Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Agar ternak peliharaan tumbuh sehat dan kuat, sangat diperlukan pemberian
pakan. Pakan memiliki peranan penting bagi ternak, baik untuk pertumbuhan
dengan yang diharapkan, jenis pakan yang diberikan pada ternak harus bermutu
Di alam ini banyak bahan pakan yang memiliki potensi untuk dapat
memberikan asupan nutrisi pada ternak unggas dengan baik seperti pemanfaatan
dedak padi, bungkil kelapa, dan tepung jagung, dan lain sebagainya. Selain bahan
pakan yang ada di alam, ada juga pemanfaatan limbah untuk pakan unggas
sesuai dengan kebutuhan nutrisi pada unggas tersebut. Oleh karena itu kita perlu
mengetahui jenis-jenis bahan pakan yang baik bagi unggas beserta kandungan
Pakan Unggas agar sebagai mahasiswa peternakan kita bisa mengetahui bahan
mikroskopis.
mikroskopis.
fungsinya.
fisiknya.
II
KAJIAN KEPUSTAKAAN
Bahan pakan merupakan segala sesuatu yang dapat diberikan kepada ternak
baik organik maupun anorganik yang sebagian atau seluruhnya dapat dicerna
beberapa bahan pakan yang disediakan bagi hewan untuk memenuhi kebutuhan
akan nutrien yang seimbang dab tepat selama 24 jam meliputi lemak, protein,
kebutuhan hidup pokok dan membentuk sel jaringan tubuh. Bahan pakan yang
makanan yang dibutuhkan oleh unggas untuk hidup pokok, pertumbuhan dan
untuk berproduksi serta bereproduksi. Ransum yang efisien bagi ayam adalah
ransum yang seimbang antara tingkat energi dan kandungan protein, mineral,
vitamin, serta zat-zat makanan lainnya yang diperlukan untuk pertumbuhan ayam
2.2.1 Jagung
jagung lebih dari 60-80% dan mudah dicerna karena kandungan serat kasar relatif
yang berguna untuk meningkatkan kepekatan warna kuning pada kaki ayam dan
gandum, gaplek dan beras. Protein pada jagung hanya 8,5% tetapi jagung
kasar 2%, kalsium 0,02%, fosfor 0,3% dan energy tercerna (DE) yang baik
(TDN) dan net energi (NE) yang tinggi. Kandungan TDN yang tinggi (81,9%)
adalah karena pertama jagung sangat kaya akan bahan ekstrak tanpa nitrogen
(Beta-N) yang hampir semuanya pati. Kedua, jagung mengandung lemak yang
tinggi dibandingkan dengan semua butiran kecuali oat, dan ketiga, jagung
mengandung sangat rendah serat kasar, oleh karena itu mudah dicerna.
Kandungan protein jagung rendah dan defisiensi asam amino lisin. Dari butiran
yang ada, hanya jagung kuning yang mengandung karoten. Kandungan karoten
Jagung yang baik terlihat segar, tidak berlubang dan tidak banyak debu
serta kotoran. Jagung yang kusam menggambarkan jagung tersebut sudah lama
disimpan, biasanya timbul serangga dan jamur. Penentuan kualitas jagung giling
yang beredar di pasar lebih sulit karena partikelnya sudah berupa tepung dan
halus. Namun berdasarkan pengalaman masih bisa dibedakan yaitu jagung giling
yang berasal dari stok jagung yang baru hasil gilingan antara butiran dan tepung
sangat kelihatan, artinya butirannya cukup banyak. Apabila jagung berasal dari
stok lama (kualitas rendah) biasanya hasil gilingannya lebih halus dan butirannya
sedikit. Begitu juga pada jagung giling yang dicampur dengan dedak jagung, jelas
5
butirannya lebih sedikit dan lebih ringan bila dibandingkan dengan hasil giling
Sebagai bahan makanan sumber protein asal tumbuhan, bungkil ini mempunyai
kandungan protein bungkil kedelai mencapai 44-51%. Hal ini selain oleh kualitas
bungkil kedelai dikenal sebagai sumber protein dan energi (Rasyaf, 1994).
yang lain, pertama yang dilihat bagaimana kemasannya. Hal ini penting karena
fisiknya. Bungkil kedele yang baik partikelnya kecil-kecil dan rata, warnanya
perlu diperhatikan karena zat penghambat trypsin mungkin masih tersisa pada
bungkil kedelai yang diproduksi dengan pemakaian suhu yang rendah. Secara
kualitatif, kualitas bungkil kedelai dapat diuji menggunakan bulk density ataupun
uji apung. Bulk density bungkil kedelai yang baik adalah 594,1610,2 gr/l. Selain
itu uji organoleptik seperti tekstur, rasa, warna, dan bau dapat dipakai untuk
mengetahui kualitas bungkil kedelai yang baik. Uji sekam dengan larutan
lebih rendah dibandingkan dengan bungkil biji kapas yaitu rata-rata 0,63%.
Seperti biji kedelai, bungkil kedelai tidak menyediakan karotena dan vitamin D.
dibandingkan dengan jagung dan butiran lainnya. Kandungan niasin tidak tinggi.
Kandungan thiamin bungkil kedelai sama dengan butiran lainnya (Ridla, 2014).
2.2.3 Dedak
(Djanah, 1985). Dedak padi merupakan bahan pakan yang telah digunakan secara
luas oleh sebagian peternak di Indonesia. Sebagian bahan pakan yang berasal dari
limbah agroindustri. Dedak mempunyai potensi yang besar sebagai bahan pakan
hasil samping pada pabrik penggilingan padi dalam memproduksi beras. Dedak
padi merupakan bagian kulit ari beras pada waktu dilakukan proses pemutihan
beras. Dedak padi digunakan sebagai pakan ternak, karena mempunyai kandungan
gizi yang tinggi, harganya relatif murah, mudah diperoleh, dan penggunaannya
cukup tinggi, yaitu 13,0% dan adanya senyawa fitat yang dapat mengikat mineral
dan protein sehingga sulit dapat dimanfaatkan oleh enzim pencernaan. Inilah yang
dilihat dari kandungan proteinnya yang berkisar antara 12-13,5 %, bahan pakan
lain pada dedak padi adalah kandungan asam aminonya yang rendah, demikian
mempunyai bau khas wangi dedak, berwarna cokelat dan tidak menggumpal. Jika
permukaan yang tidak rata namun lembut seperti kapas. Dedak padi umumnya
tidak tahan disimpan dan cepat menjadi tengik. Hal ini disebabkan oleh tingginya
atau musim. Pakan ini merupakan bahan yang bersifat mudah rusak selama
Akibat pemakaian karung dengan seadanya dedak yang beredar banyak serangga
karena mudah terkontaminasi. Kedua lihat tampilan dedak, dedak yang baik
partikelnya halus dan rata, tidak menggumpal, baunya segar tidak tengik serta
tidak terlihat adanya campuran sekam. Dedak yang baik apabila digenggam dalam
kepalan dedak tersebut bisa menggumpal. Untuk dedak kualitas rendah banyak
(Kushartono, 2000).
8
Tepung ikan dapat berasal dari ikan jenis kecil maupun jenis besar atau
Kendala yang sering dijumpai adalah bahwa kadar lemak yang tinggi dari tepung
ikan karena bahan baku awal tinggi lemak atau dalam proses pengolahan tidak
dilakukan pembuangan lemaknya. Tepung ikan yang baik bila kadar lemak 10%
dan tidak asin. Rasa asin ini terjadi karena penambahan NaCl sebagai pengawet
sering ditambahkan pada bahan baku ikan yang kurang segar. Tepung ikan yang
ada di Indonesia dibedakan antara impor dan lokal. Sementara ini tepung impor
dianggap lebih baik karena protein kasar lebih dari 60% dan kadar lemak rendah,
sedangkan tepung ikan lokal dengan konversi randemen 20% dari bahan baku
hanya mempunyai kadar protein kasar 5558% dan termasuk grade C. Pemakaian
tepung ikan untuk ransum unggas berkisar 1015% dengan syarat sumbangan
kualitasnya terjamin. Tampilan fisik tepung ikan yang bagus yaitu pertikelnya
halus, warnanya coklat kehijau-hijauan dan baunya tidak begitu menyengat dan
apabila dicicipi rasanya tidak terlalu asin. Namun di pasaran banyak beredar
tepung ikan local yang harganya lebih murah dibandingkan harga tepung ikan
impor. Pada tepung ikan lokal kelihatannya belum ada standarnya karena sisa-sisa
bervariasi. Tepung ikan seperti diatas pasti jauh kualitasnya apabila dibandingkan
dengan tepung ikan utuh yang sengaja dibuat sebagai tepung ikan (Kushartono,
2000).
9
proteinnya cukup tinggi. Dalam pemilihan tepung ikan yang pertama dilihat
khususnya tepung ikan lokal, bagaimana tampilan partikel yang ada. Apabila pada
tepung ikan tersebut banyak dijumpai tulang-tulang artinya tepung ikan tersebut
proses pengeringannya kurang sempurna, apabila rasanya asin dan dipegang agak
lembab ini menunjukkan tepung ikan tersebut mengandung kadar garam yang
diambil atau tidak, dikeringkan kemudian digiling. Tepung ikan sebagai bahan
baku pabrik pakan mempunyai kualitas yang beragam, tergantung dari jenis ikan
dan asal tepung ikan. Tepung ikan impor yang berasal dari jenis ikan herring
tryptophan tertinggi pula sekitar 0.9%, jenis ikan lain adalah ikan sardine, tuna,
terendah yaitu sekitar 57%, tetapi kandungan Ca dan P tertinggi. Serat kasar pada
bahan yang dipergunakan dalam pabrik pakan ternak. Tepung tulang sangat
dominan sebagai sumber mineral kalsium (Ca) dan fosfor (P), selain terkandung
10
protein kasar relatif kecil. Tepung tulang mengandung 12% protein, 3% lemak dan
Pada umumnya, tepung tulang dibuat dari tulang ternak sapi, kerbau,
dengan tekanan uap tinggi sebagai usaha membebaskan dari bakteri salmonela.
Penggunaan tepung tulang dalam penyusunan pakan ternak unggas relatif sedikit,
yang baik. Tepung tulang arang memiliki kandungan Ca sebesar 27% dan P 13%.
Tepung tulang yang baik memiliki ciri-ciri tidak berbau, kadar air
2.2.6 Premix
digunakan untuk memenuhi atau menyediakan sumber vitamin, mineral, dan atau
juga antibiotik. Premix adalah campuran bahan pakan yang diencerkan (carrier),
Minyak kelapa dapat diekstrak dari daging buah kelapa segar atau diekstraksi dari
daging kelapa yang sudah dikeringkan. Minyak kelapa memiliki banyak manfaat
bagi manusia. Minyak kelapa biasa digunakan untuk berbagai bahan baku
Selama sekitar 3960 tahun yang lalu, dari 4000 tahun sejak adanya
catatan sejarah, telah diketahui penggunaan buah kelapa memang sebagai bahan
makanan dan kesehatan. Selama itu, dicatat bahwa buah kelapa memang sangat
(Darmoyuwono, 2006) :
tradisional dihasilkan minyak kelapa bermutu kurang baik. Hal tersebut ditandai
dengan adanya kadar air dan asam lemak bebas yang cukup tinggi didalam
tengik. Daya simpannya pun tidak lama, hanya sekitar dua bulan saja (Rindengan
2.2.8 Konsentrat
energi dan BETN yang tinggi serta mudah dicerna oleh ternak. Kosentrat dapat
pula diartikan sebagai bahan pakan penguat yang dipergunakan bersama bahan
pakan lain, untuk meningkatkan gizi dan dimasukan untuk disatukan dan
hasil ikutan dari penggilingan dan biji-bijian antara lain dedak padi, dedak jagung,
concentrate adalah konsentrat yang kaya akan protein (Utomo dkk, 1999).
berenergi tinggi, proteinya rendah, contohnya yaitu bijian dan hasil ikutannya.
Secara umum berenergi tinggi yaitu kandungan TDN atau NE berserat rendah
cukup tinggi dan Ca rendah serta untuk vitamin; Riboflavin, vitamin B12, dan
Pantotanik rendah dan untuk vitamin E juga rendah (Utomo dkk, 1999).
13
III
3.1 Alat
1. Baki atau nampan, sebagai tempat meletakan bahan pakan yang akan
diamati.
3.2 Bahan
1. Setiap sampel bahan pakan unggas yang tersedia dalam baki atau nampan
2. Diamati setiap bahan pakan unggas dengan cara melakukan uji fisik
melalui alat indera yatu dengan cara diraba, dicicipi, dicium dengan
3. Dituliskan bahan pakan apa saja dan diberikan keterangan pada tabel yang
IV
maupun kecil.
4.2 Pembahasan
Praktikum kali ini yaitu mengidentifikasi secara makroskopis dan
mikroskopis beberapa jenis bahan pakan yang sering digunakan pada peternakan
Bahan pakan yang disediakan dalam praktikum ini yaitu: jagung, bungkil kedelai,
dedak, tepung ikan, tepung tulang, premix, minyak kelapa dan konsentrat ayam
19
petelur. Pengamatan yang pertama yaitu melakukan evaluasi bahan pakan secara
fisik dengan mengamati warna, bau, rasa dan tekstur dari bahan pakan.
4.2.1 Jagung
Bahan yang pertama adalah jagung. Berdasarkan hasil pengamatan,
warna jagung kuning agak orange, dengan bau khas jagung yang digiling,
teksturnya kasar dan rasanya hambar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ridla
vitamin A yang cukup baik. Selain itu, warna kuning ini juga yang menimbulkan
Dilihat dari segi tekstur, jagung pada saat praktikum bentuknya lebih
banyak butiran dan kasar. Ini menunjukkan kualitas jagung yang baik, sebab
cukup banyak menandakan kualitas yang baik jika dibandingkan dengan jagung
energi karena memiliki kandungan energi yang tinggi dan ditandai dengan
kandungan protein kasar kurang dari 20% dan serat kasar kurang dari 18%. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Rubatzky dan Yamaguchi (1998), bahwa kadar pati
jagung 60-80%, kandungan protein pada jagung hanya 8,5%, serat kasarnya 2%,
dan energy metabolisme (ME) sebesar 3430 kkal/kg. Tingginya kandungan energi
Kandungan serat kasar yang sangat kecil membuat jagung mudah dicerna oleh
ternak.
20
kandungan protein kasarnya yang tinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rasyaf
(1994) bahwa kandungan protein kasar pada bungkil kedelai adalah 44-51%.
Menurut hasil praktikum, bungkil kedelai berbau khas pati, hal ini berarti bahan
pakan tersebut masih dalam kondisi yang optimum dan dapat diberikan ke ternak
karena tidak berbau tengik. Kekurangan dari bungkil kedelai ini yaitu kandungan
kandungan kalsium, fosfor, karoten, dan vitamin D nya rendah. Hal ini ditegaskan
juga oleh Ridla (2014) bahwa kandungan kalsiumnya sebesar 0,27%, kandungan
fosfor lebih rendah dibandingkan dengan bungkil biji kapas, serta tidak
4.2.3 Dedak
Pengamatan ketiga yaitu pada dedak. Berdasarkan hasil pengamatan,
dedak memiliki warna keabu-abuan dan baunya khas beras, dengan rasa hambar
dan tekstur yang lembut. Hal ini hampir sesuai dengan pernyataan Amrullah
(2002) yang menjelaskan bahwa dedak mempunyai bau khas wangi dedak,
berwarna coklat dan tidak menggumpal. Warna dedak menurut literatur dan
21
praktikum berbeda, hal ini menunjukkan dedak pada saat praktikum telah
asam fitat. Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (2004) yang menyatakan bahwa
penggunaan dedak padi sebagai ransum ternak tidak dapat diberikan terlalu
banyak karena tingginya kandungan lemak dan asam fitat dalam dedak padi yang
menyebabkan fosfor yang terkandung didalamnya tidak dapat diserap oleh ternak
unggas.
ini sesuai dengan pendapat Amrullah (2002) yang menyatakan bahwa pengamatan
dedak padi secara mikroskopis terlihat bahwa dedak padi berbentuk butiran-
butiran dengan permukaan yang tidak rata namun lembut seperti kapas.
protein di bawah 20% dan serat kasar di bawah 18% disebut pakan sumber energi.
Oleh karena itu, dedak disebut pakan sumber energi. Hal ini dibuktikan juga oleh
Rasyaf (2004) yang menyatakan bahwa kandungan protein kasar dedak 12-13.5%
lembut serta baunya khas beras. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kushartono
(2000) bahwa dedak yang baik partikelnya halus dan rata, tidak menggumpal,
baunya segar tidak tengik serta tidak terlihat adanya campuran sekam. Apabila
digenggam dalam kepalan dedak tersebut bisa menggumpal. Untuk dedak kualitas
bila digenggam.
22
didapatkan tepung ikan berwarna cokelat kekuningan dengan bau amis dan
rasanya asin. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan Kushartono (2000) bahwa
tepung ikan yang baik berwarna cokelat kehijauan, baunya tidak begitu
menyengat dan apabila dicicipi rasanya tidak begitu asin. Hal ini disebabkan
mengeluarkan bau amis dan rasa asin itu sendiri disebabkan oleh kadar garam
yang tinggi. Hal ini juga didukung dengan pernyataan Ridla (2014) yang
menyatakan bahwa rasa asin pada tepung ikan disebabkan oleh penambahan NaCl
sebagai pengawet karena ikan yang digunakan tidak segar. Inilah yang
begitu dapat disimpulkan bahwa tepung ikan yang digunakan pada saat praktikum
bawah 18%. Hal ini terbukti dengan adanya pernyataan SNI (1996), bahwa tepung
ikan mengandung serat kasar 0.5% dan protein kasar 57-70% tergantung jenis
pakan sumber mineral. Hal ini sesuai dengan pendapat Murtidjo yang
menyatakan bahwa tepung tulang banyak mengandung Ca dan P. Hal ini juga
didukung oleh pendapat Ridla bahwa kandungan kalsiumnya bisa mencapai 27%
mineral bagi hewan ternak antara lain menjaga keseimbangan asam basa dalam
cairan tubuh, sebagai khelat, sebagai zat pembentuk kerangka tubuh, sebagai
bagian aktif dalam struktur protein, sebagai bagian dari asam amino, sebagai
bagian penting dalam tekanan osmotik sel, pendukung aktivitas enzim dan
tulang dan berwarna keputihan. Hal ini hampir sesuai dengan pernyataan Rasidi
(1999) yang menyatakan bahwa tepung tulang yang baik berwarna keputihan
namun tidak berbau. Hal ini disebabkan karena pengeringan yang belum
4.2.6 Premix
ini dipertegas juga oleh Phillips (2001) yang menyatakan bahwa premix
pengamatan dan uji fisik melalui alat indera terhadap minyak kelapa. Praktikum
ini didapatkan data bahwa warna minyak kelapa berwarna kuning jernih hal ini
minyak kelapa murni tidak berwarna. Perbedaan ini terjadi karena minyak kelapa
yang di amati bukan sepenuhnya minyak kelapa murni. Bau dari minyak kelapa
sama seperti dengan bau minyak pada umumnya dan rasa dari minyak kelapa ini
gurih. Minyak kelapa yang diamati juga mempunyai tekstur fisik cair sama halnya
dengan minyak pada umumnya. Minyak kelapa ini digunakan sebagai campuran
bahan pakan ini sesuai dengan pernyataan dari Darmoyuwono (2006) selama
sekitar 3960 tahun yang lalu, dari 4000 tahun sejak adanya catatan sejarah, telah
kesehatan.
4.2.8 Konsentrat
Pada kegiatan praktikum pengenalan pakan unggas dilakukan
pengamatan dan uji fisik melalui alat indera terhadap kosentrat. Warna dari
kosentrat tersebut berwarna cokelat tua dan baunya sedikit asam. Ketika dicicipi
kosentrat terasa asin di lidah. Ketika diraba tekstur dari kosentrat tersebut begitu
halus, hal ini sesuai dengan pernyataan Ristianto (1999) bahwa kosentrat
berwarna cokelat dan terasa asin karena berasal dari biji bijian antara lain dedak
25
padi, dedak jagung, dedak gandum dan lain-lain. Kosentrat pada unggas biasanya
diperuntukan sebagai bahan pakan penguat dan pelengkap hal ini diperkuat
dengan pernyataan dari Hartadi (1997) Kosentrat diartikan sebagai bahan pakan
penguat yang dipergunakan bersama bahan pakan lain, untuk meningkatkan gizi
dan dimasukan untuk disatukan dan dicampur sebagai suplemen atau pakan
pelengkap.
26
5.1 Kesimpulan
nya :
- Konsentrat.
5.2 Saran
sampel bahan pakan lebih bervariasi. Seperti adanya sampel bahan pakan
inkonvensional.
27
DAFTAR PUSTAKA
Amrullah, K.I. 2002. Nutrisi Ayam Broiler. Lembaga Satu Gunung Budi. Bogor.
Anggorodi, R. 1995. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Baswardjojo,D. 2005. Seluk Beluk Pembuatan Minyak Kelapa dan VICO. INDO
COCO : 1 8.
Darmoyuwono,W. 2006. Gaya Hidup Sehat Dengan Virgin Coconut Oil. PT.
Indeks Kelompok Gramedia. Jakarta.
Kushartono, Bambang. 2000. Penentuan Kualitas Bahan Baku Pakan dengan
Cara Organoleptik. Balai Penelitian Ternak. Bogor.
Murtidjo. 1992. Pedoman Meramu Pakan Unggas. Kanisius. Yogyakarta.
Phillips, D.M., J.R. Bicudo, and L.W. Turner. 2001. Managing the Total Mixed
Ration to Prevent Problems in Dairy Cows. University of Kentucky.
College of Agriculture. UK.
Pramu.S, A.P.Siregar dan M.Sabrani. 1980. Teknik Beternak Ayam Ras di
Indonesia. Marge Group. Jakarta.
Rasidi. 1999. 302 Formulir Pakan Lokal Alternattif Untuk Unggas. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Rasyaf, M. 2004. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta.
. 2002. Beternak Ayam Pedaging. Edisi Revisi. Penebar Swadaya .
Jakarta.
. 1994. Makanan Ayam Broiler. Kanisius. Yogyakarta.
LAMPIRAN
Deskripsi Kerja
No Nama Keterangan