I. PENDAHULUAN
Bahan pakan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan dan dapat dicerna
Bahan pakan terdiri dari dua kelompok, yaitu bahan pakan asal tanaman dan non
tanaman (ternak atau ikan). Kualitas suatu bahan pakan ditentukan oleh kandungan
zat nutrien atau komposisi kimianya, serta tinggi rendahnya zat anti nutrisi yang
dipelajari dan menghindari adanya suatu bahan pakan yang memiliki nilai ganda.
Penganalisaan bahan pakan perlu adanya pengetahuan tentang alat-alat yang akan
digunakan.
kerja dalam melakukan proses penelitian. Selain itu juga pengenalan alat praktikum
bertujuan agar mahasiswa mengetahui nama dan fungsi dari alat-alat bahan
Pemahaman fungsi dan cara kerja peralatan serta bahan harus mutlak dikuasai
melakukan kegiatan praktikum, alat-alat yang harus steril dari mikroba. Kita
2
sebagai praktikan harus mengenal alat-alat laboratorium dan semua fungsi peralatan
perlakuan yang berbeda pula. Tujuan dan mengetahui sifat-sifat suatu bahan pakan
kandungan nutrien suatu bahan baku pakan atau pakan. Metode analisa proksimat
pertama kali dikembangkan oleh Henneberg dan Stohman pada tahun 1860
menjadi enam fraksi nutrient yaitu, kadar air, kadar abu, protein kasar, lemak kasar,
Energy total atau gross energy makanan adalah jumlah energi kimia dalam
makanan. Energi ini ditentukan dengan mengubah energi kimia menjadi energi
panas dan diukur jumlah panas yang dihasilkan. Panas ini diketahui sebagai energi
total atau panas pembakaran dari makanan. Energi bruto suatu bahan dapat
Asam lemak bebas atau disebut FFA ditentukan sebagai kandungan asam
lemak yang terdapat paling banyak dalam minyak tertentu. Lemak dan minyak
secara praktis dapat menunjukkan adanya FFA pada bahan yang sudah diekstraksi
dari bahan pakan tertentu. Sebagian besar asam lemak mempunyai gugus kalori dan
3
alifatik. Penguji asam lemak bebas dimaksudkan untuk mengetahui asam lemak
yang terdapat dalam bahan tersebut, sehingga dapat diketahui beberapa lama bahan
Kandungan asam lemak bebas suatu bahan pakan merupakan salah satu
contoh senyawa yang terkandung dalam bahan pakan yang bersifat berbahaya
khususnya bagi tubuh bila sering dikonsumsi. Asam lemak bebas akan terbentuk
karena adanya proses pemanasan bahan pakan pada suhu tinggi. Lemak dalam suhu
September 2018, pukul 16.30 WIB. Praktikum Pengenalan Alat dan Uji Fisik
Analisis Proksimat, Gross Energy dan Free Fatty Acid dilaksanakan pada hari
Purwokerto.
4
2.1 Tujuan.
7. Mengetahui analisis proksimat berupa kadar air, kadar abu, protein kasar,
2.2 Manfaat.
tersebut.
kegunaannya.
kandungan gizinya.
6. Dapat mengetahui kadar asam lemak bebas pada suatu bahan pakan yang
diuji.
5
Pakan ternak ruminansia pada umumnya terdiri dari hijauan dan konsentrat.
Pakan hijauan adalah bahan yang berfungsi sebagai sumber serat atau sekaligus
sebagai sumber vitamin sedangkan pakan konsentrat adalah suatu bahan pakan
dengan nilai gizi tinggi yang dipergunakan bersama bahan pakan lain untuk
meningkakan keserasian gizi dari keseluruhan pakan. Pakan hijauan untuk ternak
ruminansia dapat berupa hijauan segar yang terdiri dari rumput dan daun-daunan
atau dapat berupa limbah pertainan baik yang segar maupun yang kering (Wijoyo
dkk, 2013).
Daun turi digunakan untuk makanan ternak dan pupuk hijau. Turi berpontensi
sebagai hijauan pakan yang berkualitas baik, karena kandungan proteinnya yang
kering sekitar 2,5-3 ton/ha/tahun. Komposisi nutrisi daun berdasarkan bahan kering
masing-masing meliputi protein kasar, serat kasar, lemak, BETN, dan abu masing-
masing sebesar 23,48; 9,38; 3,51; 53,53; dan 10,1% (Fuskhah dkk, 2014).
Ampas tahu dapat dijadikan sebagai bahan pakan sumber protein karena
mengandung protein kasar cukup tinggi berkisar antara 23-29% dan kandungannya
zat nutrient lain adalah lemak 4,93% dan serat kasar 22,65%. Umumnya limbah
yang melimpah ini dapat dimanfaatkan langsung sebagai pakan ternak tetapi asam
amino yang rendah dan serat kasar yang tinggi biasanya menjadi faktor pembatas
enzim yang membantu pencernaan karbohidrat, proten, dan lemak (Anjang, 2014).
6
dilengkapi denagn suatu tata tertib yang harus diikuti untuk menjaga keselamatan
termometer, tabung reaksi, gelas ukur, dan lain sebagainya. Alat yang digunakan
secara tidak langsung dalam praktikum merupakan alat bantu laboratorium, seperti
Pada dasarnya setiap alat memiliki namun yang menunjukan kegunaan alat,
prinsip kerja atau proses yang berlangsung ketika alat digunakan. Beberapa
(Khamidinal, 2009).
7
Menurut Khalil (1999), daya ambang merupakan jarak yang dapat ditempuh
oleh suatu partikel bahan jika dijatuhkan dari atas kebawah selama waktu tertentu.
gaya gravitasi jika suatu bahan punya daya ambang berbeda akan terjadi pemisahan
partikel. Sudut tumpukan adalah sudut yang dibentuk oleh pakan yang dicurahkan
pada bidang datar. Sudut tumpukan merupakan kriteria kebebasan bergerak suatu
suatu berat tertentu, mempunyai luas permukaan tertentu pula. Bahan pakan pada
berat tertentu mempunyai luas permukaan disebut luas permukaan spesifik. Peran
LPS adalah untuk mengetahui tingkat kehalusan dari bahan pakan tanpa diketahui
satuan bahan pakan pada suatu berat tertentu selalu berbeda. Luas permukaan
spesifik dilakukan dengan cara bahan pakan (sampel) diratakan pada millimeter
Sudut tumpikan adalah sudut yang dibentuk oleh permukaan bidang miring
bahan yang dicurahkan membentuk garis dalam bidang horizontal. Sudut tumpukan
model ini dikenal juga dengan analisis Wendee. Prinsipnya bahan pakan terdiri atas
dua bagian yaitu air dan bahan kering yang dapat diketahui melalui pembakaran
Analisis makronutrien analisis proksimat meliputi kadar abu total, air total,
lemak total, protein total dan karbohidrat total, sedangkan untuk kandungan
provitamin A secara kimia dalam buah-buahan dan produk hasil olahan dapat
absorpsi cair kinerja tinggi, kolorimetri dan spektrofotometri sinar tampak. Bahan
sebagai protein dengan teknik kydahl dan bagian lainnya (Danuarsa, 2011).
Bahan pakan mengandung zat-zat kimia yang secara umum semua makanan
mengandung air yang lebih banyak dari kandungan lain. Tinggi rendahnya kadar
air mempengaruhi kebutuhan hewan akan air minum. Banyaknya air yang
terkandung pada suatu bahan pakan dapat diketahui jika bahan tersebut dipanaskan
Gross energy didefinisikan sebagai energi yang dinyatakan dalam panas bila
suatu zat dioksider secara sempurna menjadi CO2 dan air. Tentu saja CO2 dan air
ini masih mengandung energi, akan tetapi dianggap mempunyai tingkat nol karena
hewan sudah tidak bisa memecahkan zat-zat melebihi CO2 dan air. Analisis kimia
9
1990).
mempengaruhi jumlah ransum yang masuk kedalam tubuh. Nilai energi bruto suatu
bahan pakan tergantung dari proporsi karbohidrat, lemak, dan protein yang
dikandung bahan pakan tersebut. Air dan mineral tidak menyumbang energi pakan
tersebut.
Sejumlah 4000 kkal energi bruto yang dikandung oleh ransum pada umunya
sebanyak 2900 kkal dapat dimetabolisir oleh ayam petelur dari jumlah 2300 kkal
Rasyaf (1994) jumlah energi yang dapat dimanfaatkan sewaktu ransum masuk
dalam tubuh unggas tergantung pada komposisi bahan makanan dan zat makanan
Minyak dan lemak terdiri dari trigliserida campuran yang merupakan ester
dari gliserol dan asam lemak rntai panjang. Trigliserida dapat berwujud padat dan
cair tergantung pada komposisi asam lemak penyusunnya. Sebagian lemak hewani
umumnya berbentuk padat pada suhu kamar karena banyak mengandung asam
Lemak berfungsi sebagai sumber energi yang berdensitas tinggi. Asam lemak
akan menghasilkan energi yang lebih tinggi dibandingkan dengan nutrien lain
seperti karbohidrat atau protein ketika dimetabolisme dalam tubuh. nilai energi
lemak sedikitnya dua kali lebih besar daripada karbohidrat (Wina, 2013).
10
didominasi oleh asam lemak dalam rumen dapat diatasi dengan pemberian asam
lemak tidak jenuh. Salah satu pakan suplemen yang tinggi kandungan energinya
adalah minyak ikan. Minyak ikan juga mengandung asam-asam lemak tak jenuh
(Yurleni, 2016).
11
4.1 Materi
4.1.1.1 Alat :
1. Alat tulis
2. Kamera
4.1.1.2 Bahan :
purpureum) mivea)
purpuroides) macullata)
purpureum cv.mott) L)
maximum) sp)
splendida) calothyrsus)
integra)
12
guineensis) officinale)
(Zea mays)
13
4.1.2.1 Alat :
1. Kamera
2. Alat tulis
4.1.2.2 Bahan :
2. Corong
3. Besi Penyangga
4. Timbangan Analitik
2. Nampan
3. Timbangan Analitik
2. Spidol
3. Timbangan Analitik
15
4.1.4.1.1 Alat :
3. Oven
4.1.4.1.2 Bahan
4.1.4.2.1 Alat :
4.1.4.2.2 Bahan :
4.1.4.3.1 Alat :
6. Oven
16
4.1.4.3.2 Bahan :
3. NaOH 1,5 N
4.1.4.4.1 Alat :
4. Waterbath
4.1.4.4.2 Bahan :
4.1.4.5.1 Alat :
4.1.4.5.2 Bahan :
3. H2SO4 pekat
4. Asam borat 4%
4.1.5.1 Alat :
4. Bucket
4.1.5.2 Bahan :
4.1.6.1 Alat :
3. Pipet tetes
4.1.6.2 Bahan :
2t
Perhitungan : tg ɑ= .
d
Gelas ukur 100 ml ditimbang untuk mengetahui berat kosong gelas ukur (A).
