Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Transportasi Ikan


Pengangkutan/transportasi adalah kegiatan memindahkan atau membawa
suatu barang, atau benda lainnya dari satu tempat ke tempat lainnya. Tujuan
utama pengangkutan adalah barang yang dibawa bisa sampai di tempat tujuan
dalam keadaan utuh, atau tidak rusak sedikitpun. Perubahan bentuk, perubahan
rasa, dan ketidaklengkapan dapat menurunkan nilai barang itu. Agar tujuan itu
bisa terwujud, maka alat yang digunakan dalam pengangkutan harus cocok, yaitu
alat yang bisa menjaga keutuhan barang itu. Selain itu, pengangkutan juga harus
menggunakan cara yang baik. Bila keduanya tidak dilakukan, sudah pasti barang
itu tidak akan sampai dalam keadaan utuh. Keadaan itu sangat merugikan. Seperti
pengangkutan barang, pengangkutan ikan juga memiliki arti dan tujuan yang
sama.
Pengangkutan (transportasi) ikan hidup merupakan kegiatan penting dalam
budidaya maupun perikanan pada umumnya. Transportasi ikan hidup yang paling
sederhana terjadi di lahan perkolaman. lkan yang tahan hidup dapat dipindah
dengan ember tanpa air atau dengan keranjang. Ikan yang kurang tahan
dimasukkan ke dalam ember, kaleng, drum atau wadah lain (brokoh) yang berisi
air untuk diangkut dengan diangkat, dipikul atau menggunakan gerobak. Di
perkolaman yang luas pemindahan ikan dilakukan dengan menggunakan
kendaraan bermotor.
Pengangkutan benih maupun ikan konsumsi hidup antar lokasi, antar pulau
bahkan antar negara sudah biasa dilakukan oleh para pedagang. Hal ini terjadi
karena adanya perbedaan lokasi antara tempat produksi dengan konsumsi.
Pengangkutan dimaksud untuk memindah dengan jumlah sebanyak-banyaknya,
hidup dan sehat sampai tujuan. Alat transportasi jarak jauh yang digunakan yaitu
kendaraan bermotor, kereta api, kapal laut ataupun pesawat terbang. Pesawat
terbang merupakan sarana transportasi ikan jarak jauh yang paling cepat,
khususnya untuk induk, telur atau benih kecil dalam jumlah yang tidak terlalu
banyak.
Transportasi ikan hidup melibatkan pemindahan ikan jumlah banyak dalam
volume air yang sedikit. Selama pengangkutan, ikan menjadi stres, terluka,
terkena penyakit akibat penanganan dan perlakuan, pemasaran, sehingga akibat
yang paling merugikan yaitu mengalami kematian. Prinsip pengangkutan adalah
persiapan, pengepakan, perlakuan dan pengangkutan. Untuk menjamin
keberhasilan pengangkutan ikan dapat dilakukan dengan menekan aktivitas
metabolisme ikan (mempuasakan, anestesia, menurunkan suhu), menambah
oksigen dan membuang gas-gas beracun.
Pengangkutan ikan hidup pada dasarnya adalah menempatkan ikan pada
suatu lingkungan yang berbeda dengan lingkungan asalnya. Perbedaan tersebut
diusahakan sekecil mungkin agar ikan yang diangkut dapat hidup sampai ke
tempat tujuan atau paling tidak memperkecil tingkat kematian selama
pengangkutan (Utomo 2003).

