Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM 

MATA KULIAH : ANALISIS BAHAN DAN PRODUK AGROINDUSTRI


MODUL : ANALISIS PROKSIMAT
DOSEN : ITA JUWITA, S. Si, M. Si
PLP  : 1. SURIATI, S.TP
2. SATRIANI, A.Md.Pi
3. SAHRIAWATI, S.Pi., MT

DISUSUN OLEH:

NAMA : YUSNAENI

NIM : 2122060078

KELAS : AGROINDUSTRI B/B2

PROGRAM STUDI AGROINDUSTRI

JURUSAN PENGOLAHAN DAN PENYIMPANAN HASIL PERIKANAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKAJENE KEPULAUANTAHUN


2022
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Penyediaan bahan pakan pada dasarnya bertujuan untuk


memenuhi kebutuhan zat makanan yang diperlukan oleh ternak.
Pemilihan bahan pakan tidak akan terlepas dari ketersediaan zat
makanan itu sendiri yang dibutuhkan oleh ternak. Untuk mengetahui
berapa jumlah zat makanan yang diperlukan oleh ternak serta cara
menyusun ransum, diperlukan penetahuan mengenai kualitas
dan kuantitas zat makanan. Merupakan suatu keuntungan bahwa
zat makanan, selain mineral dan vitamin, tidak mempunyai sifat kimia
secara individual. Zat makanan sumber energi memiliki kandungan
karbon, hidrogen dan oksigen, sedangkan protein terdiri dari asam
amino dan mengandung sekitar 16 persennitrogen. Secara garis besar
jumlah zat makanan dapat dideterminasi dengan analisis kimia,
seperti analisis proksimat dan analisis serat. Zat makanan dapat
ditentukan dengan analisis proksimat, dan terhadap pakan berserat
analisis proksimat lebih dikembangkan lagi menjadi analisis serat.

ANALISIS PROKSIMAT(Proximate Analysis)

Analisis proksimat pertama kali dikembangkan di Weende


Experiment Station Jerman oleh HennerbergdanStokmann. Oleh
karenanya analisis ini sering juga dikenal dengan analisis
WEENDE. Analisis proksimat menggolongkan komponen yang ada
pada bahan pakan berdasarkan komposisi kimia dan fungsinya (Tabel
1 ; Gambar 1), yaitu : air (moisture), abu (ash), protein kasar (crude
protein), lemak kasar (ether extract), serat kasar (crude fiber) dan
bahan ekstrak tanpa nitrogen (nitrogen free extract). Analisis
proksimat menggo-longkan vitamin berdasarkan kelarutannya.
Vitamin yang larut dalam air dimasukkan ke dalam fraksi air,
sedang yang larut dalam lemak dimasukkan ke dalam lemak kasar.

Tabel 1 . Komponen Berbagai Fraksi Hasil Analisis Proksimat


Fraksi Komponen
Air Air dan senyawa organik yang mudah menguap
Abu Unsur mineral
Protein Kasar Protein, asamamino, NPN
Lemak Kasar Lemak, minyak, asam organik, lilin, pigmen,
vitaminADEK
Serat Kasar Hemiselulosa, selulosa, lignin BETNPati, gula,
selulosa, hemiselulosa,lignin

Kelebihan analisis proksimat, antara lain:


(a). kebanyakan laboratorium menggunakan sistem ini, (b). alat
mahal dan canggih kurang dibutuhkan, (c). menghasilkan hasil analisis
secara garis besar, (d).dapat menghitung Total Digestible Nutrient (TDN)
berdasarkan hasil
analisis proksimat dan (e). memberikan penilaian secara umum
pemanfaatan makanan pada ternak.

Disamping kelebihannya, terdapat juga kelemahan analisis proksimat,


yaitu: (a). sistem tidak mencerminkan zat makanan secara individu
dari bahan makanan, (b). kurang tepat, terutama untuk analisis serat kasar
dan lemak kasar, akibatnya untuk kalkulasi BETN juga kurang
tepat, (c). proses membutuhkan waktu yang cukup lama (d). tidak
dapat menerangkan lebih jauh tentang daya cerna, palatabilitas dan
tekstur suatu bahan pakan dan (e). problem utama dari sistem
WEENDE adalah untuk serat kasar, ekstrak ether dan BET