Berat (B−A)
Perhitungan : .
Volume
Bahan ditimbang 1 g.
jarak
Perhitungan : .
waktu
Ditimbang bahan 1 g.
tertentu.
luas
Perhitungan : .
berat
cawan porselin.
21
Sampel hasil perhitungan kadar air ditanur pada suhu 600oC selama 4-12 jam.
Sampel dimasukan ke dalam desikator selama 15-30 menit, lalu ditimbang dan
dicatat hasilnya.
Kemudian sampel ditanur pada suhu 600oC selama 3 jam kemudian dioven
selama 30 menit.
Sampel ditimbang sebanyak 1 gram, lalu dibungkus dengan kertas saring lalu
diikat.
Lalu dimasukan kedalam desikator selama 15-30 menit, lalu ditimbang dan
dicatat hasilnya.
Sampel diekstrasi dengan cara dimasukan kedalam labu soxhlet, lalu ditambah
Sampel ditimbang sebanyak 0,1 gram, lalu dimasukan kedalam labu kjeldahl.
sebanyak 10 ml.
Selang dimasukkan kedalam erlenmeyer yang berisi larutan asam borat dan
Pada saat desilasi, larutan asam borat pada erlenmeyer ditunggu sampai 60 ml.
merah muda atau pink, lalu dihitung volume HCl 0,1 N yang terpakai dan
dicatat hasilnya.
atm.
Dicatat suhunya setiap 10 detik sampai 10 kali dengan catatan suhu yang
suhu mulai dicatat ketika terjadi perubahan suhu yang besar dari suhu awal.
sebanyak 2 tetes.
26
5.1 Hasil
Rumput
1 Gajah Aerial Segar Dewasa 40-60 PK 8,3%
(Pennisetum hari
purpureum)
Odot
(Pennisetum
3 purpureum Aerial Segar Dewasa 35 hari PK 12-14%
civimat)
Jerima
4 Jagung Aerial Segar Dewasa 90 hari PK 8,6%
(Zea mays)
Setaria
5 Lampung Aerial Segar Dewasa 40 hari PK 7-8%
(Setaria
splendida)
Setaria
6 Anceps Aerial Segar Dewasa 40 hari PK 9,5%
(Setaria
spacelata)
28
Jerami Padi
7 (Oryza Aerial Diamoniasi/ Dewasa 90 hari PK 6,5%
sativa) Fermentasi
Rumput
8 Benggala Aerial Dilayukan Dewasa 40 hari PK 9,1%
(Panicum
maximum)
Daun Waru
9 (Hibiscus Daun Dilayukan Dewasa - PK 18,3%
tiliaceus)
Daun Dadap
10 (Ertrina Daun Dilayukan Dewasa - PK 2,9%
listospermae)
Daun Rami
11 (Boehmeria Daun Segar Dewasa - PK 22-24%
niven)
Daun Gamal
12 (Glirisida Daun Dilayukan Dewasa - PK >20%
maculate)
Daun Murbei
13 (Morus Daun Segar Dewasa - PK 23-26%
indica L)
29
Indigofera
14 (Indigofera Daun Segar Dewasa 60 hari PK 27%
sp.)
Daun Daun
15 Lamtoro dan Dilayukan Dewasa - PK 29,82%
(Leucaena Tangkai
glauca)
Daun Daun
16 Kaliandra dan Dilayukan Dewasa - PK 20-23%
(Caliandra Tangkai
calothyisus)
Daun Nangka
17 (Arthocarpus Daun Dilayukan Dewasa - PK 11,22%
integra)
Daun Pisang
18 (Musa Daun Dilayukan Dewasa - PK 10,97%
parasidica)
Daun Pepaya
19 (Carica Daun Dilayukan Dewasa - PK 16,77%
papaya)
Daun
20 Singkong Daun Dilayukan Dewasa - PK 20-27%
(Manihot
utillisima)
30
Dikeringkan-
1 Tepung Ikan Daging Digiling- - - PK 40%
(Animalia) Dihaluskan
CGF/
5 Corn Gluten Biji Sisa ekstraksi - - PK 22-24%
Feed lembaga minyak
(Zea mays)
Bungkil
6 Nyamplung Biji Sisa ekstraksi - - PK 21-22%
(Calophylum minyak
ninophilum)
31
Bungkil Sawit
8 (Elaeis Daging Sisa ekstraksi - - PK 20%
guineensis) buah minyak
Bungkil Daging
9 Kelapa buah Sisa ekstraksi - - PK 21%
(Cocos kelapa minyak
nucifera)
Millet
10 (Penisetum Biji Dikeringkan - - PK 8,4%
glaucum)
Gaplek Umbi
11 (Manihot tanpa Dikeringkan - - PK 1-2%
utillisima) kulit
Limbah hasil
Onggok pembuatan - - PK 1-2%
14 (Manihot Umbi tepung
utillisima) tapioca
32
Limbah hasil
16 Dedak Padi Kulit ari penggilingan - - PK 11,5%
(Oryza sativa) padi
20 Urea - - - - N 46%
(𝐶𝑜(𝑁𝐻2 )2 )
22 EM4 - - - - Feed
(Mikroorganis Addictive
me)
23 Vitamin - - - - Sumber
vitamin
33
24 Rumensin/ - - - - Feed
Monensin Addictive
25 Feed - - - - Feed
Supplement Supplement
26 Feed - - - - Feed
Supplement Supplement
2 Bucket Menganalisis
gross energy
3 Oven Memanaskan
bahan
34
6 Kondensor Menstabilkan
suhu
7 Pure it Menghasilkan
akuades
8 Destruktor Merenggangkan
ikatan
Untuk destilasi
9 Desilator menganalisis
protein kasar
10 Tanur Menganalisis
kadar abu
35
Mengambil
3 Pipet Tetes larutan dalam
jumlah tetes
Mengambil
4 Pipet Seukuran larutan dengan
volume yang
telah ditentukan
Mengambil
5 Pipet Volume larutan dengan
