Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PRAKTIKUM

BAHAN ORGANIK

SAMPEL KENTANG

Disusun Oleh :
Restu Anala Putra
XII AK 2
Kelompok 11
Dibimbing oleh:
Titik Handayani S.Si

YAYASAN PENGEMBANGAN KETERAMPILAN DAN MUTU KEHIDUPAN

SMK AK NUSA BANGSA

Jl. KH. Sholeh Iskandar Km.4 Kel.Cibadak Kec. Tanah

Sareal Kota Bogor


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Analisis berasal dari kata "analusis" dari bahasa Yunani. Istilah


tersebut kemudian diserap kedalam bahasa Latin yang mempunyai arti yaitu: Ana
= kembali, dan Luein melepas. Berdasarkan asal kata itulah analisis kini diartikan
sebagai upaya pemisahan atau penguraian suatu kesatuan materi bahan menjadi
komponen senyawa-senyawa penyusunya, sehingga hasil (data) yang diperoleh
dapat dikaji lebih lanjut. Dalam bahasa Inggris, "analysis" mempunyai pengertian
analisis secara tunggal, sedangkan "analyses" mempunyai pengertian
jamak.Pangan adalah makanan atau bahan hasıl pertanian dan olahanya yang
layak dikonsumsı manusia. Sifat fisık, kimiawı, biologıs, serta mampu
menimbulkan selera untuk dikonsumsi dimiliki oleh bahan pangan.terdiri darı air,
protein Komponen utama bahan pangan sendiri karbohidrat, vitamin, mineral, dan
beberapa senyawa lain.

Analisis pangan adalah salah satu sub bidang ilmu pangan yang
berhubungan dengan cara-cara atau metode analitik dalam mendeteksi dan
menetapkan komponen-komponen yang terdapat dalam bahan pangan baik segar
maupun olahan. Analisis pangan merupakan cabang ilmu kimia yang
memperlajari penguraian bahan makanan menjadı senyawa-seyawa penyususnnya
sehingga didapat komposisi bahan tersebut.

Pangan merupakan segala sesuatu yang berasal dari sumber hayatidan air,
baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukan sebagai makanan atau
minuman bagi konsumsi manusia, dalam hal ini adalah termasuk bahan pangan
tambahan, bahan baku pangan, dan bahan pangan lain yang digunakan dalam
proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman.

Menurut pengertian harfiahnya, analisa bertujuan untuk menguraikan


suatu kesatuan bahan menjadi unsur-unsurnya atau menentukan kombinasi
kesatuan bahan tersebut. Dalam bidang ilmu dan teknologi bahan makanan, tujuan
analisa dapat dijabarkan untuk berbagai tujuan antara lain sebagai berikut:
1. Menguraikan komponen-komponen suatu bahan makanan (baik jenis
maupun jumlahnya), sehingga dapat disusun komposisi keseluruhan
bahan tersebut.
2. Menentukan adanya suatu komponen bahan makanan dan kemudian
memastikan bebarapa kadarnya sehingga dapat ditentukan kualitas
bahan makanan tersebut.
3. Menentukan komponen bahan atau nutrien yang terkandung dalam suatu
bahan makanan sehingga dapat dipakai sebagai patokan untuk
menyusun menu sehari-hari.
4. Menentukan ada atau tidaknya bahan ikutan atau bahan tambahan dalam
suatu bahan makanan.
5. Mendeteksi adanya bahan metabolit yang beracun sebagai pencegahan agar
supaya makanan tersebut tidak dikonsumsi. Apabila sudah terjadi kasus
keracunan, sisa bahan juga dapat dianalisa untuk menentukan bahan apa
yang menyebabkan keracunan tersebut sehingga dapat diambil tindakan
medis yang tepat.
6. Mengikuti terjadinya perubahan-perubahan bahan baik kuantitatif maupun
kualitatif sekama prosesing untuk tujuan pengawasan proses atau
pengawasan mutu.
7. Mengklasifikasikan produk ke dalam beberapa kriteria mutu dapat
membedakan harga produk yang bersangkutan (Contoh: Produk dengan
berat/volume lebih besar, harga-nya lebih tinggi, warna dapat
membedakan harga suatu produk, dsb.)
8. Karakteristik mutu berkaitan dengan masa simpan produk dan proses
pengolahan produk yang bersangkutan (Contoh: Cairan kental bakal
produl jeli harus mengandung kadar padatan terlarut sekitar 68%,
sebelum diasamkan dalam pembentukan gel, dsb).

1.2 TUJUAN

• Menganalisis sampel kentang berdasarkan parameter, Penetapan kadar air


metode pemanasan langsung (termogravimetri), Penetapan kadar abu dalam
contoh makanan, Analisis protein dengan metode kjedahl,Penetapan kadar
lemak dan minyak dengan metode soxhlet dan analisis karbohidrat total.

• Mendeskripsikan parameter-parameter yang berhubungan dengan sampel


kentang
• Menganalisis komponen yang terkandung dalam sampel kentang.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan tanaman yang termasuk


dalam famili terung-terungan (Solanaceae) dan merupakan komoditas sayuran
yang banyak mendatangkan keuntungan bagi petani karena mempunyai
dampak baik dalam pemasaran dan ekspor. Kentang adalah salah satu umbi-
umbian yang banyak digunakan sebagai makanan pokok karena merupakan
sumber karbohidrat yang tinggi.

Tanaman kentang dapat menghasilkan bahan pangan yang bergizi


secara cepat pada lahan yang lebih sempit serta kondisi iklim lebih keras
dibandingkan dengan tanaman pangan utama lainnya. Tanaman kentang
mempunyai prospek yang sangat besar untuk menunjang program
diversifikasi pangan guna memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Umbi
kentang mempunyai kandungan gizi yang cukup menonjol. Kentang memiliki
perbandingan kandungan protein dan karbohidrat yang lebih tinggi dari pada
biji serealia dan umbi lainnya. Kandungan asam amino umbi kentang juga
dinilai seimbang.

Zat gizi yang terdapat dalam kentang antara lain karbohidrat, mineral
(besi, fosfor, magnesium, natrium, kalsium, dan kalium), protein, serta
vitamin C dan B1. Selain itu, kentang juga mengandung lemak dalam jumlah
relatif kecil, yaitu 1,0–1,5%.

Berdasarkan tujuan analisis ini dilakukan untuk mengetahui komponen


yang terkandung dalam sampel kentang dengan beberapa parameter
diantaramya:

1.1 Penetapan Kadar Air Metode Pemanasan Langsung


(Gravimetri)
Kadar air dalam bahan makanan sangat mempengaruhi kualitas dan
dayasimpan dari pangan tersebut. Oleh karena itu, penentuan kadar air dari
suatu bahan pangan sangat penting agar dalam proses pengolahan maupun pe
ndistribusian mendapat penanganan yang tepat. Kandungan air bahan pangan
bervariasi. Ada yang sangat redah contohna serealia, kacang-kacangan kering.
Ada yang sangat tinggi contohnya sayuran, buah-buahan ataup bahan pangan
segar. Sebagai contoh kadar air kacang kering 3% sedangkan semangka 97%.