Analisis proksimat merupakan suatu metode analisis secara kimia


untuk mengidentifikasikan kandungan zat makanan dari suatu bahan
pakan atau pangan. Komponen fraksi yang dianalisis masih mengandung
komponen lain dengan jumlah yang sangat kecil, yang seharusnya tidak
masuk ke dalam fraksi yang dimaksud, itulah sebabnya mengapa hasil
analisis proksimat menunjukkan angka yang mendekati angka fraksi
yang sesungguhnya.
Analisis proksimat berupa analisa kadar air, kadar abu, bahan
kering, analisa protein kasar, lemak kasar dan analisa serat kasar. Pada
setiap analisis terdapat metode – metode yang berbeda. Pada dasarnya,
analisis proksimat bermanfaat dalam mengidentifikasi kandungan zat
makanan dari suatu bahan pakan atau pangan yang belum diketahui
sebelumnya yang selanjutnya disebut sampel. Selain dari itu, analisis
prokimat merupakan dasar dari analisis-analisis yang lebih lanjut.
Analisis proksimat bermanfaat dalam menilai dan menguji kualitas
suatu bahan pakan atau pangan dengan membandingkan nilai standar zat
makanan atau zat pakan dengan hasil analisisnya. Dengan demikian
analisis proksimat ini dapat bermanfaat bagi dunia peternakan, terutama
dalam pemberian nutrisi yang dapat memenuhi kebutuhan ternak. Maka
dari itu Berdasarkan uraian di atas, praktikum tentang analisis proksimat
ini penting untuk dilakukan untuk menunjang pengetahuan tentang cara
untuk mengetahui kadar nutrisi dalam suatu pakan.

B. Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui analisis proksimat


berupa  kadar air, kadar abu, protein kasar,  lemak kasar dan serat kasar
pada sampel yaitu udang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Analisa Proksimat

Analisis proksimat merupakan metode yang tidak menguraikan


kandungan nutrien secara rinci, namun berupa nilai perkiraan (Soejono,
1990). Metode ini dikembangkan oleh Henneberg dan Stockman dari
Weende Experiment Station di Jerman pada tahun 1865 (Tillman et al.,
1991).
Analisis makronutrien analisis proksimat meliputi kadar abu total,
air total, lemak total, protein total dan karbohidrat total, sedangkan untuk
kandungan mikronutrien difokuskan pada provitamin A (β-karoten)
(Sudarmadji et al., 1996). Analisis vitamin A dan provitamin A secara
kimia dalam buah-buahan dan produk hasil olahan dapat ditentukan
dengan berbagai metode diantaranya kromatografi lapis tipis,
kromatografi kolom absorpsi, kromatografi cair kinerja tinggi,
kolorimetri dan spektrofotometri sinar tampak (Susi .  2001).
Analisa proksimat merupakan pengujian kimiawi untuk
mengetahui kandungan nutrien suatu bahan baku pakan atau pakan.
Metode analisa proksimat pertama kali dikembangkan oleh Henneberg
dan Stohman pada tahun 1860 di sebuah laboratorium penelitian di
Weende, Jerman (Hartadi et al., 1997). McDonald et al. (1995)
menjelaskan bahwa analisa proksimat dibagi menjadi enam fraksi nutrien
yaitu kadar air, abu, protein kasar, lemak kasar, serat kasar dan bahan
ekstrak tanpa nitrogen (BETN).
Analisis proksimat mulai dikembangkan oleh Wilhelm Henneberg
dan asistennya Stohman pada tahun 1960 di laboratorium Wende di
Jerman. Oleh karena itu analisis model ini dikenal juga dengan analisis
Wendee. Pada prinsipnya bahan pakan terdiri atas dua bagian yaitu air
dan bahan kering yang dapat diketahui melalui pemanasan pada suhu
105°C. Selanjutnya bahan kering ini dapat dipisahkan antara kadar abu
dan kadar bahan organik melalui pembakaran dengan suhu 500°C
( Sutardi, 2012 ).
Sutardi (2012) menambahkan bahan organik dapat dipisahkan
menjadi komponen nitrogennya yang kemudian dihitung sebagai protein
dengan teknik kyeldahl dan bagian lainya adalah bahan organik tanpa
nitrogen. Bahn organik tanpa N dapat dipisahkan menjadi karbohidrat
dan lemak. Selanjutnya karbohidrat dapat dipisah menjadi serat kasar dan
bahan ekstrak tanpa nitrogen.
Bahan pakan mengandung zat-zat kimia yang secara umum semua
makanan mengandung air yang lebih banyak dari kandungan lain. Tinggi
rendahnya kadar air mempengaruhi kebutuhan hewan akan air minum.
Banyaknya air yang terkandung pada suatu bahan makanan dapat
diketahui jika bahan tersebut dipanaskan atau dikeringkan pada
temperatur tertentu. Menurut Krishna (1980), komponen air adalah air
dan senyawa organik yang mudah menguap. Abu sendiri terdiri dari
unsur mineral, namun bervariasinya kombinasi unsur mineral dalam
bahan pakan asal tanaman menyebabkan abu tidak dapat dipakai sebagai
indek untuk menentukan jumlah unsur mineral tertentu.