volume tertentu
6 Spatula Mengambil
sampel
36
7 Pengaduk Mengaduk
larutan
Menampung
sampel analisis
8 Labu Kjeldahl protein kasar
pada saat proses
destruksi
Menampung
sampel analisis
10 Labu Soxhlet lemak kasar pada
saat proses
ekstraksi
Menyedot dan
12 Filler mengeluarkan
larutan
37
13 Erlenmeyer Mencampur
larutan
16 Corong Membantu
memasukkan
larutan
Menampung
17 Cawan Porslin sampel pada saat
ditanur/oven
Menyaring
18 Corong Buchner sampel analisis
serat kasar
38
Menampung
20 Cawan sampel pada
analisis gross
energy
21 Desikator Menurunkan
suhu.
Menimbang
22 Timbangan Analitik sampel dengan
ketelitian 0,0001
gram.
39
Kelompok ST BJ DA LPS
Kelompok 1
Kelompok 2
Kelompok 3
Kelompok 4
Kelompok 5
Kelompok 6
b. Diameter : 19 cm
Perhitungan :
2t 2 x 6,5
tg α = = = 38,20o 𝑆𝑇𝑘𝑒𝑙.5 = 38,20 o
d 19
c. volume : 100 ml
40
Perhitungan :
Perhitungan :
jarak 1
DAKel.5 = = = 0,67 m/s
waktu 1,5
Perhitungan :
luas 27,04
LPSKel.5 = = = 27,04 cm2 /g
berat 1
Kelompok Bahan Pakan K Air (%) K Abu (%) PK (%) SK (%) LK (%)
Perhitungan :
Perhitungan :
38,4325 − 38,3016
= x100% = 6,54%
2,0028
Perhitungan :
SK
(brt sampel stlh oven − brt sampel stlh tanur − brt kertas saring)
= x 100%
berat sampel
Perhitungan :
1,0076 − 0,9413
= x100% = 2,99 %
1,0076
b. N HCl : 0,1 N
Perhitungan :
Diketahui :
j. BK = 90,22
Perhitungan :
tc − ta 34 − 33
r1 = = = 0,2
5 5
b. N titran : 0,1 N
Perhitungan :
5.2 Pembahasan
Hijauan adalah bagian tumbuhan yang dijadikan pakan bagi hewan. Hijauan
yang sering digunakan yaitu rumput Gajah dengan grade PK 8,3%. Hal ini hampir
mendekati dengan Sari dkk (2015) menyatakan bahwa grade PK yang terdapat
bekatul, molasses, dan jagung. Nomenklatur jerami jagung yaitu Zea mays, Aerial,
dan Susanti (2017) bahwa daun gamal (Gliricidia sepium), nangka (Artocarpus
meningkat kadar protein kasar sedangkan kadar serat kasar cenderung berkurang.
Hijauan yang baik untuk pakan ternak yaitu hijauan yang belum tumbuh
bunga. Hal tersebut dikarenakan kurang disukai ternak dan telah menurunkan nilai
gizi hijauan tersebut. Pernyataan tersebut sesuai dengan Hartadi (1990) yang
vegetatif dan perbedaan nilai gizi hijauan terlihat pada umur pemotongan, sebab
semakin tua umur tanaman kandungan nutrisi khususnya protein semakin rendah,
Onggok merupakan limbah padat berupa ampas dari pegelolaan ubi kayu
menjadi tapioka dimana onggok sekitar 2/3 sampai 3/4 bagian dari bahan mentah
berupa singkong dan memiliki kandungan protein kasar 1,6-2,5% Yohanista dkk
bahwa kandungan protein kasar onggok sekitar 1-2%. Onggok memiliki nilai nutrisi
digunakan sebagai sumber energi yaitu millet, dedak, tepung jagung, onggok,
pollard dan tepung limbah soun. Menurut Siregar (1996) mengatakan bahwa
konsentrat sebagai bahan energy adala semua bahan pakan yang mengandung PK
kurang dari 20% bahan pakan tersebut banyak mengandung karbohidrat/gula yang
berbagai biji-bijian. Bahan pakan penguat ini meliputi bahan makanan yang berasal
dari biji-bijian seperti jagung giling, menir, bulgur, dedak, bekatul, bungkil kelapa,
tetes, dan berbagai umbi. Konsentrat dikatakan sumber protein karena mempunyai
kandungan protein lebih besar dari 20% Parakkasi (1999). Pernyataan tersebut
sebanding dengan apa yang dijelaskan dipraktikum bahwa rata-rata konsentrat yang
Alat untuk memanaskan bahan pakan dan pengeringan bahan pakan dengan
sesuai dengan Nayati dkk (2012) bahwa dalam prosedur untuk kadar air, oven
Cawan yang dibersihkan sampel dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 100-
menambahkan 1,8 ml reagen buret dan titrasikan ke dalam 200 ml sampel dalam
Pernyataan tersebut sesuai dengan Afrianto dkk (2014) bahwa dalam penelitian
tersebut untuk mengetahui bobot awal, sampel filet dihitung dengan menggunakan
timbangan analitik.
dan memanaskan bahan sampel sampai suhu tinggi. Pernyataan tersebut sesuai
dengan Sari dkk (2017) bahwa dalam proses pengujian kadar abu yang ditelitinya.
