Anda di halaman 1dari 57

ANALISIS PROKSIMAT DAN ENERGI BRUTO KULIT ARI KOPI

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

Diajukan untuk Memenuhi


Tugas Praktikum Bahan Pakan dan Nutrisi Ternak Dasar

G12

ENDRIKO ABEDNEGO SUCIPTO 200110200162


SILVI JULIANI 200110200177
MOCHAMAD ISHAQ RINALDI 200110200188
SALWA SANIYYAH 200110200196
PRATAMA RHOMDONI PUTRA ISMAIL 200110200306

LABORATORIUM NUTRISI TERNAK RUMINANSIA DAN


KIMIA MAKANAN TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2021
ANALISISI PROKSIMAT DAN ENERGI BRUTO KULIT ARI KOPI

Oleh :
G12

ENDRIKO ABEDNEGO SUCIPTO 200110200162


SILVI JULIANI 200110200177
MOCHAMAD ISHAQ RINALDI 200110200188
SALWA SANIYYAH 200110200196
PRATAMA RHOMDONI PUTRA ISMAIL 200110200306

Menyetujui:

Vegy Syahrial
Asisten I

Latifah Jasmine

Asisten II
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan Kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Akhir
Praktikum Bahan Pakan dan Nutrisi Ternak Dasar yang berjudul “Analisis
Proksimat dan Energi Bruto Kulit Ari Kopi”. Laporan akhir ini disusun untuk
memenuhi tugas Praktikum Bahan Pakan dan Nutrisi Ternak Dasar Fakultas
Peterbakan Universitas Padjadjaran.
Laporan akhir ini berisikan pembahasan mengenai kegiatan yang penulis
lakukan selama praktikum. Di dalam laporan akhir ini, penulis mencoba untuk
menjelaskan hasil pengamatan selama praktikum yang disertai pembahaasan dari
sumber-sumber yang relevan. Sehingga laporan ini diharapkan bermanfaat
khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bpk. Ir. Tidi Dhalika, MS. Dan
Bpk. Deny Saefulhadjar, S.Pt., M.Si.selaku dosen pengampu mata kuliah Bahan
Pakan dan Nutrisi Ternak Dasar, serta Kang Vegy Syahrial dan Ceu Latifah
Jasmine selaku penanggung jawab asisten laboratorium. Terlepas dari itu, penulis
menyadari masih ada kekurangan dalam laporan ini baik dari segi kebahasaan
yang digunakan dan tata bahasanya. Oleh karena itu, kami menerima segala kritik
dan saran dari pembaca agar laporan akhir ini dapat kami perbaiki.

Sumedang, April 2021

Penyusun
ANALISIS PROKSIMAT DAN ENERGI BRUTO KULIT ARI KOPI

G12

ABSTRAK

Analisis proksimat adalah suatu metode analisis kimia untuk


mengidentifikasi kandungan nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak dan serat
pada suatu zat makanan dari bahan pakan atau pangan. Analisis proksimat
digunakan juga untuk menyusun formula ransum dengan baik. Analisis ini
digunakan karena analisis ini menunjukkan hasil yang mendekati hasil
sesungguhnya.
Kulit ari kopi merupakan salah satu bahan pakan yang digunakan dalam
pembuatan ransum karena mengandung beberapa kandungan nutrisi yang
dibutuhkan. Selain itu, kulit ari kopi juga mudah didapatkan dan harganya
tergolong murah. Penggunaan kulit ari kopi masih jarang digunakan dan hanya
dijadikan limbah sisa pertanian, karena masih jarang orang yang mengetahui
kandungan dan manfaat dari kulit ari kopi sebagai bahan pakan ternak.

Kata kunci : Analisis proksimat, bahan pakan ternak, ransum, kulit ari kopi.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR ILUSTRASI
DAFTAR LAMPIRAN
I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Analisis proksimat adalah suatu metode analisis kimia untuk
mengidentifikasi kandungan zat makanan dari suatu bahan pakan atau pangan.
Analisis proksimat ini digunakan untuk mengidentifikasi kandungan nutrisi
seperti protein, karbohidrat, lemak dan serat pada suatu zat makanan dari
bahan pakan atau pangan. Analisis proksimat ini digunakan karena hasil nya
mendekati dari hasil yang sesungguhnya. Analisis proksimat digunakan untuk
mengevalusai dan menyusun formula dari ransum pakan ternak. Mengevalusai
ransum ini dengan cara mengetahui kekurangan kandungan nutrisi ransum
yang dibutuhkan. Kemudian menambahkan kandungan nutrisi yang
diperlukan pada formula ransum.
Air merupakan salah satu hal penting dalam bahan pakan ternak.
Karena kadar air merupakan indikator kualitas dari suatu bahan pakan. Selain
itu, kadar air dalam pakan ternak juga dapat mempengaruhi tekstur dan cita
rasa dari bahan pakan tersebut. Kadar air dalam pakan juga dapat menentukan
kesegaran dan daya awet dari bahan pakan tersebut. Semakin tinggi kadar air
dalam bahan pakan akan mengakibatkan bakteri, jamur dan khamir
berkembang biak sehingga menyebabkan kerusakan dan perubahan fisik pada
bahan pakan tersebut.
Abu merupakan zat organik sisa pembakaran dari senyawa organik
(Sudarmadji, 1998). Senyawa organik hasil dari pembakaran ini dalam bentuk
oksida, garam dan mineral. Mineral ini sangat berguna bagi tubuh ternak.
Karena dapat berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur dalam tubuh
ternak. Selain itu juga berguna untuk pengaturan metabolisme tubuh ternak.
Lemak merupakan sekelompok besar molekul-molekul alam yang
terdiri dari unsur-unsur C, H, dan O yang meliputi asam lemak, makam, sterol
vitamin yang larut dalam lemak (contohnya A, D, E, dan K), monogliserida,
digliserida, fosfolipid, dan lain-lain. Mengekstraksi lemak secara murni sangat
sulit karena pada saat mengekstraksi lemak, akan terekstraksi juga zat-zat
yang larut dalam lemak seperti sterol, fosfolipid, asam lemak, klorofil dan
lain-lain. Pelarut yang digunakan pun harus bebas air agar bahan-bahan yang
larut dalam air tidak terekstrak dan terhitung sebagai lemak. Pelarut yang
biasa digunakan seperti eter, benzena dan lain-lain.
Serat kasar merupakan residu dari bahan makanan dengan asam atau
basa encer, dan terdiri dari selulosa. Serat kasar juga adalah kumpulan serat
yang tidak dapat dicerna oleh tubuh, komponen dari serat kasar yaitu selulosa,
hemiselulosa, lignin dan komponen lainnya.
Protein merupakan salah satu unsur yang mengandung unsur C, H, O
dan N dalam ikatan kimianya. Dalam bahan pakan, protein termasuk kedalam
sumber asam amino. Fungsinya sendiri ialah untuk membentuk jaringan baru
dan mempertahankan jaringan yang sudah ada agar tidak rusak. Analisis
protein dalam bahan pakan dapat dibedakan menjadi 2 yaitu metode
kuantitatif dan metode kualitatif.
Energi bruto adalah semua panas yang bebas pada pembakaran, panas
tersebut dihasilkan dari suatu makanan yang seluruhnya dibakar sempurna
menggunakan bomb calorimeter dan menghasilkan zat-zat akhir seperti CO2,
H2O dan gas lainnya. Dalam percobaan ini, peningkatan suhu yang telah
diukur dengan thermometer dapat dihitung sebagai energi bruto yang
dihasilkan. Penetapan energi bruto ini terjadi pengubahan energi kimia dalam
suatu sampel menjadi energi panas dan diukur jumlah panas yang dihasilkan.

1.2 Identifikasi Masalah


(1) Mengidentifikasi kandungan air dalam kulit ari kopi.
(2) Mengidentifikasi kandungan abu dalam kulit ari kopi.
(3) Mengidentifikasi kandungan lemak kasar dalam kulit ari kopi.
(4) Mengidentifikasi kandungan serat kasar dalam kulit ari kopi.
(5) Mengidentifikasi kandungan protein kasar dalam kulit ari kopi.
(6) Mengidentifikasi kandungan energi bruto dalam kulit ari kopi.
(7) Mengidentifikasi kandungan bahan ekstrak tanpa nitrogen dalam kulit ari
kopi.

1.3 Tujuan Praktikum


(1) Mengetahui kandungan air dalam kulit ari kopi.
(2) Mengetahui kandungan abu dalam kulit ari kopi.
(3) Mengetahui kandungan lemak kasar dalam kulit ari kopi.
(4) Mengetahui kandungan serat kasar dalam kulit ari kopi.
(5) Mengetahui kandungan protein kasar dalam kulit ari kopi.
(6) Mengetahui kandungan energi bruto dalam kulit ari kopi.
(7) Mengetahui kandungan bahan ekstrak tanpa nitrogen dalam kulit ari kopi.
1.4 Kegunaan Praktikum
Kegunaan praktikum ini adalah untuk mengetahui kadar nutrisi bahan
pakan terutama pada kulit kopi ari dengan metode analisis proksimat dan energi
bruto. Serta memahami proses analisis proksimat yang terdiri dari analisis air,
analisis abu, analisis protein kasar, analisis lemak kasar, analisis serat kasar,
analisis energi bruto dan analisis BETN. Analisis ini juga dapat digunakan untuk
mengetahui daya tahan pakan dan stabilitas air bila disimpan. Praktikum ini juga
dilaksanakan agar praktikan dapat meningkatkan kemampuannya baik secara teori
dan praktik.

1.5 Waktu dan Tempat Praktikum


Analisis Air – Energi Bruto
Waktu : 12.30 – 14.30 WIB
Tanggal : 16 Februari – 27 April 2021
Tempat : secara daring
II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Bahan


Kopi merupakan minuman favorit di dunia, salah satu komoditas
terpenting sektor pertanian, dan komoditas kedua paling berharga di dunia setelah
minyak. Di dunia, ada sekitar 20 juta ladang pertanian kopi rakyat dan sekitar 100
juta orang bergantung kepada kopi untuk kehidupannya. Nilai ekspornya
mencapai 15,4 miliar dolar Amerika pada tahun 2009-2010. Serta memiliki peran
penting pada perekonomian di beberapa Negara tropis (Didanna, 2014)
Selain biji kopi, limbah dan hasil sampingan dari kopi jumlahnya jutaan
ton di dunia dalam konteks produksi. Sekam dan kulit ari merupakan hasil
sampingan utama dari pengolahan kopi (Didanna, 2014). Buah kopi dapat
diproses dengan metode pengolahan basah dan kering. Untuk mendapatkan bagian
eksoderm, mesoderm dan endoderm dari biji kopi kering, maka harus digiling,
yang berasal dari sekam.
Hal yang sangat bermanfaat dalam penggunaan limbah kulit kopi ini
adalah kandungan nutrisi yang cukup tinggi yang dapat digunakan sebagai sumber
protein untuk mengurangi penggunaan tepung ikan sebagai pakan. Dalam
pengolahan kopi dihasilkan 45% kulit kopi, 5% kulit arid an 40% biji kopi
(untuk manusia). Kulit kopi mempunyai kandungan bahan kering sebesar 91,77%,
protein kasar sebesar 11,18%, serat kasar 21,74%, lemak kasar 2,8% dan
kandungan BETN sebesar 50,8% (Anonnim, 2005).
Beberapa penelitian mengatakan bahwa kulit ari kopi sangat menjanjikan
sebagai bahan pakan ternak apabila dikeringkan dan digunakan secara efisien
serta ekonomis. Kulit ari kopi yang dijemur di bawah sinar matahari dapat
dimasukkan ke dalam ransum sebagai sumber protein pengganti tepung biji dan
kulit biji kapas (Didanna, 2014).

