Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uji Bulki, Densitas Dan Durabilitas

Pakan merupakan sumber energi dan materi bagi kehidupan dan


pertumbuhan ikan. Zat yang terpenting dalam pakan adalah protein. Jumlah dan
kualitas protein mempengaruhi pertumbuhan optimal ikan. Karena zat ini
merupakan bagian terbesar dari daging ikan. Karena itu, dalam menentukan
kebutuhan zat makanan, kebutuhan protein perlu dipenuhi terlebih dahulu
(Khairuman 2003).
Dalam pemilihan kualitas bahan pakan yang baik dilakukan pegujiaan
yang bertujuan untuk dapat mengetahui kualitas dari suatu pakan yang akan
digunakan selain mengetahui kandungan gizi di dalamnya uji Bulki, Densitas dan
Durabilitas ini merupakan pengujian kualitas pakan yang berhubungan dengan
karakteristik fisik pakan tersebut.
Uji coba pakan secara fisik bertujuan untuk mengetahui stabilitas pellet
didalam air (Water Stability Feed) yaitu daya tahan pakan buatan didalam air.
Selain itu uji fisik dapat dilakukan dengan melihat kehalusan dan kekerasan bahan
baku pakan yang akan sangat berpengaruh terhadap kekompakan pakan didalam
air (Gusrina 2010).

2.1.1 Uji Bulki

Bulki adalah berat bahan pakan persatuan volume (g/l). Bulk Density
merupakan metode untuk menentukan kualitas bahan pakan sebelum dilakukan
analisis kimia yang mendasar untuk meminimalkan pemalsuan (pencemaran)
bahan pakan (Agus 2007). Bahan pakan memiliki nilai bulky yang tinggi menurut
Suadnyana (1998) bahwa nilai e\kerapatan pemadatan tumpukan menurun dengan
semakin tingginya kandungan air. Bahan yang memiliki kerapatan tumpukan lebih
dari0 0,5 g/cm3 maka bahan sulit tercampur dan mudah terpisah kembali,
2

sedangkan jika bahan yang memiliki kerapatan tumbukan rendah dari 0,45 g/cm3
maka bahan tersebut tidak mudah atau sulit untuk dicampur namun membutuhkan
waktu untuk mengalir lebih lama (Krisnan dan Ginting 2009).

Menurut Mudjiman (1984) bahwa bahan campuran pakan yang halus akan
menyebabkan kekerasan pellet yang kuat. Faktor lain yang mempengaruhi
kekerasan pellet adalah kadar kehalusan bahan. Menurut Mudjiman (1984) sifat
-sifat fisik partikel ditentukan oleh asal bahan dan proses pengolahannya , salah
satu sifat yang sangat penting dari pakan bentuk granula dan tepung adalah ukuran
partikel serta distribusi ukuran.

2.1.2 Uji Densitas

Densitas adalah partikel yang menenpati suatu unit volume tertentu


(Wirakartakusumah 1992) Menurut Krisnan dan Ginting (2009) Densitas
sigunakan untuk mengetahui kekompakan dan tekstur pakan. Mcelheniy (1994)
menyatakan ada dua faktor yang mempengaruhi tekstur pakan yaitu karakeristik
bahan dan ukuran partikel. Menurut Khalil (1999) bahan pakan dengan nilai
densitas kecil akan menempati ruang sinpan besar karena memiliki kemampuan
pemadatan bahan rendah sehingga bahan pakan dengan densitas kecil memerlukan
ruang simpan baik karung, gudang dan ruang saluran crena yang besar pada berat
yang sama.

Tekstur pakan yang kompak akan tahan terhadap penekanan sehingga


ikata antar partikel penyusun pakan menjadi kuat dan ruang antara partikel
penyusun pakan menjadi sangat kuat dan ruang antara partikeel bahan pakan tidak
terisi rongga udara (Murdinah 1989).

