Anda di halaman 1dari 4

2.

3 Pengelolaan kualitas air


2.3.1 Pengelolaan parameter kualitas air
Kualitas air merupakan keadaan dan sifat-sifat fisik, kimia dan biologi suatu perairan.
Sebagai media pemeliharaan ikan, air harus selalu diperhatikan kualitasnya. Intensifikasi
budidaya melalui padat tebar dan kadar pakan yang tinggi dapat menyebabkan masalah
kualitas air. Kualitas air yang buruk menjadi salah satu faktor penyebab ikan terserang penyakit
(Andayani et al., 2021).

2.4 Parameter Kualitas Air


2.4.1 Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman merupakan gambaran jumlah atau aktivitas ion hidrogen dalam
perairan. Secara umum nilai pH menggambarkan seberapa besar tingkat keasaman atau
kebasahan suatu perairan, perairan dengan nilai pH 7 adalah netral, < 7 dikatakan kondisi
perairan bersifat asam, sedangkan pH > 7 di katakan kondisi perairan bersifat basah
(Darmayanti, 2012).
Kualitas air termasuk faktor yang paling menentukan dalam budidaya ikan mas. Untuk
budidaya ikan air tawar pH yang cocok adalah 6-9 (PP No. 82 Tahun 2001). Sumber air yang
baik dalam pembenihan dan pembesaran ikan mas berada pada kisaran suhu 25 – 30ºC,
oksigen terlarut (DO) di atas 3 ppm, pH 6,7 – 8,0, dan amoniak 0,1 ppm (Hernowo, 1995).
Menurut (Herlina, 2002) kualitas air yang paling berperan dalam pemijahan ikan mas
adalah oksigen terlarut (O2) di atas 4 ppm, pH 6,7 – 8,0 dan suhu air yang baik berkisar 20 –
25C. Untuk kelansungan hidup dan produktivitas ikan mas (Cyprinus carpio L) yang
dibudidayakan, jadi perairan yang terpilih haruslah berkualitas, yaitu air yang memenuhi syarat
bagi kehidupan dan pertumbuhan ikan mas (Sutarmanto, 1995).
Kandungan oksigen terlarut dalam air merupakan faktor penting bagi kehidupan ikan mas.
Karena oksigen dibutuhkan dalam proses respirasi, proses pembakaran makanan untuk
melakukan aktivitas, seperti aktivitas berenang, pertumbuhan, reproduksi dan lain-lain
(Zonneeveld, 1991).

