Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM BIOKIMIA PENENTUAN KADAR

PROTEIN DENGAN METODE BIURET

Disusun Oleh

Fadia Mu’minatus Solekha


PKA 21
21030194086

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2021
A. Judul Percobaan
Penentuan Kadar Protein dengan Metode Biuret
B. Hari/Tanggal Percobaan
Jum’at, 25 November 2022 jam 08.00 WIB
C. Selesai Percobaan
Jum’at, 25 November 2022 jam 13.00 WIB
D. Tujuan Percobaan
Menentukan kadar protein yang ada pada sampel putih telur bebek dengan
menggunakan metode biuret
E. Dasar Teori
1. Protein
Protein berasal dari kata protos atau proteos yang berarti pertama
atau utama. Protein merupakan komponen utama penyusun sel hewan
atau manusia. Sel merupakan pembentuk tubuh, maka protein yang
terdapat dalam makanan berfungsi sebagai zat utama dalam pembentukan
dan pertumbuhan tubuh.
Protein adalah sumber asam amino yang terdiri dari rantai
panjang asam amino yang dihubungkan oleh ikatan peptida yang
mengandung unsur C, H, O, dan N. Protein merupakan zat makanan yang
sangat penting bagi tubuh. Selain berfungsi sebagai bahan bakar, zat ini
juga berfungsi sebagai pembentuk dan pengatur tubuh. Protein adalah
makromolekul polipeptida yang terdiri dari banyak asam amino yang
dihubungkan oleh ikatan peptida, yaitu senyawa organik dengan berat
molekul tinggi mulai dari ribuan hingga jutaan atom C, H, O, dan N yang
membentuk satuan asam amino. Molekul protein tersusun atas sejumlah
asam amino tertentu, urutan urutan asam amino suatu protein, dan
hubungan antara satu asam amino dengan asam amino lainnya.
Protein merupakan molekul besar dengan berat molekul
bervariasi antara 5000 sampai jutaan. Protein akan menghasilkan asam-
asam amino jika terhidrolisis oleh asam atau enzim. Ada 20 jenis asam
amino yang terdapat dalam molekul protein. Asam-asam amino ini
terikat satu sama lain dengan ikatan peptida. Komposisi rata-rata unsur
kimia yang terdapat dalam molekul protein yaitu sebagai berikut : karbon
50%, hidrogen 7%, oksigen 23%, nitrogen 16%, belerang 0-3%, dan
fosfor 0-3%. Dengan berpedoman pada kadar nitrogen sebesar 16%,
dapat dilakukan penentuan kandungan protein dalam suatu bahan
makanan.
Struktur protein dapat dibagi menjadi empat bentuk; primer,
sekunder, tersier, dan kuartener. Susunan linier asam amino dalam
protein merupakan struktur primer. Susunan tersebut akan menentukan
sifat dasar protein dan bentuk struktur sekunder serta tersier. Molekul
protein itu sendiri mengandung karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan
kadang kala sulfur serta fosfor. Protein dirumuskan oleh Jons Jakob
Berzeliuspada tahun 1938. Berdasarkan strukturnya, protein dibedakan
menjadi 4 jenis diantaranya yaitu:
 Struktur Primer merupakan struktur linear dari residu asam amino
sepanjang rantai polipeptida, yang melibatkan pembentukkan ikatan
kovalen berupa ikatan peptida dan ikatan disulfi da dari intra atau
antar rantai polipeptida

Gambar 1 Struktur Primer (Ikatan Peptida)

 Struktur Sekunder merupakan struktur tiga demensi dari


rantaipeptida dimana terjadi pelipatan dari bagian-bagian rantai
polipeptida membentuk struktur tertentu yang beraturan seperti α-
helik, yang melibatkan pembentukan ikatan kovalen antar asam
amino dan ikatan disulfi da dari sistein juga terdapat ikatan-ikatan
hidrogen dari gugus polar pada residu asam amino
Gambar 2 Struktur Sekunder

 Struktur Tersier merupakan tiga demensi dari molekul protein secara


keseluruhan. Dalam pembentukkan struktur tersier disamping
pelipatan membentuk struktur tersier disamping pelipatan
membentuk struktur α heliks maupun lembar β, juga terjadi
interaksi-interaksi non kovalen lain seperti Van der Waals dan
interaksi gugus non polar yang mendorong terjadinya pelipatan yang
tepat dari rantai peptide