Pengujian kadar abu dengan cara cawan porselin yang telah dibersihkan dengan
diovenkan pada suhu 1050⁰C selama 2 jam. Mendinginkan dalam desikator selama
gram bahan, lalu ditanurkan pada suhu 650⁰C selama 3 jam, dinginkan dalam
Sudut tumpukan adalah sudut yang dibentuk ketika bahan dicurahkan pada
bahan dalam suatu tumpukan. Hasil dari kelompok 1 dan 4, sudut tumpukan pada
bungkil sawit masing-masing yaitu 39,47⁰ dan 41,85⁰. Penjelasan diatas hampir
mendekati dengan Budiansyah dkk (2011) bahwa nilai pada sudut tumpukan
Hasil dari kelompok 3 dan 6 sudut tumpukan pada bungkil kedelai memiliki
dikarenakan nilai bungkil kedelai 0,58⁰ lebih kecil dibandingkan dengan kelompok
6 yaitu, 32,82⁰. Pernyataan tersebut hampir mendekati dengan Ramli dkk (2011)
bahwa bungkil inti sawit berprotein memiliki rataan sudut tumpukan yang paling
kecil (28,32⁰± 1,82) dibandingkan dengan bungkil inti sawit (33,38⁰± 0,83) dan
sesui dengan Yanto (2011) bahwa sudut tumpukan (tg α) bahan ditentukan dengan
mengukur diameter dasar (d) dan tinggi (t) tumpukan saat bahan memantul setelah
satuannya adalah kg/𝑚2 . Menurut Ali (2013) dalam penelitiannya bahwa pada berat
jenis bungkil sawit memiliki nilai 1574,3 kg/𝑚2 . Pernyataan tersebut tidak sesuai
49
dengan yang dipraktikumkan dikarenakan satuan uuntuk berat jenis adalah gram
per ml.
Praktikum uji fisik pada bungkil kedelai memiliki nilai 0,5964 dan 0,6.
Pernyataan tersebut tidak sesuai dengan Diaro (2011) bahwa berat jenis pada
bungkil kedelai yaitu, 1,46± 0,07. Bungkil inti sawit memilik berat jenis yang tidak
mampir mendekati dengan Riswandi dkk (2017) bahwa prosedur pengukuran berat
jenis yaitu dengan menggunakan prinsip hokum Archimedes berat jenis dinyatakan
2,13 dan 1,61. Pernyataan tersebut tidak sesuai dengan Syumsu (2010) bahwa daya
ambang pada bungkil sawit memiliki rata-rata sekitar 1,92. Daya ambang yaitu
jarak yang ditempuh oleh suatu partikel bahan jika dijatuhkan dari atas kebawah
Daya ambang yang kita peroleh dari hasil partikum yaitu 0,59 dan 1,43.
bahwa rataan daya ambang pada keempat bukan yang diteliti dengan ukuran
partikel lolos saringan 1,5 mm dan 3,0 mm dengan nilai terendah adalah 1,53070
cm/detik bungkil kelapa 1,5 mm sedangkan nilai teringgi adalah 1,99363 cm/detik
pada kulit ari kedelai, 3,0 mm. analisis variasi jenis bahan pakan terhadap daya
50
alat penghisap, agar bahan tidak terpisah berdasarkan ukuran dan berat partikel.
Semakin pendek jarak jatuh partikel bahan yang dicapai per satuan waktu pada
jakrak yang telah ditetapkan maka daya ambangnya besar Tilman (1993). Partikel
yang mempunyai daya ambang besar akan lebih dahulu terhisap, sehingga bahan
dengan daya ambang kecil akan jatuh lebih cepat dan cenderung bertumpuk pada
bagian bawah.
