DISUSUN OLEH:
NAMA : YUSNAENI
NIM : 2122060078
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
B. Tujuan Praktikum
A. Analisa Proksimat
a. Kadar air
Kadar air dalam bahan pangan sangat mempengaruhi kualitas dan
daya simpan dari bahan pangan tersebut. Oleh karena itu, penentuan
kadar air dari suatu bahan pangan sangat penting agar dalam proses
pengolahan maupun pendistribusian mendapat penanganan yang
tepat Hafez, E.S.E. (2000).
Defano (2000) menyatakan ditiap bahan pakan yang paling kering
sekalipun,masih terdapat kandungan air walaupun dalam jumlah yang
kecil.Bahan yang paling banyak mengadung kadar air adalah tepung
kedele dengan nilai 18,1490 dan yang memiliki berat kering paling besar
adalah tepung darah dengan nilai 99,7501.Kadar bahan kering ini pun
dapat berubah-ubah,tergantung dari suhu dan kelembaban dari suatu
wilayah ternak itu dipelihara.
Banyaknya kadar air dalam suatu bahan pakan dapat diketahui bila
bahan pakan tersebut dipanaskan pada suhu 105⁰C. Bahan kering
dihitung sebagai selisih antara 100% dengan persentase kadar air suatu
bahan pakan yang dipanaskan hingga ukurannya tetap (Anggorodi,
1994). Kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan yang dapat
dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) atau berat kering (dry
basis). Metode pengeringan melalui oven sangat memuaskan untuk
sebagian besar makanan, akan tetapi beberapa makanan seperti silase,
banyak sekali bahan-bahan atsiri (bahan yang mudah terbang) yang bisa
hilang pada pemanasan tersebut (Winarno, 1997).
b. Kadar Abu
Analisa kadar abu bertujuan untuk memisahkan bahan organik dan
bahan anorganik suatu bahan pakan. Kandungan abu suatu bahan pakan
menggambarkan kandungan mineral pada bahan tersebut. Menurut
Cherney (2000) abu terdiri dari mineral yang larut dalam detergen dan
mineral yang tidak larut dalam detergen Kandungan bahan organik suatu
pakan terdiri protein kasar, lemak kasar, serat kasar dan bahan ekstrak
tanpa nitrogen (BETN).
Karra (2007) menyatakan bahwa pemanasan di dalam tanur adalah
dengan suhu 400-600 derajat Celcius dan Halim (2006) menyatakan
bahwa zat anorganik yang tertinggal di dalam pemanasan dengan tanur
disebut dengan abu (ash) . Disini, bahan pakan ternak yang paling banyak
mengandung kadar abu adalah tepung kulit kerang dengan persentase
92,9000. Ini disebabkan karena tepung kulit kerang memang terdiri
bahan anorganik yang terdiri dari mineral - mineral seperti kapur.
Jumlah abu dalam bahan pakan hanya penting untuk menentukan
perhitungan bahan ekstrak tanpa nitrogen (Soejono, 1990). Kandungan
abu ditentukan dengan cara mengabukan atau membakar bahan pakan
dalam tanur, pada suhu 400-600oC sampai semua karbon hilang dari
sampel, dengan suhu tinggi ini bahan organik yang ada dalam bahan
pakan akan terbakar dan sisanya merupakan abu yang dianggap mewakili
bagian inorganik makanan. Namun, abu juga mengandung bahan organik
seperti sulfur dan fosfor dari protein, dan beberapa bahan yang mudah
terbang seperti natrium, klorida, kalium, fosfor dan sulfur akan hilang
selama pembakaran. Kandungan abu dengan demikian tidaklah
sepenuhnya mewakili bahan inorganik pada makanan baik secara
kualitatif maupun secara kuantitatif (Anggorodi, 1994).
c. Protein Kasar
Anggorodi (2005) menyatakan protein adalah esensial bagi
kehidupan karena zat tersebut merupakan protoplasma aktif dalam semua
sel hidup.Bahan yang paling banyak mengandung protein kasar adalah
bungkil kedele.Karena nya,bungkil kedele mengandung asam amino
paling tinggi dari bahan yang kami praktikumkan. Susi(2001)
menyatakan bahwa bahan ekstrak tanpa nitrogen adalah kandungan zat
makanan dikurangi persentase air,abu,protein kasar,lemak kasar,dan serat
kasar. Kadar Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen dihitung sebagai nutrisi
sampingan dari protein.