Gambar 3 Struktur tersier (rantai polipeptida B)

 Struktur Kwatener merupakan molekul yang kompleks tidak hanya


terdiri dari satu rantai polipeptida, tetapi mengandung beberapa
rantai polipeptida. Jadi pada struktur ini, rantai polipeptida yang satu
dengan lainnya dapat berinteraksi pula satu sama lain baik berupa
interaksi polar, non polar amupun intereksi Van der Waals
Gambar 4 Struktur Kwaterner (4 unit polipeptida, makromolekul
hemaglobin)
Fungsi protein adalah sebagai sel, katalis, pengendali
metabolisme, dan proses kontraktural yang penting dalam sistem imun
serta regenerasi sel. Protein berikatan sangat erat dalam semua aktivitas
fisiologi makhluk hidup. Struktur protein sangat menentukan fungsi dari
suatu protein. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengetahui
strukturnya (Stryer, 2000). Protein mudah mengalami perubahan fisis dan
aktivitas biologisnya. Banyak faktor yang dapat menyebabkan perubahan
alamiah, seperti panas, asam-basa, pelarut, logam berat, dan radiasi sinar
radioaktif.
Klasifikasi protein (Fessenden, 1982):
a. Berdasarkan kelarutan
▪ Protein yang tidak larut dalam pelarut biasa namun larut dalam
asam dan basa disebut protein fibrosa.
▪ Protein yang larut dalam air, asam-basa, dan garam disebut
protein globular.
b. Berdasarkan kompleks struktur
▪ Protein yang hidrolisisnya menghasilkan asam amino (albumin
dan globular) disebut protein sederhana.
▪ Protein yang memiliki gugus prostetik (neuro dan kromo protein)
disebut protein konjugasi.
Sifat fisis protein murni yaitu tidak berwarna dan tidak berbau.
Jika dipanaskan akan berubah warna menjadi coklat dan baunya seperti
bau rambut terbakar. Misalnya keratin dibakar akan timbul bau yang
tidak sedap. Protein alam yang murni juga tidak memiliki rasa, tetapi
hasil hidrolisis protein, yaitu proteosa, pepton, dan peptida mempunyai
rasa pahit. Pada umumnya, protein terdapat dalam bentuk amorf dan
kristal (hanya sedikit)
2. Metode Biuret
Metode biuret merupakan salah satu metode penentuan kadar
protein dengan menggunakan larutan Biuret pada suasana basa bereaksi
dengan ikatan peptida dari protein tempe mengakibatkan terjadinya
perubahan warna dari larutan Biuret yang berwarna biru menjadi
berwarna ungu. Perubahan warna yang teramati diukur intesitas serapan
panjang gelombangnya menggunakan spektrofotometri UV-Vis. Semakin
tinggi intensitas cahaya yang diserap oleh spektrofotometer UV-Vis
maka semakin tinggi pula kadar protein yang terdapat dalam zat tersebut
Prinsip penetapan kadar protein dalam sampel dengan metode
biuret adalah pengukuran serapan cahaya kompleks berwarna ungu dari
protein yang bereaksi dengan pereaksi biuret dimana yang membentuk
kompleks adalah protein dengan ion Cu2+ yang terdapat dalam pereaksi
biuret dalam suasana basa. Semakin tinggi intensitas cahaya yang diserap
oleh alat maka semakin tinggi pula kandungan protein yang terdapat di
dalam sampel tersebut. Reaksi ini positif untuk 2 atau lebih ikatan
peptida. Penyerapan cahaya oleh protein disebabkan oleh ikatan peptida
residu ritosil, triptofonil, dan fenilalanin. Juga turut dipengaruhi oleh
gugus-gugus non protein yang mempunyai sifat menyerap cahaya.
Penyerapan maksimum albumin serum manusia terlihat pada panjang
gelombang kira-kira 540 nm. Spektrum absorbansi suatu larutan protein
bervariasi tergantung pada pH dan sesuai dengan ionisasi residu asam
amino
Protein yang terukur pada metode biuret adalah protein yang larut
air (protein terlarut),karena yang diukur adalah jumlah ikatan peptida
dalam protein, maka tidak dapat mendeteksinitrogen dari senyawa non
peptida sehingga yang terukur adalah protein sesungguhnya
