Anda di halaman 1dari 5

Pembahasan praktikum diural

Salinitas merupakan kadar garam dalam air, jumlah garam - garam di dalam tiap 1000 gram
air sampel yang dinyatakan dalam salinitas. Salinitas air tawar sebesar 0,05 % atau 5 ppt,
pada praktikum diural yang dilakukan di fakultas Perikanan dan Kelautan sampel yang diamati
adalah air kolam FPK. Dari hasil yang telah dia mati tiap jam dari jam 16.00 06.00 WIB,
kolam FPK memiliki salinitas antara 1 ppt sampai 5 ppt. ini menunjukkan kolam FPK cocok
uuntuk budidaya ikan air tawar. Nilai salinitas dalam satu perairan terutama pada perairan tawar,
harus memiliki batas optimum untuk pemeliharaan ikan, hal ini karena kadar salinitas perairan
berhubungan dengan mekanisme osmoregulasi organisme air tawar. Factor yang mempengaruhi
salinitas suatu perairan adalah:
1. Curah hujan, makin besar curah hujan di suatu wilayah perairan maka salintas perairan
rendah, air hujan yang turun menyebabkan teraduknya garam - garam di suatu kolam dan
volume air kolam menjadi bertambah sehingga garam-garam yang terkandung pada
kolam sedikit yang menyebabkan salinitas kolam rendah.
2. Penguapan, makin besar penguapan air kolam, maka salinitasnya tinggi.
Pada pemeriksaan pH yang dilakukan setiap jam oleh kelas A dan kelas B di kolam FPK,
didapatkan nilai pH antara 7 10. Kondisi pH optimal untuk ikan adalah 6.5- 8.5. Nilai pH di
atas 9.2 atau kurang dari 4.8 bisa membunuh ikan dan pH di atas 10.8 dan kurang dari 5.0 akan
berakibat fatal bagi ikan ikan jenis tilapia. Air dengan pH rendah terjadi di daerah tanah yang
bergambut.Nilai pH yang tinggi terjadi di perairan dengan kandungan alga tinggi, dimana proses
photosinthesis membutuhkan banyak CO2. Nilai pH juga mempunyai pengaruh yang signifikan
pada kandungan ammonia, H2S, HCN, dan logam berat pada ikan. Pada pH rendah akan
meningkatkan potensi untuk kelarutan logam berat, Peningkatan nilai pH hingga 1 angka akan
meningkatkan nilai konsentrasi ammonia di dalam air hingga 10 kali lipat dari semula.
Pergoncangan pH air dari yang tinggi ke pH yang rnudah biasa disanggah oleh unsur calcium
yang ada di dalam air. Jika suatu perairan kandungan calcium dalam bentuk Ca (HCO3)2 cukup
tinggi, maka daya menyanggah air pada pergoncangan pH air besar.

Faktor yang mempengaruhi pH pada suatu perairan adalah:


1. Peninngkatan gas CO2dalmperairan,
2. Kadar gas O2 yang terlarut,
3. Kandungangaram (salinitas) tinggi,
4. Kolam yang jumlahpopulasitinggi,
5. Keadaansuhu air yang tidakstabil,
6. Tingkat kekeruhan air yang melebihiambangbatas.
Pengukuran suhu yang dilakukan oleh kelas A dan kelas B di kolam FPK, menunjukkan
setiap jamnya suhu kolam tidak berbeda jauh perbedaannya. Suhu kolam FPK setiap jamnya
antara 25 C sampai 34 C. Suhu berpengaruh terhadap densitas air, kenaikan suhu menyebabkan
penurunan densitas air, yang berarti massa air menjadi lebih ringan. Kecepatan penyebaran panas
pada permukaan air yang lebih besar menyebabkan timbulnya stratifikasi suhu, hal ini terutama
terjadi karena perbedaan densitas yang sangat tinggi antara kolam bagian atas dan bagian bawah.
Pada kolam ikan dengan konsentrasi bahan organic partikel terlarut besar, akan menambah daya
serap energy dibandingkan dengan air yang jernih. Transfer panas dari lapisan air bagian atas
menuju kebawah sangat tergantung pada pencampuran fisik dengan bantuan angin (arus). Faktorfaktor suhu pada kolam adalah:
1. Radiasi matahari
2. Posisi matahari
3. Letak kolam
4. Musim
5. Kondisi awan
6. Interaksi air dan udara.

Karbondioksida dalam air berada dalam bentuk bebas dan dalam bentuk karbonat. Dalam
keadaan normal kedua bentuk CO2 tersebut berada dalam keseimbangan. Namun dalam keadaan
perairan yang tercemar bahan organic, kandungan CO2 bebas dapat begitu tinggi, sehingga dapat
meracuni ikan dan organisme lainnya. Pada pemeriksaan CO2 yang dilakukan oleh kelas A dan
kelas B pada setiap jamnya, menunjukkan hasil CO2 bebas perairan kolam FPK 0 sampai 155

mg/liter. CO2 yang menunjukkan nilai 0, karena pada waktu pengamatan sampel air berwarna
merah jambu, sehingga kami menyimpulkan bahwa sampel air yang berwarna merah jambu
memiliki kisaran CO2 0 mg/liter. Apa bila sampel air yang berwarna merah jambu, maka berarti
air sampel tersebut sudah tidak terdapat CO2 bebas, tetapi sudah dalam bentuk terikat atau
karbonat.Kandungan karbon dioksida bebas dalam suatu perairan maksimal 20 ppm (Rahmatin,
1976). Karbon dioksida bebas merupakan salah satu gas respirasi yang penting bagi system
perairan, kandungan karbon dioksida bebas dipengaruhi oleh :
1. Kandungan bahan organic terurai
2. Suhu
3. pH
4. aktivitas fotosintesis.

Sumber CO2 bebas berasal dari proses pembangunan lahan organic oleh jasad renik dan
respirasi organisme (Soesono 1970), dan menurut Widjaja (1975) karbon dioksida bebas dalam
perairan berasal dari hasil penguraian bahan - bahan organic oleh bakteri decomposer atau
mikroorganisme. Naiknya CO2 selalu diiringi oleh turunnya O2 terlarut yang diperlukan bagi
pernafasan organnisme air. Kadar O2 yang sesuai dengan kehidupan ikan adalah tidak lebih dari
12 ppm dengan kandungan O2 terendah adalah 2 ppm (Asmawi 1983).
Oksigen memegang peranan penting sebagai kualitas perairan, karena oksigen terlarut
berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organic dan anorganik. Oksigen terlarut pada
perairan kolam FPK yang dilakkukan pemeriksaan setiap jamnya adalah 6 mg/l sampai 14 mg/l.
Oksigen terlarut suatu kolam perairan dapat berubah tergantung suhu perairan tersebut. Apabila
suhu perairan kolam bertambah maka oksigen kolam akan menurun. Pada perairan umum
kelarutan O2 tergantung pada:
1. suhu
2. tekanan udara
3. salinitas, semakin tinggi salinitas maka semakin menurun kelarutan oksigen.
Di perairan dalam konsentrasi DO selalu berubah karena adannya proses biologis, fisika, dan
kimia. Udara diatas perairan mempunyai konsentrasi O2 yang konstan.Apabila O2 di dalam air

berada dalam keadaan seimbang dengan keadaan O2 di udara, maka transfer O2 tidak terjadi.
Terjadi aliran O2 dari udara ke dalam air apabila air tidak jenuh dengan O2.
Pada pengukuran ammonia yang dilakukan di kolam FPK pada setiap jam oleh
kelas A dan kelas B, didapatkan hasil ammonia sebesar 0 mg/l sampai 0,5 mg/l. Nilai ini
menunjukkan bahwa tiap jam ammonia yang dihasilkan tidak lebih dari 0,5 mg/l. Hal ini bisa
disebabkan oleh organisme kolam yang tidak banyak, sehingga ammonia yang dihasilkan sedikit,
Ammonia berasal dari kandungan nitrogen yang bersumber dari limbah rumah tangga atau pun
industri. Di lain pihak bisa berasal dari sisa pakan dan sisa feses (sisa metabolisme protein oleh
ikan) yang dihasilkan ikan itu sendiri dan bahan organik lainnya. Ammonia di dalam air ada
dalam bentuk molekul (non disosiasi / unionisasi) ada dalam bentuk NH3 dan ada dalam bentuk
ion ammonia (disosiasi) dalam bentuk NH4+. Kedua bentuk ammonia tersebut sangat bergantung
pada kondisi pH dan suhu air. Dinding sel tidak dapat ditembus oleh ion ammonia (NH4+), akan
tetapi ammonia (NH3) akan mudah didifusi melewati jaringan jika konsentrasinya tinggi dan
berpotensi menjadi racun bagi tubuh ikan. Sehingga kondisi normal ada dalam kondisi asam
seimbang pada hubungan air dengan jaringan. Jika keseimbangan dirubah, seperti nilai pH di
salah satu bagian turun akan mengudang terjadinya penambahan molekul ammonia (Svobodova,
at al, 1993).
Tingkat racun dari ammonia selain karena faktor pH dan ammonia juga dipengaruhi oleh
kandungan oksigen di dalam air. Air dengan nilai pH rendah maka yang dominan adalah
ammonium (NH4+), sebaliknya bila nilai pH tinggi yang dominan adalah ammonia (NH3).
Ammonia adalah bentuk yang paling beracun dari ammonia. Tingkat racun dari ammonia
dipengaruhi oleh keberadaan CO2 bebas di dalam air. Difusi CO2 di dalam insang akan
menurunkan nilai pH, yang pada akhirnya akan mengurangi rasio unionisasi ammonia. Ammonia
akan berakibat akut pada konsentrasi 1.0-1.5 mg/L khusunya pada jenis ikan tilapia dan 0.5-0.8
mg/L pada ikan Salmon. Namun masih bisa ditoleransi pada konsentrasi 0.05 mg/L di tilapia dan
0.0125 mg/L pada Salmon (Svobodova, at al, 1993). Pada udang ammonia harus kurang dari
0.003 ppm dan akan menimbulkan kematian pada konsentrasi lebih dari 0.1 ppm (Van
Wyk&Scarpa, 1999)
Tingkat kecerahan yang dilakukan oleh kelas A dan kelas B adalah 15 cm sampai 20 cm.
kecerahan perairan tergantung dari intensitas matahari. Apabila intensitas radiasi matahari tinggi

maka kecerahan suatu perairan juga besar. Selain itu partikel-partikel tersuspensi juga
mempengaruhi tingkat kecerahan suatu perairan. Adanya partikel partikel dan jasad renik
tersebut , maka penetrasi cahaya matahari ke dalam air menjadi terhambat. Kekeruhan banyak
disebabkan oleh kelimpahan plankton, sedang kolam yang banyak pohon akan keruh karena
humus, kolam dengan tanaman merambat akan keruh karena partikel tanah. Kedalaman air
dimana intensitas sinar matahari < 1 % dari intensitas pada permukaan disebut kedalaman
kompensasi, dimana laju fotosintesis tidak bisa melebihi respirasi.

http://gunungkerbaumoatounwawan.blogspot.com/2011/12/hubungan-antara-ammonia.html
http://mershaly.wordpress.com/2010/01/05/laporan-praktikum-kimia-air/
mahasri, gunanti.dkk. 2013. BukuAjarManajemenKualitas Air.Global Persada Pers. Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai