PENDAHULUAN
1
Berdasarkan uraian di atas kami melakuka praktikum pembuatan pakan
berbentuk mash agar mahasiswa mampu memahami jenis, fungsi dan cara
menggunakan peralatan yang digunakan dalam pembuatan pakan berbentuk
tepung, dan memahami dengan jelas bagaimana proses pembuatan pakan unggas
khususnya ayam kampung fase layer dalam bentuk mash.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ayam
Ayam piaraan yang ada saat ini, konon dulu berasal dari ayam liar di sekitar
India Tengah dan Selatan, Himalaya, Terai Assam, Myanmar (Birma), Thailand,
Srilangka dan hampir semua daerah di Asia Tenggara. Dalam sejarah dunia
perunggasan, ayam liar dikenal dalam empat species, yaitu Gallus Gallus, Gallus
Lafayettii, Gallus Sonneratii,dan Gallus varius (Abdul, 2006).
Hal yang harus diperhatikan mengenai pakan yaitu pakan tidak boleh
disimpan dalam 2 minggu, tempat penyimpanan pakan sebaiknya kering (tidak
lembap). Apabila pakan dibeli di pabrik sebaiknya dipastikan pabrik tersebut
memproduksi pakan dengan kualitas yang baik . Kualitas pakan dapat
3
menentukan kualitas ternak . Jika pakan disimpan dalam wadah, sebaiknya wadah
tersebut ditutup rapat dan tidak ada udara yang masuk. Pakan yang
terkontaminasi udara lembap akan berjamur .
Bahan pakan adalah (bahan makanan ternak) adalah segalah sesuatu yang
dapat diberikan kepada ternak baik yang berupa bahan organik maupun anorganik
yang sebagian atau semuanya dapat dicerna tanpa mengganggu kesehatan ternak.
Bahan pakan terdiri dari bahan organik dan anorganik. Bahan organik yang
terkandung dalam bahan pakan, protein, lemak, serat kasar, bahan ekstrak tanpa
nitrogen, sedang bahan anorganik seperti calsium, phospor, magnesium, kalium,
natrium. Kandungan bahan organik ini dapat diketahui dengan melakukan
analisis proximat dan analisis terhadap vitamin dan mineral untuk masing masing
komponen vitamin dan mineral yang terkandung didalam bahan yang dilakukan
di laboratorium dengan teknik dan alat yang spesifik. Bahan dibagi menjadi dua
bagian yaitu bahan pakan konvensional dan bahan pakan subtitusi. Bahan pakan
konvensional adalah bahan baku yang sering digunakan dalam pakan yang
biasanya mempunyai kandungan nutrisi yang cukup (misalnya Protein) dan
disukai ternak. Bahan pakan konvensional merupakan bahan makro , serta
jagung, bungkil kedelai,gandung,tepung ikan dan bahan lainnya. Bahan baku
yang berasal dari bahan yang belum banyak dimanfaatkan sebagai bahan dari
hasil ikutan industri agro atau peternakan dan perikana. pakan dari kandungan
nutrisinya masih memadai untuk diolah menjadi pakan. Bahan pakan ini biasanya
berasal dari ikutan industri agro atau peternakan dan perikanan (Anonim. 2015).
4
2.4. Jagung
Jagung merupakan pakan yang sangat baik untuk ternak. Jagung sangat
disukai ternak dan pemakaiannya dalam ransum tidak ada pembatasan, kecuali
untuk ternak yang akan dipakai sebagai bibit. Pemakaian yang berlebihan untuk
ternak ini dapat menyebabakan kelebihan lemak. Jagung tidak mempunyai anti
nutrisi dan sifat pencahar. Walaupun demikian, pemakaian dalam ransum ternak
terutama untuk bibit perlu dibatasi karena penggunaan jagung yang tinggi dapat
mengakibatkan sulitnya ternak untuk berproduksi. Disamping itu penggunaannya
pada ternak muda yang akan dipakai bibit perlu dibatasi karena selain tidak
ekonomis, juga disebabkan penggunaan yang terlampau tinggi dapat menyulitkan
ternak tersebut untuk berproduksi.
5
dedak kasar, 26.99% dedak halus, 3% bekatul dan 1 -17% menir dapat dihasilkan
dari berat gabah kering. Dedak padi cukup disenangi ternak. Pemakaian dedak
padi dalam ransum ternak umumnya sampai 25% dari campuran konsentrat.
Walaupun tidak mengandung zat antinutrisi, pembatasan dilakukan karena
pemakaian dedak padi dalam jumlah besar dapat menyebabkan susahnya
pengosongan saluran pencernaan karena sifat pencahar pada dedak. Pemakaian
dedak padi dalam jumlah besar dalam campuran konsentrat dapat memungkinkan
ransum tersebut mudah mengalami ketengikan selama penyimpanan. Secara
kualitatif, kualitas dedak padi dapat diuji dengan menggunakan bulk density
ataupun uji apung. Bulk density dedak padi yang baik adalah 337.2 – 350.7 g/l.
