Anda di halaman 1dari 14

Nama : Ganta Arya Dewa

NIM : 19/442651/PN/16057

Manajemen Kualitas Air & Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan/Udang


Manajemen Kualitas Air

Sumber air utama untuk tambak: air laut. Air dari laut selanjutnya melalui
saluran/kanal buatan (main inlet), disamping itu juga melalui sub inlet yang berbentuk
L yang letaknya mengitari treatment pond. Air laut diobati dahulu menggunakan
pondfosh di tambak perlakuan (treatment pond) dan tambak budidaya (culture pond).
Air laut yang digunakan dipompa dengan pompa khusus, harus disaring, bersih dan
bebas dari polutan, pipa-pipa saluran anti karat (seperti pipa pvc). Parameter kualitas
air untuk udang tropis selama 24 jam. Salinitas 27 – 36 ppt; suhu 28 0 C; pH 7,8; O2
terlarut 5 ppm. Pencahayaan 13 jam terang, 11 jam gelap dan pergantian air 200 %
per hari. Salinitas yang tinggi mengakibatkan pertumbuhan udang sedikit terhambat.
Udang vaname dapat hidup pada salinitas 0,5 – 45,0 ppt, optimal pd salinitas 10 – 15
ppt.
Pada setiap budidaya udang vaname, pengelolaan kualitas air menjadi
pertimbangan utama terutama di tambak dengan tingkat populasi yang tinggi.
Penurunan kualitas air dapat mengganggu pertumbuhan dan kelangsungan hidup
udang vaname.Air yang berkualitas baik dapat menjamin kelangsungan hidup dan
pertumbuhan udang. Berikut ini parameter yang dapat Anda gunakan sebagai
indikator dalam mengukur tingkat kualitas Air tambak udang vaname.

1. Parameter Kimia

Parameter pertama yang bisa Anda jadikan indikator dalam mengukur tingkat
kualitas Air tambak udang vaname adalah parameter kimia. Diantaranya adalah
potensi redoks, kadar oksigen terlarut, kadar karbondioksida, tingkat alkalinitas,
kesadahan air, dan kandungan bahan organik.

a. Potensi Redoks

Potensi redoks merupakan indikator tingkat oksidasi atau reduksi zat.


Nilai rendah adalah indikator reduksi sedimen yang kuat, yang terkait dengan
pembentukan metabolit toksik, kondisi hipoksia atau anoksik, dan nilai pH
rendah. Di kolam, kisaran potensi redoks potensial adalah 500 hingga 700 mV
untuk air dan 400 hingga 500 mV untuk sedimen.

b. Oksigen Terlarut

Oksigen terlarut dalam air tambak sebagian besar datang sebagai


produk sampingan dari fotosintesis. Sumber lainnya adalah dari difusi udara
atmosfer. Jumlah oksigen terlarut dalam air tambak dipengaruhi oleh banyak
faktor terutama suhu air, respirasi dan tingkat bahan organik. Di tambak udang
tropis, tingkat oksigen dalam air tambak biasanya rendah karena suhu yang
lebih tinggi. Pada siang hari, lebih banyak oksigen dihasilkan melalui
fotosintesis daripada dikeluarkan dari air oleh respirasi hewan. Pada malam
hari, baik tumbuhan dan hewan terus bernafas sementara oksigen ditambahkan
ke air hanya dari atmosfer. Dalam beberapa kasus, permintaan pernafasan
dalam keadaan tertentu menyebabkan penipisan total oksigen terutama pada
waktu fajar menyebabkan anoksia pada hewan yang dibiakkan.
c. Karbondioksida

Ketika konsentrasi oksigen terlarut rendah, maka kadar karbon


dioksida dapat menghambat masuknya oksigen kedalam air tambak. Kisaran
normal karbon dioksida adalah dari 1 hingga 10 mg / l.

d. Alkalinitas

Alkalinitas yang berlebihan (nilai pH> 9,5) juga dapat merusak


pertumbuhan dan kelangsungan hidup udang. Di kolam yang terlalu kaya
fitoplankton, pH air kolam biasanya melebihi 9,5 pada sore hari. Namun, saat
fajar, pH biasanya lebih rendah. Pertumbuhan plankton yang berlebihan dapat
diperbaiki dengan pertukaran air.

e. Kesadahan Air

Kesadahan air adalah jumlah kadar mineral yang terkandung dalam air.
Hal ini sangat berhubungan dengan keasaman air. Kultur udang vaname dapat
berkembang dengan baik dan dengan pH 6 – 9 dan kesadahan air yang stabil.

f. Bahan Organik

Bahan organik dapat memicu keluarnya karbon dioksida dan nitrit


diakibatkan aktifitas metabolisme dan pembusukan dalam air. Kadar bahan
organik maksimum adalah sebesar 88,4 mg/l .