2.2 Jenis-jenis Transportasi Ikan


Menurut Jangkaru (1999) secara garis besar pengangkutan ikan hidup dibagi
dalam sistem terbuka dan sistem tertutup.
a) Sistem Terbuka
Pada sistem terbuka, air dalam wadah dapat berhubungan langsung dengan
udara luar, sistem ini banyak dilakukan untuk pengangkutan dengan jarak yang
relatif dekat. Wadah dapat berupa plastik atau logam dan untuk jarak jauh
biasanya diberikan aerasi untuk mencukupi kebutuhan oksigen selama
pengangkutan.Berat ikan yang aman diangkut dalam sistem ini tergantung dari
efisiensi sistem aerasi, lama pengangkutan, suhu air, ukuran, serta jenis spesies
ikan.
Terdapat kelebihan dan kekurangan dari system ini. Kelebihannya antara
lain difusi oksigen melalui udara ke media air masih dapat berlangsung, dapat
dilakukan penambahan oksigen melalui aerator, dan dapat dilakukan pergantian
air sebagian selama perjalanan. Sementara kekurangannya dapat membahayakan
ikan dan tidak dapat dilakukan untuk pengiriman menggunakan pesawat
terbang.Sistem ini sangat cocok untuk pengiriman ikan ukuran konsumsi.
b) Sistem Tertutup
Dengan cara ini ikan diangkut dalam wadah tertutup dengan suplai oksigen
secara terbatas yang telah diperhitungkan sesuai kebutuhan selama pengangkutan.
Wadah dapat berupa kantong plastik atau kemasan lain yang tertutup. Kemasan
yang baik dalam pengangkutan system tertutup ini adalah menggunakan plastik
jenispolyetylen (PE) dengan ketebalan plastic 0,03 mm, karena ringan, mudah
didapat dan murah. Penggunaan kantong plastik pada pengangkutan jarak jauh
sebaiknya diletakkan dalam kotak styrofoam untuk mengurangi kontak yang
terjadi antara air didalam kantong plastik dengan temperatur lingkungan yang
relatif lebih panas, dimana penggunaan wadah plastik yang diletakkan pada
kotak styrofoam meningkatkan kelangsungan hidup  sebesar 99,9%.  
Pada pengangkutan dengan jarak yang lebih jauh biasanya digunakan sistem
tertutup, cara yang paling sederhana adalah dengan menggunakan kantong plastik
yang diisi air dan oksigen yang diikat rapat. Jumlah ikan yang diangkut
tergantung pada ukuran ikan, jenis alat angkut dan lama waktu pengangkutan.
Kepadatan ikan yang tinggi dalam pengangkutan menyebabkan semakin
meningkatnya kompetisi ruang gerak dan aktivitas tersebut membutuhkan energi.
Meningkatnya kebutuhan energy menyebabkan laju metabolisme meningkat.
Disisi lain peningkatan laju metabolisme akan menyebabkan semakin
memperbanyak produk buangan metabolism ikan seperti NH3 dan karbondioksida
bebas. Produk buangan metabolisme tersebut dalam konsentrasi tinggi merupakan
racun bagi ikan yang dapat menyebabkan ikan stres dan pada akhirnya dapat
menyebabkan kematian ikan. Selain itu juga, kekurangan oksigen mungkin terjadi
bila kepadatan ikan demikian tinggi atau waktu angkut lebih lama dari yang
ditentukan (Berka 1986).