Rumus Uji Densitas :

b−a c−a
D 1= ×2 D 2= ×2
volume volume

D = D2-D1
3

2.1.3 Uji Durabilitas

Durabilitas pelet adalah ketahanan partikel pelet yang dirumuskan sebagai


persentase dari banyaknya pakan pelet utuh setelah melalui perlakuan fisik dalam
alat uji tumbling cane terhadap jumlah pakan semula sebelum dimasukkan ke
dalam alat. Pelet yang baik mempunyai durabilitas di atas 90 % atau kandungan
tepung di bawah 10 %. Nilai durabilitas pelet sangat ditentukan oleh penggunaan
bahan baku dalam formulasi pakan dan teknis operasional pelet mill. Pengujian
durabilitas pelet dilakukan untuk memperhitungkan jumlah bagian partikel halus
yang terbentuk saat pembuatan pelet dan akan digunakan sebagai ukuran efisiensi
siklus produksi pelet (Thomas dan Van Der Poel 1996 dalam Nugraha 2012).
Menurut Nugraha (2012) cara pengujian durabilitas pelet adalah sebagai
berikut:

1. Sampel pelet sebanyak 500 gram di masukan ke dalam sebuah kotak yang
dilengkapi alat pemutar, kemudian diputar selama 10 menit dengan kecepatan
50 rpm.
2. Setelah mendapatkan perlakuan putar kemudian dilakukan penyaringan. Pelet
yang tertinggal di saringan kemudian ditimbang dan dibandingkan dengan
bobot pelet sebelumnya (pelet awal sebelum diputar).
Berat pelet setelah diputar
3. Rumus Uji Durabilitas : ×100 %
Berat pelet sebelum diputar

2.2 Bahan Baku Pakan

Bahan pakan adalah (bahan makanan ternak) adalah segalah sesuatu yang
dapat diberikan kepada ternak baik yang berupa bahan organik maupun anorganik
yang sebagian atau semuanya dapat dicerna tanpa mengganggu kesehatan ternak.
Bahan pakan terdiri dari bahan organik dan anorganik. Bahan organik yang
terkandung dalam bahan pakan, protein, lemak, serat kasar, bahan ekstrak tanpa
nitrogen, sedang bahan anorganik seperti calsium, phospor, magnesium, kalium,
natrium. Kandungan bahan organik ini dapat diketahui dengan melakukan analisis
4

proximat dan analisis terhadap vitamin dan mineral untuk masing masing
komponen vitamin dan mineral yang terkandung didalam bahan yang dilakukan di
laboratorium dengan teknik dan alat yang spesifik.
Bahan baku pembuatan pakan ikan dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu
bahan baku nabati dan bahan baku hewani.
2.2.1 Bahan Baku Nabati
Adapun bahan-bahan baku nabati adalah sebagai berikut:
1. Tepung Tapioka
Tepung tapioka atau tepung kanji berfungsi sebagai perekat agar bahan
baku yang ada dalam pakan dapat bersatu menjadi campuran yang homogen dan
sebagai pengikat antar komponen. Dengan demikian pakan tidak mudah hancur
terurai kembali ketika dimasukkan kedalam air. Bahan jadi perekat tersebut juga
dapat berfungsi sebagai sumber berbagai zat makanan. Tepung tapioka tersebut
apabila kita larutkan dalam air panas akan menghasilkan larutan kental yang lekat
seperti lem encer. Jumlah penggunaan bahan perekat ini dapat mencapai 10% dari
seluruh bobot ramuan (Mujiman 1991). Kandungan nutrisi bahan tepung tapioka
adalah protein 8,09%, lemak 1,30%, karbohidrat 77,30%, abu 0,06% dan air
13,25% (Lukito 2007).

