Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PENGKAJIAN STOK IKAN

"METODA PENENTUAN UMUR IKAN"

OLEH :

NAMA : Nur Varidah

NIM :(1913020025)

SEMESTER/KELAS : V/A

PRODI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, saya dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Mtoda Penentuan Umuri Ikan" dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Pengkajian Stok Ikan. Selain itu, makalah ini bertujuan
menambah wawasan tentang cara atau metode dalam menentukan umur pada ikan di bidang
perikanan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Crisca Benmar Eoh selaku Dosen Pengampu
Mata Kuliah Pengkajian Stok Ikan. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak
yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang
membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Kupang,2021
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Umur ikan adalah lama hidup suatu ikan mulai dari menetasnya telur hingga dia dewasa.
Untuk memudahkan pengertian selanjutnya, maka yang dipakai sebagai dasar ialah satu
populasi saja, kecuali ada pernyataan lain yang menunjukkan komunitas atau multiple spesies.
Satu populasi yang telah berhasil mengadakan pemijahan menghasilkan sejumlah besar anak-
anak ikan yang bergantung pada fekunditas, keberhasilan pemijahan dan mortalitas dari anak-
anak ikan tersebut. Sisa anak-anak ikan yang tumbuh dan berhasil hidup mencapai ukuran
yang dapat diekspliotasi dinamakan rekruitmen.

Ikan berumur panjang ada kecenderungan mempunyai tanda-tanda umum sebagai berikut:
secara phylogenetis termasuk ke dalam golongan ikan primitif, pergerakannya lamban, sebagai
penghuni dasar atau perairan dangkal, mempunyai alat pernapasan tambahan, luwes
terhadap perubahan ekstrim zat asam, suhu dan salinitas. Sebagai contoh misalnya ikan
sturgeon dan cucut. Namun ada ikan mas yang berumur panjang pula. Beberapa ikan yang
berumur pendek tidak mempunyai sifat seperti tersebut di atas misalnya ikan salmon.

Penentuan umur ikan merupakan sesuatu yang sangat penting terutama untuk menunjang
keperluan penelitian di bidangperikanan. Data umur yang dihubungkan dengan panjang dan
berat ikan dapat memberikan informasi mengenai komposisi populasi, umur ikan pada saat
gonadnya masak pertama kali, lama hidup mortalitas, pertumbuhan dan reproduksi.

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Umur Ikan

Umur ikan adalah masa kehidupan yang dapat ditempuh oleh suatu individu dari suatu spesies ikan
sampai saatnya spesies ikan itu mengalami kematian secara alami atau karena keperluan tertentu
maupun disebabkan oleh faktor lainnya. Pembacaan umur adalah suatu pengetahuan yang cukup
menarik dalam bidang perikanan terutama pembacaan umur pada spesies-spesies ikan yang hidup
secara alami diperairan umum. Karena kita tidak mengetahui pasti kapan suatu individu ikan itu
menetas dari telur, yang dapat kita ketahui adalah beberapa ukuran panjang tubuh individi ikan itu
ketika tertangkap oleh nelayan. Lain halnya dengan spesies ikan yang dibudidayakan kita mengetahui
berapa lama individu ikan tersebut telah dipelihara dan kalau kita ingin melacak lebih lanjut kita dapat
mengetahui kapan ikan itu menetas dari telurnya. Penelitian tentang umur ikan yang berasal dari
perairan sudah dilakukan sekitar 100 tahun yang lalu.

2.2 Metode Penentuan umur ikan

Metode untuk menentukan umur suatu individu ikan dapat dilakukan melalui 2 cara
yaitu :

1. Cara langsung, yang hanya dapat dilakukan pada individu spesies ikan budidaya.
2. Cara tidak langsung yaitu pada individu spesies ikan yang masih hidup diperairanalami. Penentuan
umur ikan secara tidak langsung dapat dilakukan melalui 2 carayaitu :

a. Dengan mempelajari tanda-tanda tahunan (Annulus) atau harian (Sirkulus) padabagian-bagian tubuh
yang keras.

b. Metoda prekuensi panjang (metoda petersen) yaitu melalui pengukuran panjang tubuh ikan, metoda
ini biasanya diterapkan pada individu-individu spesies ikan yang hidup didaerah tropis (Pulungan, 2006).

Pada ikan di daerah tropis walaupun mengalami hidup di dua musim, kenyataannya suhu lingkungan
sekitar tidak begitu mempengaruhi pertumbuhan sirkulasi pada bagiantubuh yang keras. Jadi tanda
tahunan dari hasil susunan sirkuli yang rapat tidak begitunyata bentuknya (Effendie, 1997).Selain
berdasarkan metode tersebut, untuk menentukan umur ikan juga dapat menggunakan metode :

1. Tanda tahunan. Tanda tahunan terjadi karena adanya kelambatan pertumbuhan yang disebabkanoleh
musim dingin atau kekurangan makanan atau faktor lain. Tanda tahunan yangbiasanya digunakan untuk
menentukan umur ikan adalah sisik (squama), operculum,otolith, vertebrae dan jari keras sirip dorsal
(Effendie, 1997). Metoda penentuan umur berdasarkan tanda tahunan pada bagian tubuh yang
kerasbiasanya dilakukan pada daerah subtropis (4 musim). Karena ikan-ikan yang hidup didaerah
subtropis sangat dipengaruhi oleh suhu lingkungannya, dimana pada musim dinginpertumbuhan tubuh
ikan hampir terhenti atau lambat sama sekali. Sehingga mempengaruhipertumbuhan pada sisik
(squama), vertebrae, tulang, operculum, duri sirip dan tulangotolith yang menyebabkan terbentuknya
susunan sirkulasi yang sangat rapat dan akhirnyamembentuk annulus (Effendie, 1997). Penentuan umur
ikan dengan menggunakan tanda tahunan berupa sisik berdasarkankepada tiga hal, yaitu:

a) Jumlah sisik ikan tidak berubah dan tetap identitasnya selama hidup.

b)Pertumbuhan tahunan pada sisik ikan sebanding dengan pertambahan panjang ikan selama hidupnya.

c) Hanya satu annulus yang dibentuk pada tiap tahunnya (Effendie, 1997).

2. Metode frekuensi panjang, yaitu dengan metode PetersenMetode Petersen digunakan untuk ikan
dengan masa pemijahan pendek, dimanaterjadi satu kali satu tahun dan umur ikan tidak panjang.
Metode ini tidak cocok untuk ikandengan masa pemijahan panjang karena menyebabkan terjadi
pertumpuan ukuran dari umur yan berbeda. Ikan yang pertumbuhannya lambat dari satu kelas umur
lebih tinggi,akan bertumpuk atau mempunyai ukuran sama dengan ikan yang tumbuhnya lebih cepat
pada umur yang lebih rendah (Effendie, 1997).

3. Tagging dan MarkingTagging adalah pemberian tanda berupa benda asing pada tubuh ikan, dimana
padatanda tadi dapat diberi tanda-tanda lain berupa tanggal nomor atau kode-kode lain

(Effendie, 1997).Marking adalah pemberian tanda pada ikan bukan dengan benda asing
melainkandengan jalan menghilangkan bagian tubuh ikan, misalnya pemotongan sirip (Effendie,1997).

2.2 Metode menghitung umur ikan

Otolit adalah unit mikrostruktur yang digunakan untuk menghitung umur ikan terdiri dari lapisan-lapisan
kristal kalsium karbonat yang mengendap secara periodik pada matriks organik. Lapisan-lapisan kristal
yang mengendap tersebut merupakan struktur yang tendiri dari 2 bagian (bipartite) dan disebut sebagai
zona inkremental. Zona tersebut terdiri dari zona inkremen dan zona diskontinus yang umumnya
terbentuk dalam 24 jam (Campana dan Neilson 1985).

2.2.1 Otolith pada ikan


Otolit terletak di dalam aparatus vestibula. Aparatus ini terbagi menjadi kantung bagian dorsal yang
disebut pars superior, dan kantung bagian ventral yang disebut pars inferior. Lapili terletak di bagian
anterior dari pars superior, sedangkan sagita dan asteriskus letaknya saling berdekatan yakni berada
didalam pars inferior yang posisinya di bagian tengah dan bawah dan lapili, seperti pada gambar
berikut :

Kantung-kantung (vestibula) berisi 3 pasang otolith masing-masing mempunyai nama sendiri yaitu
utriculus berisi lapilus, sacculus berisi sagita dan lagenus berisi asteriscus (Gambar IB), menurut Secor et
al. (1991). Otolith umumnya dikeluarkan dengan cara menyayat bagian kepala (dekat otak) dengan
memakai pinset yang agak halus. Tehnik ini dapat dilakukan untuk semua ukuran ikan baik dewasa
maupun embrio yang masih dalam telur. Setelah otolit dikeluarkan dari tempatnya, dibersihkan dari
jaringan yang menempel dan dikeringkan, untuk selanjutnya siap untuk dibaca. Untuk ikan-ikan yang
berukuran kecil, cara ini sudah cukup dan inkremen pada otolit dapat langsung dibaca dihitung. Akan
tetapi untuk otolit yang berukuran relatif besar, biasanya dibutuhkan pengasahan dan pemolesan
sebelum dibaca. dua zona, yaitu:

1) Zona kontinus atau inkremen, yaitu penambahan (deposit) yang terjadi pada periode aktif dan
metabolisme kalsium, dan

2) Zona diskontinus yang mated utamanya berupa matriks organik (PANELLA 1974; BEAMISH & Me.
FARLANE 1990).

2.1.2. Penyimpanan Otolit

Otolit ikan dewasa dapat disimpan dalam bentuk kering di dalam vial atau botol. Untuk otolit dan ikan-
ikan muda, penyimpanan dalam alkohol akan lebih cocok, sedangkan otolit dari larva ikan, penanganan
lebih sulit karena sifatnya yang rapuh dan mudah pecah. Cara penyimpanan terbaik yaitu dengan
meletakkan diobjekglas dan direkatkan (mounted) dengan media yang tembus pandang (contoh:
permount) dan kemudian ditutup dengan coverslip (BROTHERS 1990).

2.2.3. Aplikasi otolit dalam perikanan


Perubahan yang terjadi pada inkremen otolit dapat menjadi tanda yang sangat berguna untuk
mengetahui suatu kejadian pada saat itu, sehingga melalui inkremen otolit, dapat diketahui kejadian
awal (sejarah) kehidupan dari individu ikan (PANELLA 1971; 1908; BROTHERS & McFARLAND 1981;
VICTOR 1982).

2.2.4. Metode otolit

Otolit sebaiknya diambil dan ikan yang baru mati namun jika tidak memungkinkan, ikan bisa diawetkan
dalam etanol atau dibekukan. Tidak disarankan untuk menggunakan formalin, karena akan merubah
struktur otolit. Untuk ikan juvenil atau larva, sangat dibutuhkan penanganan yang teliti karena pada
stadium ini, otolit sangat sensitif terhadap perubahan atau degradasi. Metoda yang paling aman dalam
menangani stadium ini adalah dengan mengawetkan dalam etanol 95% atau dibekukan (BROTHERS
1990). Otolith umumnya dikeluarkan dengan cara menyayat bagian kepala (dekat otak) dengan
memakai pinset yang agak halus. Tehnik ini dapat dilakukan untuk semua ukuran ikan baik dewasa
maupun embrio yang masih dalam telur. Setelah otolit dikeluarkan dari tempatnya, dibersihkan dari
jaringan yang menempel dan dikeringkan, untuk selanjutnya siap untuk dibaca. Untuk ikan-ikan yang
berukuran kecil, cara ini sudah cukup dan inkremen pada otolit dapat langsung dibaca/ dihitung.

Akan tetapi untuk otolit yang berukuran relatif besar, biasanya dibutuhkan pengasahan dan pemolesan
sebelum dibaca.Otolit sebaiknya diambil dan ikan yang baru mati namun jika tidak memungkinkan, ikan
bisa diawetkan dalam etanol atau dibekukan. Tidak disarankan untuk menggunakan formalin, karena
akan merubah struktur otolit. Untuk ikan juvenil atau larva, sangat dibutuhkan penanganan yang teliti
karena pada stadium ini, otolit sangat sensitif terhadap perubahan atau degradasi. Metoda yang paling
aman dalam menangani stadium ini adalah dengan mengawetkan dalam etanol 95% atau dibekukan
(BROTHERS 1990). Otolith umumnya dikeluarkan dengan cara menyayat bagian kepala (dekat otak)
dengan memakai pinset yang agak halus. Tehnik ini dapat dilakukan untuk semua ukuran ikan baik
dewasa maupun embrio yang masih dalam telur. Setelah otolit dikeluarkan dari tempatnya, dibersihkan
dari jaringan yang menempel dan dikeringkan, untuk selanjutnya siap untuk dibaca. Untuk ikan-ikan
yang berukuran kecil, cara ini sudah cukup dan inkremen pada otolit dapat langsung dibaca/ dihitung.

Akan tetapi untuk otolit yang berukuran relatif besar, biasanya dibutuhkan pengasahan dan pemolesan
sebelum dibaca.Otolit bersifat spesies spesifik dan terdiri dari 3 pasang yang masing masing mempunyai
perbedaan karakteristik tersendiri yang mempengaruhi kegunaan dalam menentukan umur. Pasangan
terbesar disebut sagita, diikuti oleh lapilus sedangkan pasangan terkecil disebut asteriskus. Untuk
menentukan umur ikan, otolit yang sering digunakan adalah sagita dan lapilus. Sagita umumnya
mempunyai inkremen yang lebar, sehingga lebih sering dipilih untuk menentukan umur ikan yang
pertumbuhannya lambat (ikan yang berumur panjang). Sedangkan inkremen pada lapilus umumnya
lebih sempit, sehingga membutuhkan keakuratan yang tinggi dalam membacanya.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam mengetahui umur ikan dilakukan dengan 2 metode, metode langsung dan tidak langsung.
Metode langsung hanya dilakukan pada ikan budidaya, sedangkan metode tidak langsung dilakukan
pada ikan yang hidup diperairan umum. Metode tidak langsung dilakukan dengan metode frekuensi
panjang (metode Petersen) yaitu dengan mengukur ukuran panjang tubuh ikan ; metode ototlith yaitu
dengan mengamati tulang otolith yang terdapat pada bagian kepala bagian dalam di bawah
mikroskop electron.

Anda mungkin juga menyukai