a. Kadar air
Kadar air dalam bahan pangan sangat mempengaruhi kualitas dan
daya simpan dari bahan pangan tersebut. Oleh karena itu, penentuan
kadar air dari suatu bahan pangan sangat penting agar dalam proses
pengolahan maupun pendistribusian mendapat penanganan yang
tepat Hafez, E.S.E. (2000).
Defano (2000) menyatakan ditiap bahan pakan yang paling kering
sekalipun,masih terdapat kandungan air walaupun dalam jumlah yang
kecil.Bahan yang paling banyak mengadung kadar air adalah  tepung
kedele dengan nilai 18,1490 dan yang memiliki berat kering paling besar
adalah tepung darah dengan nilai 99,7501.Kadar bahan kering ini pun
dapat berubah-ubah,tergantung dari suhu dan kelembaban dari suatu
wilayah ternak itu dipelihara.
Banyaknya kadar air dalam suatu bahan pakan dapat diketahui bila
bahan pakan tersebut dipanaskan pada suhu 105⁰C. Bahan kering
dihitung sebagai selisih antara 100% dengan persentase kadar air suatu
bahan pakan yang dipanaskan hingga ukurannya tetap (Anggorodi,
1994). Kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan yang dapat
dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) atau berat kering (dry
basis). Metode pengeringan melalui oven sangat memuaskan untuk
sebagian besar makanan, akan tetapi beberapa makanan seperti silase,
banyak sekali bahan-bahan atsiri (bahan yang mudah terbang) yang bisa
hilang pada pemanasan tersebut (Winarno, 1997).

b. Kadar Abu
Analisa kadar abu bertujuan untuk memisahkan bahan organik dan
bahan anorganik suatu bahan pakan. Kandungan abu suatu bahan pakan
menggambarkan kandungan mineral pada bahan tersebut. Menurut
Cherney (2000) abu terdiri dari mineral yang larut dalam detergen dan
mineral yang tidak larut dalam detergen Kandungan bahan organik suatu
pakan terdiri protein kasar, lemak kasar, serat kasar dan bahan ekstrak
tanpa nitrogen (BETN).
Karra (2007) menyatakan bahwa pemanasan di dalam tanur  adalah
dengan suhu 400-600 derajat Celcius dan Halim (2006) menyatakan
bahwa zat anorganik yang tertinggal di dalam pemanasan dengan tanur
disebut dengan abu (ash) . Disini, bahan pakan ternak yang paling banyak
mengandung kadar abu adalah  tepung kulit kerang dengan persentase
92,9000. Ini disebabkan karena tepung kulit kerang memang terdiri
bahan anorganik yang terdiri dari mineral - mineral seperti kapur.
Jumlah abu dalam bahan pakan hanya penting untuk menentukan
perhitungan bahan ekstrak tanpa nitrogen (Soejono, 1990). Kandungan
abu ditentukan dengan cara mengabukan atau membakar bahan pakan
dalam tanur, pada suhu 400-600oC sampai semua karbon hilang dari
sampel, dengan suhu tinggi ini bahan organik yang ada dalam bahan
pakan akan terbakar dan sisanya merupakan abu yang dianggap mewakili
bagian inorganik makanan. Namun, abu juga mengandung bahan organik
seperti sulfur dan fosfor dari protein, dan beberapa bahan yang mudah
terbang seperti natrium, klorida, kalium, fosfor dan sulfur akan hilang
selama pembakaran. Kandungan abu dengan demikian tidaklah
sepenuhnya mewakili bahan inorganik pada makanan baik secara
kualitatif maupun secara kuantitatif (Anggorodi, 1994). 