permukaan spesifik besar atau tingkat kehaluasan tinggi maka dalam suatu
packaging akan memuat bahan pakan yang lebih banyak, hal ini berarti transportasi
dan penyimpanan akan menjadi menjadi berkurang. Hal ini sesuai dengan pendapat
komposisi kimia dan nilai nutrisi saja tetapi juga menyangkut sifat fisik sehingga
Luas permukaan spesifik adalah luas permukaan spesifik bahan pakan dengan
kehalusan dari bahan pakan tanpa diketahui distribusi, ukuran komposisi partikel
dipraktikumkan bahan luas permukaan spesifik adalah bahan pakan pada suatu
Luas permukaan spesifik yang paling tinggi dipraktikum yaitu 27,04 𝑐𝑚3 /𝑔𝑟
untuk bungkil korpa. Pernyataan tersebut hampir mirip dengan Retnani (2011)
bahwa sampel korpa seberat 1,0008 gram, luas permukaan spesifik yang diperoleh
32,22 𝑐𝑚2 /𝑔𝑟. Sampel korpa kedua dengan berat sampel 1.000 gram menghasilkan
LPS sebesar 26,25 𝑐𝑚2 /𝑔𝑟. LPS rata-ratanya sebesar 29,235 𝑐𝑚2 /𝑔𝑟. Hasil LPS
berbeda karena berat sampel juga berbeda dari kurang tetap saat meratakan dan
Prinsip kadar air yaitu bahan pakan yang dipanaskan pada suhu 105⁰C selama
8 jam maka seluruh airnya akan menguap. Pernyataan tersebut sesuai dengan
Aventi (2015) bahwa prinsip dari metode oven pengering adalah bahwa air yang
terkandung dalam suatu bahan akan menguap bila bahan tersebut dipanaskan pada
suhu 105⁰C selama waku tertentu. Perbedaan antara berat sebelum dan sesudah
Kadar air maksimal mencapai 14% dikarenakan semakin tinggi kadar air
yang baik untuk pertumbuhan mikroba, sehingga bahan pakan cepat membusuk.
Pernyataan tersebut sesuai dengan Kusumanungrum dkk (2012) bahwa kadar air
air merupakan media untuk transport substrat sekaligus sebai pereaksi pada proses
metabolism mikroorganisme.
Hasil yang didapat kelompok 37 dengan sampel bungkil klenteng adalah 9,78.
Kadar air suatu bahan pakan dapat dihitung dengan rumus berat cawan ditambah
berat sampel dikurang berat akhir dibagi dengan berat sampel lalu dikali 100%.
52
Pernyataan tersebut tidak sesuai dengan Malangi (2015) bahwa penentuan kadar air
ditambah lalu dihitung dengan rumus persentase kadar air sama dengan berat awal
Prinsip kadar abu yaitu bahan pakan yang dipanaskan pada suhu 600⁰C maka
senyawa organiknya akan teroksidasi menjadi 𝐶𝑂2 dan 𝐻2 𝑂 yang tersisa yaitu
mineral atau abu. Pernyataan tersebut sesuai dengan Karra (2003) bahwa
pemanasan didalam tanur adalah sengan suhu 400-600⁰C dan zat organik yang
6,54% ada beberapa faktor yang mempengaruhi. Hal tersebut sesuai dengan Rasyak
(2000) bahwa perbedaan hasil kadar abu disebabkan karena faktor tertentu. Faktor
Kadar abu adalah hasil dari pembakaran pada suhu 600⁰C. Disebut kadar abu
karena masih terdapat senyawa organik yang tidak teroksidasi yaitu oksigen dalam
bentuk oksida dan karbon dalam bentuk karbonat. Pernyataan tersebut sesuai
dengan Kartika (2012) bahwa kadar abu dapat menunjukkan total mineral dalam
Disebut serat kasar dikarenakan masih terdapat golongan fraksi serat dalam
senyawa organik seperti selulosa, hemiselulosa, dan lignin, sehingga bahan pakan
bahwa yang disebut serat kasar adalah semua zat organik yang tidak dapat larut
dalam H2 SO4 0,3N dan dalam NaOH 1,5N yang berturut-turut dimasak selama 30
53
menit (selulosa, lignin, sebagian dari pentose-pentosa). Serat kasar adalah bagian
dari pakan yang tidak dapat dihidrolisis oleh asam atau basa kuat.
Serat kasar adalah bahan pakan yang bebas lemak dan air yang larut dalam
asam dan basa kuat. Sebagian senyawa organic lain akan ditanur, kehilangan berat
setelah ditanur disebut serat kasar. Pernyataan tersebut berbeda dengan Sinurat
(2012) bahwa sampel yang dihidrolisis dengan asam kuat dan basa kuat encer,
sehingga karbohidrat, protein, dan zat lain terhidrolisis dan larut, kemudian disaring
dan dicuci dengan air panas yang mengandung asam dan alcohol, dan selanjutnya
8,07%. Pernyataan tersebut saat berbeda dengan Sari (2015) bahwa nilai rataan
serat kasar wafer rumput laut kumpai minyak dengan perekat keragian pada setiap
pada setiap lama waktu penyimpanan wafer rumput kumpai minyak dengan pelarut
Kadar lemak kasar, mengapa disebut demikian, karena tidak hanya lemak
yang larut dalam pelarut lemak tetapi juga terdapat vitamin A, D, E, K, pigmen,
klorofil, dan sterol. Pernyataan tersebut sesuai dengan Hernaman (2014) bahwa
lemak merupakan sekelompok besar molekul-molekul alam yang terdiri atas unsur-
unsur karbon, hydrogen, dan oksigen meliputi asam lemah malam, sterol, vitamin,
(2011) bahwa beberapa jenis bahan pelarut yang sesuai untuk ekstraksi lemak yaitu,
senyawa trigliserida yang bersifat nonpolar, glikolipida yang polar, lesitra, dan
fosfolipida. Petroleum ether atau heksa adalah bahan pelarut lemak nonpolar yang
2,99%. Hasil tersebut sangat berbeda dengan Kamal (1998) bahwa lemak kasar
rata-rata bahan pakan yaitu 14,28%. Tinggi rendahnya kadar lemak pada tanaman
dipengaruhi oleh spesies, umur, dan perbedaan bagian yang digunakan untuk
sampel.
