 1984).
Ikan nilem jantan dan ikan nilem betina dapat dibedakan setelah masak
kelamin. Ikan nilem jantan apabila diurut perutnya dari abdomen ke papilla genital
maka akan keluar cairan seperti santan (milk) sedangkan ikan nilem betina tidak.
Ikan nilem betina memiliki ovari yang panjang hingga ke depan rongga tubuh,
berwarna kekuningan serta berukuran besar. Semantara ikan nilem jantan memiliki
testis yang pendek dan terbatas, permukaannya bergerigi dan berwarna putih (Putri
et al., 2015)
Pembedahan pada ikan nilem dilakukan dengan membius ikan terlebih
dahulu dengan menggunakan kloroform atau dimatikan dengan jarum penusuk.
Kemudian, ikan dibedah menggunakan gunting bedah mulai dari depan anus,
sepanjang garis medio-ventral tubuh ke arah depan sampai dekat sirip dada. Setelah
itu, bagian belahan daging sebelah atas dibuka dengan menggunakan pinset.
Pengguntingan dilanjutkan dari anus ke arah tubuh bagian dorsal yang dilanjutkan
ke arah anterior sampai ke tutup insang, pengguntingan dilakukan dengan hati-hati
sehingga tidak merusak organ-organ dalamnya. Pada bagian kepala, pengguntingan
dilakukan pada tutup insang bagian dorsal dan ventral sampai ke ujung moncong.
Bagian ekor dipotong melintang kemudian diamati bagian-bagiannya (Syandri et
al., 2015).
Hasil pengamatan anatomi praktikum ini didapatkan morfologi luar ikan
nilem dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu caput, truncus dan cauda. Caput
terbentang mulai dari ujung moncong sampai dengan akhir operculum. Truncus
membentang dari akhir operculum sampai dengan anus. Cauda terbentang dari
belakang anus sampai dengan ujung sirip ikan. Caput ikan nilem meliputi cavum
oris (mulut) terdapat pada ujung moncong terdapat gigi pada rahangnya, organon
visus (mata) terletak sebelah lateral tanpa kelopak mata dan operkulum. Bagian
truncus dari ikan nilem terdiri dari berbagai jenis sirip. Sirip-sirip tersebut berfungsi
membantu pergerakan ikan nilem di dalam air. Sirip-sirip tersebut terdiri dari sirip
punggung (pinna dorsalis), sepasang sirip dada (pinna pectoralis), dan sirip perut
(pinna abdominalis). Selain sirip pada bagian truncus juga terdapat porus
urogenitalis, yaitu lubang tempat alat reproduksi dan tempat pengeluaran hasil
ekskresi. Cauda ikan nilem terdapat sirip ekor tunggal (pinna analis). Diseluruh
bagian tubuh ikan nilem juga terdapat sisik dengan bentuk pipih dan bulat sehingga
disebut cycloid (Jasin, 1989).
Sistem pencernaan pada ikan nilem dimulai dari mulut, pharynx,
oesophagus, ventriculus dan intestinum yang bermuara di kloaka. Cavum oris
(rongga mulut) relatif kecil, pada rahangnya tidak bergigi. Di dalam dinding kanan
kiri pharynx terdapat sel-sel insang. Oesophagus berbentuk seperti pita pendek,
sedangkan bentuk ventriculus melengkung seperti huruf U. Sistem pencernaan ikan
nilem juga terdiri dari intestine (usus) yang berupa saluran yang berliku-liku dan
bermuara pada anus (Radiopoetro, 1977).
Alat respirasi yang terdapat pada ikan nilem adalah insang yang terdiri dari
empat ruang yang setiap ruangnya terdiri dari dua filamen insang tipis. Selain
insang juga terdapat operculum yang berfungsi untuk melindungi insang agar saat
melakukan respirasi udara yang masuk tidak bercampur dengan masuknya air yang
mengikat oksigen ke rongga mulut. Setelah itu, air melewati insang. Pada insang
terjadi penyaringan oksigen dan disini terjadi pertukaran gas karbondioksida, di
dalam darah yang dikeluarkan melalui insang dan suplai oksigen masuk melalui
arus air ketika insang terbuka. Oksigen yang telah disaring kemudian diedarkan
melalui kapiler-kapiler darah yang terdapat pada insang (Storer & Usinger, 1961).