Kelebihan :
1) Murah
2) Cepat (30 menit)
3) Penyimpangan warna jarang ditemukan dibandingkan dengan
metode lain.
4) Sangat sedikit substansi lain yang terdeteksi
5) N dari non peptide dan non peptide tidak terdeteksi
Kekurangan :
1) Kurang sensitif dibandingkan lowry
2) Penyerapan warna dapat dipengaruhi oleh pigmen bila ada
3) Konsentrasi tinggi dari garam ammonium dapat menimbulkan
reaksi
4) Terjadi variasi warna pada jenis protein yang berbeda, kurang
sensitif terhadap jenis proteinkarena absorpsi yang terjadi
melibatkan ikatan peptida yang ada di semua protein, bukan pada
gugus samping spesifik.
5) Penyimpangan warna dapat terjadi pada larutan bila terdapat
kadar lemak dan karbohidratyang tinggi
3. Metode – Metode Analisis Protein
1) Metode Kjeldahl
Metode Kjeldahl dikembangkan pada taun 1883 oleh pembuat
bir bernama Johann Kjeldahl. Makanan didigesti dengan asam kuat
sehingga melepaskan nitrogen yang dapat ditentukan kadarnya
dengan teknik titrasi yang sesuai. Jumlah protein yang ada kemudian
dihitung dari kadar nitrogen dalam sampel. Prinsip dasar yang sama
masih digunakan hingga sekarang, walaupun dengan modifikasi
untuk mempercepat proses dan mencapai pengukuran yang lebih
akurat. Metode ini masih merupakan metode standart untuk
penentuan kadar protein. Karena metode Kjeldahl tidak menghitung
kadar protein secara langsung, diperlukan faktor konversi (F) untuk
menghitung kadar protein total dan kadar nitrogen. Faktor konversi
6,25 (setara dengan 0,16 g nitrogen per gram protein) digunakan
untuk banyak jenis makanan, namun angka ini hanya nilai rata-rata,
tiap protein mempunyai faktor konversi yang berbeda tergantung
komposisi asam aminonya. Metode Kjeldahl terdiri dari tiga
langkah : digesti, netralisasi dan titrasi.
2) Metode Lowry
Metode Lowry mengkombinasikan pereaksi biuret dengan
pereaksi lain (Folin-Ciocalteau phenol) yang bereaksi dengan residu
tyrosine dan tryptophan dalam protein. Reaksi ini menghasilkan
warna kebiruan yang bisa dibaca di antara 500 - 750 nm, tergantung
sensitivitas yang dibutuhkan. Akan muncul puncak kecil di sekitar
500 nm yang dapat digunakan untuk menentukan protein dengan
konsentrasi tinggi dan sebuah puncak besar di sekitar 750 nm yang
dapat digunakan untuk menentukan kadar protein dengan konsentrasi
rendah. Metode ini lebih sensitif untuk protein dengan konsentrasi
rendah dibanding metode biuret
4. Sprektrofotometri UV-Vis
Spektrum Uv-Vis merupakan hasil interaksi antara radiasi
elektromagnetik dengan molekul. Bentuk energi radiasi elektromagnetik
mempunyai sifat gelombang dan partikel (foton). Besarnya tenaga foton
berbanding lurus dengan frekuensi dari radiasi elektromagnetik
dinyatakan dengan rumus:
E = hv
Dimana:
E = Energi ( Joule.molekul-1 )
h = Tetapan Planck = 6,63.10-34 Joule.S.molekul-1
v = Frekuensi (S-1 )
Pengukuran serapan dapat dilakukan pada panjang gelombang
daerah ultraviolet ( panjang gelombang 190 nm – 380 nm) atau pada
daerah cahaya tampak (panjang gelombang 380 nm – 780 nm).
Spektrofotometer UV-Vis adalah gabungan antara
spektrofotometer UV dan visible. Alat ini menggunakan 2 sumber cahaya
berbeda, yaitu UV dan visible. Spektrofotometer ini merupakan berkas
ganda yang mana blanko dan sampel dimasukkan secara bersamaan.
Spektrofotometer UV-Vis menggunakan satu lampu sebagai sumber
cahaya (photodiode) yang telah dilengkapi monokrometer. Fungsi
monokrometer adalah untuk mengubah cahaya dari sumber cahaya
sehingga menjadi satu jenis panjang gelombang. Zat yang dapat
dianalisis dengan spektrofotometri UV-Vis yaitu zat dalam bentuk
larutan dan zat yang tampak berwarna maupun berwarna.

