Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR NUTRISI DAN BAHAN MAKANAN TERNAK

ANALISA PROKSIMAT

Oleh:

SHINTA APRIL MEI TANTI 205050100113026/B

PROGAM STUDI DILUAR KAMPUS UTAMA (PSDKU) PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
KEDIRI
2021

i
DAFTAR ISI

COVER.....................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Tujuan Pelaksanaan Praktikum......................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................2
2.1 Analisa Proksimat..........................................................................................2
2.2 Kadar Air........................................................................................................2
2.3 Kadar Abu......................................................................................................2
2.4 Kadar Protein Kasar.......................................................................................2
2.5 Kadar Lemak Kasar........................................................................................3
2.6 Kadar Serat Kasar..........................................................................................3
2.7 Kadar BETN ..................................................................................................3
BAB III PELAKSANAAN PRAKTIKUM............................................................4
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum...................................................4
3.2 Alat dan Bahan...............................................................................................4
3.3 Prinsip............................................................................................................6
3.4 Cara Kerja......................................................................................................7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................10
4.1 Tabel Hasil Praktikum....................................................................................10
4.2 Perhitungan....................................................................................................10
4.3 Pembahasan....................................................................................................12
4.3.1 Kadar Air..............................................................................................12
4.3.2 Kadar Abu.............................................................................................12
4.3.3 Kadar Protein Kasar..............................................................................12
4.3.4 Kadar Lemak Kasar..............................................................................12
4.3.5 Kadar Serat Kasar.................................................................................12
4.3.6 Kadar BETN.........................................................................................13
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................14
5.1 Kesimpulan....................................................................................................14
5.2 Saran ..............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................15
LAMPIRAN..............................................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pakan merupakan salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan
usaha peternakan. Tinggi rendahnya nilai suatu bahan pakan ditentukan oleh kualitas
dan kuantitas nutrient yang terkandung di dalamnya. Bahan pakan merupakan
kebutuhan pokok bagi setiap ternak. Sebagian besar bahan pakan terdiri dari unsur-
unsur pokok yaitu air, mineral, karbohidrat, lemak dan protein. Kelima unsur ini
dibutuhkan oleh hewan ternak dan manusia untuk pertumbuhan, produksi, reproduksi,
dan hidup pokok. Makanan ternak berisi zat nutrisi dengan kandungan yang berbeda-
beda (Ramlan dan Indrianti, 2018).
Zat pakan terdiri atas berbagai macam, kecuali air. Misalnya, mineral tidak
kurang 15-21 macam, vitamin terdiri dari 13-15 macam. Hal ini menyebabkan analisa
bahan pakan menjadi banyak sekali, jika semuanya dianalisa akan memakan banyak
waktu, tenaga dan juga biaya.
Mengingat sangat kompleksnya analisa bahan pakan, manusia mencoba
membuat penyederhanaan yaitu mengelompokkan zat-zat pakan berdasar sifat fisik
dan kimianya. Analisa lain yang tidak terwakili oleh pengelompokkan itu dilakukan
secara khusus. Usaha ini telah dirintis oleh para sarjana Jerman sejak awal abad 19,
antara lain oleh Thaer tahun 1809. Kemudian pada tahun 1860 oleh Henneberg dan
Stohman dari Weende (nama salah satu Laboratorium di Jerman Timur) metode Thaer
disempurnakan.
Metode ini sampai sekarang dikenal dengan nama analisa proksimat weende.
Proksimat berarti gambaran secara kasar yang artinya garis besar (bentuk kasar) dalam
menggambarkan komposisi zat pakan suatu bahan pakan. Metode ini sangat populer
sampai sekarang.

1.2 Tujuan Pelaksanaan Praktikum


Untuk mengidentifikasi komposisi kimia secara garis besar (bentuk kasar) dari suatu
zat pakan atau bahan pakan. Ada 6 macam zat pakan yaitu air, karbohidrat, protein,
lemak, vitamin dan mineral.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Analisa Proksimat


Analisis proksimat merupakan metode yang tidak menguraikan kandungan
nutrient secara rinci, namun berupa nilai perkiraan. Pada setiap analisis terdapat
metode yang berbeda-beda. Analisis proksimat merupakan dasar dari analisis-analisis
yang lebih lanjut (Ramlan dan Indrianti, 2018).
Amrullah dkk (2019) menyatakan bahwa analisis proksimat merupakan
analisis yang digunakan untuk menguji kandungan protein kasar, lemak kasar, serat
kasar, bahan serat tanpa N serta abu. Analisis proksimat digunakan untuk menganalisis
presentase nutrient pakan berdasarkan sifat kimianya. Adapun nutrient yang diuji air,
protein, lemak, serat, ekstrak bebas nitrogen dan abu. Berdasarkan uraian tersebut
dapat disimpulkan bahwa analisis proksimat merupakan analisis yang digunakan untuk
menguji kadar beberapa nutrient.

