Anda di halaman 1dari 6

Vol 2. No.

2 Oktober 2021
p-ISSN : 2774-2601
JPDP (Jurnal Perikanan Darat dan Pesisir) e-ISSN : 2776-3188

KEMAMPUAN PUASA DAN TINGKAT KONSUMSI OKSIGEN BENIH IKAN


LELE (Clarias batrachus)

Rudiansyah1* dan La Ode Wahidin1


1
Program Studi Ilmu Perikanan, Universitas Bina Insan, Lubuklinggau
*
e-mail: rudiansyah0227@gmail.com

Abstrak

Budidaya ikan lele memulai dari beberapa fase, diantaranya fase pemijahan, penetasan,
pendedearan juvenil, benih dan pembesaran. Perubahan fase dari pendederan menuju pembesaran
mengharuskan adanya perpindahan atau proses transportasi. Proses transportasi akan
berhubungan denga jarak dan waktu, sementara proses ini akan membuat ikan berada dalam
plastik packing yang memiliki keterbatasan oksigen dan dibawa dalam keadaan tertutup. Kondisi
transportasi ini akan menjadi masalah terutama pada keberlangsungan hidup ikan, jika tidak
diketahui jumlah konsumsi oksigen benih ikan dan lamanya waktu puasa ikan. Penelitain
dilakukan sebagai penelitian pendahuluan sebelum melakukan proses transportasi. Hasil dari
penelitian ini akan menjadi dasar dalam melakukan lama (jam) proses transportasi ikan lele yang
mungkin dilakukan. Perlakuan pada penelitian ini adalah perlakuan puasa ikan, dengan kepadatan
20 ekor diulang sebanyak tiga kali dan dilakukan selama tujuh hari. Perlakuan lainnya adalah
mengukur tingkat konsumsi oksigen dari benih ikan lele, ikan lele akan di masukan dalam wadah
beriisi air 3ℓ dan diaerasi kencang mencapai DO 6, nilai DO benih ikan lele diukur setiap jam dan
dilihat konsumsinya selama enam jam. Hasil penelitian menunjukkan benih ikan lele ukuran 8-
10cm mampu bertahan tanpa makan selama tujuh hari atau lebih, namun mulai hari ke-4 ikan
mulai berenang lemas, yang menindikasikan ikan mulai kekurangan energi. Tingkat Konsumsi
Oksigen benih ikan lele adalah 0,07 mgO2/g/jam. Berdasarkan data yang didapat benih ikan lele
mampu ditransportasikan selama 1-3 hari dengan konsumsi oksigen 504 mgO2/g/jam dengan
bobot biomasa benih 100g selama 72 jam (tiga hari).
Kata kunci : Benih ikan lele; Transportasi ikan lele; TKO; Kemampuan Puasa ikan;
Kelangsungan hidup.

Abstract
Farm of catfish starts from several phases, including spawning, hatching, juvenile, fry
dan rearing phases. From the phase from fry to rearing requires a transportation process. The
transportation process will be relate to distance and transportation time, this porses will keep
fish fry in plastic packing which has limited oxygen and carried in a closed media. Transportation
condition will be a problem, especially for survival rate of the fish, it’s be known the amount of
oxygen comsumption from fish and how long the fish condition without meal. This research was
conducted as a preliminary study before carrying oit the transportation process. The result of this
study will become a basis for carrying out the lenght (hours) of the catfish transportation
especaialy the fry catfish. Treatment in this study was fasting fish treatment, 20 fry fish density
with three times repeated and carried out for seven days. Other treatment is Measuring Level of
Oxygen comsumption, fry cathfish put in countainer filled with 3 litress water and aerated until
6 DO, the value of DO comsumtion was seen for six hours. The results showed that fry catfish
were able to survive without eating for seven days or more, but on day 4 began to swim slow,
which indicated the fish were starting to lack energy. The level of Oxygen Comsumption was 0,07
mgO2/g/hour. Based on the data report, fry of cathfish can be transportation in closed media for
1-3 days with oksigen comsumption 504 mgO2/g/hour at gross weight 100g for 72 hour.
Keywords : Lele fry; Fish transportation; Oxygen level comsumtion; Fasting fish; Survival rate.

Universitas Bina Insan Lubuklinggau


*Corresponding Author: rudiansyah0227@gmail.com 1
JPDP (Jurnal Perikanan Darat dan Pesisir) Rudiansyah dan Wahidin

I. PENDAHULUAN makanan (puasa) dan tingkat konsumsi


Budidaya ikan merupakan kegiatan oksigen, hal ini dimaksudkan untuk
yang dilakukan dengan tujuan memenuhi mencukupi kandungan oksigen dan lamanya
kebutuhan masyarakat akan daging ikan proses transportasi yang akan dilakukan.
tanpa mengabil dari alam. Kegiatan Hasil penelitian [2] menunjukkan proses
budidaya ini sebagai pencegahan terjadinya transportasi selama 9-10 jam dengan
overfishing spesies ikan dialam yang kepadatan 100 ekor/ℓ hanya mencapai
membuat kepunahan. Budidaya ikan tingkat kelangsungan hidup 91,17% dengan
dilakuakan dari beberapa fase, diantaranya kondisi oksigen menyentuh 2,50-3,56 DO.
pemeliharaan induk, pemijahan, penetasan Kemampuan puasa ikan dilakukan
telur, pemeliharaan juvenil, pendederan untuk mengetahui lamayan ikan bertahan
benih, setelah itu baru memasuki fase tanpa makanan. Selama puasa ikan akan
pembesaran dari benih menjadi ukuran siap memanfaatkan energi protein yang ada
konsumsi. dalam tubuh sehingga proses pertumbuhan
Fase pendederan merupakan fase akan tertahan, dan akan diperburuk jika ikan
yang krusial, karena memiliki rentan mengalami stres yang dapat menurunkan
kematian yang tinggi. Tingkat kematian sistem imun, menyebabkan ikan mudah
tinggi pada fase ini disebabkan oleh diserang penyakit sehingga menyebabkan
beberapa faktor, diantaranya benih masih kematian. Saat puasa ikan akan mengalami
lemah dan berkembang, sehingga rentan konversi retensi protein yang tersimpan pada
terhadapan serangan penyakit dan tubuh digunakan untuk proses metabolisme
perubahan lingkungan yang ekstrim. dan kekurangan energi, dimana jika tidak
Berdasarkan penelitian [1] benih ikan lele berpuasa, retensi protein akan didapat dari
rentan terhadap serangan penyakit dan pakan. Menurut [3] retensi protein adalah
parasit sehingga menyebabkan rendahnya sejumlah protein yang berasal dari pakan
tingkat kelangsungan hidup. Fase kemudian dikonversi menjadi protein yang
pendederan dilakukan oleh masyarakat tersimpan didalam tubuh ikan. Uji
dengan membeli benih dari balai benih kemampuan puasa ikan dilakukan untuk
bersertifikat ataupun Unit Pembenihan melihat seberapa lama ikan bertahan tanpa
Rakyat (UPR), sehingga memerlukan proses makan dan tanpa menurunkan sistem imun,
transportasi (pengangkutan) dari penyedia dan tidak terjadi retensi protein berlebihan
benih menuju kolam budidaya. Proses dari tubuh ikan agar selama dilakukan proses
transportasi ini memberikan kemungkinan transportasi kelangsungan hidup ikan dapat
benih stres dan menyebabkan kematian. dipertahankan.
Proses transportasi merupakan proses Tingkat konsumsi oksigen (TKO)
perpindahan dari kolam pendederan menuju merupakan konsumsi oksigen yang
kolam pembesaran. Proses ini dipengaruhi dilakukan oleh ikan dalam satuan
oleh lamanya waktu menuju lokasi mgO2/jam/g ikan. Pengujian TKO ini
pembesaran dan proses yang terjadi selama dilakukan untuk mengetahui jumlah oksigen
diperjalanaa. Sebelum melakukan proses yang akan ditambahkan dalam packing ikan
transportasi maka akan dilakukan proses selama transportasi mencukupi, sehingga
packing, proses ini bertujuan untuk menjaga ikan tidak mengalami hipoxia atau
keadaan ikan tetap dalam media air seperti kekurangan oksigen yang menyebabkan
pada kolam pendederan. Sebelum kematian. Menurut penelitian [4] Tingkat
melakukan proses packing, penting untuk konsumsi oksigen pada ikan juga
mengetahui kemampuan ikan tanpa dipengaruhi oleh keberadaan suhu, semakin

Universitas Bina Insan Lubuklinggau 2


JPDP (Jurnal Perikanan Darat dan Pesisir) Rudiansyah dan Wahidin

tinggi suhu TKO ikan akan semakin mengetahui penurunan nilai DO


meningkat. air. Selain itu diamati juga
Penelitain dilakukan sebagai perilaku benih ikan lele selama
penelitian pendahuluan sebelum melakukan perlakuan ini.
proses transportasi. Hasil dari penelitian ini
akan menjadi dasar dalam melakukan lama d. Tingkat Konsumsi Oksigen (TKO)
(jam) proses transportasi ikan lele yang Tingkat Konsumsi Oksigen benih
mungkin dilakukan. ikan lele dihitung menggunakan rumus Liao
dan Huang (1975) dalam [5] :
II. METODOLOGI PENELITIAN
TKO = {(DO awal-DO akhir)/ Wxt } x V
a. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakuakan pada bulan Ket :
agustus 2021 di Laboratorium Perikanan dan TKO = Tingkat Konsumsi Oksigen
Rekayasa Lingkungan, Fakultas Pertanian (mgO2/g/jam)
Universitas Bina Insan Lubuklinggau Do Awal = Oksigen Terlarut pada awal
Provinsi Sumatera Selatan. pengamatan (mg/ℓ)
b. Alat dan Bahan DO Akhir = Oksigen Terlarut pada akhir
Ikan yang diuji adalah benih ikan lele pengamatan (mg/ℓ)
berukuran 8-10cm. Alat yang digunakan W = Berat Ikan uji (g)
adalah DO meter, pH meter, termometer, t = Periode pengamatan (jam)
akuariuam, dan aerator. V = Volume air pada respirometer
(ℓ)
c. Perlakuan e. Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode Analisis data yang diperoleh selama
eksperimental dengan teknik rancangan pengamatan ditabulasikan dengan program
perlakuan yang diulang sebanyak tiga kali Microsoft Office Excel 2013, dan disajikan
yaitu berupa : dalam tabel dan dijabarkan secara deskriptif.
1. Kemampuan puasa ikan,
menggunakan tiga kali ulangan, III. HASIL DAN PEMBAHASAN
ikan yang digunakan adalah a. Hasil
sebanyak 20 ekor/akuarium, pada Hasil penelitian ini berupa data
perlakuan ini dilakukan kemampuan puasa ikan dan tingkat
pengukuran kualitas air berupa, konsumsi oksigen. Data kemampuan puasa
kadar amonia, tingkat konsumsi ikan dapat dilihat pada tabel 1, data fisika
oksigen dan suhu, serta dilakukan kimia air selama pemeliharaan dapat dilihat
pengamatan kondisi ikan berupa pada tabel 2 dan tingkat konsumsi oksigen
perilaku ikan yang terlihat. benih ikan lele disajikan pada tabel 3.
2. Tingkat konsumsi oksigen (TKO) Tabel 1. Data Survival Rate (SR) dan
menggunakan tabung (toples) Tingkah laku Ikan.
yang diisi dengan benih ikan lele Hari
SR (%) Tingkah Laku Ikan
sebanyak 3 ekor, toples ini akan ke-
diaerasi hingga kandungan 0 100 Berenag aktif
oksigen terlarut diatas 6. 1 100 Berenag aktif
Pengukuran oksigen terlarut 2 100 Berenag aktif
3 100 Berenag aktif
diukur setiap 1 jam, 2 jam, 3 jam,
4 100 Berenag lemas
4 jam, 5 jam, d 6 jam untuk

Universitas Bina Insan Lubuklinggau 3


JPDP (Jurnal Perikanan Darat dan Pesisir) Rudiansyah dan Wahidin

5 100 Berenag lemas mendukung keberlangsungan hidup dan


6 100 Berenag lemas pertumbuhan ikan.
7 100 Berenag lemas
Tabel 2. Fiska Kimia air selama b. Pembahasan
pengamatan puasa benih ikan lele Kemampuan puasa ikan
Hari menunjukkan ikan lele mampu bertahan
Suhu (oC) pH DO (mg/ℓ)
ke- selama 7 hari tanpa makan. Ikan masih
0 29-30 7,8 5,2 terlihat aktif sampai hari ke-3. Benih ikan
1 29-30 7,7 5,3 lele mampu bertahan selama 7 hari dengan
2 29-30 7,7 5,2
tingkat kelangsunga hidup 100% pada hari
3 29-30 7,5 5,0
ke-7, namun mulai berenang lemah pada hari
4 29-30 7,1 4,8
ke-4, serta banyak tedapat luka pada benih
5 29-30 7,1 5,0
ikan lele. Luka pada tubuh ikan ini
6 28-30 6,9 5,2
7 29-30 7,0 4,7 dikarenakan sifat kanibalisme ikan lele dan
tidak adanya makan menyebabkan mereka
Tabel 3. Tingkat Konsumsi Oksigen benih saling berkelahi yang mengakibatkan luka-
ikan lele luka. Ikan lele bersifat agresif dan sering
Jam Rata-
U 1* U 2* U 3* menyebabkan gesekan sehingga memicu
ke- rata
1 0,09 0,08 0,10 0,09
proses kanibalisme, selain itu menurut [6]
2 0,08 0,07 0,07 0,07 ikan lele bersifat kanibal karena agresif dan
3 0,09 0,08 0,07 0,08 hormon serotonin yang mempengaruhinya.
4 0,07 0,07 0,07 0,07 Tingkat kelangsungan hidup benih
5 0,07 0,06 0,06 0,06 ikan lele dapat saja berkurang jika penelitian
6 0,07 0,07 0,07 0,07 diteruskan lebih dari 7 hari, hal ini diduga
Rata- karena ikan lele banyak yang terluka,
0,08 0,07 0,07 0,07
rata sehingga dapat menyebabkan menurunnya
Ket : *(mgO2/g/jam) imunitas dan menyebabkan serangan parasit,
dan bakteri. Penurunan imunitas bisa terjadi
Dari data pada tabel 1, menunjukkan karena ikan mulai kehilangan energi, dan
benih ikan lele mampu bertahan hidup serangan dari teman-temannya sendiri, pada
selama tujuh hari dilihat dari tingkat ke-4 ikan mulai berenang lemas, namun
kelangsungan hidup mencapai 100%, namun masih terlihat agresif, namun pada
pada hari ke-4, benih ikan mulai berenang pemeliharaan ke-7 hari ikan muali terlihat
lemas, hal ini karena benih ikan mulai lemas dan tidak aktif bergerak, hal ini diduga
kekurangan energi, pada hari ke-1 sampai karena ikan lele stres dan terlalu aktif
hari ke-4 ikan lele masih berenang aktif. bergerak dan menyerang ikan lainnya pada
Ikan lele merupakan ikan karnivora dan hari ke-3 pemuasaan. Pemuasaan ini juga
bersifat kanibal, pada penelitian ini, benih berdampak pada menurunnya laju
ikan lele terlihat saling menyerang, namun metabolisme dan aktivitas enzim amilase
mulai berkurang saat hari ke-4, karena ikan [7].
sudah mulai lemas. Oksigen terlarut selama perlakuan
Data fisika kimia air terlihat suhu berkisar antara 4,7-5,3, hal ini dapat terjadi
stabil pada 28-30oC, pH air kisaran 6,9-7,8, karena akuarium diberikan aerasi. pH
DO berkisar antara 4,7-5,3. Data fisika kimia menunjukkan adanya penuruna dari awal
air ini masih dalam tahapan optimal dalam pemuasaan sampai hari ke-7, yaitu dari 7,8
menjadi 6,9. Penurunan pH mencapai 0,9

Universitas Bina Insan Lubuklinggau 4


JPDP (Jurnal Perikanan Darat dan Pesisir) Rudiansyah dan Wahidin

hampir 1. pH air ini masih dalam batas yang lele jika selama satu hari memerlukan
wajar walau mengalami penurunan. oksigen sebanyak 336 mgO2/g/jam.
Suhu pada selama perlakuan
berkisar antara 28-30oC, suhu pada V. SARAN
perlakuan masih dalam kondisi optimal pada Adapun saran yang dapat diberikan
dari penelitian ini adalah tidak melakukan
proses metabolisme. Berdasarkan penelitian
transportasi benih ikan lele lebih dari tiga
[7] suhu optimal dalam pemeliharaan ikan hari atau 72 jam, dan memperkirakan
lele adalah 28-30oC. Kondisi opotimal suhu oksigen yang tersedia didalam air agar
ini menyebabkan metabolisme ikan tinggi, cukup dengan kebutuhan ikan. Pengukuran
sehingga energi yang terpakai besar, hal TKO benih ikan lele belum dalam kondisi
inilah yang menyebabkan ikan berenang ekstrim atau sama dengan keadaan saat di
lemas pada hari ke-4. transportasikan, namun sudah bisa menjadi
acuan.
Pengujian Tingkat Konsumsi
Oksigen (TKO) benih ikan lele VI. DAFTAR PUSTAKA
menunjukkan rata-rata konsumsi 0,07
mgO2/g/jam. Oksigen merupakan bahan [1] Y. Jasmanindar, Y. Salosso, and N.
utama dalam melakukan proses pemecahan Dahoklory, “IMUNOSTIMULAN
energi, dimana oksigen adalah bahan Gracilaria verrucosa PADA
bakarnya. Pengukuran konsumsi oksigen BUDIDAYA IKAN LELE Clarias
sp,” J. Aquat., vol. 3, no. 2, pp. 67–
benih ikan sebelum di transportasikan adalah
72, 2020, [Online]. Available:
kegiatan memastikan kandungan oksigen https://ejurnal.undana.ac.id/index.ph
dalam media packing cukup untuk p/jaqu/article/view/3235.
memenuhi kebutuhan ikan. Berdasarkan [2] Sunardi, Syahrizal, and Z. Arifin,
hasil penelitian transportasi benih ikan lele “EFEKTIFITAS
[8] menunjukkan, penurunan DO dari 5 BIODEKOMPOSER SAAT
menjadi 2 selama 6 jam transportasi, PENGANGKUTAN IKAN LELE
SANGKURIANG (Clarias
tentunya hal ini diluar espektasi, namun
Gariepinus Var. Sangkuriang)
dengan pengukuran konsumsi oksigen ini DENGAN KEPADATAN TINGGI
diharapkan dapat menekan laju konsumsi PADA TRANSPORTASI
oksigen yang terlalu tinggi, namun tingginya TERTUTUP UNTUK
tingkat konsumsi oksigen selama proses KEBUTUHAN BUDIDAYA,”
transportasi juga dipengaruhi oleh kadar Akuakultur Sungai dan Danau, vol.
1, no. 1, pp. 44–52, 2016.
CO2 dalam air. Kadar CO2 tinggi pada media
[3] J. Setiawati, T. Tarsim, Y. Adiputra,
packing dapat mengurangi daya serap air and S. Hudaidah, “Pengaruh
terhadap oksigen, dan menurunkan pH air. Penambahan Probiotik pada Pakan
Dengan Dosis Berbeda Terhadap
IV. KESIMPULAN Pertumbuhan, Kelulushidupan,
Efisiensi Pakan dan Retensi Protein
Kesimpulan dari penelitian ini adalah
Ikan Patin (Pangasius
benih ikan lele mampu bertahan hidup tanpa
hypophthalmus),” e-Jurnal Rekayasa
makanan lebih dari tujuh hari, dan masih
dan Teknol. Budid. Perair., vol. 1,
segar atau berenang aktif selama tiga hari,
no. 2, pp. 151–162, 2013, doi:
sehingga sangat memungkinkan untuk
10.23960/jrtbp.v1i2.119p151-162.
dilakukan transportasi selama 1-4 hari.
[4] L. Geng, H. Jiang, G. Tong, and W.
Tingkat konsumsi oksigen pada benih
Xu, “Determining oxygen
ikan lele adalah 0,07 mgO2/g/jam, sehingga
consumption rate and asphyxiation
untuk kebutuhan tarnsportasi selama satu
point in Chanodichthys mongolicus
hari (24 jam) dengan bobot 200g benih ikan

Universitas Bina Insan Lubuklinggau 5


JPDP (Jurnal Perikanan Darat dan Pesisir) Rudiansyah dan Wahidin

using an improved respirometer [7] T. P. Lestari and E. Dewantoro,


chamber,” Chinese J. Oceanol. “PENGARUH SUHU MEDIA
Limnol., vol. 35, no. 2, pp. 294–302, PEMELIHARAAN TERHADAP
2017, doi: 10.1007/s00343-016- LAJU PEMANGSAAN DAN
5293-9. PERTUMBUHAN LARVA IKAN
[5] M. J. Sahetapy, D. Djokosetiyanto, LELE DUMBO (Clarias
and E. Supriyono, “Toksisitas Logam gariepinus),” J. Ruaya J. Penelit.
Berat Timbal (Pb) dan Pengaruhnya dan Kaji. Ilmu Perikan. dan Kelaut.,
pada Konsumsi Oksigen dan Respon vol. 6, no. 1, pp. 14–22, 2018, doi:
Hematologi Juvenil Ikan Kerapu 10.29406/rya.v6i1.923.
Macan (Epinephelus fuscoguttatus),” [8] R. Suwandi, A. M. Jacoeb, and V.
Institute Pertanian Bogor, 2011. Muhammad, “Pengaruh Cahaya
[6] Sylvawan, H. Hasan, and Sunarto, Terhadap Aktivitas Metabolisme
“EFEKTIFITAS EKSTRAK BUAH Ikan Lele Dumbo (Clarias
MENGKUDU (Morinda cirtifolia) Gariepinus) Pada Simulasi
UNTUK MENGURANGI Transportasi Sistem Tertutup,” J.
TINGKAT KANIBALISME BENIH Pengolah. Has. Perikan. Indones.,
IKAN LELE SANGKURIANG vol. 14, no. 2, pp. 92–97, 2011, doi:
(Clarias sp) DENGAN METODE 10.17844/jphpi.v14i2.5317.
BIOENKAPSULASI
EFFECTIVENESS,” RUAYA, vol. 2,
no. 2338–1833, pp. 44–52, 2014.

Universitas Bina Insan Lubuklinggau 6

Anda mungkin juga menyukai