Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA II

Materi :

PROTEIN

Disusun Oleh :

Lathifa Medri

Kelompok : 13 - Senin

Rekan Kerja : 1. Arum Kusumaning Pratiwi

2. Azka Dewi Salsabila

3. Dio Fani Vernando

LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA


DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2022
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA II
UNIVERSITAS DIPONEGORO

Materi : Protein
Kelompok : 13 - Senin
Anggota : 1. Arum Kusumaning Pratiwi NIM. 21030121140197
2. Azka Dewi Salsabila NIM. 21030121120021
3. Dio Fani Vernando NIM. 21030121120013
4. Lathifa Medri NIM. 21030121120007

Semarang,
Mengetahui
Dosen Pengampu Asisten Pembimbing

Ir. Hantoro Satriadi, M.T. Hasan Mustafa Widayat


NIP. 196001151988101001 NIM. 21030120130082
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Protein merupakan salah satu komponen utama yang terdapat pada bahan
pangan selain lemak dan karbohidrat. Protein merupakan sumber asam amino
yang mengandung unsur- unsur C, H, O , N , S dan P dalam ikatan kimianya.
Fungsi utama protein dalam makhluk hidup adalah sebagai zat pembentuk
sel atau jaringan baru dan mempertahankan sel atau jaringan yang sudah ada agar
tidak mudah rusak. Makhluk hidup membutuhkan protein dari bahan pangan
yang bisa diperoleh dari biji-bijian, daging, ikan maupun sayuran. Kandungan
protein dalam bahan pangan tersebut pada umumnya diwakili oleh dan atau
dinyatakan sebagai unsur nitrogennya. Semakin besar kandungan nitrogennya,
menunjukkan semakin banyak kandungan protein dalam bahan. Beberapa
metode yang dapat digunakan untuk menganalisis kandungan protein dalam
bahan adalah metode Kjeldhal, Lowry, Bradfort, Biuret, turbidimetri, dan titrasi
formol.
Analisa yang akan digunakan adalah metode Kjeldahl. Metode ini paling
banyak digunakan karena penggunaannya mudah dan kesalahannya tidak
terlalu besar. Protein yang diperoleh dengan cara ini biasanya dinyatakan
sebagai total Nitrogen (N, mg/kg bahan). Prinsip dari metode Kjeldahl adalah
destruksi bahan pangan maupun non pangan dengan menggunakan asam sulfat
dan katalis. Prosentase kandungan protein dalam bahan dapat dinyatakan
berdasar basis kering.

1.2 Tujuan Praktikum


1. Menentukan kadar air dalam kacang hijau.
2. Menentukan kadar nitrogen dalam kacang hijau.
3. Menentukan kadar protein dalam kacang hijau.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Protein merupakan suatu senyawa polimer dengan bobot molekul yang sangat
besar, susunannya sangat kompleks serta tersusun dari rangkaian asam amino. Ikatan
utama asam amino yang satu dengan yang lain terjadi karena adanya ikatan peptida,
sehingga protein sering disebut polipeptida. Protein terdiri dari unsur-unsur C, H, O,
dan N serta kadang-kadang dijumpai S dan P. Bila protein dihidrolisa dengan
menggunakan larutan asam atau bantuan enzim, menghasilkan asam amino. Asam
amino adalah salah satu senyawa organik yang mengandung nitrogen, sehingga kadar
protein dan asam amino dapat ditentukan dengan mengukur kadar nitrogen.
Protein mempunyai berbagai kegunaan, diantaranya sebagai zat pembangun,
pengganti sel-sel yang rusak, zat pengemulsi, zat penghasil energi, pembentukan
enzim, buffer untuk mempertahankan pH tubuh, dan penghasil wol dan sutera sintetis
pada industri tekstil. Disamping mengandung protein, bahan pangan biasanya juga
mengandung mineral Natrium, Kalium, Kalsium, Magnesium, zat Besi maupun
mineral lainnya. Keberadaan mineral-mineral (dalam bentuk oksidanya) tersebut dapat
diketahui dari kandungan abunya. Salah satu jenis protein adalah keratin. Struktur
keratin dapat dilihat pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Struktur Keratin


