Anda di halaman 1dari 6

Makalah Kecernaan Ternak

Makalah Kecernaan Ternak


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pencernaan adalah sebuah proses metabolisme di mana suatu makhluk hidup
memproses sebuah zat, dalam rangka untuk mengubah secara kimia atau mekanik sesuatu zat
menjadi nutrisi. Pencernaan terjadi pada organisme multi sel, sel, dan tingkat sub-sel,
biasanya pada hewan.
Sistem pencernaan (bahasa Inggris: digestive system) adalah sistem organ dalam
hewan multisel yang menerima makanan, mencernanya menjadi energi dan nutrien, serta
mengeluarkan sisa proses tersebut melalui dubur. Sistem pencernaan antara satu hewan
dengan yang lainnya bisa sangat jauh berbeda.
Kecernaan zat-zat makanan merupakan salah satu tolok ukur dalam menentukan mutu
bahan pakan ternak, disamping komposisi kimianya .
Untuk mempelajari daya cerna dan fermentasi dalam saluran pencernaan, metode yang sangat
berhasil dan telah digunakan secara luas ialah tehnik in-vitro, yaitu menginkubasi contoh
pakan atau hijauan dalam cairan rumen setelah ditambahkan larutan penyangga (buffer) yang
sesuai . Tehnik in-vitro yang paling umum digunakan adalah "bath culture", menurut Tilley
dan Terry (1963) .
Hijauan/pakan dalam rumen dicerna oleh mikroorganisme (bakteri) dan protozoa
melalui proses fermentasi . Kecernaan adalah suatu nilai yang menunjukkan persentase bahan
makanan yang dapat diserap dalam saluran pencernaan (Tatan Kostaman, 1996) .
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa memahami tentang
kecernaa makanan ternak.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kecernaan


