Anda di halaman 1dari 41

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengolaan pakan merupakan suatu kegiatan untuk mengubah pakan
tunggal atau campuran menjadi bahan pakan baru atau pakan olahan. Bahan
pakan baru yang dihasilkan dari proses pengolahan diharapkan mengalami
peningkatan kualitas.
Pakan merupakan setiap bahan yang dapat dimakan, disukai, dicerna dan
tidak membahayakan bagi kesehatran ternak. Agar bahan dapat disebut dengan
pakan maka harus memenuhi persyaratan tersebut. Pakan adalah bahan yang
dapat dimakan, dicerna dan diserap baik secara keseluruhan atau sebagian dan
tidak menimbulkan keracuan atau tidak mengganggu kesehatan ternak yang
mengkonsumsinya.
Bahan pakan (bahan makanan ternak) adalah segalah sesuatu yang dapat
diberikan kepada ternak baik yang berupa bahan organik maupun anorganik yang
sebagian atau semuanya dapat dicerna tanpa mengganggu kesehatan ternak.
Bahan pakan terdiri dari bahan organik dan anorganik. Bahan organik yang
terkandung dalam bahan pakan, protein, lemak, serat kasar, bahan ekstrak tanpa
nitrogen, sedang bahan anorganik seperti calsium, phospor, magnesium, kalium,
natrium.
Pengolahan dan pengawetan bahan pakan dapat dilakukan dengan cara
fisik atau mekanik, kimiawi, biologis dan kombinasinya. Perlakuan secara fisik
dapat dilakukan dengan cara penjemuran, pencacah atau pemotongan,
penggilingan, penghancuran serta pembuatan mash.
Mash (tepung) adalah suatu bahan atau campuran bahan yang bentuknya
tepung. Bentuk ini merupakan bentuk ransum yang umum terlihat. Bahan yang
dipilih menjadi ransum digiling halus kemudian dicampur menjadi satu. Ransum
bentuk ini menyebabkan ayam tidak bias memilih bahan pakan yang disenangi.
Hal ini berdasarkan sifat dan cara makan ayam yang lebih gemar memakan pakan
yang berbentuk butiran dan berwarna. Oleh karena itu ransum yang berbentuk
tepung kurang disukai ayam. Bentuk ransum yang halus ini memiliki keuntungan
lain, yaitu mudah diserap usus ayam sehingga efisiensinya lebih baik. Ransum
bentuk ini dapat digunakan untuk semua umur danan harganya lebih murah.

1
Berdasarkan uraian di atas kami melakuka praktikum pembuatan pakan
berbentuk mash agar mahasiswa mampu memahami jenis, fungsi dan cara
menggunakan peralatan yang digunakan dalam pembuatan pakan berbentuk
tepung, dan memahami dengan jelas bagaimana proses pembuatan pakan unggas
khususnya ayam kampung fase layer dalam bentuk mash.

1.2. Tujuan dan kegunaan praktikum


1.2.1. Tujuan Praktikum
1. Untuk memahami jenis, fungsi dan cara menggunakan peralatan yang
digunakan dalam pembuatan pakan berbentuk tepung.
2. Untuk memahami dengan jelas bagaimana proses pembuatan pakan
unggas khususnya ayam kampung fase layer dalam bentuk mash.
1.2.2. Kegunaan Praktikum
1. Dapat memahami jenis, fungsi dan cara menggunakan peralatan yang
digunakan dalam pembuatan pakan berbentuk tepung.
2. Dapat memahami dengan jelas bagaimana proses pembuatan pakan
unggas khususnya ayam kampung fase layer dalam bentuk mash.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ayam

Ayam adalah binatang yang termasuk bangsa Gallus. Secara lengkap,


sistematika zoology (ilmu yang mempelajari binatang) dari ayam adalah sebagai
berikut:

Kingdom (kerajaan) : Animal

Phylum (pokok) : Chordata

Class (tingkatan) : Aves

Ordo (susunan) : Galliformes

Famili (keluarga) : Phasianidae

Genus (bangsa) : Gallus

Species (jenis) : Gallus sp

Ayam piaraan yang ada saat ini, konon dulu berasal dari ayam liar di sekitar
India Tengah dan Selatan, Himalaya, Terai Assam, Myanmar (Birma), Thailand,
Srilangka dan hampir semua daerah di Asia Tenggara. Dalam sejarah dunia
perunggasan, ayam liar dikenal dalam empat species, yaitu Gallus Gallus, Gallus
Lafayettii, Gallus Sonneratii,dan Gallus varius (Abdul, 2006).

2.2. Pengertian Dan Fungsi Pakan

Pakan adalah makanan/asupan yang diberikan kepada hewan ternak


(peliharaan). Istilah ini diadopsi dari bahasa Jawa. Pakan merupakan sumber
energi dan materi bagi pertumbuhan dan dan kehidupan makhluk hidup. Zat yang
terpenting dalam pakan adalah protein . Pakan berkualitas adalah pakan yang
kandungan protein, lemak, karbohidrat, mineral dan vitaminnya seimbang .

Hal yang harus diperhatikan mengenai pakan yaitu pakan tidak boleh
disimpan dalam 2 minggu, tempat penyimpanan pakan sebaiknya kering (tidak
lembap). Apabila pakan dibeli di pabrik sebaiknya dipastikan pabrik tersebut
memproduksi pakan dengan kualitas yang baik . Kualitas pakan dapat

3
menentukan kualitas ternak . Jika pakan disimpan dalam wadah, sebaiknya wadah
tersebut ditutup rapat dan tidak ada udara yang masuk. Pakan yang
terkontaminasi udara lembap akan berjamur .

Bagi semua makhluk hidup, pakan mempunyai peranan sangat penting


sebagai sumber energi untuk pemeliharaan tubuh, pertumbuhan dan
perkembangbiakan . Selain itu, pakan juga dapat digunakan untuk tujuan tertentu,
misalnya untuk menghasilkan warna dan rasa tertentu. Fungsi lainnya diantaranya
yaitu sebagai pengobatan, reproduksi, perbaikan metabolisme lemak dll. Namun
pemberian pakan berlebih dapat membuat hewan peliharaan menjadi rentan
terhadap penyakit, produktifitasnyapun akan menurun (Anonim. 2015).

2.3. Bahan Pakan

Bahan pakan adalah (bahan makanan ternak) adalah segalah sesuatu yang
dapat diberikan kepada ternak baik yang berupa bahan organik maupun anorganik
yang sebagian atau semuanya dapat dicerna tanpa mengganggu kesehatan ternak.
Bahan pakan terdiri dari bahan organik dan anorganik. Bahan organik yang
terkandung dalam bahan pakan, protein, lemak, serat kasar, bahan ekstrak tanpa
nitrogen, sedang bahan anorganik seperti calsium, phospor, magnesium, kalium,
natrium. Kandungan bahan organik ini dapat diketahui dengan melakukan
analisis proximat dan analisis terhadap vitamin dan mineral untuk masing masing
komponen vitamin dan mineral yang terkandung didalam bahan yang dilakukan
di laboratorium dengan teknik dan alat yang spesifik. Bahan dibagi menjadi dua
bagian yaitu bahan pakan konvensional dan bahan pakan subtitusi. Bahan pakan
konvensional adalah bahan baku yang sering digunakan dalam pakan yang
biasanya mempunyai kandungan nutrisi yang cukup (misalnya Protein) dan
disukai ternak. Bahan pakan konvensional merupakan bahan makro , serta
jagung, bungkil kedelai,gandung,tepung ikan dan bahan lainnya. Bahan baku
yang berasal dari bahan yang belum banyak dimanfaatkan sebagai bahan dari
hasil ikutan industri agro atau peternakan dan perikana. pakan dari kandungan
nutrisinya masih memadai untuk diolah menjadi pakan. Bahan pakan ini biasanya
berasal dari ikutan industri agro atau peternakan dan perikanan (Anonim. 2015).

4
2.4. Jagung

Jagung merupakan pakan yang sangat baik untuk ternak. Jagung sangat
disukai ternak dan pemakaiannya dalam ransum tidak ada pembatasan, kecuali
untuk ternak yang akan dipakai sebagai bibit. Pemakaian yang berlebihan untuk
ternak ini dapat menyebabakan kelebihan lemak. Jagung tidak mempunyai anti
nutrisi dan sifat pencahar. Walaupun demikian, pemakaian dalam ransum ternak
terutama untuk bibit perlu dibatasi karena penggunaan jagung yang tinggi dapat
mengakibatkan sulitnya ternak untuk berproduksi. Disamping itu penggunaannya
pada ternak muda yang akan dipakai bibit perlu dibatasi karena selain tidak
ekonomis, juga disebabkan penggunaan yang terlampau tinggi dapat menyulitkan
ternak tersebut untuk berproduksi.

Secara kualitatif kualitas butiran jagung dapat diuji dengan menggunakan


bulk density ataupun uji apung. Bulk density butiran jagung yang baik adalah
626.6 g/liter, sedangkan untuk jagung giling yang baik berkisar antara 701.8 –
722.9 g/liter. Semakin banyak jagung yang mengapung, berarti semakin banyak
jagung yang rusak. Selain itu, uji organoleptik seperti tekstur, rasa, warna, dan
bau dapat dipakai untuk mengetahui kualitas jagung yang baik. Kualitas jagung
secara kuantitatif dapat dilakukan di Laboratorium dengan menggunakan metode
proksimat. Minimum data kadar bahan kering, protein kasar dan serat kasar harus
diketahui setiap kali pengiriman jagung. Jagung merupakan butiran yang
mempunyai total nutrien tercerna (TDN) dan net energi (NE) yang tinggi.
Kandungan TDN yang tinggi (81.9%) adalah karena : (1) jagung sangat kaya
akan bahan ekstrak tanpa nitrogen (Beta-N) yang hampir semuanya pati, (2)
jagung mengandung lemak yang tinggi dibandingkan semua butiran kecuali oat,
(3) jagung mengandung sangat rendah serat kasar, oleh karena itu mudah dicerna.
Kandungan protein jagung rendah dan defisiensi asam amino lisin. Dari butiran
yang ada, hanya jagung kuning yang mengandung karoten. Kandungan karoten
jagung akanmenurun dan atau hilang selama penyimpanan (Sudarmono, A.
2003).

2.5. Dedak Padi

Dedak padi diperoleh dari penggilingan padi menjadi beras. Banyaknya


dedak padi yang dihasilkan tergantung pada cara pengolahan. Sebanyak 14.44%

5
dedak kasar, 26.99% dedak halus, 3% bekatul dan 1 -17% menir dapat dihasilkan
dari berat gabah kering. Dedak padi cukup disenangi ternak. Pemakaian dedak
padi dalam ransum ternak umumnya sampai 25% dari campuran konsentrat.
Walaupun tidak mengandung zat antinutrisi, pembatasan dilakukan karena
pemakaian dedak padi dalam jumlah besar dapat menyebabkan susahnya
pengosongan saluran pencernaan karena sifat pencahar pada dedak. Pemakaian
dedak padi dalam jumlah besar dalam campuran konsentrat dapat memungkinkan
ransum tersebut mudah mengalami ketengikan selama penyimpanan. Secara
kualitatif, kualitas dedak padi dapat diuji dengan menggunakan bulk density
ataupun uji apung. Bulk density dedak padi yang baik adalah 337.2 – 350.7 g/l.
Semakin banyak dedak padi yang mengapung, semakin buruk kualitas dedak padi
tersebut. Selain itu, uji organoleptik seperti tekstur, rasa, warna, bau dan uji
sekam (flouroglusinol) dapat dipakai untuk mengetahui kualitas dedak padi yang
baik. Bau tengik merupakan indikasi yang baik untuk dedak yang mengalami
kerusakan.

Kualitas dedak padi secara kuantitatif dapat dilakukan dilaboratorium


dengan menggunakan metode proksimat. Dedak padi yang berkualitas baik
mempunyai protein rata-rata dalam bahan kering adalah 12.4%, lemak 13.6% dan
serat kasar 11.6%. Dedak padi menyediakan protein yang lebih berkualitas
dibandingkan dengan jagung. Dedak padi kaya akan thiamin dan sangat tingi
dalam niasin (Sudarmono, A. 2003).

2.6. Pengertian Ransum

Ransum adalah pakan jadi yang siap diberikan pada ternak yang disusun
dari berbagai jenis bahan pakan yang sudah dihitung (dikalkulasi) sebelumnya
berdasarkan kebutuhan industri dan energi yang diperlukan. Berdasarkan
bentuknya ransum dibagi menjadi 3 jenis : yaitu mash, pellet,dan crumble. Mash
adalah bentuk ransum yang paling sederhana yang merupakan campuran serbuk
(tepung) dan granula (Ely. 2018).

2.7 Pakan Bentuk Mash

Bentuk ini merupakan bentuk ransum yang umum terlihat. Bahan yang
dipilih menjadi ransum digiling halus kemudian dicampur menjadi satu. Ransum

6
bentuk ini menyebabkan ayam tidak bisa memilih bahan pakan yang disenangi.
Hal ini berdasarkan sifat dan cara makan ayam yang lebih gemar memakan pakan
yang berbentu butiran dan berwarna. Oleh karena itu ransum yang berbentuk
tepung kurang disukai ayam. Bentuk ransum yang halus ini memiliki keuntungan
lain, yaitu mudah diserap usus ayam sehingga efisiensinya lebih baik. Ransum
bentuk ini dapat digunakan untuk semua umur dan harganya lebih murah (Ely.
2018).

7
BAB III
MATERI DAN METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari sabtu, 27 April 2019 Pukul 08.00
WITA – selesai di Teaching Farm Desa Lingsar kecamatan Narmada kabupaten
Lombok Barat.
3.2. Materi Praktikum
3.2.1. Alat
1. Timbangan analitik
2. Bak
3. Mesin pellet
4. Kantong plastic
5. Terpal
6. Spidol
7. Kresek
3.2.2. Bahan
1. Jagung
2. Dedak halus
3. Konsentrat layer
4. Top mix
3.3. Metode Praktikum
1. Membuat formulasi ransum dengan kandungan zat gizi sesuai kebutuhan
ternak.
2. Menyiapkan bahan baku pakan yang akan digunakan dan kontrol kualitas
bahan baku secara kualitatif atau organoleptik.
3. Menyiapkan semua peralatan yang akan digunakan.
4. Menimbang semua bahan baku yang digunakan.
5. Pencampuran
Bahan baku yang sudah ditimbang seperti jagung dan konsentrat layer
dapat langsung dicampur sedangkan premix mineral atau vitamin sebelum
dicampur dengan bahan lain, dicampur dengan bahan yang mempunyai sifat
karier/pembawa yaitu dedak padi.
Cara mencampur premix dengan dedak adalah:
8
a. Mencampur premix dengan dedak dengan perbandingan 1 : 2.
b. Gandakan campuran premix dengan dedak (1 : 2) dengan dedak sampai
dedaknya habis
c. Mencampur hasil campuran premix dengan campuran bahan lainnya
sampai homogeny.
6. Menyimpan pakan yang telah homogen pada kantung plastic dan beri tanda
dengan menggunakan spidol.

9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Praktiukum

Gambar 1. Pakan Berbentuk Mash

Tabel 1. Kandungan Nutrisi Pakan Bentuk Mash


Kandungan Nutrisi
Level Jumlah
Bahan PK LK Ca P
(%) (gram)
(gram) (gram) (gram) (gram)
Tepung Jagung 52,74 2650 284,8 123,939 0,53 0,79
Dedak padi
30,26 1500 201,23 137,683 1,51 22,85
halus
Konsentrat layer 16 800 264,00 56,00 96,00 120,00
Top mix 1 50 0,00 0,00 0,00 0,00
Total 100 5006 750,025 317,622 98,040 143,637
Keterangan: Kandungan nutrisi dihitung berdasarkan kandungan masing-
masing bahan baku pakan.

4.2. Pembahasan
Pakan adalah makanan/asupan yang diberikan kepada hewan ternak
(peliharaan). Istilah ini diadopsi dari bahasa Jawa. Pakan merupakan sumber
energi dan materi bagi pertumbuhan dan dan kehidupan makhluk hidup. Zat
yang terpenting dalam pakan adalah protein . Pakan berkualitas adalah pakan
yang kandungan protein, lemak, karbohidrat, mineral dan vitaminnya seimbang
. Hal yang harus diperhatikan mengenai pakan yaitu pakan tidak boleh
disimpan dalam 2 minggu, tempat penyimpanan pakan sebaiknya kering (tidak
lembap). Apabila pakan dibeli di pabrik sebaiknya dipastikan pabrik tersebut
memproduksi pakan dengan kualitas yang baik . Kualitas pakan dapat

10
menentukan kualitas ternak . Jika pakan disimpan dalam wadah, sebaiknya
wadah tersebut ditutup rapat dan tidak ada udara yang masuk. Pakan yang
terkontaminasi udara lembap akan berjamur .