2.2 Kadar Air


Analisis proksimat digunakan untuk mengetahui protein kasar, lemak kasar,
serat kasar, BETN, abu dan kadar air (Yuliansyah dkk, 2017). Penetapan kadar air
pakan metode oven atau thermogravimetri merupakan salah satu bagian didalam
kegiatan analisa proksimat karena analisis proksimat merupakan sistem yang
digunakan untuk mengetahui 6 macam fraksi, yaitu: air, abu, protein kasar, lemak
kasar, serat kasar, dan ekstrak tanpa nitrogen. Khusus untuk ekstrak tanpa nitrogen
nilainya dapat dicari hanya berdasarkan perhitungan 100% - jumlah dari kelima fraksi
yang lain.
Cara mendapatkan kadar air yakni sampel bahan pakan ditimbang, diletakkan
dalam cawan khusus dan dipanaskan dalam oven 105-110ºC. dari analisis ini akan
diperoleh kadar bahan kering (bahan yang sudah bebas air/uap air) dengan cara 100%
dikurangi dengan kadar air. Pemanasan berjalan hingga sampel tetap bobotnya. Ahadi
dan Sffendi (2018) menyatakan penetapan kadar air pakan dikeringkan kedalam oven
dengan suhu 105-110ºC selama 8 jam. Triyanto (2013) menyatakan bahwa kadar air
yang baik adalah 12-14%.

2.3 Kadar Abu


Kadar abu ada hubungannya dengan mineral suatu bahan. Pengabuan
merupakan suatu proses pemanasan bahan dengan suhu tinggi selama beberapa waktu
sehingga bahan akan habis terbakar dan hanya tersisa zat anorganik bewarna putih
keabu-abuan yang disebut abu. Abu merupakan zat anorganik sisa hasil pembakaran
bahan organik. Kadar abu dari suatu bahan dapat menunjukkan kandungan mineral
yang ada dalam bahan tersebut (Rousmaliana dan Septiani, 2019).
Sakul dkk (2019) menyatakan bahwa untuk menganalisis kadar abu langkah
pertama yaitu menyiapkan cawan yang sudah bersih kemudian dipanaskan dalam
tanur pada suhu 400ºC selama 1 jam. Wulandari (2015) menyatakan bahwa kadar abu
yang baik dalam pakan adalah tidak boleh lebih dari 15%.

2.4 Kadar Protein Kasar


Analisis kadar protein kasar ada 3 tahapan yaitu dekstruksi, destilasi dan titrasi.
Dalam tahap destruksi sampel yang telah dilakukan penimbangan lalu dimasukkan
kedalam labu Kjeldahl. Dalam tahap destilasi, larutan dalam labu yang sudah
didinginkan diambil sebanyak 10 mL kedalam labu takar berukuran 100 mL dan
tambahkan aquadest hingga tanda batas. Dalam tahap titrasi, destilat yang telah

2
tertampung di dalam Erlenmeyer kemudian dititrasi dengan menggunkan larutan
NaOH 0,1 N (wardani dan Sujana, 2020).
Lekahena (2015) menyatakan bahwa sampel pada analisis kadar protein kasar
didestruksi pada suhu 410ºC selama kurang lebih 2 jam atau sampai cairan bewarna
hijau bening. Triyanto (2013) menyatakan bahwa kadar protein kasar yang baik adalah
8,67%.

2.5 Kadar Lemak Kasar


Lemak pada bahan pangan akan mengalami penurunan akibat terjadinya
degradasi lemak menjadi asam-asam lemak. Degradasi lemak ini terjadi akibat adanya
aktivitas enzim lipase yang secara alami terdapat dalam bahan pangan atau yang
dihasilkan oleh mikroorganisme yang tumbuh dalam bahan pangan fermentasi (Putri
dkk, 2014).
Ainiyah (2019) menyatakan bahwa untuk menganalisis kadar lemak kasar,
lemak perlu diekstrak dengan pelarut hexan, kemudian hexan diuapkan dan lemak
dapat dihitung persentasinya. Labu lemak dikeringkan dalam oven bersuhu 105ºC
selama 30 menit lalu didinginkan dalam eksikator selama 15 menit lalu ditimbang.
Triyanto (2013) menyatakan bahwa kadar lemak kasar yang baik adalah 7,10%.

2.6 Kadar Serat Kasar


Serat kasar merupakan bagian dari karbohidrat, Sebagian besar berasal dari
dinding sel tanaman dan mengandung selulosa, hemiselulosa dan lignin. Semakin
lama waktu inkubasi maka kandungan serat kasar semakin tinggi pula. Hal ini
disebabkan oleh pertumbuhan kapang yang ikut menyumbang serat kasar yang berasal
dari miselium sehingga makin banyak massa sel semakin tinggi seratnya (Fransistika,
2012).
Nurlarasati dan Agustin (2019) menyatakan bahwa setelah sampel
ditambahkan NaOH dan didihkan, kemudian sampel ditambahkan EDTA sebanyak 0,5
gram dan didihkan kembali selama 5 menit. Wulandari (2015) menyatakan bahwa
kadar serat kasar yang baik adalah 18,4%.