Semakin banyak dedak padi yang mengapung, semakin buruk kualitas dedak padi
tersebut. Selain itu, uji organoleptik seperti tekstur, rasa, warna, bau dan uji
sekam (flouroglusinol) dapat dipakai untuk mengetahui kualitas dedak padi yang
baik. Bau tengik merupakan indikasi yang baik untuk dedak yang mengalami
kerusakan.
Ransum adalah pakan jadi yang siap diberikan pada ternak yang disusun
dari berbagai jenis bahan pakan yang sudah dihitung (dikalkulasi) sebelumnya
berdasarkan kebutuhan industri dan energi yang diperlukan. Berdasarkan
bentuknya ransum dibagi menjadi 3 jenis : yaitu mash, pellet,dan crumble. Mash
adalah bentuk ransum yang paling sederhana yang merupakan campuran serbuk
(tepung) dan granula (Ely. 2018).
Bentuk ini merupakan bentuk ransum yang umum terlihat. Bahan yang
dipilih menjadi ransum digiling halus kemudian dicampur menjadi satu. Ransum
6
bentuk ini menyebabkan ayam tidak bisa memilih bahan pakan yang disenangi.
Hal ini berdasarkan sifat dan cara makan ayam yang lebih gemar memakan pakan
yang berbentu butiran dan berwarna. Oleh karena itu ransum yang berbentuk
tepung kurang disukai ayam. Bentuk ransum yang halus ini memiliki keuntungan
lain, yaitu mudah diserap usus ayam sehingga efisiensinya lebih baik. Ransum
bentuk ini dapat digunakan untuk semua umur dan harganya lebih murah (Ely.
2018).
7
BAB III
MATERI DAN METODE PRAKTIKUM
9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2. Pembahasan
Pakan adalah makanan/asupan yang diberikan kepada hewan ternak
(peliharaan). Istilah ini diadopsi dari bahasa Jawa. Pakan merupakan sumber
energi dan materi bagi pertumbuhan dan dan kehidupan makhluk hidup. Zat
yang terpenting dalam pakan adalah protein . Pakan berkualitas adalah pakan
yang kandungan protein, lemak, karbohidrat, mineral dan vitaminnya seimbang
. Hal yang harus diperhatikan mengenai pakan yaitu pakan tidak boleh
disimpan dalam 2 minggu, tempat penyimpanan pakan sebaiknya kering (tidak
lembap). Apabila pakan dibeli di pabrik sebaiknya dipastikan pabrik tersebut
memproduksi pakan dengan kualitas yang baik . Kualitas pakan dapat
10
menentukan kualitas ternak . Jika pakan disimpan dalam wadah, sebaiknya
wadah tersebut ditutup rapat dan tidak ada udara yang masuk. Pakan yang
terkontaminasi udara lembap akan berjamur .
11
800 gram, dan top mix dengan level 1 % atau 50 gram. Adapun formulasi
ransum yang dibuat adalah kebutuhan ayam kampung fase petelur. Tepung
jagung memiliki PK: 284,80 gram, LK: 123,934 gram, Ca: 0,53 gram, P: 0.79.
Dedak padi halus memiliki PK: 201,23 gram, LK: 137,683 gram, Ca: 1,51
gram, P: 22,85. Konsentrat layer memiliki PK: 264,00 gram, LK: 56,00 gram,
Ca: 96,00 gram, P: 120,00. Top mix memiliki PK: 0,00 gram, LK: 0,00 gram,
Ca: 0,00 gram, P: 0,00 gram. Semua bahan baku tersebut di homogenkan.
Pada pakan bentuk mash yang telah kami buat tingkat homogennya
rendah hal ini dikarenakan tepung jagung tidak digiling secara halus sehingga
kita masih bisa membedakan tepung jagung dengan bahan lainnya. Mash
memiliki warna kuning pucat dengan tekstur yang kurang halus dan aroma khas
pakan unggas.
12
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Pakan bentuk mash merupakan bahan yang digiling halus kemudian
dicampur menjadi satu. ransum bentuk ini menyebabkan ayam tidak bisa memilih
bahan pakan yang disenangi. Hal ini berdasarkan sifat dan cara makan ayam yang
lebih gemar memakan pakan yang berbentu butiran dan berwarna. Oleh karena
itu ransum yang berbentuk tepung kurang disukai ayam. Bentuk ransum yang
halus ini memiliki keuntungan lain, yaitu mudah diserap usus ayam sehingga
efisiensinya lebih baik. Ransum bentuk ini dapat digunakan untuk semua umur
dan harganya lebih murah
Berdasarkan praktikum yang telah kami lakukan proses pembuatan
mash dilakukan dengan cara menghomogenkan semua bahan baku yang telah
disusun berdasarkan formulasi ransum. Adapun warna yang dimiliki adalah
kuning pucat dengan aroma khas pakan unggas.
5.2. Saran
1. Sebaiknya jumlah perekat (kanji) ditambah level penggunaannya untuk
menghasilkan pakan pellet yang lebih kompak dan partikelnya tidak hancur.
2. Air yang digunakan juga semestinya ditambahkan guna memperoleh pakan
yang lebih berkualitas.