c. Protein Kasar          
Anggorodi (2005) menyatakan protein adalah esensial bagi
kehidupan karena zat tersebut merupakan protoplasma aktif dalam semua
sel hidup.Bahan yang paling banyak mengandung protein kasar adalah
bungkil kedele.Karena nya,bungkil kedele mengandung asam amino
paling tinggi dari bahan yang kami praktikumkan. Susi(2001)
menyatakan bahwa bahan ekstrak tanpa nitrogen adalah kandungan zat
makanan dikurangi persentase air,abu,protein kasar,lemak kasar,dan serat
kasar. Kadar Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen dihitung sebagai nutrisi
sampingan dari protein.
Kadar protein pada analisa proksimat bahan pakan pada umunya
mengacu pada istilah protein kasar. Protein kasar memiliki pengertian
banyaknya kandungan nitrogen (N) yang terkandung pada bahan tersebut
dikali dengan 6,25. Definisi tersebut berdasarkan asumsi bahwa rata-rata
kandungan N dalam bahan pakan adalah 16 gram per 100 gram protein
(NRC, 2001). Protein kasar terdiri dari protein dan nitrogen bukan
protein (NPN) (Cherney, 2000).
Protein merupakan salah satu zat makanan yang berperan dalam
penentuan produktivitas ternak. Jumlah protein dalam pakan ditentukan
dengan kandungan nitrogen bahan pakan kemudian dikali dengan faktor
protein 6,25. Angka 6,25 diperoleh dengan asumsi bahwa protein
mengandung 16% nitrogen. Kelemahan analisis proksimat untuk protein
kasar itu sendiri terletak pada asumsi dasar yang digunakan. Pertama,
dianggap bahwa semua nitrogen bahan pakan merupakan protein,
kenyataannya tidak semua nitrogen berasal dari protein dan kedua,
bahwa kadar nitrogen protein 16%, tetapi kenyataannya kadar nitrogen
protein tidak selalu 16% (Soejono, 1990).  Menurut Siregar (1994)
senyawa-senyawa non protein nitrogen dapat diubah menjadi protein
oleh mikrobia, sehingga kandungan protein pakan dapat meningkat dari
kadar awalnya. Sintesis protein dalam rumen tergantung jenis makanan
yang dikonsumsi oleh ternak. Jika konsumsi N makanan rendah, maka N
yang dihasilkan dalam rumen juga rendah. Jika nilai hayati protein dari
makanan sangat tinggi maka ada kemungkinan protein tersebut
didegradasi di dalam rumen menjadi protein berkualitas rendah.

d. Lemak Kasar
Khairul(2009) menyatakan bahwa lemak kasar yang dihasilkan
dari penentuan lemak kasar adalah ekstraksi dari klorofil,xanthofil,dan
karoten. Bahan yang mengandung banyak lemak kasar adalah tepung
kedele.Ini dikarenakan tepung kedele merupakan sumber lemak
nabati. Cherney (2000) melaporkan bahwa lemak kasar terdiri dari lemak
dan pigmen. Zat-zat nutrien yang bersifat larut dalam lemak seperti
vitamin A, D, E dan K diduga terhitung sebagai lemak kasar. Pigmen
yang sering terekstrak pada analisa lemak kasar seperti klorofil atau
xanthophil. Analisa lemak kasar pada umumnya menggunakan senyawa
eter sebagai bahan pelarutnya, maka dari itu analisa lemak kasar juga
sering disebut sebagai ether extract .
Kandungan lemak suatu bahan pakan dapat ditentukan dengan
metode soxhlet, yaitu proses ekstraksi suatu bahan dalam tabung soxhlet
(Soejono, 1990). Lemak yang didapatkan dari analisis lemak ini bukan
lemak murni. Selain mengandung lemak sesungguhnya, ekstrak eter juga
mengandung waks (lilin), asam organik, alkohol, dan pigmen, oleh
karena itu fraksi eter untuk menentukan lemak tidak sepenuhnya benar
(Anggorodi, 1994). Penetapan kandungan lemak dilakukan dengan
larutan heksan sebagai pelarut. Fungsi dari n heksan adalah untuk
mengekstraksi lemak atau untuk melarutkan lemak, sehingga merubah
warna dari kuning menjadi jernih (Mahmudi, 1997).

