PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Susu
Susu merupakan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi yang diperoleh
dari hasil pemerahan hewan seperti sapi, kerbau, kuda, kambing dan unta.
Komponen penting dalam air susu adalah protein, lemak, vitamin, mineral,
laktosa serta enzim-enzim dan beberapa jenis mikroba yang bermanfaat bagi
kesehatan sebagai probiotik. Komposisi susu sapi sangat beragam tergantung
pada beberapa faktor antara lain bangsa sapi, tingkat laktasi, pakan, interval
pemerahan, suhu dan umur sapi. Angka rata-rata komposisi untuk semua kondisi
dan jenis sapi perah adalah 87,1% kadar air, 3,9% lemak, 3,4% protein, 4,8%
laktosa, 0,72% abu dan beberapa vitamin yang larut dalam lemak seperti vitamin
A, D, E dan K.
Berdasarkan SNI 3752-2009, yang dimaksud Deputi MENLH (2006)
menyebutkan bahwa pembuatan susu bubuk merupakan salah satu upaya untuk
mengawetkan susu sehingga dapat tahan lebih lama. Susu jenis ini susu bubuk
adalah produk susu yang diperoleh dengan cara mengurangi sebagian besar air
melalui proses pengeringan susu segar dan atau susu rekombinasi yang telah
dipasteurisasi, dengan atau tanpa penambahan vitamin, mineral, dan bahan
tambahan pangan yang diizinkan.dapat langsung dibedakan dari bentuk dan
penampilannya. Produk susu bubuk merupakan hasil proses penguapan dan
pengeringan dengan cara penyemprotan dalam tekanan tinggi.
2.2 Protein
Protein adalah zat makanan yang paling kompleks. Protein terdiri dari
karbon, hydrogen, oksigen, nitrogen, dan sulfur, dan biasanya fosfor. Protein
sering disebut sebagai zat makanan bernitrogen karena protein merupakan satu-
satunya zat makanan yang mengandung unsur nitrogen. Protein terkandung
dalam makanan nabati dan hewani, tetapi protein hewani paling bernilai untuk
tubuh manusia sebagai materi pembangun karena komposisinya sama dengan
2
protein manusia. Semua protein dibuat dari substansi lebih sederhana, yang
disebut asam amino. Protein dalam bahan makanan yang berbeda mengandung
kombinasi asam amino yang berbeda. Sepuluh asam amino esensial ditemukan
dalam protein manusia. Asam amino tersebut merupakan asam amino yang tidak
dapat diproduksi oleh tubuh.
Protein hewani seperti telur, susu, dan daging tidak hanya mengandung
semua asam amino yang dibutuhkan tubuh, tetapi juga semua asam amino dalam
proporsi yang baik, yang disebut protein kelas pertama dan merupakan materi
pembangun paling baik untuk jaringan tubuh. Protein nabati, seperti ketan dan
polong-polongan, mengandung hanya sejumlah kecil asam amino, yakni satu
atau asam amino dari sepuluh yang esensial untuk tubuh, dan dengan demikian
disebut protein kelas kedua, karena asam amino tersebut bukan merupakan zat
pembangun yang baik (Winarno, 2012).
2.3 Kjeldahl
Metode Kjeldahl, yaitu metode ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu
destruksi, distilasi dan titrasi. Metode ini digunakan secara luas dalam penentuan
protein kasar dalam makanan atau material lainnya karena reagen yang
digunakan mudah didapatkan (Ensminger, 1994, dalam Mulyani, 2011). Tahap
awal yang dilakukan adalah destruksi cuplikan dengan menggunakan asam kuat
pekat berupa H2SO4 98% dengan katalis CuSO4 anhidrat. Asam sulfat pekat
ditambahkan karena merupakan agen pengoksidasi yang kuat, yang akan
bereaksi dengan nitrogen dalam cuplikan dan akan menghasilkan amonium
sulfat. Sedangkan CuSO4 anhidrat berfungsi sebagai katalis untuk menaikkan
titik didih dari asam sulfat karena apabila tanpa diberikan katalis, asam sulfat
akan mendehidrasi cuplikan yang menghasilkan produk utama berupa karbon
(Kenkel, 2003 dalam Mulyani, 2011).
3
2.4 Titrimetri
Analisa titrimetri atau analisa volumetrik adalah analisis kuantitatif
dengan mereaksikan suatu zat yang dianalisis dengan larutan baku (standar)
yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti, dan reaksi antara zat yang
dianalisis dan larutan standar tersebut berlangsung secara kuantitatif.Pada
umumnya, titik ekuivalen lebih dahulu dicapai lalu diteruskan dengan titik akhir
titrasi. Ketelitian dalam penentuan titik akhir titrasi sangat mempengaruhi hasil
analisis pada suatu senyawa. Pada kebanyakan titrasi titik ekuivalen ini tidak
dapat diamati, karena itu perlu bantuan senyawa lain yang dapat menunjukkan
saat titrasi harus dihentikan. Senyawa ini dinamakan indikator.
4
BAB III
METODOLOGI
3. 1 ALAT
1. Batu didih 11. Penangas air
2. Buret 50 mL 12. Pengaduk kaca
3. Corong gelas 13. Pipet tetes
4. Erlenmeyer 250 mL 14. Pipet ukur 5; 25 mL
5. Gelas arloji 15. Propipet
6. Gelas beaker 250 mL 16. Rangkaian alat destilasi
7. Gelas ukur 100 mL 17. Spatula
8. Kompor listrik 18. Statif dan klem
9. Labu kjeldahl 500 mL 19. Sumbat karet
10. Neraca analitik
3. 2 BAHAN
1. Akuades 6. HCl 0,1 N
2. H2SO4 pekat 7. Asam borat 4%
3. CuSO4.5H2O 8. Indikator kjeldahl
4. K2SO4 9. Indikator metil jingga
5. NaOH 33%
3. 3 PROSEDUR KERJA
1. Standardisasi Larutan HCl 0,1 N
1) Na2CO3 anhidrat ditimbang sebanyak 106 mg dan dimasukkan kedalam
erlenmeyer 250 mL.
2) Na2CO3anhidrat dilarutkan engan 25 mL akuades dan ditambahkan 2 tetes
indikator metal jingga.
3) Larutan dititrasi dengan larutan HCl 0,1 N dan diulangi sebanyak 3 kali.
2. Penentuan Kadar Protein
1) Sampel susu sebanyak 1 g dimasukkan kedalam labu kjeldahl beserta 5 butir batu
didih.
2) K2SO4 sebanyak 2 g, CuSO4 sebanyak 0,05 g, H2SO4 sebanyak 4 mL ditambahkan
kedalam larutan hingga sempurna.
5
3) Campuran larutan dipanaskan hingga tidak ada uap dan didinginkan hingga suhu
kamar.
4) Akuades sebanyak 30 mL dan 5 butir batu gelas ditambah kan kedalam campuran
larutandan dibiarkan dingin.
5) Asamborat 4% sebanyak 10 mL dan 4 tetes indikator kjeldahl dimasukkan kedalam
Erlenmeyer terpisah.
6) Erlenmeyer ditempatkan di bawah pendingin (Leibig) hingga ujung pipa bengkok.
7) NaOH 40% sebanyak 16 mL dimasukkan ke dalam labu kjeldahl dengan perlahan-
lahan.
8) Distilasi dilakukan hingga terbentuk warna hijau pada erlenmeyer.
9) Destilat (hasildistilasi) didinginkan dan dilakukan titrasi dengan HCl 0,1 N.
10) Prosedur yang sama dilakukan untuk akuades sebanyak 5 mL sebagai blanko.
6
BAB IV
7
Dari reaksi diatas pembetukan amonia berasal dari ammonium sulfat yang
berasal dari destruksi yang beraksi dengan NaOH. Kelebihan NH3 dalam asam
borat dititrasi dengan HCl membentuk asam borat lagi yang berwarna merah
muda.
8
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, penentuan protein dalam sampel
makanan dapa dilakukan dengan metode kjeldhal, hasil kandungan protein pada
sampel sebesar 2,06%.
5.2 Saran
Sebelum melakukan pengujian harus memahami metode serta prosedur, yaitu
waktu penimbangan, pengukuran sampel, agar tidak terjadi kesalahan pada saat
melakukan analisis.
9
DAFTAR PUSTAKA
Buckle KA et.al. 2007. Ilmu Pangan. Purnomo H, Adiono, penerjemah. Terjemahan dari
Food Science. Jakarta: UI Press.
Badan Standarisasi Nasional Indonesia. 1999. SNI 01-2970-1999: Susu Bubuk. Balai
Besar Industri Kimia Departemen Perindustrian dan Perdagangan: Jakarta.
Basset, J. et al. 1994. Buku Ajar Vogel : Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik.
Kedokteran EGC, Jakarta.
Winarno F.G. 2012. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Mulyani, M., E., dan Sukesi. 2011. Analisis Proksimat Beras Merah (Oryza Sativa)
Varietas Slegreng Dan Aek Sibundong. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh
Nopember. Pertanian Yogyakarta:.Liberty.
10
LAMPIRAN
A. ANALISIS DATA
1. Standardisasi larutan HCl 0,1 N
Mr Na2CO3 Massa
Ar F Kal
Ar C Na
Ar O
N HCl
F Kal
FM Pipet ukur 25 mL
Buret 50 mL
FM
F Kal
V titrasi
11
b. Penentuan Kadar Protein
4. Ketidakpastian
a. Ketidakpastian Standardisasi HCl
Sumber Faktor µx U UG
Neraca FK =
1,217x10-5 1,217x10-5
2,108X10-5
Pipet ukur FK = 0,1 0,0577
0,1482
25 mL FM = 26°C 0,1365
Buret 50 FK = 0,05 0,0288
0,2745
mL FM = 26°C 0,2073
0,0595
Mr Na2CO3 Ar Na = 1,1647x10-
6
0,000002
4,6188x10-
Ar C = 0,0008 4 4,9328x10-4
1,7320x10-
Ar O = 0,0003 4
U 2 U 2 U 2 U 2
UG = √( x ) + ( x ) + ( x ) + ( x )
12
b. Ketidakpastian Pennetuan Protein
Sumber Faktor µx U UG
Neraca FK =
1,217x10-5 1,217x10-5
2,108X10-5
Pipet ukur 25 FK = 0,1 0,0577
0,1482
mL FM = 26°C 0,1365
Buret 50 mL FK = 0,05 0,0288
0,2745
FM = 26°C 0,2073
0,1042
Pipet ukur 5 FK = 0,03 0,0173
0,0180
mL FM = 26°C 0,0273
N
- - 0,0595
Standardisasi
Ar N 4,0414x10-
14,00074 6 4,0414x10-5
U 2 U 2 U 2 U 2
UG = √( x ) + ( x ) + ( x ) + ( x )
−5 2 1,482 2 0,2745 2 0,0180 2 4,0414 2
=√(1,217x10
1,0002 g
) x2 + ( ) x2 + (
25 mL 50 mL
) x2 + (
5 mL
) x2 + (0,0595)2 + (
14,0074
)
B. PROSEDUR KERJA
1. Standardisai Larutan HCl 0,1 N
Konsentrasi HCl
13
2. Penentuan Kadar Protein
Kadar protein
14