13
DAFTAR PUSTAKA
14
LAMPIRAN
Top mix
Menimbang Pakan
15
Mencampur Semua Bahan Pakan
16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Keberhasilan usaha peternakan sangat dipengaruhi oleh kualitas dan
kuantitas pakan yang diberikan. Hampir 60-70% biaya produksi digunakan untuk
biaya pengadaan pakan, sehingga manajemen pakan yang baik sangat diperlukan
untuk mencapai efisiensi pakan yang tinggi. Pakan merupakan salah satu
kebutuhan yang sangat essensial dalam usaha pemeliharaan ternak dan
ketersediaannya harus terjamin secara terus-menerus. Ketersediaan pakan akan
berpengaruh secara langsung terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup
ternak yang dipelihara.
Pakan adalah bahan yang dapat dimakan, dicerna dan diserap baik secara
keseluruhan atau sebagian dan tidak menimbulkan keracuan atau tidak
mengganggu kesehatan ternak yang mengkonsumsinya (Amrullah, 2011).
Pembuatan pakan biasanya didasarkan pada pertimbangan kebutuhan nutrisi
ternak, kualitas bahan baku yang digunakan dan nilai ekonomisnya. Dengan
pertimbangan yang baik, dapat dihasilkan pakan buatan yang disukai oleh ternak
dan aman bagi ternak itu sendiri. Salah satu bentuk pakan yang sering diberikan
ke ternak adalah pakan bentuk pellet.
Pakan bentuk pellet merupakan salah satu bentuk pakan yang diberikan
pada unggas. Pakan bentuk pellet merupakan perkembangan dari pakan bentuk
tepung komplit yang diproses dengan prinsip penekanan campuran bahan pakan
atau melalui lubang kecil atau ring mesin pencetak pellet yang ukurannya sesuai
dengan yang diinginakan atau sesuai dengan jenis dan umur ternak yang
diberikan. Pakan bentuk pellet mampunyai densitas yang tinggi dan dapat
meningkatkan konsumsi pakan, mengurangi pakan yang tercecer, serta
mencegah de-mixing yaitu penguraian kembali komponen penyusun pakan
bentuk pellet sehingga konsumsi pakan sesuai dengan standar kebutuhan nutrisi
ternak.
Pakan bentuk pellet yang diberikan ke ayam kampung petelur dinilai baik
tidak hanya dari komponen penyusun bahan baku pakan tersebut melainkan juga
dari seberapa besar komponen yang terkandung dalam pakan yang mampu
diserap dan dimanfaatkan oleh ternak unggas (NRC, 1993). Pellet yang diberikan
ke ternak dapat meningkatkan performans dan konversi pakan lebih rendah
17
dibandingkan pakan bentuk mash. Keunggulan pakan bentuk pellet adalah: (1)
Bulk Density (Kerapatan Tumpukan) lebih tinggi dibandingkan pakan bentuk lain
sehingga daya angkut kendaraan lebih maksimal, (2) Komposisi pellet relative
merata karena pencampuran yang teliti sehingga tidak ada segregasi (pemisahan)
didalamnya (Vanschoubrock et al., 1971).
Berdasarkan uraian diatas, Praktikum pembuatan pakan bentuk pellet
perlu dilakukan agar dapat memahami proses pembuatan pakan bentuk pellet
secara sistematis.
1.2. Tujuan
1. Untuk menjelaskan jenis dan fungsi peralatan yang digunakan dalam
pembuatan pakan dalam bentuk pellet.
2. Untuk mengetahui dan memahami dengan jelas bagaimana proses pembuatan
pakan unggas dalam bentuk pellet.
3. Untuk memahami alur bahan pakan dalam industry pakan ternak.
1.3. Manfaat
1. Dapat mengetahui jenis dan fungsi peralatan yang digunakan dalam
pembuatan pakan dalam bentuk pellet.
2. Dapat memahami proses pembuatan pakan bentuk pellet.
3. Dapat memahami alur bahan pakan dalam industry pakan ternak.
18
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
19
Pigmen cryptoxanthin tersebut berguna dalam pakan unggas sebagai pemberi
warna daging dan kuning telur. Menurut Goldsworthy dan Fischer (1992)
komposisi kimia jagung bervariasi tergantung pada varietas, cara penanaman,
iklim dan tingkat kematangan. Komposisi kimia jagung berubah selama
pertumbuhan.
2. Dedak Padi
Dedak padi adalah by-product utama yang didapatkan dari proses
penggilingan padi. Sedangkan bekatul dihasilkan dari lapisan bagian dalam
biji yang penggunaannya lebih banyak dibandingkan dengan dedak. Hal ini
karena kadar serat yang terkandung lebih rendah dan kandungan ME lebih
tinggi dibandingkan dengan dedak. Namun, ketersediaan bekatul sangat
terbatas karena tidak semua penggilingan padi mengoperasikan mesin
penggiling multiple-stage yang memisahkan bekatul dari dedak.
Dedak padi halus pada umumnya mengandung protein kasar (13,6%),
lemak kasar (15,6%), serat kasar (6,1%), Ca (2,33%), P (1,57%) dan energi
metabolisme (2950 kkal/kg) (NRC, 1994; Resnawati, 2001). Dedak memiliki
kandungan serat kasar dan lemak yang tinggi, fitat dalam ikatan fosfor-fitat
sehingga daya cerna rendah, mudah tengik, dan menggangu penyerapan
kalsium dan penggunaannya harus dibatasi maksimal 30% (Suprijatna et al.,
2008).