Langkah-langkah utama dalam analisis dengan sinar UV-Vis


(Underwood, 1999):
1. Pembentukan molekul yang dapat menyerap sinar UV-Vis.
2. Senyawa harus diubah menjadi bentuk lain agar dapat menyerap
sinar.
3. Pemilihan panjang gelombang agar diperoleh panjang gelombang
maksimum.
4. Pembuatan kurva kalibrasi, untuk dibuat larutan standar dengan
berbagai konsentrasi.
5. Absorbansi larutan standar diukur, kemudian dibuat grafik A vs C.
6. Hukum Lambert-Beer terpenuhi jika grafik terbentuk garis lurus yang
melalui nol
Warna radiasi elektromagnetik yang diserap dan diteruskan pada
daerah visible:
λ yang diserap (nm) diserap Diteruskan

380-450 Ungu Kuning-hijau


450-495 Biru Kuning

495-570 Hijau Ungu


570-590 Kuning Biru
590-620 Oranye Hijau-biru
620-750 Merah Biru-hijau

5. Telur Bebek
Telur Bebek adalah bahan makanan yang biasa dikonsumsi oleh
masyarakatIndonesia. Telur Bebek mengandung energi sebesar 189
kilokalori, protein 13,1gram, karbohidrat 0,8 gram, lemak 14,3 gram,
kalsium 56 miligram, fosfor 175miligram, dan zat besi 3 miligram. Selain
itu di dalam Telur Bebek juga terkandungvitamin A sebanyak 1230 IU,
vitamin B1 0,18 miligram dan vitamin C 0 miligram. Hasil tersebut
didapat dari melakukan penelitian terhadap 100 gram Telur
Bebek,dengan jumlah yang dapat dimakan sebanyak 90 %.
Tabel Kandungan Gizi Telur
Telur Telur
Telur
Komposisi Satuan Bebek Bebek
Ayam
(Itik) Asin
Kalori Kal 162 189 195
Protein G 12,8 13,1 13,6
Lemak G 11,5 14,3 13,6
Hidrat arang G 0,7 0,8 1,4
Kalsium Mg 54 56 120
Fosfor Mg 180 175 157
Besi Mg 2,7 2,8 1,8
Vitamin A S.I. 900 1230 841
Vitamin B-1 Mg 0,10 0,18 0,28
Air G 74 70,8 66,5
Putih telur tersusun atas 86,8 % air, 11,3 % protein, 0,08 %
lemak, 1 % karbohidrat, dan 0,8 % abu (Romanoff, dkk., 1963). Kadar
air yang tinggi pada putih telur akan mempermudah garam larut pada
putih telur disbanding pada kuning telur, ketika telur diasin. Sirait (1986)
menyatakan bahwa karena banyak mengandung air, maka selama
penyimpanan putih telur merupakan bagian yang paling mudah rusak.
Protein putih telur terdiri atas protein serabut yang terdiri
ovomucin dan protein globular yang terdiri dari ovalbumin, conalbumin,
ovomucoid, lizosim, flavoprotein, ovoglobulin, ovoinhibitor, dan avidin
(Sirait, 1986). Protein globular merupakan protein yang berbentuk bola.
Protein ini larut dalam larutan garam asam encer, juga lebih mudah
berubah dibawah pengaruh suhu, konsentrasi garam, pelarut asam basa
dibandingkan protein serabut. Protein globular juga merupakan protein
yang mudah terdenaturasi
6. Larutan Blanko
Larutan blanko adalah larutan tidak berisi analit. Larutan blanko
biasanya digunakan untuk tujuan kalibrasi sebagai larutan pembanding
dalam analisis fotometri. Larutan blanko dapat dibagi menjadi 3 jenis
yaitu :
 Kalibrasi blanko (larutan yang digunakan untuk membuat titik nol
konsentrasi dari grafik kalibrasi; larutan ini hanya berisi pengencer
digunakan untuk membuat larutan standar)
 Reagen blanko (larutan berisi reagen yang digunakan untuk
melarutkan sampel pembacaan absorbansi untuk larutan ini biasanya
dikurangi dari pembacaan sampel)
 Metode blanko (larutan yang diperlakukan sama dengan sampel
ditambah dengan reagen yang sama mengalamai kontak dengan alat
yang sama dan diperlakukan dengan prosedur yang sama)
F. Alat dan Bahan
 Alat
- Tabung sentrifuge 1 buah
- Alat sentrifuge 1 buah
- Tabung reaksi 10 buah
- Labu ukur 10 mL 1 buah
- Gelas kimia 250 mL 1 buah
- Pipet tetes 10 buah
- Mikropipet 1 buah
- Rak tabung reaksi 1 buah
- Waterbath 1 buah
- Spektrofotometri UV-Vis 1 buah
- Neraca analitik 1 buah
- Spatula 1 buah
- Kaca arloji 1 buah
 Bahan
- Sampel yang akan diuji Secukupnya
- Aquades Secukupnya
- Pereaksi Biuret 35 mL
- Larutan induk protein (albumin) 15 mL
- kadar 10 mg/mL
G. Alur Percobaan
a). Persiapan Sampel