Istilah pH menggambarkan seberapa asam atau basa suatu zat. Air murni memiliki pH
netral, atau tingkat pH 7. Semakin rendah angka pada skala pH, semakin tinggi jumlah asam
yang dimiliki zat tersebut. Tingkat lebih tinggi dari tujuh lebih basa atau basa. Ikan muda lebih
sensitif terhadap air asam yang lebih tinggi dari pada ikan dewasa. Air ikan yang memiliki pH 5
terlalu asam akan membunuh telur ikan, sehingga tidak akan menetas. Kisaran pH yang cocok
untuk kehidupan ikan mas (Cyprinus carpio) adalah berkisaran antara pH 6-9. Kondisi pH yang
menyebapkan ikan mas pada titik kematian terjadi pada pH < 4 untuk asam dan > 11 untuk
basa Air kolam ikan dengan pH rendah sangat asam ataupun pH tinggi sangat basa dapat
membekukan atau membakar kulit ikan secara kimia. Nilai optimal untuk budidaya perairan
pada umumnya adalah pH netral yaitu 6-8 dan untuk budidaya ikan Koi adalah 6,5-8,5 (Rizky et
al. 2015 dalam (Lembang and Kuing, 2021).
2.3.3 Suhu
Suhu merupakan faktor fisik yang sangat penting di air. Suhu air sangat bergantung
pada tempat dimana air tersebut berada. Suhu air sangat dipengaruhi oleh jumlah sinar
matahari yang jatuh ke permukaan air yang sebagian dipantulkan kembali ke atmosfer dan
sebagian lagi diserap dalam bentuk energi panas. Pertumbuhan akan menurun apabila suhu
rendah di bawah 13°C. Suhu berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan, mulai dari telur,
larva dan benih sampai ukuran dewasa. Suhu media pemeliharaan akan berpengaruh terhadap
perkembangan larva setelah telur, hal ini dikarenakan suhu dapat mempengaruhi laju
penyerapan kuning telur yang menjadi sumber energi untuk proses metabolisme bagi larva.
Pertumbuhan akan menurun dengan cepat dan akan berhenti makan pada suhu di bawah 5°C
(Narantaka, A.M.M. 2012).
Suhu perairan merupakan salah satu faktor lingkungan penting yang dapat
mempengaruhi produksi dalam usaha budidaya perikanan. Suhu berdasarkan persyaratan mutu
ikan mas sesuai dengan SNI yaitu 20-28 °C. Suhu yang optimal dapat mempercepat proses
dalam metabolisme tubuh ikan. Proses tersebut antara lain seperti pertumbuhan, asupan
makanan atau nafsu makan ikan, aktivitas tubuh, seperti kecepatan berenang (Andayani et al.,
2021).
2.3.4 DO (Dissolved Oxygen)
Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen) merupakan kebutuhan dasar tanaman dan hewan
dalam air. Oksigen terlarut umumnya berasal dari difusi udara melalui permukaan air, aliran air
masuk, air hujan, dan hasil dari proses fotosintesis plankton atau tumbuhan air. Oksigen terlarut
berasal dari proses fotosintetis tanaman air dan udara yang masuk ke dalam air dengan
kecepatan terbatas serta dinyatakan dalam satuan ppm (part per million). Oksigen terlarut
(Dissolved Oxygen = DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses
metabolisme atau energi untuk pertumbuhan dan pembiakan (Salmin, 2005 dalam Allbab et

