Anda di halaman 1dari 6

2.3.

Pasca Panen

A. Transportasi Ikan Nila

Transportasi ikan merupakan suatu kegiatan pemindahan ikan dalam keadaan hidup
dengan penanganan tertentu guna untuk menjaga kelangsungan hidup ikan hingga ke tempat
tujuannya. Keberhasilan pada transportasi induk ikan dapat berkaitan dengan kondisi fisika dan
kimia media air selama proses pengangkutan. Menurut KKP, pengangkutan ikan hidup
merupakan usaha penempatan ikan dari lingkungan asal ke lingkungan barunya dengan disertai
adanya perubahan sifat lingkungan yang dapat berdampak buruk bagi kehidupan ikan.
Keberhasilan pengurangan pengaruh perubahan lingkungan dapat memberi kemungkinan dalam
meminimalisir tingkat kematian sehingga tujuan pengangkutan dapat tercapai secara maksimal.
Teknologi dalam transportasi ikan hidup diharapkan dapat sesuai dengan komoditinya.

Proses pengangkutan ikan hidup merupakan cara yang efektif dalam proses pengangkutan
induk ikan, karena dapat menurunkan resiko-resiko yang tidak diinginkan jika dilakukan dengan
baik dan benar. Oleh karena itu transportasi induk ikan nila perlu dilakukan dengan proses
pengangkutan ikan hidup. Menurut (Garcia et al.,2000) proses pengangkutan calon induk nila
dapat dilakukan secara tertutup dan terbuka.

 Sistem Tertutup

Transportasi ikan nila dapat dilakukan dengan metode system basah tertutup atau
menggunakan media air sebagai media.

Sistem tertutup merupakan perlakuan dengan cara ikan dimasukkan ke dalam kantong
plasti tebal yang diisi air dengan perbandingan air dan ikan yaitu 3:1.

Kantong ini dimasukkan oksigen secukupnya dan kantong plastik diikat erat. Sarana
transportasi yang digunakan yaitu mobil khusus yang memiliki fasilitas pendingin.
Pengemasan dengan cara ini dapat dilakukan untuk pengangkutan jarak jauh.
Wadah yang di gunakan dapat berupa kantong plastik atau kemasan lain yang di tutup
rapat (Berka, 1986). Untuk jarak yang tidak terlalu jauh dapat di gunakan

kantong plastik bervolume 500-1000 liter yang biasanya dirangkap untuk mencegah
kebocoran. Kantong plastik yang berukuran 60 liter dan diisi media air 20 liter dapat
mengangkut ikan seberat 4-5 kg selama 4-5 jam ( Ongge, 2001)

 Sistem Terbuka

Sistem terbuka untuk pengangkutan ikan termasuk sering dilakukan, terutama untuk
pengangkutan ikan hidup di kapal setelah penangkapan, pengangkutan antar pengumpul,
dan bahkan pengangkutan ke konsumen. Cara pengangkutan sistem basah dengan sistem
terbuka yang sering dilakukan adalah dengan menggunakan blong atau dengan kotak
fiberglass.
Caranya sangat sederhana yaitu sejumlah air dan sejumlah ikan dimasukkan ke dalam
wadah
wadah dimasukkan sistem aerasi dengan menggunakan aerator atau dengan aerasi dari
tabung oksigen.
Mempertahankan suhu air tetap stabil itu dengan cara masukkan beberapa bungkus es
dalam kantong plastik.
Wadah yang di gunakan bervariasi, mulai dari yang sederhana atau bekas pengemasan
bahan kimia, seperti ember, jeriken plastik, drum/tong plastik hingga didesain khusus
untuk pengangkutan, seperti kemplung dan bak fiberglass

Penanganan sangat penting bagi transportasi ikan (Sakina et al, 2021). Faktor-faktor
penting yang mempengaruhi keberhasilan pengangkutan ikan sistem basah di antaranya adalah:

Kualitas Ikan
Kualitas ikan yang ditransportasikan harus dalam keadaan sehat dan baik. Ikan yang
kualitasnya rendah memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi dalam waktu pengangkutan yang
lebih lama dibandingkan dengan ikan yang kondisinya sehat.

Kebutuhan Oksigen

Kebutuhan oksigen oleh ikan sangat bergantung pada jenisi ikan, ukuran ikan, aktivitas
ikan, toleransi terhadap stress, suhu, pH, CO2, dan amoniak. Ikan berukuran kecil
mengkonsumsi oksigen yang lebih banyak persatuan waktu dan berat dari pada yang berukuran
besar. Kandungan O2 terlarut yang baik untuk kehidupan ikan harus lebih dari 2 mg/l, apabila
media pengangkutan memiliki kandungan oksigen terlarut kurang dari 2 mg/l maka akan
menyebabkan kematian. Kondisi kekurangan oksigen tersebut tidak boleh terjadi lebih dari 8 jam
dalam satu hari (24 jam) karena dapat mengakibatkan kematian. Konsumsi oksigen tertinggi
pada ikan terjadi 15 menit pertama dari saat pengangkutan.