2. Parameter Fisika

Parameter kedua yang bisa Anda jadikan indikator dalam mengukur tingkat
kualitas Air tambak udang vaname adalah parameter fisika. Diantaranya adalah
cahaya matahari, suhu,kecerahan &kekeruhan, warna air, konduktifitas, hingga
salinitas.

a. Cahaya Matahari

Cahaya adalah salah satu faktor utama untuk budidaya organisme


akuatik. Beberapa penelitian telah menyelidiki peran cahaya matahari pada
perairan dan menemukan perbedaan yang signifikan dalam perilaku, nutrisi
dan pertumbuhan budidaya organisme akuatik seperti ikan, udang, dan
sebagainya. Beberapa studi menunjukkan sinar matahari sangat mempengaruhi
kelangsungan hidup dan tingkat pertumbuhan larva. Parameter seperti tingkat
spektrum dan lamanya periode cahaya memiliki efek yang cukup besar pada
pertumbuhan, kelangsungan hidup, kematangan seksual, regenerasi organisme
akuatik. lamanya periode cahaya optimal yang dibutuhkan yakni 12 jam
penyinaran.

b. Suhu

Suhu air memainkan peran yang sangat penting dalam mengatur


aktivitas hewan yang dibudidayakan. Laju reaksi kimia dan biologis dikatakan
meningkat dua kali lipat setiap kenaikan suhu 10 ° C. Ini berarti bahwa
organisme akuatik akan menggunakan oksigen terlarut dua kali lebih banyak
dan reaksi kimia akan berkembang dua kali lebih cepat pada 30 ° C daripada
20 ° C. Oleh karena itu, kebutuhan oksigen terlarut dari spesies air lebih tinggi
di hangat daripada di air dingin.

c. Kecerahan & Kekeruhan

Kecerahan & kekeruhan air dalam sistem akuakultur juga merupakan


indikator kualitas air yang penting. Kecerahan &kekeruhan dipengaruhi oleh
kerapatan zooplankton dan fitoplankton di dalam air dan juga partikel
tersuspensi seperti feses dan pakan yang tidak dimakan.Kekeruhan
mempengaruhi tingkat penetrasi cahaya yang berpengaruh pada fotosintesis
dan karenanya pertumbuhan alga. Kolam yang sangat keruh memiliki
penetrasi cahaya yang dangkal yang menurunkan suhu serta aktivitas
fotosintesis. Kolam yang sangat keruh sering mengalami penurunan jumlah
alga tumbuh di dasar kolam sebagai makanan alami udang vaname.

d. Warna Air

Warna air yang muncul di bawah sinar matahari dan terbentuk dari
mikroorganisme, zat terlarut, dan mineral. Faktor utama yang menyebabkan
perubahan warna air adalah variasi dan fluktuasi jumlah mikroorganisme,
terutama fitoplankton. Peran Mineral juga bertanggung jawab atas warna air
yang ada, Warna merah dan coklat disebabkan oleh zat besi. Warna hitam
terbentuk dari mangan atau bahan organik. Sedangkan kuning untuk bahan
organik terlarut seperti tanin, Besi dan .

e. Konduktivitas

Konduktivitas dapat dengan cepat diukur untuk memberikan penilaian


terhadap konsentrasi total ion terlarut. Konduktivitas tambak udang vaname
adalah 500 hingga> 5.000 mmhos / cm.

f. TDS & TSS (Padatan Total, Terlarut dan Tersuspensi)

Total padatan terlarut (TDS) mengacu pada jumlah padatan terlarut


(termasuk mineral, garam atau logam) dalam air. Dengan kata lain, semua
bahan organik dan anorganik yang terlarut dalam air. Ini adalah parameter
yang sangat berguna bagi pemelihara udang. Karena itu dapat digunakan
sebagai cara menentukan frekuensi kapan saatnya melakukan pergantian air.
Nilai ideal tambak udang vaname berkisaran di angka 150-200 ppm.

g. pH dan Salinitas

PH air tambak menunjukkan kesuburan atau potensi produktivitasnya.