Analisa kadar air dalam bahan pangan penting untuk bahan pangan
segar danolahan. Analisa sering menjadi tidak sederhana karena air dalam
bahan pangan berada dalam bentuk terikat secara fisik atau kimia dengan
komponen bahan pangan lainnya sehingga sulit memecahkan ikatan-ikatan air
tersebut. Penentuan kadar air dalam makanan dapat dilakukan dengan
beberapa metode yaitu metode pengeringan (dengan oven biasa), metode
distilasi, metode kimia dan metode khusus. Namun, pada praktikum hanya
dilakukan metode pengeringan oven.

2.2 Penentuan Kadar Abu Dalam Contoh Makanan


Kadar abu merupakan campuran dari komponen anorganik atau mineral
yang terdapat pada suatu bahan pangan. Bahan yang terdiri dari 96% bahan
anorganik dan air, sedangkan sisanya merupakan unsur-unsur mineral. Unsur
juga dikenal sebagai zat anorganik atau kadar abu. Kadar abu tersebut dapat
menunjukan total mineral dalam suatu bahan pangan. Bahan-bahan organik
dalam proses pembakaran akan terbakar tetapi komponen anorganiknya tidak,
karena itulah disebut kadar abu. Pada praktikum analisis kadar abu kali ini
menggunakan metode pemijaran, dimana dilakukan proses pengabuan pada
sampel yaitu diarangkan diatas api bunsen bersuhu 550-600oC selama 60
menit.

Abu merupakan residu anorganik yang didapat dengan cara


mengabukan komponen-komponen organik dalam bahan pangan. Jumlah dan
komposisi abu dalam mineral tergantung pada jenis bahan pangan serta
metode analisis yang digunakan. Abu dan mineral dalam bahan pangan
umumnya berasal dari bahan pangan itu sendiri. Tetapi ada beberapa mineral
yang ditambahkan kedalam bahan pangan, secara disengaja maupun tidak
disengaja. Abu dalam bahan pangan dibedakan menjadi abu total, abu terlarut
dan abu tak larut.
2.3 Analisis Protein Dengan Metode Kjedahl
Protein merupakan suatu polimer yang terdiri dari monomer-monomer
asam amino dimana terhubung membentuk ikatan linear yang disebut ikatan
peptida. Adanya unsur nitrogen merupakan ciri khusus senyawasenyawa
protein karena unsur ini tidak ditemukan dalam senyawa lemak dan
karbohidrat sederhana. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kadar
protein pada kentang dengan metode Kjedhal. Analisis protein dengan metode
Kjedhal pada dasarnya dibagi tiga tahapan, yaitu: tahap destruksi, tahap
destilasi, dan tahap titrasi.

Protein merupakan suatu polimer alami yang tersusun atas monomer-


monomer asam amino dengan rumus kimia COOH-RH-NH2, masing-masing
asam amino terhubung membentuk rantai linear yang disebut ikatan peptida.
Ikatan peptida terbentuk antara gugus karboksil atau gugus amin dari asam
amino yang bersebelahan. Hasil analisis elementer berbagai macam protein
menunjukkan bahwa setiap molekul protein mengandung karbon (51-55%),
nitrogen (6,5-7,3%), oksigen (20-24%), hidrogen (15-18%), belerang (0-2%),
dan fosfor(1- 10%)1 . Adanya unsur nitrogen merupakan ciri khusus
senyawa- senyawa protein karena unsur ini tidak ditemukan dalam senyawa-
senyawa lemak dan karbohidrat sederhana, oleh karena itu kadar protein
dalam suatu bahan dapat ditentukan dengan mengatur kadar nitrogen pada
bahan tersebut. Pada dasarnya, analisis nitrogen dalam bahan-bahan organik
dilakukan dengan mengubah nitrogen menjadi NH3 kemudian menentukan
jumlah NH3 yang terbentuk.

Metode Kjedhal merupakan metode yang sederhana untuk penetapan


nitrogen total pada asam amino, protein dan senyawa yang mengandung
nitrogen. Sampel didestruksi dengan asam sulfat dan dikatalisis dengan
katalisator yang sesuai sehingga akan menghasilkan amonium sulfat. Setelah
pembebasan dengan alkalikuat, amonia yang terbentuk disuling uap secara
kuantitatif ke dalam larutan penyerap dan ditetapkan secara titrasi. Metode ini
telah banyak mengalami modifikasi sehingga cocok digunakan secara semi
mikro, sebab hanya memerlukan jumlah sampel dan pereaksi yang sedikit dan
waktu analisa yang pendek. Dengan kata lain, kurang akurat bila diperlukan
pada senyawa yang mengandung atom nitrogen yang terikat secara langsung
ke oksigen atau nitrogen. Analisis protein cara Kjeldhal pada dasarnya dapat
dibagi menjadi tiga tahapan yaitu proses destruksi, destilasi dan tahap titrasi.

2.4 Analisis Penetapan Kadar Lemak Dan Minyak


Dengan Metode Soxhlet
Lemak dan minyak adalah adalah salah satu kelompok yang termasuk
golongan lipida yaitu senyawa organik yang mempunyai satu sifat yang khas
yaitu tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik misalnya seperti
ether, benzene, chloroform, dan lain-lain. Lemak dan minyak merupakan
sumber energi yang paling efektif dibandingkan dengan protein dan
karbohidrat, 1 gram lemak akan menghasilkan 9 kkal sedangkan protein dan
karbohidrat hanya menghasilkan kalori kurang lebih 4 kkal. Lemak dan
minyak juga merupakan zat yang sangat penting untuk menjaga kesehatan
tubuh manusia.

Soxhlet adalah suatu metode suatu metode analisis lemak dengan


prinsip kerja sebagai berikut. Pada soxhletasi pelarut pengekstrak yang ada
dalam labu soxhlet dipanaskan sesuai dengan titik didihnya sehingga
menguap. Uap pelarut ini naik melalui pipa pendingin balik sehingga
mengembun dan menetes pada bahan yang diekstraksi. Pelarut ini merendam
bahan dan jika tingginya sudah melampaui tinggi pipa pengalir pelarut maka
ekstrak akan mengalir ke labu soxhlet. Ekstrak yang terkumpul dipanaskan
lagi sehingga pelarutnya akan menguap kembali dan lemak akan tertinggal
pada labu. Dengan demikian maka terjadi daur ulang pelarut sehingga setiap
kali bahan dieksraksi dengan pelarut baru.