Gambar 1. Tepung Tapioka


(Sumber: dokumen pribadi)

2. Dedak Padi
Dedak padi merupakan hasil ikutan penggilingan padi yang berasal dari
lapisanluar beras pecah kulit dalam proses penyosohan beras. Proses pengolahan
gabah menjadi beras akan menghasilkan dedak padi kira-kira sebanyak 10%
pecahan-pecahan beras atau menir sebanyak 17%, tepung beras 3%, sekam 20%
dan berasnya sendiri 50%. Persentase tersebut sangat bervariasi tergantung pada
varietas dan umur padi, derajat penggilingan serta penyosohannya (Grist 1972).
5

Menurut National Research Council (1994) dedak padi mengandung energi


metabolis sebesar 2980 kkal/kg, protein kasar 12.9%, lemak 13%, serat kasar
11,4%, Ca 0,07%, P tersedia 0,22%, Mg 0,95% serta kadar air 9 (Dewan
Standarisasi Nasional 2001).
Dedak padi yang berkualitas baik mempunyai ciri fisik seperti baunya
khas, tidak tengik, teksturnya halus, lebih padat dan mudah digenggam karena
mengandung kadar sekam yang rendah, dedak yang seperti ini mempunyai nilai
nutrisi yang tinggi (Rasyaf 2002).

Gambar 2. Dedak
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
3. Bungkil kedelai
Bungkil kedelai adalah kedelai yang sudah diambil minyaknya. Bungkil
kedelai merupakan sumber protein yang sangat bagus sebab keseimbangan asam
amino yang terkandung didalamnya cukup lengkap dan tinggi. Bungkil kedelai
dibuat melalui beberapa tahapan seperti pengambilan lemak, pemanasan dan
penggilingan (Boniran 1999). Bungkil kacang kedelai adalah merupakan sumber
asam amino pembantu, disamping tepung ikan. Bungkil kacang kedelai tidak
mengandung asam amino selengkap tepung ikan, karena relatif lebih baik
daripada sumber nabati lainnya. Karena pembatasan penggunaan tepung ikan,
karena harganya mahal, bungkil kacang kedelai menjadi popular sebagai
pendamping (Rasyaf 1989).

Gambar 3. Bungkil Kedelai


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

4. Wheat Pollard
Pollard merupakan hasil samping dari pengolahan gandum dengan
kandungan nutrisi yang rendah, energi metabolisme 1140 kkal/kg, protein 11,8 %,
6

serat 11,2 % dan lemak 3 % (Ichwan 2003). Bahan baku utamanya yaitu gandum
didatangkan dari luar negeri, tetapi limbahnya dapat diperoleh dari pabrik
pengolahan gandum menjadi tepung terigu (Yaman 2010). Pollard merupakan
kulitari gandum yang halus, mempunyai kandungan serat dan protein yang cukup,
biasanya digunakan untuk meningkatkan kandungan serat pada makanan
(terutama roti whole wheat) dan dapat juga dijadikan pakan ternak.

Gambar 4. Wheat Pollard


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

5. Tepung Jagung
Tepung jagung adalah bentuk hasil pengolahan bahan dengan cara
penggilingan atau penepungan. Tepung jagung adalah produk setengah jadi dari
biji jagung kering pipilan yang dihaluskan dengan cara penggilingan kemudian di
ayak. (Suryawijaya 2009). Menurut SNI 01-3727-1995, tepung jagung adalah
tepung yang diperoleh dengan cara menggiling biji jagung (Zea mays L.) yang
bersih dan baik melalui proses pemisahan kulit, endosperm, lembaga, dan tip cap.
Endosperm merupakan bagian biji jagung yang digiling menjadi tepung dan
memiliki kadar karbohidrat yang tinggi. Kulit memiliki kandungan serat yang
tinggi sehingga kulit harus dipisahkan dari endosperm karena dapat membuat
tepung bertekstur kasar, sedangkan lembaga merupakan bagian biji jagung yang
paling tinggi kandungan lemaknya sehingga harus dipisahkan karena lemak yang
terkandung di dalam lembaga dapat membuat tepung tengik.