Air dengan pH berkisar antara 7,5 hingga 9,0 umumnya dianggap cocok untuk
produksi udang. Pertumbuhan udang terbelakang jika pH turun di bawah 5.0.
Air dengan pH rendah dapat diperbaiki dengan menambahkan kapur untuk
menetralkan keasaman.

h. Salinitas

Karena tingkat penguapan yang tinggi di beberapa negara, konsentrasi


garam di kolam secara bertahap meningkat selama bulan-bulan musim panas.
Salinitas dapat meningkat hingga melebihi 40 ppt dan dengan demikian
memperlambat pertumbuhan. Dalam kasus seperti itu, air harus selalu dijaga
selama bulan-bulan musim panas agar sesuai dengan peningkatan salinitas
atau air harus sering diubah baik dengan pompa atau melalui pertukaran
pasang surut.

3. Parameter Biologi

Parameter ketiga yang bisa Anda jadikan indikator dalam mengukur tingkat
kualitas Air tambak udang vaname adalah parameter biologi. Diantaranya
adalahmikroorganisme dan bakteri patogen.

a. Mikroorganisme

Organisme makanan alami dibiarkan tumbuh di kolam yang


dipersiapkan dengan baik dengan pupuk organik atau anorganik. Organisme
makanan ini dalam bentuk ganggang bentik biru-hijau, diatom, ganggang hijau
dan berbagai spesies zooplankton mikroskopis dan mikrobenthos berfungsi
sebagai makanan alami udang budidaya. Lumut dapat ditanam di salinitas
rendah yang kompatibel dengan kondisi pertumbuhan udang. Organisme
hidup lainnya yang melekat pada lumut juga dimakan oleh udang. Ikan
herbivora sering ditebar untuk mengontrol kepadatan lumut di kolam.

Pemupukan di tambak mendorong pertumbuhan tanaman mikroskopis


yang dikenal sebagai fitoplankton, produsen utama ini berfungsi sebagai
makanan utama zooplankton dan organisme bentik yang pada gilirannya
menjadi makanan udang. Kehadiran warna hijau kekuningan dalam air tambak
menandakan pertumbuhan yang baik dari organisme organisme planktonik
yang diinginkan yang kondusif untuk pertumbuhan udang.

b. Mikroba Patogen

Bakteri patogen menyebabkan berbagai wabah penyakit menular


karena dapat bertindak sebagai patogen primer dan sekunder. Dalam
ekosistem tambak udang bakteri patogen seperti vibrio mengandung patogen
negatif . Bacillus dapat melawan bakteri vibrios. Mereka juga membantu
menjaga keseimbangan mikroflora yang sehat.

4. Manajemen Pemberian Pakan


Manajemen pemberian pakan juga berpengaruh terhadap kualitas air tambak,
maka dalam pembagian porsinya disesuaikan dengan situasinya seperti berikut ini,

a. Pada saat hujan dan cuaca berangin, pemberian pakan sebesar 50% sampai
60% atau menunggu intesitas hujan mulai reda.
b. Saat molting sekitar pH <8 atau 8 - 9 maka rekomendasi pakan sebesar 30%
pada siang hari, 50% pada malam hari dan 110% di pagi hari.
c. Adanya bloom plankton yang masif maka secara 3 hari pemberian pakan
mencapai 70% hingga bloom plankton berkurang.
d. Ketika planton drop pemberian pakan sebesar 50% sampai kecerahan
berkurang akibat oksigenasi dan mikroorganisme.
e. Pada saat amonia mulai meningkat berikan 60-70% hingga berkurang
amonianya.
f. Perubahan cuaca secara dratis berikan 70-80% dan suhu kurang dari 25° C
sampai lebih dari 34° C hingga suhu turun kekondisi optimal seperti 26° C
sampai 32° C.

Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan/Udang

Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan budidaya udang windu adalah
pengendalian hama dan penyakit di dalam tambak. Berbagai macam pengganggu
kesehatan udang windu dapat mengakibatkan kematian, terutama pada fase post larva
yang sangat peka terhadap lingkungan dan penyakit. Pada garis besarnya, jenis
pengganggu kesehatan udang windu dapat dikelompokkan ke dalam 2 golongan yaitu
hama dan penyakit.
HAMA
Di antara kegagalan budidaya udang windu ialah disebabkan oleh masuknya
hama kedalam tambak. Hama adalah organisme pengganggu yang dapat mempercepat
berkurangnya jumlah udang yang dipelihara dalam waktu singkat.
Secara umum hama udang dibedakan dalam 3 golongan, yaitu :
1. Hama Predator
Yaitu golongan pemangsa yang dapat memakan langsung udang dalam
jumlah yang banyak sehingga merugikan bahkan menimbulkan gagal panen.
Yang termasuk dalam golongan pemangsa ini : Kakap, keting, kepiting,
bangsa burung, bangsa ular.

2. Hama Kompetitor
Yaitu golongan penyaing. Hama ini adalah hewan-hewan yang
hidupnya menyaingi hidup udang windu baik dalam hal makanan, tempat
hidup ataupun O2 ( Oksigen ). Contoh : bangsa siput ( trisipan ), mujair, udang
kecil, dan belanak.

3. Hama Perusak
Yaitu golongan penganggu. Hama ini tidak memangsa dan tidak
menyaingi udang tetapi merusak lingkungan hidup bagi udang yang dipelihara,
misalnya merusak dasar tambak, pematang, saluran dan pintu air sehingga
mengakibatkan kebocoran-kebocoran pada tambak. Contoh : udang tanah,
kepiting dan belut.
PENYAKIT
Pada dasarnya penyakit pada udang windu timbul dan mewabah dapat
dijelaskan dari hubungan keterkaitan antara inang, patogen, dan lingkungan.

Penurunan kualitas lingkungan akibat penumpukan bahan organik, dan


sebagai dampak dari kegiatan intensifikasi tambak menyebabkan udang stress dan
akhirnya rentan terhadap penyakit. Penyakit timbul pada udang disebabkan oleh
patogen penyebab penyakit, diantaranya virus, bakteri, protozoa, dan lain-lainl. Untuk
membedakan patogen penyebab penyakit perlu melakukan isolasi dan dilanjutkan
dengan identifikasi sehingga dapat diketahui dengan pasti patogen penyebab penyakit
tersebut. Prosedur identifikasi penyakit dapat dilakukan dengan berbagai tahapan
yaitu :
1. Identifikasi secara klinis
Dilakukan dengan cara mengamati segala penyakit di lapangan seperti
ada tidaknya borok, pigmentasi tubuh, kelengkapan organ tubuh udang, dll.
Pengamatan ini akan lebih akurat bila menggunakan mikroskop.
2. Mikrobiologis
Dilakukan dengan cara mengambil darah, borok, organ dalam yang
selanjutnya di inokulasi pada media agar.
3. Histopatologis
Dilakukan dengan cara mengambil organ, kemudian difiksasi,
dilakukan pemotongan jaringan serta pewarnaan.
4. Biologi Molekuler
Teknik ini diaplikasikan secara amplifikasi DNA (hibridisasi) dan
imunokimia. Tingkat identifikasi ini sangat akurat namun karena banyak
kendala yang dihadapi sehingga jarang dilakukan.

Jenis penyakit yang menyerang udang dapat dikelompokkan menjadi penyakit


viral, bacterial, kelompok fouling disease dan penyakit karena factor nutrisi.
1. Viral
Muncul dan mewabahnya penyakit viral sangat terkait dengan kondisi
lingkungan. Factor pemicu timbulnya wabah virus ini disebabkan karena :
a. Pencemaran pestisida di perairan
b. Perubahan kualitas air yang mendadak
c. Udang stress

Penyakit yang banyak menyerang udang dan sangat berbahaya untuk


kelangsungan hidup udang adalahWhite Spot Baculovirus (SEMBV). Ciri – ciri :
a. Ditandai dengan terbentuknya bercak putih seperti panu pada bagian
Cephalothorax( kepala )
b. Udang berenang ke tepi dekat pematang, lemas dan kehilangan nafsu makan

Penyakit bercak putih pada udang


Penularan penyakit ini sangat cepat menyebabkan sulitnya penanggulangan
penyakit. Organisme penular ( karier ) dapat berupa rebon, udang putih, kepiting dan
udang windu sendiri yang menularkan penyakit secara horizontal. Penularan secara
vertikal dapat terjadi melalui induk dan menular ke larva.

2. Bakterial
Di dominasi oleh genus vibrio sp, diantaranya :
a. Kunang-kunang ( luminous ) pada larva. Ciri-ciri : bila dilakukan
pengamatan di ruangan gelap udang akan terlihat menyala.
b. Nekrosis. Ciri-ciri : Putusnya organ eksternal dengan warna kehitaman pada
sekitar organ yang putus misalnya ekor kipas. Daging berwarna kehitaman.
c. Bakterial White Spot. Ciri-ciri : kulit udang kelihatan kusam dan sering
Ditemukan fouling organisme dari jenis protozoa dan fitoplankton.

Perbedaan white spot dari virus dan bakteri

3. Fouling disease (Penyakit penempel)


Yaitu pengelompokkan penyakit berdasarkan penampilan udang yang tidak
menarik, karena kulitnya seperti berlumut dan insang berwarna hitam. Biasanya
menyerang pada udang yang mengalami kegagalan moulting dan pertumbuhan
terhambat. Penyebabnya adalah dari golongan alga dan protozoa, terjadi karena
adanya peningkatan populasi yaitu peningkatan bahan organic dan peningkatan
detritus melayang dalam air.
Udang berlumut akibat alga

4. Penyakit insang hitam


Organisme penyebab penyakit ini adalah protozoa, jamur dan alga, dan faktor
pemicu timbulnya penyakit ini adalah ransum kurang vitamin C, manajemen kualitas
lingkungan yang kurang baik dan pertumbuhan alga yang terlalu padat ( Blooming ).
Ciri-ciri : Warna insang udang hitam / kecoklatan.

Penyakit insang hitam

Pengendalian Hama
Kerugian yang ditimbulkan oleh hama tambak dapat beragam, dari yang
ringan sampai yang berat, dari yang hanya menimbulkan kerugian berupa persaingan
pakan alami, pakan buatan sampai perannya sebagai karier penyakit. Oleh sebab itu
perlu dilakukan pemberantasan hama baik secara mekanis ataupun secara kimia
( menggunakan obat kimia berupa krustasida / pestisida ). Pemilihan pestisida menjadi
sangat penting peranannya, karena pestisida yang dipergunakan untuk pengendalian
hama harus memiliki beberapa sifat, antara lain :
a. Tidak bersifat persisten namun degradable (Pemberantasan secara perlahan-lahan)
b. Memiliki kisaran pemberantasan yang spesifik
c. Tidak meninggalkan residu yang membahayakan.
d. Tidak bersifat fitotoksis, yang dapat membunuh alga.
Pestisida organik dan dosis pemakaiannya

Pestisida anorganik yang digunakan untuk memberantas hama yang membandel


seperti trisipan / bangsa siput .

Aplikasi Brestan dilakukan pada kondisi dasar tambak macak-macak (5 cm )


dan dengan cara disebar merata, kemudian dibiarkan 15 – 21hari supaya trisipan
terbunuh, sekaligus air di dasar tambak menjadi netral, kemudian dilakukan pencucian
(pembuangan) air tersebut. Apabila masih terdapat ikan liar, perlu dilakukan aplikasi
saponin dan kaporit yang berfungsi untuk mensterilkan air media awal.

Beberapa jenis bahan kimia, obat-obatan dengan substitusinya


Pengendalian Penyakit
Pengendalian penyakit baru dapat dilaksanakan secara sempurna apabila
patogen dapat dikenali dengan baik, termasuk didalamnya cara penularan,
perwabahan dan karakter patogenitasnya. Dengan pemahaman yang benar akan sifat-
sifat patogen maka diharapkan wabah penyakit dapat di antisipasi dengan baik.
Jenis Penyakit dan Pengobatannya

Keberhasilan budidaya sangat ditentukan dalam pengendalian hama dan


penyakit. Kerugian yang sangat besar dapat terjadi akibat ketidak tepatan dalam
mengantisipasi wabah penyakit. Pengendalian penyakit dapat dilaksanakan secara
sempurna apabila patogen dapat dikenali dengan baik. Dengan pemahaman yang
benar akan sifat-sifat patogen diharapkan wabah penyakit dapat di antisipasi dengan
baik.

Anda mungkin juga menyukai