3. Konsentrat
Konsentrat adalah suatu bahan pakan yang dipergunakan bersama
bahan pakan lain untuk meningkatkan keserasian nutrisi dari keseluruhan
pakan dan dimaksudkan untuk disatukan dan dicampur sebagai pakan
pelengkap (Hartadi et al., 1991). Konsentrat atau pakan penguat dapat disusun
dari biji-bijian dan limbah hasil proses industri bahan pangan seperti jagung
giling, tepung kedelai, menir, dedak, bekatul, bungkil kelapa, tetes dan umbi.
Peranan konsentrat adalah untuk meningkatkan nilai nutrien yang
rendah agar memenuhi kebutuhan normal hewan untuk tumbuh dan
berkembang secara sehat (Akoso, 1996). Penambahan konsentrat dalam
ransum ternak merupakan suatu usaha untuk mencukupi kebutuhan zat-zat
pakan, sehingga akan diperoleh produksi yang tinggi. Selain itu dengan
penggunaan konsentrat dapat meningkatkan daya cerna bahan kering ransum,
20
pertambahan bobot badan serta efisien dalam penggunaan ransum
(Holcomb et. al., 1984).
21
crumble diharapkan dapat lebih menjamin campuran bahan pakan, termasuk
zat-zat nutrisi di dalam pakan lebih homogen.
3. Pellet
Pellet adalah bentuk masa bahan atau pakan yang dibentuk dengan cara
ditekan dan dipadatkan melalui lubang cetakan secara mekanis. Pelleting
merupakan salah satu metode pengolahan pakan secara mekanik yang banyak
diterapkan di industri pakan unggas, khususnya ayam pedaging umur diatas 3
minggu.
Pakan bentuk pellet merupakan perkembangan dari pakan bentuk
tepung komplit yang diproses dengan prinsip penekanan campuran bahan
pakan atau melalui lubang kecil atau ring mesin pencetak pellet yang
ukurannya sesuai dengan yang diinginakan atau sesuai dengan jenis dan umur
ternak yang diberikan.
2.3. Kualitas Dan Manfaat Pellet
(Hardness) dan ukuran. Kualitas pellet yang baik membutuhkan konsekuensi bagi
produsen pakan, yaitu berupa tingginya biaya produksi, tingginya energi dan
modal yang dibutuhkan. Bagi peternak unggas, kualitas pellet yang baik akan
menghasilkan konversi pakan yang rendah, pertambahan bobot badan yang tinggi,
ukuran partikel (20%), spesifikasi Die (cetakan) dari mesin pellet (15%), dan
22
terjadi karena terjadi peningkatan kecernaan, penurunan pemisahan bahan
penyusun ransum, lebih sedikit energi untuk mencerna pakan, serta peningkatan
secara manual dan atau dengan menggunakan mesin (Feedmill). Pembuatan pakan
yang dipergunakan adalah sekop (Paddle) atau drum yang dirancang dengan
mengunakan prinsip kerja mixer. Cara yang kedua dengan menggunakan mesin.
Mesin pembuat pakan ini terdiri atas mesin-mesin penggiling (Hammer mill),
mesin pencampur (Mixer), dan mesin pembuat pellet. Untuk pembuatan pellet
menggunakan alat blower, boiler, mash bin, cooler, die, screw conveyor, mixer,
Menurut Syamsu (2014), Proses pengolahan pellet terdiri dari 3 tahap, yaitu
a. Proses pendahuluan
bahan pencemar atau kotoran dari bahan yang akan digunakan. Setelah seluruh
bahan baku disiapkan, tahap selanjutnya adalah menggiling bahan baku tersebut.
tepung (mash). Peralatan yang digunakan adalah mesin penggiling atau penghalus
yang bisa digerakkan motor listrik atau motor bakar yang bahan bakarnya bisa
berupa bensin atau solar. Alat ini dikenal dengan nama disk milldan hammer mill.
23
Seluruh bahan yang telah digiling ditimbang dengan menggunakan
bisa menggunakan berbagai macam mesin pengaduk (mixer), tipe vertikal, tipe
horisontal, drum mixer dan mixer yang biasa digunakan untuk mengaduk beton
atau beton molen. Pencampuran bahan – bahan baku pakan bisa juga digunakan
secara manual dengan menggunakan cangkul atau sekop dan beralaskan papan.
dilakukan pre-mixing atau pencampuran awal. Bahan yang dicampur pada tahap
awal meliputi vitamin, mineral, kalsium karbonat, asam amino kristal, pemacu
yaitu minyak kelapa dengan menggunakan sprayer atau penyemprot sambil terus
sebaiknya alat yang digunakan berupa beton molen. Beton molen ini umumnya
mempunyai dua kapasitas volume. Ini berbeda halnya dengan mixer jenis lain
yang mempunyai kapasitas beragam, hingga 1.000 kg campuran pakan setiap kali
pengadukan.
b. Pembuatan pellet
24
pergudangan. Proses penting dalam pembuatan pellet adalah pencampuran
(cooling).