2.2 Kandungan Zat Makanan Bahan


Penggunaan kulit ari kopi sebagai sumber pakan ternak belum banyak
diteliti secara keseluruhan. Berikut adalah kandungan nutrient dan energy
metabolis pada kulit ari kopi dari beberapa sumber:

Tabel 1. Kandungan Nutirisi dan Energi Bruto Kulit Kopi Ari


Zat Makanan Jumlah
Energi (kkl/kg)* 3,748
BK(%)* 46,89
PK(%)* 10,64
LK(%)* 0,69
SK(%)* 15,74
Ca(%)** 0,26
P(%)** 0,88
Lysine(%)*** 3,4
Methionine(%)*** 0,3
Sumber: * Simanihuruk dan Sirait (2010)
** Aknesia, dkk (2018)
*** Didanna (2014)

2.3 Analisis Air


2.3.1 Air
Air adalah komponen yang sangat dibutuhkan untuk kebutuhan hewan.
Berat tubuh hewan dewasa terdiri dari 65-70% air dan 70-80% pada hewan
yang baru lahir. Air juga ditemukan di semua sel tubuh. Air dapat masuk ke
dalam tubuh hewan melalui banyak cara. Sebagian besar air masuk dengan
cara diminum. Air dapat dikeluarkan dalam banyak bentuk, diantaranya adalah
air ludah, feses, urin, dan keringat. Air juga ditemukan banyak di dalam pakan
hewan itu sendiri (Yoder, 2015). Karena air merupakan suatu larutan yang
hampir-hampir bersifat universal, maka zat-zat yang paling alamiah maupun
buatan manusia hingga tingkat tertentu terlarut di dalamnya. Dengan
demikian, air di dalam mengandung zat-zat terlarut. Zat-zat ini sering disebut
pencemar yang terdapat dalam air (Linsley, 1991). Yang dimaksud air dalam
analisis proksimat adalah semua cairan yang menguap pada pemanasan dalam
beberapa waktu pada suhu 105°C-110°C dengan tekanan udara bebas sampai
sisa yang tidak menguap mempunyai bobot tetap (Kamal, 1998).
Air jarang diperhatikan keberadaannya karena air merupakan komponen
yang mudah didapat, sedangkan zat lain tidak semudah air sehingga
perhatiannya lebih besar. Reaksi tubuh atas kehilangan sangat nyata, sehingga
mudah untuk ditanggulangi. Serta bila telah terpenuhi proses
penyembuhannya cepat. Dehidrasi akan cepat sembuh bila segera minum, tapi
kehilangan protein (busung lapar) akan memakan waktu lama proses
penyembuhannya.

2.3.2 Kegunaan Air


Air adalah salah satu produk pangan yang dapat dianalisis di
laboratorium kimia air dan lingkungan (Rimantho dkk, 2016). Kadar air
dalam pakan sangat mempengaruhi kualitas dan daya simpan dari pakan
tersebut. Air sangat diperlukan karena memiliki fungsi diantaranya sebagai
pelarut zat, pengatur suhu tubuh, dalam reaksi biokimia, dan
mempertahankan pH (Yoder, 2015).
Air diketahui sebagai substansi yang mempunyai keistimewaan sebagai
penghantar panas yang sangat baik yang sebenarnya sangat diperlukan di
dalam penyebaran panas yang dihasilkan dari reaksi kimia dalam proses
metabolisme. Air sebagai medium untuk aktivitas metabolik, air menjadi
media penyebaran yang ideal untuk transportasi produk-produk metabolisme
dan produk-produk sisa metabolisme. Air juga berperan dalam proses
pencernaan. Pada kenyataan istilah hydrolysis digunakan untuk menerangkan
proses pencernaan dari substansi komplek.
Air juga mempunyai peranan tertentu, sebagai bagian cairan sinovial
pelumas bagi pertautan tulang dan sebagai cairan di sekitar medulla spinalis
dan otak, cairan serebrospinalis, air berfungsi sebagai bantalan dari sistem
saraf. Air sebagai penghantar suara di telinga dan juga termasuk dalam proses
melihat. Air menolong pula menjaga homeostasis dengan cara ikut
mengambil bagian dalam reaksi-reaksi dan perubahan-perubahan faali yang
mengatur pH, tekanan osmosis, konsentrasi elektrolit, dan fungsi-fungsi
lainnya yang diperlukan untuk kehidupan.
Air adalah esensial untuk fungsi tubuh yang normal. Ia merupakan zat
dasar bagi darah dan merupakan cairan intraselular dan ekstraselular yang
berfungsi mengangkut zat-zat makanan, metabolit, dan zat-zat sisa dari dan
ke seluruh sel tubuh. Sebagai cairan ia melumas persendian dan sebagai
cairan serebrospinal ia bekerja sebagai bantalan bagi sistem saraf. Dalam
telinga, air membawa suara dan dalam mata ia ada hubungannya dengan
penglihatan.

2.3.3 Metode Analisis Air


Analisis air sendiri adalah untuk menghitung kadar air yang pada bahan
pakan. Analisis air termasuk analisis kimia bersama analisis protein, analisis
lemak kasar, analisis abu, dan analisis karbohidrat (Koir dkk, 2017). Analisis
air dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu:
(1) Metode gravimetric
Metode ini memiliki prinsip bahwa sampel kehilangan bobot air apabila
dipanaskan di 105 derajat Celcius yang berada di dalam sampel. Kadar air
pada pakan dapat dihitung dengan mengurangi massa pakan awal dengan
massa pakan setelah diketahui bahan keringnya (Zaenuri, 2013).
(2) Destilasi
Metode ini memiliki prinsip bahwa mengeluarkan air dengan memakai
pembawa cairan kimia yang memiliki titik didih lebih tinggi daripada air dan
tidak dicampur dengan air serta memiliki bobot jenis lebih rendah dibanding
air
(3) Metode kimia
Metode ini sendiri dapat dilakukan dengan titrasi Karl Fisher, cara kalsium
karbida, dan cara asetil klorida (Rohman, 2018). Karl Fisher Titrator biasa
digunakan untuk mengetahui kadar air, pestisida, hasil pertanian, oli, dan
lemak (Kristianingrum, 2009).
Dalam praktikum ini, digunakan metode gravimetric. Air memiliki fraksi
yaitu senyawa asam basa organik sederhana yang ikut menguap, seperti asam
asetat, asam butirat, asam propionar, dan ester atsiri. Kelemahan metode ini 6
adalah adanya senyawa organik yang memiliki titik didih di bawah 100
derajat celcius ikut menguap (fraksi air) dan ada bahan pakan yang megikat
air sangat kuat sehingga air tidak sepenuhnya menguap (Zaenuri, 2013)

2.3.4 Kandungan Air Kulit Kopi Ari


Kulit ari kopi adalah sumber pakan ternak yang berasal dari hasil
samping agroindustri yang memiliki kadar air 7,76% dan bahan kering
92,24% (Hambakodu dan Ina, 2019). Menurut data Laboratorium Ilmu dan
Teknologi Pakan IPB Bogor 2016, kulit ari kopi memiliki presentase bahan
kering sebesar 85,83% dan air 14,17% (Aknesia dkk, 2017). Pada tahun 2013,
ditemukan kulit ari kopi yang memiliki presentase bahan kering sebesar
82,70% dan air 17,3% (Londra, 2013). Kulit daging buah kopi tanpa
fermentasi mengandung bahan kering sebesar 56,79% dan air 43,27% serta
untuk kulit daging buah kopi fermentasi mengandung bahan kering sebesar
93,84% dan air 6,16% (Sihombing dkk, 2013).

2.4 Analisis Abu

2.4.1Abu
Abu adalah residu anorganik dari proses pembakaran atau oksidasi
komponen organik bahan pangan. Kadar abu total adalah bagian dari analisis
proksimat yang bertujuan untuk mengevaluasi nilai gizi suatu produk/pangan
terutama total mineral (Feringgo, 2019). Kadar abu dari suatu bahan
menunjukkan total mineral yang terkandung dalam bahan tersebut. Mineral
itu sendiri terbagi menajdi 4, yaitu: (1) garam organik: garam-garam asam
malat, oksalat, asetat, pektat, (2) garam anorganik: garam fosfat, karbonat,
klorida, sulfat, nitrat, (3) senyawa komplek: klorofil-Mg, pektin-Ca,
mioglobin-Fe, dan (4) kandungan abu dan komposisinya tergantung macam
bahan dan cara pengabuannya (Apriyantono, 1988).
Abu merupakan zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan
pangan. Kandungan yang terdapat pada abu dan juga komposisinya
bergantung pada jenis bahan dan cara pengabuan. Sekitar 96% dari bahan
makanan terdiri dari bahan organik dan air, sedangkan sisanya merupakan
bahan anorganik berupa mineral yang disebut dengan abu. Proses pembakaran
ini dilakukan pada suhu 600oC yang bertujuan merusak senyawa organik dan
meningggalkan kumpulan mineral anorganik pada sampel yang diuji kadar
abunya.
Komposisi abu di dalam mineral bergantung pada jenis bahan pakan
serta metoda analisisnya. Abu dan mineral tersebut umumnya berasal dari
bahan pakan itu sendiri (indigenous), tetapi ada beberapa juga yang
ditambahkan ke dalamnya dengan cara disengaja maupun tidak disengaja.
Mineral yang terdapat dalam suatu bahan ada dua jenis garam, yaitu garam
organik dan garam anorganik. Garam organic merupakan garam-garam asam
mollat, oksalat, asetat dan pektat. Sedangkan garam anorganik adalah garam
dalam bentuk garam fosfat, karbonat, klorida, sulfat dan nitrat. Selain kedua
garam tersebut, kadang- kadang mineral berbentuk sebagai senyawaan
kompleks yang bersifat organis. Karena menentukan jumlah mineral dalam
bentuk aslinya merupakan hal yang sangat sulit, maka dengan ini dilakukan
pengabuan untuk menentukan sisa pembakaran garam mineral tersebut.

2.4.2Analisis Abu
Analisis kadar abu pada bahan makanan bertujuan untuk mengetahui
kandungan mineral yang ada pada bahan yang diuji, menentukan baik
tidaknya suatu proses pengolahan, mengetahui jenis bahan yang digunakan,
memperkirakan kandungan bahan utama yang digunakan dalam pembuatan
suatu produk, kadar abu juga digunakan sebagai parameter nilai gizi bahan
makanan (Sudarmadji dkk, 2007).
Pada penentuan kadar abu dilakukan oksidasi senyawa organik dengan
pembakaran sampel bahan pakan pada suhu sekitar 500-600°C dalam waktu 3-
6 jam dan setelahnya dilakukan penimbangan zat yang tertinggal setelah
proses pembakaran tersebut. Pengabuan dilakukan pada alat pengabuan berupa
tanur yang memiliki suhu tinggi dan dapat diatur. Pengabuan diangap selesai
apa bila diperoleh sisa pembakaran yang hasilnya berwarna putih keabu-abuan
dan beratnya konstan dalam selang waktu 30 menit. Penimbangan terhadap
bahan dilakukan dalam keadan dingin, untuk itu crussible yang berisi abu
diambil dari dalam tanur harus lebih dahulu dimasukan ke dalam oven
bersuhu 105°C agar suhunya turun menyesuaikan degan suhu didalam oven,
barulah dimasukkan kedalam eksikator sampai dingin sehingga abu dapat
ditimbang hingga hasil timbangannya konstan. Kadar abu yang yang terukur
merupakan bahan-bahan anorganik yang tidak terbakar dalam proses
pengabuan, sedangkan bahan-bahan organik terbakar (Winarno, 1991).

2.4.3Metode Analisis Abu


Pengabuan ini merupakan tahapan persiapan contoh yang harus
dilakukan dalam analisis elemen-elemen mineral (individu). Metodenya terdiri
dari dua cara, yaitu:

2.4.3.1 Pengabuan kering (dry ashing)


Pengabuan kering dilakukan dengan menggunakan tingginya panas dan
adanya oksigen dalam menenrukan komponen mineral. Metode ini merupakan
yang paling banyak dilakukan untuk analisis kadar abu. Caranya adalah
dengan mendestruksi komponen organik contoh dengan suhu tinggi di dalam
tanur (furnace) pengabuan, tanpa terjadi nyala api sampai terbentuk abu
berwarna putih keabu-abuan dan berat tetap (konstan) tercapai. Oksigen yang
terdapat di dalam udara bertindak sebagai oksidator. Oksidasi komponen
organik dilakukan pada suhu tinggi 550oC-600oC. Residu yang tertinggal
ditimbang dan merupakan total abu dari suatu contoh.

2.4.3.2 Pengabuan basah (wet ashing)


Pengabuan basah menggunakan oksidator-oksidator kuat (asam kuat).
Biasanya digunakan untuk penentuan individu komponen mineral. Pengabuan
ini dilakukan dengan mendestruksi komponen-komponen organik (C, H dan
O) bahan dengan oksidator seperti asam kuat. Pengabuan ini dilakukan untuk
menentukan elemen-elemen mineral. Cara ini sebenarnya lebih baik dari cara
kering karena lebih cepat dan tidak kehilangan banyak minerat lainnya yang
tidak tahan dalam suhu tinggi. Prinsip pengabuan basah adalah memberikan
reagen kimia (asam kuat) pada bahan sebelum pengabuan. Bahan tersebut
dapat berupa: asam sulfat, campuran asam sulfat dan potasium sulfat,
campuran asam sulfat dan asam nitrat dan lain-lain. Analisis kadar abu yang
digunakan pada penelititan ini adalah menggunakan metode pengabuan kering
(Sudarmadji dkk, 2007).

2.5 Analisis Protein Kasar


2.5.1Protein

Protein merupakan salah satu kelompok bahan makronutrien, yaitu


nutrisi dari makanan yang dapat memberikan asupan kalori atau energy bagi
tubuh. Protein memeiliki peran yang penting dalam pembentukkan jaringan
dibanding sebagai sumber energi. Keistimewaan lain dari protein yaitu
strukturnya yang mengandung unsur N, disamping unsur C, H, O, N, dan S
(yang juga dimiliki oleh karbohidrat dan lemak) (Sudarmadji, 2010). Protein
adalah senyawa organik kompleks yang mempunyai berat molekul tinggi,
sama halnya dengan karbohidrat dan lipida. Protein mengandung unsur-unsur
karbon,hidrogen dan oksigen, tetapi sebagai tambahannya semua protein
mengandung nitrogen (Tillman, dkk, 1991). Protein merupakan salah satu zat
makanan yang berperan dalam penentuan produktivitas ternak. Protein juga
berperanan sangat penting dalam pembentukkan jaringan dibandingkan
dengan sumber energi. Keistimewaannya berupa strukturnya yang
mengandung unsur N, disamping unsur C, H, O, N, dan S yang juga dimiliki
karbohidrat dan lemak.]Protein adalah salah satu zat makanan yang ikut
berperan dalam penentuan produktivitas ternak. Jumlah protein dalam pakan
ditentukan dengan kandungan nitrogen bahan pakan kemudian dikali dengan
faktor protein 6,25. Angka 6,25 diperoleh dengan asumsi bahwa protein
mengandung 16% Nitrogen. Kadar protein pada analisa proksimat bahan
pakan pada umumnya mengacu pada istilah protein kasar. Protein kasar
memiliki pengertian banyaknya kandungan Nitrogen (N) yang terkandung
pada bahan tersebut dikali 6,25. Definisi tersebut berdasarkan asumsi bahwa
rata-rata kandungan N dalam bahan pakan adalah 16 gram per 100 gram
protein (Cherney, 2000).

2.5.2 Kegunaan Protein


Komposisi pakan yang baik harus mengandung protein yang cukup.
Protein memiliki peran yang sangat penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan ternak. Berikut ini dijelaskan secara singkat mengenai peran
dan fungsi protein pada ternak sapi.
• Protein berfungsi untuk emperbaiki dan menggantikan sel tubuh yang
rusak, terutama pada sapi yang sudah lanjut usia.
• Protein berperan dalam membantu pertumbuhan atau pembentukan sel-
sel tubuh, terutama pada pedet dan sapi muda.
• Protein berperan dalam mendukung keperluan berproduksi, terutama
pada sapi-sapi dewasa yang masih produktif.
• Protein akan diubah menjadi energi, terutama pada sapi-sapi yang
dimanfaatkan untuk kerja.
2.5.3 Metode Analisis
Analisis protein dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu secara kualitatif
dan secara kuantitatif. Analisis protein secara kualitatif yaitu terdiri dari
reaksi Xantoprotein, reaksi Hopkins-Cole, reaksi Millon, reaksi Nitroprusida,
dan reaksi Sakaguchi. Sedangkan, analisis protein secara kuantitatif dapat
dilakukan dengan metode Kjeldahl, metode titrasi formol, metode Lowry,
metode Biuret, dan metode spektrofotometri UV (Poedjiadi dan Titin, 2009).

2.5.4 Kandungan Bahan


Pemanfaatan kulit kopi untuk bahan pakan ternak belum optimal
dikarenakan terdapat kandungan antinutri yaitu kaffein dan tannin. Adapun
dalam pengolahan kopi dihasilkan 45% kulit kopi, 5% kulit ari dan 40% biji
kopi (untuk manusia). Kulit kopi mempunyai kandungan berat kering
sebesar 91,77%, Protein kasar sebesar 11,18%.

2.6 Analisis Lemak Kasar


2.6.1 Lemak
Lemak merupakan sekelompok besar molekul-molekul alam yang
terdiri atas unsur-unsur C, H, dan O meliputi asam lemak, malam, sterol,
vitaminvitamin yang larut di dalam lemak (contohnya A, D, E, dan K),
monogliserida, digliserida, fosfolipid, glikolipid, terpenoid (termasuk di
dalamnya getah dan steroid) dan lain-lain. Lemak secara khusus menjadi
sebutan bagi minyak hewani pada suhu ruang, lepas dari wujudnya yang
padat maupun cair, yang terdapat pada jaringan tubuh yang disebut adiposa.
Mengekstraksi lemak secara murni sangat sulit dilakukan, sebab pada waktu
mengekstraksi lemak, akan terekstraksi pula zat-zat yang larut dalam lemak
seperti sterol, phospholipid, asam lemak bebas, pigmen 3 karotenoid,
khlorofil, dan lain-lain. Pelarut yang digunakan harus bebas dari air agar
bahan-bahan yang larut dalam air tidak terekstrak dan terhitung sebagai
lemak dan keaktifan pelarut tersebut menjadi berkurang. Pelarut ini seperti
dietil eter, hexana, benzena, dan lain-lain.

2.6.2 Fungsi Lemak


Lemak yang berasal dari bahan makanan dapat disimpan dalam
jaringan sel-sel tubuh dalam bentuk lemak cadangan. Namun, jika
dibutuhkan, lemak juga dapat diubah menjadi pati dan gula yang digunakan
sebagai sumber energi. Tubuh ternak akan membentuk lemak dari
karbohidrat maupun lemak makan yang belum digunakan. Setiap kelebihan
lemak, akan disimpan sebagai lemak cadangan terutama di bawah kulit.
Lemak juga dapat dijadikan sebagai sumbe renergi atau tenaga, dan
berfungsi sebagai pembawa vitamin A, D, E dan K.

2.6.3 Metode Analisis Lemak Kasar


Ekstraksi yang dilakukan menggunakan metoda sokletasi, yakni
sejenis ekstraksi dengan pelarut organik yang dilakukan secara berulang
ulang dan menjaga jumlah pelarut relatif konstan dengan menggunakan alat
soklet. Minyak nabati merupakan suatu senyawa trigliserida dengan rantai
karbon jenuh maupun tidak jenuh. Minyak nabati umumnya larut dalam
pelarut organik, seperti heksan dan benzen. Untuk mendapatkan minyak
nabati dari bahagian tumbuhannya, dapat dilakukan dengan metoda
sokletasi menggunakan pelarut yang sesuai.
Pada dasarnya prinsip sokletasi ini adalah penyaringan yang berulang ulang
sehingga hasil yang didapat sempurna dan pelarut yang digunakan relatif
sedikit. Bila penyaringan ini telah selesai, maka pelarutnya diuapkan
kembali dan sisanya adalah zat yang tersari. Metode sokletasi
menggunakan suatu pelarut yang mudah menguap dan dapat melarutkan
senyawa organik yang terdapat pada bahan tersebut, tapi tidak melarutkan
zat padat yang tidak diinginkan.
Pada metode analisis ini terdapat beberapa kelemahan yaitu ; tidak hanya
lemak yang dapat larut dalam pelarut lemak, tetapi terdapat pula komponen
senyawa organik lain yang bukan lemak larut dalam pelarut lemak ( mis :
pigmen, asam organik, klorofil, sterol, vitamin adek) sehingga terhitung
sebagai komponen fraksi lemak; dan lemak dengan bobot molekul besar
serta kompleks (mis : fosfolipid, lipoprotein) sulit larut dalam ether,
sehingga bahan yang demikian (umumnya dari hewani) harus didekstruksi
dulu agar bisa larut (misalnya dengan HCL). Maka, akan terdapat beberapa
komponen yang termasuk ke dalam fraksi lemak kasar diantaranya, lemak,
minyak, malam (lilin), pigmen, asam organik, klorofil, sterol, vitamin adek,
curcumin, karoten.

2.6.4 Kandungan Lemak


Seperti yang sudah dijelaskan diatas, pemanfaatan kulit kopi untuk bahan
pakan ternak belum optimal, selain adanya zat antinutrisi seperti kaffein dan
tanin, kulit kopi juga mempunyai kandungan seratat kasar terutama lignin
yang relative tinggi. Kulit kopi mempunyai kandungan serat kasar
(21,74%), Lemak kasar 2,8%, dan kandungan BETN sebesar 50,8%.

2.7 Analisis Serat Kasar


2.7.1 Serat Kasar
Serat kasar merupakan bagian residu dari suatu bahan pakan yang telah
diperlakukan dengan asam atau alkali mendidih, dan terdiri dari selulosa,
dengan sedikit lignin dan pentosa. Serat kasar juga merupakan kumpulan
dari semua serat yang tidak bisa dicerna, komponen utama dari serat kasar
ini merupakan selulosa, hemi selulosa, pentosa, dan lignin. Komponen serat
kasar ini tidak memiliki nilai gizi, tetapi memiliki fungsi yang sangat
penting dalam proses pencernaan di dalam tubuh agar proses pencernaan
tersebut lancar (peristaltik) (Hermayanti, dkk, 2006). Serat kasar tidak dapat
dicerna dengan baik oleh nonruminansia, tetapi merupakan sumber energi
mikroba rumen dan bahan pengisi lambung bagi ternak ruminansia
(Yulianto dan Suprianto, 2010).
Serat kasar ataupun senyawa-senyawa yang termasuk di dalam serat
mempunyai sifat kimia yang tidak larut dalam air, asam ataupun basa
meskipun dengan pemanasan atau hidrolisis. Bagi ternak ruminansia fraksi
serat dalam pakannya berfungsi sebagai sumber utama, dimana sebagian
besar selulosa dan hemiselulosa dari serat dapat dicerna oleh mikroba yang
terdapat dalam sistem pencernaannya.

2.7.2 Analisis Serat Kasar


Analisis serat kasar merupakan analisis yang dilakukan untuk
mengetahui kadar serat kasar dalam suatu bahan pakan. Zat-zat yang tidak
larut selama pemasakan bisa diketahui karena berupa bagian dari serat kasar
dan zat-zat mineral. Dalam prosesnya residu tersebut kemudian disaring,
dikeringkan, ditimbang dan kemudian dipijarkan lalu didinginkan dan
ditimbang sekali lagi. Untuk mendapatkan nilai serat kasar, maka residu dari
sampel bahan pakan tersebut dibakar sesuai prosedur analisis abu dan
dihitung selisih antara residu dengan abu sehingga didapatkan nilai serat
kasar itu sendiri.
Adapun kelemahan dari analisis serat kasar ini, yaitu terdapat sebagian
kecil senyawa organik yang tergolong fraksi serat masih dapat larut dalam
asam dan basa encer, sehingga mengurangi nilai kandungan serat.
Contohnya adalah selulosa dengan bm rendah dan hemiselulosa rentan
untuk larut pada asam basa encer.

2.8 Analisis Energi Bruto

2.8.1 Energi
Energi memiliki bagian yang paling besar yang disuplai oleh bahan
makanan yang biasa digunakan oleh ternak. Energi membuat hewan dapat
melakukan sesuatu, seperti pekerjaan dan proses produksi lain. Energi pakan
yang dikonsumsi ternak dapat digunakan dalam 3 cara yaitu menyediakan
energi untuk aktivitas, dapat dikonversi menjadi panas, dan dapat disimpan
sebagai jaringan tubuh. Kelebihan energi pakan yang dikonsumsi setelah
terpenuhi untuk kebutuhan pertumbuhan normal dan metabolisme biasanya
disimpan sebagai lemak. Kelebihan energi tersebut tidak dapat dibuang atau
diekskresikan oleh tubuh ternak (Manalu, 1999).
Energi kimia yang berasal dari makanan digunakan untuk kerja otot dan
bagi pemeliharaan hewan yang tak bekerja, energi tersebut diubah menjadi
panas untuk memelihara suhu tubuh ternak. Kemampuan makanan atau
ransum untuk menyediakan energi sangat penting dalam menentukan nilai
makanannya karena energi merupakan sumber utama dalam proses
metabolisme ternak dalam segala aspek. Kekurangan energi dapat
menghambat pertumbuhan, dewasa kelamin, dan pada sapi laktasi dapat
menyebabkan berkurangnya produksi, bobot badan dan gangguan
reproduksi.
Bahan makanan yang dibakar sempurna, reaksinya menghasilkan oksida
berupa karbon dioksida, air, dan gas-gas lainnya disertai dengan energi
panas. Energi yang dihasilkan tersebut disebut energi bruto (Murtidjo,
1987). Persentase energi bruto yang dapat dimanfaatkan oleh tubuh ternak
dan digunakan untuk mendukung proses metabolik tergantung kemampuan
ternak untuk mencerna bahan makanan. Pencernaan mencerminkan proses
fisika dan kimia yang terjadi dalam saluran pencernaan dan menyebabkan
pecahnya senyawa kimia kompleks dalam pakan menjadi molekul lebih
kecil yang dapat diserap dan digunakan oleh ternak. Selama metabolisme
zat makanan, terjadi kehilangan energi yang disebut Heat Increament. Sisa
energi dari pakan yang tersedia bagi ternak untuk digunakan 49 keperluan
hidup pokok (maintenance) dan produksi disebut Energi Neto
(Sutardi,1980).

2.8.2 Analisis Energi


Analisis energi tidak termasuk ke dalam analisis proksimat. Analisis
kadar energi merupakan usaha untuk mengetahui kadar energi yang terdapat
dalam bahan baku pakan. Dalam analisis energi biasanya ditentukan energi
bruto lebih dahulu dengan membakar sejumlah bahan pakan sehingga
diperoleh hasil-hasil oksidasi yang berupa karbondioksida, air dan gas
lainnya. Penentuan energi bruto menentukan jumlah energi kalori dalam
bahan baku pakan yang dianalisis (Prastyastuti, 1988).
Gross Energi atau energi bruto dinyatakan dalam panas bila suatu zat
dioksider secara sempurna menjadi CO2 dan air. Tentu saja CO2 dan air ini
masih mengandung energi, tetapi tetap dianggap mempunyai tingkat nol
karena hewan sudah tidak bisa memecah zat-zat melebihi CO 2 dan air.
Apabila N dan S terdapat dalam senyawa disamping karbon, H dan O (C, H
dan O), unsur-unsur tersebut akan timbul sebagai oksida nitrogen dan sulfur
pada waktu senyawa itu dioksider dalam bomb kalorimeter.
Penentuan besar energi bruto pada bahan pakan menggunakan alat yang
disebut bomb kalorimeter, dimana bahan makanan dibakar sempurna di
dalamnya sehingga terbentuk gas-gas dan energi berbentuk kalor dimana
energi kalor tersebut memanaskan air pada alat tersebut dan suhunya diukur
dengan termometer yang terpasang pada alat. Bahan utama pembakar
sampel pada alat tersebut adalah oksigen. Penentuan nilainya adalah dengan
cara melakukan selisih suhu pada saat tertinggi yang dihasilkan dengan suhu
awal sebelum pembakaran dikonversi ke nilai kalori dan dibagi dengan
berat bahan yang dibakar, sehingga di dapat nilai energi bruto dengan satuan
kalori per gram. Prinsip dasar dalam analisis energi bruto adalah sampel
dimasukan bejana bomb dan dilakukan pembakaran sempurna.

2.9 Analisis Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen


2.9.1 Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen
Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN) merupakan karbohidrat yang
dapat larut meliputi monosakarida, disakarida dan polisakarida yang mudah
larut dalam larutan asam dan basa serta memiliki daya cerna yang tinggi
(Anggorodi, 2005). BETN tersusun dari gula, asam organik, pektin,
hemiselulosa dan lignin yang larut dalam alkali. Kandungan BETN suatu
bahan pakan sangat tergantung pada komponen lainnya, seperti abu, protein
kasar, serat kasar dan lemak kasar. Jika 18 jumlah air, abu, protein kasar,
esktrak eter dan serat kasar dikurangi dari 100, perbedaan itu disebut BETN
(Soejono, 1990). Komponen BETN terbesar adalah karbohidrat
nonstruktural seperti pati, monosakarida atau gula - gula. Trend kecernaan
BETN meningkat sejalan dengan meningkatnya tingkat protein dalam bahan
pakan (Budiman, dkk., 2006).

2.9.2 Kegunaan BETN


Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN) merupakan komponen
karbohidrat yang mudah dicerna dan sumber energi yang baik bagi ternak
ternak. Bahan ekstrak tanpa nitrogen merupakan bagian karbohidrat yang
mudah dicerna atau golongan karbohidrat non-struktural. Karbohidrat non-
struktural dapat ditemukan di dalam sel tanaman dan mempunyai kecernaan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan karbohidrat struktural. Gula, pati,
asam organik dan bentuk lain dari karbohidrat seperti fruktan termasuk ke
dalam kelompok karbohidrat nonstruktural dan menjadi sumber energi
utama bagi sapi perah yang berproduksi tinggi. Kemampuan karbohidrat
non-struktural untuk difermentasi dalam rumen nilainya bervariasi
tergantung dari tipe pakan, cara budidaya dan pengolahan (NRC, 2001).
BETN digunakan sebagai energi oleh mikroba dalam pertumbuhan
mikroba sebagai energi. Penurunan kadar BETN dipandang dari aspek
nutrisi kurang menguntungkan, karena semakin sedikit BETN, berarti
semakin sedikit pula komponen bahan organik yang dapat dicerna. Bahan
organik yang sedikit ini akan mempengaruhi energi yang dapat dihasilkan,
dimana energi yang dihasilkan akan semakin sedikit jika bahan organik
sedikit (Sutardi, 2006).

2.9.3 Metode Analisis BETN


Metode yang digunakan dalam analisis Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen
(BETN) menggunakan perhitungan yang didasarkan pada bagan analisis
proksimat. Jika jumlah air, abu, protein kasar, esktrak eter dan serat kasar
dikurangi dari 100, perbedaan itu disebut BETN (Soejono, 1990). BETN
berisi zat-zat mono, tri, di dan polisakarida terutama pati dan kesemuanya
larut dalam asam dan basa dalam analisis serat kasar dan mempunyai daya
cerna tinggi. Serat kasar misalnya kandungan BETN dihitung dari total
energi (Akoso, 1996).

2.9.4 Kandungan BETN


Kandungan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN) pada kulit ari kopi
sesuai dengan litertur menunjukkan hasil yang bervariasi. Kadar BETN
pada kulit 19 ari kopi adalah sebesar 50,38% (Zulkarnaen, 2017). Sementara
itu, kandungan BETN kulit ari kopi pada studi yang berbeda menunjukkan
hasil 38,65% (Gouvea dkk, 2009).
III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Alat
3.1.1 Analisis air
(1) Oven, sebagai pengering cawan alumunium.
(2) Cawan aluminium, sebagai wadah untuk sampel.
(3) Eksikator, untuk memastikan tidak ada air pada sampel.
(4) Timbangan analitik, untuk menimbang cawan atau sampel.
(5) Tang penjepit, untuk mengambil atau memindahkan cawan agar tidak
tergelincir dan menghindari panas oven.
3.1.2 Analisis abu
(1) Cawan porselen, sebagai wadah penyimpanan sampel saat proses analisis.
(2) Kompor listrik / Hotplate, untuk membakar sampel sampai tidak
mengeluarkan asap sebelum dimasukkan ke tanur.
(3) Eksikator, untuk mengikat uap air dan memastikan bahwa tidak ada air
pada sampel.
(4) Tanur, sebagai tempat pembakaran sampel hingga berubah menjadi abu.
(5) Tang penjepit, untuk memindaha cawan untuk menghindari kontak
langsung dengan tangan.

3.1.3 Analisis protein kasar


(1) Labu Kjehdahl 300 mL, digunakan untuk menyimpan larutan dan sampel
yang akan didestruksi.
(2) Satu set alat destilasi yang terdiri dari:
a. Kondensor, digunakan untuk mendinginkan uap.
b. Labu penahan percik, digunakan untuk menahan fasa cair dalam
labu destilasi agar tidak memasuki pendingin dan untuk mencegah
cipratan dari letupan.
c. Corong samping berkeran, digunakan untuk memasukan NaOH

sebanyak 40-60 mL.

d. Erlenmeyer didih 500 mL, digunakan untuk menampung larutan

untuk dididihkan.

(3) Erlenmeyer 250 cc, digunakan menampung larutan yang akan dititrasi.
(4) Buret 50 cc, digunakan untuk menambah larutan pereaksi pada saat akan
titrasi.
(5) Timbangan analitik, digunakan untuk menimbang berat sampel

3.1.4 Analisis lemak kasar


(1) Satu set alat Soxhlet, berfungsi untuk mengekstraksi lemak di selongsong
(2) Kertas Saring bebas lemak, berfungsi untuk menyaring sampel pada proses
ekstraksi suatu bahan
(3) Kapas dan hekter, berfungsi untuk merekatkan/menutup sampel pada
selongsong agar tidak berceceran saat di ekstraksi
(4) Eskikator, berfungsi untuk menyerap air yang terdapat dalam bahan atau
alat
(5) Timbangan Analitik, berfungsi untuk mengukur massa

3.1.5 Analisis serat kasar


(1) Gelas Piala khusus 600 ml, berfungsi sebagai wadah dari sisa ekstraksi
lemak
(2) Cawan Porselen 30 ml, berfungsi untuk tempat sampel
(3) Corong Buchner diameter 4. 5 cm , berfungsi untuk penyaringan dan
dengan dipanaskan pada labu penyaringan dan pompa penghisap
(4) Satu set alat pompa vakum
(5) Eksikator, berfungsi untuk mendinginkan bahan/wadah, dan sebagai
penyerap air
(6) Kertas saring bebas abu (Whatman No. 41), berfungsi untuk menyaring
larutan
(7) Tanur Listrik, berfungsi untuk penanuran bahan pakan/sampel
(8) Hotplate, berfungsi untuk memasak atau memanaskan sampel
(9) Tang Penjepit, berfungsi untuk menjepit cawan porselen
(10) Timbangan Analitik, berfungsi untuk menimbang berat alat dan bahan

3.1.6 Analisis energi bruto


(1) Seperangkat alat bomb calorimeter, fungsinya untuk mengukur sejumlah
kalori (nilai kalor) yang dibebaskan pada pembakaran sempurna (dalam
O2 berlebih) suatu senyawa, bahan makanan, bahan bakar dan terdiri dari:
(2) Bejana bomb, terdiri dari :
(3) Wadah, fungsinya untuk tempat meletakkan tutup.
(4) Tutup yang dilengkapi:
(5) Elektroda dan kabel elektroda, fungsinya untuk mengalirkan listrik ke
bejana bomb.
(6) Katup inlet, fungsinya untuk memasukan gas oksigen.
(7) Katup outlet, fungsinya untuk mengeluarkan gas atau uap.
(8) Cawan atau mangkuk pembakaran, fungsinya untuk tempat sampel.
(9) Sumbu pembakar, fungsinya untuk pembakaran atau mengalirnya aliran
api.
(10) Drat pengunci, fungsinya untuk mengunci bejana agar pembakaran
berlangsung sempurna.
(11) Bejana air, fungsinya tempat menampung air.
(12) Jacket, yang terdiri dari :
(13) Wadah, sebagai tempat untuk menyimpan bejan bomb.
(14) Tutup yang dilengkapi:
(15) Batang pengaduk air, fungsinya untuk membuat gelombang atau gerakan
di air.
(16) Elektromotor, fungsinya untuk menggerakan pengaduk air.
(17) Thermometer skala kecil yang dilengkapi teropong pembacaan, fungsinya
untuk membaca dan mengetahui suhu perubahan yang terjadi.
(18) Tabung gas oksigen yang dilengkapi regulator dan selang inlet, fungsinya
untuk tempat menyimpan gas oksigen, selang yang berfungsi untuk
memasukan gas tersebut ke dalam bejana. Sedangkan regulator berfungsi
untuk mengatur keluarnya gas.
(19) Statif atau standar, fungsinya untuk tutup jaket dan atau tutup bejana
bomb.Catu daya 23 volt, fungsinya untuksumber tegangan listrik untuk
pembakaran sampel.

3.1.7 Analisis Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen


(1) Seperangkat alat tulis, digunakan untuk mencatat hasil analisis prosimat.
(2) Kalkulator sains, digunakan untuk perhitungan.

3.2 Bahan
3.2.1 Analisis Air
(1) Kulit ari kopi sebagai sampel sebanyak dua sampai lima gram yang
digunakan untuk dicari kandungan airnya.

3.2.2 Analisis Abu


(1) Kulit kopi ari, sebagai sampel bahan pakan yang akan dianalisis kadar abu
atau bahan anorganiknya.

3.2.3 Analisis protein kasar


(1) Kulit ari kopi sebanyak 0,618 gram dengan perendaman larutan NaOH
10% selama 10 menit.
(2) Asam sulfat pekat,digunakan sebagai oksidator.
(3) Asam chlorida (Normalitas sudah diketahui), digunakan sebagai titran
pada tahap titrasi.
(4) Natrium hidroksida 40% ,digunakan sebagai pembasuh larutan sehingga
melepaskan nitrogen dalam larutan.
(5) Katalis campuran (CuSO4 5H2O dan K2SO4 dengan perbandingan 1:5)
digunakan, untuk mempercepat tahap destruksi

3.2.4 Analisis lemak kasar


(1) Bahan Pakan. Kulit ari kopi, berfungsi sebagai sampel yang akan di uji
kadar airnya.
(2) Kloroform : sebagai pelarut lemak

3.2.5 Analisis serat kasar


(1) Kulit ari kopi, berfungsi sebagai sampel yang akan di uji kadar serat
kasarnya.
(2) H2SO4 1. 25 %, berfungsi untuk membantu proses pemasakan sampel
(3) NaOH 1. 25%, berfungsi untuk membantu proses pemasakan sampel
(4) Aseton, berfungsi sebagai bahan pencuci sampel hasil saringan
(5) Aquades Panas, Berfungsi sebagai bahan pencuci sampel hasil saringan

3.2.6 Analisis energi bruto


(1) Oksigen, fungsinya untuk oksidasi.
(2) Kawat sumbu pembakar, fungsinya untuk membakar sampel.

3.2.7 Analisis bahan ekstrak tanpa nitrogen


(1) Data hasil analisis kadar air.
(2) Data hasil analisis kadar abu.
(3) Data hasil analisis kadar protein kasar.
(4) Data hasil analisis kadar lemak kasar.
(5) Data hasil analisis kadar serat kasar.

3.3 Prosedur Kerja


3.3.1 Analisis Air
(1) Keringkan Cawan alumunium dalam oven selama 1 jam pada suhu 100 –
105oC.
(2) Kemudian didinginkan dalam eksikator selama 15 menit dan timbang
beratnya (Catat sebagai A gram).
(3) Tambahkan ke dalam cawan alumunium tersebut sejumlah sampel/bahan
lebih kurang 2-5 gram, timbang dengan teliti. Dengan demikian berat
sampel/bahan dapat diketahui dengan tepat (Catat sebagai B gram). Bila
menggunakan timbangan analitik digital maka dapat langsung diketahui
berat sampelnya dengan menset zero balance, yaitu setelah berat
aluminium diketahui beratnya dan telah dicatat, kemudian dizerokan
sehingga penunjukan angka menjadi nol, lalu sampel langsung dimasukan
ke dalam cawan dan kemudian timbang beratnya dan catat sebagai C
gram.
(4) Masukan cawan+sampel ke dalam oven selama 3 jam pada suhu 1050 C
sehingga seluruh air menguap.
(5) Masukkan dalam eksikator selama 15 menit dan timbang. Ulangi
pekerjaan ini dari tahap no 4 dan 5, sampai beratnya tidak berubah lagi.
Catat sebagai D gram.
(6) Setiap kali memindahkan cawan alumunium (baik berisi sampel atau tidak,
gunakan tang penjepit).

3.3.2 Analisis Abu


(1) Cawan porselein dikeringkan ke dalam oven selama 1 jam pada suhu 100
– 105 ℃.
(2) Cawan didinginkan dalam eksikator selama 15 menit kemudian ditimbang,
dicatat sebagai A gram.
(3) Sejumlah sampel kering oven 2-5 gram dimasukkan ke dalam cawan,
dicatat sebagai B gram.
(4) Sampel di dalam cawan porselein dipanaskan dengan menggunakan
hotplate atau kompor listrik sampai tidak berasap lagi.
(5) Sampel dimasukan ke dalam tanur listrik dengan temperatur 600-700 ℃
dalam waktu 3-6 jam untuk dilakukan pembakaran sampai sampel berubah
menjadi abu sempurna, yaitu berwarna abu keputih-putihan.
(6) Cawan + abu didinginkan dalam eksikator kurang lebih 30 menit dan
ditimbang dengan teliti, dicatat sebagai C gram.

3.3.3 Analisis Protein Kasar


(1) Destruksi :
1. Ditimbang sampel kering oven sebanyak ± 1gram (dicatat sebagai

A gram).
2. Ambil sampel dan masukan ke dalam labu kjehdahl dengan hati-
hati dengan menambahkan 6 gram katalis campuran.
3. Tambahkan 20 mL asam sulfat pekat.
4. Panaskan dalam nyala api kecil di lemari asam. Bila sudah tidak
berbuih lagi, destruksi dengan nyala api yang besar.
5. Destruksi sudah dianggap selesai bila larutan sudah berwarna hijau

jernih.

(2) Destilasi
1. Siapkan satu set alat destilasi disiapkan, dipasangkan secara hati-
hati.
2. Siapkan vaseline, batu didih da tali pengaman.
3. Pindahkan larutan hasil destruksi ke dalam labu didih, kemudian
dibilas dengan aquades sebanyak lebih kurang 50 mL.
4. Pasang erlenmeyer yang telah diisi asam boraks 5% sebanyak 15
mL untuk ditangkap gas amonia dan telar diberi indikator
campuran sebanyak 2 tetes.
5. Basakan larutan bahan dari destruksi dengan ditambahkan NaOH
40% sebanyak 40-60 mL melalui corong samping. Kran corong
segera ditutup setelah larutan tersebut mausk ke labu didih.
6. Nyalakan pemanas bunsen dan dialirkan alir ke dalam rak

pendingin tegak.

7. Lakukan destilasi sampai semua N dalam larutan dianggap telah


tertangkap oleh asam borax sebanyak 2/3 bagian (atau
sekurangkurangnya sudah tertampung dalam erlenmeyer sebnayak
15 mL).
(3) Titrasi
1. Ambil air sulingan dalam Erlenmeyer (Dibilas bagian yang
terendam dalam air sulingan).
2. Kemudian dititrasi dengan HCl yang sudah dikethaui
normalitasnya, dicatat sebagi B. Titik titrasi dicapai dengan
ditandai perubahan warna hijau ke abu-abu. Dicatat jumlah larutan
HCl yang terpakai sebagai C mL.

3.3.4 Analisis Lemak Kasar


(1) Siapkan kertas saring yang telah dikeringkan dalam oven (menggunakan
kertas saring bebas lemak)
(2) Buatlah selongsong penyaring dari kertas saring dan menimbangnya (catat
sebagai A gram). Masukkan sampel sekitar 2-5 gram dalam selongsong
kemudian menimbang dan mencatat beratnya sebagai B gram. Setelah itu
dapat diketahui berat sampel yaitu C gram. (B gram – A gram)
(3) Masukan selongsong penyaring berisi sampel ke dalam alat soxhlet.
Kemudian masukkan pelarut lemak (kloroform) sebanyak 100-200 ml ke
dalam labu didihnya. Lakukan ekstraksi dengan menyalakan pemanas
hotplate dan mengalirkan air pada kondensornya.
(4) Ekstraksi dilakukan selama lebih kurang 6 jam. Setelah itu, mengambil
selongsong yang berisi sampel yang telah diekstraksi dan
mengeringkannya dalam oven selama 2 jam pada suhu 105⁰C dan
memasukkannya ke dalam eksikator selama 15 menit. Kemudian,
menimbangnya. (catat sebagai D gram)
(5) Destilasi kloroform yang terdapat dalam labu didih sehingga tertampung
pada penampung soxhlet. Kloroform disimpan untuk digunakan kembali.

3.3.5 Analisis Serat Kasar


(1) Disiapkan kertas saring kering oven dengan diameter 4,5 cm , catat
sebagai A gram.
(2) Disiapkan cawan porselen kering oven.
(3) Dimasukkan Residu/sisa ekstraksi lemak kedalam gelas piala khusus
sebanyak ± 1 gram, Catat sebagai B gram.
(4) Ditambahkan asam sulfat 1,25 % sebanyak 100 ml kemudian pasang pada
alat pemanas khusus tepat di bawah kondensor (reflux).
(5) Dialirkan airnya dan nyalakan pemanas listrik tersebut.
(6) Dididihkan selama 30 menit dihitung saat mulai mendidh
(7) Setelah cukup pemanasan, diambil dan disaring dengan mempergunakan
corong buchner yang telah dipasang kertas saring (kertas saring ini tidak
perlu diketahui beratnya.
(8) Penyaringan menggunakan pompa Vacum (pompa isap) dan
cuci/bilas)dengan memepergunakan aquades panas sebanyak 100 ml.
(9) Residu yang terdapat dalam corong buchner dikembalikan kepada beaker
glass semula.
(10) Ditambahkan NaOH 1,25% sebanyak 100 ml kemudian pasang Kembali
pada alat pemanas khusus seperti semula.
(11) Lakukan seperti pada 6 – 7. Tetapi menggunakan kertas saring yang telah
diketahui beratnya (lihat no 1)
(12) Pada penyaringan ini dicuci/dibilas berturut – turut dengan :
1. Air panas 100 ml
2. Asam sulfat panas 0. 3 N (1. 25%) 50 ml
3. Air panas 100 ml
4. Aceton 50 ml
(13) Dimasukkan kertas saring dan isisnya (residu) ke dalam cawan porselen
gunakan pincet
(14) Dikeringkan dalam oven 100 – 1050 C selama 1 jam.
(15) Didinginkan dalam exsikator selama 15 menit lalu timban, catat sebagai C
gram
(16) Dipanaskan dalam hot plate sampai tidak berasap lagi, kemudian
dimasukan ke dalam tanur listrik 600oC –700oC selama 3 jam sampai
abunya berwarna putih. Di sini serat kasar di bakar sampai habis.
(17) Didinginkan dalam exsikator selama 30 menit lalu timbang dan catat
sebagai D gram.

3.3.6 Analisis Energi Bruto


(1) Dihubungkan ujung elektroda dengan kawat sumbu pembakar.
(2) Ditimbang 1 gram sampel dan dimasukannya ke dalam cawan, kemudian
disimpan tepat di bawah sumbu pembakaran.
(3) Dimasukkan tutup bomb kewadahnya, lalu dikencangkan drat pengunci.
(4) Diisi bejana bomb dengan oksigen sebesar 30 atmosfir melalui katup
selang inlet ke katup inlet.
(5) Diisi bejana air dengan aquades sebanyak 2 kg.
(6) Dimasukkan bejana bomb ke bejana air yang telah diisi aquades.
(7) Dimasukkan bejana air berisi bejana bomb kedalam wadah jacket, lalu
ditutup dengan penutup jacketnya.
(8) Disambungkan kabel elektroda ke catudaya 23 volt.
(9) Dinyalakan motor listrik yang kemudian akan dijalankan pengaduk air
yang terhubung kebejana air.
(10) Dilakukan pengadukan selama 5 menit. Pada menit ke 6, dicatat suhunya
sebagai T1.
(11) Tombol catu daya ditekan sebagai pemicu pembakaran di dalam bomb.
(12) Diamati suhu sampai suhu tidak naik lagi (konstan) dan dicatat sebagai
data T2.
(13) Dicabut Elektro catudaya
(14) Diangkat tutup jacket.
(15) Dikeluarkan bejana air dan bejana bomb.
(16) Dikeluarkan gas pembakaran melalui katup outlet.
(17) Dibuka drat pengunci dan tutup bom

3.3.7 Analisis Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen


(1) Dikumpulkan data hasil analisis proksimat
(2) Dihitung kadar BETN berdasarkan dengan data yang diperoleh. Rumus
yang digunakan :
BETN ( % )=100 %−( AIR % + ABU %+ PK % + LK %+ SK %)

IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Air


4.1.1 Hasil
Tabel 2. Hasil Analisis Kandungan Air Kulit Kopi Ari

Berat Sampel Berat Cawan Berat Berat Cawan Kadar Air


Cawan+ +Sampel
Sampel Kering
……………...……….…….gram………………………………… …..%.......
1,721 3,956 5,677 5,476 11,68
Sumber: Praktikum Nutrisi Ternak Dasar, Laboratorium NTRKMT (2021)
4.1.2 Pembahasan
Kulit Kopi merupakan limbah pertanian yang sampai saat ini belum
termanfaatkan . Namun dalam industri peternakan kulit kopi ini dapat digunakan
sebagai bahan paan alternative karena masih memiliki kandungan protein sekitar
6,48% dan tersedia sangat melimpah di Indonesia .
Pada perhitungan, didapatkan kadar air sebanyak 11,68% sehingga
memiliki presentase bahan kering sebesar 88,32%. Menurut Danu Indra Wardhana
,dkk (2019). Kadar kulit kopi di daerah Jember, Banyuwangi, dan Malang
berturut-turut adalah 8,59%, 8,83%, dan 8,47% . Berdasarkan penelitian
Hambakodu dan Ina (2019), kadar air kulit ari kopi adalah 7,76%. Berdasarkan
penelitian Sihombing dkk (2013), kulit ari kopi tanpa fermentasi mengandung air
sebanyak 43,27% dan apabila kopi terfermentasi memiliki kadar air 6,16%.
Perbedaan kadar air dikarenakan oleh perbedaan tahun dilakukannya penelitian,
tindakan yang dilakukan sebelum analisis, letak wilayah, jenis kopi, dan curah
hujan. Kulit ari kopi yang sudah difermentasikan dan tidak akan menimbulkan
selisih angka yang cukup besar mencapai sekitar 40%. Jenis kopi yang digunakan
dan lokasi tumbuhnya tanaman kopi juga berpengaruh. Sering kali jenis kopi dan
tempat tumbuh tidak dituliskan di dalam sumber, tetapi tempat penelitian yang
berbeda bisa diasumsikan bahwa tempat kopi yang digunakan tumbuh di tempat
yang berbeda.

4.2 Analisis Abu


4.2.1 Hasil
Kandungan kadar abu pada kulit ari kopi dapat dilihat pada tabel yaitu sebagai
berikut:
Tabel 3. Hasil Analisis Kandungan Abu Kulit Kopi Ari
Berat Sampel Berat Cawan Berat Berat Cawan Kadar Abu
Porselein Cawan+ +Abu
Sampel
……………...……….…….gram………………………………… …..%.......
0,693 20,663 21,356 20,676 1,876
4.2.2 Pembahasan
Prinsip dasar dari dilakukannya analisis kadar abu pada sampel kulit ari kopi
adalah dengan membakar 0,693 gram sampel kulit ari kopi di dalam tanur
(furnace) dengan suhu 600 °C selama 6-8 jam sampai seluruh unsur utama
pembentuk senyawa organik (C, H, O, N) habis terbakar dan berubah menjadi gas.
Sampel dibakar sampai pembakaran sempurna, yaitu berwarna abu keputih-
putihan yang kandungannya merupakan kumpulan dari mineral-mineral. Kadar
mineral yang ada ditentukan dengan menentukan sisa-sisa pembakaran garam
mineral tersebut yang dikenal dengan pengabuank elemahan dari pada analisis ini
adalah unsur utama pembentuk senyawa organik yang ada pada sampel tidak
seluruhnya dapat terbakar dan berubah menjadi gas. Ada senyawa berupa oksigen
yang masih tertinggal di dalam abu sebagai oksida, seperti CaO dan karbon
sebagai karbonat (CO3), dan juga sebagian mineral tertentu menguap menjadi gas,
seperti sulfur sebagai H2S, SO2, dan SO3. Akan tetapi, hal itu tidak
mempengaruhi perhitungan dari hasil analisis abu karena sudah dijadikan
pertimbangan sehingga termasuk ke dalam fraksi dari analisis abu yang berupa
mineral (Ca, P, Fe, dll), oksida, dan karbonat.
Hasil dari analisis kadar abu pada kulit ari kopi adalah sebesar 1,876 % dalam
berat sampel 0,693 gram. Menurut Zaenuddin dan Murtisar (1995), kulit kopi
mengandung abu sebanyak 7,34%. Jika dibandingkan dengan kadar abu hasil
pengamatan analisis proksimat dan kadar abu pada literatur ahli, terdapat
perbedaan hasil presentasenya. Kadar abu pada hasil pengamatan memiliki
persentase lebih kecil dibandingkan kadar abu pada literatur. Hal ini dapat
disebabkan oleh perbedaan varietas, umur, kondisi lingkungan, maupun
kandungan kulit kopi ari yang dijadikan sampel percobaan. Namun, nilai yang
didapatkan dari analisis abu ini cukup keci, artinya total mineral yang ada di
dalam kulit kopi ari ini hanya sedikit dan tidak dapat memaksimalkan kebutuhan
mineral pada bahan pakan ternak.

4.3 Analisis Protein Kasar


4.3.1 Hasil
Tabel 3. Hasil Analisis Protein Kasar Kulit Kopi Ari

Berat Sampel
Volume N Normalitas Kadar PK
Titrasi Hcl Hcl
……………...……….…….gram………………………………… …..%.......
0,290 1.2 ml 6,251 0,1258 4,55 %
Sumber: Praktikum Nutrisi Ternak Dasar, Laboratorium NTRKMT (2021)
4.3.2 Pembahasan
Kadar protein kasar yang di dapat dari sampel kuliat kopi ari adalah 4,55%.
Kulit kopi bisa dimanfaatkan sebagai pakan karena kulit kopi mempunyai
kecernaan protein sebesar 65% dan 51,4% untuk kulit biji. Pemanfaatan kulit kopi
dengan proses fermentasi diharapkan mampu meningkatkan potensi kulit kopi
sebagau bahan pakan alternative yang berkualitas tinggi dan mempengaruhi
kandungan protein, lemak, dan serat kopi. Hasil penelitian menyatakan
fermentasu kulit buah kopi menggunakan jamur aspergillus niger dapat
menaikkan kandungan protein kasar dari 8,80% menjadi 12,34%. Penggunaan
Jamur Trichoderma Viride pada jerami padi terfermentasi dapat meningkatkan
kandungan protein kasara dari 4,56% menjadi 6,56%. Menurut Zainuddin dan
Murtisari, 1995 kandungan protein kasar yang terdapat pada kulit kopi adalah
10,4 %. Sedangkan Londra, dkk (2009) berpendapat bahwa kulit kopi sebelum
fermentasi mengandung protein kasar sebesar 6,67%. Dari sini dapat diambil
kesimpulan bahwa perbedaan protein kasar pada kulit kopi ini disebabkan oleh :
kondisi sebelum dan sesudah fermentasi, kandungan air dalam kulit kopi, dan
warna / kematangan kulit kopi itu sendiri.

4.4 Analisis Lemak Kasar


4.4.1 Hasil
Tabel 2. Hasil Analisis Lemak Kasar Kulit Kopi Ari
Berat Sampel Berat Berat Berat Cawan Kadar LK
Selongsong Selongsong+ +Sampel
Sampel + Hekter
……………...……….…….gram………………………………… …..%.......
0,571 0,94 1,511 1,5299 11,68
Sumber: Praktikum Nutrisi Ternak Dasar, Laboratorium NTRKMT (2021)

4.4.2 Pembahasan
Kulit kopi segar memiliki kandungan nutrisi yang rendah, serta kasar yang
tinggi dan zat nutrisi seperti kafein dan tannin. Kulit kopi yang sudah di
fermentasi dapat dijadikan bahan pakan yang berkualitas. Pada penelitian kali ini
di dapat lemak kasar sebesar 1,051 %. Kulit kopi merupakan salah satu limbah
yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan alternative. Kulit kopi sebelum
fermentasi mengandung lemsk 1,04% (Londra, dkk, 2009). Sedangkan menurut
Guntoro dan Yasa, 2005 lemak yang terkandung adalah 1,07%. Dari hasil
praktikum dan penelitian didapatkan kandungan lemak yang berbeda dengan
beberapa literature. Hali itu disebabkan oleh factor fermentasi, kandungan air, dan
warna biji kopi.

4.5 Analisis Serat Kasar


4.5.1 Hasil
Berat Berat
Berat
Berat cawan+samp cawan+samp
Kertas Kadar SK
Sampel el setelah di el setelah di
Saring
oven tanur
…………………………… ………..
gram………………………… %.............
0,594 0,235  30,511   30,271  0,84
Sumber: Praktikum Nutrisi Ternak Dasar, Laboratorium NTRKMT (2021)
4.5.2 Pembahasan
Setelah dilakukan serangkain prosedur yang telah ada dihasilkan angka-
angka yaitu berat sampel 0,594 gram, berat kertas saring 0,235 gram, berat cawan
+ kertas saring + sampel setelah di oven 30,511 gram dan berat cawan + kertas
saring + sampel setelah di tanur 30,271 gram. Berdasarkan hasil perhitungan
didapatkan kadar serat kasar sebesar 0,84%. Atau setiap 40 gram kulit ari kopi
mengandung 0,336 gram atau setiap 100 gram kulit ari kopi mengandung 0,84
gram.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kartika dan Siti (2013), kadar
serat kasar dalam 40 gram kulit ari kopi adalah 3,30 % atau setara dengan 1. 32
gram. Sedangkan dalam buku yang ditulis astawan (2009), kandungan serat kasar
pada kulit ari kopi dalam 100 gram adalah 9 gram atau setara dengan 9 % kulit ari
kopi. Menurut Faqir Muhammad (2010) dalam 100 gram kulit ari kopi terkandung
8. 6 gram serat kasar atau dalam persentase ditunjukkan dengan angka 8,6%.
Berdasarkan perbandingan antara hasil praktikum dengan literatur yang tertera
diatas, dapat disimpulkan hasil praktikum jauh lebih kecil dari hasil literatur. Hal
ini dapat disebabkan karena ketidaktelitian praktikan saat melakukan praktikum
seperti saat memanaskan sampel dengan menggunakan asam dan basa encer
waktunya lebih atau kurang dari 30 menit. Saat melakukan penyaringan tidak
dilakukan dengan baik.
4.6 Analisis Energi Bruto
4.6.1 Hasil

Berat Sampel T2° T1° T2° T1° Energi Bruto


…… ………kal/
….......F…....... …..........C…......
gram…... gram
0,42 77 75,85 25,17 24,36 4661
Sumber : Praktikum Nutrisi Ternak Dasar, Laboratorium NTRKMT (2021)
4.6.2 Pembahasan
Prinsip dari penentuan energi bruto adalah untuk menentukan kadar energi
bruto dalam bahan dengan cara sampel dimasukkan bejana bomb dan dibakar
sempurna di dalam bejana air sehingga panas yang timbul akan memanaskan air
dalam bejana air. Setelah dilakukan perhitungan, nilai energi bruto dalam kulit ari
kopi adalah 4661 kal/gram, didapatkan dengan memasukkan sampel sebanyak
0,42 g ke bejana bomb yang kemudian diisi dengan oksigen sebesar 10 atmosfir
dan bejana air diisi air sebanyak 2 kg. Setelah itu bejana bomb dimasukkan ke
bejana air yang fungsinya untuk menstabilkan suhu dan meredam bejana bomb
sewaktu pembakaran. Sebelum dibakar, bejana air berisi bejana bomb dimasukkan
ke dalam wadah jaket dan kemudian ditutup dengan penutup jaket yang harus
dipastikan tertutup. Daya yang digunakan dalam pembakaran yaitu 23 volt. Suhu
awal dicatat pada saat menit ke 6 dinyalakannya pengaduk air yang terhubung ke
bejana air yaitu sebesar 75,85°F atau 24,36°C. Lalu suhu akhir di catat pada saat
suhu tertinggi dan konstan sebesar 77°F atau 25,17°C. Setelah dilakukan
pembakaran dan mencabut kabel elektroda ke catu daya, angkat tutup jaket,
keluarkan bejana air dan bejana bomb lalu keluarkan gas hasil pembakaran
melalui katup outlet dan buka drat pengunci dan kemudian tutup bomb. Suhu
yang konstan tersebut dikurangi dengan suhu yang dicatat pada menit ke-6 untuk
mengetahui kenaikan suhu yang terjadi saat dibakar yang menunjukan energi
panas yang dihasilkan dan didapat angka 1,15°F atau 0,81°C sebagai kenaikan
suhunya. Kenaikan suhu tersebut dikonversikan ke dalam kalori dengan cara
mengalikannya dengan 2.417 dan kemudian dibagi dengan berat sampel yang
dibakar sehingga di dapat nilai energi bruto pada kulit ari kopi.

4.7 Analisis Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN)


4.7.1 Hasil
Tabel 9. Hasil Analisis Kandungan BETN Kulit Kopi Ari
Sampel Air Abu PK LK SK Energi BETN
….……….…………….%.………………… cal/g %
Bungkil 11,68 1,88 4,55 1,05 44,79 3827,14 36,05
Kopra
Sumber: Praktikum Nutrisi Ternak Dasar, Laboratorium NTRKMT (2021)
4.7.2 Pembahasaan
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, didapatkan
kandungan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN) sebesar 36,05%. Berdasarkan
penelitian Zulkarnaen (2017), kadar BETN pada kulit ari kopi adalah sebesar
50,38%. Sementara itu, kandungan BETN kulit ari kopi pada studi yang berbeda
menunjukkan hasil 38,65% (Gouvea dkk, 2009).
Perbedaan kandungan BETN ini disebabkan oleh beberapa faktor, salah
satunya adalah perbedaan tahun dilakukannya penelitian dan tindakan yang
dilakukan sebelum analisis. Setiap jenis kopi memiliki kandungan nutrisi yang
berbeda tergantung dengan varietas, geografis, tempat tumbuh, kondisi budidaya,
dan sumber daya dalam produksi (Bondesson, 2015). Pada studi yang dilakukan
41 oleh Gouvea dkk, menunjukkan hasil yang tidak berdeda jauh. Hal ini
menunjukkan bahwa kemungkinan varietas, geografis, tempat tumbuh, kondisi
budidaya, dan sumber daya dalam produksi biji kopi yang dilakukan hampir sama.

V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pada praktikum Analisis Proksimat dan Energi Bruto didapatkan hasil
sebagai berikut:
(1) Kadar air yang terkandung pada kulit ari kopi adalah 11,69%
(2) Kadar abu yang terkandung pada kulit ari kopi adalah 1,89%
(3) Kadar protein kasar yang terkandung pada kulit ari kopi adalah 4,55%
(4) Kadar lemak kasar yang terkandung pada kulit ari kopi adalah 1,05%
(5) Kadar serat kasar yang terkandung pada kulit ari kopi adalah 44,79%
(6) Kadar energi bruto yang terkandung pada kulit ari kopi adalah 3818,89
cal/gram
(7) Kadar bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) yang terkandung pada kulit
ari kopi adalah 36,05%

5.2 Saran
Sebaiknya praktikum dilakukan secara offline agar lebih jelas dan teliti
dalam mengetahui prosedur, alat-alat praktikum dan bahan pakan.