Disebut protein kasar dikarenakan nitrogen tidak hanya berasal dari protein
tetapi juga berasal dari NPN (Non Protein Nitrogen). Pernyataan tersebut sesuai
dengan Silalahi (1994) bahwa protein kasar tidak hanya mengandung true protein
saja tetapi juga mengandung nitrogen yang bukan berasal dari protein (Non Protein
Prinsip dasar dari kadar protein yaitu destruksi untuk merenggangkan ikatan
N, destilasi untuk memecahkan ikatan N dan atau menangkap ikatan N, dan titrasi
sesuai dengan Budimawaranti (2011) bahwa pengukuran kadar protein secara tidak
langsung dengan mengukur kadar N dalam sampel dengan cara destruksi, destilasi,
dan titrasi.
31,42%. Tahapan titrasi pada praktikum ini menggunakan HCl 0,1N sampai
(2016) bahwa titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna dari ungu menjadi
hijau.
Priinsip gross energy yaitu bila suatu nutrien organic dibakar secara
sempurna, maka akan menghasilkan CO2 , H2 O, dan zat lainnya. Panas yang
dihasilkan disebut energi bruto. Pernyataan tersebut sesuai dengan Danuarsa (2010)
bahwa gross energy didefinisikan sebagai yang dinyatakan dalam panas bila suatu
3767,65 kkal. Menurut Rasyaf (1994) bahwa tinggi rendahnya energi dipengaruhi
Hasil yang didapat dari kelompok 39 dan 42 dengan sampel bungkil kelapa
dengan rata-rata nilainya adalah 3.827,18 kkal. Hasil tersebut sangat berbeda
dengan Juliati (2016) bahwa pada penelitiannya nilai rataan energi metabolis ampas
kelapa berkisar 2.980,7 kkal. Nilai energy metabolis ransum lebih tinggi, karena
energi yang terdapat dalam bahan makanan merupakan nilai energi kimia yang
1,435%. Hasil tersebut memiliki FFA yang sangat baik, karena jika melebihi dari
dengan Mustari (2000) bahwa bau tengik misalnya disebabkan oksidasi dari asam-
asam lemak tidak jenuh yang terdapat pada minyak dan lemak, dan melebihi 2%
nilai FFA.
56
Asam lemak bebas atau nama lainnya free fatty acid adalah asam lemak yang
terdapat paling banyak pada suatu minyak tertentu. Pernyataan tersebut sesuai
dengan Sutardi (2012) bahwa asam lemak bebas yaitu nilai yang menunjukkan
jumlah asam lemak bebas yang ada didalam lemak atau jumlah yang menunjukkan
beberapa banyak asam lemak bebas yang terdapat dalam lemak setelah dihidrolisa.
Penetapan asam lemak bebas berprinsip bahwa lemak bebas yang terdapat paling
Hasil rata-rata FFA seluruh kelompok adalah 0,605%. Hal ini terjadi karena
adanya beberapa factor, salah satunya adalah suhu kamar, minyak, dan factor lemak
dapat berbentuk padat atau cair, bergantung pada komposisi asam lemak yang
sejumlah asam lemak tidak jenuh, sedangkan lemak hewani pada umumnya
terbentuk padat pada suhu kamar karena banyak mengandung asam lemak jenuh.
57
6.1 Kesimpulan
yang berdasarkan enam fase, yaitu : asal mula (origin); Bagian (part) yang
diberikan kepada ternak; proses yang dialami oleh bagian tadi; tingkat
diatas 20%.
pada sudut tumpukan yaitu 38,20o, berat jenis sebesar 0,3419 g/ml, daya
ambang sebesar 0,67 m/s, dan luas permukaan sebesar 27,04 cm2/gr.
9. Hasil gross energy yang didapat dari kelompok 37 yaitu, sebesar 3767,64
kkal.
10. Hasil FFA yang didapat kelompok 37 dengan sampel bungkil klenteng
adalah 1,435%.
58
6.2 Saran
2. Ketika praktikum proksimat, waktu kuis ditambah sedikit lagi agar dapat
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, E., Evi L., otong S., dan Herman H. 2014. Pengaruh Suhu dan Lama
Blansing Terhadap Penurunan Kesegaran Filet Tagih Selama Penyimpanan
Pada Suhu Rendah. Jurnal Akuatika. 5(1) 45-54.
Ali, A. I.2013. Karakteristik Sifat Fisik Bungkil Kedelai, Bungkil Kelapa, dan
Bungkil Sawit. J. Agripet. 1(1): 1-6.
Amrullah, I. K. 2003. Nutrisi Ayam Petelur. Lembaga Satu Gunung Budi. Bogor.
Anjangan, M., Sri K., Arie F. M. 2014. Produksi Bahan Pakan Ternak dari Ampas
Tahu dengan Fermentasi Menggunakan EM4 (kajian pH awal dan lama waktu
Fermentasi. Media Peternakan.
Budiansyah, A., Resmi, Nahrowl, Komang G., Mggy T., dan Yantyati W. 2011.
Karakteristik Endapan Cairan Rumen Sapi Asal Rumah Potong Hewan
Sebagai Feed Supplement. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan. 119(1).
Budimawaranti. 2011. Komposisi dan Nutrisi Pada Susu Kedelai. FMIPA UNY.
Yogyakarta.
Danuarsa. 2010. Analisis Proksimat dan Asam Lemak pada Beberapa Komoditas
Kacang-Kacangan. Buletin Teknik Pertanian. 11(1): 52-57.
