TINJAUAN PUSTAKA
Bulki adalah berat bahan pakan persatuan volume (g/l). Bulk Density
merupakan metode untuk menentukan kualitas bahan pakan sebelum dilakukan
analisis kimia yang mendasar untuk meminimalkan pemalsuan (pencemaran)
bahan pakan (Agus 2007). Bahan pakan memiliki nilai bulky yang tinggi menurut
Suadnyana (1998) bahwa nilai e\kerapatan pemadatan tumpukan menurun dengan
semakin tingginya kandungan air. Bahan yang memiliki kerapatan tumpukan lebih
dari0 0,5 g/cm3 maka bahan sulit tercampur dan mudah terpisah kembali,
2
sedangkan jika bahan yang memiliki kerapatan tumbukan rendah dari 0,45 g/cm3
maka bahan tersebut tidak mudah atau sulit untuk dicampur namun membutuhkan
waktu untuk mengalir lebih lama (Krisnan dan Ginting 2009).
Menurut Mudjiman (1984) bahwa bahan campuran pakan yang halus akan
menyebabkan kekerasan pellet yang kuat. Faktor lain yang mempengaruhi
kekerasan pellet adalah kadar kehalusan bahan. Menurut Mudjiman (1984) sifat
-sifat fisik partikel ditentukan oleh asal bahan dan proses pengolahannya , salah
satu sifat yang sangat penting dari pakan bentuk granula dan tepung adalah ukuran
partikel serta distribusi ukuran.
b−a c−a
D 1= ×2 D 2= ×2
volume volume
D = D2-D1
3
1. Sampel pelet sebanyak 500 gram di masukan ke dalam sebuah kotak yang
dilengkapi alat pemutar, kemudian diputar selama 10 menit dengan kecepatan
50 rpm.
2. Setelah mendapatkan perlakuan putar kemudian dilakukan penyaringan. Pelet
yang tertinggal di saringan kemudian ditimbang dan dibandingkan dengan
bobot pelet sebelumnya (pelet awal sebelum diputar).
Berat pelet setelah diputar
3. Rumus Uji Durabilitas : ×100 %
Berat pelet sebelum diputar
Bahan pakan adalah (bahan makanan ternak) adalah segalah sesuatu yang
dapat diberikan kepada ternak baik yang berupa bahan organik maupun anorganik
yang sebagian atau semuanya dapat dicerna tanpa mengganggu kesehatan ternak.
Bahan pakan terdiri dari bahan organik dan anorganik. Bahan organik yang
terkandung dalam bahan pakan, protein, lemak, serat kasar, bahan ekstrak tanpa
nitrogen, sedang bahan anorganik seperti calsium, phospor, magnesium, kalium,
natrium. Kandungan bahan organik ini dapat diketahui dengan melakukan analisis
4
proximat dan analisis terhadap vitamin dan mineral untuk masing masing
komponen vitamin dan mineral yang terkandung didalam bahan yang dilakukan di
laboratorium dengan teknik dan alat yang spesifik.
Bahan baku pembuatan pakan ikan dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu
bahan baku nabati dan bahan baku hewani.
2.2.1 Bahan Baku Nabati
Adapun bahan-bahan baku nabati adalah sebagai berikut:
1. Tepung Tapioka
Tepung tapioka atau tepung kanji berfungsi sebagai perekat agar bahan
baku yang ada dalam pakan dapat bersatu menjadi campuran yang homogen dan
sebagai pengikat antar komponen. Dengan demikian pakan tidak mudah hancur
terurai kembali ketika dimasukkan kedalam air. Bahan jadi perekat tersebut juga
dapat berfungsi sebagai sumber berbagai zat makanan. Tepung tapioka tersebut
apabila kita larutkan dalam air panas akan menghasilkan larutan kental yang lekat
seperti lem encer. Jumlah penggunaan bahan perekat ini dapat mencapai 10% dari
seluruh bobot ramuan (Mujiman 1991). Kandungan nutrisi bahan tepung tapioka
adalah protein 8,09%, lemak 1,30%, karbohidrat 77,30%, abu 0,06% dan air
13,25% (Lukito 2007).
2. Dedak Padi
Dedak padi merupakan hasil ikutan penggilingan padi yang berasal dari
lapisanluar beras pecah kulit dalam proses penyosohan beras. Proses pengolahan
gabah menjadi beras akan menghasilkan dedak padi kira-kira sebanyak 10%
pecahan-pecahan beras atau menir sebanyak 17%, tepung beras 3%, sekam 20%
dan berasnya sendiri 50%. Persentase tersebut sangat bervariasi tergantung pada
varietas dan umur padi, derajat penggilingan serta penyosohannya (Grist 1972).