2.7 Kadar BETN


BETN atau Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen merupakan golongan karbohidrat
non-struktural yang mudah dicerna. BETN terdiri dari gula, pati, pentose, dan bahan-
bahan penyusun lainnya. Karbohidrat non-struktural dapat ditemukan didalam sel
tanaman dan mempunyai kecernaan lebih tinggi dibandingkan dengan karbohidrat
structural. BETN merupakan fraksi terlarut yang mudah terdegradasi dalam rumen.
Hal ini berdampak pada tingkat konsumsi. pakan yang mengandung fraksi yang
mudah larut dalam rumen akan mudah terdegradasi mikroba rumen yang akan
meningkatkan konsumsi. Konsumsi BETN erat kaitannya dengan kecukupan energi.
Pemenuhan kebutuhan energi diarahkan pada pemenuhan energi untuk hidup pokok,
produksi dan reproduksi (Binol dkk, 2020).
Agustono dkk, (2017) menyatakan untuk memperoleh BETN atau Bahan
Ekstrak tanpa Nitrogen adalah dengan cara perhitungan: 100% (Air + abu + protein
kasar + lemak kasar + serat kasar)%. Dalam fraksi ini termasuk karbohidrat yang
umumnya mudah tercerna antara lain pati dan gula.

3
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum


Waktu : 21 April 2021
Tempat : Laboratorium Nutrisi Pakan Ternak Fakultas Peternakan Universitas
Brawijaya

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Kadar Air

Alat dan Bahan Keterangan


Cawan porselin atau aldisk Digunakan untuk meletakkan sampel
Oven 105ºC Digunakan untuk mengeringkan sampel dan
menguapkan kandungan air pada sampel
Eksikator Dibagian bawah terdapat silika gel yang
berfungsi untuk menstabilkan suhu,
menstabilkan berat dan menyerap uap panas
Penjepit Membantu mengambil cawan
Timbangan analitik Digunakan untuk menimbang sampel dan
cawan

3.2.2 Kadar Abu

Alat dan Bahan Keterangan


Aluminium disk atau cawan porselin Digunakan untuk meletakkan sampel
Tanur 550-600ºC Digunakan untuk membakar bahan organik
sehingga menyisakan bahan anorganik saja.
Eksikator Dibagian bawah terdapat silika gel yang
berfungsi untuk menstabilkan suhu,
menstabilkan berat dan menyerap uap panas
Penjepit Membantu mengambil cawan
Timbangan analitik Digunakan untuk menimbang sampel dan
cawan

3.2.3 Kadar Protein Kasar

Alat dan Bahan Bahan


Timbangan analitik Digunakan untuk menimbang sampel
Labu didih kjehldahl (50 ml) Digunakan untuk tempat sampel
Gelas ukur 5 ml atau dispenser Digunakan untuk mengukur volume H2SO4
pekat
Blower Digunakan untuk menyerap gas-gas hasil

4
proses destruksi
Kompor pemanas Digunakan untuk membantu proses destruksi
Erlenmeyer (300 ml) Digunakan untuk tempat sampel hasil
destuksi
Beaker glass (300 ml) Digunakan untuk mengukur volume aquadest
Alat untuk destilasi Digunakan untuk membantu proses destilasi
titrasi
Pipet Volume 25 ml atau dispenser Digunakan untuk mengambil bahan kimia
Buret 50 ml Digunakan untuk mengukur volume suatu
cairan atau gas
H2SO4 pekat (95-97%) Digunakan untuk memecah ikatan N menjadi
ammonium sulfat
Katalisator (Tablet Kjehldahl) Digunakan untuk mempercepat reaksi
Aquadest Digunakan untuk mengencerkan sampel
destruksi
NaOH 40% Digunakan untuk menangkap NH3 saat proses
destilasi
H2SO4 0,1 N Digunakan untuk memberi suasana asam
Indikator (2 gram methyl red + methyl Digunakan untuk mengubah indicator warna
blue per liter etanol 96%) pada sampel
NaOH 0,1 N Digunakan untuk memberi suasana basa

3.2.4 Kadar Lemak Kasar

Alat dan Bahan Bahan


Alat ekstraksi goldfish Digunakan khusus untuk menganalisis lemak
kasar
Beaker glass khusus untuk lemak Digunakan sebagai wadah atau tempat larutan
kasar
Selongsong S Digunakan untuk penyangga sampel lemak
kasar
Gelas Ukur Digunakan untuk mengukur volume n-Hexan
yang akan digunakan
Oven vacum 80ºC Digunakan untuk menurunkan tekanan udara
Timbangan analitik Digunakan untuk menimbang sampel
Eksikator Dibagian bawah terdapat silika gel yang
berfungsi untuk menstabilkan suhu,
menstabilkan berat dan menyerap uap panas
Tabung penangkap n-Hexan Digunakan untuk menangkap larutan n-Hexan
n-Hexan Digunakan untuk melarutkan lemak
Penjepit Digunakan untuk membantu mengambil
beaker glass
Kertas saring whatmen Digunakan untuk membungkus sampel

5
3.2.5 Kadar Serat Kadar

Alat dan Bahan Bahan


Timbangan analitik Digunakan untuk menimbang sampel
Beaker glass untuk serat kasar Digunakan khusus untuk serat kasar
Kompor Digunakan untuk memanaskan sampel
Erlenmeyer Digunakan untuk menampung sisa larutan
Cawan Filtrasi (Crusible) serta alat Digunakan sebagai alat filtrasi
filtrasinya
Eksikator Dibagian bawah terdapat silika gel yang
berfungsi untuk menstabilkan suhu,
menstabilkan berat dan menyerap uap panas
Oven 105ºC Digunakan untuk mengeringkan sampel dan
menguapkan kandungan air pada sampel
Tanur 550-600ºC Digunakan untuk membakar bahan organik
sehingga menyisakan bahan anorganik saja.
H2SO4 0,3 N Digunakan untuk menguraikan senyawa N
dalam pakan
HCL 0,3 N Digunakan untuk melarutkan senyawa
organik
Aceton Digunakan untuk melarutkan lemak
NaOH 1,5 N Digunakan untuk menguraikan atau
penyabunan senyawa lemak dalam pakan
sehingga mudah larut
Aquadest panas Digunakan sebagai pelarut dan membersihkan
crussible dari sisa sampel yang menempel
EDTA Digunakan untuk mempercepat reaksi dan
mengikat mineral

3.3 Prinsip
3.3.1 Kadar Air
Dengan pemanasan 105ºC, air yang terkandung dalam suatu bahan pakan akan
menguap seluruhnya. Bahan yang tertinggal setelah penguapan air disebut bahan
kering.