al,.2016)
Kotoran yang banyak akan menyebabkan kualitas air disekitarnya menjadi buruk.
Sementara kebutuhan oksigen meningkat, tetapi ketersediaan oksigen air buruk sehingga ikan
akan kekurangan oksigen dalam darah. Akibatnya ikan menjadi stres dan terganggu
keseimbangannya. Ketika suhu meningkat maka aktivitas penyerapan oksigen oleh eritrosit
meningkat. Tubuh ikan mengompensasi perubahan kekurangan oksigen tersebut dengan
meningkatkan jumlah eritrosit (Bangsa, 2015). Jumlah oksigen yang ada dalam air dinyatakan
dalam satuan ppm (part per million/bagian per sejuta). Besarnya DO optimal untuk budidaya
adalah 4 – 7,5 ppm, karena sesuai dengan kebutuhan ikan. Hal ini juga sesuai dengan
pendapat Mas’ud (2011), Oksigen terlarut (DO) yang optimal untuk kelangsungan hidup ikan
mas berkisaran antara 3,40 -5,19 Mg/ L, sedangkan Menurut (Kordi, 2010) dalam (Juanda et
al., 2022) menyatakan bahwa nilai DO yang dipersyaratkan untuk kehidupan ikan yaitu 3-6 mg/l.
Dan berdasarkan SNI nilai DO yaitu minimal 5.
2.3.5 Amoniak
Amonia (NH3) merupakan salah satu parameter kualitas air yang merupakan masalah
besar bagi ikan dan dalam kegiatan budidaya ikan. Konsentrasi amonia yang toksik dalam
periode waktu yang singkat berkisar antara 0,6-2,0 mg/l. Adanya amonia dalam perairan, selain
menyebabkan toksisitas tinggi, konsentrasi amonia juga membahayakan bagi ikan. Pengaruh
langsung dari kadar amonia tinggi yang belum mematikan adalah rusaknya jaringan insang,
yaitu lempeng insang membengkak sehingga fungsinya sebagai alat pernafasan akan
terganggu (Rully, 2011).
Faktor yang mempengaruhi keberadaan amonia kualitas air pemeliharaan dapat
menurun dengan cepat karena sisa pakan, feses dan buangan metabolit. Selain bersumber
dari sisa metabolisme, amonia juga berasal dari dekomposisi bahan organik oleh bakteri.
Amonia juga dapat berasal dari nitrogen organik yang masuk ke perairan melalui urea, respirasi
bakteri, organisme mati, dan sel yang pecah. Meskipun amonia bersumber dari hasil
ekskresi hewan akuatik, namun proporsinya terhitung kecil jika dibandingkan dengan
pembentukan amonia dari dekomposisi oleh bakteri. Penyakit yang sering menyerang ikan
mas antara lain penyakit yang disebabkan oleh parasit maupun non parasit (Silaban, et al .,
2012). Menurut Tatangindatu dkk. (2013), kadar amoniak yang baik bagi kehidupan ikan air
tawar kurang dari 1 ppm. Apabila kadar amoniak telah melebihi 1,5 ppm, maka perairan
tersebut telah terjadi pencemaran. Sementara Menurut Suryanto, et al. (2021) dalam (Yanuhar
et al., 2022), kadar optimal amonia untuk kehidupan ikan mas Koi (Cyprinus carpio) adalah
<0,02 mg/l. Berdasarkan SNI yaitu memiliki nilai negatif. Sumber amonia pada sistem budidaya
terutama berasal dari pakan dan hasil metabolisme ikan.
2.3.6 Nitrat dan Nitrit
Nitrat (NO3) adalah ion-ion anorganik alami, yang merupakan bagian dari siklus
nitrogen. Nitrat bisa menyebabkan penurunan kualitas air tanah dengan bersumber dari
kegiatan manusia seperti pembuangan limbah domestik, pelindihan TPA dan penggunaan
pupuk yang berlebihan. Sumber nitrat berasal dari buangan industri bahan peledak, pupuk,
piroteknik, dan lain-lain. Kadar nitrat secara alami agak rendah, tetapi bisa tinggi pada air yang
diberi pupuk mengandung nitrat (Effendi, 2003 dalam Mariyam, 2016). Sumber – sumber nitrit
adalah dari air buangan idustri maupun air buangan domestik. Senyawa nitrogen (nitrat, nitrit,
ammonia) di perairan secara alami berasal dari metabolism organisme perairan dan penguraian
dekomposisi bahan-bahan organic yang ada pada endapan oleh bakteri. Sedangkan Menurut
Effendi, (2013) Nitrit merupakan sidasi dari amonia dengan bantuan bakteri Nitrisomona, nitrit
(NO2) biasanya ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit diperairan alami sekitar ˂0,2 ppm.
Menurut Parogay dan Ghitarina (2016) dalam (Yanuhar et al., 2022), nitrat dalam
perairan dihasilkan dalam proses oksidasi dari senyawa nitrogen. Proses oksidasi nitrat dan
nitrit merupakan siklus yang penting dan berlangsung dalam keadaan aerob. Nitrat secara tidak
langsung berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan ikan. Akan tetapi apabila
konsentrasi nitrat tinggi akan menyebabkan kualitas air menjadi turun, oksigen terlarut rendah
dan air kolam menjadi bau. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Hisomudin ,(2003) dalam
(Sihite et al., 2020) yang menyatakan bahwa normalnya kandungan nitrit terlarut di
dalam air adalah 0,2 mg/L sedangkan kandungan nitrat yang baik yaitu 40 mg/L, dan
berdasarkan SNI maksimal 60 mg/l. Dan Menurut Suryanto, et al., (2021) kandungan nitrat
yang optimal dalam budidaya pembesaran ikan koi adalah berkisar 0,09-3,5 mg/l.

Anda mungkin juga menyukai