5
Gambar 2. Dedak
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
3. Bungkil kedelai
Bungkil kedelai adalah kedelai yang sudah diambil minyaknya. Bungkil
kedelai merupakan sumber protein yang sangat bagus sebab keseimbangan asam
amino yang terkandung didalamnya cukup lengkap dan tinggi. Bungkil kedelai
dibuat melalui beberapa tahapan seperti pengambilan lemak, pemanasan dan
penggilingan (Boniran 1999). Bungkil kacang kedelai adalah merupakan sumber
asam amino pembantu, disamping tepung ikan. Bungkil kacang kedelai tidak
mengandung asam amino selengkap tepung ikan, karena relatif lebih baik
daripada sumber nabati lainnya. Karena pembatasan penggunaan tepung ikan,
karena harganya mahal, bungkil kacang kedelai menjadi popular sebagai
pendamping (Rasyaf 1989).
4. Wheat Pollard
Pollard merupakan hasil samping dari pengolahan gandum dengan
kandungan nutrisi yang rendah, energi metabolisme 1140 kkal/kg, protein 11,8 %,
6
serat 11,2 % dan lemak 3 % (Ichwan 2003). Bahan baku utamanya yaitu gandum
didatangkan dari luar negeri, tetapi limbahnya dapat diperoleh dari pabrik
pengolahan gandum menjadi tepung terigu (Yaman 2010). Pollard merupakan
kulitari gandum yang halus, mempunyai kandungan serat dan protein yang cukup,
biasanya digunakan untuk meningkatkan kandungan serat pada makanan
(terutama roti whole wheat) dan dapat juga dijadikan pakan ternak.
5. Tepung Jagung
Tepung jagung adalah bentuk hasil pengolahan bahan dengan cara
penggilingan atau penepungan. Tepung jagung adalah produk setengah jadi dari
biji jagung kering pipilan yang dihaluskan dengan cara penggilingan kemudian di
ayak. (Suryawijaya 2009). Menurut SNI 01-3727-1995, tepung jagung adalah
tepung yang diperoleh dengan cara menggiling biji jagung (Zea mays L.) yang
bersih dan baik melalui proses pemisahan kulit, endosperm, lembaga, dan tip cap.
Endosperm merupakan bagian biji jagung yang digiling menjadi tepung dan
memiliki kadar karbohidrat yang tinggi. Kulit memiliki kandungan serat yang
tinggi sehingga kulit harus dipisahkan dari endosperm karena dapat membuat
tepung bertekstur kasar, sedangkan lembaga merupakan bagian biji jagung yang
paling tinggi kandungan lemaknya sehingga harus dipisahkan karena lemak yang
terkandung di dalam lembaga dapat membuat tepung tengik.
tulang yang berasal dari hewan ternak dewasa dan biasanya berasal dari tulang
hewan 6 berkaki empat seperti tulang sapi, kerbau, babi, domba, kambing, dan
kuda. Tepung tulang dijadikan sebagai salah satu bahan dasar pembuatan pakan
karena mengandung mineral makro yakni kalsium dan posfor serta mineral mikro
lainnya. Menurut Murtidjo (2001) tepung tulang selain dijadikan sebagai sumber
mineral juga mengandung asam amino dan protein. Kalsium dan posfor sangat
diperlukan oleh hewan karena memiliki peranan dalam pembentukan tulang dan
kegiatan metabolisme tubuh.
2. Tepung Ikan
Tepung ikan merupakan salah satu bahan baku sumber protein hewani
yang dibutuhkan dalam komposisi makanan ternak dan ikan. Tepung ikan sebagai
sumber protein hewani memiliki kedudukan penting yang sampai saat ini masih
sulit digantikan kedudukannya oleh bahan baku lain, bila ditinjau dari kualitas
maupun harganya. Kandungan protein tepung ikan memang relatif tinggi. Protein
tersebut disusun oleh asam-asam amino esensial yang kompleks, diantaranya
asam amino lisin dan metionin (Purnamasari et al. 2006).