3.3.2 Kadar Abu


Dengan pemanasan menggunakan tanur dengan suhu 550-600ºC semua bahan
organik akan terbakar. Bahan anorganik yang tidak terbakar disebut abu.

3.3.3 Kadar Protein Kasar


Asam sulfat pekat dengan katalisator dapat memecah ikatan N organic dalam
bahan pakan menjadi ammonium sulfat, kecuali ikatan N = N; NO; NO2. Ammonium
sulfat dalam dalam suasana basa akan melepaskan NH3 yang kemudian di destilasi
ditampung dalam beaker glass yang berisi H2SO4 0,1 N yang telah diberi warna

6
indikator campuran. Setelah selesai destilasi, larutan penampung di titrasi dengan
NaOH 0,1 N sampai warna berubah.

3.3.4 Kadar Lemak Kasar


Eter dipanaskan terus-menerus kemudian didinginkan secara kondensasi akan
mengekstrak semua bahan-bahan yang larut dalam eter. Bahan ekstraksi dikumpulkan
dalam suatu tabung. Jika proses sudah selesai (4 jam). Eter dikupulkan ditempat lain
dan sisa lemak kasar dikeringkan dalam oven, setelah dingin ditimbang.
Lemak adalah sekelompok zat-zat yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam
eter, kloroform, dan benzene. Yang termasuk dalam golongan lipida adalah lemak,
fosfatida, sterol, dll. Lemak merupakan bagian yang terpenting dari golongan zat-zat
tersebut.
Lemak mengandung C, H, dan O. dalam perbandingannya lemak lebih banyak
mengandung C dan H daripada O, misalnya C57H110O6. Lemak memberikan 2,25
kali energi lebih banyak dibanding dengan karbohidrat jika mengalami metabolisme
karena lemak mengandung unsur H lebih banyak daripada unsur O.

3.3.5 Kadar Serat Kasar


Serat kasar adalah suatu indikator dari daya cerna dan bulkiness dari suatu
bahan. Serat kasar merupakan senyawa yang tidak larut jika direbus berturut-turut
didalam larutan H2SO4 O,3 N selama 30 menit dan NaOH 1,5 N selama 25 menit.
Tujuan pembahasan H2SO4 adalah untuk menguraikan senyawa N dalam pakan,
penambahan NaOH untuk menguraikan atau penyabunan senyawa lemak dalam pakan
sehingga mudah larut. Sisa bahan pakan yang tidak tecerna setelah proses perebusan
kemudian ditimbang dan diabukan. Perbedaan berat residu pertama dan berat residu
setelah diabukan menunjukkan jumlah serat yang terdapat dalam suatu bahan pakan.
Fraksi serat kasar terdiri dari selulosa, hemiselulosa dan lignin. Pada ternak
ruminansia dan herbivora non ruminansia selulosa dapat dicerna melalui degradasi
mikroba. Mendekati 95% dari serat kasar adalah selulosa. Sistemini dikembangkan
oleh Van Soest untuk menentukan profil lemak kasar yaitu selulosa, hemiselulosa,
lignin dan memecah dinding sel dengan NDF dan ADF.

3.4 Cara Kerja


3.4.1 Kadar Air
1. Cawan porselin dimasukkan dalam oven 105ºC selama 1 jam.
2. Cawan diambil dan dimasukkan eksikator (gunakan tang penjepit) selama 1
jam. Dalam praktikum pekerjaan ini biasanya sudah dilakukan oleh laboran.
3. Timbang cawan tersebut dengan teliti, misalnya beratnya A gram.
4. Masukkan sampel ± 2 gram dalam cawan dan ditimbang Kembali. Misalnya
berat B gram. Kemudian masukkan cawan yang berisi sampel tersebut
kedalam oven 105ºC sampai berat konstan yaitu sekitar 4 jam.
5. Cawan diambil, dimasukkan dalam eksikator selama 1 jam, kemudian
ditimbang dengan teliti, misalnya C gram. Pada waktu mengambil cawan,
gunakan tang penjepit.

3.4.2 Kadar Abu


1. Ambil cawan porselin dan masukkan ke dalam Oven (105ºC) selama 1 jam.
2. Dengan menggunakan tang penjepit cawan porselin dimasukkan dalam
eksikator diamkan selama 1 jam. Dalam praktikum pekerjaan ini biasanya
sudah dilakukan oleh laboran.

7
3. Timbang cawan porselin tersebut, misal beratnya A gram. Ambil sampel ± 2
gram masukkan dalam cawan porselin dan ditimbang kembali, misal beratnya
B gram.
4. Masukkan cawan porselin yang berisi sampel ke dalam tanur 600°C sampai
warnanya berubah menjadi putih atau telah berubah menjadi abu. Tidak boleh
terdapat warna hitam (± 4 jam).
5. Cawan porselin diambil dimasukkan ke dalam eksikator diamkan selama 1
jam kemudian ditimbang dengan teliti (beratnya C gram).

3.4.3 Kadar Protein Kasar


1. DESTRUKSI
 Timbang kertas minyak, misal berat A gram. Ambil sampel kira-kira 0,3
gram untuk bahan yang mengandung protein rendah atau 0,2 gram untuk
bahan yang mengandung protein tinggi, tuangkan dalam kertas minyak dan
timbang kembali, misal beratnya B gram. Masukkan sampel (tidak dengan
kertas minyak) ke dalam labu kjeldahl.
 Tambahkan 1,2 gram katalisator. Kemudian tambahkan 5 ml H2SO4 pekat
(di dalam lemari asam) dengan menggunakan dispenser.
 Didestruksi sampai warna menjadi hijau bening. Biarkan menjadi dingin.
 Tambahkan 60 ml aquadest (dibagi 4 kali), kocok dan masukkan larutan ke
dalam Erlenmeyer 300 ml.

2. DESTILASI
 Ambil beaker glas 300 ml, isi dengan H2SO4 0,1 N sebanyak 25 ml
dengan menggunakan dispenser. Tambahkan 3 tetes indikator mix, warna
menjadi ungu. Kemudian letakkan beaker glas dibawah ujung alat destilasi
(ujung alat destilasi harus masuk kedalam cairan penampung, agar tidak
ada NH3 yang hilang).
 Untuk destilasi, tambahkan 20 ml NaOH 40 % dalam Erlenmeyer hasil
destruksi, kemudian dengan cepat (agar tidak ada NH3 yang hilang)
pasang dalam alat destilasi.
 Selama destilasi warna tetap ungu. Destilasi selesai kalau larutan di dalam
erlenmeyer 300 ml mulai mendidih tidak lancar lagi.

3. TITRASI
 Beaker glas yang berisi hasil sulingan dititrasi dengan NaOH 0,1 N sampai
warna berubah menjadi hijau jernih. Misal jumlah NaOH untuk titrasi C
ml.
 Buat blanko, caranya sama tetapi tidak memakai sampel (Misal untuk
titrasi perlu D ml NaOH 0,1N).

3.4.4 Kadar Lemak Kasar


1. Masukan beaker glass ke dalam oven dengan suhu 105 ºC selama 1 jam.
2. Ambil beaker glas dan masukkan dalam eksikator selama 1 jam. Pekerjaan ini
biasanya sudah dilakukan oleh laboran.
3. Timbang sampel sebanyak 1,5 gram diletakkan diatas kertas saring, misal
beratnya A gram. Bungkus sampel dengan menggunakan kertas saring
tersebut, kemudian masukkan sampel ke dalam selongsong S
4. Ambil beaker glas khusus untuk analisa lemak dari eksikator dan ditimbang,
misal beratnya B gram. Isi beaker glas dengan 50 ml n-hexan dengan
menggunakan gelas ukur.

8
5. Kemudian beaker glas dan alat porselin (atau selongsong S) dipasang ke alat
ekstraksi Goldfish, dan di ekstraksi selama 2 jam. Suhu alat diatur pada skala
5.
6. Ambil selongsong S dengan sampel dengan labu khusus untuk
mengumpulkan hexan lagi, sampai hexan dalam beaker glas tinggal sedikit
saja.
7. Beaker glas yang telah berisi lemak dimasukkan ke dalam oven vacum 80 ºC.
8. Lalu dihisap udara dari oven, beaker glas di oven selama 1,5 jam.
9. Beaker glas dimasukkan ke dalam eksikator selama 1 jam, dan ditimbang
dengan teliti, misal beratnya C gram.

3.4.5 Kadar Serat Kasar


1. Timbang sampel ±1 gram ditaruh diatas kertas minyak, misal beratnya A
gram. Tuangkan sampel (kertas minyak tidak diikutkan) dalam beaker glas
khusus untuk analisa serat kasar dan tambahkan H2SO4 0,3 N sebanyak 50
ml dengan menggunakan gelas ukur, didihkan selama 30 menit. (Dihitung
saat air sudah mulai mendidih)
2. Selanjutnya dengan cepat ditambahkan 25 ml NaOH 1,5 N dan didihkan lagi
selama 25 menit tepat. (Dihitung saat air sudah mulai mendidih)
3. Dengan cepat pula ditambah 0,5 gram EDTA kemudian didihkan lagi selama
5 menit tepat.
4. Matikan tombol pemanas. Ambil beaker glass.
5. Saring dengan cawan filtrasi / cawan crussible.
6. Bilas beaker glas dengan aquadest panas sesedikit mungkin sampai semua
larutan masuk ke cawan filtrasi.
7. Lalu tambahkan 50 ml HCl 0,3 N diamkan 1 menit lalu dihisap dengan
pompa vacum.
8. Ditambah dengan 50ml aquadest panas
9. Kemudian ditambahkan lagi 40 ml aceton, diamkan 1 menit lalu dihisap
sampai kering.
10. Selanjutnya dioven pada suhu 105 ºC selama 1,5 jam, kemudian masukkan ke
dalam eksikator selama 1 jam dan ditimbang dengan teliti (beratnya B gram).
11. Setelah itu masukkan ke dalam tanur 550 – 600 ºC selama 2 jam, keluarkan
dengan tang penjepit dan masukkan kembali ke dalam eksikator, diamkan
selama 1 jam dan timbanglah dengan teliti (beratnya C gram).

9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tabel Hasil Praktikum


HASIL ANALISA PROKSIMAT

SAMPE BK HASIL ABU HASIL SK HASIL LK HASIL PK HASIL


L
A: 35.0234 A: 35.0234 A: 1.0009 A: 2.0019 A:
B 92.5314% 6.6186% 17.2444% 3.6265% 15.751%
B: 38.0240 B: 38.0240 B: 38.5469 B: 57.2648
B:
C: 37.7999 C: 35.2220 C: 38.3743 C: 57.3374

4.2 Perhitungan

4.2.1 Kadar Air


 Sampel B
Diketahui:
A = Berat cawan = 35.0234
B = Berat cawan + sampel = 38.0240
C = Berat Cawan + sampel setelah keluar oven = 37.7999

(C− A)
Kadar BK (%) = x 100%
(B−A )
(37.7999−35.0234)
= x 100%
(38.0240−35.0234)
(2.7765)
= x 100%
(3.0006)
= 92.5314%
Kadar Air (%) = 100% - BK (%)
= 100% - 92.5314 (%)
= 7.4686 (%)

4.2.2 Kadar Abu


 Sampel B
Diketahui:
A = Berat cawan = 35.0234
B = Berat cawan + sampel = 38.0240
C = Berat cawan + sampel setelah keluar tanur = 35.2220

(C− A)
Kadar Abu (%) = x 100%
(B−A )
(35.2220−35.0234)
= x 100%
(38.0240−35.0234)

10
(0.1986)
= x 100%
(3.0006)
= 6.6186%

4.2.3 Kadar Protein kasar

( D−C ) X N NaOH X 0,014 X 6,25


Kadar PK = x 100%
(D−C )
= 15.751%
Keterangan:
A = berat kertas minyak
B = berat kertas minyak plus sampel
C = jumlah NaOH untuk titrasi sampel
D = jumlah NaOH untuk titrasi Blanko
N NaOH = Normalitas NaOH

4.2.4 Kadar Lemak kasar


 Sampel B
Diketahui:
A = Berat sampel = 2.0019
B = Berat beaker glass = 57.2648
C = Berat beaker glass + sampel setelah keluar oven = 57.3374

(C−B)
Kadar LK (%) = x 100%
( A)
(57.3374−57.2648)
= x 100%
(2.0019)
(0.0726)
= x 100%
(2.0019)
= 3.6265 %

4.2.5 Kadar Serat kasar


 Sampel B
Diketahui:
A = Berat sampel = 1.0009
B = Berat sampel setelah keluar oven = 38.5469
C = Berat sampel setelah keluar tanur = 38.3743

(B−C )
Kadar SK (%) = x 100%
( A)
(38.5469−38.3743)
= x 100%
(1.0009)
(O .1726)
= x 100%
(1.0009)
= 17.2444%

11
4.2.6 Kadar BETN
(%) BETN = 100% - (%Abu + %SK+ %LK+ %PK)
= 100% - (6.6186 + 17.2444 + 3.6265 +15.751)
= 100% - (43.2405)
= 56.7595 %

4.3 Pembahasan
4.3.1 Kadar Air
Dari hasil praktikum disebutkan bahwa cawan yang berisi sampel
dimasukkan kedalam oven 105ºC sampai berat konstan yaitu sekitar 4 jam hal
ini tidak sesuai dengan pernyataan Ahadi dan Sffendi (2018) yang menyatakan
penetapan kadar air pakan dikeringkan kedalam oven dengan suhu 105-110ºC
selama 8 jam. Dalam tabel analisa proksimat kadar air yang diperoleh yaitu
92.5314% sedangkan Triyanto (2013) menyatakan bahwa kadar air yang baik
adalah 12-14%.

4.3.2 Kadar Abu


Dari hasil praktikum dijelaskan bahwa langkah pertama analisis kadar
abu yaitu dengan mengambil cawan porselin dan dimasukkan kedalam oven
(105ºC) selama 1 jam hal ini tidak sesuai dengan pernyataan Sakul dkk (2019)
yang menyatakan bahwa untuk menganalisis kadar abu langkah pertama yaitu
menyiapkan cawan yang sudah bersih kemudian dipanaskan dalam tanur pada
suhu 400ºC selama 1 jam. Dalam tabel analisa proksimat kadar abu yang
diperoleh yaitu 6.6186% sedangkan Wulandari (2015) menyatakan bahwa kadar
abu yang baik dalam pakan adalah tidak boleh lebih dari 15%.

4.3.3 Kadar Protein Kasar


Dari hasil praktikum dijelaskan bahwa sampel didestruksi sampai
warna menjadi hijau bening hal ini sesuai dengan pernyataan Lekahena (2015)
yang menyatakan bahwa sampel pada analisis kadar protein kasar didestruksi
pada suhu 410ºC selama kurang lebih 2 jam atau sampai cairan bewarna hijau
bening. Dalam tabel hasil analisa proksimat kadar protein kasar yang diperoleh
yaitu 15.751% sedangkan Triyanto (2013) menyatakan bahwa kadar protein
kasar yang baik adalah 8,67%.