2.5 Analisis Karbohidrat Total


Kata karbohidrat berasal dari kata karbon dan air. Secara sederhana
karbohidrat didefinisikan sebagai polimer gula. Karbohidrat adalah karbon
yang mengandung sejumlah besar gugus hidroksil. Karbohidrat paling
sederhana bisa berupa aldehid(disebut polihidroksi aldehid atau aldosa) atau
berupa keton (disebut polihidroksiketon atau ketosa). Karbohidrat atau
sakarida adalah segolongan besar senyawa organik yang tersusun hanya dari
atom karbon, hidrogen dan oksigen. Bentuk molekul karbohidrat paling
sederhana terdiri dari satu molekul gula sederhana.Terdapat tiga golongan
utama karbohidrat yaitu monosakarida, oligosakarida dan polisakarida.
Oligosakarida terdiri dari rantai pendek unit monosakarida yang digabungkan
bersama-sama oleh ikatan kovalen.Polisakarida terdiri dari rantai panjang
yang mempunyai ratusan atau ribuan unit monosakarida.

Umumnya makanan mengandung tiga unsu yaitu karbohidrat, lemak


dan protem. Dari ketiga unsur tersebut yang merupakan sumber energi utama
ialah karbohidrat.Karbohidrat ialah senyawa organik dengan fungsi utama
sebagai sumber energı bagi kebutuhan sel-sel dan jaringan tubuh. Peran
utama karbohidrat di dalam tubuh ialah menyediakan glukosa bagi sel-sel
tubuh, yang kemudian diubah menjadi energi. Glukosa merupakan jenis
karbohidrat terpenting bagı tubuh manusia. Karbohidrat dibutuhkan oleh
tubuh sebagai sumber utama tenaga untuk bergerak, membentuk glukosa otot
sebagai energi cadangan tubuh dan juga membentuk protein dan lemak.

Oleh karena itu, perlu dilakukan praktikum ini untuk mengetahui dan
membuktikan kandungan karbohidrat melalui beberapa uji ilmiah dan
mengamati perubahan warna sebelum dan setelah terhidrolisis.
BAB III
METODE ANALISIS

3.1 Penetapan Kadar Air Metode Pemanasan Langsung


(termogravimetri)

1. Prinsip Dasar

Sampel kentang ditimbang di cawan aluminium konstan sebagai


wadah beserta sampel basah lalu dipanaskan di dalam oven dengan
suhu 100-105oC. Lalu sampel ditimbang sebagai wadah beserta sampel
kering dan selisih bobot adalah air yang teruapkan.
2. Reaksi

100 – 105°C
Sampel kentang Kentang kerinh + H2O(g)↑
3. Alat Dan Bahan

Alat :

• Cawan Al
• Desikator
• Gegep
• Kawat kasa
• Oven

Bahan :
• Sampel Kentang

4. Prosedur

1. Dikeringkan wadah timbang beserta tutupnya dalam oven 100-105˚C


selama 30 menit
2. Didinginkan dalam desikator, kemudian timbang dan ulangi 1-2
hingga bobot tetap
3. Ditimbang 1,9541 g dan 2,0003 g contoh ke dalam wadah timbang
4. Dikeringkan ke dalam oven 105oC selama 3 jam, dengan wadah
timbang dalam keadaan terbuka
5. Didinginkan dalam desikator selama 10-15 menit, dengan wadah
dalam keadaan tertutup
6. Ditimbang wadah beserta isinya

3.2 Penentuan Kadar Abu Dalam Contoh Makanan


1. Prinsip Dasar

Penentuan kadar abu adalah mengoksidasikan senyawa organik


padasuhu yang tinggi,yaitu sekitar 500-600°C dan melakukan penimbangan
zat yang tinggal setelah proses pembakaran tersebut.

2. Reaksi

550 – 600°C
Sampel kentang Kentang kerinh + H2O(g)↑

3. Alat Dan Bahan

Alat :

• Cawan konstan

• Desikator

• Gegep

• Naraca analitik

• Pembakar
bunsen Bahan:
• Kentang
4. Prosedur

1. Dipijarkan cawan kosong di dalam tanur selama kurang lebih


30 menit.
2. Didinginkan cawan dalam desikator lalu timbang.
3. Ditimbang 3–5 gram sampel di dalam cawan.
4. Dipanaskan di atas api bunsen hingga takberasap.
5. Diabukan di dalam tanur sampai didapatkan abu yang bewarna
putih ke abuabuan.
6. Didinginkan di dalam desikator lalu timbang

3.3 Analisis Protein Dengan Metode Kjeldahl


1.Prinsip Dasar

Metode yang umum diqunakan dalam penentuan kandungan nitrogen


adalah metode kjedahl. Dengan mebode ini bahan di destrukri dengon cara
pemanasan di dalam H2SO4 pekat dan di bantu derigan katalis untuk
mempercepat proses. Metode atau cara ini pata dasarnyp dapat dibagi menjadi
tiga tahapan yaitu, proses destruksi proses destilasi dan proses titrasi.
2. Reaksi
Destruksi
Asam amino (dalam sampel) + H2SO4  (NH4)2SO4

Distilasi
(NH4)2SO4 + 2NaOH  Na2SO4 + 2 H2O + 2NH3
NH3 + HCl berlebih  NH4Cl + HCl sisa

Titrasi
HCl sisa + NaOH  NaCl + H2O
3. Alat Dan Bahan

Alat:

• Alat distilasi

• Buret 50 mL

• Labu kjedahl

• Labu erlenmeyer 250 mL

Bahan :

• H2SO4 pekat
• Katalis (selen mixture)

• Larutan standar HCl 0,1N

• Larutan H3BO3 3%

• Larutan NaOH 50%

4. Prosedur

a. Destruksi

1. Ditimbang 1 g contoh yang telah dihaluskan dan masukan ke


dalam labu Kjedahl. Apabila kandungan proteinnya tinggi,
misalnya tepung kedelai, gunakan kurang dari 1 g.
2. Ditambahkan 1 g katalis, dan 20 mL H2SO4 pekat perlahan-lahan.
3. Dipanaskan di ruang asam, mula-mula dengan nyala kecil
perlahan-lahan dan nyala dinaikan sampai larutan jernih.
4. Dibiarkan larutan dingin, dimasukan ke dalam labu takar 100 mL
dihimpitkan dengan air suling hingga tanda tera.

b. Penyulingan

1. Dipipet 10 mL larutan dan dimasukan ke dalam alat


penyuling, ditambahkan 10-15 mL NaOH 30% dan 5 tetes
indikator PP, pastikan larutan bewarna merah, jika belum
ditambahkan lagi NaOH hingga merah.
2. Dihidupkan alat penyuling.
3. Ditampung distilat dalam labu Erlenmeyer 250 mL yang telah
diisi dengan 25 mL larutan H3BO3 3% yang telah dibubuhi 5 tetes
indikator BCG:MM. Dilakukan distilasi sampai distilat yang
tertampung tidak berubah lagi.

C. Titrasi

1. Dititrasi distilat yang diperoleh dengan standar HCl 0,1N sampai


warna merah.
2. Dibuat juga larutan blanko dengan mengganti contoh dengan
aquades.Dilakukan destruksi, distilasi dan titrasi seperti pada
contoh.

3.4 Analisis Penetapan Kadar Lemak Dan Minyak Dengan


Metode Soxhlet
1. Prinsip Dasar
Metode analisis kadar lemak dengan menggunakan suhu 105°C selama
30menit sampai berat konstan. Data dianalisis menggunakan perhitungan
sederhana, berat lemak didapatkan dariselisih labu lemak sebelum dan
sesudah ekstraksi dibagi dengan berat sampel.
2. Reaksi

3. Alat dan Bahan

Alat:

• Kaca arloji

• Lumpang dan alu

• Labu lemak

• Penangas air

• Tabung soxhlet

Bahan:

• Petroleum eter/heksana

• Kertas saring

• Kentang

4. Prosedur Kerja
1. Ditimbang dengan teliti 2,5006 g contoh yang telah dihaluskan.
2. Dibungkus sampel mengunakan kertas saring lalu dimasukan ke dalam
tabung ekstraksi.
3. Dialirkan air pendingin melalui kondensor.
4. Dipasang labu ekstraksi pada alat ekstraksi Soxhlet.
5. Dimasukan pelarut petroleum eter/heksana ke dalam tabung ekstraksi
hingga pelarut turun ke labu lemak, kemudian ditambahkan lagi pelarut
hingga lebih dari separuh tabung tetapi belum sampai turun.
6. Dipasang pendingin tegak lalu panaskan labu. Dilakukan ekstraksi
selama 4 jam atau sekitar enam kali penurunan pelarut.
7. Diuapkan petroleum eter/heksana yang telah mengandung ekstrak lemak
dan minyak dengan penangas uap/air sampai agak pekat. Diteruskan
pengeringan dalam oven 100oC sampai berat konstan.

3.5 Analisis Karbohidrat Total


1. Prinsip Dasar

Monosakarida dioksidasi oleh CuO dari reagen Luff Schoorl menjadi


Cu2O.kemudian kelebihan CuO dari reagen luff Schoorl akan bereaksi
dengan KI suasana asam membentuk I2 yang akan bereaksi dengan cara
dititrasi dengan Na-tiosulfat dengan indikator amilum.
2. Reaksi
Karbohidrat + H2O → C6H12O6
C6H12O6 + 2KI → Cu2O + (C5H11O5)-COOH
Sisa CuO + 2KI + H2SO4 → CuI2 + K2SO4 + H2O
2CuI → Cu2I2 + I2
I2+2Na2S2O3 → 2NaI + Na2S2O3

3. Alat dan Bahan


Alat:
• Buret 50 mL
• Corong
• Kondensor
• Kertas saring
• Labu erlenmeyer asah
• Labu erlenmeyer 500
mL Bahan:
• HCl 3%
• H2SO4 25%
• NaOH 3,25%
• KI 30%
• Larutan Pb-asetat setengah basa

Na2S2O3 0,1N
• Larutan luf volumetri schoorl
• Indikator PP
• Indikator kanji 0,5%
• Na2HPO4 10 %

4. Prosedur Kerja
1. Ditimbang 2,5000 g contoh ke dalam labu Erlenmeyer.
2. Ditambahkan ke dalamnya 25 mL HCl 3%.
3. Dididihkan dengan menggunakan pendingin tegak selama 1,5 – 2 jam.
4. Setelah didinginkan, dimasukkan seluruh ke dalam labu takar 250 mL.
5. Dinetralkan dengan NaOH 3,25% (indikator PP).
6. Ditepatkan sampai tanda tera dan disaring.
7. Dipipet 10 mL saringan ke dalam labu Erlenmeyer asah.
8. Ditambahkan 25 mL larutan Luff dan 15 mL air suling.
9. Didihkan selama 10 menit dengan pendingin tegak, pendidihan terjadi
setelah pemanasan 3 menit.
10. Didinginkan larutan dengan cepat, dibubuhi 10 mL KI 30% dan 25
mL H2SO4 25% (lewat dinding).
11. Setelah reaksi selesai, dititar dengan Na2S2O3 0,1 N dengan indikator
kanji.
12. Dilakukan pekerjaan blanko.
BAB IV

HASIL ANALISIS

4.1 Penetapan Kadar Air Metode Pemanasan Langsung


(termogravimetri)

a.Data penimbangan bobot wadah timbang

No Penimbangan ke…( setelah pemanasan) Bobot (gram)

1. Cawan 1 5,0622

2. Cawan 1 5,0619

3. Cawan 2 4,8238

4. Cawan 2 4,8236

b.Bobot kentang

Bobot kentang 1= 1,9541 g

Bobot kentang 2= 2,0003 g

c.Data penimbangan bobot wadah timbang beserta sampel

No Penimbangan ke…( setelah pemanasan) Bobot (gram)

1. Cawan 1 ke 1 5,3615

2. Cawan 1 ke 2 5,3612

3. Cawan 2 ke 1 5,1043

4. Cawan 2 ke 2 5,1040

d.Data perhtungan

% Kadar air kentang 1 = 𝑊2−𝑊1 × 100%


𝑊
7,0160 𝑔−5,3612 𝑔
= 1,9541 𝑔 × 100%

1,6548 𝑔
= 1,9541 𝑔 × 100%

= 84,69 %
% Kadar air kentang 2 = 𝑊2−𝑊1 × 100%
𝑊

6,8235 𝑔 − 5,1040 𝑔
= 2,0003 𝑔 × 100%

1,7195 𝑔
= 2,0003 𝑔 × 100%

= 85,96 %

4.2 Penentuan Kadar Abu Dalam Contoh Makanan


a. Penimbangan cawan kosong
Penimbangan ke Bobot (g)

1 70,6363

2 70,6360

b. Penimbangan sampel
Bobot sampel kentang = 3,0001 g

c. Penimbangan cawan dan abu


Penimbangan ke Bobot (g)

1 70,6850

2 70,6846

d. Penimbangan abu (bobot abu setelah pengabuan)