dengan mixer jenis beton molen, proses penguapan dilakukan sambil mengaduk
campuran pakan tersebut. Penguapan tidak boleh dilakukan di atas suhu yang
diizinkan, yaitu sekitar 80°C. Pengukusan dengan suhu terlalu tinggi dalam waktu
yang lama akan merusak atau setidaknya mengurangi kandungan beberapa nutrisi
dalam pakan, khususnya vitamin dan asam amino. Dalam proses pembuatan pakan
peningkatan kadar air bahan dan menguapnya sebagian bahan organik. Proses
bahan campuran pakan di dalam sebuah tabung besi atau baja dengan
menggunakan ulir (Screw) menuju cetakan (Die) berupa pelat berbentuk lingkaran
dengan lubang – lubang berdiameter 2 – 3 mm, sehingga pakan akan keluar dari
cetakan tersebut dalam bentuk pellet. Kelemahan sistem ini adalah diperlukannya
untuk membuat campuran atau adonan pakan menjadi lunak, sehingga bisa keluar
mesin akan macet. Di samping itu, pellet yang keluar dari mesin pencetak
25
Pengeringan pada intinya adalah mengeluarkan kandungan air di dalam
pakan menjadi kurang dari 14%, sesuai dengan syarat mutu pakan ternak pada
dengan mesin sederhana. Jika pencetakan dilakukan dengan mesin pellet sistem
kering, cukup dikering anginkan saja hingga uap panasnya hilang, sehingga pellet
higienitas atau kebersihan pakan harus dijaga dengan baik, jangan sampai
tercemar debu atau kotoran dan gangguan hewan atau unggas yang dikhawatirkan
akan membawa penyakit. Jika alat yang digunakan mesin pengering, tentu akan
c. Perlakuan akhir
26
BAB III
MATERI DAN METODE PRAKTIKUM
28
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2. Pembahasan
Pembuatan pakan ternak biasanya memerlukan pertimbangan terkait
kebutuhan nutrisi ternak, kandungan zat pakan dan nilai ekonomisnya.
Pertimbangan yang baik diharapkan dapat memberikan keuntungan yang
maksimal pada usaha pemeliharaan ternak. Pembuatan pakan bentuk pellet
mampunyai kelebihan dibandingkan bentuk pakan lain, terutama mencegah
pakan yang tercecer dan menjamin ketersediaan nutrisi bagi ternak.
Bentuk pakan pellet merupakan bentuk pakan yang merupakan
perkembangan dari bentuk tepung komplit yang dimana dibentuk dengan prinsip
penekanan atau melalui ring mesin pencetak pakan. Ukuran dari ring mesin
29
pencetak dapat disesuaikan dengan jenis ternak yang diberikan, umur atau
kebutuhan ternak.
4.3.1. Bahan Baku Pakan
Pembuatan pakan ini melibatkan beberapa bahan baku penting,
diantaranya:
1. Tepung agung
Jagung merupakan salah satu bahan baku pakan yang sudah
sering digunakan pada pembuatan pakan ternak. Jagung merupakan
salah satu bahan baku pakan sumber energi yang level penggunaannya
sebanyak 2650 g dari jumlah pakan yag dibuat. Kualitas jagung secara
organoleptik dapat ditentukan dengan memeriksa aroma, warna dan
tekstur. Jagung yang digunakan mampunyai aroma yang segar (baik),
warna kuning dan tekstur yang halus atau berbentuk tepung (mash).
Pada praktikum yang kami lakukan tepung jagung tidak digiling halus
sehingga pada saat menghomogenkan semua bahan, tepung jagung
masih terlihat dan bahan tidak homogeny secara sempurna.
2. Dedak Padi
Dedak padi merupakan salah satu bahan baku pakan yang
digunakan sebagai sumber energi didalam pakan dengan level
penggunaan sebanyak 1500 gram. Dedak padi yang digunakan
mampunyai kualitas secara organoleptik yaitu warna cerah kecokelat-
cokelatan, aroma segar, tekstur halus (berbentuk tepung) dan tidak
menggumpal.
3. Konsentrat Layer
Konsentrat layer digunakan sebagai sumber protein dalam
pakan untuk melengkapi zat-zat nutrisi lainnya supaya seimbang
(Hartadi et al., 1991). Konsentrat layer yang digunakan mampunyai
aroma yang masih segar, warna cokelat cerah dan tekstur halus dengan
sedikit butir-butiran kecil.
4. Bahan Pakan Pelengkap
Adapun bahan pakan pelengkap yang digunakan adalah top mix
yang menyediakan mineral, vitamin dan asam-asam amino dalam
jumlah imbangan yang dibutuhkan. Selain itu, bahan pelengkap yang
30
digunakan adalah kanji yang berfungsi sebagai perekat pakan agar
membentuk struktur pellet yang kompak.
4.3.2. Proses Pembuatan Pakan Bentuk Pellet
Pembuatan pellet terdiri dari proses percetakan, pendinginan dan
pengeringan. Perlakuan akhir terdiri dari prosen sortasi, pengepakan dan
pergudangan. Menurut Pfost (1964), proses penting dalam pembuatan
pellet adalah pencampuran (mixing), pengaliran uap (conditioning),
pencentakan (extrunding) dan pendinginan (cooling).