e. Serat Kasar
Serat kasar terdiri dari selulosa, hemiselulosa dan lignin. Selulosa
dan hemiselulosa merupakan komponen dinding sel tumbuhan dan tidak
dapat dicerna oleh ternak monogastrik. Hewan ruminansia mempunyai
mikroorganisme rumen yang memiliki kemampuan untuk mencerna
selulosa dan hemiselulosa (Chandra. 2001).
Fraksi serat kasar mengandung selulosa, lignin, dan hemiselulosa
tergantung pada species dan fase pertumbuhan bahan tanaman
(Anggorodi, 1994). Pakan hijauan merupakan sumber serta kasar yang
dapat merangsang pertumbuhan alat-alat pencernaan pada ternak
yang sedang tumbuh. Tingginya kadar serat kasar dapat menurunkan
daya rombak mikroba rumen (Farida, 1998) menyatakan bahwa Serat
kasar merupakan kemudahan bagi makluk hidup untuk mendapatkan zat-
zat yang dibutuhkan oleh tubuh.  Danuarsa, (2006) menyatakan bahwa
kandungan serat kasar yang tinggi padapakan akan menurunkan
koefisiensi cerna dalam bahan  pakan tersebut,karena serat kasar
megandung bagian yang sukar untuk dicerna. Danuarsa,
(2006) menyatakan bahwa Serat kasar adalah semua zat organik yang
tidak larut dalam H2SO4 0,3 N dan dalam NaOH 1,5 N yang berturur-
turut dimasak selama 30 menit.. Kamal (1998) menyatakan analisis kadar
serat kasar adalah usaha untuk mengetahui kadar serat kasar dalam bahan
baku pakan pelaksanaan dilaboratorium biasanya dilakukan secara
kimiawi dengan metode mendell.
Cairan retikulorumen mengandung mikroorganisme, sehingga
ternak ruminasia mampu mencerna hijauan termasuk rumput-rumputan
yang umumnya mengandung selulosa yang tinggi (Tillman et al., 1991).
Langkah pertama metode pengukuran kandungan serat kasar adalah
menghilangkan semua bahan yang terlarut dalam asam dengan
pendidihan dengan asam sulfat bahan yang larut dalam alkali dihilangkan
dengan pendidihan dalam larutan sodium alkali. Residu yang tidak larut
adalah serat kasar (Soejono, 1990).
Serat kasar merupakan bagian dari karbohidrat dan didefinisikan
sebagai fraksi yang tersisa setelah didigesti dengan larutan asam sulfat
standar dan sodium hidroksida pada kondisi terkondisi (Suparjo, 2010).
Serat kasar sebagian besar berasal dari sel dinding tanaman dan
mengandung selulosa, hemiselulosa dan lignin (Suparjo, 2010). Lu et
al. (2005) menyatakan bahwa serat pakan secara kimiawi dapat
digolongkan menjadi serat kasar, neutral detergent fiber, acid detergent
fiber, acid detergent lignin, selulosa dan hemiselulosa. Peran serat pakan
sebagai sumber energi erat kaitannya dengan proporsi penyusun
komponen serat seperti selulosa, hemiselulosa dan lignin (Suparjo, 2010).
Menurut Cherney (2000) serat kasar terdiri dari lignin yang tidak larut
dalam alkali, serat yang berikatan dengan nitrogen dan selulosa.

f. Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN)


Kandungan BETN suatu bahan pakan sangat tergantung pada
komponen lainnya, seperti abu, protein kasar, serat kasar dan lemak
kasar. Jika jumlah abu, protein kasar, esktrak eter dan serat kasar
dikurangi dari 100, perbedaan itu disebut bahan ekstrak tanpa nitrogen
(BETN) (Soejono, 1990). BETN merupakan karbohidrat yang dapat larut
meliputi monosakarida, disakarida dan polisakarida yang mudah larut
dalam larutan asam dan basa serta memiliki daya cerna yang tinggi
(Anggorodi, 2005)
Bahan ekstrak tanpa nitrogen merupakan bagian karbohidrat yang
mudah dicerna atau golongan karbohidrat non-struktural. Karbohidrat
non-struktural dapat ditemukan di dalam sel tanaman dan mempunyai
kecernaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan karbohidrat struktural.
Gula, pati, asam organik dan bentuk lain dari karbohidrat seperti fruktan
termasuk ke dalam kelompok karbohidrat non-struktural dan menjadi
sumber energi utama bagi sapi perah yang berproduksi tinggi.
Kemampuan karbohidrat non-struktural untuk difermentasi dalam rumen
nilainya bervariasi tergantung dari tipe pakan, cara budidaya dan
pengolahan (NRC, 2001). Menurut Cherney (2000) bahan ekstrak tanpa
nitrogen tersusun dari gula, asam organik, pektin, hemiselulosa dan
lignin yang larut dalam alkali
BAB III

