Anda di halaman 1dari 11

Evaluasi Pakan

Evaluasi Pakan
Pertanyaan!
1. Bagaimana mekanisme dari masing-masing cara evaluasi pakan?
2. Apakah tujuan dari masing-masing cara evaluasi pakan?
3. Apakah keuntungan dan kerugian dari masing-masing evaluasi pakan?
4. Bagaimana keabsahan evaluasi pakan tersebut apabila hanya melakukan satu cara saja?
5. Cari apa yang dimaksud dengan proses hidrolisis!
Jawaban
1. Mekanisme dari Masing-Masing Evaluasi Pakan
1) Evaluasi Fisik dari Makanan Ternak
Dengan tujuan untuk menghasilkan atau membeli makanan yang superior perlu untuk
diketahui apa yang merupakan kualitas makanan dan bagaimana untuk mengenali atau
mereka perlu untuk menjadi familiar dengan karakteristik yang dikenali dari makanan
yang menunjukan kandungan nutrisi dan kelezatan yang tinggi. Jika diragukan, observasi
pada binatang yang memakan makanan ternak akan menunjukannya, bagi peternakan
memilih dan mengembangkan makanan yang berkualitas tinggi. Evaluasi fisik dari
makanan hewan, terutama makanan ternak adalah berdasarkan pada penampilan visual
dan baunya. Apakah terlihat bagus dan berbau enak? Karakteristik dari jerami yang baik
karakteristik yang mudah diamati dari jerami yang mempunyai nilai makanan yang
tinggi adalah:
1. Jerami yang berasal dari tanaman pada awal kematangan yang menjamin kandungan
maksiumum dari protein, mineral dan vitamin dan kelezatan yang tertinggi.
2. Jeraminya berdaun, yang memberikan kepastian kandungan yang tinggi dari protein
dan nutrisi lain
3. Jeraminya berwarna hijau cerah, menunjukan perawatan yang baik, kaya akan karotin
dan provitamin A dan kelezatan.
4. Jerami bebas dari material asing, seperti rumput-rumput liar, kotoran dan lainnya
5. Jerami bebas dari jamur dan debu
6. Jeraminya mempunyai batang yang bagus dan lunak tidak mentah, tidak keras,
berkayu. Hal ini benar terutama ketika membandingkan potongan pertama dengan
potongan selanjutnya. Pemotongan selanjutnya cenderung kurang
7. Mempunyai aroma yang menyenangkan dan harum; harumnya cukup baik untuk
dimakan.
Karakteristik dari makanan ternak yang baik
Karakteristik yang mudah diamati dari makanan ternak yang bernilai tinggi adalah:
1. Telah bersih, bau asam laktat yang cukup menyenangkan, jelasnya kurang kotor
atau bau asam butyric dari makanan ternak yang tidak baik.
2. Mempunyai bau yang menyenangkan tidak pahit atau asam.
3. Tidak berjamur, apek atau berlumpur. Sama dalam kelembaban dan warna.
Umumnya, makanannya berwarna hijau kecoklat-coklatan adalah baik; makanan
1

ternak yang berwarna tembakau coklat atau coklat gelap menunjukan panas yang
berlebihan; dan makanan ternak hitam
Karakteistik dari padi-padian yang bagus dan konsentrat lainnya karakteristik fisik
yang mudah dikenali dari padi-padian yang baik dan konsentrat lainnya adalah:
1. Bijinya tidak potong atau retak
2. Bijinya rendah kandungan kelembabannya umumnya mengandung sekitar 88%
bahan kering.
3. Biji mempunyai warna yang bagus, karakteristik dari spesies.
4. Konsentrat dan biji bebas dari jamur
5. Konsentrat dan biji adalah bebas dari kerusakan oleh binatang mengerat (tikus)
dan serangga
6. konsentrat dan biji adalah bebas dari material asing seperti iron filings (kerikil,
besi)
7. Konsentrat dan biji adalah bebas dari bau tengik.
2) Evaluasi Biologis dari Makanan Ternak
Cukup sering, uji biologis digunakan dalam analisis dari mikronutrient pada makanan.
ada dua jenis dasar dari uji biologis (1) uji mikrobiologis, dan (2) penggunaan binatang
yang kekurangan nutrient. Uji biologis cenderung sulit dan memakan waktu. Sejumlah
besar sampel diperlukan untuk menghasilkan hasil statistik yang dapat dipercaya dan
cukup sering data yang didapatkan dari uji ini adalah sangat bervariasi. Uji menggunakan
binatang yang kekurangan nutrient adalah terutama tidak praktis karena (1) binatang
harus mempunyai jenis kelamin yang sama dan diperkirakan usia dan beratnya sama dan
(2) waktu yang dibutuhkan untuk memasukan kondisi yang kurang baik pada binatang
binatang ini.
UJI MIKROBIOLOGIS
Dalam uji mikrobiologis, sebuah mikroorganisme dipilih yang dikenal untuk menentukan
nutrient dalam pertanyaan. Karena itu, jika nutrient tidak ada, mikroorganisme yang
dipilih tidak akan tumbuh. Pertumbuhan medium adalah dipersiapkan sehingga secara
nutrisi melengkapi kecuali untuk nutrient yang akan diuji. Level level yang
ditingkatkan dari nutrient kemudian ditambahkan pada media dan kurva respon
pertumbuhan dipersiapkan. Sampel untuk di uji kemudian dapat dites dan dibandingkan
dengan kurva respon pertumbuhan untuk menentukan konsentrasi nutrient. Banyak dari
mikronutrient, seperti vitamin B kompleks, adalah diuji dengan cara ini.
KEKURANGAN NUTRISI BINATANG
Pada jenis pengujian ini, experimental binatang, seperti tikus dan anak ayam, diberikan
makanan yang kurang dalam sebuah nutrient tertentu. Kurva respon pertumbuhan adalah
dikembangkan dengan memberi makan sejumlah nutrisi pada beberapa binatang yang
kekurangan nutrisi. Binatang lainnya yang kurang baik memberkan produk untuk diuji
dan respon mereka dibandingkan dengan kurva pertumbuhan. Sebagai tambahan,
evaluator dapat mengamati perubahan dalam jaringan khusus sebagai level yang beragam
dari nutrient khusus yang di supplay. Contoh yang istimewa dari jenis assay ini adalah
bioassay untuk vitamin A. Tikus betina muda diawali diberikan vitamin A makanan
kurang baik untuk mengosongkan cadangan makanan. Makanan yang akan diuji dan level
2

yang ditingkatkan dengan konsentrasi yang diketahui dari vitamin A adalah untuk
memberi makan tikus yang kekurangan vitamin A. Tiga parameter kemudian diukur
untuk menentukan kandungan vitamin A dari makanan;
1. Respon pertumbuhan
2. Konsentrasi vitamin A di liver tikus dari beragam perawatan.
pengujian tingkat cornification dari vaginal epithelium. Pada kekurangan vitamin A,
lapisan dari vagina mengalami cornification.
Penentuan Pencernaan In Vitro
Banyak peneliti menggunakan tekhnik pencernaan in vitro untuk memperkirakan kadar
cerna dari berbagai makanan. Bebrapa peneliti menyebutnya sebagai evaluasi rumen
buatan. Cairan ruminal diperoleh baik dari pemompaan perut atau koleksi melaui rumen
fistula dan disaring melalui kain kartun tipis. Pipa uji mengandung buffer dan sampel
makanan disuntik dengan cairan yang mendung, secara teori, sebuah sampel representatif
dari mikroflora rumen. Sampel tersebut kemudian dijaga pada suhu tubuh hewan dalam
suatu lingkungan karbondioksida (anaerobik). Dalam lingkungan ini, mikroba mencerna
sampel makanan.
3) Evaluasi Kimia dari Makanan Ternak
a. Colorimetry dan Spectrophotometry
Colorimetry dan spectrophotometry adalah analisis kimia dimana cahaya
melewati larutan untuk menghasilkan informasi tentang konsentrasi dari beberapa
senyawa. Panjang gelombang tertentu dari cahaya melewati sampel dan jumlah dari
cahaya yang diserap oleh sampel memberikan sebuah indikasi dari konsentrasi senyawa
yang sedang diuji. Colorimetry berbeda dengan spectrophotometry dimana colorimetry
adalah berguna dalam mengukur panjang gelombang dalam wilayah yang terlihat dari
spektrum cahaya sedangkan spectrophotometry menggunakan panjang gelombang dalam
ultraviolet,
terlihat
dan
wilayah
infrared
dalam
spektrum.
Prosedur analitis bagi banyak para ahli nutris dan obat obatan melibatkan keduanya
baik colorimetry atau spectrophotometry. Vitamin A adalah contoh baik dari prosedur
colorimetric. Uji standar untuk vitamin A adalah pembedaan melibatkan perawatan
sampel dengan antimony trichloride. Larutan yang berwarna biru tua dihasikan, intensitas
yang tergantung pada sejumlah Vitamin A dalam Sampel. Solusi dari konsentrasi yang
tidak diketahui adalah diukur dalam colorimeter dan dibandingkan pada serangkaian
standar dari konsentrasi yang diketahui. Specthrophotometric uji adalah sama pentingnya
dengan colorimetric uji kecuali peneliti mempunyai mesin yang lebih berguna untuk
mengerjakannya.
Penyerapan atomik spectrophotometer adalah salah satu alat yang paling banyak
digunakan untuk analisis material, mempunyai kemampuan untuk mendeteksi banyak
mineral pada konsentrasi kurang dari 1 bagian per milyar (1 mcg/kg sampel). Sebagai
tambahan pada sensitivitas yang tinggi, mesin ini siap disesuaikan dengan otomatisasi,
jadi menunjukan ahli kimia metoda yang cepat dan akurat dari analisis makanan.
Penyerapan atomik spectrophotometer bekerja dengan prinsip yang sedikit berbeda dari
spectrophotometer biasa. Prinsip utama dalam mesin ini adalah ketika senyawa tertentu
3

(sebagai contoh, mineral) diuapkan, mereka memancarkan cahaya dari sebuah


karakteristik panjang gelombang. Mesin disesuaikan untuk mendeteksi cahaya ini.
b. Metode Van Soest
Meskipun sistem Weende tentang analisis pakan selama bertahun-tahun telah dan
terus menjadi sebuah perangkat yang berguna untuk memprediksi nilai kandungan nutrisi
dalam pakan, namun bukan berarti sistem ini tak memiliki kekurangan atau tak butuh
beberapa perbaikan. Faktanya, sistem ini memiliki beberapa keterbatasan nyata,
khususnya dalam kaitannya dengan serat mentah (crude fiber) dan pecahan-pecahan
ekstraksi yang bebas nitrogen.
A. Yang pertama, serat mentah ketika diteliti bukanlah zat yang seragam secara
kimiawi namun sebuah campuran berbagai unsur, unsur-unsur utamanya adalah selulosa,
hemiselulosa, dan lignin. Meskipun selulosa dan hemiselulosa memiliki nilai kandungan
nutrisi yang hampir sama, keduanya memiliki nilai pakan yang jauh lebih tinggi untuk
hewan pemamah biak dibandingkan untuk hewan non-pemamah biak. Di sisi lain, ligin
sebagian besar mudah dicerna oleh semua ternak. Yang lebih memperumit situasinya
adalah fakta bahwa hanya sebuah bagian hemiselulosa dan ligin yang dihasilkan dalam
pecahan serat mentahnya, dengan bagian-bagian sisanya yang muncul sebagai NFE, yang
biasanya dianggap sebagian besar tersusun dari gula dan kanji yang sangat mudah
dicerna. Akibatnya, sampai pada taraf dimana hemiselulosa dengan digestibilitas yang
rendah dan lignin yang mudah dicerna terdapat di dalam pecahan NFEnya, pecahan
ini akan lebih besar dan memiliki digestibilitas rata-rata yang lebih rendah dibandingkan
jika pecahan tersebut tersusun dari gula dan kanji. Pada saat yang sama, nilai serat
mentahnya tidak akan mencerminkan semua bagian pakan yang dapat dicerna.
B Banyak para pekerja selama beberapa tahun terakhir telah menguji berbagai
prosedur yang mungkin dapat memberikan pemisahan karbohidrat dalam pakan secara
lebih pasti daripada apa yang dihasilkan sistem Weende tentang analisis kurang lebih.
Hal ini berlaku khususnya dari sudut pandang pengevaluasian kumpulan pakan.
II. Sebuah prosedur yang mendapatkan banyak perhatian sebagai sebuah pengganti
penentuan serat mentah konvensional dikembangkan oleh Van Soest dan rekan-rekannya,
yang bekerja di laboratorium riset ARS miliki USDA di Beltsville, Maryland. Proses ini
mengharuskan pemisahan bahan kering pakan ke dalam dua pecahan (fraction) pecahan
yang pertama yang memiliki daya cerna (digestibilitas) yang baik dan yang kedua yang
memiliki digestibilitas yang buruk dengan mendidihkan 0,5-1,0 g sampel pakan di
dalam sebuah larutan deterjen netral (3% sodium lautrl sulfate yang dibufferkan ke pH
7,0)
selama
satu
jam
dan
dilakukan
penyaringan.
A. Larutan deterjen netral yang mudah larut (NDS) adalah bagian terbesar
kandungan sel, yang utamanya terdiri dari lipid, gula, kanji dan protein dan semuanya
memiliki digestibilitas yang tinggi, yang memiliki digestibilitas rata-rata sekitar 98%.
Digestibilitas tersebut tampaknya tidak dipengaruhi oleh banyaknya larutan-larutan
deterjen
netral
yang
tak
dapat
larut
yang
ada.
Larutan-larutan deterjen yang sulit larut tersebut biasanya disebut sebagai serat deterjen
netral (NDF). Larutan ini merupakan bagian terbesar dinding sel tanaman dan kadangkadang disebut sebagai unsur-unsur dinding sel atau unsur pembentuk dinding sel, yang
banyak tersusun dari selulosa, lignin, silika, hemiselulosa dan beberapa protein.
4

Dalam prosedur Van Soest, semua lignin dan hemiselulosa dimasukkan di dalam
pecahan NDF, sementara pada metode Weende, dua unsur tersebut dihilangkan dari serat
mentah ke NFEnya. Sebagai akibatnya, NDF ketika ditentukan dengan prosedur Van
Soest jauh lebih tinggi daripada nilai serat mentah konvensional untuk beberapa pakan.
B. Untuk menentukan ligin dalam sebuah sampel hijauan, Van Soest mengedepankan
penggunaan apa yang dikenal sebagai prosedur liginin deterjen asam. Dalam metode ini,
prosedur tersebut digunakan sebagai langkah persiapan. Proses ini mengharuskan
perebusan 1,0 sampel bahan yang dikeringkan-udara dalam sebuah larutan deterjen asam
(49,04 g solutic acid dan 20 g cetyl trimethylammonium bromide per liter) selama satu
jam dan dilakukan penyaringan. Larutan-larutan yang tak dapat larut atau residuresidunya membentuk apa yang dikenal sebagai serat deterjen asam (ADF) dan terdiri
dari selulosa, lignin dan silika dalam beragam jumlah. ADF berbeda dari NDF karena
NDF mengandung sebagian besar hemiselulosa pakan dan di dalam ADF tidak terdapat
protein. Perbedaan jumlah NDF dan ADF adalah sebuah penghitungan hemiselulosa
dalam
pakan.
Untuk menentukan banyaknya lignin yang ada, ADF kemudian dicerna di dalam 72%
H2SO4 pada suhu 15oC selama 3 jam dan disaring. Residu yang tersisa setelah
pencucian dan pengeringan ditimbang dan dibuat jadi serbuk. Serbuk yang tersisia
memperlihatkan silika yang ada, sementara berkurangnya berat selama pembentukan
serbuk memperlihatkan lignin dan disebut sebagai lignin deterjen asam (ADL) dan secara
lebih spesifik sebagai lignin yang tak dapat larut dalam asam.
C. Sebagai sebuah metode alternatif untuk mengetahui kadar lignin yang
memiliki beberapa kelebihan untuk bahan-bahan tertentu mengharuskan dilakukannya
oksidasi lignin ADF yang memiliki kelebihan larutan potassium permanganate yang
dibufferkan asam acetik. Lignin yang ditentukan kadarnya seperti ini disebut lignin
permanganate. Variasi metode ini dapat digunakan menyisihkan kutin yang terdapat di
banyak kulit benih, yang jika tidak, akan diukur kembali.
D. Suhu pemrosesan hijauan di atas 50oC cenderung meningkatkan produksi
lignin pada kedua metode di atas khususnya lewat produksi lignin artifak melalui reaksi
pencoklatan non-enzimatik. Kandungan nitrogen ADF dianggap sebagai ukuran yang
sensitif untuk tingkat kerusakan tersebut dan berperan sebagai dasar untuk
memperkirakan lignin artifak.
E. Segera sesudah NDS, NDF, ADF, dan ADL telah ditentukan untuk sebuah
hijauan, digestibilitas sesungguhnya bahan kering hijauan dapat dihitung dengan
menggunakan rumus berikut: 0,98 NDS + (1,473 0,789 log10 lignin) NDF dimana di
dalamnya NDS dan NDF dinyatakan sebagai persentase bahan kering hijauannya, dan
lignin adalah persentase lignin yang dapat dapat larut dalam asam di dalam pecahan
ADFnya.
F. Sehingga, digestibilitas bahan kering hijauan dapat dihitung dengan
mengurangi angka digestibilitas sesungguhnya, sebuah pengurangan bahan kering
metabolik yang ada dalam feces, yang menurut Van Soest pada jumlah rata-rata 12,9%
konsumsi bahan keringnya.
c. Analisis Proksimat
Analisis Proksimat adalah suatu metoda analisis kimia untuk mengidentifikasi
kandungan
zat
makanan
dari
suatu
bahan
pakan
/
pangan.
5

Istilah proksimat mengandung arti bahwa hasil analisisnya tidak menunjukkan angka
sesungguhnya, tetapi mempunyai nilai Mendekati. Hal ini disebabkan komponen dari
suatu fraksi masih mengandung komponen lain yang jumlahnya sangat sedikit yang
seharusnya tidak masuk kedalam fraksi yang dimaksud. Namun demikian analisi kimia
ini adalah yang paling ekonomis (relaif) dan datanya cukup memadai untuk digunakan
dalam penelitian dan keperluan praktis.
Prinsip Kerja Prosedur Analisis Proksimat
1. Analisis Air
Prinsip
Menguapkan air yang terdapat dalam bahan dengan oven dengan suhu 100-100 oC dalam
jangka waktu tertentu (3-24 jam) hingga seluruh air yang terdapat dalam bahan menguap
atau penyusutan berat bahan tidak lagi berubah. % = Berat awal bahan Berat akhit
bahan setelah di oven X 100%
Berat awal bahan
*Kelemahan
1) Tidak hany air yang menguap tetapi senyawa-senyawa asam-basa organik sederhana
yang ikut menguap ( misalnya : asm asetat, asam butirat, asam propionat, ester,dll)
2) Air yang terikat dalam senyawa sukar untuk menguap sehingga mengurangi total air
yang sebenarnya.
* Komponen air
Air dan asam-basa organik yang mudah menguap.
2. Analisis Abu
* Prinsip
Membakan bahan dalam Tanur dengan suhu 600oC selama beberapa waktu (3-8 jam)
sehingga seluruh unsur utama pembentuk senyawa organik (C, H, O, N) habis
terbakar dan berubah menjadi gas, sisanya yang tidak terbakar adalah abu yang
merupakan kumpulan dari mineral-mineral yang terdapat dalam bahan, dengan kata
lain abu merupakan total mineral bahan. %= Berat abu
Berat Bahan
*Kelemahan
1) Tidak selurunya unsur utama pembentuk senyawa organik dapat
terbakar
dan berubah menjadi gas, oksigen ada yang masih tinggal dalm abu sebagai senyawa
oksida
(misal
CaO)
dan
karbon
sebagai
karbonat.
2) Sebagian mineral tertentu menguap menjadi gas( misal sulfur sebagai H2S)
Komponen abu :
Mineral-mineral oksida dan karbonat.
3. Analisis Protein
* Prinsip
6

Penerapan niali protein kasar dilakukan secara tidak langsung karena analisis ini
didasarkan kepada penentuan kadar nitrogen yang terdapat dalam bahan. Kandungan
nitrogen yang diperoleh dikalikan dengan angka 6,25 sebagai angka konversi menjadi
nilai protein. Nilai 6,25 diperoleh dari asumsi bahwa protein mengandung 16%
nitrogen ( perbandingan protein dan nitrogen = 100 : 16 = 6.25:1). Pnentuan nitrogen
dalam analisa ini melalui 3 tahap analisis kimia.
1) Digesti /destruksi
Menghancurkan bahan menjadi komponen sederhana sehingga N dalam bahan
terurai dari bahan organiknya kemudian di ikat oleh H2SO4 menjadi (NH4)2SO4
2) Destilasi
Pengikatan komponen organik tidak hanya pada nitrogen saja tetapi juga pada
komponen
lain,
oleh
karena
itu
nitrogen
harus
diisolasi.
Untuk melepaskan nitrogen dalam larutan hasil destruksi adalah dengan
membentuk gas NH3
Pemberian NaOH 40% bila dipanaskan akan berubah menjadi gas NH3 dan air
yang kemudian dikondensasi
NH3 akhirnya ditangkap oleh larutan asam borat 5% membentuk (NH4)3 BO3
3) Titrasi
Nitrogen dalam (NH4)3 BO3 ditentukan jumlahnya dengan cara titrasi dengan
HCl
* Kelemahan
1) Nitrogen yang terdapat dalam bahan selain terdapat dalam protein juga
terdapat dalam senyawa organik lain yang bukan protein, senyawa protein
yang bukan berasal dari senyawa protein disebut NPN (Non Protein
Nitrogen), sehingga terhitung sebagai protein kasar.
2) Nilai 6,25 tidak selalu tetap, tergantung yang dianalisis umumnya protein
nabati kurang dari 6.25 sedangkan protein hewani lebih dari 6.25. bilamana
anda mendapat data mengenai angka yang tepat untuk bahan yang anda
analisis
maka
pakailah
data
anda
tersebut.
Komponen Protein kasar
Protein, asam amino bebas, amine nitrat, glukosida mengandung glikolipid,
vitamin B, asam nukleat, HCN.
4. Analisis Lemak Kasar
* Prinsip
Melarutkan (ekstraksi) lemak yang terdapat dalam bahan dengan pelarut lemak
(ether) selama beberapa waktu (3-8 jam) ekstraksi mengunakan alat gold fisch.
Beberapa pelarut yang dapat digunakan adalah: kloroform proteleum benzena, aseton,
heksana. Lemak yang terekstraksi oleh larutan lemakterakumulasi dalam wadajh
pelarut (labu socklet dan gold fisch) kemudian dipisahkan dari pelarutnya dengancara
dipanaskan dalam oven suhu 105 oC, pelarut akan menguap sedangkan lemak tidak
(titik didh lemak lebih dari 105oC) sehinga tidak menguap dan tinggal dalam wadah,
lemak
yang
tinggal
dalam
wadah
ditentukan
beratnya.
Lemak kasar % = Berat lemak x100%
7

Berat awal bahan


* Kelemahan
1) tidak hanya lemak yang dapat larut dalam pelarut lemak tetapi terdapat pula
komponen senyawa organik lain yang bukan lemak larut dalam pelarut lemak
misalnya : pigmen, asam organik, klorofil, sterol, vitamin A,D, E, K) sehingga
terhitung sebagai lemak.
2) Lemak dengan bobot molekul besar serta kompleks sulit larut dalam pelarut lemak
sehingga bahan yang demikian umumnya dari hewan dan cara untuk mengatasi
terlebih dahulu hharus didekstruksi agar larut dalam pelarut lemak misalkan dengan
HCl.
Komponen Lemak kasar
Lemak, minyak, malam, pigmen, asam organik, klorofil, streol, vitamin A,D,E,K)
5. Analisis Serat Kasar
* Prinsip
Komponen dalam suatu bahan yang tidak dapat larut dalam pemamasan dengan asam
encer dan basa encer selama 30 menit adalah serat kasar maka bagian yang tidak larut
tersebut residu) dibakar sesuai denga prosedur analisis abu selisih antara residu
dengan
abu
adalah
serat
kasar.
Serat kasar % = Berat residu berat abu x 100%
Berat bahan
* Kelemahan
1) Terdapat sebagian kecil senyawa organik yang tergolong serat kasar dapat larut
dalam asam dan basa encer, sehingga mengurangi nilai kandungan komponen
serat
miasalnya
selulosa,
hemiselulosa,
lignin
Komponen serat kasar Selulosa, hemiselulosa, lignin
2. Tujuan dari Masing-Masing Evaluasi Pakan
1) Secara Fisik
Untuk menghasilkan atau membeli makanan yang superior perlu untuk diketahui apa
yang merupakan kualitas makanan dan bagaimana untuk mengenali atau mereka perlu
untuk menjadi familiar dengan karakteristik yang dikenali dari makanan yang
menunjukan kandungan nutrisi dan kelezatan yang tinggi. Jika diragukan, observasi
pada binatang yang memakan makanan ternak akan menunjukannya, bagi peternakan
memilih
dan
mengembangkan
makanan
yang
berkualitas
tinggi.
2) Secara Biologis
a. Untuk mengetahui kecernaan pakan
b. Untuk mengetahui palatabilitas
3) Secara Kimiawi
Untuk mengetahui persetase kandungan suatu zat yang terdapat pada suatu bahan
pakan
3. Keuntungan dan kerugian dari masing-masing evaluasi pakan
1) Keuntungan secara Fisik
Keuntungan dari sistem ini tidak boleh diperkecil mereka adalah:
1. Kebanyakan laboratorium adalah dilengkapi untuk menggunakan jenis dari
8

analisi ini. Peralatan yang mahal dan rumit adalah tidak diperlukan
2. Memberikan evaluasi umum yang baik dari kegunaan makanan untuk binatang.
Makanan yang tinggi akan serat kasar mungkin akan menjadi inferior dalam nilai
makanan pada salah satu yang mempunyai serat kasar yang sangat rendah. Jika
tidak, makanan yang mempunyai kuantitas eter yang besar adalah kemungkinan
besar menjadi makanan kaya energi.
3. Total digestible nutrient (TDN) sistem standar makanan adalah berdasarkan
pada sistem analisis perkiraan. Sekarang, banyak para ahli nutrisi memfokuskan
pada sistem energi bersih dari standar makanan, tetapi sistem TDN kemungkinan
besar akan tetap digunakan, menurun, untuk beberapa waktu ke depan.
4. Kebanyakan data yang ada dari komposis makanan untuk didatakan adalah
dilaporkan dalam istiah analisis perkiraan.
Kerugian secara fisik
1. Sistem tidak menentukan nutrisi individual dari makanan. Daripada, fraksi
yang mewakili campuran dari beragam nutrisi.
2. Tidak terlalu akurat. Penilaian yang digunakan dalam kalkulasi dari beberapa
komponen. Protein kasar dan serat kasar adalah perkiraan kasar dari fraksi
masing masing mereka.
3. Prosedurnya memakan waktu lama. Ada sedikit penyesuaian pada otomatisasi
dalam analisis perkiraan. Banyak dari para ahli fraksi melibatkan beberapa
berat sampel dan prosedur lainnya yang harus diselesaikan oleh ahli teknis
laboratorium.
4. Tidak memberikan berapa material yang tidak dapat dicerna dalam makanan.
Sayangnya, perawatan asam alkali melarutkan banyak dari tanaman lignin,
zat skeletal tanaman yang mana tidak ada binatang manapun yang dapat
mencerna, yang membuatnya tidak mungkin untuk memperkirakan secara
akurat berapa bahan yang tidak dapat dicerna ada dalam makanan. Metoda
yang meremehkan nilai nutritif dari sedikit makanan, meremehkan yang
lainnya, dan gagal untuk menunjukan bagaimana unsur pokok dari residu
yang tidak dapat dicerna adalah berhubungan dengan yang lainnya atau fungsi
apa
dari
mereka
yang
menunjukan
dapat
dicerna.
Tidak terlalu baik. Analisis perkiraan tidak memberikan informasi relatif dari
dari kelezatan, tekstur, toksitas, gangguan pencernaan, efek asosiatif dari
makanan ternak atau ketersediaan nutrisi. Baik hal tersebut memberitahu
tentang tanah dimana makanan tumbuh, walaupun fakta bahwa tanah kaya
akan molybdenum dan selenium mempengaruhi komposisi dari makanan yang
dihasilkan. Jadi, tahap-tahap selanjutnya harus diambil untuk mengevaluasi
makanan
2) Keuntungan secara biologis
1. Dapat mengetahui Kecernaan dari suatu pakan oleh suatu hewan ternak
2. Dapat mengetahui palatabilitas dari suatu pakan
3. Hanya sejumlah kecil materi sampel yang diperlukan untuk evaluasi. Jika
seekor ternak baru diteliti, peneliti dapat sepenuhnya menggunakan apa yang
mungkin jumlah materi terbatas yang akan dikerjakan.
9