Bagi semua makhluk hidup, pakan mempunyai peranan sangat penting


sebagai sumber energi untuk pemeliharaan tubuh, pertumbuhan dan
perkembangbiakan . Selain itu, pakan juga dapat digunakan untuk tujuan
tertentu, misalnya untuk menghasilkan warna dan rasa tertentu. Fungsi lainnya
diantaranya yaitu sebagai pengobatan, reproduksi, perbaikan metabolisme
lemak dll. Namun pemberian pakan berlebih dapat membuat hewan peliharaan
menjadi rentan terhadap penyakit, produktifitasnyapun akan menurun.
Bahan pakan adalah (bahan makanan ternak) adalah segalah sesuatu yang dapat
diberikan kepada ternak baik yang berupa bahan organik maupun anorganik
yang sebagian atau semuanya dapat dicerna tanpa mengganggu kesehatan
ternak. Bahan pakan terdiri dari bahan organik dan anorganik. Bahan organik
yang terkandung dalam bahan pakan, protein, lemak, serat kasar, bahan ekstrak
tanpa nitrogen, sedang bahan anorganik seperti calsium, phospor, magnesium,
kalium, natrium. Kandungan bahan organik ini dapat diketahui dengan
melakukan analisis proximat dan analisis terhadap vitamin dan mineral untuk
masing masing komponen vitamin dan mineral yang terkandung didalam bahan
yang dilakukan di laboratorium dengan teknik dan alat yang spesifik. Bahan
dibagi menjadi dua bagian yaitu bahan pakan konvensional dan bahan pakan
subtitusi. Bahan pakan konvensional adalah bahan baku yang sering digunakan
dalam pakan yang biasanya mempunyai kandungan nutrisi yang cukup
(misalnya Protein) dan disukai ternak. Bahan pakan konvensional merupakan
bahan makro , serta jagung, bungkil kedelai,gandung,tepung ikan dan bahan
lainnya. Bahan baku yang berasal dari bahan yang belum banyak dimanfaatkan
sebagai bahan dari hasil ikutan industri agro atau peternakan dan perikana.
pakan dari kandungan nutrisinya masih memadai untuk diolah menjadi pakan.
Bahan pakan ini biasanya berasal dari ikutan industri agro atau peternakan dan
perikanan.
Pada praktikum yang telah kami lakukan bahan baku yang digunakan
adalah tepung jagung dengan level 52,74% atau 2650 gram, dedak padi halus
dengan level 30,26% atau 1500 gram, konsentrat layer dengan level 16% atau

11
800 gram, dan top mix dengan level 1 % atau 50 gram. Adapun formulasi
ransum yang dibuat adalah kebutuhan ayam kampung fase petelur. Tepung
jagung memiliki PK: 284,80 gram, LK: 123,934 gram, Ca: 0,53 gram, P: 0.79.
Dedak padi halus memiliki PK: 201,23 gram, LK: 137,683 gram, Ca: 1,51
gram, P: 22,85. Konsentrat layer memiliki PK: 264,00 gram, LK: 56,00 gram,
Ca: 96,00 gram, P: 120,00. Top mix memiliki PK: 0,00 gram, LK: 0,00 gram,
Ca: 0,00 gram, P: 0,00 gram. Semua bahan baku tersebut di homogenkan.
Pada pakan bentuk mash yang telah kami buat tingkat homogennya
rendah hal ini dikarenakan tepung jagung tidak digiling secara halus sehingga
kita masih bisa membedakan tepung jagung dengan bahan lainnya. Mash
memiliki warna kuning pucat dengan tekstur yang kurang halus dan aroma khas
pakan unggas.

12
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Pakan bentuk mash merupakan bahan yang digiling halus kemudian
dicampur menjadi satu. ransum bentuk ini menyebabkan ayam tidak bisa memilih
bahan pakan yang disenangi. Hal ini berdasarkan sifat dan cara makan ayam yang
lebih gemar memakan pakan yang berbentu butiran dan berwarna. Oleh karena
itu ransum yang berbentuk tepung kurang disukai ayam. Bentuk ransum yang
halus ini memiliki keuntungan lain, yaitu mudah diserap usus ayam sehingga
efisiensinya lebih baik. Ransum bentuk ini dapat digunakan untuk semua umur
dan harganya lebih murah
Berdasarkan praktikum yang telah kami lakukan proses pembuatan
mash dilakukan dengan cara menghomogenkan semua bahan baku yang telah
disusun berdasarkan formulasi ransum. Adapun warna yang dimiliki adalah
kuning pucat dengan aroma khas pakan unggas.

5.2. Saran
1. Sebaiknya jumlah perekat (kanji) ditambah level penggunaannya untuk
menghasilkan pakan pellet yang lebih kompak dan partikelnya tidak hancur.
2. Air yang digunakan juga semestinya ditambahkan guna memperoleh pakan
yang lebih berkualitas.

13
DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Dudung. 2006. Budidaya Ayam Bangkok. Yogyakarta: Kanisius.

Anonim. 2015. Pakan Ternak. Http://Digilib.Undip.Ac.Id/V2/2015/05/19/Pakan-


Ternak/. (Diakses Pada 12 Mei 2016. Pukul 14.10 Wita).
Ely .2018. Arti Pakan, Ransum, Bahan Pakan, Mesh, Crumbel, Pelet Dan Istilah Lain
Dalam Dunia Pakan Ternak. Https://Www.Elysetiawan.Com/2018/10/Arti-
Pakan-Ransum-Bahan-Pakan-Mesh.Html. (Diakses Pada 12 Mei 2016. Pukul
14.10 Wita).
Sudarmono, A. 2003. Pedoman Pemeliharaan Ayam Ras Petelur. Yogyakarta:
Kanisius

14
LAMPIRAN

Konsentrat Layer Dedak padi

Top mix

Menimbang Pakan

15
Mencampur Semua Bahan Pakan

Pakan berbentuk mash

16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Keberhasilan usaha peternakan sangat dipengaruhi oleh kualitas dan
kuantitas pakan yang diberikan. Hampir 60-70% biaya produksi digunakan untuk
biaya pengadaan pakan, sehingga manajemen pakan yang baik sangat diperlukan
untuk mencapai efisiensi pakan yang tinggi. Pakan merupakan salah satu
kebutuhan yang sangat essensial dalam usaha pemeliharaan ternak dan
ketersediaannya harus terjamin secara terus-menerus. Ketersediaan pakan akan
berpengaruh secara langsung terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup
ternak yang dipelihara.
Pakan adalah bahan yang dapat dimakan, dicerna dan diserap baik secara
keseluruhan atau sebagian dan tidak menimbulkan keracuan atau tidak
mengganggu kesehatan ternak yang mengkonsumsinya (Amrullah, 2011).
Pembuatan pakan biasanya didasarkan pada pertimbangan kebutuhan nutrisi
ternak, kualitas bahan baku yang digunakan dan nilai ekonomisnya. Dengan
pertimbangan yang baik, dapat dihasilkan pakan buatan yang disukai oleh ternak
dan aman bagi ternak itu sendiri. Salah satu bentuk pakan yang sering diberikan
ke ternak adalah pakan bentuk pellet.
Pakan bentuk pellet merupakan salah satu bentuk pakan yang diberikan
pada unggas. Pakan bentuk pellet merupakan perkembangan dari pakan bentuk
tepung komplit yang diproses dengan prinsip penekanan campuran bahan pakan
atau melalui lubang kecil atau ring mesin pencetak pellet yang ukurannya sesuai
dengan yang diinginakan atau sesuai dengan jenis dan umur ternak yang
diberikan. Pakan bentuk pellet mampunyai densitas yang tinggi dan dapat
meningkatkan konsumsi pakan, mengurangi pakan yang tercecer, serta
mencegah de-mixing yaitu penguraian kembali komponen penyusun pakan
bentuk pellet sehingga konsumsi pakan sesuai dengan standar kebutuhan nutrisi
ternak.
Pakan bentuk pellet yang diberikan ke ayam kampung petelur dinilai baik
tidak hanya dari komponen penyusun bahan baku pakan tersebut melainkan juga
dari seberapa besar komponen yang terkandung dalam pakan yang mampu
diserap dan dimanfaatkan oleh ternak unggas (NRC, 1993). Pellet yang diberikan
ke ternak dapat meningkatkan performans dan konversi pakan lebih rendah
17
dibandingkan pakan bentuk mash. Keunggulan pakan bentuk pellet adalah: (1)
Bulk Density (Kerapatan Tumpukan) lebih tinggi dibandingkan pakan bentuk lain
sehingga daya angkut kendaraan lebih maksimal, (2) Komposisi pellet relative
merata karena pencampuran yang teliti sehingga tidak ada segregasi (pemisahan)
didalamnya (Vanschoubrock et al., 1971).
Berdasarkan uraian diatas, Praktikum pembuatan pakan bentuk pellet
perlu dilakukan agar dapat memahami proses pembuatan pakan bentuk pellet
secara sistematis.

1.2. Tujuan
1. Untuk menjelaskan jenis dan fungsi peralatan yang digunakan dalam
pembuatan pakan dalam bentuk pellet.
2. Untuk mengetahui dan memahami dengan jelas bagaimana proses pembuatan
pakan unggas dalam bentuk pellet.
3. Untuk memahami alur bahan pakan dalam industry pakan ternak.
1.3. Manfaat
1. Dapat mengetahui jenis dan fungsi peralatan yang digunakan dalam
pembuatan pakan dalam bentuk pellet.
2. Dapat memahami proses pembuatan pakan bentuk pellet.
3. Dapat memahami alur bahan pakan dalam industry pakan ternak.

18
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bahan Pakan


Bahan baku pakan merupakan bahan yang mentah yang diolah atau tidak
diolah dan dapat dimanfaatkan sebagai sarana produksi industri pakan. Bahan
baku pakan ternak dapat dikategorikan menjadi bahan mentah dan bahan
setengah jadi. Bahan mentah adalah semua bahan yang didapat dari sumber daya
alam atau didapat dari usaha manusia untuk dimanfaatkan lebih lanjut. Bahan
setengah jadi merupakan bahan mentah atau bahan baku yang telah mengalami
satu atau beberapa tahap proses industri yang dapat diproses lebih lanjut menjadi
bahan jadi.
Bahan baku pakan secara umum dapat dibedakan menjadi bahan pakan
nabati dan bahan pakan hewani. Bahan pakan nabati merupakan bahan pakan
yang diperoleh dari tumbuh-tumbuhan dan bahan pakan hewani merupakan
bahan pakan yang diperoleh dari hewan. Berikut ini akan dipaparkan beberapa
jenis bahan baku pakan ternak:
1. Jagung
Jagung merupakan bahan pakan yang disukai ternak dan sesuai untuk
semua jenis ternak. Jagung kaya akan energi dan rendah kandungan serat serta
mineral. Pati merupakan komponen terbesar yang terdapat dalam biji jagung
yang terdiri dari amilosa dan amilopektin (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Proporsi penggunaan jagung khususnya dalam pembuatan pakan ayam ras
mencapai 51,4 persen dari total bahan baku yang digunakan (Tangendjaja et
al., 2002).
Jagung mengandung protein kasar (8,5%), lemak (3,8%), serat kasar
(2,2%), Ca (0,02%), P (0,08%), methionin (0,18%) dan energi metabolisme
(3430 kkal/kg). Kandungan serat kasarnya rendah (sekitar 2,2%), sehingga
memungkinkan jagung dapat digunakan dalam tingkat yang lebih tinggi.
Pemakaiannya dalam ransum broiler dapat mencapai taraf 70%. Jagung yang
digunakan sebagai ransum berbentuk tepung, sebaiknya digiling lebih
seragam.
McDonald et al. (2002) menyatakan bahwa jagung kuning
mengandung pigmen cryptoxanthin, yang merupakan prekursor vitamin A.

19
Pigmen cryptoxanthin tersebut berguna dalam pakan unggas sebagai pemberi
warna daging dan kuning telur. Menurut Goldsworthy dan Fischer (1992)
komposisi kimia jagung bervariasi tergantung pada varietas, cara penanaman,
iklim dan tingkat kematangan. Komposisi kimia jagung berubah selama
pertumbuhan.
2. Dedak Padi
Dedak padi adalah by-product utama yang didapatkan dari proses
penggilingan padi. Sedangkan bekatul dihasilkan dari lapisan bagian dalam
biji yang penggunaannya lebih banyak dibandingkan dengan dedak. Hal ini
karena kadar serat yang terkandung lebih rendah dan kandungan ME lebih
tinggi dibandingkan dengan dedak. Namun, ketersediaan bekatul sangat
terbatas karena tidak semua penggilingan padi mengoperasikan mesin
penggiling multiple-stage yang memisahkan bekatul dari dedak.
Dedak padi halus pada umumnya mengandung protein kasar (13,6%),
lemak kasar (15,6%), serat kasar (6,1%), Ca (2,33%), P (1,57%) dan energi
metabolisme (2950 kkal/kg) (NRC, 1994; Resnawati, 2001). Dedak memiliki
kandungan serat kasar dan lemak yang tinggi, fitat dalam ikatan fosfor-fitat
sehingga daya cerna rendah, mudah tengik, dan menggangu penyerapan
kalsium dan penggunaannya harus dibatasi maksimal 30% (Suprijatna et al.,
2008).
3. Konsentrat
Konsentrat adalah suatu bahan pakan yang dipergunakan bersama
bahan pakan lain untuk meningkatkan keserasian nutrisi dari keseluruhan
pakan dan dimaksudkan untuk disatukan dan dicampur sebagai pakan
pelengkap (Hartadi et al., 1991). Konsentrat atau pakan penguat dapat disusun
dari biji-bijian dan limbah hasil proses industri bahan pangan seperti jagung
giling, tepung kedelai, menir, dedak, bekatul, bungkil kelapa, tetes dan umbi.
Peranan konsentrat adalah untuk meningkatkan nilai nutrien yang
rendah agar memenuhi kebutuhan normal hewan untuk tumbuh dan
berkembang secara sehat (Akoso, 1996). Penambahan konsentrat dalam
ransum ternak merupakan suatu usaha untuk mencukupi kebutuhan zat-zat
pakan, sehingga akan diperoleh produksi yang tinggi. Selain itu dengan
penggunaan konsentrat dapat meningkatkan daya cerna bahan kering ransum,

20
pertambahan bobot badan serta efisien dalam penggunaan ransum
(Holcomb et. al., 1984).

4. Sumber Vitamin dan Mineral


Sumber vitamin dan mineral pada pembuatan pakan biasaya sudah
dalam satu kemasan yang diproduksi pabrik sesuai dengan kebutuhan ternak.
Bahan baku ini merupakan bahan pelengkap untuk mencegah kekurangan
mineral dan vitamin.

2.2. Pakan dan Bentuk-Bentuk Pakan Ayam


Pakan adalah bahan yang dapat dimakan, dicerna dan diserap baik secara
keseluruhan atau sebagian dan tidak menimbulkan keracuan atau tidak
mengganggu kesehatan ternak yang mengkonsumsinya (Amrullah, 2011). Pakan
yang sudah dicampur/ dibuat lebih dari 2 bahan pakan biasanya juga disebut
dengan ransum (ration).
Ransum adalah campuran jenis pakan yang diberikan pada ternak untuk
sehari semalam untuk memenuhi kebutuhan nutrisi (Ensminger et al. 1990).
Sedangkan menurut Rasyaf (2004) ransum merupakan kumpulan bahan makanan
yang layak dimakan oleh ayam dan telah disusun mengikuti aturan
tertentu.Aturan itu meliputi nilai kebutuhan gizi bagi ayam dan nilai kandungan
gizi dari bahan makanan yangdigunakan. Penyamaan nilai gizi yang ada di dalam
bahan makanan yang digunakan dengan nilai gizi yang dibutuhkan ayam
dinamakan teknik penyusunan ransum.
Ransum yang sudah dibuat dan dipasarkan oleh pabrik-pabrik pakan
besar dibuat dengan berbagai variasi bentuk, diantaranya:
1. Bentuk Mash (Tepung)
Mash (tepung) adalah suatu bahan atau campuran bahan yang
bentuknya tepung. Pembuatan tepung ini dilakukan secara mekanis yaitu
dengan cara dihancurkan dengan alat penghancur. Ukuran partikel dapat
disesuaikan dengan menggunakan saringan (Rasyaf, 2011).
2. Crumble
Bentuk crumble merupakan tipe ransum yang dihasilkan dari campuran
bahan pakan pada mesin pellet dan kemudian pellet tersebut dihancurkan
dengan ukuran lebih kasar dari pada mash. Pemberian pakan dalam bentuk

21
crumble diharapkan dapat lebih menjamin campuran bahan pakan, termasuk
zat-zat nutrisi di dalam pakan lebih homogen.

3. Pellet
Pellet adalah bentuk masa bahan atau pakan yang dibentuk dengan cara
ditekan dan dipadatkan melalui lubang cetakan secara mekanis. Pelleting
merupakan salah satu metode pengolahan pakan secara mekanik yang banyak
diterapkan di industri pakan unggas, khususnya ayam pedaging umur diatas 3
minggu.
Pakan bentuk pellet merupakan perkembangan dari pakan bentuk
tepung komplit yang diproses dengan prinsip penekanan campuran bahan
pakan atau melalui lubang kecil atau ring mesin pencetak pellet yang
ukurannya sesuai dengan yang diinginakan atau sesuai dengan jenis dan umur
ternak yang diberikan.
2.3. Kualitas Dan Manfaat Pellet

Kualitas pellet merupakan aspek yang penting baik bagi produsen

pakan maupun peternak. Kualitas pellet ditentukan dengan durabilitas, kekerasan

(Hardness) dan ukuran. Kualitas pellet yang baik membutuhkan konsekuensi bagi

produsen pakan, yaitu berupa tingginya biaya produksi, tingginya energi dan

modal yang dibutuhkan. Bagi peternak unggas, kualitas pellet yang baik akan

menghasilkan konversi pakan yang rendah, pertambahan bobot badan yang tinggi,

dan meminimalkan pakan yang terbuang. Faktor-faktor yang mempengaruhi

kualitas pellet adalah formulasi (pengaruhnya sebesar 40%), Conditioning (20%),

ukuran partikel (20%), spesifikasi Die (cetakan) dari mesin pellet (15%), dan

pendinginan (5%) (Rasyaf, 2011).

Menurut hasil sejumlah penelitian, manfaat pelleting adalah untuk

memudahkan penanganan pakan dan meningkatkan performans ternak. Pelleting

meningkatkan kepadatan dan daya alir, mencegah pakan tercecer dan

diterbangkan angin, serta meningkatkan konversi ransum.Peningkatan performans

22
terjadi karena terjadi peningkatan kecernaan, penurunan pemisahan bahan

penyusun ransum, lebih sedikit energi untuk mencerna pakan, serta peningkatan

palatabilitas (Rasyaf, 2011).

2.4 Cara Pembuatan Pellet

Yang dapat ditempuh dalam pembuatan pakan berbentuk pellet, yaitu

secara manual dan atau dengan menggunakan mesin (Feedmill). Pembuatan pakan

secara manual dilakukan dengan menggunakan alat-alat yang sederhana. Alat

yang dipergunakan adalah sekop (Paddle) atau drum yang dirancang dengan

mengunakan prinsip kerja mixer. Cara yang kedua dengan menggunakan mesin.

Mesin pembuat pakan ini terdiri atas mesin-mesin penggiling (Hammer mill),

mesin penimbang (Weigher), mesin pemusing (Cyclone), mesin

pengangkat/pemindah bahan (Auger, Elevator), mesin penghembus (Blower),

mesin pencampur (Mixer), dan mesin pembuat pellet. Untuk pembuatan pellet

menggunakan alat blower, boiler, mash bin, cooler, die, screw conveyor, mixer,

vibrator dan transporter (Syamsu ,2014).

Menurut Syamsu (2014), Proses pengolahan pellet terdiri dari 3 tahap, yaitu

pengolahan pendahuluan, pembuatan pellet dan perlakuan akhir.

a. Proses pendahuluan

Proses pendahuluan bertujuan untuk pemecahan dan pemisahan bahan-

bahan pencemar atau kotoran dari bahan yang akan digunakan. Setelah seluruh

bahan baku disiapkan, tahap selanjutnya adalah menggiling bahan baku tersebut.

Tujuannya adalah untuk mendapatkan ukuran partikel yang seragam--berbentuk

tepung (mash). Peralatan yang digunakan adalah mesin penggiling atau penghalus

yang bisa digerakkan motor listrik atau motor bakar yang bahan bakarnya bisa

berupa bensin atau solar. Alat ini dikenal dengan nama disk milldan hammer mill.

23
Seluruh bahan yang telah digiling ditimbang dengan menggunakan

timbangan duduk.Selanjutnya, bahan–bahan tersebut dicampurkan. Pencampuran

bisa menggunakan berbagai macam mesin pengaduk (mixer), tipe vertikal, tipe

horisontal, drum mixer dan mixer yang biasa digunakan untuk mengaduk beton

atau beton molen. Pencampuran bahan – bahan baku pakan bisa juga digunakan

secara manual dengan menggunakan cangkul atau sekop dan beralaskan papan.

Untuk bahan baku dengan jumlah sedikit, terlebih dahulu

dilakukan pre-mixing atau pencampuran awal. Bahan yang dicampur pada tahap

awal meliputi vitamin, mineral, kalsium karbonat, asam amino kristal, pemacu

pertumbuhan, koksidiostat dan antioksidan. Penimbangan bahan – bahan ini harus

dilakukan dengan timbangan yang mempunyai tingkat ketelitian tinggi.

Minimal diperlukan waktu 15 menit untuk mencampur bahan pakan

dengan menggunakan mesin pencampur jenis beton molen supaya diperoleh

campuran yang merata.Apabila digunakanmixer horisontal, diperlukan waktu

pencampuran lebih singkat.

Tahap akhir pencampuran adalah menambahkan bahan baku cairan,

yaitu minyak kelapa dengan menggunakan sprayer atau penyemprot sambil terus

dilakukan pengadukan. Jika dalam formula pakan diperlukan bahan bakucair,

sebaiknya alat yang digunakan berupa beton molen. Beton molen ini umumnya

mempunyai dua kapasitas volume. Ini berbeda halnya dengan mixer jenis lain

yang mempunyai kapasitas beragam, hingga 1.000 kg campuran pakan setiap kali

pengadukan.

b. Pembuatan pellet

Pembuatan pellet terdiri dari proses pencetakan, pendinginan dan

pengeringan. Perlakuan akhir terdiri dari proses sortasi, pengepakan dan

24
pergudangan. Proses penting dalam pembuatan pellet adalah pencampuran

(mixing), pengaliran uap (conditioning), pencetakan (extruding) dan pendinginan

(cooling).

Proses conditioning dilakukan dengan bantuan steam boiler yang

uapnya diarahkan ke dalam campuran pakan. Apabila penguapan dilakukan

dengan mixer jenis beton molen, proses penguapan dilakukan sambil mengaduk

campuran pakan tersebut. Penguapan tidak boleh dilakukan di atas suhu yang

diizinkan, yaitu sekitar 80°C. Pengukusan dengan suhu terlalu tinggi dalam waktu

yang lama akan merusak atau setidaknya mengurangi kandungan beberapa nutrisi

dalam pakan, khususnya vitamin dan asam amino. Dalam proses pembuatan pakan

ayam ras pedaging, penguapan tidak mutlak diperlukan. Selama proses

kondisioning terjadi penurunan kandungan bahan kering sampai 20% akibat

peningkatan kadar air bahan dan menguapnya sebagian bahan organik. Proses

kondisioning akan optimal bila kadar air bahan berkisar 15 – 18%.

Sistem kerja mesin pencetak sederhana adalah dengan mendorong

bahan campuran pakan di dalam sebuah tabung besi atau baja dengan

menggunakan ulir (Screw) menuju cetakan (Die) berupa pelat berbentuk lingkaran

dengan lubang – lubang berdiameter 2 – 3 mm, sehingga pakan akan keluar dari

cetakan tersebut dalam bentuk pellet. Kelemahan sistem ini adalah diperlukannya

tambahan air sebanyak 10 – 20% ke dalam campuran pakan, sehingga diperlukan

pengeringan setelah proses pencetakan tersebut. Penambahan air dimaksudkan

untuk membuat campuran atau adonan pakan menjadi lunak, sehingga bisa keluar

melalui cetakan. Jika dipaksakan tanpa menambahkan air ke dalam campuran,

mesin akan macet. Di samping itu, pellet yang keluar dari mesin pencetak

biasanya kurang padat.

25
Pengeringan pada intinya adalah mengeluarkan kandungan air di dalam

pakan menjadi kurang dari 14%, sesuai dengan syarat mutu pakan ternak pada

umumnya. Proses pengeringan perlu dilakukan apabila pencetakan dilakukan

dengan mesin sederhana. Jika pencetakan dilakukan dengan mesin pellet sistem

kering, cukup dikering anginkan saja hingga uap panasnya hilang, sehingga pellet

menjadi kering dan tidak mudah berubah kembali ke bentuk tepung.

Proses pengeringan bisa dilakukan dengan penjemuran di bawah terik

sinar matahari atau menggunakan mesin. Keduanya memiliki kelebihan dan

kekurangan. Penjemuran secara alami tentu sangat tergantung kepada cuaca,

higienitas atau kebersihan pakan harus dijaga dengan baik, jangan sampai

tercemar debu atau kotoran dan gangguan hewan atau unggas yang dikhawatirkan

akan membawa penyakit. Jika alat yang digunakan mesin pengering, tentu akan

memerlukan biaya investasi dan biaya operasional yang cukup tinggi.

c. Perlakuan akhir

Penentuan ukuran pellet disesuaikan dengan jenis ternak.

26
BAB III
MATERI DAN METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari sabtu, 27 April 2019 Pukul 08.00
WITA – selesai di Teaching Farm Desa Lingsar kecamatan Narmada kabupaten
Lombok Barat.
3.2. Materi Praktikum
3.2.1. Alat
8. Timbangan analitik
9. Bak
10. Mesin pellet
11. Kantong plastic
12. Terpal
13. Spidol
14. Kresek
3.2.2. Bahan
5. Jagung
6. Dedak halus
7. Konsentrat layer
8. Top mix
9. Air
10. Kanji
3.3. Metode Praktikum
7. Membuat formulasi ransum dengan kandungan zat gizi sesuai kebutuhan ternak
8. Menyiapkan bahan baku pakan yang akan digunakan dan kontrol kualitas
bahan baku secara kualitatif atau organoleptik
9. Menyiapkan semua peralatan yang akan digunakan
10. Menimbang semua bahan baku yang digunakan.
11. Pencampuran
Bahan baku yang sudah ditimbang seperti jagung dan konsentrat layer
dapat langsung dicampur sedangkan premix mineral atau vitamin sebelum
dicampur dengan bahan lain, dicampur dengan bahan yang mempunyai sifat
karier/pembawa yaitu dedak padi.
27
Cara mencampur premix dengan dedak adalah:
d. Mencampur premix dengan dedak dengan perbandingan 1 : 2
e. Gandakan campuran premix dengan dedak (1 : 2) dengan dedak sampai
dedaknya habis
f. Mencampur hasil campuran premix dengan campuran bahan lainnya
sampai homogeny.
g. Campuran dapat dikatakan homogeny apabila tidak ada perbedaan warna
atau bahan baku yang satu dengan lainnya sulit dibedakan. Bila
menggunakan bahan baku dalam bentuk cair seperti minyak kelapa maka
minyak kelapa dapat dicampur dengan cara menyemprotkannya pada
campuran bahan baku. Bila hasil campuran sudah homogen, tambahkan
secukupnya bahan perekat berupa larutan kanji.
12. Pemeletan (pelleting)
Bahan baku yang telah mengalami penggilingan, penimbangan,
pencampuran, dan pemadatan dimasukkan kedalam mesin pellet untuk dicetak
dengan ukuran sesuai dengan yang telah ditentukan.
Cara menggunakan mesin pellet:
a. Memeriksa kondisi mesin pellet
b. Memasang ring mesin pellet sesuai dengan yang diinginkan
c. Masukkan bahan yang sudah tercampur homogeny kedalam mesin pellet
lewat corong mesin
d. Pakan bentuk pellet yang dihasilkan ditampung kemudian dikeringkan
sampai kadar airnya 10-13 %.

28
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3. Hasil Praktiukum

Gambar 2. Pakan berbentuk Pellet

Tabel 2. Kandungan Nutrisi Pakan Bentuk Pellet


Kandungan Nutrisi
Level Jumlah
Bahan PK LK Ca P
(%) (gram)
(gram) (gram) (gram) (gram)
Tepung Jagung 52,74 2650 284,8 123,939 0,53 0,79
Dedak padi
30,26 1500 201,23 137,683 1,51 22,85
halus
Konsentrat layer 16 800 264,00 56,00 96,00 120,00
Top mix 1 50 0,00 0,00 0,00 0,00
Total 100 5006 750,025 317,622 98,040 143,637
Keterangan: Kandungan nutrisi dihitung berdasarkan kandungan masing-
masing bahan baku pakan.

4.2. Pembahasan
Pembuatan pakan ternak biasanya memerlukan pertimbangan terkait
kebutuhan nutrisi ternak, kandungan zat pakan dan nilai ekonomisnya.
Pertimbangan yang baik diharapkan dapat memberikan keuntungan yang
maksimal pada usaha pemeliharaan ternak. Pembuatan pakan bentuk pellet
mampunyai kelebihan dibandingkan bentuk pakan lain, terutama mencegah
pakan yang tercecer dan menjamin ketersediaan nutrisi bagi ternak.
Bentuk pakan pellet merupakan bentuk pakan yang merupakan
perkembangan dari bentuk tepung komplit yang dimana dibentuk dengan prinsip
penekanan atau melalui ring mesin pencetak pakan. Ukuran dari ring mesin

29
pencetak dapat disesuaikan dengan jenis ternak yang diberikan, umur atau
kebutuhan ternak.
4.3.1. Bahan Baku Pakan
Pembuatan pakan ini melibatkan beberapa bahan baku penting,
diantaranya:
1. Tepung agung
Jagung merupakan salah satu bahan baku pakan yang sudah
sering digunakan pada pembuatan pakan ternak. Jagung merupakan
salah satu bahan baku pakan sumber energi yang level penggunaannya
sebanyak 2650 g dari jumlah pakan yag dibuat. Kualitas jagung secara
organoleptik dapat ditentukan dengan memeriksa aroma, warna dan
tekstur. Jagung yang digunakan mampunyai aroma yang segar (baik),
warna kuning dan tekstur yang halus atau berbentuk tepung (mash).
Pada praktikum yang kami lakukan tepung jagung tidak digiling halus
sehingga pada saat menghomogenkan semua bahan, tepung jagung
masih terlihat dan bahan tidak homogeny secara sempurna.
2. Dedak Padi
Dedak padi merupakan salah satu bahan baku pakan yang
digunakan sebagai sumber energi didalam pakan dengan level
penggunaan sebanyak 1500 gram. Dedak padi yang digunakan
mampunyai kualitas secara organoleptik yaitu warna cerah kecokelat-
cokelatan, aroma segar, tekstur halus (berbentuk tepung) dan tidak
menggumpal.
3. Konsentrat Layer
Konsentrat layer digunakan sebagai sumber protein dalam
pakan untuk melengkapi zat-zat nutrisi lainnya supaya seimbang
(Hartadi et al., 1991). Konsentrat layer yang digunakan mampunyai
aroma yang masih segar, warna cokelat cerah dan tekstur halus dengan
sedikit butir-butiran kecil.
4. Bahan Pakan Pelengkap
Adapun bahan pakan pelengkap yang digunakan adalah top mix
yang menyediakan mineral, vitamin dan asam-asam amino dalam
jumlah imbangan yang dibutuhkan. Selain itu, bahan pelengkap yang

30
digunakan adalah kanji yang berfungsi sebagai perekat pakan agar
membentuk struktur pellet yang kompak.
4.3.2. Proses Pembuatan Pakan Bentuk Pellet
Pembuatan pellet terdiri dari proses percetakan, pendinginan dan
pengeringan. Perlakuan akhir terdiri dari prosen sortasi, pengepakan dan
pergudangan. Menurut Pfost (1964), proses penting dalam pembuatan
pellet adalah pencampuran (mixing), pengaliran uap (conditioning),
pencentakan (extrunding) dan pendinginan (cooling).
Pada pembuatan pakan bentuk pellet sekala kecil masih
menggunakan mesin yang lebih sederhana dan prosesnya juga banyak
melibatkan campur tangan manusia. Berikut ini akan dijelaskan proses
pembuatan pakan bentuk pellet, antara lain:
1. Persiapan bahan baku
Bahan-bahan baku yang digunakan harus digiling terlebih
dahulu agar mempermudah proses pencampuran. Adapun bahan baku
yang digunakan antara lain jagung, dedak padi halus, konsetrat layer,
top mix dan kanji.
2. Persiapan peralatan
Peralatan yang digunakan perlu diperiksa terlebih dahulu untuk
menjamin keamanan alat pada saat digunakan. Alat yang sudah
diperiksa siap digunakan untuk proses pembuatan pakan bentuk pellet.
Adapun alat yang digunakan, yaitu: timbangan biasa, timbangan
analitik, ember, terpal, karung, mangkuk plastik dan kantong plastik.
3. Membuat formulasi ransum
Prinsip formulasi ransum adalah mencari imbangan dari zat
nutrisi pakan agar sesuai dengan kebutuhan nutrisi ternak. Ada beberpa
metode yang biasanya digunakan untuk membuat formulasi yaitu
metode bujur sangkar (pearson square methode), metode coba-coba
(trial and error methode), metode exact, metode aljabar dan metode
program komputer (Suprijatna et al., 2005).
Aspek yang perlu diperhatikan dalam membuat formulasi
pakan adalah ketersediaan bahan pakan, kualitas pada bahan pakan,
harga bahan pakan, banyaknya bahan pakan yang dapat digunakan

31
dalam formula pakan, jenis unggas, dan juga umur unggas (Rahayu et
al., 2011).
4. Penimbangan
Setelah imbangan level bahan baku yang digunakan selesai,
selanjutnya menimbang masing-masing bahan yang digunakan.
Timbangan biasa digunakan untuk menimbang bahan baku pakan yang
level penggunaannya besar dan timbangan analitik digunakan untuk
menimbang bahan pelengkap yang level penggunaannya sedikit.
Jumlah total pakan yang dibuat sebanyak 5006 g yang terdiri dari 2650
g jagung, 1500 g dedak padi, 800 g konsentrat layer, 50 g top mix.
5. Pencampuran
Bahan baku yang sudah ditimbang seperti jagung dan
konsentrat layer dapat langsung dicampur sedangkan premix mineral
atau vitamin sebelum dicampur dengan bahan lain, dicampur dengan
bahan yang mempunyai sifat karier/pembawa yaitu dedak padi. Top
mix dicampur dengan dedak padi dengan perbandingan 1 : 2.
Campuran tersebut digandakan sampai dedak habis. Campuran dedak
dengan top mix dicampur dengan bahan baku yang lainnya sampai
homogen.
Campuran dapat dikatakan homogeny apabila tidak ada
perbedaan warna atau bahan baku yang satu dengan lainnya sulit
dibedakan. Bila menggunakan bahan baku dalam bentuk cair seperti
minyak kelapa maka minyak kelapa dapat dicampur dengan cara
menyemprotkannya pada campuran bahan baku. Bila hasil campuran
sudah homogen, tambahkan secukupnya bahan perekat berupa larutan
kanji.
6. Pencetakan pellet (pelleting)
Campuran tepung komplit dari berbagai bahan pakan tersebut
dicampur dengan kanji yang telah dilarutkan dengan air. Pemberian
perekat pada pembuatan pellet adalah 4 gelas atau 880 mL.
Campuran yang sudah diberikan perekat dapat dimasukan
kedalam mesin pencetak pellet (pelleting). Mesin pencetak pellet yang
digunakan adalah mesin pencetak pellet tipe vertikal artinya pakan

32
mengalir dari atas ke bawah didalam mesin. Mesin ini mampunyai
Kapasitas 100 kg/jam.
7. Pengeringan
Setelah terbentuk pellet, maka proses selanjutnya adalah
melakukan pengeringan dengan cara diangin-anginkan agar kadar air
berkurang sampai 10-15%. Maksud dari pengeringan ini adalah
menjamin kualitas pakan tetap bagus selama proses penyimpanan.
Selain proses diatas, sebenarnya ada proses lanjutan yang biasanya
digunakan oleh industri pakan ternak sekala besar. Proses tersebut
adalah pengemasan (packing).
4.3.3. Kualitas Pakan yang Dibuat
Kualitas pakan (ransum) yang dibuat dapat diuji dengan uji
organoleptik dan uji kualitas nutrisi berdasarkan perhitungan formulasinya.
Berdasarkan uji organoleptik, pakan yang dibuat mampunyai aroma segar,
warna kekuningan dan tekstur berbentuk pellet. Tekstur dari pakan yang
dibuat sebenarnya masih kurang bagus, hal ini tentunya didasari pada saat
pengamatan banyak terdapat pellet yang hancur atau kembali membentuk
tepung. Kualitas pellet yang jelek disebabkan karena:
1. Penggunaan bahan perekat
Perekat yang digunakan sesuai dengan pakan yang di buat yaitu
800 mL, penggunaan perekat 800 mL bertujuan agar pakan merekat
sempurna dan pakan yang dibuat tidak terlalu encer.
2. Air
Air berfungsi untuk melembabkan campuran bahan pakan dan
mempermudah tercampurnya bahan perekat dengan campuran bahan
pakan. Rendahnya kualitas pellet yang dihasilkan kemungkinan
disebabkan karena penggunaan air yang masih belum cukup dan
semestinya harus ditambahkan lagi sampai pellet yang dihasilkan
semakin bagus. Penggunaan air yang direkomendasikan pada pakan
adalah 12-20% dari jumlah pakan yang dibuat. Tetapi, kemungkinan
air yang digunakan pada pembuatan pakan ini masih belum mencapai
12-20% dari pakan yang dibuat.
Selain kontrol kualitas dengan cara uji organoleptik, kualitas pakan
juga dapat diketahui dengan seberapa banyak zat-zat nutrisi yang
33
terkandung didalamnya. Pakan yang dibuat mampunyai kandungan protein
kasar (PK) 750,025 gram; (LK) 2857 317,622 g; kalsium (Ca) 98,040 g
dan pospor (P) 143,637 g.
Setelah mengetahui kandungan nutrisi dari pakan yang dibuat,
selanjutnya dapat dibandingkan dengan kebutuhan ternak.
4.3.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Pellet
Kualitas pellet merupakan aspek yang penting baik bagi produsen
pakan maupun peternak. Kualitas pellet yang baik membutuhkan
konsekuensi bagi produsen pakan, yaitu berupa tingginya biaya produksi,
tingginya energi dan modal yang dibutuhkan. Bagi peternak unggas,
kualitas pellet yang baik akan menghasilkan konversi pakan yang rendah,
pertambahan bobot badan yang tinggi, dan meminimalkan pakan yang
terbuang (Stark, 2006).
Adapun faktor-faktor yang sangat mempengaruhi kualitas pakan
bentuk pellet, antara lain:
1. Forumulasi atau bahan baku yang digunakan
Bahan pakan yang digunakan menentukan kualitas pellet secara
signifikan. Menurut Wood (1987), pengaruh protein mentah dan
terdenaturasi serta pati jagung mentah dan terdenaturasi sangat
mempengaruhi durabilitas dan kekerasan pellet. Pakan yang terbuat
dari isolate protein seperti kedelai dan jagung tanpa steam conditioning
mampunyai PDI (pellet durability index) 70 sedangkan yang terbuat
dari bahan mentah tinggi serat kasar menghasilkan PDI sebesar 19.
Durability pellet menggambarkan mudah atau tidaknya pellet hancur.
Durabilitas pellet yang tinggi berarti pellet tidak mudah hancur
2. Mesin dan spesifikasi cetakan dari mesin pencetak pellet
Menurut Stevens (1987), 58,3% pati tergelatinisasi saat ransum
mengalami proses pelleting kering dan 25,9% pati tergelatinisasi saat
ransum mengalami steam conditioning hingga 80 ºC. Dari hasil
penelitian tersebut diduga bahwa proses shearing secara mekanik
dalam die (cetakan) alat pellet menyebabkan panas sehingga terjadi
gelatinisasi. Efek pembasahan dari uap menurunkan panas dalam die
(cetakan) sehingga menurunkan gelatinisasi.
3. Bahan perekat
34
Level penggunaan bahan perekat juga menentukan durability
dari pellet yang dibuat. Perekat berfungsi untuk mencegah de-mixing
bahan pakan setelah dicetak. Menurut Salmon (1985), level
penggunaan perekat yang baik adalah 1-2% dari jumlah pakan yang
dibuat. Level penggunaan kanji yang rendah pada pellet menyebabkan
durability pakan juga rendah, artinya pakan mudah hancur membentuk
tepung kembali.

4. Conditioning
Proses kondisioning menyebabkan terjadinya penurunan
kandungan bahan kering sampai 20% mengakibatkan peningkatan
kadar air bahan berkisar 15-18% (Walker, 1984). Kadar air yang lebih
dari 20% akan menurunkan kekentalan larutan gel hasil gelatinisasi.
Efek lain dari proses kondisioning yaitu menguapnya asam lemak
rantai pendek, denaturasi protein, kerusakan vitamin bahkan terjadinya
reaksi Maillard. Reaksi Maillard yaitu polimerisasi gula pereduksi
dengan asam amino primer membentuk senyawa melanoidin berwarna
coklat, proses ini terjadi karna adanya proses pemanasan. Warna coklat
pada bahan ini menurunkan kualitas penampakan warna pellet (Muller,
1988).
5. Ukuran partikel pellet
Ukuran partikel pakan juga mempengaruhi kualitas pakan
bentuk pellet, namun secara statistik tidak berbeda secara signifikan.
Ada beberapa ukuran cetakan yaitu pellet yang kasar (1,023 μ),
medium (794 μ), atau halus (551 μ).
6. Pendinginan atau pengeringan
Proses pendinginan (cooling) merupakan proses penurunan
temperatur pellet dengan menggunakan aliran udara sehinga pellet
menjadi lebih kering dan keras. Proses ini meliputi pendinginan
butiran-butiran pellet yang sudah terbetuk, agar kuat dan tidak mudah
pecah. Pengerigan dan pendinginan dilakukan pada tahap ini untuk
menghindari pellet itu dari serangan jamur selama penyimpanan.
Pengeringan pada intinya adalah mengeluarkan kandungan air
di dalam pakan menjadi kurang dari 14%, sesuai dengan syarat mutu
35
pakan ternak pada umumnya. Proses pengeringan perlu dilakukan
apabila pencetakan dilakukan dengan mesin sederhana. Jika
pencetakan dilakukan dengan mesin pellet sistem kering, cukup
dikering anginkan saja hingga uap panasnya hilang, sehingga pellet
menjadi kering tidak mudah berubah kembali ke bentuk tepug (Pfost,
1964).

36
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Pakan bentuk pellet merupakan perkembangan dari pakan bentuk
tepung komplit yang diproses dengan prinsip penekanan campuran bahan pakan
atau melalui lubang kecil atau ring mesin pencetak pellet yang ukurannya sesuai
dengan yang diinginakan atau sesuai dengan jenis dan umur ternak yang
diberikan.
Berdasarkan praktikum yang telah kami lakukan alat yang kami
gunakan adalah mesin pellet dengan Kapasitas 100 kg/jam. Adapun proses
pembutan pakan berbentuk pellet dilakukan dengan tahap Persiapan bahan baku,
persiapan peralatan, membuat formulasi, penimbangan bahan baku,
pencampuran, pencetakan pellet (pelleting), dan pengeringan.

5.2. Saran
3. Sebaiknya jumlah perekat (kanji) ditambah level penggunaannya untuk
menghasilkan pakan pellet yang lebih kompak dan partikelnya tidak hancur.
4. Air yang digunakan juga semestinya ditambahkan guna memperoleh pakan
yang lebih berkualitas.

37
DAFTAR PUSTAKA

Akoso, T. B. 1996. Kesehatan Sapi. Kanisius. Yogyakarta.

Amrullah, I. K., 2011. Nutrisi Ayam Broiler. Ed ke-1.Penerbit Lembaga Satu Gunung Budi.
Bogor.

Ensminger M. E., Oldfield J. E. Heinemann W. 1990. Feed Nutrition. 2nd ed. Clovis (USA):
Ensminger Publishing Co.

Goldsworthy, P. R. dan R. L. Fisher. 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya. Diterjemahkan oleh


Tohari. Universitas Indonesia Press. Jakarta NRC, 1994.

Hartadi, H., S. Reksodiprodjo dan A. D. Tilman. 1991. Tabel Komposisi Bahan Makanan Ternak
Untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Holcomb, G., H. Kiesling, and G. Lofgreen, 1984. Digestibility of Diets and Performance by
Steers Feed Varying Energy and Protein Level in Feedlot Receiving Program. Livestock
Research Beefs and Cattle Growers Shorts Course. New Mexico State University.
Mexico.

McDonald P., Edwards, R. A., Greenhalgh, J. F. D., 2002. Animal Nutrition. 6th Edition.
Longman, London and New York. 543 p.

Muller, 1988. Microscopy : Fast QA to Characteristics Raw Marerials. Feed International.


October 1988:28-29.

NRC, 1993. Nutrient Requirements of Fish. Washington, DC: The National Academies Press.

NRC. 1994. Nutrient Requirements of Poultry. Ed Rev ke-9. Washington DC: Academy Press.

Pforst. 1965. Moisture in Feed and Feed Product : It Is Not Just Water. Feed Management.
September 1964. Vol 54(7).

Rahayu, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawiro Kusuma, dan S. Lebdosoekoekojo.


2011. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press,Yogyakarta.

Rasyaf, M. 2004. Makanan Ayam Broiler. Penebar Swadaya. Jakarta.

Rasyaf, M. 2011. Metode Kuantitatif. Industri Ransum Ternak. Kanisius. Yogyakarta.

Resnawati, H. 2001. Evaluasi potensi sumber pakan lokal dan sistem kelembagaan dalam
mendukung keberlangsungan usaha ayam buras. hlm. 21–28. Prosiding Hasil Penelitian
Bagian Proyek Rekayasa Teknologi Peternakan ARMP-II Tahun 1999/2000. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor.

38
Rubatzky,V. E dan Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia, Prinsip, Produksi, dan Gizi, alih bahasa
Catur Herison. ITB Press. Bandung.

Sinurat, A.P. 1991. Penyusunan Ransum Ayam Buras. Wartazoa 2: 1 – 4.

Stark. 2006. A General Respository For Interanction Datasets. Nucleic Acid Res 34 (Database
Issue) : D535-9.

Steven D. H. 1981. Purchasing and receiving operation step 1 in feed quality and mill profits
Feed and Feeding digest.May 15 Vol. 54 (2).

Suprijatna, E., U. Atmomarsono dan R. Kartasudjana. 2008. Ilmu Dasar Ternak Unggas.
Penebar Swadaya, Jakarta.

Suprijatna S. M. Soetomo j. Karludin A.D. 2005. Nutrisi Ternak I. Laboratorium Makanan


Ternak Jurusan Nutrisi Makanan Ternak. Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta.

Tangendjaja, B., S. Rachmawati and E. Wina. 2008. Origins and factors associated with
mycotoxins level in corn used as animal feed in Indonesia. IJAS (in print).

Vanschoubrock, F., Coucke, L. and van Spaendonck. R., 1971. The Spaendock. R., 1971. The
quantitative effect of pelleting feed on the performance of piglets and fattening pigs,
Nutr. Abstr. Rev., 41:1-9.

Walker. 1984. Grain Sampling Prosedures. USDA. GIPSA Tehnical Service Division. Kansas
City.

Wang, Chu-Kia dan Charles G. Salmon. 1985. Reinforced Concrete Design 1, Fourth Edition.
Harper & Row, Inc. Diterjemahkan : Binsar Hariandja. 1992. Disain Beton Bertulang
Edisi Keempat Jilid 1. Erlangga. Jakarta.

Wood, G.A.R., 1987. From Harvest To Store. In Cocoa Fourth Editian. Longman Scientific and
Technical. Copublished in The United State with John Willey and Sons. Inc, New York.

39
LAMPIRAN

Konsentrat Layer Kanji+air

Dedak Padi Top Mix

Menimbang Pakan

40
Mencampur Semua Bahan Pakan

Proses pemeletan Hasil pemeletan

Proses pengeringan Pakan berbentuk pelet

41

Anda mungkin juga menyukai