Suhu

Suhu merupakan parameter penting dalam monitoring kualitas air karena suhu berfungsi
sebagai katalis, penekan, aktivator, pembatas, stimulator, pengontrol, dan faktor yang paling
mempengaruhi karakter kualitas air. Selain itu suhu air berpengaruh terhadap aktifitas penting
terutama pernafasan, pertumbuhan, reproduksi serta laju metabolisme.  Jadi suhu mempunyai
pengaruh yang nyata terhadap respirasi, konsumsi pakan, kecernaan, pertumbuhan dan
berpengaruh terhadap metabolisme ikan.  Suhu juga berakibat pada kelarutan oksigen dalam air
(contoh: air yang hangat mempunyai jumlah oksigen yang lebih sedikit dari pada air dingin).
Dalam pengangkutan jarak jauh dan untuk lama pengangkutan lebih dari 24 jam, oksigen harus
selalu tersedia dalam jumlah yang cukup dan suhu tidak boleh melebihi 28 OC, salah satu contoh
suhu yang ideal untuk pengangkutan benih ikan gurami adalah 20OC.

Derajat Keasamaan (pH)

Derajat keasaman (pH) sangat mempengaruhi aktivitas ikan. Jaringan  insang merupakan
target organ pertama akibat stress asam. Insang memiliki fungsi untuk mengikat oksigen terlarut
yang terdapat pada media air. Ketika ikan berada pada pH rendah, peningkatan lendir akan
terlihat pada permukaan insang. Begitu juga dengan pH tinggi, karena insang ikan sangat
sensitive dan pH tinggi berbahaya bagi mata ikan karena dapat menyebabkan mata ikan menjadi
rabun. Apabila kinerja insang terganggu karena terlalu rendah atau terlalu tingginya  pH akan
menyebabkan kematian selama proses pengangkutan. Kriteria pH yang ideal adalah 6,5-8,5.

Karbondioksida (CO2)

Karbondioksida dalam media pengangkutan merupakan hasil respirasi dan dapat


mengancam kelangsungan hidup ikan. Jumlah karbon dioksida yang terlampau banyak akan
bersifat racun bagi ikan. Kadar CO2 terlarut lebih dapat ditoleransi oleh ikan dibandingkan
dengan amonia, bahkan banyak ikan yang hidup pada air yang mengandung CO 2 lebih besar dari
60mg/l. Kadar CO2  sebesar 50–100 mg/l dapat membunuh ikan dalam waktu yang relatif lama.
Kadar CO2 dalam air juga mempengaruhi pH air.  Pada saat kandungan CO2 tinggi, maka pH air
rendah. Demikian pula sebaliknya,  jika CO2 rendah, maka pH air tinggi.

Amoniak

Kadar amonia harus diperhatikan dalam transportasi ikan. Hasil buangan metabolisme
menyebabkan  kematian utama pada ikan dalam proses pengangkutan. Senyawa nitrogen adalah
unsur utama pada hasil buangan metabolisme yang bentuk terbanyaknya adalah urea dan diikuti
amoniak. Amoniak dapat meningkatkan konsumsi oksigen oleh jaringan, menghancurkan insang
dan mengurangi kemampuan darah untuk mentransportasikan oksigen. Jumlah amoniak yang
diekskresikan juga bergantung pada sejumlah faktor seperti spesies, ukuran, makanan dan
temperatur, dimana metabolisme pada ikan berukuran lebih kecil akan lebih cepat dibandingkan
ikan yang  lebih besar pada  spesies yang  sama. Dalam wadah pengangkutan laju metabolisme
ikan lebih cepat sampai tiga  kali dari metabolisme rutin sehingga menyebabkan laju ekskresi
hasil metabolisme selama proses pengangkutan meningkat.

Kepadatan ikan
Kepadatan ikan harus diatur dengan cermat dalam setiap wadah selama pengangkutan supaya
tidak terjadi stres pada ikan selama proses transportasi sehingga dapat mengurangi kemungkinan
ikan mengalami kematian selama perjalanan. Kepadatan ikan merupakan bobot ikan yang
berada  dalam suatu wadah dan waktu tertentu.  Kepadatan ikan yang akan diangkut bergantung
kepada volume air, berat ikan, spesies, ukuran ikan, lama pengangkutan, suplai oksigen dan
suhu. Perbandingan antara volume ikan dan volume air selama transportasi tidak boleh lebih dari
1 : 3 . Ikan-ikan lebih besar, seperti induk ikan dapat ditrasportasi dengan perbandingan ikan dan
air sebesar 1 : 2 sampai 1 : 3 , tetapi untuk ikan-ikan kecil perbandingan ini menurun sampai 1 :
100 atau 1 : 200.

B. Kriteria Ikan Nila Layak Jual

• Warna badan cerah hitam keabu-abuan

• Bentuk tubuh Ikan Nila pipih (compress) dengan sisik penuh dan teratur

• Anggota atau organ tubuh lengkap, sisik teratur , tubuh tidak ada yang cacat dan tidak
ada kelainan bentuk, tubuh tidak ditempeli oleh parasit, tidak ada benjolan, insang bersih,
tutup insang normal (tidak tebal atau tipis) dan berlendir.

• Kekenyalan tubuh : kenyal dan tidak lembek


REFERENSI

Sakina, N. S., F. Purwangka, dan Mustaruddin. 2021. Prioritas Risiko Penanganan dan Transportasi Ikan
Tuna di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) pondokdadap. Jurnal Albacore., 5(2): 147-160.

Anda mungkin juga menyukai