Pada pembuatan pakan bentuk pellet sekala kecil masih
menggunakan mesin yang lebih sederhana dan prosesnya juga banyak
melibatkan campur tangan manusia. Berikut ini akan dijelaskan proses
pembuatan pakan bentuk pellet, antara lain:
1. Persiapan bahan baku
Bahan-bahan baku yang digunakan harus digiling terlebih
dahulu agar mempermudah proses pencampuran. Adapun bahan baku
yang digunakan antara lain jagung, dedak padi halus, konsetrat layer,
top mix dan kanji.
2. Persiapan peralatan
Peralatan yang digunakan perlu diperiksa terlebih dahulu untuk
menjamin keamanan alat pada saat digunakan. Alat yang sudah
diperiksa siap digunakan untuk proses pembuatan pakan bentuk pellet.
Adapun alat yang digunakan, yaitu: timbangan biasa, timbangan
analitik, ember, terpal, karung, mangkuk plastik dan kantong plastik.
3. Membuat formulasi ransum
Prinsip formulasi ransum adalah mencari imbangan dari zat
nutrisi pakan agar sesuai dengan kebutuhan nutrisi ternak. Ada beberpa
metode yang biasanya digunakan untuk membuat formulasi yaitu
metode bujur sangkar (pearson square methode), metode coba-coba
(trial and error methode), metode exact, metode aljabar dan metode
program komputer (Suprijatna et al., 2005).
Aspek yang perlu diperhatikan dalam membuat formulasi
pakan adalah ketersediaan bahan pakan, kualitas pada bahan pakan,
harga bahan pakan, banyaknya bahan pakan yang dapat digunakan
31
dalam formula pakan, jenis unggas, dan juga umur unggas (Rahayu et
al., 2011).
4. Penimbangan
Setelah imbangan level bahan baku yang digunakan selesai,
selanjutnya menimbang masing-masing bahan yang digunakan.
Timbangan biasa digunakan untuk menimbang bahan baku pakan yang
level penggunaannya besar dan timbangan analitik digunakan untuk
menimbang bahan pelengkap yang level penggunaannya sedikit.
Jumlah total pakan yang dibuat sebanyak 5006 g yang terdiri dari 2650
g jagung, 1500 g dedak padi, 800 g konsentrat layer, 50 g top mix.
5. Pencampuran
Bahan baku yang sudah ditimbang seperti jagung dan
konsentrat layer dapat langsung dicampur sedangkan premix mineral
atau vitamin sebelum dicampur dengan bahan lain, dicampur dengan
bahan yang mempunyai sifat karier/pembawa yaitu dedak padi. Top
mix dicampur dengan dedak padi dengan perbandingan 1 : 2.
Campuran tersebut digandakan sampai dedak habis. Campuran dedak
dengan top mix dicampur dengan bahan baku yang lainnya sampai
homogen.
Campuran dapat dikatakan homogeny apabila tidak ada
perbedaan warna atau bahan baku yang satu dengan lainnya sulit
dibedakan. Bila menggunakan bahan baku dalam bentuk cair seperti
minyak kelapa maka minyak kelapa dapat dicampur dengan cara
menyemprotkannya pada campuran bahan baku. Bila hasil campuran
sudah homogen, tambahkan secukupnya bahan perekat berupa larutan
kanji.
6. Pencetakan pellet (pelleting)
Campuran tepung komplit dari berbagai bahan pakan tersebut
dicampur dengan kanji yang telah dilarutkan dengan air. Pemberian
perekat pada pembuatan pellet adalah 4 gelas atau 880 mL.
Campuran yang sudah diberikan perekat dapat dimasukan
kedalam mesin pencetak pellet (pelleting). Mesin pencetak pellet yang
digunakan adalah mesin pencetak pellet tipe vertikal artinya pakan
32
mengalir dari atas ke bawah didalam mesin. Mesin ini mampunyai
Kapasitas 100 kg/jam.
7. Pengeringan
Setelah terbentuk pellet, maka proses selanjutnya adalah
melakukan pengeringan dengan cara diangin-anginkan agar kadar air
berkurang sampai 10-15%. Maksud dari pengeringan ini adalah
menjamin kualitas pakan tetap bagus selama proses penyimpanan.
Selain proses diatas, sebenarnya ada proses lanjutan yang biasanya
digunakan oleh industri pakan ternak sekala besar. Proses tersebut
adalah pengemasan (packing).
4.3.3. Kualitas Pakan yang Dibuat
Kualitas pakan (ransum) yang dibuat dapat diuji dengan uji
organoleptik dan uji kualitas nutrisi berdasarkan perhitungan formulasinya.
Berdasarkan uji organoleptik, pakan yang dibuat mampunyai aroma segar,
warna kekuningan dan tekstur berbentuk pellet. Tekstur dari pakan yang
dibuat sebenarnya masih kurang bagus, hal ini tentunya didasari pada saat
pengamatan banyak terdapat pellet yang hancur atau kembali membentuk
tepung. Kualitas pellet yang jelek disebabkan karena:
1. Penggunaan bahan perekat
Perekat yang digunakan sesuai dengan pakan yang di buat yaitu
800 mL, penggunaan perekat 800 mL bertujuan agar pakan merekat
sempurna dan pakan yang dibuat tidak terlalu encer.
