Anda di halaman 1dari 43

parameter kualitas air kolam lele

DONO SAPARI NASA

Dalam usaha berbudidaya ikan, termasuk lele, salah satu hal penting adalah menyiapkan
media. media berupa air tempat hidup ikan haruslah berada pada kondisi yang baik. Artinya,
kolam memenuhi syarat untuk hidup ikan tersebut.
Salah satu hal yang menyebabkan ikan terkena penyakit adalah kondisi air di kolam yang
kurang layak. Penyakit bisa muncul karena kualitas kolam yang kurang memenuhi syarat
misalnya, pH yang kurang sesuai, suhunya terlalu tinggi, kandungan amoniaknya besar, dan
lain-lain.
Media yang bagus untuk lele sebaiknya parameter kualitas air pada posisi optimum. yaitu :
pH : 7-8, Suhu : 28-32 derajat celsius, Oksigen : 2-3 ppm, Amoniak : <0,012ppm, Nitrit :
<0,2ppm, KH (CaCO3) : >20PPM
Dari 6 parameter air yang paling penting adalah pH, yang berguna untuk mendeteksi potensi
produktifitas kolam. pH air yang agak basa dapat mendorong proses pembongkaran bahan
organik dalam air menjadi mineral-mineral yang dapat diasimilasikan oleh tumbuhan (garam,
amonia dan nitrat).
Bila pH dibawah 7 atau diatas 8, bisa mengganggu proses produksi budidaya ikan lele.
Naik turunya pH dalam media ikan lele pada kondisi tidak optimum sangat
mengganggu pada kehidupan ikan lele khususnya fase pra larva dan larva. Untuk
itu, pembudidaya wajib mempunyai pH tester agar kualitas air dapat terdeteksi sejak
dini. Alat untuk mengukur pH, tersedia di pasaran, mulai dari kertas lakmus sampai
pH meter dengan jarum penunjuk yang sangat praktis digunakan. Jika ikan cepat
stres dan terkena bermacam penyakit, segera lakukan pemeriksaan pada kolam
dengan memperhatikan dengan hal-hal diatas.
PARAMETER KUALITAS AIR UNTUK
BUDIDAYA IKAN
15 NOVEMBER 2014 / RUDIYONOPERIKANAN

 Sebagai parameter untuk pemeliharaan atau budidaya ikan adalah


karakteristik fisik dan kimia air. Karakteristik fisik dan kimia air ini
sangat mendasar dan sangat berpengaruh pada ikan. Adapun karakteristik
tersebut meliputi keasaman (pH), suhu, kekerasan (dH), salinitas, CO-
2 terlarut, O2 terlarut.

1. Keasaman (pH)
Nilai keasaman (pH) merupakan indikasi atau tanda kalau air bersifat
asam, basa (alkali) atau netral. Keasaman sangat menentukan kualitas air
karena juga sangat menentukan proses kimiawi dalam air. Hubungan
keasaman air dengan kehidupan ikan sangat besar. Titik kematian ikan
pada pH asam adalah 4 dan pada pH basa adalah 11. Ikan air tawar
kebanyakan akan hidup baik pada kisaran pH sedikit asam sampai netral,
yaitu 6,5 – 7,5. Sementara keasaman air untuk reproduksi atau
perkembangbiakan biasanya akan baik pada pH 6,4-7,0 sesuai jenis ikan.
Oleh karena itu, dalam pemeliharaan ikan sebaiknya kondisi air dijaga
agar berada pada kisaran nilai tersebut.

2. Suhu
Ikan merupakan hewan berdarah dingin (poikilothermal) sehingga
metabolisme dalam tubuh tergantung pada suhu lingkungannya, termasuk
kekebalan tubuhnya. Suhu luar atau eksternal yang berfluktuasi besar
akan berpengaruh pada sistem metabolisme. Konsumsi oksigen dan
fisiologi tubuh ikan akan mengalami kerusakan sehingga ikan akan sakit.
Suhu yang terlalu rendah akan mengurangi imunitas (kekebalan tubuh)
ikan, sedangkan suhu yang terlalu tinggi akan mempercepat ikan terkena
infeksi bakteri. Suhu yang optimal untuk usaha budidaya ikan adalah
220C – 270C.
3. Kekerasan (dH)
Kekerasan (hardness) disebabkan oleh banyaknya mineral dalam air yang
berasal dari batuan dalam tanah, baik dalam bentuk ion maupun ikatan
molekul. Derajat kekerasan air biasanya dinyatakan dalam odH. Derajat
keasaman menggunakan nilai standar yang dinyatakan oleh kadar Ca +
+
dan Mg++ dalam bentuk CaCO3 atau CaO dan MgO dalam satuan
mg/liter. Secara umum pertumbuhan dan perkembangan ikan akan baik
pada kekerasan 3O-10O dH.
4. Salinitas
Salinitas atau kadar garammerupakan jumlah total material terlarut dalam
air. Umumnya salinitas dihitung dengan satuan ppt (part per thousand),
yaitu gram material terlarut per liter air.

Berdasarkan salinitas, badan air dapat dibedakan dalam tiga katagori,


yaitu air tawar (0-3 ppt), air laut (lebih dari 20 ppt) dan air payau (4-20
ppt).

Pengukuran salinitas dapat dilakukan dengan menggunakan alat


salinometer atau refraktometer. Dengan cara meneteskan air ke dalam alat
tersebut maka nilai salinitas air yang diteteskan sudah bisa terbaca pada
skal alat.

Pengaruh salinitas pada ikan terjadi dalam proses osmoregulasi. Ikan air
tawar tidak toleran dengan salinitas. Akibat perubahan fisiologi osmose
sel-sel tubuh maka ikan akan mengalami stress. Toleransi terhadap
salinitas oleh ikan dari daerah air payau umumnya tinggi atau lebih lebar
dibanding ikan air tawar atau ikan air laut.

5. CO2 terlarut
Gas karbondioksida/asam arang merupakan hasil buangan oleh semua
makhluk hidup melalui proses pernafasan. Karbondioksida ini di dalam
air dapat berada dalam bentuk CO2 bebas terlarut dan karbonat terikat.
CO2 dari udara masuk ke dalam air melalui difusi, hasil fotosintesis
tanaman air dan senyawa yang masuk bersama air hujan.
Karbondioksida sangat mudah larut dalam pelarut, termasuk air. Dalam
jumlah atau kadar tertentu, karbondioksida ini dapat merupakan racun.
Ikan mempunyai naluri yang kuat dalam mendeteksi kadar
karbondioksida dan akan berusaha menghindari daerah atau area yang
kadar CO2nya tinggi. Dengan kadar CO2mencapai lebih dari 10 mg/l
sudah bersifat racun bagi ikan karena ikatan atau kelarutan oksigen dalam
darah terhambat. Tanda visual pada ikan budidaya yang kadar CO2nya
tinggi adalah berkumpulnya ikan dengan kondisi susah bernafas.
6. O2 terlarut
Gas oksigen larut dalam air, tetapi tidak bereaksi dengan air. Keberadaan
oksigen dalam air dibanding di udara sangat berbeda, yaitu jauh lebih
banyak di udara karena mencapai hampir dua puluh kali. Oleh karena itu,
kehidupan di air, termasuk ikan sangat membutuhkan cara atau kreativitas
agar kebutuhan oksigen terpenuhi.

Kebutuhan oksigen untuk setiap jenis ikan sangat berbeda karena


perbedaan sel darahnya. Ikan yang gesit umumnya lebih banyak
membutuhkan oksigen. Sementara ikan labirintisiseperti lele, catfish dan
gurame yang dapat mengambil oksigen langsung dari udara tentunya
kadar oksigen dalam air tidak terlalu berpengaruh pada kehidupannya.
Secara teori, kadar oksigen terendah agar ikan bisa hidup dengan baik
adalah lebih dari 5 mg/l.

Manajemen Kualitas Air


Maret 9, 2011 pukul 12:54 pm | Ditulis dalam AQUACULTURE | 2 Komentar

Sumber : Gusrina Budidaya Ikan Jilid 1 Untuk SMK

Media budidaya ikan merupakansuatu tempat hidup


bagi ikan untuk tumbuh dan berkembang yaitu air. Air yang dapat digunakan sebagai budidaya ikan
harus mempunyai standar kuantitas dan kualitas yang sesuai dengan persyaratan hidup ikan. Air
yang dapat digunakan sebagai media hidup ikan harus dipelajari agar ikan sebagai organisme air
dapat dibudidayakan sesuai kebutuhan manusia sebagai sumber bahan pangan yang bergizi dan
relatif harganya murah. Air yang dapat memenuhi kriteria yang baik untuk hewan dan tumbuhan
tingkat rendah yaitu plankton sebagai indikator paling mudah bahwa air tersebut dapat digunakan
untuk budidaya ikan.

Hal ini dikarenakan organisme ini merupakan produsen primer sebagai pendukung kesuburan
perairan. Oleh karena itu kondisi perairan/ air harus mampu menyiapkan kondisi yang baik,
terutama untuk tumbuhan tingkat rendah (Fitoplankton) dalam proses asimilasi sebagai sumber
makanan hewan terutama ikan. Secara umum air sebagai lingkungan hidup mempunyai sifat fisik,
sifat kimia dan sifat biologi. Agar dapat melakukan pengelolaan kualitas air dalam budidaya ikan
maka harus dipahami ketiga parameter kualitas air yang sangat menentukan keberhasilan suatu
budidaya ikan. Dalam bab ini akan dibahas tentang kuantitas air dalam hal ini sumber air yang
dapat digunakan untuk kegiatan budidaya, parameter kualitas air yang akan sangat menentukan
keberhasilan suatu usaha budidaya ikan dan bagaimana cara melakukan pengukuran terhadap
parameter kualitas air tersebut agar dapat selalu dipantau perubahan kualitas air dalam wadah
budidaya ikan.

A. Parameter kualitas air

a. Sifat Fisik

1. Kepadatan (density/berat jenis)

Pada suhu 4 oC-(3,95oC ) air murni mempunyai kepadatan yang maksimum yaitu 1 (satu), sehingga
kalau suhu air naik, lebih tinggi dari 4 oC kepadatan/berat jenisnya akan turun, demikian juga kalau
suhunyanlebih rendah dari 4oC. Sifat air yang demikian itu, maka akan terjadi pelapisan-pelapisan
suhu air padandanau atau perairan dalam, yaitu pada lapisan dalam suatu perairan suhu air makin
rendah disbanding pada permukaan air. Akan tetapi bila air membeku jadi es, es tersebut akan
terapung. Akibat dari sifat tersebut akan menimbulkan pergolakan/perpindahan massa air dalam
perairan tersebut, baik secara vertikal maupun horizontal. Sifat air ini mengakibatkan pada
perairan didaerah yang beriklim dingin yang membeku perairannya hanya pada bagian atasnya saja
sedangkan pada bagian bawahnya masih berupa cairan sehingga kehidupan organisme akuatik masih
tetap berlangsung. Selain itu keuntungan adanya gerakan air ini dapat mendistribusikan/
menyebarkan berbagai zat ke seluruh perairan, sebagai sumber mineral bagi fitoplankton dan
fitoplankton sebagai makanan ikan maupun hewan air lainnya.

Dasar perairan adalah merupakan akumulasi pengendapan mineral-mineral yang merupakan


persediaan “nutrient” yang akan dimanfaatkan oleh mahluk hidup (yang pada umumnya tinggal
didaerah permukaan air karena mendapatkan sinar matahari yang cukup). Pada perairan yang
oligotrof (cukup banyak mengandung mineral), aliran vertikal tidak banyak membawa
keberuntungan, justru sebaliknya dapat mengendapkan mineral-mineral yang datang dari tempat
lain kedasar perairan, mineral-mineral tersebut akan di absorbsi oleh dasar perairan .Sedangkan
kerugian adanya aliran air ini adalah terutama aliran air yang vertikal sering menimbulkan
“upwalling” pada danau-danau, sehingga menyebabkan keracunan dan kematian ikan secara masal.
Hal ini disebabkan kondisi air yang anaerob (oksigen rendah) dan zat-zat beracun dari dasar
perairan akan naik kepermukaan air.