Sampel
Ditimbang sebanyak 1 gram
Ditambahkan 3 mL aquades
Dihomogenkan
Dimasukkan ke dalam tabung sentrifuge

Larutan Sampel

Disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm


menit
Didekantasi

Endapan Supernatant (filtrat)


b). Persiapan Sampel

1 mL larutan 1 mL larutan 1 mL larutan 1 mL larutan 1 mL larutan


sampel protein sampel protein sampel protein sampel protein sampel protein
kadar 1 mg/ml kadar 2 mg/ml kadar 3 mg/ml kadar 4 mg/ml kadar 5 mg/ml

Dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang


berbeda (diberi label)
Ditambahkan 5 ml reagen biuret
Dihomogenkan
Diinkubasi ke dalam waterbath pada suhu 37
selama 10 menit

Larutan berwana ungu

Diukur absorbansinya pada panjang


gelombang 540 nm dengan spektrometri UV-
VIS
Nilai Absorbansi

Reaksi :
 CuSO4 . 5H2O(s) + 2NaOH(aq)  Cu(OH)2(aq) + Na2SO4(aq) . 5H2O(l)
 Cu(OH)2(aq)  Cu2+(aq) + 2OH-(aq)

c). Penetapan Absorbansi Larutan Blanko

1 mL aquades

Dimasukkan ke dalam tabung reaksi


Ditambahkan 5 ml reagen biuret
Dihomogenkan
Diinkubasi ke dalam waterbath pada suhu 37
selama 10 menit

Larutan berwana ungu

Diukur absorbansinya pada panjang gelombang 540


nm dengan spektrometri UV-VIS

Nilai Absorbansi
d). Penetapan Absorbansi Larutan Sampel

1 mL supernatant sampel

Dimasukkan kedalam tabung reaksi


Ditambahkan 5 ml reagen biuret
Dihomogenkan
Diinkubasi ke dalam waterbath pada suhu
37selama 10 menit

Larutan berwana ungu

Diukur absorbansinya pada panjang


gelombang 540 nm dengan spektrometri UV-
VIS
Nilai Absorbansi

Reaksi :
 CuSO4 . 5H2O(s) + 2NaOH(aq)  Cu(OH)2(aq) + Na2SO4(aq) . 5H2O(l)
 Cu(OH)2(aq)  Cu2+(aq) + 2OH-(aq)


H. Hasil Pengamatan

Hasil Pengamatan
No.
Prosedur Percobaan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
Perc
Sebelum Sesudah
1. Persiapan Sampel Sampel  Massa Berdasarkan
putih telur sampel = percobaan
Sampel bebek = 1,0115 g yang telah
cairan  Setelah dilakukan,
Ditimbang sebanyak 1 gram tidak dapat
disentrifuge
Ditambahkan 3 mL aquades berwarna = larutan disimpulkan
Dihomogenkan dan kental tetap tidak bahwa tidak
Aquades = berwarna terdapat
Dimasukkan ke dalam tabung
larutan dan tidak endapan dan
sentrifuge tidak terbentuk larutan tidak
Larutan
Disentrifuge dengan kecepatan 3500 berwarna endapan berwarna
Sampel
rpm menit
Didekantasi