Gambar 5. Tepung Jagung


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

2.1.2 Bahan Baku Hewani


Terdapat beberapa macam bahan baku hewani, diantaranya yaitu sebagai
berikut.
1. Tepung Tulang
Tepung tulang merupakan salah satu bahan baku pembuatan pakan ternak
yang terbuat dari tulang hewan. Tulang yang akan dijadikan tepung haruslah
7

tulang yang berasal dari hewan ternak dewasa dan biasanya berasal dari tulang
hewan 6 berkaki empat seperti tulang sapi, kerbau, babi, domba, kambing, dan
kuda. Tepung tulang dijadikan sebagai salah satu bahan dasar pembuatan pakan
karena mengandung mineral makro yakni kalsium dan posfor serta mineral mikro
lainnya. Menurut Murtidjo (2001) tepung tulang selain dijadikan sebagai sumber
mineral juga mengandung asam amino dan protein. Kalsium dan posfor sangat
diperlukan oleh hewan karena memiliki peranan dalam pembentukan tulang dan
kegiatan metabolisme tubuh.

Gambar 6. Tepung Tulang


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

2. Tepung Ikan
Tepung ikan merupakan salah satu bahan baku sumber protein hewani
yang dibutuhkan dalam komposisi makanan ternak dan ikan. Tepung ikan sebagai
sumber protein hewani memiliki kedudukan penting yang sampai saat ini masih
sulit digantikan kedudukannya oleh bahan baku lain, bila ditinjau dari kualitas
maupun harganya. Kandungan protein tepung ikan memang relatif tinggi. Protein
tersebut disusun oleh asam-asam amino esensial yang kompleks, diantaranya
asam amino lisin dan metionin (Purnamasari et al. 2006).
Tepung ikan merupakan bahan pakan yang sangat baik sebagai sumber
protein, lemak maupun mineral. Tepung ikan mengandung protein cukup tinggi
yang tahan terhadap degradasi dalam rumen, dan mengandung lemak sekitar 105
yang sebagian besar berupa asam lemak tak jenuh yang sangat penting untuk
sistem hormon reproduksi kualitas tepung ikan juga sangat bervariasi tergantung
pada beberapa faktor, terutama kualitas bahan baku dan proses pembuatannya
(Abdullah et al. 2007)
Tepung ikan yang memiliki kandungan lemak tinggi, akan menurunkan
kualitas tepung ikan, meskipun kandungan protein tinggi. Kandungan lemak yang
tinggi, menyebabkan tepung ikan mudah menjadi tengik dan tidak dapat disimpan
8

lama (Murtidjo 2001). Kandungan gizi tepung ikan adalah protein 22,65%, lemak
15,38%, abu 26,65%, serat 1,80% dan air 10,72% (Dharmawan 2010).

Gambar 7. Tepung Ikan


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

2.3 Pakan Komersil

Pakan buatan merupakan pakan yang dibuat dari formulasi tertentu


berdasarkan berbagai pertimbangan dalam pembuatannya. Pakan buatan
merupakan pakan yang dibuat dari formulasi tertentu berdasarkan berbagai
pertimbangan dalam pembuatannya Pakan buatan dalam budidaya dibagi atas dua
kelompok, yaitu pakan utama dan pakan suplemen. Pakan utama adalah pakan
yang dibuat untuk menggantikan sebagian atau keseluruhan pakan alami sehingga
nutrisi dalam pakan utama harus memenuhi kebutuhan ikan. Pakan suplemen
adalah pakan tambahan yang dibuat untuk melengkapi nutrisi yang dibutuhkan
ikan.

Contoh pakan komersil dan kandungan nilai nutrisinya :

1. Hi-provite 781-1 Jenis Pakan : Pakan terapung


Ukuran Pakan : 3,2-4,0 mm
Nilai Nutrisi : Protein 31-33%, lemak
3-5%, serat 4-6%, kadar abu 10-13%,
kadar air 11-13%.
2. Bintang 888 Jenis Pakan : Pakan tenggelam
Ukuran Pakan : 1 mm
Nilai Nutrisi : Protein 28-30%, lemak
6-8%, serat 4-6%, kadar abu10-13% ,
kadar air 10-13%.
3.PF 800 Jenis Pakan : Pakan terapung
Ukuran Pakan : 0,7-1 mm
Nilai Nutrisi : Protein 37,38%, lemak
9

5%, serat %%, abu 6%, air10%.


4. AT3 Jenis Pakan : Pakan terapung
Ukuran Pakan : 3,5 mm
Nilai Nutrisi : Lemak, karbohidrat,
fosfor, kalsium, zat besi,vit A,B dan
C.
5. Takari Jenis Pakan : Pakan terapung
Ukuran Pakan : 2 mm
Nilai Nutrisi :Protein 30%, lemak 3%,
serat 4%, kadar abu 12%, kadar air
12%.

2.4 Pakan Bentuk Cake

Pakan bentuk cake yaitu pakan ikan yang dibuat dengan bentuk yang
menyerupai kue pada umumnya. Pakan berbentuk cake pada umumnya diberikan
kepada ikan-ikan yang masih dalam stadia benih agar pakan dapat dimakan sesuai
dengan ukuran bukaan mulutnya (Aslamsyah, 2010). Pakan bentuk cake pada
umumnya tidak habis digunakan dalam sekali pemberian pakan, sehingga pakan
bentuk cake dapat digunakan beberapa kali. Sisa pakan yang belum digunakan
dapat disimpan dalam kulkas agar mencegah ketengikan pada pakan.

Pembuatan pakan bentuk cake hampir sama dengan pembuatan kue-kue


basah yang umum dikonsumsi oleh manusia. Proses pembuatan pakan berbentuk
cake dilakukan melalui beberapa tahap yang relatif mudah seperti pencampuran
bahan, pengukusan, dan penyimpanan. Bahan-bahan yang digunakan juga mudah
didapatkan di pasaran sehingga pakan ini mudah untuk dibuat. Pakan bentuk cake
ini juga dapat dicampurkan dengan antibiotik atau vitamin sesuai kebutuhan guna
meningkatkan kandungan nutrisi pada pakan. Berdasarkan pembuatan pakan,
kandungan nutrisi dari bahan-bahan harus diketahui.

Kandungan gizi dari pakan dapat diketahui dengan cara pengujian di


laboratorium, tetapi cara yang paling mudah adalah dengan mengetahui
10

kandungan nutrisi dari bahan pakan yang tertera pada bahan pakan tersebut.
Selain memiliki kandungan nutrisi, pakan juga harus memperhatikan kualitas
bahan yang digunakan. Bahan pakan yang baik memiliki kriteria mudah didapat,
harga yang murah, tidak ada persaingan dengan manusia, dan tidak bersifat racun
(Mudjiman, 2004). Bahan pakan yang digunakan juga harus memperhatikan nilai
ekonomis agar tidak menyebabkan kerugian.

2.5 Pakan Bentuk Roti Kukus

Menurut Gustiano & Otong (2010) bentuk pakan bermacam-macam,


umumnya yang sering digunakan dalam budidaya antara lain: pakan berbentuk
tepung, remah dan pelet. Bentuk pakan ini biasanya disesuaikan dengan ukuran
ikan. Jumlah pakan yang diberikan setiap hari disesuaikan dengan berat ikan,
sering disebut sebagai tingkat pemberian pakan (TPP) atau feeding level. TPP
untuk setiap jenis ikan dan tingkatan ukuran ikan berbeda. Umumnya, ikan
berukuran kecil membutuhkan TPP dan frekuensi pemberian pakan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan ukuran yang lebih besar. Pakan bentuk roti kukus
digunakan sebagai pakan langsung untuk ikan- ikan yang ukuran benih atau
fingerling dengan cara dicuil kecil-kecil, sedangkan untuk larva ikan dapat
dilakukan dengan cara dibuat larutan suspensi terlebih dahulu melalui proses
penyaringan dengan kain mori halus.