Asam amino merupakan asam organik yang mempunyai gugus karboksil –COO–
yang bersifat asam dan juga gugus –NH3+ yang bersifat basa. Di dalam asam amino
tersebut, baik gugus asamnya maupun basanya bersifat lemah. Berbagai jenis asam
amino antara lain adalah metionin, glisin, asam glutamat, sistein, dan serin. Asam
amino sebelum tersusun menjadi protein, mempunyai bentuk umum sebagai berikut :
R
H2N C COOH
H
Keterangan :
R = rantai samping yang berbeda untuk setiap asam amino dan menentukan sifat suatu
protein.
Contoh :

(Alanin)
Protein dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk molekulnya, komponen,
penyusunnya, asalnya, maupun fungsinya.
1. Berdasarkan bentuk molekul meliputi: Globular, Fibrosa, Konjugasi.
2. Berdasarkan komponen penyusun meliputi: Protein sederhan, Protein
Majemuk/kompleks.
3. Berdasarkan sumbernya meliputi: Nabati, Hewani.
4. Berdasarkan fungsi biologis meliputi: Enzim, Hormon, Pembangun, Kontraktil,
Pengangkut.

2.1 Metode Kjeldahl


Metode ini (AOAC, 2000 dan SNI 01-2354.4-2006) paling banyak
digunakan karena penggunaannya mudah dan kesalahannya tidak terlalu besar.
Metode ini tidak dapat langsung digunakan untuk mengetahui banyaknya protein
atau asam amino suatu zat, karena hasilnya dinyatakan sebagai nitrogen. Untuk
mengetahui kadar proteinnya biasanya kadar nitrogen yang telah diperoleh dari
analisa Kjeldhal dikalikan faktor konversi. Faktor ini berbeda pada berbagai zat
namun diambil rata-ratanya. Untuk berbagai jenis bahan makanan, faktor
konversi N ke protein sebesar 6,25 (jones factor). Umumnya kandungan Nitrogen
dalam protein sekitar 16%, sedang kadar protein dari berbagai biji-bijian (padi,
jagung, sorgum, gandum, lamtoro, kacang kedele, kacang tanah, kacang hijau)
berkisar antara 9,8-42,9% basis kering. Beberapa faktor konversi kandungan N
ke bahan pangan (specific jones factor) dapat dilihat pada tabel berikut:
Bahan Pangan Faktor
1. Telur 6,25
2. Daging 6,25
3. Susu 6,38
4. Gandum 5,83
5. Beras 5,95
6. Kacang Tanah 5,71
7. Kedelai 5,46
Sumber: Merril & Watt, 1973
Analisa kadar N dengan metoda Kjeldahl dilakukan melalui tiga tahap, yaitu:
1) Destruksi
Sampel didestruksi dengan H2SO4 di dalam labu Kjeldahl dengan
menjaga agar tidak banyak uap yang keluar dari labu. Mula-mula cairan dalam
labu menjadi hitam yaitu sewaktu zat-zat terurai menghasilkan karbon. Ketika
larutan akan menjadi jernih yang berarti destruksi telah selesai. Reaksi
destruksi ini ditunjukkan pada persamaan (1) dan (2).

+ H2SO4 + H2O → R – CH2 – COOH +


NH4HSO4 ……………………………….......(1)

R – CH2 – COOH + H2SO4 → CO2 + H2O + SO2 …………….........(2)