2. Air
Air berfungsi untuk melembabkan campuran bahan pakan dan
mempermudah tercampurnya bahan perekat dengan campuran bahan
pakan. Rendahnya kualitas pellet yang dihasilkan kemungkinan
disebabkan karena penggunaan air yang masih belum cukup dan
semestinya harus ditambahkan lagi sampai pellet yang dihasilkan
semakin bagus. Penggunaan air yang direkomendasikan pada pakan
adalah 12-20% dari jumlah pakan yang dibuat. Tetapi, kemungkinan
air yang digunakan pada pembuatan pakan ini masih belum mencapai
12-20% dari pakan yang dibuat.
Selain kontrol kualitas dengan cara uji organoleptik, kualitas pakan
juga dapat diketahui dengan seberapa banyak zat-zat nutrisi yang
33
terkandung didalamnya. Pakan yang dibuat mampunyai kandungan protein
kasar (PK) 750,025 gram; (LK) 2857 317,622 g; kalsium (Ca) 98,040 g
dan pospor (P) 143,637 g.
Setelah mengetahui kandungan nutrisi dari pakan yang dibuat,
selanjutnya dapat dibandingkan dengan kebutuhan ternak.
4.3.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Pellet
Kualitas pellet merupakan aspek yang penting baik bagi produsen
pakan maupun peternak. Kualitas pellet yang baik membutuhkan
konsekuensi bagi produsen pakan, yaitu berupa tingginya biaya produksi,
tingginya energi dan modal yang dibutuhkan. Bagi peternak unggas,
kualitas pellet yang baik akan menghasilkan konversi pakan yang rendah,
pertambahan bobot badan yang tinggi, dan meminimalkan pakan yang
terbuang (Stark, 2006).
Adapun faktor-faktor yang sangat mempengaruhi kualitas pakan
bentuk pellet, antara lain:
1. Forumulasi atau bahan baku yang digunakan
Bahan pakan yang digunakan menentukan kualitas pellet secara
signifikan. Menurut Wood (1987), pengaruh protein mentah dan
terdenaturasi serta pati jagung mentah dan terdenaturasi sangat
mempengaruhi durabilitas dan kekerasan pellet. Pakan yang terbuat
dari isolate protein seperti kedelai dan jagung tanpa steam conditioning
mampunyai PDI (pellet durability index) 70 sedangkan yang terbuat
dari bahan mentah tinggi serat kasar menghasilkan PDI sebesar 19.
Durability pellet menggambarkan mudah atau tidaknya pellet hancur.
Durabilitas pellet yang tinggi berarti pellet tidak mudah hancur
2. Mesin dan spesifikasi cetakan dari mesin pencetak pellet
Menurut Stevens (1987), 58,3% pati tergelatinisasi saat ransum
mengalami proses pelleting kering dan 25,9% pati tergelatinisasi saat
ransum mengalami steam conditioning hingga 80 ºC. Dari hasil
penelitian tersebut diduga bahwa proses shearing secara mekanik
dalam die (cetakan) alat pellet menyebabkan panas sehingga terjadi
gelatinisasi. Efek pembasahan dari uap menurunkan panas dalam die
(cetakan) sehingga menurunkan gelatinisasi.
3. Bahan perekat
34
Level penggunaan bahan perekat juga menentukan durability
dari pellet yang dibuat. Perekat berfungsi untuk mencegah de-mixing
bahan pakan setelah dicetak. Menurut Salmon (1985), level
penggunaan perekat yang baik adalah 1-2% dari jumlah pakan yang
dibuat. Level penggunaan kanji yang rendah pada pellet menyebabkan
durability pakan juga rendah, artinya pakan mudah hancur membentuk
tepung kembali.
4. Conditioning
Proses kondisioning menyebabkan terjadinya penurunan
kandungan bahan kering sampai 20% mengakibatkan peningkatan
kadar air bahan berkisar 15-18% (Walker, 1984). Kadar air yang lebih
dari 20% akan menurunkan kekentalan larutan gel hasil gelatinisasi.
Efek lain dari proses kondisioning yaitu menguapnya asam lemak
rantai pendek, denaturasi protein, kerusakan vitamin bahkan terjadinya
reaksi Maillard. Reaksi Maillard yaitu polimerisasi gula pereduksi
dengan asam amino primer membentuk senyawa melanoidin berwarna
coklat, proses ini terjadi karna adanya proses pemanasan. Warna coklat
pada bahan ini menurunkan kualitas penampakan warna pellet (Muller,
1988).
5. Ukuran partikel pellet
Ukuran partikel pakan juga mempengaruhi kualitas pakan
bentuk pellet, namun secara statistik tidak berbeda secara signifikan.
Ada beberapa ukuran cetakan yaitu pellet yang kasar (1,023 μ),
medium (794 μ), atau halus (551 μ).
6. Pendinginan atau pengeringan
Proses pendinginan (cooling) merupakan proses penurunan
temperatur pellet dengan menggunakan aliran udara sehinga pellet
menjadi lebih kering dan keras. Proses ini meliputi pendinginan
butiran-butiran pellet yang sudah terbetuk, agar kuat dan tidak mudah
pecah. Pengerigan dan pendinginan dilakukan pada tahap ini untuk
menghindari pellet itu dari serangan jamur selama penyimpanan.