Kadar protein pada analisa proksimat bahan pakan pada umunya
mengacu pada istilah protein kasar. Protein kasar memiliki pengertian
banyaknya kandungan nitrogen (N) yang terkandung pada bahan tersebut
dikali dengan 6,25. Definisi tersebut berdasarkan asumsi bahwa rata-rata
kandungan N dalam bahan pakan adalah 16 gram per 100 gram protein
(NRC, 2001). Protein kasar terdiri dari protein dan nitrogen bukan
protein (NPN) (Cherney, 2000).
Protein merupakan salah satu zat makanan yang berperan dalam
penentuan produktivitas ternak. Jumlah protein dalam pakan ditentukan
dengan kandungan nitrogen bahan pakan kemudian dikali dengan faktor
protein 6,25. Angka 6,25 diperoleh dengan asumsi bahwa protein
mengandung 16% nitrogen. Kelemahan analisis proksimat untuk protein
kasar itu sendiri terletak pada asumsi dasar yang digunakan. Pertama,
dianggap bahwa semua nitrogen bahan pakan merupakan protein,
kenyataannya tidak semua nitrogen berasal dari protein dan kedua,
bahwa kadar nitrogen protein 16%, tetapi kenyataannya kadar nitrogen
protein tidak selalu 16% (Soejono, 1990). Menurut Siregar (1994)
senyawa-senyawa non protein nitrogen dapat diubah menjadi protein
oleh mikrobia, sehingga kandungan protein pakan dapat meningkat dari
kadar awalnya. Sintesis protein dalam rumen tergantung jenis makanan
yang dikonsumsi oleh ternak. Jika konsumsi N makanan rendah, maka N
yang dihasilkan dalam rumen juga rendah. Jika nilai hayati protein dari
makanan sangat tinggi maka ada kemungkinan protein tersebut
didegradasi di dalam rumen menjadi protein berkualitas rendah.
d. Lemak Kasar
Khairul(2009) menyatakan bahwa lemak kasar yang dihasilkan
dari penentuan lemak kasar adalah ekstraksi dari klorofil,xanthofil,dan
karoten. Bahan yang mengandung banyak lemak kasar adalah tepung
kedele.Ini dikarenakan tepung kedele merupakan sumber lemak
nabati. Cherney (2000) melaporkan bahwa lemak kasar terdiri dari lemak
dan pigmen. Zat-zat nutrien yang bersifat larut dalam lemak seperti
vitamin A, D, E dan K diduga terhitung sebagai lemak kasar. Pigmen
yang sering terekstrak pada analisa lemak kasar seperti klorofil atau
xanthophil. Analisa lemak kasar pada umumnya menggunakan senyawa
eter sebagai bahan pelarutnya, maka dari itu analisa lemak kasar juga
sering disebut sebagai ether extract .
Kandungan lemak suatu bahan pakan dapat ditentukan dengan
metode soxhlet, yaitu proses ekstraksi suatu bahan dalam tabung soxhlet
(Soejono, 1990). Lemak yang didapatkan dari analisis lemak ini bukan
lemak murni. Selain mengandung lemak sesungguhnya, ekstrak eter juga
mengandung waks (lilin), asam organik, alkohol, dan pigmen, oleh
karena itu fraksi eter untuk menentukan lemak tidak sepenuhnya benar
(Anggorodi, 1994). Penetapan kandungan lemak dilakukan dengan
larutan heksan sebagai pelarut. Fungsi dari n heksan adalah untuk
mengekstraksi lemak atau untuk melarutkan lemak, sehingga merubah
warna dari kuning menjadi jernih (Mahmudi, 1997).
e. Serat Kasar
Serat kasar terdiri dari selulosa, hemiselulosa dan lignin. Selulosa
dan hemiselulosa merupakan komponen dinding sel tumbuhan dan tidak
dapat dicerna oleh ternak monogastrik. Hewan ruminansia mempunyai
mikroorganisme rumen yang memiliki kemampuan untuk mencerna
selulosa dan hemiselulosa (Chandra. 2001).
Fraksi serat kasar mengandung selulosa, lignin, dan hemiselulosa
tergantung pada species dan fase pertumbuhan bahan tanaman
(Anggorodi, 1994). Pakan hijauan merupakan sumber serta kasar yang
dapat merangsang pertumbuhan alat-alat pencernaan pada ternak
yang sedang tumbuh. Tingginya kadar serat kasar dapat menurunkan
daya rombak mikroba rumen (Farida, 1998) menyatakan bahwa Serat
kasar merupakan kemudahan bagi makluk hidup untuk mendapatkan zat-
zat yang dibutuhkan oleh tubuh. Danuarsa, (2006) menyatakan bahwa
kandungan serat kasar yang tinggi padapakan akan menurunkan
koefisiensi cerna dalam bahan pakan tersebut,karena serat kasar
megandung bagian yang sukar untuk dicerna. Danuarsa,
(2006) menyatakan bahwa Serat kasar adalah semua zat organik yang
tidak larut dalam H2SO4 0,3 N dan dalam NaOH 1,5 N yang berturur-
turut dimasak selama 30 menit.. Kamal (1998) menyatakan analisis kadar
serat kasar adalah usaha untuk mengetahui kadar serat kasar dalam bahan
baku pakan pelaksanaan dilaboratorium biasanya dilakukan secara
kimiawi dengan metode mendell.
Cairan retikulorumen mengandung mikroorganisme, sehingga
ternak ruminasia mampu mencerna hijauan termasuk rumput-rumputan
yang umumnya mengandung selulosa yang tinggi (Tillman et al., 1991).
Langkah pertama metode pengukuran kandungan serat kasar adalah
menghilangkan semua bahan yang terlarut dalam asam dengan
pendidihan dengan asam sulfat bahan yang larut dalam alkali dihilangkan
dengan pendidihan dalam larutan sodium alkali. Residu yang tidak larut
adalah serat kasar (Soejono, 1990).
Serat kasar merupakan bagian dari karbohidrat dan didefinisikan
sebagai fraksi yang tersisa setelah didigesti dengan larutan asam sulfat
standar dan sodium hidroksida pada kondisi terkondisi (Suparjo, 2010).
Serat kasar sebagian besar berasal dari sel dinding tanaman dan
mengandung selulosa, hemiselulosa dan lignin (Suparjo, 2010). Lu et
al. (2005) menyatakan bahwa serat pakan secara kimiawi dapat
digolongkan menjadi serat kasar, neutral detergent fiber, acid detergent
fiber, acid detergent lignin, selulosa dan hemiselulosa. Peran serat pakan
sebagai sumber energi erat kaitannya dengan proporsi penyusun
komponen serat seperti selulosa, hemiselulosa dan lignin (Suparjo, 2010).
Menurut Cherney (2000) serat kasar terdiri dari lignin yang tidak larut
dalam alkali, serat yang berikatan dengan nitrogen dan selulosa.
METODOLOGI
Hari : Jumat
KADAR AIR
1. Alat :
- Oven
- Lumpang
- Cawan porselin
- Alat penjepit
- Desikator
- Sendok contoh stainless steel
- Timbangan analitik,kepekaan 0,01 mg
2. Bahan :
- Sampel (UDANG)
- Tidak dibutuhkan bahan kimia
KADAR ABU
1. Alat :
- Timbangan analitik kepekaan 0,1 mg
- Cawan abu porselin
- Tungku pengabuan
- Blender
- Alat penjepit
- Desikator
- Sendok contoh,stainless steel.
- Lumpang
2. Bahan :
- Sampel (UDANG)
- Tidak dibutuhkan bahan kimia
KADAR LEMAK
1. Alat :
- Labu lemak
- Soxlet / alat ekstraksi lemak
- Timbangan analitik
- Pemanas Listrik
- Selongsong lemak
- Alat destilasi
- Oven / alat pengering
- Lumpang
2. Bahan :
- Sampel (UDANG)
- Kapas bebas lemak
- Diethyl eter
KADAR PROTEIN
1. Alat :
- Blender
- Timbangan analitik
- Vortex
- Kertas saring
- Corong kaca
- Pipet tetes
- Gelas ukur
- Alat setrifuge
- Spatula
- Erlenmeyer
- Spektrophotometer
- Labu ukur
- Panci dandang (penangas air)
- Tabung reaksi
- Lumpang
2. Bahan :
- Filtrat sampel (UDANG)
- Amonium sulfat
- Buffer PH 5
- Reagent biuret
- Aquades
KADAR KARBOHIDRAT
1. Alat :
- Pemanas listrik
- Neraca analitik
- Pendingin (condensor)
- Homogeneser
- Labu alas bulat
- Waterbath
- Erlenmeyer
- Buret
- Pipet volumetri dan pipet ukur
- Lumpang
2. Bahan :
- Sampel (UDANG)
- Larutan Luff Schoorl
- Larutan Kalium Iodida 20%
- Asam sulfat 4 N
- Larutan indikator kanji 1 %
- Larutan Natrium tio sulfat 0,1 N
PROSEDUR KERJA
KADAR AIR
1. Persiapan contoh : udang
2. Haluskan contoh (sampel udang) dengan lumping porselin.
3. Timbang berat cawan porselin (berat cawan),catat dan nolkan
timbangan.
4. Masukkan contoh (sampel udang) yang telah dihaluskan ke dalam
clumping porselin (berat cawan) ± 2 gram kemudian timbang
(berat cawan + contoh awal).
5. Keringkan cawan yang telah diisi dengan contoh ke dalam oven
vakuum pada suhu 100oC, selama 5 jam atau oven biasa selama
semalam, atau sampai berat konstan.
6. Dinginkan cawan porselin kedalam desikator dengan
menggunakan alat penjepit, selama kira-kira 30 menit kemudian
timbang (berat cawan + contoh kering).
KADAR ABU
1. Hancurkan contoh (sampel udang) sampai halus .
2. Pijarkan cawan abu porselin sampai merah dalam tungku
pengabuan yang bersuhu sekitar 650oC selama 1 jam. Suhu
tungku pengabuan harus dinaikkan bertahap.
3. Setelah suhu tungku pengabuan turun menjadi sekitar 40oC,
ambil cawan abu porselin dan dinginkan dalam desikator selama
30 menit kemudian timbang berat cawan abu porselin kosong
(berat cawan porselin).
4. Kedalam cawan abu porselin masukkan ±2 gr contoh yang telah
dihomogenkan kemudian masukkan kedalam tungku
pengabuan.Suhu dinaikkan secara bertahap sampai 650oC .Total
pemanasan dilakukan selama 8 jam atau 1 malam sampai
diperoleh abu berwarna putih.
5. Setelah suhu tungku pengabuan turun menjadi sekitar 40oC,
ambil cawan abu porselin dalam desikator selama 30 menit
dengan menggunakan alat penjepit dan timbang beratnya. (berat
cawan dengan abu).
KADAR LEMAK
1. Sampel dihaluskan,kemudian ditimbang sebanyak 2 gr.
2. Sampel di masukkan ke dalam kertas saring,yang menyerupai
tabung yang sebelumnya diisi kapas dan pada kedua ujungnya
diikat hingga rapat, sampai benar-benar tidak terjadi kebocoran
pada kertas saring.
3. Labu lemak ditimbang beratnya (berat kosong labu lemak).
4. Masukkan tabung kertas tadi ke dalam selongsong soxhlet lalu
diisi dengan larutan dietil eter sebanyak 200 ml.
5. Tunggu selama 1 jam dengan 7 kali putaran pada alat soxhlet.
6. Dinginkan dalam desikator, timbang kembali dan catat beratnya
(berat labu lemak + ekstrak lemak).
KADAR PROTEIN
1. Timbang masing-masing sampel sebanyak 100 g, masukkan
ke dalam lumping porselin kemudian tambahkan 500 mL
aquades.
2. Lalu gerus daging udang hingga halus
3. Siapkan 5 mL filtrat sampel, tambahkan sedikit demi sedikit
ammonium sulfat kristal sambil di vortex sampai jenuh.
4. Kemudian disentrifus 2000 rpm selama 10 menit.
5. Ambil lapisan yang atas, masukkan ke dalam labu ukur 10
mL, larutkan dengan buffer Asetat pH 5.
6. Pipet 5 mL larutan yang terbentuk dan masukkan ke dalam
tabung reaksi, kemudian tambahkan 10 mL reagen Biuret.
7. Homogenkan dengan menggunakan vortex.
8. Inkubasi pada suhu ruang selama 10 menit.
9. Baca absorbansi pada spektrofotometer dengan panjang
gelombang maksimum yang telah diperoleh.
KADAR KARBOHIDRAT
Tahap destruksi
Ke dalam labu kjedahl masukkan contoh yang sudah dirajang
kecil – kecil.
Tambahkan 2 buah tablet katalis atau 3,5 gr katalis mixture.