Menurut Mudjiman (2002), pakan roti kukus termasuk ke dalam pakan


kering. Pakan buatan bentuk roti kukus, merupakan pakan yang digunakan untuk
makanan burayak ikan ataupun udang yang sedang didederkan. Pakan buatan
dalam bentuk roti kukus ini memiliki ketahanan selama tiga hari jika disimpan
dalam lemari es. Pakan ini terbuat dari adonan telur ayam, tepung ikan, tepung
terigu, tepung susu dan air. Vitamin di dalam kuning telur umumnya bersifat larut
dalam lemak. Kandungan vitamin di dalam kuning telur jumlahnya bervariasi
tergantung dari jumlah vitamin pada pakan, tetapi vitamin kuning telur lebih
banyak dibanding dengan yang terdapat di putih telur. Kenaikan vitamin dalam
11

pakan akan meningkatkan kandungan vitamin dalam kuning telur sampai pada
tingkat kebutuhan optimal (Yuwanta 2010).

2.5.1 Kelebihan Pakan Bentuk Roti Kukus


Adapun kelebihan dari pakan bentuk roti kukus yaitu sebagai berikut :
1. Tingkat daya simpan pada roti kukus lebih lama dari pakan emulsi,
karena pakan tersebut berbuat dalam keadaan lembap karena tingkat kadar
air yang masuh cukup tinggi dikarenakan pakan tersebut dimatangkan
dengan cara di kukus.
2. Komposisi pakan roti kukus tergolong lengkap dimana pakan roti
kukus dilengkapi dengan Protein, Karbohidrat, dan Vitamin.
Kadar protein pada pakan roti kukus tergolong tinggi, karena pada
komposisi roti kukus itu mengandung protein dimana terdapat tepung
ikan, tepung susu, dan juga telur.

2.5.2 Kekurangan Pakan Bentuk Roti Kukus


Selain memiliki kelebihan, pakan bentuk roti kukus juga memili
kekurangan sebagai berikut :
1. Penggunaan pakan roti kukus terhadap larva tidak efesien karena, sebelum
digunakan atau diberikan pada larva ikan atau benih ikan, pakan bentuk
roti kukus harus disuspensi terlebih dahulu menggunakan saringan atau
kain halus yang mesh size saringan disesuaikan dengan ukuran larva /
burayak / benih ikan yang diberi pakan tersebut.
2. Proses pembuatan suspensi yaitu dengan gumpalan-gumpalan kecil roti
kukus tersebut diencerkan pada saringan dan kain halus tersebut diatas
permukaan air wadah ikan berada. Proses pembuatan suspensi ini karena
larva ikan memiliki ukuran bukaan mulut yang kecil, sehingga pemberian
pakan untuk larva atau burayak ini disesuaikan dengan ukuran bukaan
mulut.
3. Pakan bentuk roti kukus juga lebih cepat mengalami ketengikan.

2.6 Pakan Bentuk Emulsi


12

Pakan bentuk emulsi adalah pakan yang bahan-bahan yang terlarut


menyatu dengan air sebagai pelarutnya. Apabila dipegang, terasa agak liat mirip
lem encer. Bentuk makanan ini cocok untuk burayak ikan dan udang umur 3-20
hari. Kandungan nutrisi pada pakan ikan emulsi memiliki kandungan yang sama
pada pakan pada umumnya, yaitu protein yang terkandung dari kuning telur,
lemak terkandung dari telur ayam, karbohidrat dari tepung kedelai dan tepung
sagu, vitamin, mineral dan air.

a. Kelebihan Pakan Emulsi


1. Biaya operasional murah karena dapat dibuat sendiri.
2. Bahan baku mudah dicari karena berada di pasaran.
3. Mudah dicerna oleh ikan.
4. Apabila jumlah pakan berlebihan, pakan dapat disimpan di lemari
es.
5. Dapat diracik dan dibuat sesuai keinginan pembuatnya.

b. Kekurangan Pakan Emulsi

1. Tidak dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama.

2. Hanya dapat digunakan untuk sekali konsumsi saja.

2.7 Pakan Bentuk Flake

Pakan ikan berbentuk flake merupakan pakan yang dibuat menyerupai


lembaran atau serpihan. Biasanya pakan flake dibuat dengan cetakan khusus
sehingga dapat berbentuk lembaran. Namun, pakan flake juga dapat dibuat dengan
menggunakan metode sederhana yang dapat dilakukan dalam skala yang kecil.
Pakan berbentuk flake mudah larut karena mempunyai permukaan yang luas
untuk kontak dengan air (Juwana 1994). Pakan flake dapat digunakan untuk
crustacea, pakan flake yang biasa digunakan untuk udang, berukuran < 5 cm dan
diberikan pada udang PL 1- PL 15 ( Sumeru dan Anna 1992). Selain itu, pakan
dengan bentuk flake dapat diberikan pada ikan hias berukuran kecil seperti guppy.
13

2.8 Formulasi Pakan Dan Pembuatan Pakan Tenggelam


2.8.1 Formulasi Pakan

Pakan buatan adalah pakan yang dibuat dengan formulasi tertentu


berdasarkan pertimbangan dari kebutuhan ikannya. Pembuatan pakan ikan
sebaiknya didasari pada pertimbangan kebutuhan nutrisi dari ikan, kualitas bahan
baku, serta nilai ekonomis dari pembuatan pakan tersebut (Handajani 2010).
Komposisi pakan buatan disusun berdasarkan kebutuhan zat gizi setiap jenis ikan
maupun udang. Komposisi ini sering disebut formulasi pakan. Formulasi yang
baik berarti mengandung semua zat gizi yang diperlukan ikan dan secara
ekonomis murah serta mudah diperoleh sehingga memberikan keuntungan.
Panyusunan formulasi pakan terutama memperhatikan nilai kandungan protein
karena zat ini merupakan komponen utama untuk pertumbuhan ikan. Setelah
diketahui kandungan protein dari pakan yang akan dibuat maka langkah
selanjutnya adalah perhitungan untuk komponen zat-zat gizi yang lain.
Formulasi pakan adalah perhitungan jumlah bahan baku yang akan
digunakan untuk membuat pakan ikan. Dalam penyusunan formulasi pakan ikan,
perlu diketahui beberapa kandungan zat gizi yang dibutuhkan ikan yaitu protein
berkisar 20-60%, lemak 4-18%, karbohidrat terdiri dari serat kasar kurang dari 8%
dan BETN 20-30%, vitamin dan mineral berkisar antara 2-5%. Jumlah
keseluruhan bahan baku dalam menyusun formulasi pakan ikan adalah 100%
(Maynard 1979 dalam Lestari et al. 2013).
Terdapat beberapa cara atau metoda untuk menyusun formulasi pakan,
tetapi yang umum dan mudah dilakukan adalah dengan metoda empat persegi
pearson’s, metode persamaan aljabar, dan metode lembaran kerja (Worksheet).

A. Metode Pearson’s Square


Metode ini dikembangkan oleh Karl Pearson, yang pada abad ke 19 telah
menjadi pelopor penggunaan metode statistik dalam berbagai penelitian bidang
biologi maupun pemecahan berbagai permasalahan yang bersifat sosio ekonomis.
Metode ini biasanya digunakan untuk menggambarkan kadar nutrisi protein,
14

lemak, karbohidrat atau nutrisi lain yang diperlukan oleh biota air, seperti vitamin
dan mineral (Rahima 2013).
Dasar dalam penyusunan formulasi pakan menggunakan metode ini adalah
adanya pembagian tingkatan protein bahan-bahan pakan. Tingkatan tersebut
dibagi menjadi 2, yaitu protein basal dan protein suplemen. Protein basal adalah
semua bahan baku pakan, baik nabati, hewani dan limbah industri, yang memiliki
kandungan protein kurang dari 20%. Protein suplemen adalah semua bahan baku
pakan, baik nabati, hewani dan limbah industri, yang memiliki kandungan protein
lebih dari 20% (Rahima 2013).
Metode Pearson’s square digunakan dalam penyusunan formulasi pakan
menggunakan 2 bahan baku pakan, menggunakan lebih dari 2 bahan baku,
menggunakan lebih dari 2 bahan baku dengan penentuan jumlah/bagian bahan
yang digunakan, atau menggunakan kombinasi beberapa bahan baku yang sudah
ditetapkan persentasenya (Rahima 2013).

2.8.2 Pembuatan Pakan Tenggelam


Pakan Tenggelam biasa digunakan untuk kegiatan pembesaran ikan air
tawar maupun ikan air laut yang mempunyai kebiasaan tingkah laku ikan tersebut
berenang di dalam perairan. Ukuran ikan yang mengkonsumsi pakan bentuk pellet
bervariasi dari ukuran bukaan mulut lebih dari 2 mm maka ukuran pelet yang
dibuat biasanya 50%nya yaitu 1 mm. Bentuk pellet ini juga dapat digunakan
sebagai pakan ikan dewasa yang sudah mempunyai berat > 60-75 gram dan
berumur > 120 hari.
15

DAFTAR PUSTAKA

Agustono, 2010. Teknik Pembuatan Pakan Ikan. Universitas Airlangga Surabaya.

Handajani dan Widodo. 2010. Nutrisi Ikan. Malang. Universitas Muhamadiyah


Malang Press.
Mudjiman, A. 2004. Makanan Ikan. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.

Murniati. 2008. Pengaruh penggunaan pakan suplemen yang mengandung bungkil


kedelai terhadap Kecernaan nutrien ransum sapi Peranakan ongole jantan.
Masters thesis, Universitas Sebelas Maret.

Badan Standarisasi Nasional Indonesia. 1996. Bungkil Kedelai Bahan Baku


Pakan: SNI 01-4227-1996. Jakarta.

Dharmawan, B. 2010. Usaha Pembuatan Ikan Konsumsi. Pustaka Baru Press.


Yogyakarta.

Gustiano, R., dan Otong Z.A. 2010. Menjaring Laba dari Budidaya Ikan Nila
BEST. Penerbit IPB Press: Bogor.

Juwana, S. 1994. Peran Pellet Kering dalam Penelitian Nutrisi Krustasea dan
Penentuan Kualitas Teknik Pembuatan Pellet. Jurnal: Oseana Vol. 19 (4):
1-11.

Mudjiman. A. 1984. Makanan Ikan. PT. Penebar Swadaya, Jakarta.

Murdinah. 1989. Studi Stabilitas dalam Air dan Daya Pikat Pakan Udang Bentuk
Pellet. Jurnal. Penelitian. Pascapanen Perikanan, 15: 29 – 36.
Purwasasmita, B.S dan Roland P.H. Aplikasi Pelet Apung. Jurnal
Bionatura Vol. 10 (1): 13-28.
16

Suadnyana, I.W. 1998. Pengaruh kandungan air dan ukuran partikel terhadap
perubahan sifat fisik pakan lokal sumber protein. Skripsi. Fakultas
Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Sumeru, S. U. dan Anna, S. 1992. Pakan Udang Windu (Penaeus monodon).


Kanisius. Yogyakarta.

Yuwanta, T. 2010. Telur dan Kualitas Telur. UGM-Press, Yogyakarta.

Agus A. 2007. Paduan Bahan Pakan Ternak Ruminansia, Badian Nutrisi dan
Makanan Ternak, Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta

Krianan R. Ginting SP. 2009. Prnggunaan solid ex-dencantor sebagai perakit


pembuatan pakan komplit bentuk pelet: Evaluasi fisik pakan komplit
bentuk pelet Prosiding seminar Nasional teknologi Peternakan.
17

Anda mungkin juga menyukai