METODOLOGI

A. Waktu Dan Tempat

Praktikum ini di laksanakan pada:

Hari : Jumat

Tanggal : 25 November 2022

Tempat : Laboratorium Biokimia

B. Alat Dan Bahan

 KADAR AIR
1. Alat :
- Oven
- Lumpang
- Cawan porselin
- Alat penjepit
- Desikator
- Sendok contoh stainless steel
- Timbangan analitik,kepekaan 0,01 mg
2. Bahan :
- Sampel (UDANG)
- Tidak dibutuhkan bahan kimia
 KADAR ABU
1. Alat :
- Timbangan analitik kepekaan 0,1 mg
- Cawan abu porselin
- Tungku pengabuan
- Blender
- Alat penjepit
- Desikator
- Sendok contoh,stainless steel.
- Lumpang
2. Bahan :
- Sampel (UDANG)
- Tidak dibutuhkan bahan kimia
 KADAR LEMAK
1. Alat :
- Labu lemak
- Soxlet / alat ekstraksi lemak
- Timbangan analitik
- Pemanas Listrik
- Selongsong lemak
- Alat destilasi
- Oven / alat pengering
- Lumpang
2. Bahan :
- Sampel (UDANG)
- Kapas bebas lemak
- Diethyl eter
 KADAR PROTEIN
1. Alat :
- Blender
- Timbangan analitik
- Vortex
- Kertas saring
- Corong kaca
- Pipet tetes
- Gelas ukur
- Alat setrifuge
- Spatula
- Erlenmeyer
- Spektrophotometer
- Labu ukur
- Panci dandang (penangas air)
- Tabung reaksi
- Lumpang
2. Bahan :
- Filtrat sampel (UDANG)
- Amonium sulfat
- Buffer PH 5
- Reagent biuret
- Aquades
 KADAR KARBOHIDRAT
1. Alat :
- Pemanas listrik
- Neraca analitik
- Pendingin (condensor)
- Homogeneser
- Labu alas bulat
- Waterbath
- Erlenmeyer
- Buret
- Pipet volumetri dan pipet ukur
- Lumpang
2. Bahan :
- Sampel (UDANG)
- Larutan Luff Schoorl
- Larutan Kalium Iodida 20%
- Asam sulfat 4 N
- Larutan indikator kanji 1 %
- Larutan Natrium tio sulfat 0,1 N

 PROSEDUR KERJA
 KADAR AIR
1. Persiapan contoh : udang
2. Haluskan contoh (sampel udang) dengan lumping porselin.
3. Timbang berat cawan porselin (berat cawan),catat dan nolkan
timbangan.
4. Masukkan contoh (sampel udang) yang telah dihaluskan ke dalam
clumping porselin (berat cawan) ± 2 gram kemudian timbang
(berat cawan + contoh awal).
5. Keringkan cawan yang telah diisi dengan contoh ke dalam oven
vakuum pada suhu 100oC, selama 5 jam atau oven biasa selama
semalam, atau sampai berat konstan.
6. Dinginkan cawan porselin kedalam desikator dengan
menggunakan alat penjepit, selama kira-kira 30 menit kemudian
timbang (berat cawan + contoh kering).

 KADAR ABU
1. Hancurkan contoh (sampel udang) sampai halus .
2. Pijarkan cawan abu porselin sampai merah dalam tungku
pengabuan yang bersuhu sekitar 650oC selama 1 jam. Suhu
tungku pengabuan harus dinaikkan bertahap.
3. Setelah suhu tungku pengabuan turun menjadi sekitar 40oC,
ambil cawan abu porselin dan dinginkan dalam desikator selama
30 menit kemudian timbang berat cawan abu porselin kosong
(berat cawan porselin).
4. Kedalam cawan abu porselin masukkan ±2 gr contoh yang telah
dihomogenkan kemudian masukkan kedalam tungku
pengabuan.Suhu dinaikkan secara bertahap sampai 650oC .Total
pemanasan dilakukan selama 8 jam atau 1 malam sampai
diperoleh abu berwarna putih.
5. Setelah suhu tungku pengabuan turun menjadi sekitar 40oC,
ambil cawan abu porselin dalam desikator selama 30 menit
dengan menggunakan alat penjepit dan timbang beratnya. (berat
cawan dengan abu).