2.3 Teknik Transportasi Ikan


Dalam pengangkutan ikan hidup perlu dilakukan teknik khusus, berbeda
dengan ikan mati. Ikan yang sudah mati hanya diharapkan tetap segar untuk
sampai ke tujuan namun untuk ikan hidup, ikan harus tetap hidup dan dalam
keadaan sehat hingga sampai ke tempat tujuan.Teknik pengangkutan ikan hidup
dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu teknik basah, yang menyertakan media air
dan teknik kering, tanpa penyertaan air. Setiap teknik yang digunakan bergantung
kepada jarak tempuh dan waktu tempuh yang dibutuhkan hingga sampai ke
tempat tujuan (Dwi 2019).
a) Pengangkutan ikan hidup dengan teknik basah
Pengangkutan ikan hidup dengan teknik basah yaitu pengangkutan ikan
dengan menggunakan air sebagai media pengangkutan. Faktor-faktor penting
yang mempengaruhi keberhasilan pengangkutan ikan teknik basah di antaranya
adalah :
 Kualitas Ikan
Kualitas ikan yang ditransportasikan harus dalam keadaan sehat dan baik.
Ikan yang kualitasnya rendah memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi dalam
waktu pengangkutan yang lebih lama dibandingkan dengan ikan yang kondisinya
sehat.
 Kebutuhan Oksigen
Konsumsi oksigen oleh ikan sangat bergantung pada jenisi kan, ukuran ikan,
aktivitas ikan, toleransi terhadap stress, suhu, pH, CO 2, dan amoniak. Ikan
berukuran kecil mengkonsumsi oksigen yang lebih banyak persatuan waktu dan
berat dari pada yang berukuran besar. Kandungan O 2 terlarut yang baik untuk
kehidupan ikan harus lebih dari 2 mg/l, apabila media pengangkutan memiliki
kandungan oksigen terlarut kurang dari 2 mg/l maka akan menyebabkan
kematian.  Kondisi kekurangan oksigen tersebut tidak boleh terjadi lebih dari 8
jam dalam satu hari (24 jam) karena dapat mengakibatkan kematian.  Konsumsi
oksigen tertinggi pada ikan terjadi 15 menit pertama dari saat pengangkutan.
 Suhu
Suhu merupakan parameter penting dalam monitoring kualitas air karena
suhu berfungsi sebagai katalis, penekan, aktivator, pembatas, stimulator,
pengontrol, dan faktor yang paling mempengaruhi karakter kualitas air. Selain itu
suhu air berpengaruh terhadap aktifitas penting terutama pernafasan,
pertumbuhan, reproduksi serta laju metabolisme. Jadi suhu mempunyai pengaruh
yang nyata terhadap respirasi, konsumsi pakan, kecernaan, pertumbuhan dan
berpengaruh terhadap metabolisme ikan.  Suhu juga berakibat pada kelarutan
oksigen dalam air (contoh: air yang hangat mempunyai jumlah oksigen yang lebih
sedikit dari pada air dingin). Dalam pengangkutan jarak jauh dan untuk lama
pengangkutan lebih dari 24 jam, oksigen harus selalu tersedia dalam jumlah yang
cukup dan suhu tidak boleh melebihi 28°C, salah satu contoh suhu yang ideal
untuk pengangkutan benih ikan gurami adalah 20°C.
 Derajat Keasamaan (pH)
Jaringan  insang merupakan target organ pertama akibat stress asam.  Insang
memiliki fungsi untuk mengikat oksigen terlarut yang terdapat pada media air. 
Ketika ikan berada pada pH rendah, peningkatan lendir akan terlihat pada
permukaan insang.  Begitu juga dengan pH tinggi, karena insang ikan sangat
sensitive dan pH tinggi berbahaya bagi mata ikan karena dapat menyebabkan mata
ikan menjadi rabun. Apabila kinerja insang terganggu karena terlalu rendah atau
terlalu tingginya  pH akan menyebabkan kematian selama proses pengangkutan.
Kriteria pH yang ideal adalah 6,5-8,5.
 Karbondioksida (CO2)
Karbondioksida dalam media pengangkutan merupakan hasil respirasi dan
dapat mengancam kelangsungan hidup ikan.  Jumlah karbon dioksida yang
terlampau banyak akan bersifat racun bagi ikan. Kadar CO 2 terlarut lebih dapat
ditoleransi oleh ikan dibandingkan dengan amonia, bahkan banyak ikan yang
hidup pada air yang mengandung CO2 lebih besardari 60 mg/l. Kadar CO 2 