2. Kekentalan ( Viscosity )
Molekul-molekul air mempunyai daya saling tarik menarik, kalau daya saling tarik menarik tersebut
mengalami gangguan karena adanya benda yang bergerak dalam air seperti benda tenggelam, maka
akan timbul gesekan-gesekan yang disebut dengan “gesekan intern dalam air“/ Viscosity. Menurut
kesepakatan para ahli fisika, pada suhu 0 oC, kekentalan air murni mempunyai nilai yang terbesar,
dan ditandai dengan angka 100. Makinmnaik suhunya, makin berkurang kekentalannya. Setiap
kenaikan suhu 1oC terjadi penurunan viscosity 2%, hingga pada suhu 25 oC viscositas turun menjadi
setengahnya dari nilai viscosity pada suhu 0 oC. Viscosity ini akan berpengaruh terhadap proses
pengendapan jasad renik (plankton), zat-zat dan benda-benda yang melayang didalam air.

3. Tegangan Permukaan

Molekul-molekul air mempunyai daya saling tarik menarik terhadap molekul-molekul yang ada.
Dalam fase cair daya tarik menarik masih sedemikian besarnya, sehingga molekul-molekul zat cair
masih mempunyai daya “Kohesi “. Daya tarik menarik molekul air ini terjadi kesegala penjuru,
sedang dipermukaan hanya terjadi gaya tarik menarik kesamping dan kedalam saja dan sifat itu
yang menyebabkan timbulnya tegangan permukaan. Akibat adanya tegangan permukaan, maka
binatang dan tumbuhan yang ringan, seperti kimbung akar dapat berjalan diatas permukaan air,
ada juga plankton yang menggantung dibawah permukaan air.

4. Suhu Air

Air sebagai lingkungan hidup organisme air relatif tidak begitu banyak mengalami fluktuasi suhu
dibandingkan dengan udara, hal ini disebabkan panas jenis air lebih tinggi daripada udara. Artinya
untuk naik 1oC, setiap satuan volume air memerlukan sejumlah panas yang lebih banyak dari pada
udara. Pada perairan dangkal akan menunjukkan fluktuasi suhu air yang lebih besar dari pada
perairan yang dalam. Sedangkan organisme memerlukan suhu yang stabil atau fluktuasi suhu yang
rendah. Agar suhu air suatu perairan berfluktuasi rendah maka perlu adanya penyebaran suhu. Hal
tersebut tercapai secara sifat alam antara lain;

􀁸 Penyerapan (absorbsi) panas matahari pada bagian permukaan air.

􀁸 Angin, sebagai penggerak permindahan massa air.

􀁸 Aliran vertikal dari air itu sendiri, terjadi bila disuatu perairan (danau) terdapat lapisan suhu air
yaitu lapisan air yang bersuhu rendah akan turun mendesak lapisan air yang bersuhu tinggi naik
kepermukaan perairan. Selain itu suhu air sangat berpengaruh terhadap jumlah oksigen terlarut
didalam air. Jika suhu tinggi, air akan lebih lekas jenuh dengan oksigen disbanding dengan suhunya
rendah. Suhu air pada suatu perairan dapat dipengaruhi oleh musim, lintang (latitude), ketinggian
dari permukaan laut (altitude), waktu dalam satu hari, penutupan awan, aliran dan kedalaman air.
Peningkatan suhu air mengakibatkan peningkatan viskositas, reaksi kimia, evaporasi dan volatisasi
serta penurunan kelarutan gas dalam air seperti O2, CO2, N2, CH4 dan sebagainya. Kisaran suhu air
yang sangat diperlukan agar pertumbuhan ikan-ikan pada perairan tropis dapat berlangsung berkisar
antara 25oC – 32oC. Kisaran suhu tersebut biasanya berlaku di Indonesia sebagai salah satu negara
tropis sehingga sangat menguntungkan untuk melakukan kegiatan budidaya ikan.

Suhu air sangat berpengaruh terhadap proses kimia, fisika dan biologi di dalam perairan, sehingga
dengan perubahan suhu pada suatu perairan akan mengakibatkan berubahnya semua proses didalam
perairan. Hal ini dilihat dari peningkatan suhu air maka kelarutan oksigen akan berkurang. Dari
hasil penelitian diketahui bahwa peningkatan 10 oC suhu perairan mengakibatkan meningkatnya
konsumsi oksigen oleh organism kuatik sekitar 2–3 kali lipat, sehingga kebutuhan oksigen oleh
organisme akuatik itu berkurang. Suhu air yang ideal bagi organism air yang dibudidayakan
sebaiknya adalah tidak terjadi perbedaan suhu mencolok antara siang dan malam (tidak lebih dari
5oC) . Pada perairan yang tergenang yang mempunyai kedalaman air minimal 1,5 meter biasanya
akan terjadi pelapisan (stratifikasi) suhu. Pelapisan ini terjadi karena suhu permukaan air lebih
tinggi disbanding dengan suhu air dibagian bawahnya. Stratifikasi suhu pada kolom air
dikelompokkan menjadi tiga yaitu pertama lapisan epilimnion yaitu lapisan sebelah atas perairan
yang hangat dengan penurunan suhu relatif kecil (dari 32 oC menjadi 28oC). Lapisan kedua disebut
dengan lapisan termoklin yaitu lapisan tengah yang mempunyai penurunan suhu sangat tajam (dari
28oC menjadi 21oC ).

Lapisan ketiga disebut lapisan hipolimnion yaitu lapisan paling bawah dimana pada lapisan ini
perbedaan suhu sangat kecil relatif konstan. Stratifikasi suhu ini terjadi karena masuknya panas
dari cahaya matahari kedalam kolom air yang mengakibatkan terjadinya gradien suhu yang vertikal.
Pada kolam yang kedalaman airnya kurang dari 2 meter biasanya terjadi stratifikasi suhu yang tidak
stabil. Oleh karena itu bagi para pembudidaya ikan yang melakukan kegiatan budidaya ikan
kedalaman air tidak boleh lebih dari 2 meter. Selain itu untuk memecah stratifikasi suhu pada
wadah budidaya ikan diperlukan suatu alat bantu dengan menggunakan aerator/blower/ kincir air.
Berdasarkan hasil penelitian suhu air sangat berpengaruh terhadap respon ikan dalam
mengkonsumsi pakan yang diberikan selama berlangsung kegiatan budidaya. Respon tersebut dapat
dilihat pada Tabel 3.1 Tabel 3.1. Pengaruh suhu air terhadap respon konsumsi pakan pada ikan Suhu
air (oC) Respon konsumsi pakan Kondisi kritis minimal Tidak ada respon terhadap pemberian pakan
Pemberian pakan berkurang 50% optimum Pemberian pakan optimum 50% optimum Pemberian
pakan berkurang Tidak respon terhadap pemberian pakan Kondisi kritis minimal Sumber : Tucker
and Hargreaves (2004)
5. Kecerahan dan kekeruhan air

Kecerahan dan kekeruhan air dalam suatu perairan dipengaruhi oleh jumlah cahaya matahari yang
masuk kedalam perairan atau disebut juga dengan intensitas cahaya matahari. Cahaya matahari
didalam air berfungsi terutama untuk kegiatan asimilasi fito/tanaman didalam air,. Oleh karena itu
daya tembus cahaya kedalam air sangat menentukan tingkat kesuburan air. Dengan diketahuinya
intensitas cahaya pada berbagai kedalaman tertentu, kita dapat mengetahui sampai dimanakah
masih ada kemungkinan terjadinya proses asimilasi didalam air. Kecerahan merupakan ukuran
transparansi perairan dan pengukuran cahaya sinar matahari didalam air dapat dilakukan dengan
menggunakan lempengan/kepingan Secchi disk. Satuan untuk nilai kecerahan dari suatu perairan
dengan alat tersebut adalah satuan meter. Jumlah cahaya yang diterima oleh phytoplankton
diperairan asli bergantung pada intensitas cahaya matahari yang masuk kedalam permukaan air dan
daya perambatan cahaya didalam air. Masuknya cahaya matahari kedalam air dipengaruhi juga oleh
kekeruhan air (turbidity). Sedangkan kekeruhan menggambarkan tentang sifat optic yang
ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang
terdapat didalam perairan.

Definisi yang sangat mudah adalah kekeruhan merupakan banyaknya zat yang tersuspensi pada
suatu perairan. Hal ini menyebabkan hamburan dan absorbsi cahaya yang datang sehingga
kekeruhan menyebabkan terhalangnya cahaya yang menembus air. Faktor-faktor kekeruhan air
ditentukan oleh:

a. Benda-benda halus yang disuspensikan (seperti lumpur sb)

b. Jasad-jasad renik yang merupakan plankton

c. Warna air (yang antara lain ditimbulkan oleh zat-zat koloid berasal dari daun-daun tumbuhan
yang terektrak) Faktor-faktor ini dapat menimbulkan warna dalam air. Pengukuran kekeruhan suatu
perairan dapat dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut dengan Jackson Candler
Turbidimeter dengan satuan unit turbiditas setara dengan 1 mg/l SiO2. Satu unit turbiditas Jackson
Candler Turbidimeter dinyatakan dengan satuan 1 JTU (Jackson Turbidity Unit). Air yang dapat
digunakan untuk budidaya ikan selain harus jernih tetapi tetap terdapat plankton. Air yang sangat
keruh tidak dapat digunakan untuk kegiatan budidayan ikan, karena air yang keruh dapat
menyebabkan :

a. Rendahnya kemampuan daya ikat oksigen

b. Berkurangnya batas pandang ikan


c. Selera makan ikan berkurang, sehingga efisiensi pakan rendah

d. Ikan sulit bernafas karena insangnya tertutup oleh partikelpartikel lumpur

6. Salinitas

Salinitas adalah konsentrasi dari total ion yang terdapat didalam perairan. Pengertian salinitas yang
sangat mudah dipahami adalah jumlah kadar garam yang terdapat pada suatu perairan. Hal ini
dikarenakan salinitas ini merupakan gambaran tentang padatan total didalam air setelah menjadi
oksida, semua bromida dan iodida digantikan oleh chlorida dan semua bahan organik telah
dioksidasi. Pengertian salinitas yang lainnya adalah jumlah segala macam garam yang terdapat
dalam 1000 gr air contoh. Garam-garam yang ada di air payau atau air laut pada umumnya adalah
Na, Cl, NaCl, MgSO4 yang menyebabkan rasa pahit pada air laut, KNO3 dan lainlain. Salinitas dapat
dilakukan pengukuran dengan menggunakan alat yang disebut dengan Refraktometer atau
salinometer. Satuan untuk pengukuran salinitas adalah satuan gram per kilogram (ppt) atau promil
(o/oo). Nilai salinitas untuk perairan tawar biasanya berkisar antara 0–5 ppt, perairan payau
biasanya berkisar antara 6–29 ppt dan perairan laut berkisar antara 30–35 ppt.

b. Sifat Kimia

1. Oksigen

Semua makhluk hidup untuk hidup sangat membutuhkan oksigen sebagai faktor penting bagi
pernafasan. Ikan sebagai salah satu jenis organisme air juga membutuhkan oksigen agar
prosesmetabolisme dalam tubuhnya berlangsung. Oksigen yang dibutuhkan oleh ikan disebut dengan
oksigen terlarut. Oksigen terlarut adalah oksigen dalam bentuk terlarut didalam air karena ikan
tidak dapat mengambil oksigen dalam perairan dari difusi langsung dengan udara. Satuan
pengukuran oksigen terlarut adalah mg/l yang berarti jumlah mg/l gas oksigen yang terlarut dalam
air atau dalam satuan internasional dinyatakan ppm (part per million). Air mengandung oksigen
dalam jumlah yang tertentu, tergantung dari kondisi air itu sendiri, beberapa proses yang
menyebabkan masuknya oksigen ke dalam air yaitu:

1. Diffusi oksigen dari udara ke dalam air melalui permukannya, yang terjadi karena adanya

gerakan molekul-molekul udara yang tidak berurutan karena terjadi benturan dengan molekul

air sehingga O2 terikat didalam air. Proses diffusi ini akan selalu terjadi bila pergerakan air yang
mampu mengguncang oksigen, karena kandungan O2 didalam udara jauh lebih banyak. Menurut
penelitian, air murni 1000 cc pada suhu kamar mengandung 7 cc O2, sedangkan udara murni suhu
pada kamar mengundang 210 cc O2. Dari gambaran tersebut, maka air relatif mudah melepaskan
O2 ke udara. Dari imbangan tersebut di atas dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut:

Tercapainya imbangan O2 di air dan di udara, tergantung dari jumlah molekul-molekul zat (garam-
garam) yang larut dalam air (dalam satuansatuan tertentu), sebab jumlah tersebut yang
menentukan kemungkinan terbentuknya molekul-molekul dan menentukan pula jumlah banyaknya
molekul-molekul gas yang meninggalkan air lagi. Air yang mengandung garam-garam pada kadar O2
yang rendah saja sudah dapat seimbang dengan udara lebih cepat, bila di bandingkan dengan air
suling. 􀁸 Kemungkinan bertubrukan molekul air di tentukan oleh suhu air. Makin tinggi suhu
air,makin rendah jumlah oksigen yang dapat di,kandung/ di ikat oleh air. Artinya; jika suhu air
tinggi, maka air itu dengan kadar oksigen yang rendah saja,sudah dapat seimbang dengan udara,
sehingga penambahan oksigen lebih lanjut tidak akan meningkatkan oksigen terlarut dalam air.
Dalam kegiatan budidaya ikan sifat tersebut penting artinya, terutama dalam pengangkutan ikan
hidup, pemeliharaan ikan di akuarium, atau pemeliharaan ikan secara tertutup pada Recyle Sistem.
Pada pengangkutan ikan sebaiknya dilakukan pada pagi/sore hari waktu suhu udara masih relatif
rendah, sehingga goncangan airnya yang akan mampu meningkatkan difusi 02 kedalam air. Pada
pemeliharaan ikan diakuarium atau pada tempat yang terbatas, pemberian lampu, yang
mengakibatkan suhu air meningkat, akan menurunkan kemampuan air mengikat.

2. Diperairan umum, pemasukan oksigen ke dalam air terjadi karena air yang masuk sudah
mengandung oksigen, kecuali itu dengan aliran air, mengakibatkan gerakan air yang mampu
mendorong terjadinya proses difusi oksigen dari udara ke dalam air.

3. Hujan yang jatuh,secara tidak langsung akan meningkatkan O2 di dalam air, pertama suhu air

akan turun, sehingga kemampuan air mengikat oksigen meningkat, selanjutnya bila volume air
bertambah dari gerakan air, akibat jatuhnya air akan mampu meningkatkan O2 di dalam air.

4. Proses Asimilasi tumbuhtumbuhan. Tanaman air yang seluruh batangnya ada didalam air di

waktu siang akan melakukan proses asimilasi, dan akan menambah O2 didalam air. Sedangkan
pada malam hari tanaman tersebut menggunakan O2 yang ada didalam air. Pengambilan air O2
didalam air disebabkan oleh:

􀁸 Proses pernafasan binatang dan tanaman air.

􀁸 Proses pembongkaran (menetralisasi) bahan-bahan organik.


􀁸 Dasar perairan yang bersifat mereduksi, dasar demikian hanya dapat di tumbuhi bakteri yang
anaerob saja, yang dapat menimbulkan hasil pembakaran. Menurut Brown (1987) peningkatan suhu
1o C akan meningkatkan konsumsi oksigen sekitar 10%. Hubungan antara oksigen terlarut dan suhu
dapat dilihat pada Tabel 3.2. yang menggambarkan bahwa semakin tinggi suhu, kelarutan oksigen
semakin berkurang. Kadar oksigen terlarut dalam suatu wadah budidaya ikan sebaiknya berkisar
antara 7 – 9 ppm. Konsentrasi oksigen terlarut ini sangat menentukan dalam akuakultur. Kadar
oksigen terlarut dalam wadah budidaya ikan dapat ditentukan dengan dua cara yaitu dengan cara
titrasi atau dengan menggunakan alat ukur yang disebut dengan DO meter (Dissolved Oxygen).

2. Karbondioksida

Karbondioksida merupakan salah satu parameter kimia yang sangat menentukan dalam kegiatan
budidaya ikan. Karbondioksida yang dianalisis dalam kegiatan budidaya adalah karbondioksida
dalam bentuk gas yang terkandung di dalam air. Gas CO2 memegang peranan sebagai unsur
makanan bagi semua tumbuhan yang mempunyai chlorophil, baik tumbuh-tumbuhan renik maupun
tumbuhan tingkat tinggi. Sumber gas CO2 didalam air adalah hasil pernafasan oleh binatang-
binatang air dan tumbuhtumbuhan serta pembakaran bahan organik didalam air oleh jasad renik.
Bagian air yang banyak mengandung CO2 adalah didasar perairan, karena ditempat itu terjadi
proses pembakaran bahan organik yang cukup banyak. Untuk kegiatan asimilasi bagi tumbuh-
tumbuhan, jumlah CO2 harus cukup, tetapi bila jumlah CO2 melampaui batas akan kritis bagi
kehidupan binatang binatang air. Pengaruh CO2 yang terlalu banyak tidak saja terhadap perubahan
pH air, tetapi juga bersifat racun. Dengan meningkatnya CO2, maka O2 dalam air juga ikut
menurun, sehingga pada level tertentu akan berbahaya bagi kehidupan binatang air. Kadar CO2
yang bebas didalam air tidak boleh mencapai batas yang mematikan (lethal), pada kadar 20 ppm
sudah merupakan racun bagi ikan dan mematikan ikan jika kelarutan oksigen didalam air kurang
dari 5 ppm (5 mg/l). CO2 yang digunakan oleh organism dalam air, mula-mula adalah CO2 bebas,
bila yang bebas sudah habis, air akan melepaskan CO2 yang terikat dalam bentuk Calsiumbikarbonat
maupun Magnesium bikarbonat. Air yang banyak mengandung persediaan Calsium atau Magnesium
bikarbonat dalam jumlah yang cukup, mempunyai kapasitas produksi yang baik.

3. pH Air

pH (singkatan dari “ puisance negative de H “ ), yaitu logaritma negatif dari kepekatan ion-ion H
yang terlepas dalam suatu perairan dan mempunyai pengaruh besar terhadap kehidupan organism
perairan, sehingga pH perairan dipakai sebagai salah satu untuk menyatakan baik buruknya sesuatu
perairan. Pada perairan perkolaman pH air mempunyai arti yang cukup penting untuk mendeteksi
potensi produktifitas kolam. Air yang agak basa, dapat mendorong proses pembongkaran bahan
organik dalam air menjadi mineral-mineral yang dapat diasimilasikan oleh tumbuhtumbuhan (garam
amonia dan nitrat). Pada perairan yang tidak mengandung bahan organik dengan cukup, maka
mineral dalam air tidak akan ditemukan. Andaikata kedalam kolam itu kemudian kita bubuhkan
bahan organik seperti pupuk kandang, pupuk hijau dsb dengan cukup, tetapi kurang mengandung
garam-garam bikarbonat yang dapat melepaskan kationnya, maka mineral-mineral yang mungkin
terlepas juga tidak akan lama berada didalam air itu. Untuk menciptakan lingkungan air yang
bagus, pH air itu sendiri harus mantap dulu (tidak banyak terjadi pergoncangan pH air). Ikan rawa
seperti sepat siam (Tricogaster pectoralis), sepat jawa (Tricogaster tericopterus ) dan ikan gabus
dapat hidup pada lingkunganmpH air 4-9, untuk ikan lunjar kesan pH 5-8 ,ikan karper (Cyprinus
carpio) dan gurami, tidak dapat hidup pada pH 4-6, tapi pH idealnya 7,2. Klasifikasi nilai pH dapat
dikelompokkan menjadi tiga yaitu : 􀁸 Netral : pH = 7 􀁸 Alkalis (basa) : 7 < pH < 14 􀁸 Asam : 0 < pH <
7.

Derajat keasaman suatu kolam ikan sangat dipengaruhi oleh keadaan tanahnya yang dapat
menentukan kesuburan suatu perairan. Nilai pH asam tidak baik untuk budidaya ikan dimana
produksi ikan dalam suatu perairan akan rendah. Pada pH netral sangat baik untuk kegiatan
budidaya ikan, biasanya berkisar antara 7 – 8, sedangkan pada pH basa juga tidak baik untuk
kegiatan budidaya. Pengaruh pH pada perairan dapat berakibat terhadap komunitas biologi
perairan, untuk jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.3. Tabel 3.3. Pengaruh pH terhadap komunitas
biologi perairan (Effendi, 2000) Nilai pH Pengaruh Umum 6,0 – 6,5

􀁸 Keanekaragaman plankton dan benthos menga sedikit penurunan

􀁸 Kelimpahan total, biomassa dan produktivitas tak mengalami perubahan 5,5 – 6,0

􀁸 Penurunan nilai keanekaragaman plankton danbenthos semakin nampak

􀁸 Kelimpahan total, biomassa dan produktivitas masih belum mengalami perubahan berarti

􀁸 Algae hijau berfilamen mulai nampak pada zonaliteral 5,0 – 5,5

􀁸 Penurunan keanekaragaman dan komposisi jenis plankton, perifiton dan benthos semakin besar

􀁸 Penurunan kelimpahan total dan biomassa zooplankton dan benthos

􀁸 Algae hijau berfilamen semakin banyak

􀁸 Proses nitrifikasi terhambat 4,5 – 5,0


􀁸 Penurunan keanekaragaman dan komposisi jenis plankton, perifiton dan benthos semakin besar

􀁸 Penurunan kelimpahan total dan biomassa zooplankton dan benthos

􀁸 Algae hijau berfilamen semakin banyak

􀁸 Proses nitrifikasi terhambat Air kolam yang pH nya bergoncang antara 4,5-6,5 masih dapat
diperbaiki dengan menambahkan kapur dalam jumlah yang cukup. Agar pH nya dapat dinaikan
menjadi 8,0 supaya pengaruh OH yang rendah bisa ditiadakan. Pada umumnya pada pagi hari,
waktu air banyak mengandung CO2, pH air rendah, pada waktu sore hari air kehabisan CO2 untuk
asimilasi pH air menjadi tinggi. Kondisi pH ini akan sangat npenting artinya pada pengangkutan ikan
hidup secara tertutup dengan pemberian gas O2. Pada pengangkutan ikan hidup secara terbuka,
kelebihan CO2 hasil pernafasan ikan yang diangkut tidak jadi masalah, sebab CO2 itu senantiasa
masih berkesempatan menjadi seimbang dengan udara terbuka diatasnya, sehingga penurunan pH
air tidak akan terlalu buruk bagi ikan. Pada pengangkutan tertutup upaya mencegah penurunan pH
air dapat ditambahkan larutan buffer seperti Na2HPO4 , sehingga pH yang sedianya akan turun
dapat dicegah. Dengan demikian waktu pengangkutan ikan dapat diupayakan lebih panjang. Metode
penentuan pH air dapat menggunakan alat pH meter atau dengan menggunakan kertas indikator pH.
Diperairan asli, pergoncangan pH dari yang tinggi ke pH rendah dapat disanggah oleh unsur calsium
yang terdapat dalam air asli itu sendiri. Apabila suatu perairan kadar calcium dalam bentuk
Ca(HCO3)2 cukup tinggi, maka daya menyanggah air terhadap pergoncangan pH menjadi besar.
Unsur Ca didalam air membentuk dua macam senyawa yaitu:

1. Senyawa kalsium carbonat (CaCO3) yang tidak dapat larut

2. Senyawa kalsium bicarbonat atau kalsium hidrogen karbonat (Ca(HCO3)2) yang dapat larut

dalam air. Faktor yang menentukan besar kecilnya kemampuan penyanggah pergoncangan asam
(pH) adalah banyaknya Ca (HCO3)2 di dalam air. Proses terjadinya penyanggahan asam didalam air
adalah sbb: Kalau dalam suatu perairan, CO2 terambil, maka mula-mula pH air akan naik, akan
tetapi pada saat yang bersamaan Ca(HCO3)2 yang larut dalam air itu akan pecah menurut
persamaan sebagai berikut: Ca (HCO3)2 Ca CO3 + H2O + CO2 Sehingga dalam air itu terjadi
pembentukan CO2 yang baru, selanjutnya pH air mempunyai kecenderungan untuk turun lagi.
Berdasarkan proses tersebut diatas, kadar Ca yang terkandung dalam air menjadi berkurang.
Kalcium bikarbonat yang terbentuk pada pemecahan itu akan mengendap berupa endapan putih
didasar perairan, pada daun-daun tanaman air dsb. Sebaliknya, apabila terbentuk gas CO2 yang
banyak didalam air maka mula-mula pH air mempunyai kecenderungan untuk turun akan tetapi
dengan segera gas CO2 yang berkeliaran bebas itu akan diikat oleh CaC03 yang sulit larut dalam air
tadi. Menurut persamaan reaksi: CaCO + CO2 + H2O Ca (HCO3)2. Sehingga jumlah CO2 bebasnya
akan berkurang, akibatnya pH air mempunyai kecenderungan untuk naik, sehingga kecenderungan
pH untuk turun dapat disanggah. Proses imbangan pH dapat dituliskan dengan reaksi sebagai
berikut : Ca (HCO3)2 CaCO3 + CO2 + H2O Jadi jumlah Ca (HCO3 )2 dalam air merupakan salah satu
unsur dari baik buruknya perairan sebagai lingkungan hidup.

4. Bahan Organik dan garam mineral dalam air

Mineral merupakan salah satu unsure kimia yang selalu ada dalam suatu perairan, beberapa jenis
mineral antara lain adalah Kalsium (Ca), Pospor (P), Magnesium (Mg), Potassium (K), Sodium (Na),
Sulphur (S), zat besi (Fe), Tembaga (Cu), Mangan (Mn), Seng (Zn), Florin (F), Yodium (I) dan Nikel
(Ni). Diperairan umum mineral yang diperlukan oleh phytoplakton senantiasa diperoleh dari
pembongkaran bahan-bahan organik sisa dari tumbuhan dan binatang yang sudah mati. Di alam
mineral tersebut berasal dari air yang masuk, atau adanya penambahan pupuk buatan.
Pembongkaran bahan organik dilakukan oleh jasad renik yang terdapat didalam air. Pada
menghendaki perairan yang pHnya 7 sedikit mendekati basa. Pembongkaran bahan organik ada yang
dilakukan secara anaerob (tidak memerlukan oksigen). Proses pembongkaran itu juga dipengaruhi
oleh suhu air. Bahan organik yang larut didalam air belum dapat dimanfaatkan oleh binatang air
secara langsung.

Bahan-bahan organik yang mengendap di dasar perairan yang dangkal dapat dimakan secara
langsung oleh berbagai macam binatang benthos (binatang yang hidup didasar perairan) seperti
siput vivipar javanica, cacing tubifex, larva chironomaus dan sebagainya. Bagian-bagian dari pada
lumpur organik demikian yang tidak dapat dicernakan, menyisa sebagai detritus di dasar perairan.
Jumlah bahan organik yang terdapat dalam suatu perairan dapat digunakan sebagai salah satu
indikator banyak tidaknya mineral yang dapat dibongkar kelak. Bila suasana perairan anaerob, maka
protein-protein yang menang mengandung belerang dapat dibongkar oleh bakteri anaerob
(diantaranya adalah Bakterium vulgare). Hasil pembongkaran tersebut adalah gas hidrogen sulfide
(H2S) dan ditandai bau busuk, air berwarna kehitaman.

Gas itu merupakan limiting factor/ factor pembatas bagi kesuburan perairan. Kandungan H2S – 6
mg/ l sudah dapat membunuh ikan Cyprinus carpio dalam beberapa jam saja.Untuk mencegah
timbulnya H2S dalam kolam biasanya kolam yang akan digunakan untuk budidaya ikan harus
dilakukan pengolahan tanah dasar dan pengeringan. Jenis gas beracun lainnya yang berasal dari
pembongkaran bahan organik adalah gas metana. Gas Metana ( CH4 ) adalah gas yang bersifat
mereduksi dan dikenal sebagai gas rawa. Metana itu timbul pada proses pembongkaran hidrat arang
dari bahan organik yang tertimbun dalam perairan. Hidrat arang dalam suasana anaerob mulamula
dibongkar menjadi asam-asam karboksilat. Bila suasana air tetap anaerob maka asam-asam
karboksilat direduksikan lebih lanjut menjadi Metana. Bila gas Metana ini berhubungan dengan O2
dalam air sekelilingnya, maka air itu akan berkurang O2, dan sebagai hasilnya timbullah gas CO2.
Pembongkaran dalam suasana anaerob juga dapat dilakukan oleh ragi (Saccharomyces), hasil
pembongkaran itu adalah alkohol dan lebih lanjut lagi menjadi asam cuka (asam asetat ) oleh
bakterium aceti. Kandungan bahan organik dalam air sangat sulit untuk ditentukan yang biasa
disebut dengan kandungan total bahan organik (Total Organic Matter/TOM).

5. Nitrogen

Nitrogen didalam perairan dapat berupa nitrogen organik dan nitrogen anorganik. Nitrogen
anorganik dapat berupa ammonia (NH3), ammonium (NH4), Nitrit (NO2), Nitrat (NO3) dan molekul
Nitrogen (N2) dalam bentuk gas. Sedangkan nitrogen organic adalah nitrogen yang berasal bahan
berupa protein, asam amino dan urea. Bahan organik yang berasal dari binatang yang telah mati
akan mengalami pembusukan mineral yang terlepas dan utama adalah garam-garam nitrogen
(berasal dari asam amino penyusun protein). Proses pembusukan tadi mula-mula terbentuk amoniak
(NH3) sebagai hasil perombakan asam amino oleh berbagai jenis bakteri aerob dan anaerob.
Pembongkaran itu akan menghasilkan suatu gas CO2 bebas, menurut persamaan reaksinya adalah:
R. CH.NH2. COOH +O2 R. COOH + NH3 + CO2 Berdasarkan reaksi kimia tersebut dapat diperlihatkan
bahwa kolam yang dipupuk dengan pupuk kandang/hijau yang masih baru dalam jumlah banyak dan
langsung ditebarkan benih ikan kedalam kolam, biasanya akan terjadi mortalitas yang tinggi pada
ikan karena kebanyakan gas CO2 . Bila keadaan perairan semakin buruk, sehingga O2 dalam air
sampai habis, maka secara perlahan proses pembongkaran bahan organik akan diambil oleh bakteri
lain yang terkenal ialah Nitrosomonas menjadi senyawa nitrit. Reaksi tersebut sebagai berikut:
2NH3 + 3O2 2HNO2 + H2O.

Bila perairan tersebut cukup mengandung kation-kation maka asam nitrit yang terbentuk itu
dengan segera dapat dirubah menjadi garam-garam nitrit, oleh
bakteri Nitrobacter atau Nitrosomonas, garam-garam nitrit itu selanjutnya dikerjakan lebih lanjut
menjadi garam-garam nitrit, reaksinya sebagai berikut: 2NaNO2+O2 2NaNO3 Garam-garam nitrit itu
penting sebagai mineral yang diasimilasikan oleh tumbuh-tumbuhan hijau untuk menyusun asam
amino kembali dalam tubuhnya, untuk menbentuk protoplasma itu selanjutnya tergantung pada
nitrit, phytoplankton itu selanjutnya menjadi bahan makanan bagi organisme yang lebih tinggi.
Nitrit tersebut pada suatu saat dapat dibongkar lebih lanjut oleh bakteri denitrifikasi (yang terkenal
yaitu Micrococcus denitrifikan), bakterium nitroxus menjadi nitrogennitrogen bebas, reaksinya
sebagai berikut: 5 C6H12O0 + 24 HNO3 24 H2 CO3 + 6 CO3 +18 H2O +12 N2 Agar supaya
phitoplankton dapat tumbuh dan berkembang biak dengan subur dalam suatu perairan, paling
sedikit dalam air itu harus tersedia 4 mg/l nitrogen (yang diperhitungkan dari kadar N dalam bentuk
nitrat), bersama dengan 1 mg/l P dan 1 mg/l K. Bila kadar NH3 hasil pembongkaran bahan organik
di dalam air terdapatndalam jumlah besar, yang disebabkan proses pembongkaran protein terhenti
sehingga tidak terbentuk nitrat sebagai hasil akhir, maka air tersebut disebut “sedang mengalami
pengotoran (Pollution)”.

Kadar N dalam bentuk NH3 dipakai juga sebagai indikator untuk menyatakan derajat polusi. Kadar
0,5 mg/l merupakan batas maksimum yang lazim dianggap sebagai batas untuk menyatakan bahan
air itu “unpolluted”. Ikan masih dapat hidup pada air yang mengandung N 2 mg/l. Batas letal akan
tercapai pada kadar 5 mg/l. Di perairan kolam nitrogen dalam bentuk amonia sangat beracun bagi
ikan budidaya, tetapi jika dalam bentuk amonium tidak begitu berbahaya pada media akuakultur.
Amonia yang ada dalam wadah budidaya dapat diukur dan biasanya dalam bentuk ammonia total.
Menurut Boyd (1988), terdapat hubungan antara kadar ammonia total dengan ammonia bebas pada
berbagai pH dan suhu yang dapat dilihat pada Tabel 3.4. Pada table tersebut memperlihatkan daya
racun ammonia yang akan meningkat dengan meningkatnya kadar pH dan suhu terhadap organisme
perairan termasuk ikan. Kadar amonia yang dapat mematikan ikan budidaya jika dalam wadah
budidaya mengandung 0,1 – 0,3 ppm. Oleh karena itu sebaiknya kadar amonia didalam wadah
budidaya ikan tidak lebih dari 0,2 mg/l (ppm). Kadar amonia yang tinggi ini diakibatkan adanya
pencemaran bahan organik yang berasal dari limbah domestik, industry dan limpasan pupuk
pertanian.

6. Alkalinitas dan kesadahan

Alkalinitas menggambarkan jumlah basa (alkali) yang terkandung dalam air, sedangkan alkalinitas
total adalah konsentrasi total dari basa yang terkandung dalam air yang dinyatakan dalam ppm
setara dengan kalsium karbonat. Total alkalinitas biasanya selalu dikaitkan dengan pH karena pH air
ini akan menunjukkan apakah suatu perairan itu asam atau basa. Alkalinitas juga disebut dengan
Daya Menggabung Asam (DMA) atau buffer/penyangga suatu perairan yang dapat menunjukkan
kesuburan suatu perairan tersebut. Sedangkan kesadahan menggambarkan kandungan Ca, Mg dan
ion-ion yang terlarut dalam air. Berdasarkan Effendi (2000) Nilai alkalinitas berkaitan jenis perairan
yaitu perairan dengan nilai alkalinitas kurang dari sebagai perairan lunak (Soft water), sedangkan
perairan yang nilai alkalinatasnya lebih dari 40 mg/l CaCO3 disebut sebagai perairan keras (Hard
water). Perairan dengan nilai alkalinitas yang tinggi lebih produkstif daripada dengan perairan yang
nilai alkalinitasnya rendah. Menurut Schimittou (1991), perairan dengan alkalinitas yang
rendahm(misal kurang dari 15 mg/l) tidak diinginkan dalam akuakultur karena :
􀁸 Perairan tersebut sangat asam sehingga performansi produksi ikan (Kesehatan umum da
kelangsungan hidup, pertumbuhan, hasil dan efisiensi pakan) dipengaruhi secara negatif.