4.3.4 Kadar Lemak Kasar


Dari hasil praktikum disebutkan bahwa beaker glass dimasukkan
kedalam oven dengan suhu 105ºC selama 1 jam kemudian dimasukkan kedalam
eksikator selama 1 jam hal ini tidak sesuai dengan pernyataan Ainiyah (2019)
yang menyatakan bahwa untuk menganalisis kadar lemak kasar, lemak perlu
diekstrak dengan pelarut hexan, kemudian hexan diuapkan dan lemak dapat
dihitung persentasinya. Labu lemak dikeringkan dalam oven bersuhu 105ºC
selama 30 menit lalu didinginkan dalam eksikator selama 15 menit lalu
ditimbang. Dalam tabel hasil analisa proksimat kadar lemak kasar yang
diperoleh yaitu 3.6265% sedangkan Triyanto (2013) menyatakan bahwa kadar
lemak kasar yang baik adalah 7,10%.

12
4.3.5 Kadar Serat Kasar
Dari hasil praktikum dijelaskan bahwa sampel ditambah 0,5 gram
EDTA dan didinginkan Kembali selama 5 menit hal ini sesuai dengan
pernyataan Nurlarasati dan Agustin (2019) yang menyatakan bahwa setelah
sampel ditambahkan NaOH dan didihkan, kemudian sampel ditambahkan EDTA
sebanyak 0,5 gram dan didihkan kembali selama 5 menit. dalam tabel hasil
analisa kadar serat kasar yang diperoleh yaitu 17.2444% sedangkan Wulandari
(2015) menyatakan bahwa kadar serat kasar yang baik adalah 18,4%.

4.3.6 Kadar BETN


Agustono dkk, (2017) menyatakan untuk memperoleh BETN atau
Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen adalah dengan cara perhitungan: 100% (Air + abu
+ protein kasar + lemak kasar + serat kasar)%. Dalam fraksi ini termasuk
karbohidrat yang umumnya mudah tercerna antara lain pati dan gula.

13
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Untuk mecari kadar air cawan yang berisi sampel dimasukkan kedalam oven
105ºC sampai berat konstan yaitu sekitar 4 jam. Hal ini dilakukan agar air yang
terkandung dalam bahan pakan menguap dan bahan yang tertinggal setelah penguapan
disebut bahan kering.
Untuk mencari kadar abu langkah pertama yaitu dengan mengambil cawan
porselin dan dimasukkan kedalam oven (105ºC) selama 1 jam hal ini dilakukan agar
air yang tersisa dalam cawan setelah proses pembersihan benar benar kering agar tidak
berpengaruh saat digunakan.
Untuk mencari kadar protein kasar dengan metode kjeldahl ada tiga tahap yaitu
destruksi, destilasi dan titrasi. Pada tahap destruksi sampel didestruksi sampai warna
menjadi hijau bening.
Untuk mencari kadar lemak kasar beaker glass dimasukkan kedalam oven
dengan suhu 105ºC selama 1 jam kemudian dimasukkan kedalam eksikator selama 1
jam. Dibagian bawah eksikator terdapat silika gel yang berfungsi untuk menstabilkan
suhu, menstabilkan berat dan menyerap uap panas
Untuk mencari kadar serat kasar sampel ditambah 0,5gram EDTA dan
didinginkan Kembali selama 5 menit. EDTA digunakan untuk mempercepat reaksi
dan mengikat mineral.
Untuk memperoleh BETN atau Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen adalah dengan
cara perhitungan: 100% (Air + abu + protein kasar + lemak kasar + serat kasar)%.
Dalam fraksi ini termasuk karbohidrat yang umumnya mudah tercerna antara lain pati
dan gula.

5.2 Saran
Praktikum berjalan dengan lancar, tetapi banyak mahasiswa belum paham
dengan materi praktikum. Hal ini terjadi karena praktikum dilakukan secara daring.