Kecernaan adalah zat-zat makanan dari konsumsi pakan yang tidak diekskresikan ke
dalam feses, selisih antara zat makanan yang dikonsumsi dengan yang dieksresikan dalam
feses merupakan jumlah zat makanan yang dapat dicerna. Jadi kecernaan merupakan
pencerminan dari kemampuan suatu bahan pakan yang dapat dimanfaatkan oleh ternak.
Tinggi rendahnya kecernaan bahan pakan memberikan arti seberapa besar bahan pakan itu
mengandung zat-zat makanan dalam bentuk yang dapat dicernakan ke dalam saluran
pencernaan.
2.2 Nilai Kecernaan
Kecernaan dapat dipergunakan sebagai salah satu cara untuk menentukan nilai pakan
dan selanjutnya dikatakan tinggi nilainya kecernaan suatu bahan pakan penting karena:
1. Semakin tinggi nilai kecernaan suatu bahan pakan makin besar zat-zat makanan yang
diserap.
2. Walaupun tinggi kandungan zat makanan, jika nilai kecernaannya rendah, maka tidak ada
gunanya.
3. Untuk mengetahui seberapa besar zat-zat yang dikandung pakan yang dapat diserap untuk
kehidupan pokok, pertumbuhan dan produksi.
Nilai kecernaan suatu bahan pakan menunjukkan bagian dari zat-zat makanan yang dicerna
dan diserap, sehingga siap untuk mengalami metabolisme. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kecernaan suatu bahan pakan adalah: (1) penyiapan makanan, (2) jumlah makanan, (3)
komposisi ransum, (4) jenis hewan, (5) komposisi zat makanan, (6) bentuk fisik bahan pakan,
(7) lemak, (8) defisiensi zat makanan dan (9) antinutrisi. Pengujian kecernaan dilakukan
untuk mengetahui kualitas dari suatu bahan pakan, karena salah satu faktor penting yang
harus dipenuhi oleh suatu bahan pakan adalah tinggi rendahnya daya cerna bahan tersebut.
2.3 Penentuan Nilai Kecernaan
Penentuan kecernaan secara in vitro dilakukan di laboratorium dengan menirukan
kondisi pada rumen. Syarat-syarat yang perlu diperhatikan dalam teknik in vitro adalah
adanya larutan penyangga (buffer) dan media makanan, temperatur sekitar 39ºC, pH optimal
yaitu 6,7-7,0, adanya sumber inokulum, agitasi (pengocokan) dan gas CO2.
Sudah banyak penelitian in vitro menunjukkan hasil yang sama dengan penelitian in
vivo, sehingga penentuan kecernaan bahan pakan secara in vitro memiliki beberapa
keuntungan, yaitu (1) dapat digunakan untuk menentukan nilai kecernaan pakan dalam waktu
yang relatif singkat, (2) mengurangi resiko kematian ternak, (3) lebih ekonomis dan (4)
mewakili penampilan ternak. Kelemahan teknik in vitro diantaranya media yang digunakan
tidak mungkin mempunyai kondisi yang sama seperti pada teknik in vivo,kecernaan secara in
vitro dilakukan di dalam tabung, sedangkan pada teknik in vivolangsung menggunakan
ternak. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil metode in vitro, yaitu: populasi
mikroba dalam cairan rumen yang digunakan, penyiapan jenis sampel, pH selama inkubasi
dan prosedur selama pelaksanaan.
Percobaan in vitro berdasarkan metode Tilley dan Terry (1963) terdiri dari dua tahap.
Tahap pertama proses dilakukan dalam tabung yang telah diisi satu bagian cairan rumen dan
empat bagian saliva buatan atau larutan buffer yang berfungsi sebagai rumen tiruan. Proses
pencernaan pada rumen tiruan berlangsung selama 48 jam. Kemudian pada tahap kedua
kondisi abomasum dibuat dengan menambahakan larutan asam pepsin yang berfungsi sebagai
pencerna makanan dalam abomasum. Pencernaan dalam abomasum berlangsung selama 48
jam. Sedangkan proses penyerapan zat-zat makanan dalam usus halus ditirukan dengan
menyaring sampel yang telah mengalami fermentasi dalam rumen dan inkubasi dalam
abomasum tiruan. Bagian zat-zat makanan yang lolos melalui saringan dianggap telah
tercerna. Selisih antara bahan organik dari bahan asal dengan bahan organik sisa pencernaan
merupakan bahan organik yang telah tercerna.
2.4 Kecernaan Bahan Kering
Bahan pakan merupakan bahan yang dapat dimakan dan dicerna oleh hewan ternak,
terdiri atas dua komponen utama yaitu air dan bahan kering. Bahan kering dibagi lagi
menjadi dua, yaitu bahan organik dan bahan anorganik. Bahan organik terdiri atas
karbohidrat, lemak, protein dan vitamin. Bahan anorganik terdiri atas mineral dengan
berbagai unsur-unsurnya. Makanan yang dikonsumsi ternak sebelum siap dimanfaatkan oleh
tubuh ternak terlebih dahulu harus mengalami perombakan. Bahan makanan tersebut
dirombak melalui proses pencernaan yang berlangsung dalam saluran pencernaan.
Pada kondisi normal, konsumsi bahan kering dijadikan ukuran konsumsi ternak.
Konsumsi bahan kering bergantung pada banyak faktor, diantaranya adalah kecernaan bahan
kering pakan, kandungan energi metabolis dan kandungan serat kasar. Bahan kering yang
dikonsumsi dikurangi jumlah yang disekresikan merupakan jumlah yang dapat dicerna.
Kualitas dan kuantitas bahan kering harus diketahui untuk meningkatkan kecernaan bahan
makanan yang akan mempengaruhi jumlah konsumsi pakan. Kualitas dari bahan kering akan
mempengaruhi kualitas bahan organik dan mineral yang terkandung dalam bahan pakan.
Konsumsi bahan kering merupakan faktor penting untuk menunjang asupan nutrien yang
akan digunakan untuk hidup pokok dan produksi.
Kecernaan bahan kering yang tinggi pada ternak ruminansia menunjukkan tingginya
zat nutrisi yang dicerna terutama yang dicerna oleh mikroba rumen. Semakin tinggi nilai
persentase kecernaan bahan pakan tersebut, berarti semakin baik kualitasnya. Kisaran
normal bahan kering yaitu 50,7-59,7%. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecernaan bahan
kering, yaitu jumlah ransum yang dikonsumsi, laju perjalanan makanan di dalam saluran
pencernaan dan jenis kandungan gizi yang terkandung dalam ransum tersebut. Faktor-faktor
lain yang mempengaruhi nilai kecernaan bahan kering ransum adalah tingkat proporsi bahan
pakan dalam ransum, komposisi kimia, tingkat protein ransum, persentase lemak dan
mineral. Salah satu bagian dari bahan kering yang dicerna oleh mikroba di dalam rumen
adalah karbohidrat struktural dan karbohidrat non struktural.
Bahan organik merupakan bahan kering yang telah dikurangi abu, komponen bahan
kering bila difermentasi di dalam rumen akan menghasilkan asam lemak terbang yang
merupakan sumber energi bagi ternak. Kecernaan bahan organik dalam saluran pencernaan
ternak meliputi kecernaan zat-zat makanan berupa komponen bahan organik seperti
karbohidrat, protein, lemak dan vitamin. Bahan-bahan organik yang terdapat dalam pakan
tersedia dalam bentuk tidak larut, oleh karena itu diperlukan adanya proses pemecahan zat-
zat tersebut menjadi zat-zat yang mudah larut. Faktor yang mempengaruhi kecernaan bahan
organik adalah kandungan serat kasar dan mineral dari bahan pakan. Kecernaan bahan
organik erat kaitannya dengan kecernaan bahan kering, karena sebagian dari bahan kering
terdiri dari bahan organik. Penurunan kecernaan bahan kering akan mengakibatkan
kecernaan bahan organik menurun atau sebaliknya.
Karbohidrat merupakan komponen yang paling berpengaruh diantara komponen
bahan organik dalam penentuan kecernaan bahan organik karena karbohidrat sebagai
penghasil energi adalah komponen terbesar dalam pakan. Karbohidrat adalah zat organik
utama yang terdapat dalam tumbuh-tumbuhan dan biasanya mewakili 50 sampai 75% dari
jumlah bahan kering dalam bahan makanan ternak. Karbohidrat memiliki nilai kelarutan
yang tinggi di dalam air, sehingga memudahkan proses pemanfaatannya. Perombakan
karbohidrat di dalam rumen terbagi menjadi dua tahap. Pada tahap pertama berlangsung
perombakan yang kompleks seperti selulosa, hemiselulosa, pati, dextran, xylan dan pectin
menjadi gula-gula sederhana. Hasil yang terbentuk pada tahap pertama ini akan segera
dimetabolisme pada tahap dua menjadi asam lemak terbang yang terdiri atas asam asetat,
propionat dan butirat yang mencapai 80% dan 20% merupakan energi yang terbuang dalam
bentuk produksi gas CO2, CH4 dan energi dalam bentuk ATP.
Produk fermentasi (VFA) di dalam rumen diserap melalui epitel rumen dan menjadi
sumber energi utama pada ternak ruminansia. Sebagian besar mikroba yang tumbuh dalam
rumen bersama digesta akan bergerak ke abomasum untuk selanjutnya mengalami
pencernaan enzimatis dan penyerapan. Untuk mendukung proses metabolisme tersebut,
pergerakan dan kontraksi dinding rumen sangat berperan. Pergerakan dan kontraksi tersebut
membantu proses pengadukan digesta dan inokulasi partikel pakan, ruminasi dan pergerakan
digesta ke abomasum.
Pada pencernaan protein, di dalam rumen protein akan mengalami hidrolisis oleh
enzim proteolitik menjadi asam amino dan oligopeptida, selanjutnya asam-asam amino
mengalami katabolisme lebih lanjut menghasilkan amonia, VFA dan CO2. Amonia menjadi
sumber nitrogen utama untuk sintesis asam-asam amino bagi mikroba rumen.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kecernaan adalah zat-zat makanan dari konsumsi pakan yang tidak diekskresikan ke
dalam feses. Kecernaan merupakan pencerminan dari kemampuan suatu bahan pakan yang
dapat dimanfaatkan oleh ternak. Semakin tinggi nilai kecernaan suatu bahan pakan makin
besar zat-zat makanan yang diserap.