􀁸 Produksi phytoplankton dibatasi oleh ketidakcukupan CO2 dan HCO3 yang cenderung
menyebabkan rendahnya kelarutan oksigen dan bisa mengakibatkan kematian plankton.

􀁸 Pada tanah-tanah asam dapat menyerap fosfor yang akan mereduksi efek pemupukan pada
tingkat produksi akuakultur sistem ekstensif, tingkat pemupukan ekstensif dan pemupukan intensif.

􀁸 Fluktuasi pada pH dan faktorfaktor yang berhubungan dapat menyebabkan ketidakstabilan mutu
air yang dapat menyebabkan ikan stres.

􀁸 Pada tingkat pH yang ekstrem dapat menyebabkan kondisikondisi stres masam pada pagi hari dan
kondisi stres alkalin pada senja hari. Untuk meningkatkan kandungan alkalinitas total pada kolam
pemeliharaan ikan dapat digunakan kapur pertanian. Oleh karena itu dalam kolam pemeliharaan
ikan sebelum digunakan dilakukan proses pengapuran dengan menggunakan beberapa jenis batu
kapur yang disesuaikan dengan kualitas tanah dasar kolam pemeliharaan.

c. Sifat Biologi

Parameter biologi dari kualitas air yang biasa dilakukan pengukuran untuk kegiatan budidaya ikan
adalah tentang kelimpahan plankton, benthos dan perifiton sebagai organisme air yang hidup di
perairan dan dapat digunakan sebagai pakan alami bagi ikan budidaya. Kajian secara detail dari
ketiga aspek tersebut akan dibahas pada Bab 6. Kelimpahan plankton yang terdiri dari
phytoplankton dan zooplankton sangat diperlukan untuk mengetahui kesuburan suatu perairan yang
akan dipergunakan untuk kegiatan budidaya. Plankton sebagai organisme perairan tingkat rendah
yang melayang-layang di air dalam waktu yang relatif lama mengikuti pergerakan air. Plankton
pada umumnya sangat peka terhadap perubahan lingkungan hidupnya

(suhu, pH, salinitas, gerakan air, cahaya matahari dll) baik untuk mempercepat perkembangan atau
yang mematikan. Berdasarkan ukurannya, plankton dapatdibedakan sebagai berikut :

1. Macroplankton (masih dapat dilihat dengan mata telanjang/ biasa/tanpa pertolongan


mikroskop).

2. Netplankton atau mesoplankton (yang masih dapat disaring oleh plankton net yang mata netnya
0,03 – 0,04 mm).
3. Nannoplankton atau microplankton (dapat lolos dengan plankton net diatas). Berdasarkan tempat
hidupnya dan daerah penyebarannya, plankton dapat merupakan :

􀁸 Limnoplankton (plankton air tawar/danau)

􀁸 Haliplankton (hidup dalam airmasin)

􀁸 Hypalmyroplankton (khusus hidup di air payau)

􀁸 Heleoplankton (khusus hidup dalam kolam-kolam)

􀁸 Petamoplankton atau rheoplankton (hidup dalam air mengalir, sungai)

d. Bakteri

Sudjarwo, (2007) Pada ekosistem perairan alami bakteri memiliki peran sebagai
reduktor/dekomposer yang mengontrol proses komponen organik misalnya polimer protein atau
karbohidrat menjadi senyawa yang lebih sederhana, secara umum bakteri berdasarakan cara
mendapatkan oksigen dibagi menjadi dua yaitu bakteri aerob dan anaerob. Kelompok aerob
memerlukan oksigen bebas dalam mengoksidasi nutrien (misalnya glukosa) untuk memperoleh
energi contohnya : Azotobacter, Nitrosomonas, Nitrococcus dan Nitrobacter.

Silalahi (2001), menyatakan dalam kehidupan manusia bakteri mempunyai peranan yang
menguntungkan dan merugikan pada dunia akuakultur bakteri yang menguntungkan
contohnya :Basillus spp, Nitrosomonas, Nitrobacter bakteri tersebut berperan dalam proses
dekomposisi bahan organik dasar tambak dan berperan dalam proses nitrifikasi. Sedangkan yang
merugikan diantaranya adalah bakteri Vibrio harveyyi, V. alginolyticus, V. anguillarum, V.
carchariae, V. cholerae, V. ordalii dan V. Vulnificus bakteri tergolong dalam bakteri gram negatif
yang sangat merugikan khususnya bagi pembudidaya udang.

Pemberian pakan yang tidak terkontrol mengakibatkan akumulasi limbah organik di dasar tambak
sehingga menyebabkan terbentuknya lapisan anaerob yang menghasilkan H 2S. (Efendi
2004 dalam Heriati, 1998). Akibat akumulasi H2S tersebut maka bakteri patogen oportunistik,
jamur, parasit, dan virus mudah berkembang dan memungkinkan timbulnya penyakit pada udang
(Tompo1993 dalam Irianto, 2003).

Pada umumnya perlakuan tentang limbah organik selama ini adalah dengan pengeringan dan
penambahan kapur. Pengeringan dasar tambak pada umumya dilakukan untuk mempercepat
degradasi limbah organik. Sedangkan pengapuran bertujuan untuk menetralkan keasaman dari
aktifityas mikrobial (Antony, 2006). Akhir-akhir ini penggunaan bioteknologi yang dinamakan
bioaugmentation mendapat perhatian yang tinggi karena merupakan pendekatan yang ramah
lingkungan untuk meminimalkan degradasi lingkungan. Beberapa spesies bakteri Basillus,
Pseudomonas, Acinetobacter, Cellulomonas, Rhodoseudomonas, Nitrosomonas, dan
Nitrobacter yang diketahui dapat membantu proses mineralisasi limbah organik (Heriati, 1998).

Tujuan dari aplikasi bioaugmentasi pada dasar tambak dapat mempercepat dekomposisi limbah
organik (Antony, 2006). Jumlah total bakteri yang mendukung bagi budidaya udang windu sebesar
106 cfu/ml sedangkan kandungan bakteri pathogen (vibrio) sebesar 10 3cfu/ml. Jika total bakteri
lebih dari 106 cfu/ml dan total vibrio rendah kurang dari 10 3cfu/ml secara mikrobiologi kondisi air
cukup aman bagi budidaya.

3.3. Pengukuran Kualitas air Budidaya Ikan

Parameter kualitas air yang dapatdigunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan di Indonesia
sudah dibuat Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990, tanggal 5 Juni 1990
tentang Pengendalian Pencemaran Air. Dalam peraturan tersebut dibuat kriteria kualitas air
berdasarkan golongan yaitu Golongan A adalah kriteria kualitasair yang dapat digunakan sebagai air
minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu, Golongan B adalah kriteria kualitas air
yang dapat digunakan sebagai air baku air minum, Golongan C adalah kriteria kualitas air yang
dapat digunakan untuk keperluan Perikanan dan Peternakan, Golongan D adalah kriteria kualitas air
yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan,
industri dan pembangkit listrik tenaga air. Berdasarkan peraturan tersebut kriteria kualitas air
untuk perikanan dapat dilihat pada Tabel 3.5. Tabel 3.5. Kriteria kualitas air Golongan C
Ni dia alat yang perlu buat mendukung budidaya perikanan dari harga termahal sampai murah
meriah
Panduan Pengelolaan Air Budidaya Ikan
DONO SAPARI NASA

Keberhasilan budidaya ikan ditentukan oleh keberhasilan dalam pengelolaan air, baik dari
segi kuantitas maupun kualitas air, terlebih pada budidaya ikan intensif atau super-
intensif. Ketersediaan air harus selalu terjaga sehingga air kolam budidaya dapat terus
diganti sesuai kebutuhan.

Menjaga kuantitas air lebih mudah dilakukan pada budidaya di perairan , baik dengan
karamba maupun dengan karamba jaring apung.

Berbeda dengan budidaya dengan sistem kolam, terutama pada lokasi yang sumber airnya
terbatas. Pengelolaan kuantitas air merupakan persoalan tersendiri. Untuk itu perlu
dipikirkan alternatif untuk penggantian air, Misalnya dengan memompa dengan air tanah.

Kualitas air untuk budidaya ikan harus memenuhi syarat agar pertumbuhan ikan dapat
optimum.

Parameter kualitas air untuk budidaya ikan air tawar dijelaskan di bawah ini.
1. FAKTOR FISIKA AIR
Faktor fisika air meliputi temperatur, kecerahan, dan kekeruhan air. Ketiganya
berpengaruh besar terhadap keberhasilan budidaya ikan. Bila salah satu saja tidak
memenuhi syarat, ikan tentu tidak akan dapat tumbuh optimal.

a. Temperatur Air
Temperatur atau suhu air adalah ukuran tinggi rendahnya panas air yang berada di tempat
budidaya, baik kolam, karamba, maupun karamba jaring apung.

Temperatur air dipengaruhi oleh radiasi cahaya matahari sebagai sumber energi, suhu
udara musim, dan lokasi. Air mempunyai kapasitas yang besar untuk menyimpan panas
sehingga suhunya relatif konstan dibanding suhu udara.

Energi cahaya matahari sebagian besar diserap di lapisan permukaan air. Intensitas cahaya
matahari semakin kedalam semakin berkurang. Transfer panas dari lapisan atas ke bawah
tergantung kekuatan pengadukan air oleh angin. Untuk meningkatkannya maka dipasang
kincir angin. semakin tinggi konsentrasi bahan terlarut dalam air maka akan tinggi
penyerapan panasnya.

Suhu air mempengaruhi densitasnya. semakin tinggi suhu air, densitasnya semakin rendah
(gr/cm3). Perbedaan densitas air dilapisan atas dan di lapisan bawah dapat menyebabkan
stratifikasi. Air yang lebih hangat berada dilapisan atas, sementara air yang lebih dingin
berada pada lapisan bawah.

Suhu yang mematikan untuk hampir semua semua jenis ikan adalah 10-11 drajat celsius
selama beberapa hari. Nafsu makan ikan menurun pada suhu di bawah 16 drajat celsius,
sementara reproduksi ikan mengalami penurunan pada suhu di bawah 21 drajat celsius.

Batas optimum suhu berbeda beda, tergantung berbagai faktor lain, seperti pH, DO,
altitude (ketinggian tempat), kedalaman air, dan cuaca.
Berikut ini tabel suhu perairan yang optimum untuk pertumbuhan ikan air tawar.
TABEL SUHU AIR
IKAN AIR TAWAR
NO JENIS IKAN TEMPERATUR OPTIMUM
1. TAWES 20 – 33 0C
2. NILEM 18 – 28 0C
3. MAS / TOMBRO 20 – 25 0C
4. PATIN 28 – 32 0C
5. BAWAL 25 – 30 0C
6. GURAME 24 – 28 0C
7. NILA 25 – 30 0C
8. SIDAT 28 – 29 0C
9. LELE 25 – 30 0C
10. GABUS 25 – 30 0C

b. Kecerahan
Kecerahan air atau transparansi adalah daya tembus cahaya matahari ke dalam perairan.
Kecerahan air dipengaruhi oleh kerapatan plankton dan kekeruhan yang disebabkan oleh
partikel tanah terlarut.

Pengukuran kecerahan air sering dilakukan pada budidaya intensif maupun super-intensif.
Alat untuk mengukur kecerahan air adalah Piring Seichi (Seichi Disc). Piring seichi dibuat
dari papan bundar berdiameter 20 cm berwarna putih hitam selang-seling membentuk 4
bagian, dilengkapi batang kayu dengan penunjuk kedalaman.

Kecerahan air bisa dipakai sebagai indikator untuk melihat kerapatan plankton di perairan.
Tingkat kecerahan air yang baik untuk budidaya adalah 100 - 60 cm. Artinya, pada
kedalaman 60 - 100 cm, cahaya matahari masih bisa menembus. Pada kecerahan 20 cm,
kerapatan plankton sudah pada ambang batas berbahaya karena justru menurunkan
kualitas air secara umum.

C. Kekeruhan Air
Kekeruhan air mempengaruhi kemampuan air untuk meneruskan cahaya ke dalam air.
Kekeruhan pada air kolam, karamba dan karamba jaring apung disebabkan oleh koloid
partikel-partikel lumpur dan bahan organik terlarut.

Air dengan tingkat kekeruhan tertentu malah berdampak baik bagi pertumbuhan ikan
karena kekeruhan itu mengurangi intensitas sinar yang masuk ke dalam air.

Kondisi didalam air yang tidak terlalu terang justru mengakibatkan ikan lebih bernafsu
untuk makan.

Air yang keruh karena partikel lumpur membuat lumut atau ganggang terhambat
pertumbuhannya. Air yang keruh pun membantu ikan menghindar dari predator,
mengingat predator umumnya lebih menyukai air yang jernih.

Air tambak

2. FAKTOR KIMIA AIR


Faktor kimia air meliputi kadar oksigen terlarut, derajat keasaman, kadar amonia (MH 3),
kadar karbon dioksida (CO2) terlarut dalam kolam / karamba / KJA, alkalinitas dan
kesadahan total.

a. Kadar Oksigen Terlarut


Oksigen diperlukann oleh makhluk hidup, termasuk ikan dan organisme perairan lainya,
untuk pernafasan dan metabolisme tubuh. Oksigen diperlukan untuk pembakaran pakan
sehingga menghasilkan energi untuk melakukan aktifitas gerak, pertumbuhan dan
reproduksi. Laju pertumbuhan ikan dan konversi pakan sangat dipengaruhi oleh kandungan
oksigen dalam air.

Sebagai satuan Dissolved Oxygen yang dipakai adalah ppm (part per million). Konsentrasi
minimum oxygen terlarut (DO) bagi sebagian besar ikan air tawar adalah 5 ppm. Pada
perairan dengan konsentrasi DO 4 ppm. ikan masih mampu hidup akan tetapi nafsu
makannya rendah, sehingga pertumbuhannya terhambat. Beberapa jenis ikan yang
mempunyai labyrinth masih bisa bertahan pada konsentrasi DO 3 ppm.
Oksigen larut dalam air disebabkan oleh difusi langsung dari udara, hujan yang jatuh,
melalui aliran air yang masuk, adanya pemercikan air oleh kincir dan pengaruh fotosintesis
tumbuhan atau fitoplankton yang menghasilkan oksigen.

Untuk meningkatkan oksigen terlarut, pada budidaya ikan intensif dilakukan dengan
memancarkan air ke udara sehingga kemudian jatuh lagi ke permukaan air. Percikan air
yang bersentuhan dengan udara itu kemudian akan tercampur lagi dengan air budidaya
sehingga meningkatkan DO.

Proses fotosintesis tumbuhan berklorofil dengan energi sinar matahari akan menghasilkan
oksigen. Hal ini membantu meningkatkan DO pada siang hari. Namun oksigen yang
diproduksi pada siang hari itu akan digunakan oleh ikan dan plankton untuk bernafas pada
malam hari sehingga akan menurun konsentrasinya.

Selain itu, tumpukan bahan organik yang bersal dari sisa pakan, kotoran ikan, dan plankton
yang mati akan berkompetisi dengan ikan yang dibudi-dayakan di dalam menggunakan
oksigen. Hal ini juga mengakibatksn kandungan oksigen pada malam hari menjadi
menurun. Hal inilah yang menyebabkan saat dinihari DO air kolam menurun. Terlebih bila
didasar kolam banyak bahan organik yang juga memerlukan Oksigen untuk proses
penguraiannya.

Berikut ini tabel DO yang sesuai untuk budidaya ikan air tawar :
Tabel DO Ikan Air Tawar
www.viternaplus.com
NO JENIS IKAN DO (ppm)
1 IKAN TAWES >5
2 IKAN NILEM >5
3 IKAN MAS / TOMBRO >5
4 IKAN PATIN 4.5 – 6.5
5 IKAN BAWAL >4
6 IKAN GURAME >5
7 IKAN NILA 4–6
8 IKAN SIDAT 5–6
9 IKAN LELE >4
10 IKAN GABUS >4

b. Derajat Keasaman Air


Derajat keasaman air dibagi menjadi tiga, yaitu pH rendah (asam), pH netral dan pH tinggi
(basa). Derajat keasaman air dipengaruhi oleh ion Hidrogen (H+). Air menjadi asam
apabila pH <7 dan dikatakan basa bila PH >7.
Derajat keasaman air budidaya yang memenuhi syarat adalah 5 - 8,5. Untuk budidaya ikan
air tawar pH yang cocok adalah 6,5 - 7,5. Syarat lain yang penting adalah fluktuasi atau
perbedaan pH pagi dan siang tidak lebih dari 1. Misalnya, pagi hari pH air pada kolam /
karamba / karamba jaring apung adalah 6,5 maka pH pada siang hari tidak boleh mencapai
angka 8.

Derajat keasaman dipengaruhi oleh aktifitas ikan dan organisme lain, yaitu pernafasan
(respirasi). Respirasi menghasilkan CO2 yang mengakibatkan pH menurun. Jadi pada
malam hari pH air cenderung lebih rendah dibanding siang hari.

Berikut ini pH air yg sesuai untuk ikan air tawar.


JENIS IKAN pH
Ikan Tawes 6.5 – 7.5
Ikan Nilem 6.5 – 7.5
Ikan Tombro / Mas 7–8
Ikan Patin 6–7
Ikan Bawal 7–8
Ikan Gurame 6.5 – 8
Ikan Nila 6.5 – 8.5
Ikan Sidat 7–8
Ikan Lele 6.5 – 8
Ikan Gabus 6 – 7.5

c. Kadar Amonia
Bahan organik seperti sisa pakan, kotoran ikan, plankton dan tumbuhan air yang mati akan
menghasilkan amonia (NH3) yang larut dalam air. Amonia merupakan hasil akhir dari dari
proses metabolisme protein. Amonia dalam bentuk terisonasi merupakan racun bagi ikan.
Tolsisitas amonia berkaitan erat dengan pH, dan sedikit terkait dengan suhu dan DO.

Pada pH tinggi, total amonia berubah menjadi bentuk tak terion (dalam bentuk bebas).
Pada pH 7, amonia dalam bentuk tak terion yang beracun < 1 %, selanjutnya semakin
meningkat. Pada pH 8: 5-9 %, pada pH 9: 30-50 %, dan pada pH 10: 80-90 %. Fluktuasi pH
sendiri berkaitan dengan nilai alkalinitas yang rendah (kadar alkalinitas yang baik > 20
mg/l CaCO3).

Kadar amonia akan meningkat jika suhu naik dan kadar DO rendah. Batas maksimal kadar
amonia total pada air kolam atau perairan umum untuk budidaya ikan air tawar adalah di
bawah 0,016 ppm ( 1 ppm: 1 mg/lt ). Amonia total sebesar 0,08 ppm sudah mengakibatkan
penurunkan nafsu makan dan pertumbuhan. Amonia total sebesar 0,3 ppm menyebabkan
kerusakan pada insang sehingga ikan kekurangan oksigen.

d. Kadar Karbondioksida
Karbondioksida merupakan salah satu unsur yang penting untuk proses fotosintesisi bagi
fitoolankton dan tumbuhan air berklorofil. Tumbuhan air dan fitoplankton ini bermanfaat
bagi kesuburan air, sebagai makanan alami ikan. Pada siang hari fitoplankton
menyumbangkan oksigen ke perairan.

Karbondioksida berasal dari proses perombakan bahan organik yang berada di dasar kolam
atau perairan dan pernafasan / respirasi fitoplankton dan tumbuhan air pada malam hari.
Kadar karbondioksida (CO2) berkaitan dengan derajat keasaman (pH) dan suhu.

Jumlah karbondioksida (CO2) yang meningkat akan menekan aktifitas pernafasan ikan dan
menghambat peningkatan oksigen oleh hemoglobin sehingga menjadi sumber stress bagi
ikan.

Kadar karbondioksida terlarut yang memenuhi syarat untuk budidaya ikan adalah berkisar
2-11 ppm.

e. Kadar Nitrogen (NO2)


Nitrit (NO2) merupakan jenis senyawa N. Kadar nitrogen terlarut dalam perairan 0.1 ppm
sudah menimbulkan penyakit brown blood. Kadar Nitrit sebesar 1.0 ppm sudah
menimbulkan kematian pada ikan.

Di perairan, Nitrit merupakan hasil proses dekomposisi dari bahan organik pleh jasad
renik. Kadar nitrit maksimum adalah 0.05 ppm.
f. Alkalinitas
Alkalinitas adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa penurunan pH
larutan. Alkalinitas dinyatakan CaCO3 dalam m/liter (atau disebut ppm).

Alkalinitas di dalam air disebabkan oleh ion bikarbonat (HCO3), Karbonat (CO3), dan
hidroksida (OH). Pada siang hari, aktivitas fotosintesis fitoplankton, ganggang, dan lumut
menyebabkan turunnya karbondioksida (CO2) dan bikarbonat (HCO3). Turunnya
karbondioksida dan bikarbonat menjadikan karbonat (CO3) dan hidroksida (OH) naik
sehingga pH larutan naik. Air dengan kandungan CaCO3 >100mg/lt disebut sebagai alkalin,
sedangkan < 100 mg/lt disebut sebagai lunak atau alkalinitas sedang.

Alkalinitas untuk budidaya ikan air tawar adalah > 20 mg/lt CaCO3. Dengan alkalinitas yang
cukup, perubahan / fluktuasi pH air tidak drastis. Dalam budidaya ikan air tawar di kolam,
untuk menaikkan alkalinitas biasanya ditebarkan dolomite, CaCO3.

g. Kesadahan Total
Kesadahan di dalam air disebabkan oleh ion Ca2+ dan Mg2+. Juga oleh Mn2+, Fe2+ dan
semua kation bermuatan dua. Kualitas air yang sesuai untuk budidaya ikan air tawar
adalah yang mempunyai kesadahan total minimal 20 mg/lt Ca CO3.

Persyaratan Air Pada Pembuatan Kolam


Diposkan oleh :

Mas Anto
/ May 13, 2014On Pembuatan Kolam Ikan

Kualitas air
Untuk mengetahui kualitas air saja tidak cukup apabila hanya di lihat dari sumbernya
secara sepintas. Kita perlu mengadakan beberapa test atau menguji untuk
mengetahui sifat fisik, kimia, dan biologi dari air tersebut. Adapun yang perlu kita
ketahui untuk budidaya ikan antara lain:
Sifat fisik air
 Kekeruhan air 25 – 400 JTU
 Muatan suspensi 25 – 400 ppm
 Kecerahan lebih besar dari 10% penetrasi cahaya sampai dasar perairan
Sifat kimiawi air
 Suhu air 25 – 30 celcius
 Kandungan O2 optimum 5 – 6 ppm, minimal 2 ppm (mg/l)
 Kandungan CO2 terlarut maksimum 25 ppm
 Kandungan N dan NH kurang dari 1,5 ppm
 Kandungan H2S toxio maksimum 1 ppm
 Ph air berkisar 4 – 9, optimum 6,7 – 8,6
 Alkalinitas yang produktif 50 – 500 ppm CaCO2 organik
 Phospat lebih kecil dari 0,02 ppm
 Plumbum (Pb) lebih kecil dari 0,02 ppm

Sifat biologi air


Sifat biologi air yang paling penting di perhatikan adalah jasad-jasad hidup di
perairan tersebut, baik hewan/ tumbuhan tingkat tinggi maupun jasad retnik. Dengan
memperhatikan makluk hidup yang ada pada perairan tersebut secara tidak
langsung kita dapat menilai kesuburan air. Makin beraneka ragam makluk hidup
yang ada, maka makin suburlah perairan itu.