Bobot abu = 0,0481 g

e. Perhitungan kadar

% Kadar abu = 𝑊2−𝑊o × 100%


𝑊1−Wo

70,6846 𝑔−70,6360 𝑔
= 73,6566 𝑔−70,6360 𝑔 × 100%
0,0481 𝑔
= 3,0206 𝑔 × 100%

=1,59 %
Keterangan:

Wo = Bobot cawan kosong (g)

W1 = Bobot cawan dan sampel (g)

W2 = Bobot abu dan cawan (g)

4.3 Analisis Protein Dengan Metode Kjeldahl


a. Data penimbangan
Bobot kentang = 0,9994 g
Bobot NaOH = 4,5001 g
Bobot Na2B4O7 = 0,2517 g

Bobot H3BO3 = 0,75 g

b. Data titrasi
Data titrasi standarisasi HCl 0,1 N
Ulangan V larutan HCl (mL) TA
1. 7,27 Merah jingga
2. 7,26 Merah jingga

Perhitungan normalitas
HCl
𝑚𝑔 𝑏𝑜𝑟𝑎𝑘𝑠
𝑁𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐻𝐶𝑙 =
𝐵𝑠𝑡 𝑏𝑜𝑟𝑎𝑘𝑠 × 𝑚𝐿 𝐻𝐶𝑙 × 𝐹𝑝
251,7 𝑚𝑔
=
100,5 × 7,265 × 10
251,7
=
7.446,625

= 0,03 𝑁

Data titrasi sampel

Ulangan V larutan standar (mL) V akhir (mL) V terpakai (mL) TA


1. 14,53 15,97 1,44 Merah
Perhitungan kadar protein
Fp = Faktor pengali = 10

mL HCl x N HCl x Fp x
%N= x 100%
14,08 mg kentang
%N= 1,44 mL x 0,03 N x 10 x
14,08 x 100%
999,4
% N = 0.60%

Faktor konversi kentang = 0,8

% protein = % N × Faktor konversi


% protein = 0,60 % × 0,8
% protein = 0,48 %

4.4 Analisis Penetapan Kadar Lemak Dan Minyak Dengan


Metode Soxhlet
a. Data penimbangan
Bobot kentang =2,3995 g
Bobot residu lemak dan minyak =0,0661 g

b. Perhitungan kadar
% Kadar lemak dan minyak = 𝑎 × 100%
𝑏

0,0661 𝑔
= 2,3995 𝑔 × 100%

= 0,0275 × 100%

= 2,75 %
Keterangan :

a : Bobot residu minyak dan lemak (g)

b : Bobot contoh (g)

4.5 Analisis Karbohidrat Total


a. Data penimbangan
Bobot kentang = 2,0638 g

b. Data standarisasi Na2SO3


Bobot KIO3 = 0,1790 g
Ulangan V larutan Na2SO3 (mL) TA
1. 10,43 Biru hilang
2. 21,00 Biru hilang

Perhitungan normalitas Na2SO3


𝑚𝑔 𝑏𝑜𝑟𝑎𝑘𝑠
𝑁𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 Na2SO3 =
𝐵𝑠𝑡 𝑏𝑜𝑟𝑎𝑘𝑠×𝑚𝐿 𝐻𝐶𝑙×𝐹𝑝
179 𝑚𝑔
=
35,7 × 10,5 𝑚𝑙 × 10
179 𝑚𝑔
=
3.748,5
= 0,0477 𝑁

c. Data titrasi sampel dan blanko


Data titrasi sampel
Ulangan V larutan (mL) TA
1. 29,60 Putih susu

Data titrasi blanko


Ulangan V larutan (mL) TA
1. 30,20 Putih susu

Perhitungan
BAB V

PEMBAHASAN

Tabel hasil analisis

Parameter uji Nilai

Kadar air (termogravimetri) 1 84,69 %

Kadar air (termogravimetri) 2 85,96 %

Penentuan Kadar Abu 1,59 %

Analisis Protein Dengan Metode Kjeldahl 0,48 %

Analisis Penetapan Kadar Lemak Dan Minyak 2,75%


Dengan Metode Soxhlet

Analisis Karbohidrat Total

5.1 Penetapan Kadar Air Metode Pemanasan Langsung


(termogravimetri)

Kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan yang dapat
dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) atau berdasarkan berat kering
(dry basis). Kadar air merupakan pemegang dan peranan penting, maka
aktivitas airmempunyai peranan tersendiri dalam proses pembusukan dan
ketengikan padabahan pangan. Kerusakan bahan makanan pada umumnya
merupakan proses mikrobiologis, kimiawi, enzimatik atau kombinasi antara
ketiganya. Dengan berlangsungnya ketiga proses tersebut diperlukan air
dimana kini telah diketahuibahwa hanya air bebas yang dapat membantu
berlangsungnya proses tersebut.

Kadar air dalam bahan makanan sangat mempengaruhi kualitas dan


dayasimpan dari suatu bahan pangan. Semakin banyak kadar air yang
terkandung dalam suatu bahan maka akan semakin singkat masa simpannya.
Hal ini dikarenakan jika suatu bahan banyak mengandung kadar air, maka
sangat memungkinkan adanya pertumbuhan mikroorganisme. Penentuan kadar
air dari suatu bahan tersebut sangat penting dilakukan agar dalam proses
pengolahan maupun pendistribusian mendapatkan penanganan yang tepat.
Kandungan air bahan panganpun berbeda-beda tergantung sifat dan jenis
bahannya. Kadar air rendah biasanya terdapat dalam produk kacang-kacangan,
sedangkan kadar air tinggi biasanya terdapat pada sayuran, buah-buahan atau
pangan segar.

Analisis kadar air dengan metode oven perlakuan berbeda-beda


untuk berbagai jenis sampel. Pada praktikum kali ini sampel adalah jenis kenta
ng. Bahan di haluskan terlebih dahulu agar tidak menimbulkan komposisi
yang berlebihan. Setelah bahan dihaluskan, bahan dimasukkan ke cawan yang
telah diketahui beratnya. Cawan yang digunakan adalah cawan Al.
Cawan Al digunakan karena beratnya yang relatif konstan setelah pemanasan
berulang-ulang dan harganya yang murah.

Cawan yang sudah dimasuki sampel kemudian dikeringkan di dalam


ovenselama 3 jam dengan suhu 100ºC sampai diperoleh berat konstan yaitu
selisihnya berat dari hasil pemanasan dengan berat awal adalah minimal 0,05
g. Jika selisih berat sampel tidak sampai 0,05 g maka pemanasan diulangi lagi.
Dalam praktikum ini dilakukan 3 kali pengulangan pemanasan hingga dicapai
beratkonstan. Setelah keluar dari oven, selalu cawan berisi sampel dimasukkan
kedalam desikator (penangas air) karena di dalam desikator terdapat zat
penyerapair. Alasan setelah dilakukan pengovenan sampel dimasukkan ke
desikator adalah karena bahan yang telah mengalami pengeringan bersifat
lebih higroskopis dari pada bahan asalnya.

Analisis kadar air dengan metode oven didasarkan atas berat yang
hilang. Pada praktikum ini kadar air sebesar 84,69% untuk kentang1 dan
85,96% untuk kentang 2. Secara umum kandungan kadar air hasil analisa pada
praktikum ini mendekati tepat dengan berbagai sumber yang menyatakan
bahwa kandungan kadar air buahdan sayur segar mencapai 90%. Dari hasil
penelitian, kadar air kentang memiliki kandungan air yang paling rendah
dibandingkan dengan sayuran lain sehingga dibanding sampel lainya, kentang
yang paling lama masa simpannya.
5.2 Penentuan Kadar Abu Dalam Contoh Makanan

Analisa kadar abu dengan metode pengabuan kering dilakukan dengan


mendestruksı komponen sampel organik dengan suhu tinggi dalam teklu
pengabuan, tanpa terjadi nyala api, sampai terbentuk abu berwarna putih
keabuandan berat konstan tercapai. Sampel yang digunakan pada metode
pengabuankering ditempatkan dalam suatu cawan pengabuan yang dipilih
berdasarkan sifat bahan yang akan dianalisis. Dalam praktikum ini, cawan
yang digunakan untuksampel adalah cawan porselen.

Sampel yang digunakan pada pengabuan kering adalah kentang.


Kemudian cawan dan sampel tersebut diletakkan di atas teklu dengan suhu
mencapai 550-600°C hingga diperoleh berat konstan. Besarnya berat abu
dihitung dengan cara mengurangi selisih berat akhir dikurang berat awal
cawan kemudian dibagi dengan berat awal bahan kemudian dikali seratus
persen.

Setelah 3 jam proses teklu, kemudian menunggu suhu turun karena suhu
sebelumnya sangat panas yaitu sekitar 550-600°C agar sampel bisa diambil
untuk kemudian dimasukkan ke desikator. Tujuan dimasukkan ke desikator
adalah untuk menjaga berat konstan karena desikator akan menyerap air
sehingga berat sampel tetap stabil. Kemudian dilakukan penimbangan
sebanyak 3 kali.

Dari lieteratur, diketahui bahwa saat pengabuan ada komponen


volatilyang hilang yaitu unsur-unsur Na, S, Cl, dan P. Kadar abu yang
didapatkanadalah kadar abu atau mineral total yang terdapat dalam suatu
bahan,tetapi kitatidak mengetahui zat atau senyawa apa saja yang terkandung
dalam bahantersebut. Dari bahan yang digunakan, diketahui bahwa kentang
memiliki kadar abu yaitu 1,59%.

Walaupun kadar abu hasil analisis sayur tersebut dibawah standar SNI
adalah sekitar 1,6% dan hasil analisis mendapatkan sebesar 1,59%, sayur yang
digunakan dalam praktikum ini adalah sayur dalam kondisi segar, sehingga
seharusnya nilai kadar abunya sesuai dengan literatur.
Dalam hal ini berarti ada kemungkinan kesalahan dalam praktikum ini.
Kemungkinan besar karena ketidak telitian praktikan baik dalam
penımbangan, maupun saat penumbukan bahan yang kurang baik (bahan
belum halus atau homogen secara sempurna), sehingga diperoleh kadar abu
yang kurang dari standar atau bisa jadi karena kurang berfungsinya desikator,
desikator kurang menyerap uap air yang kembali masuk ke bahan,karena saat
pendinginan.

5.3 Analisis Protein Dengan Metode Kjeldahl


Analisis protein pada praktikum ini menggunakan metode Kjeldahl,
dimana metode ini merupakan metode yang sederhana untuk penetapan
nitrogen total asam amino, protein dan senyawa yang mengandung nitrogen.
Metode ini telah banyak mengalami modifikasi sehingga cocok digunakan
secara semi mikro, sebab hanya memerlukan jumlah sampel dan pereaksi
yang sedikit dan waktu analisa yang pendek. Dengan kata lain, kurang akurat
bila diperlukan pada senyawa yang mengandung atom nitrogen yang terikat
secara langsung ke oksigen atau nitrogen. Analisis protein cara Kjeldahl pada
dasarnya dapat dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu proses destruksi, destilasi,
dan tahap titrasi. Pada tahap titrasi ini larutan standar harus distandarisai
terlebih dahulu karena HCl merupakan larutan yang tidak bisa diperoleh
secara murni sehingga konsentrasinya dapat berubah – ubah. Jumlah protein
yang didapat sangat kecil yaitu sebesar 0,48%, sedangkan menurut literatur
jumlah protein yang terdapat dalam kentang yaitu berkisar 2%.
5.4 Analisis Penetapan Kadar Lemak Dan Minyak Dengan
Metode Soxhlet
Pada praktikum ini kami melakukan analisis lemak pada bahan uji yang
telah ditentukan, yaitu kentang. Kentang yang segar telah ditimbang seberat 2,5
gram kemudian dioven selama 24 jam hingga kenmtang menjadi sangat kering.
Pemanasan yang dilakukan hingga daging benar-benar kering dimaksudkan agar
kandungan air dalam kentang hilang. Pemanasan harus dilakukan secepatnya,
dan dihindari suhu yang terlalu tinggi. Kandungan air harus benar-benar habis,
karena apabila bahan masih mengandung air yang tinggi maka bahan pelarut
akan sulit masuk ke jaringan sehingga ekstraksi lemak oleh pelaruttidak efisien.
Selain itu, adanya air akan menyebabkan zat-zat yang ada di dalam air ikut pula
terekstraksi
bersama lemak sehingga hasis analisis kurang mencerminkan keadaan
sebenarnya.

Metode yang dipilih untuk menganalisis lemak daging dalam


praktikumini adalah metode Soxhlet. Metode ini dipilih karena metode ini
efisien,
karenaselama proses ekstraksi berlangsung pelarut yang digunakan dapat
diperoleh kembali. Prinsip metode ini adalah adalah ekstraksi lemak dengan
pelarut lemak. Salah satu pelarut lemak yang dapat digunakan adalah petroleum
eter. Minyak yang mempunyai sifat tidak larut dalam air dandapat larut dalam
pelarut yang disebutkan di atas karena lemak dan minyak mempunyai polaritas
yang sama dengan pelarut tersebut. Prinsip kedua yaitu berat lemak bahan uji

diperoleh dengan cara memisahkan lemak dengan pelarutnya, misalnya dengan


menguapkan pelarut melalui pemanasan.

