Anda di halaman 1dari 4

Faktor Kualitas Air Budidaya Ikan Nila

Air merupakan media untuk kegiatan budidaya ikan, termasuk pada kegiatan pembesaran. Kualitas
air dipengaruhi oleh berbagai bahan kimia yang terlarut dalam air, seperti oksigen terlarut, pH,
alkalinitas, dan bahan-bahan fisika lainnya. Perubahan karakteristik air yang dapat dikatakan telah
terjadi peningkatan kualitas air.

Demikian juga sebaliknya, bila perubahan itu menurunkan produksi, dapat dikatakan terjadi
penurunan kualitas air. Sumber-sumber CO2 di atmosfer berasal dari respirasi manusia dan hewan,
erupsi vulkanik, pembakaran batubara, dan asap pabrik. Di ekosistem air, pertukaran CO2 dengan
atmosfer berjalan secara tidak langsung.

Karbondioksida berikatan dengan air membentuk asam karbonat yang akan terurai menjadi ion
bikarbonat. Bikarbonat adalah sumber karbon bagi alga yang memproduksi makanan untuk diri
mereka sendiri dan organisme heterotrof lain. Sebaliknya, saat organisme air berespirasi, CO2 yang
mereka keluarkan menjadi bikarbonat. Jumlah bikarbonat dalam air adalah seimbang dengan jumlah
CO2 di air. Pada atmosfer proses timbal balik fotosintesis dan respirasi seluler bertanggung jawab
atas perubahan dan pergerakan utama siklus karbon.

Naik turunnya CO2 dan O2 atsmosfer secara musiman disebabkan oleh penurunan aktivitas
Fotosintetik. Dalam skala global kembalinya CO2 dan O2 ke atmosfer melalui proses respirasi yang
menghasilkan CO2 dan proses fotosintesis yang menghasilkan oksigen..

Akan tetapi pembakaran kayu dan bahan bakar fosil menambahkan lebih banyak lagi CO2 ke
atmosfir. Sebagai akibatnya jumlah CO2 di atmosfer meningkat. CO2 dan O2 atmosfer juga
berpindah masuk ke dalam dan ke luar sistem akuatik, dimana CO2 dan O2 terlibat dalam suatu
keseimbangan dinamis dengan bentuk bahan anorganik lainnya.

Oksigen diperlukan ikan untuk respirasi dan metabolisme dalam tubuh ikan untuk aktivitas
berenang, pertumbuhan, reproduksi dan lain-lain. Laju pertumbuhan dan konversi pakan juga
sangat tergantung pada kandungan oksigen. Nilai oksigen di dalam pengelolaan kesehatan ikan
sangat penting karena kondisi yang kurang optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan dapat
mengakibatkan ikan stress sehingga mudah terserang penyakit. Kebutuhan oksigen untuk tiap jenis
biota air berbeda-beda, tergantung dari jenisnya dan kemampuan untuk beradaptasi dengan naik-
turunnya kandungan oksigen.

Kandungan oksigen terlarut yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan ikan nila sebesar 5
mg/l. Konsentrasi oksigen yang rendah dapat diatasi dengan menggunakan aerator ataupun kincir
air. Pada level di bawah 1 mg/l dapat menyebabkan penurunan laju pertumbuhan ikan. Beberapa
jenis ikan air tawar mampu bertahan hidup dengan konsentrasi oksigen kurang dari 4 mg/l atau per
million (ppm) tetapi nafsu makannya mulai menurun.

Suhu merupakan salah satu faktor yang penting di dalam kegiatan budidaya perikanan. Suatu
aktivitas metabolisme ikan berbanding lurus terhadap suhu air. Semakin tinggi suhu air semakin aktif
pula metabolisme ikan, demikian pula sebaliknya. Kondisi suhu sangat berpengaruh terhadap
kehidupan ikan. Pada suhu rendah, ikan akan kehilangan nafsu makan dan menjadi lebih rentan
terhadap penyakit. Sebaliknya jika suhu terlalu tinggi maka ikan akan mengalami stress pernapasan
dan bahkan dapat menyebabkan kerusakan insang permanen.

Suhu air yang optimal untuk pertumbuhan ikan nila berkisar antara 28°C sampai 32°C. Namun
demikian, tidak menutup kemungkinan ikan nila yang dibudidayakan mampu beradaptasi dengan
suhu air diantara keduanya, mulai dari 14°C sampai 38°C. Pada perairan alam dan dalam sistem
pemeliharaan ikan, konsentrasi karbondioksida diperlukan untuk proses fotosintesis oleh tanaman
air.