Kuantitas air

Selain mutu air harus baik, jumlahnya pun harus mencukupi untuk mengaliri seluruh
areal perkolaman. Jika jumlah air tidak mencukupi, maka kegiatan budidaya ikan
akan tersendat-sendat, karena seluruh kolam tidak bisa di pergunakan sesuai
fungsinya.
Debit air yang baik tidak kurang dari 10 – 15 l/dt/Ha. Dalam kenyataan apabila
sumber air dari sungai, debitnya tidak tetap tergantung daripada musim. Apabila
debit air pada musim hujan sangat besar, maka harus di buatkan saluran pengendali
banjir sehingga debit air yang besar tidak masuk ke dalam kolam. Apabila debit air
kurang dari standart tersebut di atas, maka harus di usahakan pengaturan air yang
seefisien mungkin.

Kontinuitas air

Persediaan air untuk budidaya ikan ini harus ada sepanjang tahun. Pada saat
persediaan air berkurang, maka harus di usahakan seluruh kolam harus sudah terisi
semua. Dengan demikian kebutuhan air tidak terlalu banyak, karena kebutuhan air
hanya unuk mengganti air yang menguap dan hilang karena bocor.
Menentukan Kualitas Air Kolam Budidaya Ikan Gurami
Setelah sebelumnya kita membahasa tentang Bagaimana Memilih Lokasi Yang Tepat
Untuk Budidaya Ikan Gurami , kali ini kita akan membahas tentang Bagaimana
Menentukan Kualitas Air Yang Baik Untuk Budidaya Ikan Gurami.

Kualitas air merupakan faktor yang paling menentukan dalam budidaya ikan gurami.
Tidak sedikit kendala budi daya ikan gurami yang disebabkan oleh buruknya kualitas air.
Beberapa faktor lingkungan seperti suhu, debit air, kandungan oksigen, derajat
keasaman (pH) dan kedalaman air berpengaruh langsung dalam menentukan kualitas
air.

Untuk lebih jelasnya mari kita bahas satu persatu dari faktor lingkungan tersebut :

Suhu air

Suhu idela bagi pertumbuhan ikan gurami adalah 24-28’C. Apabila perbedaan suhu siang
dan malam terlalu besar, maka pertumbuhan ikan gurami akan terganggu. Hal ini
disebabkan oleh penurunan kadar oksigen di dalam kolam di bawah angka ideal, yakni
4-6 mg/liter. Kecenderungan menunjukan bahwa suhu yang terlalu dingin memiliki
resiko tinggi berkembangnya beberapa penyakit ikan. Hal ini tampak saat musim hujan
tiba.

Saat itu banyak petani budi daya ikan gurami yang mengeluh karena sering terjadi gagal
panen. Untuk menghindari gagal panen, alternatif yang digunakan dengan menanam
pohon-pohon peneduh di pinggir kolam agar tidak terjadi perbedaan suhu yang terlau
besar.
Debit Air

Debit air atau besarnya air yang mengalir ke dalam kolam untuk setiap tipe kolam
berbeda-beda. Kolam peliharaan polikultur (campuran gurami dengan ikan lain)
membutuhkan debit air 5-12 liter/detik, sedangkan untuk kolam monokultur (hanya
memelihara ikan gurami) debit air idealnya sekitar 3 liter/detik.

Kedalaman Air

Idelanya kedalaman air yang digunakan dalam kolam pertumbuhan gurami antara 70-
100 cm. Bila ketinggian air terlalu dangkal menyebabkan perubahan suhu yang tidak
setabil. Sebaliknya, apabila kolam terlalu dalam akan mengurangi kesuburan kolam
karena cahaya matahari tidak dapat menembus kedalam dasar kolam.

Derajat Keasaman Air (pH)

Kolam pemeliharaan ikan gurami idelanya memliki pH netral, yakni antara 6,5 – 7,5.
Untuk menentkan besarnya pH dapat digunakan kertas lakmus atau pH meter. Apabila
besarnya pH kurang dari 6 berati kondisi air terlalu asam. Cara menetralkan pH agar
tidak terlalu asam dengan cara mencampurkan kapur (CaCO3) atau soda kue ke dalam
air.

Sementara itu, penambahan asam fosfor dilakkan untuk air yang terlalu basa. Ketika
menambahkan bahan-bahan tersebut harus dilakukan secara hati-hati dan sedikit demin
sedikit, yaitu tidak lebih dari 0,3 unit perhari. Setiap kali penambahan dilakkan,
pengukuran pH harus dilakukan.

Kandungan oksigen

Apabila kandunganoksigen ddalam kolam sedikit akan berakibat pada daya tahan tubuh
ikan gurami tersebut. Ikan gurami memerlukan kandungan oksigen sebesar 5ppm.
Kadar oksigen dapat ditingkatkan dengan cara menjaga aliran air agar tetap lancar. Dan
membiarkan permukaan kolam tetap terbuka.

Derajat kekeruhan

Kondis air yang keruh dapat menggangu pernafasan dan menurunnya selera makan ikan
gurami. Derajat kekeruhan ini dapat diukur dengan memasukan benda yang berwarna
putih kedalam kolam hingga kedalaman 40 cm. Bila benda tersebut masih nampak,
maka tingkat kekeruhan air kolam masih belum menggangu kehidupan ikan.

Demikian sedikit banyak tentang Tips Menentuka Kualitas Air Kolam Untuk Budidaya
Ikan Gurami yang dapat kita ulas. Untuk Selanjutnya masih ada beberapa kiat yang
wajib diketahui kita semua sebelum memulai budidaya ikan gurami...

Dampak Kualitas Air


Terhadap Kehdupan Dan
Budidaya Ikan Mas
(Cyprinus carpio)
Air merupakan media tempat hidup ikan sangat penting sebagai mengambil
makanan, bergerak, bernapas, respirasi, pertumbuhan, reproduksi, ekskresi, karena
apapun yang terjadi pada perairan akan berakibat langsung pada kesehatan ikan
termasuk ikan mas. Sifat ikan mas adalah omnivora atau pemakan segala, mencari
hewan dasar kolam dan ikan mas tidak menyukai kualitas air yang buruk biasa
menyebabkan kematian. sehingga ikan adalah hewan yang sangat tergantung
dengan kualitas air. Kualitas air merupakan suatu ukuran kondisi air dilihat dari
karakteristik fisik, kimiawi, dan biologisnya. Fisik atau fisika berupa suhu,
kecerahan dan kekeruhan. kimiawi atau kimia berupa nitrit, ammonia, pH, oksigen
terlarut dan alkalinitas. Biologi berupa plankton.

Ikan merupakan hewan poikiloterm, yang mana suhu tubuhnya naik turun sesuai
dengan suhu lingkungan, semua proses fisiologis ikan dipengaruhi oleh suhu
lingkungan. Suhu air merupakan faktor penting yang harus diperhatikan karena
dapat mempengaruhi laju metabolisme dalam tubuh ikan dalam pertumbuhan.
Suhu yang optimal untuk ikan mas yaitu 30 – 32 o C (Jobling, 1981). Suhu air
berpengaruh terhadap proses metabolisme dan berdampak pada pertumbuhan ikan.
Jika suhu yang tinggi maka pada laju metabolisme akan meningkat, sedangkan
pada suhu yang rendah maka laju metabolisme akan menurun.
Kekeruhan yang terlalu keruh berdampak terhadap ikan mas, pada saat keruh
pernapasan ikan mas terganggu akibat zat terlarut seperti lumpur menempel pada
insang ikan, saat keruh akibat plankton persaingan oksigen pasa saat malam hari
membuat ikan kekurangan oksigen dan respon terhadap makanan menurun akibat
dari penglihatan yang terhalang. Kecerahan merupakan zona trasparasi masuknya
cahaya dan sumber tingkat kecerahan ikan. Jika terlau cerah berdampak terhadap
kualitas makanan alami beruapa plankton untuk menambah nutrisi pada ikan.
Sehingga kualitas air yang baik yaitu tidak kurang dari 20 – 30 cm.

Oksigen terlarut berpengaruh terhadap aktifitas respirasi dan metabolisme ikan


organisme air dan dekomposer dalam proses mendekoposisi bahan organi
dalam perairan.Hal ini disebabkan karena oksigen terlarut digunakan untuk proses
metabolisme dalam tubuh.Kadar oksigen terlarut yang dibutuhkan ikan tidak boleh
kurang dari 3 ppm (cholik et al 1986 ) dan SNI (2000), DO yang dibutuhkan lebih
dari 4 ppm, serta menurut Edwards and Twomey (1982) DO yang dibutuhkan oleh
ikan mas yaitu 6 – 7 mg/l. Penelitian Saravanan dkk (2013) mengungkap bahwa
kebutuhan oksigen untuk metabolis (pembakaran) tidak biasa terpenuhi pada saat
oksigen terlarut dalam air rendah sehingga meski ikan diberi protein rendah, ikan
tidak mampu memanfaatkannya secara optimal.Temuan ini sekaligus membuka
peluang untuk penelitian lebih lanjut tentang pemanfaatan protein pakan dalam
kondisi temperatur yang tinggi dan rendah oksigen terlarut.

Parameter biologi yang paling banyak berpengaruh dalam pengelolaan kualitas air
meliputi seperti plankton, alga, tanaman air, dan bentos. Jasad renik dalam perairan
berpengaruh terhadap kehidupan ikan. sangat perlu untuk dipahami oleh
pembudidayaan ikan karena beberapa jasad renik bermanfaat untuk budidaya ikan
khususnya larva untuk hidup, tumbuh dan berkembang. Komponen produsen, akan
tetapi jika terlalu banyak jumlah fitoplankton maka akan menggangu sistem
pertapassan ikan pada saat malam hari, malam hari fito lebih banyak mengmbil
oksigen dari pada siang hari.
pH adalah tingkatan asam basa suatu larutan yang diukur dengan skala 0 s/d 14 .
Tinggi rendahnya pH air sangat dipengaruhi oleh kandungan mineral lain yang
terdapat dalam air. pH air untuk ikan mas adalah 6,5 s/d 8,5 . Pengaruh pH
terhadap air adalah sangat besar, pH air terlalu rendah akan berasa pahit /asam,
sedangkan jika terlalu tinggi maka air akan berasa tidak enak (kental/licin). Untuk
ikan mas pH yang terlalu rendah atau tinggi akan menyebabkan ikan tersebut mati.

Advertisements
Manajemen Kualitas Air Ikan Koi
(Cyprinus carpio haematopterus)
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Order : Cypriniformes
Keluarga : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Spesies : C. carpio haematopterus

Manajemen kualitas air mempunyai peran yang sangat penting untuk


budidaya ikan koi. Air sebagai media hidup ikan, berpengaruh langsung
terhadap kesehatan dan pertumbuhannya. Kualitas air menentukan
keberadaan berbagai jenis organisme yang ada dalam diwadah akuarium
maupun kolam. Kualitas air yang jauh dari nilai optimal dapat
menyebabkan kegagalan budidaya, sebaliknya kualitas air yang optimal
dapat mendukung pertumbuhan dan kelulusan kehidupan ikan koi.

Memelihara Koi merupakan hobi yang sangat menyenangkan, karena


keindahan ikan koi mampu menyejukkan pandangan dan menenteramkan
pikiran. Koi berukuran jumbo yang berenang-renang di sekitar rumah
menjadi hiburan tersendiri melepas kepenatan sehari bekerja. Sebagian
masyarakat Jepang berkeyakinan bahwa memelihara koi dapat
mendatangkan hoki bagi pemiliknya. Akan tetapi sebagian orang tidak
terlalu peduli dengan hal tersebut. Yang jelas beberapa pecinta koi
memiliki pengalaman memelihara koi dengan penuh ketekunan dan
kesabaran, karena hobi tanpa disadari menghasilkan koi dengan kualitas
unggul dan menang dalam berbagai kontes akhirnya koinya di hargai
dengan harga mahal, mungkin ini yang disebut dengan hoki dalam
memelihara koi.