4. Sejumlah besar sampel dapat diselesaikan dalam satu waktu. Peningkatan


jumlah replikasi tiap percobaan ini, dengan cara demikian meningkatkan
akurasi hasil secara statistik
5. Sangat sedikit peralatan yang diperlukan; dan peralatan yang digunkan dapat
diperoleh dengan harga yang murah. Metode ini mengurangi biaya analisis
6. Hasil dri pengujian in vitro snagat berkaitan dengan hasil in vivo. Ada
pengecualian, tapi, secara umum, analisis in vitro akan memberi hasil yang
dapat
diandalkan
juga
pada
nilai
relatif
dari
makanan.
Kerugian secara biologis
1. Prosedur uji biologis cenderung sulit
2. Memakan waktu yang cukup lama
3. Uji menggunakan binatang yang kekurangan nutrient adalah terutama
tidak praktis karena (1) binatang harus mempunyai jenis kelamin yang
sama dan diperkirakan usia dan beratnya sama dan (2) waktu yang
dibutuhkan untuk memasukan kondisi yang kurang baik pada binatang
binatang ini.
3) Keuntungan secara Kimiawi
1. Dapat mengetahui kandungan zat-zat apa saja yang terdapat pada bahan pakan
dan berapa persentasenya.
2. Cara analisisnya mudah
3. Biayanya ekonomis
Kerugian Secara Kimiawi
1. Data yang dihasilkan bukan merupakan data yang sebenarnya namun
mendekati
2. Menggunakan peralatan yang sangat rumit penggunaanya
3. Waktu yang digunakan cukup lama
4. Keabsahan apabila hanya menggunakan salah satu cara saja.
Apabila hanya menggunakan evaluasi pakan secara kimia saja hasil dari
evaluasi pakanya bisa diterima karena meskipun hasil yang didapat bukan
merupakan hasil yang sebenarnya, tetapi mempunyai nilai mendekati,
yang sesuai dengan analisis proksimat yang datanya cukup memadai untuk
digunakan dalam penelitian dan keperluan praktis. Apabila hanya
menggunakan evaluasi pakan secara biologis saja hasil dari evaluasinya
dapat diterima karena merupakan cara yang terbaik sebagai analisis pakan
dan pangan namun cara ini sangat memerlukan biaya yang tinggi dan
waktu yang cukup lama untuk menentukan hasil dari evaluasi pakan
tersebut. Dan apabila hanya menggunakan evaluasi pakan secara fisik saja
hasil dari evaluasi ini tidak dapat sepenuhnya diterima sebagai hasil
evaluasi pakan untuk kepentingan data dalam penelitian karena sistem ini
tidak dapat mengetahui kandungan suatu bahan pakan secara spesifik.
5. Hidrolisis
Hidroisis adalah fenomena dimana bila garam-garam dilarutkan dalam air,
larutan itu tidak selalu bereaksi netral. Hal ini disebabkan karena sebagian
10

dari garam berinteraksi dengan air; Akibatnya, ion hydrogen atau ion
hidroksil tertinggal dengan berlebihan dalam larutan, dan larutan itu
sendiri masing-masing menjadi asam atau bersifat basa. Untuk mengerti
fenomena hidrolisis dengan baik, ada baiknya kits memeriksa sifat-sifat
dari empat kategori garam sendiri-sendiri. Semua garam yang ada akan
masuk dalam slah satu kategori berikut
1. Garam-garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat, misalnya
kalsium klorida.
2. Garam-garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat, misalnya
natrium asetat.
3. Garam-garam yang berasal dari asam kuat dan basa lemah, misalnya
ammonium klorida.
4. Garam-garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah, misalnya
ammonium asetat.
Golongan-golomgan ini berperilaku berlainan pada hidrolisis
1. Garam dari asam kuat dan basa kuat,bila dilarutkan dalam air
menunjukan reaksi yang netral karena baik anion dan kationnya
masing-masing tak ada yang bergabung dengan ion hydrogen aupun
hidroksil.
2. Garam dari asam lemah dan basa kuat,bila dilarutkandalam air
menghasilkan larutan yang bereaksi basa. Sebabnya adalah karena
anion bergabung dengan ion hydrogen membentuk asm lemah yang
sangat sedikit berdisosiasi.sehingga ion hidroksil tertinggal dalam
larutan.

SUMBER : http://novalinahasugian.blogspot.com/

11

Anda mungkin juga menyukai