2) Destilasi
Destilasi dilakukan dengan menambahkan larutan NaOH kedalam
larutan hasil destruksi protein yang sudah dikonversi menjadi amonium sulfat.
Tujuan penambahan NaOH adalah agar nitrogennya terlepas sebagai amoniak.
Reaksi yang berlangsung ditunjukkan pada persamaan (3).
NH4HSO4 + 2NaOH → Na2SO4 + NH3 + 2H2O ……………….(3)
Amoniak yang terbentuk didinginkan melalui pendingin leibig dan
dialirkan ke larutan asam borat agar terikat sebagai ammonium borat seperti
yang ditunjukkan oleh reaksi pada persamaan (4).
3NH3 + H3BO3 → (NH4)3BO3 ………………………………….(4)
3) Titrasi
Amonium borat yang terbentuk dititrasi dengan HCl. Reaksi yang
terjadi pada titrasi dinyatakan dengan persamaan (5). Dari stoikiometri
persamaan (5) dapat dilihat bahwa mol HCl besarnya tiga (3) kali mol
amonium borat dan dari persamaan (4) dapat dilihat bahwa mol NH3 besarnya
juga tiga (3) kali mol amonium borat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa mol
HCl setara dengan mol ammoniak (NH3) yang ada dalam larutan. Kandungan
nitrogen dapat dihitung berdasar kesetaraan ini. Untuk mengetahui kandungan
proteinnya, maka nilai nitrogennya dikalikan dengan faktornya dari jenis
bahannya.
(NH4)3BO3 + 3HCl → 3NH4Cl + H3BO3 ……………………….(5)
2.2 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan
1. Kondisi bahan (sampel) yang digunakan untuk analisis kadar air sama dengan
bahan yang digunakan untuk proses destruksi.
2. Pada saat destruksi, pastikan asam sulfat cukup untuk mengoksidasi bahan,
sehingga bisa ditimbang bahan yang sudah dianggap homogen dalam jumlah
sedikit agar tak diperlukan asam sulfat terlalu banyak. Indikator keberhasilan
destruksi diketahui apabila dihasilkan larutan hijau jernih dan tak ada yang
gosong/kehitaman didasar labu.
3. Untuk menghindari penguapan berlebihan, dilengkapi dengan pendingin
balik. Pastikan pula pemanasan berlangsung merata.
4. Pada saat proses destilasi, pastikan adaptor tercelup langsung masuk ke dalam
larutan borat jenuh. Tutup celah ujung labu destilasi dengan kapas sampai
rapat. Pastikan destilat/kondensat tidak menguap keluar.
5. Sebelum titrasi, larutan HCl yang digunakan harus diketahui normalitasnya.

2.3 Fungsi Reagen


1. Kacang hijau
Kacang hijau adalah sejenis tanaman budidaya dan palawija yang dikenal luas
di daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan
(Fabaceae) ini memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari sebagai
sumber bahan pangan berprotein nabati tinggi. Kacang hijau memiliki
kandungan protein yang cukup tinggi yaitu sebesar 22% dan merupakan
sumber mineral yang penting, antara lain kalsium dan fosfor yang bermafaat
untuk tulang (Wardani, 2018).
2. H2SO4
Asam sulfat (H2SO4) pekat dipanaskan dengan sampel sehingga terjadi
destruksi menjadi unsur-unsur, dimana seluruh nitrogen(N) organik diubah
menjadi N anorganik, yaitu ekemen karbon (C) teroksidasi menjadi karbon
dioksida (CO2) dan hidrogen (H) teroksidasi menjadi air (H2O) sedangkan
elemen nitrogennya akan berubah menjadi ammonium sulfat [(NH4)2SO4].
Asam diperhitungkan untuk dapat mengurangi bahan protein,lemak, dan
karbohidrat di dalam sampel (Panjaitan, 2019).
3. CuSO4.5H2O
Untuk mempercepat destruksi, maka ditambahkan katalisator. Tembaga (II)
sulfat Pentahidrat (CuSO4.5H2O) dipilih sebagai katalisator. Dengan
penambahan katalisator ini, maka titik didih asam sulfat akan ditinggikan
sehingga proses destruksi akan berjalan dengan cepat (Panjaitan, 2019).
4. Na2SO4 anhidrid
Untuk mempercepat proses destruksi sering ditambahkan katalisator berupa
campuran Na2SO4 dan HgO, dengan penambahan katalisator tersebut titik
didih asam sulfat akan dipertinggi sehingga destruksi berjalan lebih cepat.
Untuk protein yang kaya akan asam amino hsitidin dan triptofan memerlukan
waktu yang lama untuk destruksi sehingga perlu katalisator yang lebih banyak
(Kunsah, 2018).
5. NaOH
Larutan protein dibuat alkalis dengan NaOH encer kemudian ditambahkan
larutan CuSO4 encer. Uji ini untuk menunjukan adanya senyawa-senyawa
yang mengandung gugus amida asam yang berada bersama gugus amida yang
lain (Purnama dkk., 2019).
6. Serbuk Zn
Dalam menganalisis kandungan protein dengan menggunakan metode
kjeldahl, serbuk Zn digunakan saat proses destilasi untuk mecegah terjadinya
bumping atau letupan (Prince, 1943)
7. Larutan H3BO3 jenuh
Asam borat (H3BO3) berfungsi sebagai penangkap NH3 sebagai destilat
berupa gas yang bersifat basa. Supaya amonia dapat ditangkap secara
maksimal, maka sebaiknya ujung alat destilasi ini tercelup semua kedalam
larutan asam standar sehingga dapat ditentukan jumlah protein sesuai dengan
kadar protein bahan. Selama proses destilasi lama kelamaan larutan asam
borat akan berubah warna hijau karena larutan menangkap adanya amonia
dalam bahan yang bersifat basa sehingga mengubah warna merah muda
menjadi hijau (Nisah dkk., 2020).
8. HCl
Hidrolisis protein dapat dilakukan dengan penambahan larutan asam kuat
seperti HCl pada suhu tinggi yang dapat mengakibatkan terjadinya denaturasi.
Penambahan asam mengakibatkan penambahan ion H+ sehingga akan
menetralkan protein dan tercapainya pH isoelektrik. Pada titik isoelektrik
protein akan berikatan antara muatannya sendiri membentuk lipatan ke dalam
sehingga terjadi pengendapan yang relatif cepat (Triyono, 2010).
9. Indikator MO
Indikator MO merupakan indikator perubahan warna. Destilat dititrasi dengan
HCl 0,1 N sampai terjadi perubahan warna dari kuning menjadi orange
(Maharani dan Yusrin, 2010).

2.4 Penerapan Uji Protein di Industri


1. Analisis Kadar Protein Produk Susu Cair Yang Diolah Melalui Proses
Pemanasan Pada Suhu Yang Sangat Tinggi (Ultra High Temperature)
Penetapan kadar protein dalam bahan makanan umumnya dilakukan
berdasarkan penetapan secara empiris, yaitu penentuan kandungan nitrogen
(N) yang ada dalam bahan makanan. Penelitian ini untuk menentukan kadar
protein beberapa produk susu cair yang diolah melalui proses pemanasan
dengan suhu yang sangat tinggi (Ultra High Temperature) menggunakan
metode semi- mikro Kjeldahl. Jika dilihat dari komposisi rata-rata susu sapi
maka dapat diketahui bahwa kadar protein rata-rata susu cair yang diolah
melalui proses pemanasan pada suhu yang sangat tinggi (Ultra High
Temperature) sudah berada diatas rata-rata komposisi susu sapi. Ini
menunjukan bahwa dalam pengolahan susu segar yang menggunakan
pemanasan pada suhu yang sangat tinggi (Ultra High Temperature) tidak
terjadi kerusakan protein. Hal ini membuktikan bahwa tidak terjadi reaksi
Maillard dalam proses pemanasan pada suhu yang sangat tinggi (Ultra High
Temperature) sehingga tidak akan terbentuk karamelisasi maupun
berlangsungnya pembentukan warna coklat melalui reaksi Amadori dan
kondensasi aldol membentuk melanoidin (Apriantini, 2020).
2. Analisis Kadar Protein Abon Ikan Yang Diolah Oleh Industri Rumah Tangga
Metode penelitian yang dilakukan adalah metode survei dengan cara
observasi secara langsung alur proses pembuatan abon ikan tuna. Produk abon
ikan tuna tersebut dilakukan berbagai pengujian yaitu, uji mikrobiologis,
kimiawi dan organoleptik. Analisis data secara deskriptif komparatif
membandingkan proses pengolahan dan hasil pengujian produk abon ikan
tuna dengan cara pengolahan dan spesifikasi mutu sesuai SNI. Pengujian
kimiawi bertujuan untuk mengetahui kandungan kadar air dan kadar protein
dalam abon ikan tuna seven fish. Kadar air pada makanan sangat dipengaruhi
oleh senyawa kimia, suhu, konsistensi dan interaksi dengan komponen
penyusun makanan seperti protein, lemak, vitamin, asam lemak bebas dan
komponen lainnya. Air dalam makanan merupakan komponen yang penting
karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, serta cita rasa makanan.
Kandungan protein abon ikan tuna mencapai 43,5% menunjukan bahwa abon
melebihi batas minimal protein sebesar 30%. hasil pengujian laboratorium
abon ikan tuna sesuai dengan spesifikasi SNI abon ikan. Hal ini menunjukan
bahwa produk abon ikan tuna aman dan layak untuk di konsumsi (Hermanto,
2020).
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Bahan Yang Digunakan


1. Kacang hijau 11 gr
2. Serbuk Zn 4gr
3. HCl 0,02 N maksimal 50 ml
4. NaOH 5 N 100 ml
5. H2SO4 25 ml
6. Indikator Metyl Oranye (MO) 3 tetes
7. CuSO4.5H2O 1,6 gr
8. Asam Borat jenuh (7 gr/150 ml aquadest)
9. Na2SO4 anhidrid 14 gr
10. Air Suling secukupnya
3.2 Alat Yang Digunakan
1. Labu Kjeldahl
2. Labu Destilasi
3. Pendingin Liebig
4. Adaptor
5. Kompor listrik
6. Beaker glass
7. Gelas ukur
8. Erlenmeyer
9. Pipet tetes
10. Cawan porselen
11. Statif dan klem
12. Corong pemisah

Keterangan:
5
1 1. Klem
2. Statif
3. Labu Kjeldahl
4. Kompor listrik
5. Kapas Basah
Gambar 3.1 Rangkaian Alat Destruksi
Keterangan:
1. Klem
2. Statif
2 3. Labu Destilasi
4. Kompor listrik
6 5. Pendingin Leibig
6. Adaptor
7 7. Erlenmeyer
Gambar 3.2 Rangkaian Alat Destilasi

Keterangan:
1.Klem
2.Statif
3.Buret
4.Erlenmeyer

Gambar 3.3 Rangkaian Alat Titrasi

3.3 Cara Kerja


Persiapan bahan (Kacang Hijau)
Agar proses destruksi dapat berjalan dengan cepat dan sempurna, kacang
hijau yang digunakan harus berukuran kecil dan dalam kondisi kering agar tersisa
kadar air yang rendah. Kacang hijau yang ukurannya besar dihancurkan atau
ditumbuk terlebih dahulu sehingga ukurannya menjadi lebih kecil. Setelah itu
kacang hijau yang berukuran lebih kecil diangin-anginkan (dijemur) hingga
kering. Sampel tersebut akan digunakan untuk uji kadar air dan uji kadar protein.
Uji Kadar Air
1. Panaskan cawan kosong kering di dalam oven 105ºC selama 1 jam dan
didinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang.
2. Letakkan kacang hijau di atas cawan tersebut kemudian timbang beratnya.
3. Masukkan cawan berisi kacang hijau dalam oven dengan suhu 105ºC selama
1,5-2 jam, pastikan oven telah panas dan siap untuk mengeringkan kacang
hijau. Untuk mencegah perbedaan suhu cawan dengan ruang oven, maka
cawan beserta bahan bisa dipanaskan secukupnya terlebih dahulu diatas
kompor listrik.
4. Setelah selesai dioven, masukkan cawan berisi kacang hijau ke dalam
desikator untuk pendinginan sekaligus menghindari penyerapan uap air oleh
bahan/sampel dengan suhu lingkungan.
5. Ulangi langkah 3 dan 4 hingga berat cawan beserta isinya konstan.

(𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ+𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛)− (𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔+𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛)


𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 = (𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ+𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛)− (𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛)
× 100%

Uji Kadar N & Protein


a. Tahap Destruksi
1. Masukkan 1 gr kacang hijau padat yang telah halus dan kering ke dalam
labu Kjeldahl.
2. Tambahkan 14 gr Na2SO4 anhidrid, 1,6 gr CuSO4.5H2O dan 25 ml H2SO4
pekat.
3. Pasang rangkaian labu Kjeldahl dengan memanfaatkan statif, klem dan
kapas basah, tempatkan diatas kompor listrik.
4. Panaskan campuran tersebut pelan-pelan sampai tidak terbentuk percikan
lagi, kemudian pemanasan diteruskan dengan cepat sampai destruksi
sempurna yaitu larutan menjadi jernih. Biasanya destruksi atau digestion
membutuhkan waktu 2 jam dan selama prosesnya, labu Kjeldahl (digeser)
sering diputar-putar agar tidak terjadi pemanasan setempat.
b. Tahap Destilasi
1. Dinginkan labu dan tambahkan air suling secukupnya.
2. Masukkan cairan tersebut kedalam labu destilasi.
3. Tambahkan 4 gr serbuk Zn untuk mencegah terjadinya bumping serta
percikan serta tambahkan NaOH 5 N 100 ml.
4. Rangkai peralatan untuk destilasi lengkap dengan pendingin Leibig serta
adaptor yang tercelup dalam larutan asam borat. Tutup celah adaptor dan
erlenmeyer dengan kapas sampai cukup rapat.
5. Panaskan diatas kompor listrik. Destilat yang terbentuk dialirkan ke dalam
erlenmeyer yang berisi asam borat jenuh 150 ml yang telah ditetesi MO 3
tetes. Lakukan destilasi selama 30-45 menit. Ukur volume campuran dan
asam borat dalam erlenmeyer (V larutan).
c. Tahap Titrasi
1. Ambil sejumlah volume tertentu hasil destilat (V2).
2. Titrasi (V2) yang diperoleh dengan menggunakan HCl 0,02 N. Catat
kebutuhan titran (V1).
3. Hitung kadar nitrogen dan atau protein dalam bahan dengan mengalikan
kadar nitrogen yang diperoleh dengan faktor konversi.

(𝑉1. 𝑁) 𝐻𝐶𝑙 𝑥 𝐵𝐴 𝑁𝑖𝑡𝑟𝑜𝑔𝑒𝑛 𝑥 𝑉𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛


𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑁𝑖𝑡𝑟𝑜𝑔𝑒𝑛, % = × 100%
V2 titrasi x Berat sampel kering x 1000

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑃𝑟𝑜𝑡𝑒𝑖𝑛, % = Kadar Nitrogen × Faktor Bahan Pangan

Keterangan:
Berat sampel kering: berat sampel yang didestruksi dikurang berat air yang
diperoleh dari analisa kadar air.
DAFTAR PUSTAKA

Annisa, Primaningtyas. (2009). Denaturasi. http://id.scribd/doc/denaturasi//. Diakses