Endapan Supernatant
(filtrat)
2. Persiapan Larutan Standar  Albumin  1 mL - CuSO4 . 5H2O(s) Berdasarkan
10 albumin percobaan
+ 2NaOH(aq)  yang telag
mg/mL = + 9 mL
larutan
aquades = Cu(OH)2(aq) + dilakukan
tidak dapat
larutan Na2SO4(aq) . disimpulkan
berwarna
 Reagen tidak 5H2O(l) bahwa
biuret – berwarna setelah
- Cu(OH)2(aq)  diinkubasi
larutan  2 mL
berwarna albumin Cu2+(aq) + 2OH-(aq) larutan akan
biru berwarna
+ 8 mL -
muda lebih pekat
aquades = dan nilai
 Aquades
larutan absorbansi
= larutan
tidak tidak tertinggi
berwarna berwarna pada
 3 mL konsentrasi 5
albumin mg/mL yaitu
0,776.
+ 7 mL Semakin
aquades = besar
larutan konsentrasi
tidak maka
berwarna semakin
 4 mL + Cu 2+ besar pula
(rantai polipeptida) nilai
albumin
 absorbansiny
+ 6 mL a. Dengan
aquades = persamaan
larutan regresi yaitu
tidak y = 0,1551x
berwarna – 0,015
 5 mL R2 = 0,9662
albumin Ikatan peptida (ikatan
+ 5 mL kompleks berwarna
aquades = ungu)
larutan
tidak
berwarna
 1 mL
albumin 1
mg/mL +
5 mL
biuret =
larutan
berwarna
biru
muda
 1 mL
albumin 2
mg/mL +
5 mL
biuret =
larutan
berwarna
biru
muda
 1 mL
albumin 3
mg/mL +
5 mL
biuret =
larutan
berwarna
biru
keunguan
 1 mL
albumin 4
mg/mL +
5 mL
biuret =
larutan
berwarna
ungu
 1 mL
albumin 5
mg/mL +
5 mL
biuret =
larutan
berwarna
ungu (+)
 Setelah
diinkubas
i
- 1 mL
albumin 1
mg/mL +
5 mL
biuret =
larutan
berwarna
biru muda
jernih
- 1 mL
albumin 2
mg/mL +
5 mL
biuret =
larutan
berwarna
biru
muda (+)
- 1 mL
albumin 3
mg/mL +
5 mL
biuret =
larutan
berwarna
biru
keunguan
(+)
- 1 mL
albumin 4
mg/mL +
5 mL
biuret =
larutan
berwarna
ungu (+)
- 1 mL
albumin 5
mg/mL +
5 mL
biuret =
larutan
berwarna
ungu (+)
 Setelah
diukur
nilai
absorbans
inya
dengan
spektrofot
ometri
UV-Vis
- 1 mg/ml
= 0,057
- 2 mg/mL
= 0,203
- 3 mg/mL
= 0,365
- 4 mg/mL
= 0,543
- 5 mg/mL
= 0,776

c. Penetapan Absorbansi Larutan Blanko  Aquades  1 ml Berdasarkan


= larutan aquades + percobaan
tidak 5 ml reagen yang telah
1 mL aquades berwarna biuret = dilakukan
 Reagen larutan dapat
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
biuret = berwarna disimpulkan
Ditambahkan 5 ml reagen biuret larutan biru bahwa
berwarna  Nilai larutan
Dihomogenkan
biru absorbansi blanko tidak
Diinkubasi ke dalam waterbath pada muda larutan mengandung
blanko = protein.
suhu 37 selama 10 menit
Larutan berwana ungu 0,014 Konsentrasi
larutan
Diukur absorbansinya pada panjang blanko
sebesar 0,000
gelombang 540 nm dengan spektrometri
dan nilai
UV-VIS
Nilai Absorbansi absorbansiny
a sebesar
0,014

d. Penetapan Absorbansi Larutan Sampel  1 ml  Setelah - CuSO4 . 5H2O(s) Berdasarkan


percobaan
supernata ditambah + 2NaOH(aq)  yang telah
1 mL supernatant sampel nt sampel kan 5 ml dilakukan
Cu(OH)2(aq) + dapat
= larutan reagen
Dimasukkan kedalam tabung reaksi tidak biuret = Na2SO4(aq) . disimpulkan
berwarna larutan bahwa nilai
Ditambahkan 5 ml reagen biuret 5H2O(l)
 Reagen berwarna absorbansi
Dihomogenkan biuret = ungu (++ - Cu(OH)2(aq)  sampel
larutan +) murni =
Diinkubasi ke dalam waterbath pada  Setelah Cu2+(aq) + 2OH-(aq) 0,4189 dan
berwarna
suhu 37selama 10 menit biru diukur sampel 1: 3 =
muda nilai - 0,1678.
Larutan berwana ungu  1 ml absorbans Kadar
sampel inya protein putih
Diukur absorbansinya pada panjang putih dengan telur bebek
telur spektrofo yang
gelombang 540 nm dengan didapatkan
bebek = tometri
spektrometri UV-VIS cairan uv-vis lebih besar
tidak  Sampel daripada
Nilai Absorbansi teori yaitu
berwarna murni =
dan 0,4189 sebesar 0,597
kental (sampel
perbandingan
1:3)
+ Cu2+
(rantai polipeptida)