3.2 Saran
Saran pada makalah ini adalah agar penelitian tentang kecernaan pada ternak lebih
ditingkatkan agar pengetahun tentang kecernaan lebih maju.

DAFTAR PUSTAKA

Skripsi “Pengaruh Tingkat Penggunaan Limbah Tape Singkong dalam Ransum terhadap Kecernaan
Bahan Kering dan Bahan Organik Ransum Domba Lokal” Lilis Anitasari
http://rismanismail2.wordpress.com/2011/05/22/nilai-kecernaan (diakses pada tanggal 20
november 2014)
van-thonny.blogspot.com
Cara Mengukur Kecernaan dengan Metode in vitro
Metode in vitro adalah suatu metode pendugaan kecernaan secara tidak langsung yang dilakukan di
laboratorium dengan meniru proses yang terjadi di dalam saluran pencernaan ruminansia.
Keuntungan metode in vitro adalah waktu lebih singkat dan biaya lebih murah apabila dibandingkan
metode in vivo, pengaruh terhadap ternak sedikit serta dapat dikerjakan dengan menggunakan
banyak sampel pakan sekaligus. Metode in vitro bersama dengan analisis kimia saling menunjang
dalam membuat evaluasi pakan hijauan (Pell dkk, 1993).

Metode in vitro dikembangkan untuk memperkirakan kecernaan dan tingkat degradasi pakan dalam
rumen, dan mempelajari berbagai respon perubahan kondisi rumen. Metode ini biasa digunakan
untuk evaluasi pakan, meneliti mekanisme fermentasi mikroba dan untuk mempelajari aksi terhadap
faktor antinurisi, aditif dan suplemen pakan (Lopez, 2005).
Mengukur Kecernaan Pakan dengan Metode in sacco
Metode in sacco merupakan metode pendugaan kecernaan untuk evaluasi bahan pakan yang dapat
didegradasi di dalam rumen. Metode ini cukup sederhana dan memiliki beberapa keunggulan yaitu:
dapat mengevaluasi bahan pakan lebih dari satu dalam waktu yang bersamaan serta dapat
mempertahankan pH rumen dan populasi mikrobia dibanding in vitro. Pakan yang diuji diinkubasikan
secara langsung pada lingkungan rumen ( Soejono,1990

Anda mungkin juga menyukai