Kentang yang kering dimasukkan ke dalam thimble yang terbuat dari


kertas saring. Selanjutnya dipasang labu lemak dan kondensor. Petroleum eter
pada labu dipanaskan diwaterbath akan menguap pada suhu 55°C, terkondensasi
pada pendingin, selanjutnya pelarut akan masuk pada ektraktor. Apabila pelarut
telah mencapai batas atas kapiler pelarut yang telah kontak dengan sampel akan
masuk pada labu,dan begitu seterusnya. Ekstraktor soxhlet ini merupakan
ektraktor kontinyu, sehingga proses ekstraksı berlangsung terus menerus hingga
pelarut yang turun kembali ke labu lemak berwarna jernih. Prosesyang kontinyu
ini berlangsung selama minimal 5 jam.

Setelah terekstraksi, lemak yang telah turun ke labu lemak bersama


petroleum eter diambil dan dipindah ke dalam beaker glass. Berat lemak
didapatkan dengan memisahkan lemak dari petroleum eternya. Pemisahan
idealnya dilakukan dengan penguapan pada penangas air hingga ekstrak menjadi
pekat, kemudian dikeringkan dalam oven sampai diperoleh berat konstan pada
suhu 100°C. Namun pada praktikum pemisahan dilakukan dengan menguapkan
petroleum eter tanpa penangas, cukup dibiarkan kontak dengan udara (diangin-
anginkan) hingga diperoleh minyak. proses ekstraksi dengan metode Soxhlet in
idilakukan minimum selama 5 jam. Pada rentang waktu 5 jam ini, terus terjadi
refluks pelarut yang turun kembali ke labu lemak dan pada akhirnya pelarut
yangturun tersebut menjadi jernih menandakan bahwa lemak telah
terekstraksiseluruhnya dan proses ekstraksi dianggap selesai. Proses ekstraksi
memakan waktu yang lama karena pelarut juga tidak bisa melarutkan sejumlah
besar lemak pada kentang dalam sekaligus, sehingga pelarut akan terus menerus
diuapkan, didinginkan, melarutkan kembali dan jatuh ke labu lemak, menguap
lagi, dan seterusnya. Petroleum eter juga butuh waktu untuk dapat menembus
jaringan kentang agar lemak dari seluruh bagian kentang terekstraksi.

Pada praktikum ini, refluks terjadi tidak sampai 5 jam, mungkin hanya
sekitar 3 jam. Sehingga, sangat dimungkinkan tidak semua lemak terlarut pada
rentang waktu tersebut sehingga hasil yang didapatkan sangat kecil. Selain
itu,Nurcholis (2013) menyebutkan untuk sampel yang dimasukkan ke dalam
thimble dan kertas saring itu dalam keadaan/bentuk tepung. Kemungkinan hal ini
dimaksudkan agar seluruh lemak dapat dilarutkan oleh petroleum eter. Dalam
praktikum ini, kentang kering masih dalam bentuk kepingan-kepingan yang
cukup
tebal sehingga lemak yang terlarut kemungkinan hanya yang berada di
permukaan
sedangkan lemak bagian dalam kentang masih belum terekstrak. Jika memang

benar demikian, maka dapat dipahami bahwa berat lemak yang didapatkan dari
praktikum ini jauh lebih besar dari yang sebenarnya.

5.5 Analisis Karbohidrat Total


Metode Luff Schoorl merupakan metode yang digunakan untuk
menentukan kandungan gula dalam sampel. Metode ini didasarkan pada
pengurangan ion tembaga (II) di media alkaline oleh gula dan kemudian menjadi
sisa tembaga. Pada penetapan cara Luff, dipakai pereduksi garam Cu kompleks,
dimana glukosa yang bersifat pereduksi akan mereduksi Cu 2+ menjadi Cu+ atau
CuO direduksi menjadi Cu2O yang bewarna merah bata. Kemudian kelebihan
CuO ditetapkan dengan cara iodometri. Dengan menetapkan blanko, maka
volume (mL) tio yang dibutuhkan untuk menitar kelebihan Cu2+ dapat
diketahui. Selisih volume tio blanko – sampel setara dengan jumlah mg glukosa
yang terdapat dalam sampel. Metode Luff Schoorl ini baik digunakan untuk
menentukan kadar karbohidrat. Kadar karbohidrat yang di dapat menggunakan
metode ini adalah sebesar 3,94%, sedangkan kadar karbohidrat menurut literatur
itu sebesar 12%.
BAB VI

KESIMPULAN

Pada praktikum analisis kentang ini dapat disimpulkan bahwa


pekerjaan yang dilakukan belum sepenuhnya benar, karena ada beberapa
analisis yang tidak sesuai dengan literatur. Kadar air yang terkandung
dalam kentang sebesar 84,69% untuk kentang 1 dan 85,96% kentang 2,
kadar abu sebesar 1,59%, kadar protein sebesar 0,28%, kadar lemak
sebesar 2,47%,dan kadar karbohidrat sebesar %
BAB VII

DAFTAR

PUSTAKA

• M Wenni Yulisma, 2016. Penentuan kadar air produk


pertanian (kentang). Universitas Jambi:Jambi.
• Sagala Jesica Putri, 2014. Laporan Praktikum Analisis Kadar
Abu. Universitas Pendidikan Indonesia:Bandung.
• Afkar Majral, dkk. 2020. ANALISIS KADAR PROTEIN PADA TEPUNG
JAGUNG, TEPUNG UBI KAYU DAN TEPUNG LABU KUNING
DENGAN METODE KJEDHAL, Jurnal ar-raniry. Universitas
Islam Negeri Ar-Raniry Baristand Aceh, hal.109 dan 110.
• Pargiyanti, 2019. OPTIMASI WAKTU EKSTRAKSI LEMAK
DENGAN METODE SOXHLET MENGGUNAKAN
PERANGKAT ALAT MIKRO SOXHLET, Jurnal Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta, Volume 1 (2), hal.29-30.
• Affandi Idris, 2015. Praktikum Biokimia Karbohidrat. Universitas
Bangka Belitung:Bangka Belitung.
• Aini Hilma Qurrota, 2014. LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS PANGAN
ACARA VI KADAR AIR DAN KADAR ABU. Universitas Jendral
Soedirman:Purwokerto.
• Febriani Wiwit, dkk. 2013. Analisis Kadar Lemak Metode Soxhlet. Universitas
Negri Malang:Malang.
• Purwasih Rita. 2018. ANALISIS PANGAN, Buku Analisis Bahan Pangan,
POLSUB PRESS Anggota APPTI Nomor: 005.065.1.11.2018, Subang,
hal.1-3.
BAB VIII
LAMPIRAN

A. Kadar Air Pemanasan Langsung (termogravimetri)

Penimbangan Cawan Al Konstan


No Penimbangan ke…( setelah pemanasan) Bobot (gram)