 KADAR LEMAK
1. Sampel dihaluskan,kemudian ditimbang sebanyak 2 gr.
2. Sampel di masukkan ke dalam kertas saring,yang menyerupai
tabung yang sebelumnya diisi kapas dan pada kedua ujungnya
diikat hingga rapat, sampai benar-benar tidak terjadi kebocoran
pada kertas saring.
3. Labu lemak ditimbang beratnya (berat kosong labu lemak).
4. Masukkan tabung kertas tadi ke dalam selongsong soxhlet lalu
diisi dengan larutan dietil eter sebanyak 200 ml.
5. Tunggu selama 1 jam dengan 7 kali putaran pada alat soxhlet.
6. Dinginkan dalam desikator, timbang kembali dan catat beratnya
(berat labu lemak + ekstrak lemak).

 KADAR PROTEIN
1. Timbang masing-masing sampel sebanyak 100 g, masukkan
ke dalam lumping porselin kemudian tambahkan 500 mL
aquades.
2. Lalu gerus daging udang hingga halus
3. Siapkan 5 mL filtrat sampel, tambahkan sedikit demi sedikit
ammonium sulfat kristal sambil di vortex sampai jenuh.
4. Kemudian disentrifus 2000 rpm selama 10 menit.
5. Ambil lapisan yang atas, masukkan ke dalam labu ukur 10
mL, larutkan dengan buffer Asetat pH 5.
6. Pipet 5 mL larutan yang terbentuk dan masukkan ke dalam
tabung reaksi, kemudian tambahkan 10 mL reagen Biuret.
7. Homogenkan dengan menggunakan vortex.
8. Inkubasi pada suhu ruang selama 10 menit.
9. Baca absorbansi pada spektrofotometer dengan panjang
gelombang maksimum yang telah diperoleh.
 KADAR KARBOHIDRAT

Tahap destruksi
 Ke dalam labu kjedahl masukkan contoh yang sudah dirajang
kecil – kecil.
 Tambahkan 2 buah tablet katalis atau 3,5 gr katalis mixture.
 Tambahkan 15 ml H2SO4 dan 3 ml H2O2 (diamkan 10 menit).
 Destruksi pada suhu 415

 Dinginkan.

Tahap destilasi
 Hasil destruksi ditambahkan 50 - 75 ml aquadest.
 Tambahkan 50 – 75 ml NaOH.
 Didestilasi,tampung hasil destilat dengan erlenmeyer berisi 25 ml
H3BO3. 4% yang telah ditambahkan Indicator Metil Merah dan
Bromcresol green.
 Lakukan destilasi,sampai volume destilat mencapai 150 ml.

Tahap titrasi
 Titrasi dengan HCl 0,2 N sampai berubah warna dari hijau
menjadi abu-abu netral.
 Lakukan pengerjaan blanko.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.HASIL

Tabel 4.1 Hasil pengamatan analisis proksimat

NO Jenis sampel Hasil analisis (%)


Air Abu Lemak Protein Karbohidrat
1 Jagung 78,14 0,70 2,00 18,47 0,008
2 Udang 69,21 1,026 2,85 19,83 0,079
3 Ikan bandeng 75,20 1,10 7,97 5,96 0,053
4 Daging sapi 76,64 1,34 9,52 7,84 0,175