14
Daftar Pustaka

Agustono, B., Lamid, M., Ma`ruf, A., Purnama, M. T. E. 2017. Identifikasi Limbah
Pertanian dan Perkebunan Sebagai Bahan Pakan Inkonvensional di Banyuwangi.
Jurnal Medik Veteriner. 1(1):12-22.
Ahadi, B. D., Effendi, M. Y. 2019. Validasi Lamanya Waktu Pengeringan Untuk
Penetapan Kadar Air Pakan Metode Oven Dalam Praktikum Analisis Proksimat.
Jurnal Ilmu Peternakan Terapan. 2(2):34-38.
Ainiyah, W. 2019. Analisa Proksimat dan Kadar Kalsium Pada Soygurt Kedelai Hitam
Yang Diperkaya Dengan Tepung Cangkang Telur Bebek Sebagai Sumber Kalsium.
Jurnal Ilmiah.
Amrullah, F., Ashari, A., Nurfaida., Nurlaelah., Ratnawati. 2019. Uji Proksimat Pakan
Ternak Berprotein Tinggi Berbahan Dasar Cacing Tanah, Ampas Tahu, dan Daun
Gambal. Jurnal Ilmu Fisika. 1(2):25-29.
Binol, D., Tuturoong, R. A. V., Moningkey, S. A. E., Rumambi, A. 2020. Penggunaan
Pakan Lengkap BerbasisTebon Jagung Terhadap Kecernaan Serat Kasar dan Bahan
Ekstrak Tanpa Nitrogen Sapi Fries Holland. Jurnal Zootec. 40(2):493-502.
Fransistika, R., Idiawati, N., Destiarti, L. 2012. Pengaruh Waktu Fermentasi Campuran
Trichoderma reesei dan Aspergillus niger Terhadap Kandunga Protein dan Serat
Kasar Ampas Sagu. JKK. 11(1):35-39.
Lekahena, V. N. J. 2015. Pengaruh Substansi Daging Ikan Madidihang Dengan Rumput
Laut Kappaphycus alvarezii Terhadap Komposisi Gizi Baso Ikan Madidihang.
Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan. 8(2):92-98.
Nurlarasati, F. Q., Agustini, R. 2019. Identifikasi Kandungan Serat Kasar Total YHE
(Yeast Hydrolisate Enzimatic) Dari Yeast Yang Ditumbuhkan Dengan Media
Tepung Beras Merah. Jurnal Of Chemistry. 8(3):133-136.
Putri, D. M., Budiharjo, A., Kusdiyantini, E. 2014. Isolasi, Karakterisasi Bakteri Asam
Laktat dan Analisis Proksimat Dari Pangan Fermentasi Rusip Ikan Teri
(Stolephorus sp.). jurnal Biologi. 3(2):11-19.
Ramlan, P., Indrianti. M. A. 2018. Analisa Potensi Eceng Gondok (Eichhornia crassipes)
Daun Limboto Sebagai Pakan Ternak. Prosiding Seminar Nasional Integrated
Farming System. 108-110.
Rousmaliana., Septiani. 2019. Identifikasi Tepung Ampas Kelapa Terhadap Kadar
Proksimat Menggunakan Metode Pengeringan Oven. Jurnal Ilmiah Kesehatan.
1(1):18-31.
Sakul, S. E., Rosyidi, D., Radiati, L. E., Purwadi. 2019. Pengaruh Penambahan Sari Jamur
Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Terhadap Kadar Lemak, Kadar Air, Kadar Abu,
Daya Mengikat Air, dan Nilai PH Dari Yoghurt Susu Sapi. Jurnal Sains
Peternakan. 7(1):41-46.

15
Wardani, D., Sujana, D. 2020. Analisis Kadar Protein dan Vitamin C Dalam Tahu Kedelai
Hitam (Glycine soja (L.) Merill) dan Kedelai Kuning (Glycine max (L.) Merill)
Dengan Metode Kjeldahl dan Titrasi Iodimetri. Jurnal Ilmiah Farmako Bahari.
11(1):57-66.
Yuliansyah, A. B., Wajizah, S., Samadi. 2017. Prediksi Kandungan Bahan Kering, Protein
Kasar dan Serat Kasar Pada Kulit Kopi (Coffea Sp.) Sebagai Bahan Ternak Dengan
Menggunakan Metode Near Infrared Reflectance Spectroscopy (NIRS). Prosiding
Seminar Teknologi dan Agribisnis Peternakan V. 68-76.
Triyanto, E., B. W. H. E. Prasetyono., S. Mukhodiningsih. 2013. Pengaruh Bahan
Pengemas dan Lama Simpan Terhadap Kualitas Fisik dan Kimia Wafer Pakan
Komplit Berbasis Limbah Agroindustri. Animal Agriculture Journal. 2(1):400-409.
Wulandari, S., F. Fathul., Liman. 2015. Pengaruh Berbagai Komposisi Limbah Pertanian
Terhadap Kadar Air, Abu dan Serat Kasar Pada Wafer. Jurnal Ilmiah Peternakan
Terpadu. 3(3):104-109.

16
LAMPIRAN

1. Alat dan Bahan Penetapan Kadar Air/Bahan Kering

Eksikator Cawan Porselin Timbangan analitik

Penjepit Oven 105˚C Sampel Pakan

2. Alat dan Bahan Penetapan Kadar Abu/Bahan Anorganik

Eksikator Cawan Porselin/aldisk Timbangan analitik

Penjepit Tanur 550-600 ˚C Sampel pakan

17
3. Alat dan Bahan Penetapan Kadar Protein Kasar

Timbangan analitik Labu kjeldhal Gelas ukur 5 ml

Erlenmeyer 300 ml Beaker glass 300 ml Pipet volume 25 ml

Buret Tabung destilasi-titrasi Blower

Kompor listrik H₂SO₄ Tablet kjeldhal

Aquades NaOH Indikator

18
Sampel pakan Asam borat

4. Alat dan Bahan Penetapan Kadar Lemak Kasar

Timbangan analitik Eksikator Gelas ukur

Beaker glass (lemak) Oven vaccum 80˚C Alat ekstraksi goldfish

Penjepit Kertas saring whatman n-hexan

Sampel pakan

19
5. Alat dan Bahan Penetapan Kadar Serat Kasar

Timbangan analitik Eksikator Tanur 550-600˚C

Oven 105 ˚C Alat untuk mendidihkan

Beaker glass
Cawan filtrasi/Crusible H₂SO₄ HCL

Aceton NaOH EDTA

Aquades panas Sampel pakan

20
LITERATUR

21
22
23
24
25
26
27
28

Anda mungkin juga menyukai