Terlepas dari itu semua bagi pecinta koi pemula tentu banyak hal yang
harus dipahami dan dipertimbangkan sebelum memulai memelihara ikan
Koi. Banyak pecinta koi pemula harus stress karena koi yang dibeli
dengan harga mahal mati setelah dimasukkan ke dalam kolam, alih-alih
ingin mencari hiburan dengan melihat keindahan koi berenang di kolam
tetapi malah pusing melihat ikan koi mengapung di kolam dan terus-
terusan mati. Jangan cemas, berikut ada beberapa tips dalam memelihara
Koi bagi pemula, meski tidak menjamin 100% keberhasilan dalam
memelihara Koi tetapi paling tidak meminimalkan resiko kematian.

Lingkungan yang dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan ikan adalah


mampu menyediakan kondisi fisika, kimia, dan biologi yang optimal. Selain
itu perlu diperhatikan timbulnya kondisi lingkungan yang dapat
menghambat pertumbuhan ikan koi, bahkan dapat mematikan ikan,
misalnya munculnya gas-gas beracun serta mikroorganisme patogen.

Indikator kualitas air yang biasa digunakan untuk menilai kelayakan untuk
budidaya biasanya didasarkan pada faktor fisika, kimia, dan biologi.

3.1 Parameter Fisika


3.1.1 Suhu

Suhu air dipengaruhi oleh : radiasi cahaya matahari, suhu udara, cuaca
dan lokasi. Radiasi matahari merupakan faktor utama yang mempengaruhi
naik turunnya suhu air. Sinar matahari menyebabkan panas air di
permukaan lebih cepat dibanding badan air yang lebih dalam. Densitas air
turun dengan adanya kenaikan suhu sehingga permukaan air dan air yang
lebih dalam tidak dapat tercampur dengan sempurna.

Hal ini akan menyebabkan terjadinya stratifikasi suhu (themal


stratification) dalam badan air, dimana akan terbentuk tiga lapisan air
yaitu : epilimnion, hypolimnion dan thermocline. Epilimnion adalah lapisan
atas yang suhunya tinggi. Hypolimnion ialah lapisan bawah yang suhunya
rendah. Sedangkan thermocline adalah lapisan yang berada di antara
epilimnion dan hypolimnion yang suhunya turun secara drastis (Boyd,
1990). Dalam kolam, kondisi semacam ini dapat diatasi dengan
pengadukan air oleh aerator atau kincir (paddle wheel).
Ikan Koi merupakan hewan yang hidup di daerah beriklim sedang dan
hidup pada daerah perairan tawar. Ikan koi dapat hidup pada kisaran suhu
8ºC – 30ºC, oleh sebab itu ikan koi dapat di pelihara di seluruh Indonesia,
mulai dari pantai hingga daerah pegunungan. Suhu ideal untuk tumbuh
ikan Koi adalah 15ºC – 25ºC. Di daerah yang menpunyai musim dingin, ikan
Koi mampu bertahan hidup pada suhu 2ºC – 3ºC. Ikan Koi merupakan ikan
yang tidak tahan terhadap perubahan suhu secara drastis. Penurunan
suhu hingga 5ºC dalam tempo singkat sudah dapat mengakibatkan ikan
Koi stress (Tiara dan Murhananto, 2002).

3.1.2 Salinitas

Salinitas suatu perairan dapat ditentukan dengan menghitung jumlah


kadar klor yang ada dalam suatu sampel (klorinitas). Ikan Koi merupakan
ikan air tawar, akan tetapi ikan Koi masih dapat hidup pada air yang agak
asin. Ikan Koi masih bisa bertahan hidup pada air dengan salinitas 10 ppt.
Ikan Koi hidup pada ppt netral, akan tetapi ikan Koi masih bisa hidup pada
ppt yang agak biasa.

3.2 Parameter Kimia


3.2.1 pH

pH adalah merupakan tetapan ion hydrogen bebas dalam suatu system.


Kisaran pH ditetapka mulai dari 1 hingga 14, namun pH yang sesuai untuk
pertumbuhan makluk hidup adalah antara 5.5 hingga 8.5. Khusus untuk
Koi pH sekitar 7 – 8 adalah merupakan pH yang ideal. Jika pH lebih tinggi
dari 8 maka bahaya racun ammoia akan semakin rentan terhadap Koi.
Sementara penurunan pH terutama sebagai akbiat dari menumpuknya
kotoran dan sampas serta sisa makanan di kolam tanpa terurai dengan
baik. Jika pH melonjak di 9.0, lakukan pergantian air sekitar 10 – 20 ppt
setiap hari sampai kembali normal ke level 7 – 8. Jika pH 10, lakukan
penggantian air antara 20 – 40 ppt setiap hari hingga kembali kenormal
level.

3.2.2 Dissolved Oxygen (DO)


Masalah oksigen terlarut ini biasanya akan menjadi kendala pada saat
musim panas atau suhu udara tinggi, yang berakibat pada meningkatnya
temperature air dan pertumbuhan lumut. Dengan ukuran koi yang semakin
besar, juga akan membutuhkan oksigen yang semakin banyak. Rendahnya
tingkat oksigen terlarut dalam air akan membuat koi stress dan dapat
membunuh koi yang berukuran besar. Temperatur air yang dingin
sebaliknya akan lebih dapat mengikat udara dalam air sehingga
meningkatkan tingkat oksigen terlarut.
Tingkat oksigen terlarut yang ideal adalah 8ppm ( Air yang mengalami
saturasi penuh adalah 14ppm). Level DO dibawah ini secara temporer
tidak terlalu masalah sepanjang tingkat pH, ammonia dan nitrite masih
aman. Namun tingkat DO yang secara berkesinambungan di bawah 8ppm
akan dapat menyebabkan masalah serius pada Koi. Koi masih dapat
bertahan hidup beberapa hari pada level DO 5ppm, namun jika turun ke
level 3ppm akan menyebabkan Koi mengalami kekurangan oksigen atau
hyporexia.

3.2.3 Karbondioksida (CO2)

Karbondioksida (CO2) merupakan hasil buangan dari semua jasad pada


proses pernapasan. Dalam jumlah tertentu, gas ini dapat meracuni ikan.
Biasanya ikan yang mempunyai naluri kuat akan menghindari daerah atau
habitat yang kadar karbondioksidanya tinggi. Hal ini dapat diperhatikan ari
tingkah laku ikan yang seolah-olah ingin keluar dari habitat yang kadar
karbondioksidanya tinggi. Kadar karbondioksida ini pun mempengaruhi pH
air menjadi asam. kandungan karbon dioksida (CO2) maksimal 10 pp pada
ikan koi.

3.2.4 Nitrat (NO3)

Nitrat adalah merupakan hasil akhir dari proses nitrifikasi dalam siklus
nitrogen. Tidak terlalu berbahaya bagi Koi dibanding dengan nitrite dan
ammonium. Nitrate ini adalam meupakan pupuk dan makanan bagi
pertumbuhan algae (lumut). Tingginya pertumbuhan lumut dalam kolam
adalah sebagai indikator tingginya tingkat nitrat dalam air. Pergantian air
secara regular sekitar 10 ppm setiap minggu dapat mengurangi kadar
nitrate dalam air. Kisaran yang ideal untuk nitrat adalah 20-60 ppm. Jika
nitrate melebihi 60ppm, maka disarankan untuk penambahan/pergantian
sebagian air. Nitrat diatas 120ppm dapat berbahaya bagi Koi,
mempengaruhi pertumbuhan Koi serta memperlambat penyembuhan
penyakit luka pada Koi.

3.2.5 Nitrit (NO2)

Nitrit tidak sebahaya ammonia, namun tetap berbahaya untuk Koi


karena mempengaruhi kinerja darah Koi untuk mengikat oksigen. Kisaran
yang baik untuk koi adalah 0, maksimum 0.25ppm. Nitrit dihasilkan dari
penguraian ammonia oleh nitrobacter. Dengan demikian untuk mengurangi
tingkat nitrit disarankan untuk pemberian nitrobacter secara berkala
selain pergantian air secara regular.

Bahaya racun dari nitrit ini secara temporer dapat di atasi dengan
pemberian garam dengan konentrasi 0.1%. Jika bakteri nitrobakter tidak
dapat hidup di kolam, maka yang akan terjadi adalah ledakan nitrit.
Ledakan nitrit ini akan menyebakan kerusakan pada system saraf koi,
pencernaan dan liver. Jika nitrit dalam kolam atau wadah akuarium
cenderung tinggi dalam waktu yang lama, akan dapat ditandai dengan
kondisi insang ikan yang tidak dapat menutup sempurna, cenderung
membuka dan tidak sempurna menutup.

3.2.6 Amonia (NH3)

Level ammonia yang ideal untuk Koi adalah 0, maksimum 0.25ppm.


Ammonia dihasilkan dari pembusukan sisa sisa pakan dan kotoran Koi.
Tingginya tingkat ammonia akan menyebabkan memar pada sirip dan kulit
Koi, kondisi kesehatan menurun, produksi lendir yang berlebihan, flashing
hingga penyakit pinecone. Ammonia akan sangat berbahaya jika pH air di
atas 8. Ammonia dalam ecosystem akan dapat diurai oleh bakteri yang
menguntungkan yang disebut sebagai nitrososmonas.

Tingkat ammonia ini dapat dikurangi dengan penambahan air baru secara
regular dan juga pemberian batu Zeolit di chamber filter kimia. Hal ini juga
yang menjelaskan kenapa dilarang untuk untuk memberikan treatment
garam ikan di kolam yang diisi zeolit, dengan pemberian garam maka
ammonia yang diikat oleh zeolit akan dilepaskan kembali kedalam system.

3.3 Parameter Biologi

Indikator kualitas air yang mulai banyak dikembangkan sekarang ini


adalah indikator secara biologi, yaitu pengamatan terhadap organisme
yang hidup dalam suatu perairan (Basmi, 2000). Selanjutnya dikatakan
bahwa indikator ini sangat penting karena parameter fisika dan kimia air
mempengaruhi keberadaan organisme yang hidup di perairan tersebut.
Indikator biologi yang sekarang digunakan antara lain organisme
macrobenthic dan plankton.
Namun demikian, penggunaan biota tersebut sebagai indikator kualitas air
mempunyai beberapa kelemahan. Organisme makrobenthic hanya hidup
pada substrat tertentu sedangkan plankton hanya hidup di kolom air
(Reynolds, 1990). Indeks keragamanan makrobenthic dan plankton hanya
mencerminkan perubahan struktur komunitas pada saat mengalami
gangguan (stress period) dan tidak dapat membedakan antara ekosistem
yang terganggu dengan ekosistem yang sehat.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Parameter Fisika yang ideal untuk ikan koi adalah :
Suhu Salinitas
Ikan Koi 15ºc – 25ºc 0 – 10 Ppt

2. Parameter Kimia yang ideal untuk ikan koi adalah :


pH DO CO2 NO3 NO2 NH3
Ikan Koi 7–8 5 – 8 ppm 10 ppm 20-60 ppm 0 – 0,25
ppm 0 – 0,25 ppm

3. Parameter Biologi untuk ikan koi yaitu macrobenthic dan plankton,


namun parameter ini terdapat kelemahan yaitu Indeks keragamanan
makrobenthic dan plankton hanya mencerminkan perubahan struktur
komunitas pada saat mengalami gangguan (stress period) dan tidak dapat
membedakan antara ekosistem yang terganggu dengan ekosistem yang
sehat.
4. Ikan Koi dapat bertahan hidup pada air dengan salinitas 10 ppt.
5. Ikan Koi merupakan ikan yang tidak tahan terhadap perubahan
suhu secara drastis. Penurunan suhu hingga 5ºC dalam tempo singkat
sudah dapat mengakibatkan ikan Koi stress.

Anda mungkin juga menyukai