Nilai CO2 ditentukan antara lain oleh pH dan suhu. Jumlah CO2 di dalam perairan yang bertambah
akan menekan aktifitas pernapasan ikan dan menghambat pengikatan oksigen oleh hemoglobin
sehingga dapat membuat ikan menjadi stress. Kandungan CO2 dalam air untuk kegiatan
pembesaran nila sebaiknya kurang dari 15mg/liter. Pada proses fotosintesis dihasilkan oksigen
tetapi hal yang berlawanan dari itu diperlukan karbon dioksida, yaitu gas yang dibutuhkan oleh
tumbuh-tumbuhan air renik maupun tumbuhan tingkat tinggi untuk melakukan fotosintesis.

Bagi tumbuhan hijau jumlah karbon dioksida harus tersedia dalam jumlah yang cukup banyak tetapi
jika jumlah tersebut melampaui batas akibatnya, kehidupan hewan-hewan air akan mengalami saat
kritis, karena selain mempengaruhi pH, kadar karbon dioksida yang terlampau tinggi dapat menjadi
racun bagi hewan air secara langsung.

Meskipun peranan karbon dioksida sangat besar bagi kehidupan organisme air, namun jika dalam
jumlah yang berlebihan akan mengganggu organisme yang dibudidayakan. Kandungan karbon
dioksida lebih dari 15 ppm sangat membahayakan bagi organisme yang dibudidayakan, karena
keberadaanya dalam darah dapat menghambat pengikatan hemoglobin.

Ikan nila dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada lingkungan perairan dengan alkalinitas
rendah atau netral. Pada lingkungan dengan pH rendah pertumbuhannya mengalami penurunan
namun demikian ikan nila masih dapat tumbuh dengan baik pada kisaran pH 5– 10. Derajat
keasaman (pH) sangat penting sebagai parameter kualitas air karena ia mengontrol tipe dan laju
reaksi beberapa bahan dalam air, tidak semua mahluk hidup bisa bertahan dengan perubahan nilai
pH, untuk itu alam telah menyediakan mekanisme yang unik agar perubahan tidak terjadi atau
terjadi tetapi dengan cara perlahan.

Dengan diketahuinya nilai pH maka kita akan tahu apakah air itu sesuai atau tidak sebagai media
hidup ikan nila. Aktifitas ikan nila yang memproduksi asam dari hasil proses metabolisme dapat
mengakibatkan penurunan pH air, kolam yang lama tidak pernah mengalami penggantian air akan
menyebabkan penurunan pH, hal ini disebabkan karena peningkatan produksi asam oleh ikan nila
yang terakumulasi terus-menerus didalam kolam dan ini dapat menyebabkan daya racun dari
amoniak dan nitrit dalam budidaya ikan nila akan meningkat lebih tajam.

Stress asam yang dihasilkan dari proses metabolisme tersebut dapat menyebabkan ikan mengalami
kehilangan keseimbangan. Amoniak merupakan hasil akhir dari proses metabolisme. Pada sistem
budidaya ikan sisa pakan yang berlebih merupakan sumber penyebab naiknya kadar amoniak.
Amoniak dalam bentuk tidak terionisasi merupakan racun bagi ikan, walaupun biasanya ikan dapat
menyesuaikan diri dengan kondisi amoniak akan tetapi perubahan mendadak akan menyebabkan
kerusakan jaringan insang.

Keberadaan amoniak dalam air dapat menyebabkan berkurangnya daya ikat oksigen oleh butir-butir
darah, hal ini akan menyebabkan nafsu makan ikan menurun. Kadar oksigen dan amoniak didalam
perairan berbanding terbalik, apabila amoniak meningkat maka kadar oksigen menjadi rendah,
kadar amoniak yang baik adalah kurang dari 1 ppm, sedangkan apabila kadar amoniak lebih dari 1
ppm maka hal itu dapat membahayakan bagi ikan dan organisme budidaya lainya.