Tepung ikan merupakan bahan pakan yang sangat baik sebagai sumber
protein, lemak maupun mineral. Tepung ikan mengandung protein cukup tinggi
yang tahan terhadap degradasi dalam rumen, dan mengandung lemak sekitar 105
yang sebagian besar berupa asam lemak tak jenuh yang sangat penting untuk
sistem hormon reproduksi kualitas tepung ikan juga sangat bervariasi tergantung
pada beberapa faktor, terutama kualitas bahan baku dan proses pembuatannya
(Abdullah et al. 2007)
Tepung ikan yang memiliki kandungan lemak tinggi, akan menurunkan
kualitas tepung ikan, meskipun kandungan protein tinggi. Kandungan lemak yang
tinggi, menyebabkan tepung ikan mudah menjadi tengik dan tidak dapat disimpan
8
lama (Murtidjo 2001). Kandungan gizi tepung ikan adalah protein 22,65%, lemak
15,38%, abu 26,65%, serat 1,80% dan air 10,72% (Dharmawan 2010).
Pakan bentuk cake yaitu pakan ikan yang dibuat dengan bentuk yang
menyerupai kue pada umumnya. Pakan berbentuk cake pada umumnya diberikan
kepada ikan-ikan yang masih dalam stadia benih agar pakan dapat dimakan sesuai
dengan ukuran bukaan mulutnya (Aslamsyah, 2010). Pakan bentuk cake pada
umumnya tidak habis digunakan dalam sekali pemberian pakan, sehingga pakan
bentuk cake dapat digunakan beberapa kali. Sisa pakan yang belum digunakan
dapat disimpan dalam kulkas agar mencegah ketengikan pada pakan.
kandungan nutrisi dari bahan pakan yang tertera pada bahan pakan tersebut.
Selain memiliki kandungan nutrisi, pakan juga harus memperhatikan kualitas
bahan yang digunakan. Bahan pakan yang baik memiliki kriteria mudah didapat,
harga yang murah, tidak ada persaingan dengan manusia, dan tidak bersifat racun
(Mudjiman, 2004). Bahan pakan yang digunakan juga harus memperhatikan nilai
ekonomis agar tidak menyebabkan kerugian.
pakan akan meningkatkan kandungan vitamin dalam kuning telur sampai pada
tingkat kebutuhan optimal (Yuwanta 2010).
lemak, karbohidrat atau nutrisi lain yang diperlukan oleh biota air, seperti vitamin
dan mineral (Rahima 2013).
Dasar dalam penyusunan formulasi pakan menggunakan metode ini adalah
adanya pembagian tingkatan protein bahan-bahan pakan. Tingkatan tersebut
dibagi menjadi 2, yaitu protein basal dan protein suplemen. Protein basal adalah
semua bahan baku pakan, baik nabati, hewani dan limbah industri, yang memiliki
kandungan protein kurang dari 20%. Protein suplemen adalah semua bahan baku
pakan, baik nabati, hewani dan limbah industri, yang memiliki kandungan protein
lebih dari 20% (Rahima 2013).
Metode Pearson’s square digunakan dalam penyusunan formulasi pakan
menggunakan 2 bahan baku pakan, menggunakan lebih dari 2 bahan baku,
menggunakan lebih dari 2 bahan baku dengan penentuan jumlah/bagian bahan
yang digunakan, atau menggunakan kombinasi beberapa bahan baku yang sudah
ditetapkan persentasenya (Rahima 2013).
DAFTAR PUSTAKA
Gustiano, R., dan Otong Z.A. 2010. Menjaring Laba dari Budidaya Ikan Nila
BEST. Penerbit IPB Press: Bogor.
Juwana, S. 1994. Peran Pellet Kering dalam Penelitian Nutrisi Krustasea dan
Penentuan Kualitas Teknik Pembuatan Pellet. Jurnal: Oseana Vol. 19 (4):
1-11.
Murdinah. 1989. Studi Stabilitas dalam Air dan Daya Pikat Pakan Udang Bentuk
Pellet. Jurnal. Penelitian. Pascapanen Perikanan, 15: 29 – 36.
Purwasasmita, B.S dan Roland P.H. Aplikasi Pelet Apung. Jurnal
Bionatura Vol. 10 (1): 13-28.
16
Suadnyana, I.W. 1998. Pengaruh kandungan air dan ukuran partikel terhadap
perubahan sifat fisik pakan lokal sumber protein. Skripsi. Fakultas
Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Agus A. 2007. Paduan Bahan Pakan Ternak Ruminansia, Badian Nutrisi dan
Makanan Ternak, Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta