K G WIRYAWAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
Ada banyak cara yang digunakan untuk menentukan kualitas bahan makan
ternak. Secara garis besar penentuan kualitas dapat dilakukan secara fisik, kimia
dan biologis. Seorang ahli kimia dalam menentukan kualitas bahan makanan
ternak akan mempertimbangkan kualitas pakan dari segi kandungan protein,
lemak atau kandungan zat makanan lainnya. Lain halnya dengan ahli nutrisi
mereka selanjutnya akan memikirkan juga kualitas makanan berdasarkan biologis
seperti antara lain kecernaaannya dan nilai biologis lainnya. Lebih luas lagi di
industri makanan ternak, manajer industri pakan akan memikirkan hal lain seperti
daya tahan bila dalam bentuk pellet dan stabilitas air apabila disimpan, sedangkan
manajer peternakan lebih banyak mempertimbangkan pengaruhnya terhadap
produksi dan pertumbuhan ternaknya.
Akhir -akhir ini telah banyak digunakan mikroskop untuk pengawasan mutu
bahan makanan ternak. Mikroskop dapat digunakan sebagai pelengkap analisa
kimia dalam uji cepat untuk penentuan ada tidaknya pemalsuan bahan makanan
2
ternak. Penggunaan mikroskop juga dapat memecahkan masalah untuk bahan
yang mungkin sulit atau tidak mungkin dianalisa secara kimia. Hal lain yang juga
penting adalah untuk mengetahui ada tidaknya kapang dan sporanya dapat
diidentifikasi dengan menggunakan miroskop.
Tujuan Pembelajaran
Setelah memperoleh dan mempelajari mata kuliah ini mahasiswa :
1. Mampu mengerjakan/melakukan uji-uji pakan secara fisik, organoleptik dan
kimiawi.
2. Menyebutkan pakan yang sesuai dengan kelompok pakannya dan
menyebutkan kandungan zat makanan utamanya.
3. Menyebutkan kelemahan/kekurangan/kandungan anti nutrisi pakan-pakan
tertentu.
4. Menyebutkan pakan inkonvensional dan pakan harapan.
Manfaat
Setelah mempelajari PBMT mahasiswa :
1. Mampu memilih pakan yang tepat sesuai dengan tujuan penggunaannya.
2. Mampu mengantisipasi penggunaan pakan yang mengandung anti nutrisi.
3. Mampu memanfaatkan pakan inkonvensional dengan mengantisipasi
kelemahan dan kelebihannya.
3
guna ransum. Bahan-bahan tersebut digolongkan dalam pakan imbuhan (feed
aditif).
Ampas : Residu limbah industri pangan yang telah diambil sarinya melalui
proses pengolahan secara basah (ampas kelapa, ampas kecap, ampas tahu,
ampas bir, ampas ubi kayu/onggok).
Abu / ash / mineral : Sisa pembakaran pakan dalam tungku/tanur 500 – 600
0
C sehingga semua bahan organik terbakar habis.
Analisis proksimat (Proximate analysis ) : Analisa kimiawi pada pakan/bahan
yang berlandaskan cara Weende yang akan menghasilkan air, abu, protein
kasar, lemak dan serat kasar dalam satuan persen.
Analisis Van Soest : Metoda analisa berdasarkan kelarutannya dalam larutan
detergen asam dan detergen netral.
BETN (Bahan Ekstrak Tanpa N) / NFE (Nitrogen Free Extract) : Karbohidrat
bukan serat kasar. Dihitung sebagai selisih kandungan kerbohidrat dengan
serat kasar. Merupakan tolak ukur secara kasar kandungan karbohidrat pada
suatu pakan/ransum.
Bahan kering (Dry Matter) : Pakan bebas air. Dihitung dengan cara 100 –
kadar air, di mana kadar air diukur merupakan persen bobot yang hilang
setelah pemanasan pada suhu 105 0C sampai beratnya tetap.
Bahan makanan ternak / pakan (Feeds, Feedstuff) : Semua bahan yang
dapat dimakan ternak.
4
Bahan organik (Organik matter) : Selisih bahan kering dan abu yang secara
kasar merupakan kandungan karbohidrat, lemak dan protein.
Bahan organik tanpa nitrogen (BOTN) / Non nitrogenous organik matter :
Selisih bahan organik dengan protein kasar yang merupakan gambaran kasar
kandungan karbohidrat dan lemak suatu bahan/pakan.
Dedak (Bran) : Limbah industri penggilingan bijian yang terdiri dari kulit luar
dan sebagian endosperm seperti dedak padi, dedak gandum (pollard), serta
dedak jagung.
Energi bruto / Gross energy (GE) : Jumlah kalori (panas) hasil pembakaran
pakan dalam bom kalorimeter.
Fodder : Hijauan dari kelompok rumput bertekstur kasar seperti jagung dan
sorghum beserta bijinya yang dikeringkan untuk pakan.
Hijauan makanan ternak (Forage) : Pakan yang berasal dari bagian vegetatif
tumbuhan/tanaman dengan kadar serat kasar 18 % dan mengandung energi
tinggi.
Hijauan kering (Hay ) : Hijauan makan ternak (HMT) yang dikeringkan dengan
kadar air biasanya 10 %.
Jerami (Straw) : Hijauan limbah pertanian setelah biji dipanen dengan kadar
serat kasar umumnya tinggi, bisa berasal dari gramineae maupun
leguminoceae.
Karbohidrat : Senyawa C, H dan O bukan lemak. Merupakan selisih BOTN
dan lemak.
Bungkil : Bahan limbah industri minyak seperti bungkil kelapa, bungkil kacang
tanah, bungkil kedele, dll.
Lemak kasar (Ether extract) : Semua senyawa pakan/ransum yang dapat larut
dalam pelarut organik.
Lignin : Bagian serat detergen asam yang tidak larut dalam H2SO4 72 % dan
terbakar habis pada tanur 500 – 600 0C pada metoda analisis Van Soest.
Pakan imbuhan / Feed additive : Zat yang ditambahkan dalam ransum untuk
memperbaiki daya guna ransum yang bersifat bukan zat makanan.
Protein kasar (PK) / Crude protein : Kandungan nitrogen pakan/ransum
dikalikan faktor protein rata -rata (6,25) karena rata-rata nitrogen dalam protein
adalah 16 %, sehingga faktor perkalian protein 100/16 = 6,25. Terdiri dari
asam -asam amino yang saling berikatan (ikatan peptida), amida, amina dan
semua bahan organik yang mengandung Nitrogen.
Ransum (Ration, Diet) : Sejumlah pakan/campuran pakan yang dijatahkan
untuk ternak dalam sehari.
Ransum konsentrat : Campuran pakan yang mengandung serat kasar 18 %
dan tinggi protein.
Selulosa : Rangkaian molekul glukosa dengan ikatan kimia - 1,4 glukosida
dan terdapat dalam tanaman.
Se rat detergen asam (SDA, ADF) : Bagian dinding sel tanaman yang tidak
larut dalam detergen asam pada metoda analisis Van Soest.
Serat kasar (SK) / Crude fiber (CF) : Bagian karbohidrat yang tidak larut
setelah pemasakan berturut-turut, masing-masing 30 menit pada H2SO4 1,25
% (0,255 N) dan NaOH 1,25 % (0,312 N).
Setara protein telur (Chemical score) : Kadar asam amino esensial pembatas
protein suatu bahan dibandingkan dengan asam amino protein telur sebagai
standar.
5
Silase / Silage : Hasil pengawetan hijauan dalam bentuk segar dengan cara
menurunkan pH selama penyimpanan.
Silika (SiO2) / Insoluble ash : Bagian serat detergen asam yang tidak larut
dalam H2SO4 72 % dan tersisa sebagai abu pada pembakaran 500 – 600 0C
pada metoda analisis Van Soest.
Zat makanan (Nutrient) : Zat organik dan inorganik dalam pakan yang
dibutuhkan ternak untuk mempertahankan hidup, memelihara keutuhan
tubuhnya dan mencapai prestasi produksinya.
Pakan tambahan (Feed supplement) : Pakan/campuran pakan yang sangat
tinggi kandungan salah satu zat makanannya, seperti protein suplemen,
mineral suplemen, vitamin suplemen, dll.
Total digestible nutrient (TDN) : Total energi zat makanan pada ternak yang
disetarakan dengan energi dari karbohidrat. Dapat diperoleh secara uji biologis
ataupun perhitungan menggunakan data hasil analisis proksimat.
Asam amino esensial (EAA) : Asam amino yang kerangka karbonnya tidak
cukup/tidak dapat dibuat oleh tubuh sehingga harus cukup tersedia dalam
protein makanan/ransum sehari-hari.
Asam amino pembatas (Limiting amino acid ) : Asam amino esensial yang
paling kurang dalam protein suatu pakan dibandingkan dengan asam amino
tersebut dalam protein telur. Erat kaitannya dengan kualitas protein.
Probiotik : Kultur mikroorganisme yang dapat merangsang/meningkatkan
pertumbuhan dari mikroorganisme saluran pencernaan yang diinginkan.
6
II. BAHAN MAKANAN TERNAK NABATI
Konsentrat adalah pakan yang tinggi kandungan ekstrak tiada nitrogen (Beta-
N) dan rendah kandungan serat kasar (SK) yaitu lebih rendah dari 18%.
Kandungan protein pakan dapat dibagi 2 yaitu : (1) Konsentrat sumber energi, (2)
konsentrat sumber energi da protein.
7
yang rusak. Selain itu uji organoleptik seperti tekstur, rasa, warna, dan bau dapat
dipakai untuk mengetahui kualitas jagung yang baik.
Jagung merupakan butiran yang mempunyai total nutrien tercerna (TDN) dan
net energi (NE) yang tinggi. Kandungan TDN yang tinggi (81.9%) adalah karena :
(1) jagung sangat kaya akan bahan ekstrak tanpa nitrogen (Beta-N) yang hampir
semuanya pati, (2) jagung mengandung lemak yang tinggi dibandingkan semua
butiran kecuali oat, (3) jagung mengandung sangat rendah serat kasar, oleh
karena itu mudah dicerna. Kandungan protein jagung rendah dan defisiensi asam
amino lisin. Dari butiran yang ada, hanya jagung kuning yang mengandung
karoten. Kandungan karoten jagung akanmenurun dan atau hilang selama
penyimpanan.
Dedak padi cukup disenangi ternak. Pemakaian dedak padi dalam ransum
ternak umumnya sampai 25% dari campuran konsentrat. Walaupun tidak
mengandung zat antinutrisi, pembatasan dilakukan karena pemakaian dedak padi
dalam jumlah besar dapat menyebabkan susahnya pengosongan saluran
pencernaan karena sifat pencahar pada dedak. Tambahan lagi pemakaian dedak
padi dalam jumlah besar dalam campuran konsentrat dapat memungkinkan
ransum tersebut mudah mengalami ketengikan selama penyimpanan.
Secara kualitatif kualitas dedak padi dapat diuji dengan menggunakan bulk
density ataupun uji apung. Bulk density dedak padi yang baik adalah 337.2 –
350.7 g/l. Makin banyak dedak padi yang mengapung, makin jelek kualitas dedak
padi tersebut. Selain itu uji organoleptik seperti tekstur, rasa, warna, bau dan uji
8
sekam (flouroglusinol) dapat dipakai untuk mengetahui kualitas dedak padi yang
baik. Bau tengik merupakan indikasi yang baik untuk dedak yang mengalami
kerusakan.
Dedak padi yang berkualitas baik mempunyai protein rata-rata dalam bahan
kering adalah 12.4%, lemak 13.6% dan serat kasar 11.6%. Dedak padi
menyediakan protein yang lebih berkualitas dibandingkan dengan jagung. Dedak
padi kaya akan thiamin dan sangat tingi dalam niasin.
Secara kualitatif kualitas pollard dapat diuji dengan menggunakan uji bulk
density ataupun uji apung. Bulk density pollard adalah 208.7 g/l. Bulk density yang
lebih besar atau lebih kecil dapat berarti adanya kontaminasi atau pemalsuan.
Makin banyak pollard yang mengapung, makin banyak sekam yang terdapat pada
pollard tersebut. Uji flouroglunicol dapat juga dipakai untuk menguji sekam pollard.
Selain itu juga uji organoleptik seperti tekstur, raa, warna dan bau dapat dipakai
untuk mengetahui pollard yang baik. Kualitas pollard secara kuantitatif dapat
dilakukan dilaboratorium dengan mengunakan metode proksimat (tabel 8).
9
Gambar 5. Pollard halus (giling)
Pollard merupakan salah satu pakan ternak yang popular, dan nilai produksi
yang dihasilkan tampaknya lebih besar daripada yang diperkirakan dari
kandungan protein dan kecernaan nilai zat makanannya. Pemberian pollard
biasanya dicampur dengan butiran dan dengan pakan yang kaya protein seperti
bungkil-bungkilan. Pollard mempunyai nilai yang tinggi ketika dipakai lebih dari ¼
bagian konsentrat.
Kualitas protein pollard lebih baik dari jagung, tetapi rendah daripada kualitas
protein bungkil kedelai, susu, ikan dan daging. Pollard kaya akan phospor (P)
feerum (fe) tetapi miskin akan kalsium (Ca). Pollard mengandung 1.29% P, tetapi
hanya mengandung 0.13% Ca. Bagian terbesar dari P ada dalam bentuk phitin
phospor. Pollard tidak mengandung vitamin A atau vitamin, tetapi kaya akan niacin
dan thiamin.
4. Ampas Bir
Bir dibuat dari bahan baku yang terdiri dari gandum, beras dan jagung. Untuk
setiap kilogram bahan baku akan menghasilkan limbah yang sama banyaknya
yaitu satu kilogram. Ampas bir cukup disukai ternak, sedangkan ampas segar
yang telah disimpan tanpa perlakuan yang baik dapat menurunkan palatabilitas.
Ampas bir yang dibuat dari bijian yang tidak mengandung antinutrisi, maka
ampas bir juga tidak mengandung antinutrisi. Ampas bir yang dibuat dari bahan
baku gandum akan mempunyai sifat pencahar, sedangkan bila dipergunakan
butiran lain yang tidak mempunyai sifat pencahar, maka ampas bir yang
dihasilkannya pun tidak mempunyai sifat pencahar.
Secara kualitatif kualitas tepung ampas bir dapat diuji dengan menggunakan
bulk density ataupun uji apung. Selain itu juga organoleptik seperti tekstur, rasa,
warna dan bau dapat dipakai untuk mengetahui kualitas ampas bir, analisa PK
dan SK perlu dilakukan.
10
lemaknya lebih rendah. Kandungan methioninnya hampir sama dengan jagung,
namun lisinnya lebih rendah.
Gambar 6. Shorgum
11
Gambar 7. Pohon Kedelai
Tepung kedelai mengandung protein yang tin ggi dibandingkan dengan bijian
lainnya yang umum dipakai untuk pakan. Kandungan protein kasar rata -rata
tepung kedele adalah 37.9%.
7. Bungkil Kedele
Bungkil kedele merupakan limbah dari industri minyak biji kedele. Bungkil ini
sangat disukai oleh ternak. Namun penggunaannya perlu diperhatikan karena zat
penghambat trypsin mungkin masih tersisa pada bungkil kedele yang diproduksi
dengan pemakaian suhu yang rendah.
12
Gambar 8. Bungkil Kedelai dan Penyimpanannya
8. Ampas Tahu
Ampas tahu merupakan limbah dari pabrik tahu yang jumlahnya bervariasi
tergantung dari proses pembuatan. Jumlah ampas tahu yang dihasilkan berselang
dari 25% sampai 67% dengan rata-rata adalah 39.2%. Ampas ini cukup disukai
ternak terutama yang masih segar.
Ampas tahu berasal dari kedele dan oleh karena itu anti nutrisi yang terdapat
pada ampas tahu adalah sama dengan kedele hanya konsentrasinya lebih sedikit
karena telah mengalami pengolahan. Ampas tahu tidak mempunyai sifat
pencahar. Akan tetapi penanganan ampas tahu segar harus sebaik mungkin,
Penanganan yang tidak baik terhadap ampas tahu segar dapat mengakibattkan
penurunan nilai nutrisi dan juga menurunkan palatabilitas.
Secara kualitatif ampas tahu dapat diuji dengan bulk density. Selain itu uji
oragnoleptik seperti tekstur, rasa, warna dan bau dapat dipakai untuk mengetahui
kualitas ampas tahu yang baik. Kualitas ampas tahu secara kuantitatif dapat
dilakukan dilaboratorium d engan metode proksimat (tabel 8).
13
Gambar 9. Ampas Tahu
Ampas tahu tersedia dalam bentuk basah. Kandungan air ampas tahu tinggi
yaitu sekitar 89.96%. Komposisi kimia ampas tahu bervariasi yang salah satunya
tergantung pada proses pembuatan yang beragam. Ampas tahu sudah banyak
digunakan untuk pakan ternak. Dilapangan ampas tahu digunakan berkisar 12%
sampai 95% dari campuran konsentrat. Berdasarkan perhitungan kadar air yang
ada pada ampas tahu, maka sebaiknya ampas tahu basah tidak diberikan ke
ternak lebih dari 41%. Kandungan TDN ampas tahu berkisar antara 21-24%
tergantung pada cara pengolahan dan kualitas bahan baku.
9. Ampas Kecap
Bahan baku untuk membuat kecap adalah biji kedele. Ampas kecap
dihasilkan sebesar 59.7% dari bahan baku kedele. Ampas ini cukup disukai oleh
ternak.
Ampas kecap berasal dari kedele dan oleh karena itu anti nutrisi yang
terdapat pada ampas kecap adalah sama dengan kedele hanya konsentrasinya
lebih sedikit karena telah mengalami pengolahan. Ampas kecap tidak mempunyai
sifat pencahar. Tetapi perlakuan yang tidak baik terhadap ampas kecap
khususnya ampas kecap segar dapat mengakibatkan tumbuhnya jamur yang
selanjutnya dapat mengakibatkan menurunnya nilai nutrisi ampas tersebut.
Secara kualitatif kualitas ampas kecap dapat diuji dengan menggunakan bulk
density ataupun uji apung. Selain itu uji organoleptik seperti tekstur, rasa, warna
dan bau dapat dipakai untuk mengetahui kualitas ampas kecap yang baik.
Kualitas ampas kecap secara kualitatif dapat dilakukan dilaboratorium dengan
menggunakan metode proksimat (tabel 8).
Ampas kecap masih mempunyai nilai gizi yang baik. Oleh karena itu
dibeberapa daerah ampas kecap masih dipergunakan untuk makanan manusia.
Ampas kecap mempunyai kandungan protein berkisar antara 21-34% tergantung
pada proses pengolahan dan kualitas bahan baku yang digunakan.
14
10. Kacang Tanah (Arachis hypogea)
Produksi per hektar tergantung pada jenis kacang tanah, jenis tanah,
pemupukan dan cuaca. Kacang ini disukai ternak dan merupakan pakan
suplementasi protein dari tumbuhan yang secara luas dipakai untuk ternak.
Goitrogens adalah antinutrisi yang terdapat pada kacang tanah. Anti nutrisi
ini dapat mengakibatkan thyroid membesar. Perlakuan panas dan pemberian
yodium (I) yang cukup merupakan metode yang baik untuk menanggulangi
masalah anti nutrisi ini. Selain kacang tanah mempunyai sifat pencahar, sehingga
perlu pembatasan penggunaannya dalam ransum.
Meskipun kacang tanah yang tidak dikuliti mengandung serat kasar tinggi,
mereka mempunyai TDN yang tinggi karena tingginya kandungan lemak (36%).
Seperti kedele, kacang tanah juga defisien dalam carotin, vitamin D, kalsium (Ca)
dan mengandung phospor yang tidak terlalu tinggi.
Secara kualitatif kualitas bungkil kacang tanah dapat diuji dengan uji bulk
density ataupun uji apung. Bulk density bungkil kacang tanah adalah 465.6 g/l.
Selain itu juga uji organoleptik seperti tekstur, rasa, warna dan bau dapat dipakai
untuk mengetahui kualitas bungkil kacang tanah yang baik. Uji sekam dengan
flouroglucinol dapat juga dilakukan. Kualitas bungkil kacang tanah secara
kuantitatif dapat dilakukan dilaboratorium dengan menggunakan metode
proksimat (tabel 8).
15
Bungkil kacang tanah mengandung protein sekitar 46.62% dan serat kasar
5.5%. Bila serat kasar lebih tinggi maka telah terjadi pemalsuan sekam dan
karena itu produk tersebut tidak dapat disebut bungkil kacang tanah tetapi bungkil
kacang tanah dan sekam.
Bungkil kacang tanah mempunyai protein tercerna (DP) 42.4% dan TDN
84.5%. Nilai ini lebih tinggi dari bungkil kedele. Bungkil kacang tanah dan sekam
mengandung protein kasar (PK) 41%, protein tercerna 36.6% dan total nutrien
tercerna (TDN) 73.3% lebih tinggi dari PK, DP dan TDN bungkil biji kapas.
Kualitas protein bungkil kacang tanah adalah baik dan hampir sama dengan
bungkil kedele. Tetapi bungkil kacang tanah biasanya mengandung lisin yang
lebih rendah daripada bungkil kedele. Bungkil kacang tanah mengandung kalsium
(Ca) yang rendah dan kandungan phospornya (P) adalah setengah dari
kandungan bungkil biji kapas. Selain itu bungkil kacang tanah kurang karotin,
vitamin D, thiamin, riboflavin,tetapi kaya akan niacin dan asam pantotenat.
Direkomendasikan untuk memberikan bungkil kacang tanah ke ternak sebanyak
kurang lebih ¼ dari total konsentrat.
16
Merupakan tanaman pertanian yang paling penting didaerah tropis.
Indonesia, Nigeria, Zaire, Thailand dan India adalah negara-negara penghasil ubi
kayu yang penting. Di Indonesia ubi kayu merupakan makanan pokok dalam
urutan ketiga setelah nasi dan jagung. Kandungan protein ubi kayu sangat rendah
dibandingkan dengan jagung. Apabila ubi kayu digunakan sebagai sumber energi
dalam ransum, harus diimbangi dengan sumber protein yang lebih tinggi. Kadar
kalsium dan phosfor cukup, akan tetapi karena kandungan asam oksalat yang
tinggi (0.1-0.31%) sehingga akan mempengaruhi penyerapan Ca dan Zn.
Suatu faktor pembatas dalam penggunaan ubi kayu adalah racun asam
sianida (HCN) yang terdapat dalam bentuk glikosida sianogenik. Dua macam
glikosida sianogenik dalam ubi kayu yaitu lanamarine (95% dari bentuk glikosida
sianogenik) dan bentuk lotaustarin. Pada proses detoksifikasi asam sianida dalam
tubuh ternak diperlukan sulfur yang dapat dari asam amino tersebut akan
meningkat. Sulfur untuk detoksifikasi ini dapat juga berasal dari sulfur inorganik.
Penggunaan ubi kayu dalam ransum berdasarkan beberapa peneliti untuk ungas 5-
10%, babi 40-70% dan rumiansia 40-90%.
2. Onggok
Onggok merupakan limbah pabrik tapioca dan gula. Angka konversi ubi kayu
menjadi onggok berkisar antara 60-65%. Sebagai sumber energi, onggok lebih
rendah dibandingkan dengan jagung dan ubi kayu akan tetapi lebih tinggi dari
pada dedak. Walaupun komposisi tepung ubi kayu lebih tinggi daripada gaplek
akan tetapi kadar HCN tepung ubi kayu lebih tinggi daripada onggok. Penggunaan
onggok dalam ransum unggas paling tinggi 5% dari ransum, untuk babi 25-30%
dan untuk ruminansia 40% dari ransum.
4. Ubi Jalar
Varietasnya sangat banyak, menyebabkan perbedaan rasa, ukuran, bentuk,
warna dan nilai gizi. Produksi ubi jalar antara 2.5 – 15 ton segar/ha/tahun. Ubi
jalar merupakan sumber energi dan untuk ubi jalar yang berwarna kuning
mengandung provitamin A dan karotenoid yang cukup. Asa amino pembatas ubi
jalar adalah luecine. Seperti umumnya umbi-umbian yang mempunyai kandungan
protein yang rendah, pemberian ubi jalar perlu diimbangi pemberian kandungan
protein yang tinggi. Apabila digunakan lebih dari 90% pengganti jagung dalam
ransum unggas sering terjadi luka-luka pada usus unggas yang dapat diikuti
dengan kematian, Pada ransum ruminansia umumnya digunakan pengganti
jagung sebanyak 50%.
17
5. Jerami Ubi Jalar
Produksi jerami dalam bentuk segar berkisar antara 10-12.5% ton/ha/ta hun.
Berdasarkan penelitian Kempton dan Leng pemberian jerami ubi jalar sebagai
pengganti pucuk tebu pada ransum sapi perah dapat meningkatkan konsumsi
ransum dan produksi susu. Akan tetapi percabaan Nuraeni mendapatkan hasil
penggantian rumput lapangan dengan jerami ubi jalar lebih dari 1/3 bagian dapat
menyebabkan kadar lemak susu menurun.
Limbah industri coklat merupakan sumber protein yang baik untuk ternak
ruminansia karena tidak mudah untuk didegradsi dalam rumen. Namun bahan ini
mengandung zat racun.
Kulit coklat buah mengandung protein rendah dan serat kasar yang tinggi
sehingga penggunaannya terbatas hanya untuk ruminansia. Akan tetapi kulit biji
coklat mengandung protein yang cukup tinggi sehingga bisa digunakan untuk
semua jenis ternak. Penggunaan kulit buah coklat pada ungas dan babi bisa
sekitar 10-24%, sedangkan pada ruminansia bisa sekitar 30-40%.
Bungkil kelapa sawit bisa diberikan sebanya k 20% pada unggas dan babi, dan
30—40% pada ruminansia.
Serat kelapa sawit mengandung kadar serat kasar yang tinggi sehingga
hanya dapat digunakan untuk ransum ternak ruminansia. Serat kelapa sawit dapat
diberikan pada ruminansia sebanyak 15-35% dari ransum.
Bungkil Kelapa 88.5 6.36 18.58 12.55 15.38 37.26 0.08 0.52
Limbah coklat
Kulit buah 93.47 11.63 8.01 1.28 40.08 38.49 0.58 0.18
Kulit biji 88.10 7.57 16.16 8.36 20.94 46.80 0.34 0.39
Limbah kelapa sawit
Lumpur sawit 90.5 8.56 8.56 24.10 32.40 2.10 - -
Bk. Sawit 88.32 15.83 15.83 2.94 33.01 43.21 0.40 0.71
Serat sawit 91.45 7.02 7.02 14.67 36.14 35.18 0.48 0.18
Limbah Gula
Pucuk tebu 24.77 5.47 5.47 1.37 37.90 45.06 0.47 0.34
Baggase 87.1 1.45 1.45 0.70 48.00 44.55 0.09 0.08
Tetes 82.4 3.95 3.95 0.29 0.40 84.40 0.89 0.14
Pengolahan Nanas 89.6 4.5 4.5 15.8 1.60 63.9 - -
19
Produk utama dari industri kelapa sawit yaitu Crude Palm Oil (CPO)
merupakan sumber lemak yang sudah banyak digunakan untuk pakan ayam baik
broiler maupun layer. Penggunaan CPO ini menggantikan minyak ikan dan beef
tallow yang sudah mulai ditinggalkan karena harganya yang lebih mahal. Selain
murah penggu naan CPO dalam pakan juga dapat meningkatkan warna kuning
dalam pakan sehingga menambah nilai jual karena pakan yang berwarna kuning
lebih disukai peternak dibandingkan dengan warna yang pucat sehingga
penggunaannya dapat menurunkan penggunaan pewarna. CPO yang baik
mempunyai kandungan lemak 99.5%, kandungan air tidak lebih dari 0.5% dan
kandungan free fatty acid (FFA) tidak lebih dari 5%.
Pucuk Tebu
Pucuk tebu digunakan sebagai hujauan makanan ternak pengganti rumput
gajah tanpa ada pengaruh negatif pada ternak ruminansia. Komposisi kimianya
dapat dilihat pada tabel 11.
Mengingat tingginya serat kasar. Ampas tebu hanya bisa digunakan untuk
ternak ruminansia sebanyak 25%. Komposisi kimia ampas tebu bisa dilihat pada
tabel 11.
20
Tetes
Tetes bisa diberikan pada ternak secara langsung setelah melalui proses
pengolahan menjadi protein sel tunggal dan asam amino. Keuntungan tetes untuk
pakan ternak adalah kadar karbohidratnya tinggi (48 – 60% sebagai gula), kadar
mineral dan rasanya disukai ternak. Tetes juga mengandung vitamin B kompleks
dan unsure mikro yang dibutuhkan ternak seperti cobalt, boron, iodium, tembaga,
mangan dan seng. Kelemahannya adalah kadar kaliumnya yang tinggi dapat
menyebabkan diare jika dikonsumsi terlalu banyak. Tetes dapat digunakan dalam
ransum unggas sebesar 5 -6% serta babi dan ruminansia sebesar 15%.
Telah diketahui bahwa pakan nabati dari bijian dan limbah industrinya sering
dipergunakan sebagai sumber protein dalam ransum ternak. Pakan ternak berasal
dari hewani biasanya dipergunakan untuk meningkatkan kadar protein pada
ransum basal karena pakan nabati merupakan sumber protein yang biasanya
miskin asam amino antara lain lysine dan methionin. Sumber protein hewani dapat
berasal dari ternak darat (ruminansia dan unggas serta limbahnya) dan hewan air
beserta limbahnya. Ciri -ciri spesifik dari sumber protein hewani antara lain kadar
protein kasar berselang 34-82% dan lemak kasar 0 -15% dan kandungan Ca dan P
pada beberapa jenis tinggi.
22
menghasilkan ampas dan dicampur dengan hasil penguapan, dekeringkan
lalu digiling maka diperoleh tankage. Kandungan protein tankage berkis ar
60% dan banyak mengandung vitamin B diantaranya asam pantotenat,
niacin, riboflavin dan vitamin B12. Bahan baku tankage tidak boleh berisi
bulu, kuku, tanduk, kotoran dan isi perut. Penggunaan untuk ternak unggas
berkisar 10% dan kurang disukai karena dapat menimbulkan bau pada
produk ternak (daging, telur dan susu). Komposisi tepung daging adalah
sebagai berikut : Bahan kering 88.5%; Abu 27.73%; protein 61.13%; lemak
11.75%; serat kasar 2.71% dan Beta-N 0.68%.
2. Tepung Darah
Tepung darah diperoleh dari darah ternak yang bersih dan segar, berwarna
coklat kehitaman dan relative sulit larut dalam air. Rasio pembuatan tepung darah
berkisar 5:1 dimana untuk mendapatkan 1 kg tepung darah memerlukan 5 kg
darah segar. Kandungan protein berkisar 85% dengan kadar air 10%. Tepung
darah rendah kandungan kalsium, phosphor dan asam am ino isoleusin dan glysin.
Kurang disukai ternak, sehingga penggunaanya untuk ternak unggas dan babi
dibatasi berkisar 5%. Pemberian tepung darah harus dihentikan sebulan sebelum
ternak dipotong supaya daging tidak bau. Tepung darah bersifat protein Bypass
dalam rumen yaitu 82%, sehingga dapat dipergunakan sebagai sumber protein
untuk ternak ruminansia Komposisi gizi tepung darah adalah sebagai berikut :
bahan kering 90.00%; Abu 4.00%; protein 85.00%; lemak 1.60%; serat kasar
1.00% dan Beta N 8.40%.
3. Tepung Hati
Tepung hati dibuat dari hati ternak atau ikan yang tidak dikonsumsi manusia
(afkir). Proses pembuatannya melalui tiga tahap yaitu hati diiris-iris, dikeringkan
dan digiling menjadi tepung. Tepung hati mengandung protein berkisar 60-62%;
lemak 16-17% dan banyak mengandung zat besi Fe, Mg dan Cu serta vitamin B1,
riboflavin, niacin dan asam panthotenat.
23
mengandung mineral kalsium dan phosphor serta sedikit minral Fe, Mn, Cu dan I.
Produk sampingan pengolahan susu (Milk by product) yaitu susu skim, butter milk
dan whey.
1. Susu Skim
Susu skim adalah bagian dari susu setelah diambil lemaknya, sehingga
kandungan lemaknya hanya berkisar 0.1 -0.2%. Susu skim banyak mengandung
vitamin B terutama vitamin B12 dan riboflavin. Kualitas susu tergantung dari umur
ternak dan tipe ternak. Komposisi gizi susu skim dalam keadaan kering
mengandung protein 34-35% dengan nilai biologis mencapai 94%. Susu skim
dipergunakan sebagai sumber protein untuk anak sapi baru lah ir setelah periode
pemberian Collestrum dan penggemukan untuk produksi veal (daging anak sapi
muda).
2. Butter Milk
Butter milk merupakan sisa pembuatan mentega dengan kadar lemak lebih
banyak dari susu skim yaitu 0.6-0.7%. Kandungan protein butter milk dalam
keadaan kering yaitu 32-33%. Penggunaan untuk anak sapi berkisar 0.5 kg dalam
ransum komplit.
3. Whey
Whey merupakan sisa pembuatan keju. Biasanya protein sudah terbawa ke
dalam produk keju dan tersisa laktabumin. Kurang disukai karena rasanya pahit
dan tidak bisa diberikan sebagai pakan tunggal. Kandungan protein whey dalam
keadaan kering berkisar 12%. Kandungan gizi whey menyerupai susu skim
dengan kadar lemak lebih tinggi yaitu 0.8%. Pemberian whey untuk ayam sebagai
sumber riboflavin.
25
BAHAN MAKAN AN TERNAK INKONVENSIONAL
Upaya eksplorasi bahan makanan ternak tak lazim (bahan makanan ternak
inkonvensional) ini akan sangat bermanfaat bagi peternak kecil/menengah agar
tidak tergantung kepada bahan makanan ternak konvensional, mengingat
penyerapan bahan makanan ternak konvensional ini pada umumnya telah
dikuasai oleh perusahaan-perusahaan dengan modal yang kuat sehingga para
peternak kecil/menengah tidak mampu bersaing dengan perusahaan yang besar.
A. Konsentrat inkonvensional
B. Hijauan inkonvensional
Bungkil jagung
Pengolahan jagung untuk min ya k jagung dapat menghasilkan makanan
ternak yang tergolong inkonvensional yaitu bungkil biji jagung. Komposisi gizi
limbah minyak jagung (%BK) adalah sebagai berikut BK = 88.06%, Abu = 11.10%,
26
Protein Kasar = 21.89%, Lemak = 0.33%, Serat Kasar = 8.9%, Beta -N = 53.10%,
Ca= 0.06% dan P = 2.18%.
Tanaman kecipir diduga berasal dari Papua Nugini dan Asia Tenggara dan
tersebar ke Ghana dan Nigeria (NAS, 1975 dan KAY, 1979). Nilai gizi (%BK) biji
kecipir hampir sama dengan kedelai sebagai berikut : Kadar air 8.7 – 24.6%,
Protein 29.8 – 39.0%, Lemak 15.0 – 20.4%, Beta-N 23.9 – 42.0 %, Serat kasar,
3.7 – 16.1% da Abu 3.3 – 4.9%.
Komposisi asam amino biji kecipir mirip dengan kacang kedelai, tetapi agak
berbeda kandungan lisin yaitu masing-masing 9.6 mg/g dan 6.83 mg/g.
Kandungan Trypthopan kecipir (0.73 mg/g) lebih randah daripada kacang kedelai
(1.28 mg/g). Biji kecipir kekurangan asam amino bersulfur methionin dan sistin
sama seperti kedelai.
Kandungan anti nutrisi dalam kecipir juga mirip dengan kedelai yaitu
mengandung anti tripsin dan anti chimotripsin yang dapat menghambat kerja
tripsin dan chimotripsin yang bersifat yang bersifat proteolitik. Untuk
menghilangkan zat anti nutrisi ini dapat dilakukan dengan : perendaman,
pengukusan/pemasakan atau penyanggraian/penggorengan tanpa minyak. Biji
kecipir dapat mengganti kacang kedelai dalam ransum ternak setelah dipanaskan
seperti tersebut di atas.
27
Bungkil Biji Kapas (Gossypium Irsutum)
Pertanian tanaman kapas menghasilkan hasil utama adalah kapas,
sedangkan biji kapas merupakan hasil sampingan yang dapat diproses menjadi
minyak biji kapas dengan limbahnya yaitu bungkil biji kapas. Bungkil biji kapas
dihasilkan dari proses pembuatan minyak kapas sebanyak 47%. Berdasarkan
McDonald et al (1973) bahwa komposisi kimia (%BK) bungkil kapas adalah :
dengan kulit bahan kering 80%, Abu 7.2%, Protin kasar 25.37%, Lemak Kasar
6.00%, Serat Kasar 27.25% dan Beta-N 34.13%. Sedangkan tanpa kulit
mempunyai komposisi kimia ( 5% BK) adalah : Bahan Kering 90%, Abu 7.39%,
Protein 45.625%, Lemak Kasar 8.80%, Serat Kasar 8.60%, Beta -N 30.35%, Ca
0.20% dan P 1.28%.
Protein bungkil kapas mempunyai kualitas yang baik tetapi asam amino
sistin, methionin dan lisin rendah. Bungkil ini kaya akan thiamin tetapi miskin akan
caroten. Energi Metabolisme bungkil biji kapas untuk ternak ruminansia masing-
masing 1.99 kkal/g (dengan kulit) dan 2.84 kkal/g. Bungkil biji kapas mengandung
gossipol yang dapat mempengarusi kuning telur pada proses penyimpanan.
Pemberian bungkil biji kapas untuk ternak sapi perah dengan dosis 50%
akan meningkatkan produksi susu sedangkan Kompyang (1984) menyatakan
dapat sebagai pengganti tepung kedelai dalam ransum ayam petelur sebanyak 50-
100%. Pemberian pada babi terbatas sampai 9% dari ransum.
2. Limbah peternakan/hewan
Isi Rumen
Isi rumen diperoleh dari rumen sapi yang telah dipotong (terutama di rumah
pemotongan hewan). Kualitas isi rumen tergantung dari makanan ternak yang
dikonsumsinya. Isi rumen akan mengandung zat antinutrisi bila ternak tersebut
mengkonsumsi zat antinutrisi. Isi rumen tersebut dapat pula mengandung
mikroba patogen (berbahaya) jika proses pengolahan dengan pemanasan tidak
sempurna.
Isi rumen dipisahkan antar cairan dan padatan melalui proses pengepresan.
Padatan dikeringkan dengan suhu 100 0 C sehingga mengandung kadar air 12%
dan juga untuk membunuh bakteri yang patogen.
Limbah Penetasan
Termasuk limbah penetasan adalah telur infertil, telur tetas dengan embrio
mati dan anak ayam umur sehari (DOC). Nilai gizinya hampir sama dengan
tepung daging. Tepung limbah penetasan mengandung protein 10-16% untuk
ternak unggas. Selain sebagai sumbe protein tepung limbah penetasan juga
dapat digunakan sebagai sumber mineral kalsium dan phosphor.
28
Tepung Limbah Kodok
Tepung ini dapat dibuat dari limbah kodok yang terdiri dari tubuh kodok tanpa
paha belakang dengan konversi 70% dari total kodok. Kodok mentah sudah
sering diberikan pada ternak babi dan bebek dengan cara dicacah. Untuk unggas
perlu mengalami pengolahan menjadi tepung. Keuntungan proses penepungan
adalah menghilangkan unsur-unsur yang patogen dan merugikan unggas.
Pemakaiannya dalam ransum berkisar 10%, lebih dari 10% kurang palatabel dan
bau amis yang menyengat. Komposisi zat makanan tepung kodok (%BK) adalah:
abu 18.33%, protein kasar 67.70%, lemak kasar 10.84%, serat kasar 0.61%, Beta-
N 2.18%, Ca 5.14% dan P 2.84%.
Tepung Bekicot
Tepung bekicot merupakan bahan makanan ternak sumber protein hewani
yang dapat menggantikan tepung ikan dalam ransum babi, bebek dan ayam.
Tepung bekicot terbuat dari bekicot mengandung protein 60% (Cresswell dan
Kompiang, 1981), 56.1% (Pujowiyatno, 1982), sedangkan menurut Emmy S.
(1980) adalah 69-70.39%. kandungan serat kasarnya hanya 0.08%, bahan kering
9.19-9.25%. kandungan Ca 2%, P 8%, lysine 0.6%, methionin % dan ME = 3400
kkal/kg.
Keong Mas
Keong mas merupakan sumber protein hewani alternatif untuk ternak.
Rumah atau cangkangnya bisa digunakan sebagai sumber mineral, terutama Ca.
walaupun tidak sebaik kualitas tepung ikan, daging keong mas bisa digunakan
sebagai sumber protein. Komposisi kimianya (%BK) adalah: bahan kering
92.49%, abu 9.03%, protein kasar 30.68%, lemak kasar 3.2%, serat kasar 2.45%,
Beta-N 24.32%, Ca 7.5% dan P 0.97% masalah utama penggunaan keong mas
adalah adanya racun pada lendirnya, tetapi tidak terlalu berbahaya untuk ternak.
Metode pengolahan yang baik akan menghilangkan racun tersebut.
Penggunaannya pada ransum maksimal 15%.
Keistimewaan cacing tanah adalah mempunyai protein kasar yang tinggi dan
sumber mineral fosfor, akan tetapi Ca-nya rendah. Kandungan asam amino lisin
dan metioninnya lebih tinggi dibandingkan dengan protein biji-bijian. Cacing tanah
mampu mensubstitusi sumber protein seperti tepung ikan dan bungkil kedele.
Tepung cacing tanah sebaiknya digunakan sebesar 10% dalam ransum.
Tipe protein ini dapat diperoleh melalui fermentasi pada petroleum atau sisa
organik dengan p enerangan khusus.
Tipe-tipe PST.
PST dapat dihasilkan melalui proses:
a. Non photosynthetic misalnya yeast, bacteria dan fungi
b. Photosynthetic misalnya Algae
Organisme Photoynthetic
Organisme yang berperan adalah algae, dapat menghasilkan bahan/zat
makanan yang dalam jumlah banyak pada luasan relatif sempit. Faktor-faktor
yang berpengaruh adalah:
1. Tipe organisme
2. Temperatur
3. Ketinggian tempat
4. Luas tempat
Potensi hasil produksi ton protein per akre per tahun. Bahan kering algae
yaitu 5-15% dapat diberikan untuk ternak scara langsung atau setelah proses
hidrolisasi. Komposisi zat makanan (dalam BK0 adalah: protein kasar 8-75%,
karbohidrat 4-40%, lemak 1-6%, abu 4-45%, biological value protein dari algae
yaitu 50-70%.
31
BAB VI
PAKAN SUPLEMEN
Dalam penyusunan ransum, pakan sumber energi dan serat yang biasanya
dihasilkan di farm merupakan pakan basal. Pakan tersebut biasanya defisien
protein dan kemungkinan defisien satu atau lebih asam amino, mineral dan
vitamin.
Pakan suplemen merupakan pakan yang dipakai untuk memperbaiki nilai gizi
pakan basal. Biasanya pakan suplemen merupakan konsentrat:
1. Protein, atau satu atau lebih asam amino
2. Satu atau lebih asam mineral
3. Satu atau lebih vitamin dan
4. Campuran mineral, vitamin dan protein
1. Suplemen Protein
Protein suplemen adalah bahan baku yang mengandung protein lebih dari
dua puluh persen protein atau protin ekuivalen. Bahan ini dapat diperoleh dari
ternak, ikan, tanaman, mikroba, juga dari nitrogen bukan protein seperti urea,
biuret dan produk amonia.
Secara umum protein merupakan unsur yang kritis pada ternak muda, ternak
yang tumbuh cepat dan untuk ternak yang berproduksi tinggi. Ternak tidak dapat
mengembangkan potensi genetik mereka, tidak dapat menghasilkan produksi
susu yang tinggi, atau tidak dapat menghasilkan tenaga yang maksimal kecuali
apabila ransum mereka mengandung protein yang cukup.
A B
32
3. Suplemen Mineral
Mineral sangat penting untuk kelangsungan hidup ternak. Hampir semua
mineral ditemukan dalam jaringan ternak dan mempunyai fungsi yang sangat
penting dalam proses metabolisme ternak. Metabolisme dan interrelationship
diantara mineral sangat bervariasi dan kompleks. Suatu kelebihan atau
kekurangan mineral tertentu dapat menyebabkan kekurangan atau kelebihan dari
mineral lain.
33
2. Mineral dari sumber alam
Pakan ini diperoleh dari alam dan diolah agar aman sebagai pakan.
Contohnya adalah batu phosphat yang dihilangkan flourinenya, NaCl, KCl,
batu dolomit dan CaCO3.
Mineral makro . Dari beberapa mineral makro yang dibutuhkan ternak, hanya
garam (NaCl), kalsium (Ca), phosphor (P), secara rutin ditambahkan ke ransum
ternak. Makro mineral lain seperti magnesium (Mg), dan sulfur (S) kadang-kadang
ransum ternak dalam kasus tertentu. Magnesium kadang-kadang disediakan
pada daerah dimana tetani masih merupakan masalah. Sulfur secara rutin
ditambahkan ke dalam ransum yang mengandung urea karena urea tidak dapat
menyediakan sulfur seperti halnya protein.
Mineral Mikro atau Terbatas. Tujuh mineral mikro berikut yang sering
disuplementasikan ke dalam ransum yaitu: Cobalt (Co), Tembaga (Cu), Iodium (I),
Besi (Fe), Mangan (Mn), Selenium (Se) dan Seng (Zn). Meskipun ransum ternak
tidak defisiean akan tujuh mineral di atas, suplemen mineral tersebut ke dalam
ransum tidak berbahaya karena besarnya batas ambang antara tingkat yang
dibutuhkan dengan tingkat toksisitasnya. Juga sedikit ekstramikro diperlukan
karena adanya variasi kandungan mineral dalam pakan, variasi dalam
produktivitas ternak, stres dan hubungan antar nutrien.
34
Petunjuk Suplementasi Mineral
Pertimbangan-pertimbangan yang harus diingat oleh peternak sehubungan
dengan suplementasi mineral antara lain:
1. Kebutuhan ternak
Usia, jenis kelamin, berat, dan parameter produksi harus dipertimbangkan.
2. Jenis pakan
Ternak yang menerima ransum konsentrat tinggi akan memerlukan
suplementasi mineral yang berbeda daripada ternak yang menerima ransum
hijauan tinggi.
4. Fasilitas
Jika campuran ditawarkan dengan bebas, maka diperlukan kontainer.