Tambahkan 15 ml H2SO4 dan 3 ml H2O2 (diamkan 10 menit).
Destruksi pada suhu 415
Dinginkan.
Tahap destilasi
Hasil destruksi ditambahkan 50 - 75 ml aquadest.
Tambahkan 50 – 75 ml NaOH.
Didestilasi,tampung hasil destilat dengan erlenmeyer berisi 25 ml
H3BO3. 4% yang telah ditambahkan Indicator Metil Merah dan
Bromcresol green.
Lakukan destilasi,sampai volume destilat mencapai 150 ml.
Tahap titrasi
Titrasi dengan HCl 0,2 N sampai berubah warna dari hijau
menjadi abu-abu netral.
Lakukan pengerjaan blanko.
BAB IV
A.HASIL
B. Pembahasan
Pada tabel kadar air, dapat kita lihat bahwa ada empat jenis
contoh / sampel yang diamati. Yaitu: jagung, udang,ikan bandeng,dan
daging sapi. Pada tabel tersebut, jumlah kadar air yang paling tinggi
terdapat pada sampel 1.jagung dengan jumlah kadar airnya sebesar
78,14. Sedangkan, jumlah kadar air yang paling rendah terdapat pada
sampel udang dengan jumlah kadar airnya sebesar 69,21.
Pada tabel kadar abu, juga terdapat empat sampel yang diamati,
yaitu: jagung, udang,ikan bandeng,dan daging sapi. Pada tabel
tersebut, dapat kita lihat bahwa kadar abu yang paling tinggi terdapat
pada sampel udang dengan jumlah kadar abu sebesar 1,026.
Sedangkan, kadar abu yang paling rendah terdapat pada sampel jagung
dengan jumlah 0,70.
Pada tabel kadar lemak, sampel yang diamati itu sama dengan
kadar yang lainnya. Pada tabel tersebut, dapt kita lihat bahwa jumlah
kadar lemak yang paling tinggi terdapat pada sampel daging sapi
dengan jumlahkadar lemak sebesar 9,52. Sedangkan, jumlah kadar
lemak yang paling rendah terdapat pada sampel jagung dengan jumlah
kadar lemak sebesar 2,00.
Pada tabel kadar protein, dapat kita lihat bahwa jumlah kadar
protein yang paling tinggi terdapat pada sampel udang dengan jumlah
proteinya sebesar 19,83. Sedangkan, kadar protein yang paling rendah
terdapat pada ikan bandeng dengan jumlah proteinya sebesar 5,96.
Pada tabel kadar karbohidrat, dapat kita lihat bahwa jumlah
kadar karbohidrat yang paling tinggi juga terdapat pada daging sapi
dengan jumlah karbohidrat sebesar 0,175. Sedangkan, jumlah kadar
karbohidrat yang paling rendah terdapat pada sampel jagung dengan
jumlah karbohidrat sebesar 0,008.
Pada tabel di atas dapat kita lihat bahwa pada tanaman pangan
jangung memiliki datang proksimat yang paling rendah,karna pada
tanaman jagung manis adalah tanaman hasil dari beberapa gabung
gen sehingga mempengaruhu kadar atau kandungan proksimat pada
jagung.itulah mengapa pada tabel di atas kadar proksimat sangat
rendah. Sedangkan pada tabel yang sama analisis proksimat paling
tinggi pada sampel udang.karna udang memiliki niai gizi yang tinggi.
KADAR AIR
Perhitungan :
B -C
Kadar Air = ------------- x 100%
B- A
Dimana : A : Berat cawan
B : Berat cawan + contoh awal
C : Berat cawan + contoh kering
KADAR ABU
Perhitungan :
B - A
% Kadar Abu Total = ----------------------- x 100%
Berat contoh
KADAR LEMAK
Perhitungan :
B-A
% Kadar Lemak = ------------------------ x 100%
Gr contoh
KADAR KARBOHIDRAT
Perhitungan :
A x B x C x F x 100
% Kadar Karbohidrat = ------------------------------
Gr contoh x 1000
Sedangkan untuk mengetahi data atau hasil dari kadar protein kita
harus menggunakan exel dengan rumus
Y = a + bx
X=Y- a
B
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Pada saat praktikum berlangsung praktikan harus berhati-
hati dalam pengerjaan agar tidak terjadi kecelakaan kerja
yang berakibat fatal,dan kita harus ematuhi peraturan yang
ada pad laboratorium.