DAFTAR PUSTAKA

Yoder, H. S. 2015. Role of Water in Metamorphism, 505–524


Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo, dan S.
Lebdosukojo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Tilawati. 2016. Kandungan Protein Kasar, Lemak Kasar, dan Serat Kasar
Limbah Kulit Kopi yang Difermentasi Menggunakan Jamur Aspergiluus
niger dan Trichoderma viride. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Efendi, Z., dan Harta, L. 2014. Kandungan Nutrisi Hasil Fermentasi Kulit Kopi
(Studi Kasus Desa Air Meles Bawah Kecamatan Curup Timur). Jurnal
BPTP Bengkulu.
Dwidjoseputro, D. 1994. Kadar Air Dalam Bahan Pakan. Gramedia: Jakarta.
Koir, R. I., Devi, M., dan Wahyuni, W. 2017. Analisis Proksimat Dan Uji
Organoleptik Getuk Lindri Substitusi Umbi Gembili (Dioscorea Esculenta
L). Teknologi Dan Kejuruan: Jurnal Teknologi, Kejuruan, Dan
Pengajarannya, 40(1): 87–98.
Zaenuri, R. 2013. Kualitas Pakan Ikan Berbentuk Pelet dari Limbah Pertanian.
Jurnal Sumberdaya Alam Dan Lingkungan: 31–36.
Kristianingrum, S. 2009. Kajian Berbagai Metode Analisis Residu Pestisida
dalam Bahan Pangan. Pendidikan Kimia FMPIA UNY, 5.
Aknesia, E. Y., Pontoh, C. L., Umboh, J. F., dan Rahasia, C. A. 2017. Pengaruh
Substitusi Dedak Halus Dengan Tepung Kulit Buah Kopi Dalam Ransum
Terhadap Kecernaan Bahan Kering Dan Serat Kasar Pada Ternak Babi
Fase Grower. Zootec, 38(1): 84-92.
Londra, I. 2019. Pengaruh Pemberian Kulit Kopi Terfermentasi dan Leguminosa
untuk Pertumbuhan Kambing Peranakan Etawah.
Soejono, M. 1990. Petunjuk Laboratorium Analisis dan Evaluasi Pakan. Fakultas
Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
NRC. 2001. Nutrient Requirement of Diary Cattle. 8th Edition. National
Academic of Science. Washington DC.
Zulkarnaen, A. 2017. Kecernaan Nutrien dan Performa Sapi Bali yang Diberi
Ransum Hijauan Tinggi dan Disuplementasi Sabun Kalsium Minyak
Kedelai. Thesis. IPB University. Bogor.
Feringo, T. 2019. Analisis Kadar Air, Kadar Abu, Kadar Abu Tak Larut Asam
Dan Kadar Lemak Pada Makanan Ringan Di Balai Riset Dan
Standarisasi Industri Medan. Analis Farmasi dan Makanan. Medan.

Irawati. 2008. Modul PJJ Pengujian Mutu. UEDCA. Cianjur.

Paringgi, N., Kamaruddin., & Laining, A. 2014. Perbaikan Mutu Kulit Kopi
Melalui Fermentasi Untuk Bahan Pakan Ikan. Prosiding Forum Inovasi
Teknologi Akuakultur. Sulawesi Selatan.
Apriyantono, A. (1988). Analisis Pangan. PAU Pangan dan Gizi IPB. Bogor.

Winarno, F.G. (1991). Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka. Jakarta.
Sudarmadji S, dkk. (2007). Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty.
Yogyakarta
Oktarina, dkk (2019). Karakteristik kulit kopi robusta hasil sampling. Jurnal
Agritrop 214-218
Winarno, F.G. (1995). Enzim pangan. Gramedia. Pustaka utama, Jakarta.
Simanihuruk, K. 2010. Perakitan Pakan Komplit berbasis kulit kopi (sumber serat
NDF dan ADF kecernaan 60% dan Silinder Horisontal. Pelita Perkebunan,
20, 75-96.
Winarno, F. G., S. Fardiaz dan D.Fardiaz. 1980. Pengantar Teknologi Pangan.
PT. Gramedia, Jakarta.
Suparjo. 2010. Analisis Bahan Pakan secara Kimiawi: Analisis Proksimat dan
Analisis Serat. Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Negeri Jambi. Jambi.
Agustono, Widodo, A.S., dan Paramita, W., 2010. Kandungan Protein Kasar dan
Serat Kasar pada Kopi (Ipomoea aquatica) yang difermentasi. J. Ilmiah
Perikanan dan Kelautan, 2, hal. 37-43.
Anggorodi, R. 1998. Ilmu Makanan Ternak; Kemajuan Terakhir. Jakarta: UI-
Press.
Manalu W. 1999. Pengantar Ilmu Nutrisi Hewan. Bagian Fisiologi dan
Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan. IPB. Bogor.
Murtidjo, Bambang Agus. 1987. Pedoman Meramu Pakan Unggas. Kanisius.
Yogyakarta.
Sutardi, 1980. Landasan Ilmu Nutrisi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Makanan
Ternak. Fakultas Peternakan IPB. Bogor.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Gambar Alat dan Bahan yang Digunakan


Analisis Air

Gambar 1. Oven Listrik Gambar 2. Eksikator

Gambar 3. Cawan Aluminium Gambar 4. Timbangan Analitik

Gambar 5. Tang Penjepit


Analisis Abu

Gambar 1. Tanur Gambar 2. Cawan Porselein

Gambar 3. Kompor Listrik Gambar 4. Eksikator

Gambar 5. Timbangan Analitik Gambar 6. Tang Penjepit

Analisis Protein Kasar


Gambar 1. Labu Kjehdahl 300 ml Gambar 2. Satu Set Alat Destilasi

Gambar 3. Erlenmeyer 250ml Gambar 4. Buret 50ml

Gambar 5. Timbangan Analitik Gambar 6. Katalis Campuran

Gambar 7. Asam Sulfar Pekat Gambar 8. Asam Boraks

Analisis Lemak Kasar


Gambar 1. Seperangkat Alat Sokhlet Gambar 2. Selongsong

Gambar 3. Eksikator Gambar 4. Timbangan Analitik

Gambar 5. Klroform

Analisis Serat Kasar

Gambar 1. Gelas Piala 600ml Gambar 2. Cawan Porselein


Gambar 3. Corong Buchner Gambar 4. Set Alat Vakum

Gambar 5. Tanur Gambar 6. Kertas Saring

Gambar 7. Kompor Listrik Gambar 8. Eksikator

Gambar 9. Timbangan Analitik Gambar 10. Tang Penjepit

Analisis Energi

Gambar 1. Bejana Bomb Gambar 2. Jacket


Gambar 3. Bejana Air Gambar 4. Kawat Sumbu Pembakar

Gambar 5. Elektroda Gambar 6. Oksigen

Lampiran 2. Daftar Distribusi Tugas

No Nama NPM Uraian Tugas


1 Endriko Abednego 200110200162 - BAB I, BAB II, BAB 5
Sucipto - Penyusun
- Editor
2 Silvi Juliani 200110200177 - Analisis Protein Kasar
- Analisis Lemak Kasar

3 Mochamad Ishaq Rinaldi 200110200188 - Analisis Serat Kasar


- Analisis Energi Bruto
4 Salwa Saniyyah 200110200196 - Analisis Abu
- Lampiran gambar alat
dan bahan
5 Pratama Rhomdoni Putra 200110200306 - Analisis Air
Ismail - Analisis BETN
- Lampiran Perhitungan
Analisis Air
Air % =
Berat Sampel−( Berat Sampel+Cawan Setelah diOven−Berat Cawan)
X 100 %
Berat Sampel
1,721−(5,476−3,956)
¿ X 100 %
1,721
Air=11,68 %

Analisis Abu
( Berat Cawan+ Abu)−( Berat Cawan)
Abu % ¿ X 100 %
Berat Sampel Awal
20,676−20,663
¿ X 100 %
0,693
Abu=1,88 %

Analisis Protein Kasar


Normalitas HCl x Volume HCl x 14 x 0,001 x 6,25
PK% ¿ X 100 %
Berat Sampel
0,1258 x 1,2 x 14 x 0,001 x 6,25
¿ X 100 %
0,290
PK =4,55 %

Analisis Lemak Kasar


LK%
( B . selongsong+ Sampel+ Biji Hekter)−( B . Selongsong+ Sampel Akhir+ Hekter)
¿ X 100 %
Berat Sampel
1,529−1,523
¿ X 100 %
0,571
LK =1,05 %
Analisis Serat Kasar
( B . Residu−B . Abu )−Berat Kertas Saring
SK% ¿ X 100%
Berat Sampel Awal

(33,916−33,47)−0,261
¿ X 100 %
0,413
SK=44,79 %

Energi Bruto
Suhu Akhir−Suhu Awal
Energi Bruto ¿ X 2417
Berat Sampel
30,14 ℃−29,17 ℃
¿ X 2417
0,614
cal
Energi Bruto=3818,38
gram

Analisis BETN
BETN ( % )=100 %−( AIR % + ABU %+ PK % + LK %+ SK %)

¿ 100 %−(11,68 % +1,88 %+ 4,55 %+1,05 % +44,79 % )


¿ 36,05 %

Konversi Bahan Pakan Asfeed ke Bahan Kering


BK= 100%

Abu
BK Asfeed 100 %
=
Abu Asfeed Abu BK ( X)
88,32 100 %
=
1,88 Abu BK ( X )

Abu BK= 2,13%

Protein Kasar
Abu Asfeed Abu BK
=
PK Asfeed PK BK ( X)

1,88 2,13
=
4,55 PK BK ( X )

PK BK(x)= 5,16%

Lemak Kasar
PK Asfeed PK BK
=
LK Asfeed LK BK ( X )

4,55 5,16
=
1,05 LK BK (X )

LK BK (x) = 1,19%

Serat Kasar
LK Asfeed LK BK
=
SK Asfeed SK BK ( X )

1,05 1,19
=
44,79 SK BK ( X )

SK BK(x)= 50,76%
Lampiran 4. Konversi BK

Kulit Kopi Ari


(100%)

Air BK

(11,68%) (88,32%)

Abu BO
(1,88%) (86,44%)

PK BOTN
(4,55%) (81,89%)

LK KH

(1,05%) (80,84%)
SK BETN

(44,79%) (36,05%)

Bagan Analisis Analisis Proksimat Kulit Kopi Ari (As feed)


Kulit Kopi Ari
(100%)

Air BK

(0%) (100%)

Abu BO
(2,13%) (97,87%)

PK BOTN
(5,16%) (92,71%)

LK KH

(1,19%) (91,52%)

SK BETN

(50,76%) (40,76%)

Bagan Analisis Analisis Proksimat Kulit Kopi Ari (BK)

Anda mungkin juga menyukai