pada 15 April 2016.
AOAC. (2000). (Association of Official Agricultural Chemist): Official Methods of
Analysis 17thed. USA: Gaithersburg, Maryland.
Apriantini, G. A. E. (2020). Analisis Kadar Protein Produk Susu Cair yang Diolah
Melalui Proses Pemanasan Pada Suhu yang Sangat Tinggi (Ultra High
Temperature). International Journal of Applied Chemistry Research, 2(1), 8-
13.
Baldwin J., Experimental Organic Chemistry, 2nd ed. Tokyo: Kagakusha Company,
Ltd.
Brishti, F. H., dkk (2017). Evaluation of The Functional Properties of Mung Bean
Protein Isolate for Development of Textured Vegetable Protein.
Ehret, David L. (2012). Effects of Drip Configuration and Rate on Yield and Fruit
Quality of Young Highbush Blueberry Plants. HortScience. 47(3), 414-421.
ERCO Worldwide. (2012). Sodium Hydroxide Solution WHMIS Controlled Product.
Material Safety Data Sheet. Toronto.
FAO. (2002). Food Energy – Methods of Analysis and Conversion Factors. FAO Food
and Nutrition Paper. 77.
Ferrier, D. R. (2014). Biokimia edisi 6 jilid 1. China: Lippincott Wiliams & Wilkins.
Fessenden, R. J., & Fessenden, J. S. (1986). Kimia Organik edisi ketiga: Alih Bahasa
Oleh A.H. Pudjaatmika. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Georgescu, M., Raita, S. M., & Tăpăloagă, D. (2019). Total Nitrogen, Water-Soluble
Nitrogen and Free Amino Acids Profile During Ripening of Soft Cheese
Enriched with Seed Oil. The EuroBiotech Journal, 3(2), 90-96.
Griffin, R.W. (1969). Modern Organic Chemistry. Tokyo: Mc Graw-Hill, Kogakusha,
Ltd.
Merril, A. L and Watt, B. K. (1973). Energy value of food: basis and deriration.
Agriculture Handbook, Washington.
Haryati, S. (2010). Perbandingan Sifat Fisiko-Kimia dan Komposisi Asam Lemak
Penyusun Trigliserida Minyak Biji Jambu Mete yang Berasal dari Sulawesi
Tenggara dan Yogyakarta. Depok: FMIPA Universitas Indonesia.
Hermanto, P. H. (2020). Analisis Penerapan Standarisasi Produksi Pangan Olahan
Yang Baik pada Industri Rumah Tangga Pembuatan Abon Ikan Tuna Di
Kecamatan Penyileukan Kelurahan Cipadung Kulon Kota Bandung. Jurnal
Akuatek, 1(2), 118-125.
Kristianingrum, S. (2012). Kajian Berbagai Proses Destruksi Sampel Dan Efeknya.
In Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA,
Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta.
Kunsah, B. (2016). Analisa Kadar Protein Telur Ayam Kampung (Gallus domesticus)
Terhadap Lama Penyimpanan Pada Suhu 12–15° C.
Lambert, Daphne. (2016). Living Food: A feast for soil and soul. Glasgow: Bell and
Bain Limited.
Lestari, Ashianty, L., dkk. (2013). Modul Tutorial Analisis Zat Gizi.
http://elisa.ugm.ac.id/user/archive/download/139693/fc548e34c867b0d4710f1d6e449
370c3. Diakses pada 15 April 2016.
Luampon, R., & Charmongkolpradit, S. (2019). Temperature and Relative Humidity
Effect on Equilibrium Moisture Content of Cassava Pulp. Research in
Agricultural Engineering, 65(1), 13-19.
Maharani, E. T. (2010). Kadar Protein Kista Artemia Curah yang Dijual Petambak Kota
Rembang Dengan Variasi Suhu Penyimpanan. In Prosiding Seminar Nasional
& Internasional.
Moore, J. W., dkk. (2016). Chemistry Libretext 8.18: Organic Nitrogen Chemistry.
https://chem.libretexts.org/Textbook_Maps/General_Chemistry_Textbook_
Maps/Map%3A_ChemPRIME_(Moore_et_al.)/08Properties_of_Organic_Co
mpounds_.../8.18%3A_Organic_Nitrogen_Compounds. Diakses pada 7
Februari 2018.
Nisah, K., Afkar, M., & Sa'diah, H. (2019). Analisis Kadar Protein Pada Tepung
Jagung, Tepung Ubi Kayu Dan Tepung Labu Kuning dengan Metode
Kjedhal. Amina, 1(3), 108-113.
Panjaitan, K. G. (2019). Penentuan Kadar Protein dari Beberapa Rasa Tofu dengan
Metode Kjeldahl di Balai Riset dan Standardisasi Industri Medan.
Petrucci, R. H. (2017). General Chemistry: Principles and Modern Applications.
Pearson.
Prince, A. L. (1943). Report On Nitrogen. Association of Official Agricultural
Chemists, 26(1), 54.
Purnama, R. C., Retnaningsih, A., & Aprianti, I. (2019). Perbandingan Kadar Protein
Susu Cair UHT Full Cream Pada Penyimpanan Suhu Kamar dan Suhu Lemari
Pendingin dengan Variasi Lama Penyimpanan dengan Metode
Kjeldhal. Jurnal Analis Farmasi, 4(1).
Rico, R., dkk. (2016). Nutritional Composition of Raw Fresh Cashew Kernels from
Different Plant Origin. Food Science and Nutrition. 4(2). 329-338.
Rini, Oktavia. (2013). Persamaan Laju Reaksi dan Orde Reaksi.
http://rinioktavia19942.wordpress.com/kimia_kelas.xi/semesteri/lajureaksi/persamaan
_laju_reaksi_dan_orde_reaksi/. Diakses pada 15 April 2016.
Rosaini, H., Rasyid, R., & Hagramida, V. (2017). Penetapan Kadar Protein Secara
Kjeldahl Beberapa Makanan Olahan Kerang Remis (Corbiculla Moltkiana
Prime) dari Danau Singkarak. Jurnal Farmasi Higea, 7(2), 120-127.
Sorrell, T. N. (1999). Organic Chemistry 2nd ed. Sausalito: University Science Books.
Sundari, D., Almasyhuri, L. A., & Lamid, A. (2015). Pengaruh Proses Pemasakan
Terhadap Komposisi Zat Gizi Bahan Pangan Sumber Protein. Media
Litbangkes, 25(4), 235-242.
Triyono, T. (2010). Mempelajari Pengaruh Penambahan Beberapa Asam Pada Proses
Isolasi Protein Terhadap Tepung Protein Isolat Kacang Hijau (Phaseolus
radiatus L.).
Utomo, A. D., Rahayu, W. S., & Dhiani, B. A. (2009). Pengaruh Beberapa Metode
Pengeringan Terhadap Kadar Flavonoid Total Herba Sambiloto
(Andrographis paniculata). PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia
(Pharmaceutical Journal of Indonesia), 6(01).
Vogel, A. I. (1975). Qualitative Organics Analysis, 2nd ed. William Clowers & Sons
Wardani, D. H. K. & Kurnia, S. T. P. (2018). Pengaruh Substitusi Tepung Kacang
Hijau (Vigna Radiata L.) Terhadap Kadar Protein dan Daya Terima Bolu
Kukus. Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA II