Sistem urinaria atau eksresi pada ikan nilem adalah ren yang terjadi dari
mesonephros, ureter yang terjadi dari ductus mesonephridicus, vesica urinaria, dan
sinus urogenitalis. Sepasang ren yang memanjang sepanjang dinding dorsal
abdomen, kanan dan kiri dari linea mediana. Ureter ialah saluran yang keluar dari
ren. Selanjutnya, ureter membesar dan membentuk vesica urinaria. Ureter
bermuara ke dalam sinus urogenitalis. Sinus urogenitalis bermuara keluar melalui
porus urogenitalis yang terdapat caudal dari anus, cranial dari pangkal pinna
analis (Noris et al., 1987).
Organ reproduksi pada ikan nilem tersusun dari gonad dengan saluran
kelenjar asesorisnya. Ada dua macam gonad yang menyusunnya yaitu gonad yang
menghasilkan sel kelamin jantan (spermatozoa) disebut testis. Ikan nilem jantan
mempunyai sepasang testis berukuran panjang dan terletak dibagian ventral dari
ginjal. Ujung cauda mulai dari dari vas defferens yang bermuara ke dalam sinus
urogenitalis. Ikan nilem betina mempunyai sepasang ovarium panjang dan secara
simetris terletak pada sisi kanan dan kiri tubuh. Di sebelah dalam ovarium terdapat
sarang-sarang telur yang berisi sel gamet primordial (oogonia / oosit). Ovarium ini
mempunyai rongga yang ke cauda melanjutkan ke oviduct, yang bermuara ke
dalam sinus urogenitalis. Fertilisasi dilakukan di dalam air. Telur-telur yang
dilekatkan pada tumbuhan yang berada di air (Rodiopoetro, 1977).
b. Ikan Lele (Clarias gariepinus)
Menurut Djuhanda (1984), ikan lele (Clarias gariepinus) dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Pisces
Subclass : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Subordo : Siluroidae
Famili : Clariidae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias batrachus
Menurut Sarwono (2007), ikan lele adalah vertebrata yang termasuk kelas
pisces karena habitatnya di air yaitu hidup di air tawar dan merupakan famili dari
Clariidae. Tubuh ikan lele terdiri 3 bagian yaitu kepala (caput), badan (truncus),
dan ekor (cauda). Dimana bagian kepala dimulai dari ujung moncong sampai
dengan batas tutup insang, badan dimulai dari belakang tutup insang sampai dengan
anus dan ekor dimulai dari belakang anus sampai ujung sirip ekor.
Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) badannya tidak diselubungi dengan
sisik melainkan licin pada permukaan tubuhnya dan sedikit berlendir. Kepala ikan
lele dumbo (Clarias gariepinus) berbentuk pipih, simetris dan dari kepala sampai
punggung berwarna coklat kehitaman, mulut lebar dan tidak bergigi, bagian badan
membulat dan memipih kearah ekor dan memiliki patil. Patil ikan lele dumbo
merupakan senjata ampuh dan berbisa yang terdapat pada pectoral fin ikan lele
dumbo (Djuhanda, 1984).
Ikan-ikan genus Clarias dikenali dari tubuhnya yang licin memanjang tak
bersisik, dengan sirip punggung dan sirip dubur yang juga panjang dan terkadang
menyatu dengan sirip ekor, menjadikannya nampak seperti sidat yang pendek.
Kepalanya keras menulang di bagian atas, dengan mata yang kecil dan mulut lebar
yang terletak di unjung moncong, dilengkapi dengan empat pasang sungut peraba
(barbels) yang amat berguna untuk bergerak di air yang gelap. Lele juga memiliki
alat pernafasan tambahan berupa modifikasi dari busur insangnya. Terdapat
sepasang patil, yakni duri tulang yang tajam, pada sirip-sirip dadanya (Jasin, 1989).
Perbedaan ikan lele jantan dan ikan lele betina yaitu terdapat pada alat
kelaminnya. Ikan lele jantan memiliki alat kelamin yang terletak di dekat anusnya,
berwarna cerah dan meruncing yang disebut klasper. Klasper berfungsi sebagai
penyalur sperma keluar tubuh. Sedangkan alat kelamin ikan lele betina tampak
membulat dan tidak terdapat klasper (Kriswantoro, 1986).
Pembedahan pada ikan lele dumbo dilakukan dengan membius ikan terlebih
dahulu dengan menggunakan kloroform atau dimatikan dengan jarum penusuk.
Kemudian, ikan dibedah menggunakan gunting bedah mulai dari depan anus,
sepanjang garis medio-ventral tubuh ke arah depan sampai dekat sirip dada. Setelah
itu, bagian belahan daging sebelah bawah dibuka dengan menggunakan pinset.
Pengguntingan dilanjutkan dari anus ke arah tubuh bagian dorsal yang dilanjutkan
ke arah anterior sampai ke tutup insang, pengguntingan dilakukan dengan hati-hati
sehingga tidak merusak organ-organ dalamnya (Nugroho, 2013)
Sistem pencernan pada ikan lele dimulai dari mulut, rongga mulut, faring,
esofagus, lambung, pylorus, usus, rectum dan anus. Struktur anatomi mulut ikan
lele erat kaitannya dengan caranya mendapatkan makanan. Sungut terdapat
disekitar mulut lele yang berperan sebagai alat peraba atau pendeteksi makanan dan
ini terdapat pada ikan yang aktif mencari makan pada malam hari (nokturnal).
Rongga mulut pada ikan lele diselaputi oleh sel-sel penghasil lendir yang
mempermudah jalannya makanan ke segmen berikutnya. Rongga mulut ikan lele
juga terdapat organ pengecap yang berfungsi untuk menyeleksi makanan. Faring
pada ikan berfungsi untuk menyaring makanan yang masuk, karena insang
mengarah pada faring maka material bukan makanan akan dibuang melalui celah
insang (Djuhanda, 1984).
Sistem respirasi pada ikan lele tersusun atas insang yang berada pada sisi
kiri dan kanan kepala. Menurut Angka, S.L (1990), ikan lele memiliki alat
pernapasan tambahan yang disebut arborescent organ yang merupakan menbran
yang berlipat-lipat penuh dengan kapiler darah. Alat ini terletak di dalam ruangan
sebelah atas insang. Dalam sejarah hidupnya lele harus mengambil oksigen dari
udara langsung, untuk itu ia akan menyembul kepermukaan air. Oleh karena itu jika
pada kolam terdapat banyak eceng gondok ikan ini tidak berdaya.
Menurut Sarwono (2007), arborescent merupakan membran yang berlipat-
lipat dan penuh dengan kapiler-kapiler darah yang terletak di bagian atas lengkung
insang kedua dan ketiga, dan organ ini bentuknya mirip dengan bunga karang.
Menurut para peneliti pada beberapa jenis ikan mempunyai labirin yang merupakan
perluasan ke atas dari insang dan membentuk lipatan-lipatan sehingga merupakan
rongga-rongga tidak teratur. Labirin ini berfungsi menyimpan cadangan
O2 sehingga ikan tahan pada kondisi yang kekurangan O2. Contoh ikan yang
mempunyai labirin adalah ikan gabus dan ikan lele.
Sistem ekskresi pada ikan lele dumbo melibatkan beberapa organ yaitu
ginjal (ren) dimana organ ini mensekresikan urin, hati yang mensekresikan cairan
empedu dan pancreas yang mensekresikan kelenjar pencernaan untuk disalurkan ke
usus. Organ-organnya terdiri dari ren (ginjal), ureter, vesica urinaria, anus dan
porus urogenitalis. Anus berupa lubang di sebelah ventroposterior dari truncus,
sebagai tempat keluarnya feses. Anus dan porus urogenitalis terletak dalam satu
celah (Kriswantoro, 1986).
Sistem reproduksi pada ikan lele jantan dan ikan lele betina jelas berbeda.
Pada ikan lele jantan terdapat sepasang testis dan bagian luar tampak klasper yang
bentuknya meruncing berwarna merah dan merupakan alat kelamin yang berfungsi
untuk menyalurkan sperma keluar tubuh. Ikan lele betina pada bagian tubuhnya
terdapat ovarium yang berisi butiran-butiran telur yang akan dikeluarkan pada saat
waktunya untuk bereproduksi. Ikan lele melakukan fertilisasi eksternal, jadi ikan
jantan membuahi telur diluar tubuh induk. Perbedaan ikan lele jantan dan ikan lele
betina yaitu pada ikan lele jantan terdapat alat kelamin yang terletak di dekat
anusnya, berwarna cerah dan meruncing (klasper), sedangkan alat kelamin ikan lele
betina tampak membulat (Kriswantoro, 1986).
IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa


bagian tubuh ikan nilem (Osteochilus vittatus) dan ikan lele dumbo (Clarias
gariepinus) dibagi menjadi tiga bagian, yaitu kepala (caput), badan (truncus), dan
ekor (cauda). Tubuh ikan nilem diselimuti oleh sisik bertipe cycloid, sedangkan ikan
lele dumbo tubuhnya tidak bersisik, namun licin dan sedikit berlendir, serta
mempunyai pigmen hitam yang dapat berubah menjadi pucat apabila terkena cahaya
matahari. Sedangkan untuk anatomi ikan nilem dan ikan lele terlihat bagian-bagian
dalam sistem pencernaan, sitem respirasi, sistem ekskresi, dan sistem genitalia.
DAFTAR PUSTAKA

Angka, S. L., 1990. The pathology of walking of catfish, Clarias batrachus (L) infected
intraperitoneally with Aeromonas hydropila. Asian Fish. Sci.
Djuhanda, 1984. Pengantar Anatomi Perbandingan Vertebrata 2. Bandung : Armico.
Jasin, M., 1989. Sistematika Hewan (Vertebrata dan Invertebrata) untuk Universitas.
Bandung: Sinar Baru.
Kriswantoro, M., 1986. Mengenal Ikan Air Tawar. Jakarta: Karya Bani.
Nelson J., 1994. Fishes of the Word Third Edition. New York, USA: John Willey &
Sons. Inc.
Norris., David, O. & Richard, E. J., 1987. Hormones and Reproduction in Fishes,
Amphibians and Reptiles. New York and London: Plenum Press.
Nugroho, E., 2013. Lele Peluang Bisnis dan Kisah Sukses. Jurnal Agriflo, 10(8), pp. 25-
34.
Putri, M., Sugianti, Y., & Krismono, 2015. Beberapa Aspek Biologi Ikan Nilem
(Osteochilus vittatus) di Danau Talaga, Sulawesi Tengah. Jurnal Bawal,
7(2),pp. 111-120.
Radiopoetro, 1977. Zoologi. Jakarta: Erlangga.
Sarwono, B., 2007. Beternak Lele Dumbo. Jakarta Selatan: Agromedia.
Smith, E., 1963. General zoology. London: Saunders Company WB.
Storer. T. I. & Usinger, R. L., 1961. Elemen of Zoology. New York: Mc Graw-Hill
Company Inc.
Syandri, H., Azrita & Zunaidi, 2015. Fecundity of Bonylip Barb (Osteochilus vittatus
Cyprinidae) in Different Waters Habitats. International Jurnal of Fisheries and
Aquatic Studies, 2(4), pp. 157-163.

Anda mungkin juga menyukai