Garam (NaCl)
Garam diperlukan oleh semua kelas ternak, khususnya ternak herbivora
(pemakan hijauan). Rasio kalsium dan natrium pada hijauan pakan dapat
mencapai 17:1, sehingga garam diperlukan untuk mempersempit rasio agar tidak
terjadi aksi metabolik dari tingginya kalsium.
Jumlah garam yang dibutuhkan ternak bervariasi tergantung pada tingkat
pertumbuhan, komposisi ransum, tingkat produksi, dan suhu lingkungan.
Beberapa ternak yang berkeringat lebih banyak dari yang lainnya dan kebutuhan
garamnya berkorelasi positif dengan makin banyaknya keringat. Ternak yang
banyak terkena panas dan bekerja lebih berat memerlukan garam yang lebih
banyak dibandingkan dengan ternak yang normal. Ternak ruminansia yang
digembalakan memerlukan garam untuk menyeimbangkan kalium yang tinggi dan
kalsium yang rendah.
35
Pemberian garam dapat disediakan dalam bentuk:
1. Garam blok
a. Keuntungan
- memudahkan pemberian
- merangsang penegluaran air ludah
- tidak berbahaya bila konsumsinya berlebihan
b. Kerugian
- ternak kadang-kadang susah untuk memperoleh garam yang cukup.
36
Suplemen phosphor yang seringkali dipakai adalah ammonium phosphat,
tepung tulang, kalsium phosphat, tanah liat koloid, dikalsium phosphat,
monosodium phosphat dan phosphat deflourinate.
Pemberian Kalsium
2. Sumber kalsium di atas bisa diberikan dalam bentuk mineral mix pada ransum.
Pemberian Phosphor
1. Kebutuhan supplementasi tergantung pada kualitas ransum, dan dapat
ditambahkan dengan menggunbakan :
a. Tepung tulang
- mengandung phosphor 14%
- merupakan sumber P yang sangat baik.
b. Deflouronated phosphat
- kandungan phosphor 14 -20%
- tersedia dialam dan mengandung flourine pada level yang dapat
menyebabkan keracunan, sehingga perlu dihilangkan flournya sebelum
digunakan.
37
Tabel 14. Beberapa sumber mineral Ca dan P
Bahan % Ca %P
Kalsium Karbonat (CaCO3) 40 -
- Monokalsium phosphat (CaH4(PO4)2H2O) 16.9 24.6
- Dikalsium phosphat (CaHPO4.2H2O) 23.3 18
- Trikalsium phosphat 38.8 20
Kulit kerang 37-39 -
Tepung tulang arang 27 13
Tepung tulang kukus 24 12
4. Suplemen Vitamin
Vitamin secara umum dapat dibagi atas dua golongan yaitu :
1. Vitamin yang larut dalam lemak : vitamin A, vitamin D, vitamin E, dan vitamin K.
2. Vitamin yang larut dalam air : biotin, cholin, folacin (asam folat), inositol,
niacin (asam nicotinat, nikotinamid), asam pantotenat (vitamin B3), asam para
amino benzoat (PABA), riboflavin (vitamin B2), thiamin (vitamin B1), vitamin
B 6 (pyridoxin, pyrodoxal, pyridoxiamin), vitamin B12 (cobalamin) dan vitamin C
(asam askorbat)
Pada vitamin yang larut dalam air hanya vitamin C yang tidak termasuk
dalam vitamin B kompleks. Vitamin berasal dari jaringan tanaman kecuali vitamin
C dan vitamin D yang terdapat dalam jaringan hewan hanya apabila hewan
mengkonsumsi pakan yang mengandungnya atau mikroorganisme yang ada
dalam tubuh mensintesisnya.
Vitamin yang larut dalam lemak terdapat dalam jaringan tanaman dalam
bentuk provitamin (precursor vitamin). Dalam kondisi yang baik umumnya ransum
mengandung cukup beberapa vitamin.
Vitamin A
Ada beberapa bentuk vitamin A, yang mempunyai aktivitas biologi berbeda,
yang paling penting adalah bentuk retinol dan dehydroretinol. Retinol dulu disebut
dengan vitamin A1 di dapat sebagai ester (retinyl palmitate) dalam minyak ikan,
minyak hati, lemak susu, dan kuning telur, mempunyai aktivitas biologi sebagai
suatu alkohol, aldehyde dan asam. Bentuk alkohol merupakan bentuk yang
38
umum, bisaa sebagai retinol, bentuk aldehyde sebagai retinal atau retine dan
bentukasam sebagai asam retinat.
Sumber vitamin A adalah minyak ikan, hati dan vitamin A sintesis. Beta
karoten dan vitamin A sangat mudah teroksidasi, sehingga perlu diperhitungkan
kehilangan dalam pengolahan dan penyimpanan bahan makanan ternak. Vitamin
A sintesis lebih banyak digunakan karena lebih stabil.
Vitamin D
Vitamin D adadah vitamin yang hanya terdapat dalam sedikit bahan makanan
dan dapat dibentuk dalam tubuh oleh kulit yang terkena sinar UV yang berasal
dari sinar matahari dengan panjang gelombang pendek dan frekwensi yang tinggi.
Oleh karena itu disebut vitam in cahaya matahari.
Vitamin E
Delapan tocopherol dan tocotrienol mempunyai aktivitas vitamin E,
semuanya dikatakan vitamin E telah diidentifikasi. Alpha tocopherol mempunyai
39
aktivitas paling tinggi, sedangkan tocopherol yang lain mempunyai aktivitas biologi
antara 1-50% dari alpha tocopherol. Bahan yang kaya vitamin E adalah
gandum/hasil ikutannya, jagung/hasil ikutannya, padi/hasil ikutannya, kedele, hay
pastura. Sumber vitamin E sinthesis di-alpha tocopherol acetat, dedak padi dan
lembaga gandum.
Vitamin K
Terkenal sebagai vitamin antihaemorrhage, diperlukan protombin dan faktor
pembeku darah lainnya. Istilah vitamin K menggambarkan secara kimia golongan
senyawa quinone. Sejumlah kimia mempunyai aktivitas vitamin K telah diisolasi
dan dis intesis. Secara alami terdapat 2 bentuk vitamin K yaitu vitamin K1
(Phylloquinone ata phytylmenaquinone) yang terdapat pada tanaman hijau, dan
vitamin K2 (menaquinone atau multiprenyl-menaquinone) yang disintesis banyak
mikroba termasuk bakteri dalam saluran pencernaan.
Biotin
Merupakan anggota vitamin B kompleks, mengandung sulfur, merupakan
derivat siklus urea dengan yang melekat pada cincin thiophene. Terdapat luas di
alam, memegang penting dalam metabolisme, karbohidrat, lemak dan protein.
Biotin mudah rusak oleh asam dan alkali keras dan cahaya UV. Bahan makanan
yang kaya biotin adalah kecambah jelei, bungkil kapas, bungkil kedelai, kedelai,
dedak gandum, whey, sorghum. Sumber : biotin sintetis, dedak padi dan ragi.
Choline
Struktur cholin (C6H15NO2) relatif molekul sederhana yang mengandung
gugus methyl, apabila terkena udara mudah mencair (higroskopis), lebih stabil
dalam bentuk kristal garam dengan asam seperti cholin chlorida atau choline
bitartrat. Garam ini cukup stabil terhadap panas dan penyimpanan, tetapi tidak
stabil terhadap basa. Terdapat dalam makanan yang mengandung phospholipid.
Inositol
Struktur dari senyawa 6 C dengan gugus hydroxy yang hampir mendekati
struktur glukosa. Ada 9 bentuk, akan tetapi hanya myoinositol yang mempunyai
aktivitas biologi. Ester asam hexafosforat dari inositol adalah asam pitat, suatu
senyawa yang mengikat fosfor, menyebabkan P tidak bisa diserap hewan.