1. Cawan 1 5,0622

2. Cawan 1 5,0619

3. Cawan 2 4,8238

4. Cawan 2 4,8236

Penimbangan cawan Al beserta sampel


No Penimbangan ke…( setelah pemanasan) Bobot (gram)

1. Cawan 1 ke 1 5,3615

2. Cawan 1 ke 2 5,3612

3. Cawan 2 ke 1 5,1043

4. Cawan 2 ke 2 5,1040

B. Penentuan Kadar Abu


Penimbangan cawan kosong
Penimbangan ke Bobot (g)

1 70,6363

2 70,6360
Penimbangan cawan dan abu
Penimbangan ke Bobot (g)

1 70,6850

2 70,6846

C. Analisis Protein Dengan Metode Kjeldahl


-Pembuatan lar. NaOH 30% dalam 15 mL
Bobot
b/v (%) = ×100%
Volume

% ×Volume
= 100%
g
30 % ( )×15 mL
mL
= 100%

= 4,5 g
Bobot hasil penimbangan = 4,5001 g
-Pembuatan lar. HCl 0,1 N dari HCl
pekat 1000 ×% ×BJ
N HCl =BE

1000 × 37 % × 1,19 g/mol


N HCl = 36,5 g/mol

N HC l= 12,06 N

V1 x C1 = V2 X C2

V1 x 12,06 N = 100 mL x 0,1 N


100 .0,1
C2 = = 0,83 mL
12,06

-Pembuatan lar. H3BO3 3% dalam 25 mL


Bobot
b/v (%) = ×100%
Volume

% ×Volume
= 100%
g
3 %( )×25 mL
mL
= 100%

= 0,75 g
-Pembuatan lar. Na2B4O7 0,1 N sebanyak 25 mL untuk standarisasi HCl

Bobot Na2B4O7 = N x L x BE = 0,1 N x 0,025 L x 100,5 g/mol

= 0,2512 g
Bobot hasil penimbangan = 0,2517 g
- Prosedur kerja standarisasi HCI 0.1 N

1. Ditimbang boraks 0,2517 gram lalu dilarutkan dalam aquades dan


dipindahkan ke dalam labu takar 100 ml dan ditandabataskan.
2. Dipipet 10 ml ke erlemeyer dan ditambahkan sedikit aquades lalu
ditambahkan indikator MM 2-3 tetes.
3. Dititrasi dengan larutan HCI 0,1 N hingga titik akhir sindur.
Ulangan Bobot Boraks Vol Lar. Boraks Vol Lar. HCl 0,5 N
1 0,2517 g 10 mL 7,27 mL
2 0,2517 g 10 mL 7,26 mL
Rata Rata
7,265 mL

Perhitungan normalitas
HCl
𝑚𝑔 𝑏𝑜𝑟𝑎𝑘𝑠
𝑁𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐻𝐶𝑙 =
𝐵𝑠𝑡 𝑏𝑜𝑟𝑎𝑘𝑠 × 𝑚𝐿 𝐻𝐶𝑙 × 𝐹𝑝
251,7 𝑚𝑔
=
100,5 × 7,265 × 10
251,7
=
7.446,625

= 0,03 𝑁

D. Analisis Penetapan Kadar Lemak Dan Minyak Dengan Metode


Soxhlet
-Data penimbangan kentang
Bobot kertas saring + kentang = 4,3219 g
Bobot kertas saring kosong = 1,9296 g
Bobot kentang = 2,3995 g

-Data penimbangan lemak dan minyak


Bobot beaker glass + residu = 63,1486 g
Bobot beaker glass kosong = 63,0825 g
Bobot residu minyak dan lemak = 0,0661 g
-Perhitungan kadar
% Kadar lemak dan minyak = 𝑎 × 100%
𝑏

0,0661 𝑔
= 2,3995 𝑔 × 100%

= 0,0275 × 100%

= 2,75 %

E. Analisis Karbohidrat Total


-Pembuatan lar. KI 30% dalam 30mL
Bobot
b/v (%) = ×100%
Volume

% ×Volume
= 100%
g
30 %( )×30 mL
mL
= 100%

= 9,0000 g
Bobot hasil penimbangan = 9,0000 g
-Pembuatan lar. H2SO4 25% dalam 50mL
V1 x C1 = V2 X C2

V1 x 98 % = 50mL x 25 %
1.250
C2 = = 12,75 mL
98

-Pembuatan lar. HCl 4 N 30mL dari HCl


pekat 1000 ×% ×BJ
N HCl =BE
1000 × 37 % × 1,19 g/mol
N HCl = 36,5 g/mol

N HC l= 12,06 N

V1 x C1 = V2 X C2

V1 x 12,06 N = 30 mL x 4N

120
C2 = 12,06 = 9,95 mL
-Pembuatan lar. KI 20% dalam 30mL
Bobot
b/v (%) = ×100%
Volume

% ×Volume
= 100%
g
20 %( )×30 mL
mL
= 100%

= 6,0000 g
-Pembuatan lar. HCl 3% 25 mL
V1 x C1 = V2 X C2

V1 x 25% = 25 mL x 3%
75
C2 = = 3mL
25

-Pembuatan lar. NaOH 3,25% dalam 30mL


Bobot
b/v (%) = ×100%
Volume

% ×Volume
= 100%
g
3,25 %( )×30 mL
mL
= 100%

= 0,975 g
-Pembuatan lar. KIO3 0,1 N dalam 50 mL untuk standarisasi

Bobot KIO3 = N x L x BE = 0,1 N x 0,05 L x 35,7 = 0,1785

Bobot hasil penimbangan = 0,1790 g


- Prosedur kerja standarisasi Na2S203, 0,02 N
1. Ditimbang KIO3 sebanyak 0,1790 gram lalu dilarutkan dalam aquades dan
dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL
2. Dipipet 10 ml ke erlenmeyer lalu ditambahkan 6 mL. HCI 4 N dan 4 ml KI
20%
3. Didiamkan ditempat gelap selama 5 menit.
4. Dititrasi dengan larutan Na2S2O3 hingga titik akhir kuning muda lalu
ditambahkan indikator amilum 1 pipet dan dititrasi kembali dengan larutan
Na2S2O3 hingga titik akhir tidak berwarna.
𝑚𝑔 𝑏𝑜𝑟𝑎𝑘𝑠
𝑁𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 Na2SO3 =
𝐵𝑠𝑡 𝑏𝑜𝑟𝑎𝑘𝑠×𝑚𝐿 𝐻𝐶𝑙×𝐹𝑝
179 𝑚𝑔
=
35,7 × 10,5 𝑚𝑙 × 10
179 𝑚𝑔
=
3.748,5
= 0,0477 𝑁

Nilai Saran dan Kritik Paraf

Anda mungkin juga menyukai