Anda di halaman 1dari 5

Prinsip Pengemasan [ Adapun prinsip pengemasan dapat dilihat sebagai berikut :

- Menyimpan produk

- Melindungi produk (kualitas, keamanan, kesegaran)

- Memberikan informasi (grafis, label)

- Mudah digunakan atau memberikan kenyamanan.

Pengemasan bahan pangan harus memperlihatkan lima fungsi utama (Buckle et al 1987), yaitu;

1. Harus dapat mempertahankan produk agar bersih dan memberikan perlindungan terhadap
kotoran dan pencemaran lainnya.

2. Harus memberikan perlindungan pada bahan pangan terhadap kerusakan fisik, air, oksigen dan
sinar.

3. Harus berfungsi secara benar, efisien, dan ekonomis dalam proses pengepakan yaitu selama
pemasukan bahan pangan ke dalam kemasan. Hal ini berarti bahan pengemas harus sudah
dirancang untuk siap dipakai pada mesin-mesin yang ada atau baru akan dibeli atau disewa untuk
keperluan tersebut.

4. Harus mempunyai suatu tingkat kemudahan untuk dibentuk menurut rancangan dan dapat
mempermudah pada tahap selanjutnya selama pengelolaan di gudang dan selama pengangkutan
untuk distribusi. Harus mempertimbangkan ukuran, bentuk dan beratnya.

5. Harus memberikan pengenalan, keterangan dan daya tarik penjualan. Pengepakan harus dapat
menjual apa yang dilindunginya dan melindungi apa yang dijual.

Bahan pengemas dapat dikelompokkan sebagai berikut (Buckle et al 1987)

1. Logam seperti lempeng timah, baja bebas timah, dan alumunium.

2. Gelas
3. Plastik dan plastik berlapis, termasuk beraneka ragam plastik tipis yang berlapis laminates
dengan plastik lainnya, kertas atau logam (alumunium).

4. Kertas, paperboard.

5. Lapisan (laminate) dari satu atau lebih bahan-bahan di atas.

Purwaningsih (1995), syarat yang harus dipertimbangkan dalam memilih bahan dan bentuk
kemasan adalah tidak toksik atau tidak beracun, menjamin sanitasi dan kesehatan konsumen,
dapat mencegah pemalsuan, harus cocok dengan bahan yang dikemas sesuai dengan bentuk dan
ukuran, penampilan dipasaran dapat menarik konsumen dan biayanya murah.

Produk akhir harus dikemas dengan cepat, cermat secara saniter dan higienis. Bahan-bahan
pengemas untuk produk udang beku harus cukup bersih, kuat, tahan perlakuan fisik, mempunyai
permeabilitas yang rendah terhadap uap air, gas dan bau, kedap minyak atau lemak dan dilapisi
lilin.

Pembungkus harus terbuat dari bahan yang bersih dan memenuhi persyaratan bagi produk,
metode pengolahan dan pemasaran. Bahan pengemas tersebut tidak boleh mencemari produk
yang dikemas dan harus disimpan ditempat khusus yang saniter dan higienis. Pengemasan
dilakukan dalam kondisi yang dapat mencegah terjadinya penularan dan kontaminasi dari luar
terhadap produk akhir.

a. Pada pengalengan rajungan (crustacea) menggunakan kaleng plat timah yang merupakan
pengemas berbahan logam. Plat timah (tin plate) adalah bahan yang digunakan untuk membuat
kemasan kaleng, terdiri dari lembaran baja dengan pelapis timah. Plat timah ini berupa lembaran
atau gulungan baja berkarbon rendah dengan ketebalan 0,15-0,5 mm dan kandungan timah putih
berkisar antara 1,0-1,25% dari berat kaleng. Digunakan untuk produk yang mengalami sterilisasi
(Julianti dan Nurminah 2007).

Pengemasan produk daging rajungan (crustacea) kaleng juga menggunakan kemasan kertas
berupa karton lipat sebagai kemasan sekunder. Pemilihan jenis atau model karton lipat yang akan
digunakan sebagai pengemas, tergantung pada jenis produk yang akan dikemas dan permintaan
pasar. Pengujian mutu kemasan karton lipat dapat berupa uji jatuh bagi wadah yang sudah diisi,
pengujian tonjolan atau bulge, pengujian kekuatan kompresi dan daya kaku dalam hubungannya
dengan kelembaban udara (Syarief et.al,. 1987).

Pada label kemasan kaleng mencantumkan informasi mengenai nama dagang, nama produk,
berat bersih, nama dan alamat merek buyer, tanggal kadaluarsa (tanggal, bulan, dan tahun), kode
produksi, komposisi bahan, nilai gizi (nutrition fact), cara penyajian dan cara penyimpanan.
Informasi pada label kemasan kaleng yaitu menjelaskan nama dagang merupakan produk daging
rajungan kaleng secara pasteurisasi; nama produk sesuai pesanan buyer; berat bersih produk
sebesar 453,6 gram; nama dan alamat merek buyer; tanggal kadaluarsa yang mencantumkan use
by kemudian tanggal, bulan, dan tahun kadaluarsa produk karena merupakan produk yang
memiliki umur simpan lebih dari 3 bulan; daftar bahan yang digunakan yaitu daging rajungan
dan mencantumkan bahan tambahan pangan yang digunakan berupa SAPP yang bertujuan untuk
mempertahankan warna daging (to retain color) dan menuliskan “may contain shell” agar
konsumen berhati-hati ketika mengkonsumsi produk; keterangan mengenai halal tidak
dicantumkan karena hasil laut berdasarkan hukum islam merupakan produk pangan halal; kode
produksi yang dicantumkan memberikan informasi mengenai perusahaan produsen, kode asal
negara, tipe jenis daging, kode mixing, nomor keranjang, tanggal produksi (Julian date) dan
tahun produksi; nilai gizi yang mencantumkan presentase total lemak 0%, kolesterol 22 %,
sodium 9%, total karbohidrat 0%, protein 11 gram, vitamin A 0%, vitamin C 0%, kalsium 6%,
dan besi 15%; pada label kaleng juga memberikan petunjuk penggunaan dan petunjuk
penyimpanan agar produk disimpan pada suhu rendah. Sebagai contoh, merek A memberikan
petunjuk penggunaan produk agar kaleng daging rajungan diletakkan dalam medium yang
hangat selama 2-3 menit sebelum daging dicampurkan pada masakan yang diinginkan, dan
berhati-hati terhadap cangkang rajungan yang mungkin masih tersisa. Sedangkan petunjuk
penyimpanan menyarankan produk tetap disimpan dalam refrigerator agar daging tidak
mengalami perubahan mutu.

Pada label master karton mencantumkan informasi mengenai nama dagang, nama produk, jenis
produk (jenis daging rajungan), kode produksi, (barcode), jumlah kaleng, jumlah berat produk
yang dikemas, cara penyimpanan, negara tujuan, dan negara yang memproduksi. Label yang
digunakan memenuhi persyaratan label yang sesuai yaitu tidak mudah lepas, tidak mudah luntur
atau rusak, mudah dibaca dan memberikan keterangan yang benar serta tidak menyesatkan.

Menurut Asrofi (1977), pelabelan merupakan alat untuk menunjukkan fungsi seni dari
pengemasan, dengan isinya yang telah diidentifikasi, sehingga pembeli tertarik untuk membeli
serta memberikan informasi yang jelas tentang produk. Fungsi kedua dari pelabelan yaitu untuk
menutupi pengemas. Cetakan yang sederhana, jelas, mudah dibaca, dan disusun menarik pada
desain kemasan secara keseluruhan juga dapat membantu memasarkan produk.

b.   Udang dengan pembekuan IQF (Individual Quick Frozen).  Pada udang dilapisi plastik untuk
kemasan 2 kg, lalu udang disusun berbaris dalam plastik sampai penuh, lalu tambah air untuk
membentuk produk sesuai dengan bentuk pan dan untuk mencegah dehidrasi, lalu dibekukan.
Pada master karton dilapisi plastik poyethilene, lalu blok udang beku dimasukkan secara
bertingkat sesuai dengan berat yang telah ditentukan, lalu plastik dirapikan, master carton ditutup
lalu dilakban dan diikat dengan menggunakan stripping belt.

Murniati A. S. dan Sunarman, 2000.  Pendinginan, Pembekuan dan 


         Pengawetan Ikan.  Kanisius, Yogyakarta

Suyitno,  1990.   Bahan-bahan Pengemas.  Pusat antar Pangan dan Gizi.


         UGM, Yogyakarta
 
Syarief, Rizal, Sasya Santausa, St. Isyana. B.  1998  Teknik Pengemasan 
        Pangan. PAU P & G.  IPB.  Bogor

Titi Surti, M. Phil. Ir,  2006.  Bahan Pengemas Produk Pangan.  Work Station  


        Perikanan dan Kelautan, FPIK UNDIP. Semarang.

Anda mungkin juga menyukai