Anda di halaman 1dari 16

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Biologi Perikanan adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari


keadaan ikan yaitu sejak individu ikan tersebut menetas (hadir kealam) kemudian
makan, tumbuh, bermain, bereproduksi dan akhirnya mengalami kematian secara
alami atau oleh karna faktor lain. Biologi Perikanan ini merupakan pengetahuan
dasar ketika mendalami pengetahuan dinamika populasi ikan di perairan tawar,
laut, maupun perairan payau (Manda et al, 2019).
Ikan tambakan adalah ikan yang sangat berpotensial untuk dibudidayakan
oleh masyarakat karena mempunyai beberapa nilai lebih dan keunggulan, seperti
kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap perairan disekitarnya yang kadar
oksigen terlarutnya rendah dan tergolong dalam kelompok ikan yang mempunyai
nilai fekunditas yang cukup tinggi (Augusta, 2017).
Umur ikan adalah lama hidup suatu ikan mulai dari menetasnya
telur hingga dia dewasa. Penentuan usia ikan dapat dilihat pada bagian-
bagian tubuh yang keras. Bagian-bagian tubuh yang keras untuk pembacaan
umur suatu individu ikan tersebut yaitu sisik kunci, tulang vertebrae, tulang
operculum, pangkal duri sirip dada, dan tulang otholit menurut (Pulungan.C.P.
et al, 2019) .
Ikan mempunyai satu umur tersendiri membentuk suatu distribusi
normal. Sektor panjang rata-ratanya, bila frekuensi panjang tersebut
digambarkan dengan grafik akan membentuk beberapa puncak. Puncak inilah
yang dipakai tanda kelompok umur ikan. Untuk ikan yang lain masa
pemijahan panjang menyebabkan terdapat pertumpuan ukur dari umur yang
berbeda (Effendie, 2017).
Otolit adalah unit mikrostruktur yang digunakan untuk menghitung umur
ikan terdiri dari lapisan-lapisan kristal kalsium karbonat yang mengendap secara
periodik pada matriks organik. Lapisan-lapisan kristal yang mengendap tersebut
merupakan struktur yang tendiri dari 2 bagian (bipartite) dan disebut sebagai zona
2

inkremental. Zona tersebut terdiri dari zona inkremen dan zona diskontinus yang
umumnya terbentuk dalam 24 jam (Campana et al. 2017).
1.2 Tujuan dan Manfaat Partikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah agar kita dapat memperkirakan
umur pada setiap ikan yang kita amati, dimana kita dapat melihat otolith pada
setiap ikan dengan mengamati di mikroskop dan manfaat dari penentuan umur
ikan ini yaitu dimana pratikan mengetahui bagaimana cara untuk melihat
penentuan umur ikan dengan metoda yang di tentukan pada buku pratikum serta
pratikan dapat memahami bagimana kondisi ikan tersebut melalui otolith yang di
amatai di bawah mikroskop.
3

II. TINJAUAN PUSTAKA

Penanda umur menggunakan otolith lebih tepat digunakan untuk


pembacaan umur secara langsung karena otolith menunjukkan pola lingkaran
pertumbuhan yang lebih jelas sehingga metode ini merupakan teknik terbaik jika
dibandingkan dengan penanda biologi lain seperti sisik dan tulang ikan (Kumbar
and Swapnali, 2018).
Otolith atau batu telinga merupakan struktur biomineral yang ditemukan di
telinga bagian dalam yang berfungsi sebagai organ keseimbangan dan sebagai
detektor arah dan suara yang ada pada semua ikan bertulang sejati (Popper dan
Fay, 2018). Struktur yang dihasilkan dari proses biomineralisasi ini dengan
struktur yang mirip dengan kristal mutiara pada cangkang kerang atau tiram
(Mamuaya dkk., 2017).
Perkembangan selanjutnya menunjukkan otolith ikan dimanfaatkan
menjadi sumber informasi pendukung untuk karakter spesies dan perbedaan stok
ikan termasuk lingkungan pemijahan dan distribusinya, dimana dilakukannya
penelitian untuk mendeskripsikan karakteristik morfologi otolith meliputi
panjang, lebar, keliling dan area pada ikan (Reader et al., 2016).
Otolith adalah sekumpulan calcium carbonate yang terletak di tulang
dalam dari telinga ikan. Otolith ini menyimpan semua histori kehidupan dan
lingkungan yang merekontruksi parameter lingkungan seperti temperatur dan
salinitas (kadar garam). Otolith merupakan organ yang sangat penting, karena
melalui otolith ini dapat diketahui jenis ikan, pertumbuhan dan lingkungan, serta
sejarah kehidupannya, misalnya umur, reproduksi, dan bahkan juga proses
migrasinya (Roumillat, 2019).
4

III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum Biologi Perikanan tentang “ Penentuan Umur Ikan Pada Ikan


Tambakan (Helostoma temminckii)”. Dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 5
Oktober 2022, pada jam 13.30-15.30 WIB di Laboratorium Biologi Perairan
Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sepasang otolith


pada ikan tambakan (Helostoma temminckii) yang digunakan. Adapun alat yang d
igunakan yaitu mikroskop, hot plat, crystal bon,welding glass,batu asah, pinset,
nampan, serbet, penggaris, alat tulis, tissue, dan buku penuntun praktikum.

3.3. Metodelogi Praktikum

Metode yang digunakan dalam  praktikum ini adalah metode pengamatan


secara langsung terhadap objek yang akan dipraktikumkan dengan berpedoman
pada buku penuntun praktikum Biologi Perikanan dan selama praktikum
berlangsung di bawah pengawasan asisten.

3.4. Prosedur Praktikum

Pada saat melalukan pratikum, masing masing pratikan mengambil satu


otolith pada setiap ikan kemudian ambil sepotong kecil crystal bond kemudian
diletakkan di ujung objek glass dan di panaskan sampai meleleh. Kemudian
otolith diletakkan pada crystal bond yang sudah meleleh tersebut dengan posisi
inti otolith tepat pada garis tepi objek glass (atau setengah dari otolith tidak
menempel pada objek glass).
Kemudian objek glass diambil dari atas hot plate dan crystal bond
dibiarkan mengeras sehingga otolith melekat kuat. Setelah itu, bagian otolith yang
tidak menempel pada objek glass diasah/dipotong dengan menggunakan batu
pengasah kasar. Setelah setengan dari otolith terasah pinggiran otolith diasah
5

dengan menggunakan batu pengasah halus sampai pinggiran otolith rata dengan
pinggiran objek glass. Otolith yang masih melekat pada objek glass dipanaskan
lagi sampai crystal bond meleleh. Sementara itu pada objek glass lain, sepotong
crystal bond diletakkan pada bagian tengahobjek glass dan di panaskan.
Otolith yang tinggal setengah tersebut diambil dan di pindahkan ke objek
glass baru dan diletakkan crystal bond yang meleleh dengan posisi tegak, dimana
bidang asahan pada posisi menempel pada objek glass. Setelah itu, otolith diasah
lagi sampai didapatkan potongan melintang otolith yang tipis dan lingkaran dapat
dilihat dengan jelas, kemudian otolith diamati dibawah mikroskop.
6

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Dari hasil pratikum Penentuan Umur Ikan (Helostoma temminckii)  maka


didapat hasil sebagai berikut :
Klasifikasi Ikan tambakan (Helostoma temmincki C.V) menurut Saanin (1984)
mempunyai susunan taksonomi sebagai berikut :
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Sub kelas: Teleostei
Ordo : Percomorphoidei
Sub-ordo : Anabantoidea
Famili : Anabantidei
Genus : Helostoma
Spesies : Helostoma temminckii

Gambar 1. Ikan Tambakan (Helostoma temminckii)


7

Gambar 2. Otolith Ikan Tambakan (Helostoma temminckii)

Gambar 3. Metode Pengasahan Otolith Ukuran Relatif Besar


8

4.2. Pembahasan

Otolith terbentuk oleh pengendapan kalsium karbonat yang mengeras,


dimana seiring dengan pertumbuhan ikan, otolith di dalam sacculus bertambah
besar. Pengendapan kalsium di sekeliling otolith kurang rapat pada waktu ikan
tumbuh cepat, tetapi pada waktu pertumbuhan lambat maka endapan kalsium akan
semakin merapat. Jika pertumbuhannya cepat maka pada otolith akan nampak
lingkaran pertumbuhan yang tipis dan terang. Akan tetapi jika pertumbuhan ikan
ini terhambat maka pada otolith akan nampak lingkaran pertumbuhan yang tebal
dan gelap (Effendi,2017).
Otolith atau batu telinga merupakan struktur yang konsisten merekam
peristiwa harian pada tahap awal kehidupan dalam kejadian-kejadian tahunan
sepanjang hidup seekor ikan. Pertumbuhan kalsium karbonat setiap tahunnya akan
membentuk lingkaran umur, hal ini disebabkan adanya penegendapan disekeliling
batu telinga sehingga membentuk suatu lingkaran (Stevenson dan Campana,
2018).
Lingkaran pertumbuhan gelap yang tergambar di otolith menandakan
bahwa ikan pernah mengalami gangguan pertumbuhan dalam kehidupannya.
Semakin banyak jumlah lingkaran gelap yang dijumpai menandakan bahwa ikan
semasa hidupnya mengalami stres berat sehingga berdampak negatif terhadap laju
pertumbuhannya. Akan tetapi jumlah lingkaran gelap yang sedikit di otolith
menunjukkan bahwa ikan masih mampu hidup dengan baik dikarenakan
lingkungan perairan masih mendukung kehidupan ikan tersebut (Asmidar, 2017).
Penentuan umur suatu individu ikan dapat dilakukan melalui dua cara
yaitu secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung, cara ini hanya dapat
dilakukan pada individu ikan bududaya. Secara tidak langsung yaitu pada individu
spesies ikan yang hidup diperairan alami. Dalam menentukan umur suatu ikan ada
dua metode yang digunakan yaitu metode langsung dan metode tidak langsung.
Bagian-bagian tubuh yang keras untuk dapat dipedomani dalam pembacaan umur
ikan adalah sisik kunci, tulang vertebrae, tulang operculum, pangkal duri sirip
dada dan tulang otolith baik yang kiri dan kanan.
Penentuan umur ikan secara tidak langsung dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu dengan mempelajari tanda-tanda tahunan (Annulus) atau harian
9