Pengeringan pada intinya adalah mengeluarkan kandungan air
di dalam pakan menjadi kurang dari 14%, sesuai dengan syarat mutu
35
pakan ternak pada umumnya. Proses pengeringan perlu dilakukan
apabila pencetakan dilakukan dengan mesin sederhana. Jika
pencetakan dilakukan dengan mesin pellet sistem kering, cukup
dikering anginkan saja hingga uap panasnya hilang, sehingga pellet
menjadi kering tidak mudah berubah kembali ke bentuk tepug (Pfost,
1964).
36
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Pakan bentuk pellet merupakan perkembangan dari pakan bentuk
tepung komplit yang diproses dengan prinsip penekanan campuran bahan pakan
atau melalui lubang kecil atau ring mesin pencetak pellet yang ukurannya sesuai
dengan yang diinginakan atau sesuai dengan jenis dan umur ternak yang
diberikan.
Berdasarkan praktikum yang telah kami lakukan alat yang kami
gunakan adalah mesin pellet dengan Kapasitas 100 kg/jam. Adapun proses
pembutan pakan berbentuk pellet dilakukan dengan tahap Persiapan bahan baku,
persiapan peralatan, membuat formulasi, penimbangan bahan baku,
pencampuran, pencetakan pellet (pelleting), dan pengeringan.
5.2. Saran
3. Sebaiknya jumlah perekat (kanji) ditambah level penggunaannya untuk
menghasilkan pakan pellet yang lebih kompak dan partikelnya tidak hancur.
4. Air yang digunakan juga semestinya ditambahkan guna memperoleh pakan
yang lebih berkualitas.
37
DAFTAR PUSTAKA
Amrullah, I. K., 2011. Nutrisi Ayam Broiler. Ed ke-1.Penerbit Lembaga Satu Gunung Budi.
Bogor.
Ensminger M. E., Oldfield J. E. Heinemann W. 1990. Feed Nutrition. 2nd ed. Clovis (USA):
Ensminger Publishing Co.
Hartadi, H., S. Reksodiprodjo dan A. D. Tilman. 1991. Tabel Komposisi Bahan Makanan Ternak
Untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Holcomb, G., H. Kiesling, and G. Lofgreen, 1984. Digestibility of Diets and Performance by
Steers Feed Varying Energy and Protein Level in Feedlot Receiving Program. Livestock
Research Beefs and Cattle Growers Shorts Course. New Mexico State University.
Mexico.
McDonald P., Edwards, R. A., Greenhalgh, J. F. D., 2002. Animal Nutrition. 6th Edition.
Longman, London and New York. 543 p.
NRC, 1993. Nutrient Requirements of Fish. Washington, DC: The National Academies Press.
NRC. 1994. Nutrient Requirements of Poultry. Ed Rev ke-9. Washington DC: Academy Press.
Pforst. 1965. Moisture in Feed and Feed Product : It Is Not Just Water. Feed Management.
September 1964. Vol 54(7).
Resnawati, H. 2001. Evaluasi potensi sumber pakan lokal dan sistem kelembagaan dalam
mendukung keberlangsungan usaha ayam buras. hlm. 21–28. Prosiding Hasil Penelitian
Bagian Proyek Rekayasa Teknologi Peternakan ARMP-II Tahun 1999/2000. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor.
38
Rubatzky,V. E dan Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia, Prinsip, Produksi, dan Gizi, alih bahasa
Catur Herison. ITB Press. Bandung.
Stark. 2006. A General Respository For Interanction Datasets. Nucleic Acid Res 34 (Database
Issue) : D535-9.
Steven D. H. 1981. Purchasing and receiving operation step 1 in feed quality and mill profits
Feed and Feeding digest.May 15 Vol. 54 (2).
Suprijatna, E., U. Atmomarsono dan R. Kartasudjana. 2008. Ilmu Dasar Ternak Unggas.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Tangendjaja, B., S. Rachmawati and E. Wina. 2008. Origins and factors associated with
mycotoxins level in corn used as animal feed in Indonesia. IJAS (in print).
Vanschoubrock, F., Coucke, L. and van Spaendonck. R., 1971. The Spaendock. R., 1971. The
quantitative effect of pelleting feed on the performance of piglets and fattening pigs,
Nutr. Abstr. Rev., 41:1-9.
Walker. 1984. Grain Sampling Prosedures. USDA. GIPSA Tehnical Service Division. Kansas
City.
Wang, Chu-Kia dan Charles G. Salmon. 1985. Reinforced Concrete Design 1, Fourth Edition.
Harper & Row, Inc. Diterjemahkan : Binsar Hariandja. 1992. Disain Beton Bertulang
Edisi Keempat Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Wood, G.A.R., 1987. From Harvest To Store. In Cocoa Fourth Editian. Longman Scientific and
Technical. Copublished in The United State with John Willey and Sons. Inc, New York.
39
LAMPIRAN
Menimbang Pakan
40
Mencampur Semua Bahan Pakan
41