Anda di halaman 1dari 7

Project Base Learning

KARAKTERISTIK KOLAM BLOOMING ALGAE

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 6

NURUL FATIMAH 2010801042


NUR HIDAYAH 2010801039
ZAHRA OKNA 2010801060
RAHMA LUSIANA 2010801063
RANGGA WICAKSONO 2010801069

PROGRAM STUDI AKUAKULTUR


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TIDAR
MAGELANG
2021
BAB VI

KARAKTERISTIK KOLAM BLOOMING ALGAE

Fitoplankton merupakan organisme mikroskopik yang hidup di perairan tawar dan juga
laut. Fitoplankton mempunyai peran penting sebagai produsen utama karena memiliki klorofil
yang digunakan untuk proses fotosintesis dan menghasilkan bahan organik serta oksigen di
dalam perairan. Namun, fitoplankton dengan jumlah melimpah di suatu perairan dapat
menurunkan kualitas perairan (Aunurohim et al., 2006 dalam Choirun et al., 2015).
Pertumbuhan fitoplankton yang melimpah dikenal dengan blooming algae atau HAB’s
(Harmful Algae Blooms).

Blooming algae terjadi dikarenakan melimpahnya nutrien di perairan. Nitrat menjadi


senyawa nitrogen yang paling dominan di suatu perairan serta berperan penting untuk
pertumbuhan fitoplankton dan tumbuhan air. Selain nitrat, fosfat juga mempunyai dampak
positif untuk meningkatkan produksi fitoplankton serta produksi ikan (Choirun et al., 2015).
Tingginya kandungan nutrien di perairan menyebabkan fitoplankton tumbuh dengan melimpah
dan akan memberikan dampak negatif bagi ekosistem perairan, seperti berkurangnya oksigen
terlarut yang dapat menyebabkan kematian massal biota perairan tersebut (Risamasu dan
Prayitno, 2011).

6.1 Ciri-ciri dari Blooming Algae


Ciri-ciri kelimpahan alga atau blooming algae dapat dicirikan dengan:
1. Perubahan warna perairan.
Perubahan warna permukaan air di suatu perairan, seperti menjadi warna hijau,
kemerahan, kebiruan, atau kecoklatan disebabkan terjadinya blooming algae di
perairan tersebut, sehingga warna permukaan air didominasi dengan warna dari
fitoplankton yang melimpah.
2. Berbau busuk.
3. Terdapat busa atau partikel yang memenuhi permukaan perairan.

6.2 Penyebab terjadinya Blooming Algae


a. Penyebab terjadinya blooming algae di perairan umum:
1. Pemanasan global yang mengakibatkan suhu perairan meningkat
Kenaikan suhu dapat mempercepat laju fotosintesis fitoplankton yang pada
akhirnya akan berdampak pada meningkatnya kelimpahan fitoplankton, tetapi
peningkatan suhu tersebut tidak boleh melebihi ambang batas normal suhu
perairan.
2. Banyaknya unsur hara
Adanya peningkatan unsur hara atau eutrofikasi akan berpotensi menjadi
pemicu meledaknya populasi alga berbahaya (harmful blooming algae/HABs).
Eutrofikasi, yakni peningkatan unsur hara ke level yang sangat tinggi dan
melampaui batas yang dapat diterima oleh alam.
3. Adanya upwelling
Ditandai naiknya unsur hara atau nutrien di suatu perairan, karena massa air
bawah permukaan pada umumnya lebih kaya zat hara dibanding dengan lapisan
permukaannya. Nutrien, khususnya fosfat dan silikat di zona fotik sangat
berpengaruh terhadap produktivitas fitoplankton, dan oleh karena itu pada lokasi
upwelling akan ditemui fitoplankton dalam jumlah yang besar.
4. Pembuangan limbah domestik rumah tangga
Limbah yang dibawa aliran air sungai masuk ke perairan laut mengakibatkan
tingginya konsentrasi nutrien (nitrogen, silikat, dan fosfat) di suatu perairan.
5. Pengaruh el nino atau la nina
El nino dan la nina akan mempengaruhi terjadinya upwelling di suatu perairan,
sehingga nutrien yang mengendap atau berada di dasar perairan akan naik ke atas
dan menyebabkan terjadinya kelimpahan nutrien.
6. Kurangnya zooplankton herbivora yang akan mengontrol populasi fitoplankton.

b. Penyebab terjadinya blooming algae di kolam atau akuarium:


1. Pemberian pakan yang berlebihan.
2. Kepadatan jumlah ikan dalam kolam.
3. Cahaya matahari atau penggunaan lampu yang terlalu lama dengan jarak yang
dekat dengan permukaan air.
6.3 Parameter Kualitas Air
Parameter kualitas air yang mempengaruhi terjadinya blooming algae:
a. Suhu
Suhu air menjadi faktor yang mendapat perhatian dalam pengkajian perairan.
Data suhu air dapat dimanfaatkan untuk mempelajari kehidupan hewan atau
tumbuhan. Suhu di perairan Nusantara umumnya berkisar 28—31⁰C. Suhu air di
dekat pantai biasanya sedikit lebih tinggi daripada dilepas pantai.
b. Salinitas
Salinitas adalah ukuran jumlah zat padat terlarut dalam suatu volume air dan
dinyatakan dalam per mil. Di perairan samudera salinitas biasanya berkisar 34—
35%. Adanya pengenceran di perairan pantai, misalnya dikarenakan pengaruh
aliran sungai menyebabkan salinitas mampu menjadi rendah, sebaliknya di daerah
dengan penguapan yang sangat kuat menyebabkan salinitas dapat meningkat tinggi.
c. pH
Derajat keasaman (pH) akan mempengaruhi pertumbuhan alga. Pertumbuhan
makroalga dapat berlangsung secara terus-menerus di kisaran pH 7—8.
d. DO
Konsentrasi DO air laut bervariasi. Di laut lepas dapat mencapai 9,9 mg/L,
sedangkan di wilayah pesisir konsentrasi DO akan semakin berkurang disesuaikan
dengan kondisi lingkungan sekitarnya. Konsentrasi DO di permukaan air laut
dipengaruhi suhu. Semakin tinggi suhu, maka kelarutan gas semakin rendah.

6.4 Dampak dari Blooming Algae


Peningkatan pertumbuhan populasi fitoplankton yang cepat akan mengakibatkan:
1. kematian massal ikan di suatu perairan.
2. terjadi kontaminasi pada biota air lainnya.
3. permasalahan kesehatan manusia (keracunan).
4. perubahan struktur ekosistem.

Blooming yang disebabkan dari Noctiluca scintillans akan menyebabkan kematian


massal ikan dan biota air lainnya. Fenomena blooming hebat dari kelompok Dinophyceae
spesies Pyrodinium bahamase di Selat Lewtobi, Flores Timur menyebabkan 240 orang
keracunan serta 4 orang meninggal dikarenakan mengonsumsi ikan dan kerang dari lokasi
tersebut (Praseno, 2000 dalam Choirun et al., 2015).
6.5 Pencegahan terjadinya Blooming Algae
a. Langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya blooming algae di suatu
perairan:
1. Mengurangi dan memanipulasi pemasukan nutrien dalam perairan.
2. Manipulasi faktor fisik, seperti rasio kedalaman eufotik dan kedalaman teraduk.
3. Terus melakukan sirkulasi air.
4. Melakukan pengadukan
HAB’s akan terganggu jika air diaduk terus menggunakan kincir angin. Melalui
pengadukan yang kuat akan menghasilkan perubahan keragaman fitoplankton.
5. Tidak membuang sampah sembarangan ke perairan yang dapat menyebabkan
tumbuhnya fitoplankton secara melimpah.

b. Langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya blooming algae di akuarium:
1. Penggunaan lampu UV di akuarium.
2. Rajin melakukan pengurasan akuarium.
3. Melakukan manajemen pakan dan kualitas air

6.6 Jenis-jenis Fitoplankton yang Berbahaya


Fitoplankton beracun yang menjadi penyebab Harmful Alga Bloom (HAB) di perairan
Pesisir Brondong, Lamongan selama penelitian dengan 3 kali pengulangan ditemukan
spesies dari kelas Dinophyceae dan Bacillariophyceae. Dari kelas Dinophyceae ditemukan
8 spesies, yakni Ceratium fusus, Ceratium pulchellum, Dinophysis acuminata, Gonyaulax
polygramma, Ceratium macroceros, Noctiluca scintillans, Peridinium claudicans, dan
Gonyaulax triacantha. Dari kelas Bacillariophyceae ditemukan 3 spesies, meliputi
Chaetoceros compressus, Nitzschia closterium, dan Chaetoceros laciniosus. Menurut
Aunorohim (2008) bahwa jenis fitoplankton berpotensi blooming, meliputi Dinoflagellata
(Alexandrium sp., Dinophysis sp., dan Gymnodinium sp.) serta Diatom (Pseudonitszchia
sp.).

Sumber:

Aunurohim, D. Saptarini, dan D. Yanthi. (2008). Fitoplankton Penyebab Harmful Algae


Blooms (HABs) di Perairan Sidoarjo. Institut Teknologi Sepuluh November,
Surabaya.
Choirun, A., S. H. J. Sari, dan F. Iranawati. (2015). Identifikasi Fitoplankton Spesies
Harmfull Algae Bloom (HAB) saat Kondisi Pasang di Perairan Pesisir Brondong,
Lamongan, Jawa Timur. Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan), Vol 25(2),
58—66.

Risamasu, F. J. L. dan H. B. Prayitno. (2011). Kajian Zat Hara Fosfat, Nitrit, Nitrat, dan
Silikat di Perairan Kepulauan Matasiri, Kalimantan Selatan. Pusat Penelitian
Oseanografi-LIPI, Vol 16(3), 135—142.

Anda mungkin juga menyukai