sebesar 50–100 mg/l dapat membunuh ikan dalam waktu yang relative lama. 
Kadar CO2 dalam air juga mempengaruhi pH air. Pada saat kandungan CO2 tinggi,
maka pH air rendah.  Demikian pula sebaliknya,  jika CO2 rendah, maka pH air
tinggi.
 Amoniak
Hasil buangan metabolisme menyebabkan  kematian utama pada ikan dalam
proses pengangkutan. Senyawa nitrogen adalah unsur utama pada hasil buangan
metabolisme yang bentuk terbanyaknya adalah urea dan diikuti amoniak. 
Amoniak dapat meningkatkan konsumsi oksigen oleh jaringan, menghancurkan
insang dan mengurangi kemampuan darah untuk mentransportasikan oksigen. 
Jumlah amoniak yang diekskresikan juga bergantung pada sejumlah factor seperti
spesies, ukuran, makanan dan temperatur, dimana metabolisme pada ikan
airtawaryang berukuran lebih kecil akan lebih cepat dibandingkan ikan yang  lebih
besar pada  spesies yang  sama. Dalam wadah pengangkutan laju metabolism ikan
lebih cepat sampai tiga  kali dari metabolism rutin sehingga menyebabkan laju
ekskresi hasil metabolism selama proses pengangkutan meningkat.
 Kepadatan ikan
Kepadatan ikan adalah bobot ikan yang berada  dalam suatu wadah dan
waktu tertentu.  Kepadatan ikan yang akan diangkut bergantung kepada volume
air, berat ikan, spesies, ukuran ikan, lama pengangkutan, suplai oksigen dan suhu.
Perbandingan antara volume ikan dan volume air selama transportasi tidak boleh
lebih dari 1 : 3 . Ikan-ikan lebih besar, seperti induk ikan dapat ditrasportasi
dengan perbandingan ikan dan air sebesar 1 : 2 sampai 1 : 3 , tetapi untuk ikan-
ikan kecil perbandingan ini menurun sampai 1 : 100 atau 1 : 200 (Dwi 2019).
b) Pengangkutan ikan hidup dengan teknik kering
Pada transportasi sistem kering, media angkut yang digunakan adalah bukan
air. Oleh karena itu ikan harus dikondisikan dalam keadaan aktivitas biologis
rendah sehingga konsumsi energi dan oksigen juga rendah. Makin rendah
metabolisme ikan, terutama jika mencapai basal, makin rendah pula aktivitas dan
konsumsi oksigennya sehingga ketahanan hidup ikan untuk diangkut diluar
habitatnya makin besar.
Pada transportasi ikan hidup sistem kering perlu dilakukan proses
penenangan terlebih dahulu. Kondisi ikan yang tenang akan mengurangi stress,
mengurangi kecepatan metabolisme dan konsumsi oksigen. Pada kondisi ini
tingkat kematian selama transportasi akan rendah sehingga memungkinak jarak
transportasi dapat lebih jauh dan kapasitas angkut dapat ditingkatkan lagi. 
Untuk menurunkan aktivitas biologis ikan (pemingsanan ikan) dapat
dilakukan dengan menggunkan suhu rendah, menggunakan bahan metabolik atau
anestetik, dan arus listrik.  Perlu diperhatikan bahwa ikan yang akan
dipingksankan ini nantinya akan dikonsumsi, sehingga pemilihan metode
imotilisasi harus memperhatikan aspek kesehatan (Nitibaskara et al. 2016).
Pada kemasan tanpa air, suhu diatur sedemikian rupa sehingga kecepatan
metabolisme ikan berada dalam taraf metabolisme basal, karena pada taraf
tersebut, oksigen yang dikonsumsi ikan sangat sedikit sekedar untuk
mempertahankan hidup saja. Secara anatomi, pada saat ikan dalam keadaan tanpa
air, tutup insangnya masih mangandung air sehingga melalui lapisan inilah
oksigen masih diserap (Dwi 2019).

DAFTAR PUSTAKA

Berka, R. 1986. The Transport of Live Fish. A riviewTechnical Paper, 48: 52.

Dwi. 2019. Modul: Teknik Penanganan Hasil Budidaya Perikanan Uraian Materi
Pengangkutan Ikan Hidup. Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan.

Jangkaru, Z. 1999. Petunjuk Teknis Budidaya Ikan Nila Merah. Seri


Pengembangan Penelitian Perikanan. Jawa Tengah.

Utomo, N.B.P. 2003. Modul Pemanenan dan Pengangkutan Ikan. Dediknas.

Anda mungkin juga menyukai