Bahan makanan yang kaya inositol adalah tepung hati, butir-butiran, tetes,
tepung daging, limbah jeruk strun, leguminosa, susu, sedangkan sebagai sumber
inositol dapat digunakan inositol sintesis, lembaga gandum dan ragi.
41
Para Amino Benzoic Acid (PABA)
PABA diidentifikasikan sebagai suatu zat yang esensial untuk
mikroorganisme. Struktur kimia PABA menyerupai beberapa sulfonilamide, oleh
karena itu dapat menerangkan mengapa ia dapat ikut serta menghambat
pertumbuhan mikroba oleh obat-obat tersebut. Selain mempunyai aktivitas
sebagai suatu faktor pertumbuhan bakteria tertentu, PABA mempunyai aktivitas
folacin apabila diberikan pada hewan yang deisien folacin dimana sintesis folacin
dalam usus terjadi.
Bahan makanan yang kaya PABA adalah tetes, telur, tepung ikan, tepung
hati, bungkil kacang tanah, bungkil kedele, sedangkan sumber dapat digunakan
PABA sintesis, lecithin, lembaga gandum dan ragi.
Thiamin (vitamin B 1)
Disebut juga vitamin anti beri-beri, vitamin anti neuritis, vitamin anti
polyneuritis adalah vitamin yang pertama dari vitamin B komplek yang didapat
dalam bentuk murni, sedangkan nama B1 adalah nama yang diusulkan oleh British
(Inggris) tahun 1927. struktur thiazole yang dihubungkan oleh satu jembatan
nethylene.
Thiamin sintesis dalam bentuk thiamin hydrochlorida yang sudah dipasarkan
lebih stabil dari pada vitamin yang bebas. Thiamin mono nitrat lebih stabil
daripada thiamin hydrochlorida. Derivat thiamin, thiamin propyl disulfida dan
thiamin tetrahydrofurfural disulfida telah disintesis dan sudah dianjurkan untuk
digunakan secara oral. Bahan makanan yang kaya thiamin butir-butiran/hasil
ikutannya, sedangkan thiamin hydrochlorida dan thiamin mononitrat (sintesis)
,dedak padi, ragi dan torula merupakan sumber thiamin.
42
Vitamin B12 (cobalamin)
Vitamin B12 adalah vitamin dengan struktur yang paling besar dan sangat
kompleks dari semua molekul vitamin. Bagian utama vitamin B12 adalah
C63H90O14N14PCo. Bahan makanan berasal dari hewan dan ikan kaya akan vitaminini
dan ragi juga dapat digunakan sebagai sumber vitamin ini.
43
BAB VII
PAKAN ADITIF
Pemakaian aditif pada ransum ternak secara umum tidak menambah persen
gizi. Hampir semua aditif dipakai untuk memperbaiki sifat-sifat fisik ransum, daya
suka dan kualitas ransum serta kesehatan ternak.
1. PENGIKAT PELET
Ketika kualitas pelet menjadi perhatian, indeks ketahanan pelet seringkali
berasal dari bahan yang digunakan dan hal ini dipertimbangkan pada saat
penyusunan ransum. Ramsum berbahan utama jagung sulit untuk dibuat pelet
dan biasanya untuk ransum ini memerlukan penambahan sintetik pengikat pelet
yang umumnya berbentuk tepung dapat ditambahkan ke dalam ransum sebesar 5-
12 kg/ton. Contoh bahan pengikat pelet adalah natrium bentonit.
3. PROBIOTIK
Tidak seperti antibiotik, probiotik lebih memanfaatkan mikroorganisme hidup
daripada produk-produk khusus dari metabolisme mereka. Mikroorganisme asal
bakteri yang seringkali dipergunakan sebagai probiotik adalah spesies
Lactobacillus, Basillus dan Streptococus, sedangkan mikroorganisme asal jamur
dan kapang yang seringkali dipergunakan adalah spesies Aspergillus, Rhizopus
dan Saccharomyces. Produk probiotik pada umumnya berbentuk tepung dan oleh
karena itu pemanfaatannya dapat dicampurka n ke dalam ransum pada saat
pemberian makan sebanyak kurang dari 1%.
4. ENZIM
Banyak jenis enzim yang dijual komersial dan sudah diaplikasikan ke dalam
ransum ternak. Secara umum enzim-enzim ini dapat dikategorikan ke dalam
enzim pemecah karbohidrat, protein dan lemak. Akhir-akhir ini pemanfaatan
enzim ke dalam ransum ternak dimaksudkan untuk membantu meningkatkan
kecernaan ransum. Termasuk ke dalam enzim ini adalah enzim -enzim pemecah
serat seperti enzim cellulase, ligninase dan hemicellulase.
44
Enzim phita se juga tersedia secar komersial, enzim ini akan memperbaiki
penggunaan phitat-phosphor yang dapat dimanfaatkan oleh unggas muda, dan
penambahan phitase telah terbukti menngkatkan penggunaan phitat-phosphor
dan sekaligus juga dapat menurunkan ekskresi phosphor ke lingkungan yang
dapat mengakibatkan polusi.
5. PIGMEN
Warna kuning ke orange pada jaringan tubuh unggas dan udang disebabkan
oleh macam-macam pigmen karetinoid. Pigmen-pigmen ini mengontrol warna
kuning telur, warna tulang kering dan paruh dari ayam petelur. Pigmenini juga
mempengaruhi warna kulit dari unggas dan udang. Xantophyl merupakan
karetinoid yang terpenting dalam nutrisi unggas, dan bahan pakan alami yang
kaya akan unsur-unsur ini adalah tepung alfafa dan corn gluten meal. Karena
banyak dari ahan alami yang kaya akan karetinoid mempunyai energi yang
rendah, maka akan menjadi sulit untuk mencapai proses pigmentasi tinggkat tinggi
pada daging unggas tanpa menggunakan sumber pigmen sintesis. Canthaxanthin
astaxanthin dan ß-apo-8-asam karoten dapat dipakai untuk membuat warna
kuning pada kulit dan kuning telur unggas.
6. BAHAN FLAVOR
Dibandingkan dengan ternak ruminansia dan manusia, unggas mempunyai
cita rasa yang lebih sedikit. Unggas hanya mempunyai 24 rasa dibandingkan
9000 rasa untuk manusia dan 25000 untuk sapi.
7. KONTROL BAU
Bau feces ternak perlu dikontrol agar tidak mencemari lingkungan, produk
seperti deodrase yang ditambahkan ke ransum sebanyak 100-150 g/ton telah
menunjukan dapat menurunkan tingkat ammonia yang dikeluarkan ternak sebesar
20-30% dan sekaligus juga memperbaiki pertumbuhan dan menurunkan kematian
ternak.
9. ANTICOKSIDIAL
Anticoksidial telah dipakai dalam ransum unggas. Telah lebih dari 20 tahun,
ionophere telah dipakai untuk menanggulangi koksidiosis. Dari segi nutrisi,
pemakaian antikoksidial ini perlu diperhatian karena dapat mempengaruhi
metabolisme pada keadaan tertentu. Monensin merupakan salah satu ionophore
45
yang sangat bermanfaat dalam menanggulangi koksidiosis.
46
DAFTAR PUSTAKA
Cockerell, I.D. Haliday and D.J. Morgan. 1997. Quality Control in the Animal
Feedstuff Manufacturing Industry. Tropical Product Institute, London.
Cullison, A.E. 1982. Feeds and Feeding. Reston Pub. Inc., Virginia.
Ensminger, M.E., J.E. Oldfield, W.W. Henemann. 1990. Feeds & Nutrition. The
Esminger Pub. Com., California.
Hacc, D.W. 1980. Handling and Storage of Food Grains in Tropical and
Subtropical Area. FAO, Rome.
Kamra, D.N. and N. Pathack. 1996. Nutritional Microbiology of Farm Animal. Vicas
Pub. House PVT. Ltd., New Delhi.
McDonald, P., R.A. Edwards, J.F.D. Greenhalg, C.A. Morgan. 1995. Animal
Nutrition, 5th Ed. John Wiley & Sons Inc., New York.
47
48