Lingkungan tumbuh (habitat) yang paling ideal adalah perairan air tawar yang memiliki suhu antara
14°C– 38°C, atau suhu optimal 25°C– 30°C. Keadaan suhu yang rendah yaitu suhu kurang dari
14°C ataupun suhu yang terlalu tinggi di atas 30°C akan menghambat pertumbuhan ikan nila. Ikan
nila memiliki toleransi tinggi terhadap perubahan lingkungan hidup. Keadaan pH air antara 5– 11
dapat ditoleransi oleh ikan nila, tetapi pH yang optimal untuk pertumbuhan dan perkembangbiakkan
ikan ini adalah 7- 8.

Ikan nila masih dapat tumbuh dalam keadaan air asin pada salinitas 0-35 ppt. Oleh karena itu, ikan
nila dapat dibudidayakan di perairan payau, tambak dan perairan laut, terutama untuk tujuan usaha
pembesaran.Salinitas merupakan salah satu parameter lingkungan yang mempengaruhi proses
biologidan secara langsung akan mempengaruhi kehidupan organisme antara lain yaitu
mempengaruhi laju pertumbuhan, jumlah makanan yang dikonsumsi, nilai konversi makanan, dan
daya kelangsungan hidup.

Salinitas adalah kadar seluruh ion-ion yang terlarut dalam air, dinyatakan juga bahwa komposisi ion-
ion pada air laut dapat dikatakan baik dan didominasi oleh ion-ionter tentu
seperti sulfat, chlorida, carbonat, natrium, calsium dan magnesium. Salinitas sangat berpengaruh
terhadap tekanan osmotik air, semkin tinggi salinitas semakin besar pula tekanan osmotiknya.

Ikan nila tergolong ikan yang dapat bertahan pada kisaran salinitas yang luas dari 0–35 ppt. Ikan
nila merupakan ikan yang biasa hidup di air tawar, sehingga untuk membudidayakan diperairan
payau atau tambak perlu dilakukan aklimatisasi terlebih dahulu secara bertahap sekitar 1–2 minggu
dengan perubahan salinitas tiap harinya sekitar 2- 3 ppt agar ikan nila dapat beradaptasi dan tidak
stress. Ikan nila dikenal sebagai ikan yang tahan terhadap perubahan lingkungan tempat hidupnya.

Ikan nila bisa hidup di lingkungan air tawar, air payau, dan air asin. Kadar garam air yang disukai
antara 0-35 ppt. Ikan nila air tawar dapat dipindahkan ke air asin dengan proses adaptasi bertahap,
kadar garam air dinaikkan sedikit demi sedikit. Pemindahan ikan nila secara mendadak ke dalam air
yang kadar garamnya sangat berbeda dapat mengakibatkan stress dan kematian. Ikan nila adalah
ikan air tawar yang dapat dipelihara di air asin namun pertumbuhan optimal ikan dapat terjadi pada
kisaran salinitas tetap untuk menekan mortalitas ikan, maka dilakukan adaptasi secara bertahap
hingga dapat beradapstasi dengan air pada lingkungan barunya.
Adaptasi ikan nila pada air asin dilakukan dengan penambahan air laut setiap hari selam 5 ppt
hingga mencapai 10 ppt. Pada awal pemeliharaan ditambak, ikan nila hasil adaptasi dari air tawar
ke air asin mengalami pertumbuhan yang lambat, hal ini disebabkan pada minggu awal atau bulan
pertama ikan nila masih dalam penyesuaian terhadap kondisi lingkungan.

Kekeruhan air terlalu keruh tidak baik untuk kehidupan ikan. Bila kekeruhan sebabkan oleh plankton
hal ini memang diharapkan namun bila kekeruhan akibat endapan lumpur yang terlalu tebal dan
pekat hal itulah yang tidak diinginkan. Kandungan lumpur yang terlalu pekat didalam air akan
mengganggu penglihatan ikan dalam air sehingga menjadi salah satu sebab kurangnya nafsu
makan ikan.

Selain itu benih yang masih berukuran sangat kecil akan terganggu pernafasannya karena lumpur
akan ikut terpisah air dan tersangkut dalam insang. Tempat hidup Ikan nila biasanya berada pada
perairan yang dangkal dengan arus yang tidak begitu deras, ikan ini tidak suka hidup di perairan
yang bergerak (mengalir), akan tetapi jika dilakukan perlakuan terhadap ikan nila seperti
pengadaptasian terhadap lingkungan air yang mengalir maka ikan nila juga bisa hidup baik pada
perairan yang mengalir.

Anda mungkin juga menyukai