Materi :

PROTEIN

NAMA : Lathifa Medri NIM : 21030121120007

GROUP : 13 - Senin

REKAN KERJA : 1. Arum Kusumaning Pratiwi

2. Azka Dewi Salsabila

3. Dio Fani Vernando

LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA


DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2022
LEMBAR KUANTITAS REAGEN
LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO

LEMBAR KUANTITAS REAGEN

MATERI : Protein
HARI/TANGGAL : Senin, 25 April 2022
KELOMPOK : 13 Senin
NAMA : 1. Azka Dewi Salsabila NIM.21030121120021
2. Arum Kusumaning Pratiwi NIM.21030121140197
3. Dio Fani Vernando NIM.21030121120013
4. Lathifa Medri NIM.21030121120007
ASISTEN : Hasan Mustafa Widayat

KUANTITAS REAGEN

NO. JENIS REAGEN KUANTITAS

Untuk protein 1 gr
1. Kacang hijau
Untuk kadar air 10 gr
2. H2SO4 pekat 25 ml
3. CuSO4.5H2O 1,6 gr
4. Na2SO4 anhidrat 14 gr
5. NaOH 5 N 100 ml
6. Serbuk Zn 4gr
7. Larutan H3BO3 jenuh 150 ml
8. HCl 0,02 N Maks 50 ml
9. Indikator MO Secukupnya

TUGAS TAMBAHAN :
1. Cari jurnal internasional kadar protein, kadar air , faktor konversi dari kacang hijau
2. Membuat resume fungsi reagen yang digunakan pada praktikum (tambahkan ke bab 2)
3. Membuat resume penerapan uji protein pada industri (tambahkan ke bab 2)
Keterangan : bawa saat ACC Data, tugas tambahan diketik
LPR : hitung massa NaOH yang dibutuhkan, massa H3BO3 yang dibutuhkan (25℃), dan HCl
pekat
yang dibutuhkan (ml) dalam membuat HCl 0.02 N dengan kemurnian 37% sebanyak 50 mL
CATATAN : Semarang, 13 April 2022
Waktu destruksi 2 jam ASISTEN
Waktu destilasi 45 menit

Hasan Mustafa Widayat


NIM. 21030120130082
REFERENSI
LEMBAR ASISTENSI

DIPERIKSA
KETERANGAN TANDA TANGAN
NO TANGGAL
1. 28/04/2022 P0 Asisten

2. 09/05/2022 P1 Asisten

Anda mungkin juga menyukai