(sirkulus) pada bagian-bagian tubuh yang keras. Dan metode frekwensi panjang
(Metoda Petersen ) yaitu melalui pengukuran panjang tubuh ikan, metoda ini
biasanya diterapkan pada individu-individu spesies ikan yang hidup di daerah
tropis.
Pada ikan di daerah tropis walaupun mengalami hidup di dua musim,
kenyataannya suhu lingkungan sekitar tidak begitu mempengaruhi pertumbuhan
sirkulasi pada bagian tubuh yang keras. Jadi tanda tahunan dari hasil susunan
sirkuli yang rapat tidak begitu nyata bentuknya. Penentuan umur ikan yang
mungin untuk dipraktekkan saat ini adalah dengan menggunakan metode
frekwensi panjang (metode petersen) yang tergantung pada sifat reproduksi dan
pertumbuhan ikan. Oleh karena itulah mahasiswa perikanan diwajibkan untuk
mengikuti praktikum tentang penentuan umur ikan ini.
10

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan dengan pratikum yang dilakukan bahwa kita dapat


mengetahui bagaimana keadaan otolith pada ikan yang diamati serta mengetahui
dimana otolith pada ikan tambakan tersebut dapat dipahami karena habitat hidup
ikan tambakan itu hidup di perairan yang tercemar dan kurang baik untuk
pertumbuhan individu ikan sehingga mengakibatkan garis garis pada otolith ikan
tambakan tersebut berwarna hitam. Dan pengamatan yang di lakukan pada otolith
ikan yaitu menggunakan metode frekuensi Panjang atau metode Peterson dimana
otolith ikan tersebut adalah otolith yang berukuran relative besar.

5.2. Saran 

Dalam melakukan penelitian terhadap penentuan umur ikan, para pratikan


harus benar benar mamahami bagaimana cara untuk mengasah dah meneliti
otolith di mikroskop agar tidak terjadi pengulangan pengasahan pada otolith yang
patah. Sehingga pratikan harus melakukan pengamatan secara langsung dengan
berhati hati sesuai dengan tuntukan asisten laboratorium dan buku penuntun yang
telah di sediakan.
11

DAFTRA PUSTAKA

Augusta, 2017. Fisiologi Ikan Tambakan dan Fariasi Genetis

Asmidar. 2017. Lingkaran Pertumbuhan pada Otolith Ikan Gabus (Channa striata)
dari Rawa Banjiran Sungai Tenayan Pekanbaru.

Campana et al, 2017. Microstructure offish otoliths. Can. J. Fish. Aquat. Sci. 42:
1014-1032

Effendi, M. I. 2017. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama,


Yogyakarta.

Effendie, M.I 2017. Metode Biologi Perikanan . Yayasan Dwi Sri. Bogor. 112
halaman.

Kumbar, S. M And Swapnali, B. L. (2018). Estimation Of Age And Longevity Of


Freshwater Fish Salmophasia Balookee From Otoliths,Scales And
Vertebrae. Journal Of Environmental Biology. 37:943-947.

Mamuaya, G.E., F.B. Manginsela, dan C.F.T. Mandey. 2017. Otolit sagita ikan
Selar crumenophthalmus (Bloch, 1793) dari perairan pantai Kema,
Sulawesi Utara. Makalah disajikan dalam Simposium Nasional Ikan
dan Perikanan Pantai, 12-13 September 2017 di Bogor.

Manda et al, 2019. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantama,


Yogyakarta.

Popper, A.N. and Fay, R.R., Rethinking sound detection by fishes. Hear. Res.
273: 25–36, 2018.

Pulungan, C.P., et al. 2019. Biologi Perikanan.Fakultas Perikanan dan Ilmu


Kelautan. Univesitas Riau: Pekanbaru.

Reader, J.M. et al. 2016. Elemental fingerprints of otoliths from smolt of Atlantic
salmon, Salmo salar Linnnaeus, 1758, from three maritime watersheds:
natural tag for stock discrimination. Proceedings of the Nova Scotian
Institute of Science 48(1): 91-123.

Roumillat, W. A. (2019). Manual of Fish Sclerochronology.


12

Stevenson and Campana. 2018. Feeding history Influences Otolith Shape in


Tropical Fish. Marine Ecology Progress Series, Vol.278 : 291-296.

LAMPIRAN
13

Lampiran 1. Alat yang Digunakan

Alat Tulis Pinset Laboratorium

Nampan Serbet

Penggaris Buku Penuntun Praktikum

Tissue Gulung
Welding Glass
14

Mikroskop Hot Plate


15

Lampiran 2. Bahan yang Digunakan

Crystal Bond Otolith


16

Lampiran 3. Hasil Pengamatan

Otolith Di Mikroskop

Anda mungkin juga menyukai