B. Pembahasan
Pada tabel kadar air, dapat kita lihat bahwa ada empat jenis
contoh / sampel yang diamati. Yaitu: jagung, udang,ikan bandeng,dan
daging sapi. Pada tabel tersebut, jumlah kadar air yang paling tinggi
terdapat pada sampel 1.jagung dengan jumlah kadar airnya sebesar
78,14. Sedangkan, jumlah kadar air yang paling rendah terdapat pada
sampel udang dengan jumlah kadar airnya sebesar 69,21.
Pada tabel kadar abu, juga terdapat empat sampel yang diamati,
yaitu: jagung, udang,ikan bandeng,dan daging sapi. Pada tabel
tersebut, dapat kita lihat bahwa kadar abu yang paling tinggi terdapat
pada sampel udang dengan jumlah kadar abu sebesar 1,026.
Sedangkan, kadar abu yang paling rendah terdapat pada sampel jagung
dengan jumlah 0,70.
Pada tabel kadar lemak, sampel yang diamati itu sama dengan
kadar yang lainnya. Pada tabel tersebut, dapt kita lihat bahwa jumlah
kadar lemak yang paling tinggi terdapat pada sampel daging sapi
dengan jumlahkadar lemak sebesar 9,52. Sedangkan, jumlah kadar
lemak yang paling rendah terdapat pada sampel jagung dengan jumlah
kadar lemak sebesar 2,00.
Pada tabel kadar protein, dapat kita lihat bahwa jumlah kadar
protein yang paling tinggi terdapat pada sampel udang dengan jumlah
proteinya sebesar 19,83. Sedangkan, kadar protein yang paling rendah
terdapat pada ikan bandeng dengan jumlah proteinya sebesar 5,96.
Pada tabel kadar karbohidrat, dapat kita lihat bahwa jumlah
kadar karbohidrat yang paling tinggi juga terdapat pada daging sapi
dengan jumlah karbohidrat sebesar 0,175. Sedangkan, jumlah kadar
karbohidrat yang paling rendah terdapat pada sampel jagung dengan
jumlah karbohidrat sebesar 0,008.

Pada tabel di atas dapat kita lihat bahwa pada tanaman pangan
jangung memiliki datang proksimat yang paling rendah,karna pada
tanaman jagung manis adalah tanaman hasil dari beberapa gabung
gen sehingga mempengaruhu kadar atau kandungan proksimat pada
jagung.itulah mengapa pada tabel di atas kadar proksimat sangat
rendah. Sedangkan pada tabel yang sama analisis proksimat paling
tinggi pada sampel udang.karna udang memiliki niai gizi yang tinggi.

Untuk mengetahi hasil dari uji proksimat maka di gunakan rumus


sebagai berikut :

 KADAR AIR
Perhitungan :
B -C
Kadar Air = ------------- x 100%
B- A
Dimana : A : Berat cawan
B : Berat cawan + contoh awal
C : Berat cawan + contoh kering
 KADAR ABU
Perhitungan :
B - A
% Kadar Abu Total = ----------------------- x 100%
Berat contoh

Keterangan : A = Berat cawan porselin (gr)

B = Berat cawan dengan abu (gr)

 KADAR LEMAK
Perhitungan :
B-A
% Kadar Lemak = ------------------------ x 100%

Gr contoh

Dimana : A = Berat kosong labu lemak


B = Berat labu lemak + ekstrak lemak

 KADAR KARBOHIDRAT
Perhitungan :
A x B x C x F x 100
% Kadar Karbohidrat = ------------------------------

Gr contoh x 1000

Keterangan : A = vol (ml) tio (contoh-blangko)


B = Faktor Normalitas, N tio yang digunakan
C = Angka konversi dalam table
F = Faktor pengenceran

Sedangkan untuk mengetahi data atau hasil dari kadar protein kita
harus menggunakan exel dengan rumus

Y = a + bx
X=Y- a
B

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Analisis proksimat merupakan suatu metode analisis secara


kimia untuk mengidentifikasikan kandungan zat makanan dari
suatu bahan pakan atau pangan.analisis proksimat terdiri dari kadar
air,kadar abu, kadar lemak, kadar protein dan kadar karbohidrat.
Kadar proksimat paling tinggi di dapat pada sampel udang
dengan nilai proksimat kadar air 62,21, kadar abu 1,026, kadar
lemak 2,85 kadar protein 19,83 dan kadar karbohidrat sebesar
0,079.
Sedangkan untuk uji proksimat paling rendah yaitu pada sampel
jagung di mana di dapatkan nilai proksimat kadar air 78,14, kadar
abu 0,70, kadar lemak 2,00, kadar protein 18,47 dan kadar
karbohidrat sebesar 0,008.

B. Saran
Pada saat praktikum berlangsung praktikan harus berhati-
hati dalam pengerjaan agar tidak terjadi kecelakaan kerja
yang berakibat fatal,dan kita harus ematuhi peraturan yang
ada pad laboratorium.

Anda mungkin juga menyukai