Fuskhan, E., R. Djoko S., Syaiful A., dan Florentina K. 2014. Uji Asosiasi Bakteri
Rhizobium Terseleksi dengan Leguminosa Pakan dalam Kondisi Tercekam
Salin. Jurnal Agripet. 14(1): 65-70.
Hayati, R., Ainun M., dan Farnia R. 2012. Sifat Kimia dan Evaluasi sensori Bubuk
Kopi Arabika. J. Floratek. 7(1): 66-75.
Hernaman, I., Tanuwiria, dan Wiyatna. 2014. Pengaruh Penggemukan sapi Potong
Terhadap Fermentasi Rumen dan Kecernaan In Vitro. Bionatura. 7(1): 46-58.
Jaelani, A. 2011. Kualitas Sifat Fisik dan Kandungan Nutrisi Bungkil Inti Sawit dan
Berbagai Proses Pengolahan Trude Palm Iol (CPO). Jurnal Al-Ulum. 33(3).
Juliati, K., D. Sudrajat, dan D. Kardaya. 2016. Pengaruh Substitusi Tepung Ampas
Kelapa dalam Pakan Komersil Terhadap Energi Metabolis Ayam Kampung.
Jurnal Peternakan Nusantara. 1(10: 159-164.
Kamal, M. 1998. Bahan Pakan Dan Ransum Ternak. Gadjah Mada Press.
Yogyakarta.
Karra. 2003. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University. Yogyakarta.
Kartika, E. Y. 2012. Penentuan Kadar Air dan Kadar Abu pada Biscuit. Jurnal
Kimia Analitik. 8(2): 1-15.
Khalil. 1999. Pengaruh kandungan Air dan Ukuran Partikel Terhadap Sifat Fisik
Pakan Lokal : Kerapatan tumpukan, Kerapatan Pemadatan Tumpukan, dan
Berat Jenis. Media PEternakan. 22(1).
Mujasina, A. 2011. Uji Fisik Jagung Giling pada berbagai Ukuran Partikel. Buletin
Nutrisi dan Makanan Ternak. 6(1).
Mustari. 2000. Pembuatan Pakan Ternak Unggas. Penerbit CV. Amisco. Jakarta.
Ramli, N., Yanto, Hasimy, sumiati, Kismawati, dan Estiana. 2011. Evaluasi Sifat
Fisika-Kimia dan Nilai Energi Metabolis Konsentrat Protein Bungkil Inti
Sawit Pada Broiler. JITV. 13(4).
Riswandi, Imsyah S., dan Putri. 2017. Evaluasi Kualitas Fisik Biskuit berbahan
dasar Rumput Kumpai Minyak dengan Level legium Rawa (Neptunia
Oleracea Lour) yang berbeda. Jurnal Peternakan Sriwijaya. 6(1): 1-11.
Sari, E. W., Yudi S., dan Hendra W. 2017. Briket Arang Berbahan Campuran
Ampas Daging Buah Kelapa dan Tongkol Jagung. Jurnal Teknik Mesin. 3(1).
Sari, M. L., A. I., M Ali, S. Sandi, dan A. Yolanda. 2013. Kualitas Serat Kasar,
Lemak Kasar, dan BETN terhadap Lama Penyimpanan Wafer Rumput
Kumpai Minyak dengan Perekat Karagian. Jurnal Peternakan Sriwijaya.
7(2): 35-40.
Silalahi, J. 1994. Kadar Protein yang Terdapat dalam Beberapa bahan Makanan.
Laporan Penelitian. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan. Universitas
Sumatera Utara. Medan.
Susanti, E. dan Nurhidayat. 2008. Pengaruh Ukuran partikel Yang Berbeda Pada
Bahan Limbah Agroindustri terhadap Kualitas Fisiknya. Seminar Nasional
Teknologi Peternakan dan Vetenner.
Sutardi, T. R. dan S. Rahayu. 2003. Bahan Pakan dan Formulasi Ransum. Fakultas
Peternakan Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.
Syamsu, J. 2015. Karakteristik Fisik Pakan Itik Bentuk Pellet Yang Diberi Bahan
Perekat Berbeda dari Lama Penyimpanan yang Berbeda. Jurnal Ilmu Ternak.
7(2): 128-134.
Tilman, A.D. 1993. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
62
Wijoyo, A. T. R., Wardhana S., dan Titra W. 2013. Pengaruh Rumput Lapang
Konsentrat Terhadap Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik Secara In
Vitro. Jurnal Ilmiah peternakan. 1(3): 796-803.
Yanto. 2011. Fraksinasi dan Sifat Fisika-Kimia Bungkil Inti Sawit. Agrinak. 1(1):
11-16.
Yohismista, M., Osfar S., dan Eko W. 2013. Evaluasi Nutrisi campuran Onggok
dan Ampas Tahu Terfermentasi Aspergillus niger, Rizhopus oligosporus dan
Kombinasi Sebagai Bahan Pakan Pengganti Tepung Jagung. Jurnal Ilmu-
Ilmu Peternakan. 24(2): 72-83.
Yunianto dan Supriyatna. 2011. Peningkatan Nilai Kecernaan Protein Kasar dan
Lemak Kasar Produk Fermentasi Campuran Bungkil Inti Sawit dan Dedak
Padi pada Broiler. JITP. 1(3): 9-10.