I. Analisis dan Pembahasan
Pada percobaan yang berjudul ” Penentuan Kadar Protein Dengan
Metode Biuret” ini bertujuan untuk menentukan kadar protein pada sampel
ikan bandeng dengan menggunakan metode biuret. Prinsip dasar percobaan
ini adalah pengukuran berdasarkan penyerapan cahaya dengan ikatan
kompleks peptida ungu. Ion Cu2+ membentuk senyawa kompleks dengan
ikatan peptida (kompleks Cu peptida) dan absorbansinya dibaca pada panjang
gelombang 540 nm. Penyerapan cahaya ini oleh larutan berwarna. Biuret
yang memberi warna pada larutan sehingga ion kupri tereduksi menjadi ion
kupro. Pada praktikum ini menggunakan metode biuret karena metode biuret
mampu mengidentifikasi adanya ikatan peptide dalam protein secara
kuantitatif melalui spektrofotometri UV-Vis dan secara kualitatif melalui
kepekatan warna atau perubahan warna.
1. Persiapan Sampel
Percobaan ini bertujuan untuk mendapatkan filtrat protein yang
murni, sehigga bisa digunakan pada percobaan 4 yaitu “Penentuan
Absorbansi Larutan Sampel”. Tahap pertama yang harus dilakukan adalah
sampel putih telur bebek ditimbang dengan menggunakan neraca digital
dan didapatkan berat sampel 1,0115 gram. Sampel yang sudah ditimbang
dimasukkan kedalam tabung sentrifuge dan ditambahkan 3 ml aquades.
Penambahan aquades di sini bertujuan untuk melarutkan protein dalam
air. Hasil setelah tambahkan aquadest larutan tidak berwarna. Setelah
ditambah aquades, larutan sampel dimasukkan ke dalam tabung sentrifuge
dan disentrifuge dengan kecepatan 350 rpm selama 10 menit. Tujuan
disentrifuge yaitu untu memisahkan antara fitrat dengan residu,sehingga
residu dapat mengendap pada dasar tabung. Hal itu terjadi karena adanya
gaya sentrifugal. Gaya sentrifugal merupakan efek semu yang dihasilkan
ssaat benda melakukan gerak melingkar atau menjauhi pusat putaran.
Setelah disentrifuge, larutan tetap tidak berwarna dan tidak terbentuk
endapan. Filtrat ini akan digunakan pada percobaan 4 sebagai larutan
sampel.
2. Pembuatan Standar
Pada percobaan ini bertujuan untuk membuat kurva standart yang
akan dijadikan acuan untuk menentukan kadar protein pada sampel putih
telur bebek. Kurva tersebut berdasarkan perbandingan antara konsentrasi
dan absorbansi pada larutan protein standart. Pada tahap pertama
dilakukan pengenceran agar didapatkan kadar larutan protein standart
yaitu pengenceran dengan konsentrasi 1 mg/ml, 2 mg/ml, 3 mg/ml, 4
mg/ml dan 5 mg/ml dengan cara pengenceran volume dari larutan induk
protein yang dihitung dengan persamaas :
M1 x V1 = M2 x V2
Pada pembuatan larutan standart 5 mg/ml dibutuhkan 5 ml larutan
induk protein 10mg/ml. Untuk larutan standart 4 mg/ml dibutuhkan 8 ml
larutan protein induk 5 mg/ml. Untuk membuat 3 mg/ml larutan protein
standart, dibutuhkan 7,5 ml larutan protein induk 4 mg/ml. Untuk
membuat 2 mg/ml larutan protein standart, dibutuhkan 6,67 ml larutan
protein induk 3 mg/ml. dan Untuk membuat 1 mg/ml larutan protein
standart, dibutuhkan 5 ml larutan protein induk 2 mg/ml. Pengenceran
dilakukan dengan menggunakan labu ukur. Ada dua jenis pengencerean
yaitu, pengenceran bertingkat dan penenceran langsung. Jenis
pengenceran yang digunakan pada praktikum ini adalah pengenceran
bertingkat. Kelebihan dari pengenceran ini yaitu meminimalisir adanya
kesalahan saat pengenceran dan menghemat waktu.Sedangkan pada
pengenceran bertingkat jika melakukan kesalahan pada satu pengenceran
maka harus mengulangi pengenceran dari awal bukan pada bagian yang
salah saja. Akan tetapi dengan pengenceran bertingkat dapat menghemat
bahan karena larutan induk yang digunakan adalah larutan induk hasil
pengenceran sebelumnya.
Larutan protein standart yang sudah jadi, dimasukkan kedalam 5
tabung reaksi dan beri label kadar pada tiap tabung reaksi. Ditambahkan 5
ml reagen biuret dan dihomogenkan. Pada percobaan ini larutan standart
yang digunakan adalah larutan albumin. Hal tersebut dikarenakan sampel
yang digunakan adalah ikan bandeng yang mana adalah protein hewani
dan karena albumin adalah jenis protein sederhana, yang ketika diuji
dapat menyerap pada panjang gelombang 540 nm secara maksimal,
sehingga cocok dijadikan standart atau patokan pengujian pada protein
lain. Penambahan reagen biuret berfungsi agar ion Cu2+ dapar berikatan
dengan ikatan peptida pada penyusunan protein dan dapat membentuk
senyawa kompleks peptida yang ditandai dengan perubahan warna larutan
menjadi ungu. Semakin pekat warna ungu yang terbentuk maka semakin
panjang ikatan peptidanya. Reagen biuret berfungsi memberi warna pada
larutan sehingga sampelnya dapat diuji dengan spektrofotometri UV-Vis.
Karena spektrofotomoteri UV-Vi hanya mampu membaca pada rentang
panjang gelombang pada daerah visible dan pada senyawa berwarna.
Reagen biuret sendiri terdiri atas 3 komponen, yaitu yang pertama adalah
tembaga (II) sulfat yang berfungsi sebagai penyedia ion Cu2+ yang
nantinya akan membentuk senyawa kompleks dengan protein. Yang
kedua adalah kalium natrium tartrat yang funginya adalah mencegah
terjadinya reduksi pada Cu2+, sehingga tidak terjadi pengendapan. Dan
yang terakhir adalah NaOH yang fungsinya adalah penyedia suasana basa
yang nantinya akan membentuk CuOH2 dan kemudian akan diuraikan
menjadi Cu2+ dan 2OH- . Setlah ditambahkan reagen biuret, langkah
selanjutnya adalah diinkubasi pada suhu 37℃ selama 10 menit. Proses
inkubasi berfungsi untuk mempercepat reaksi dan digunakan suhu 37℃
karena suhu tersebut adalah suhu optimal untuk kestabilan struktur Cu
peptida. Kemudia, diukur panjang absorbansinya pada panjang
gelombang 540 nm. Digunakan panjang gelombang 540 nm karena pada
panjang tersebut warna yang diserap adalah hijau dan warna yang
diteruskan adalah ungu (Suyatno, 2016) dan pada panjang gelombang
tersebut adalah panjang gelombang optimum untuk senyawa peptida (Cu
Peptida).
Nilai absorbansi yang diperoleh pada larutan standart 1 mg/ml
adalah = 0,057, larutan standart 2 mg/ml adalah = 0,203, larutan standart
3 mg/ml adalah = 0,365, larutan standart 4 mg/ml adalah = 0,543dan
Konsentras
Nilai Absorbansi
i
0 0,014
1 0,057 larutan standart 5 mg/ml
2 0,203 adalah = 0,776. Dari nilai
3 0,365 absorbansi tersebut, kemudian
4 0,543
5 0,776 dibuat kurva standartnya dan
ditentukan persamaan regresinya.

Grafik Konsentrasi terhadap Nilai Absorbansi


0.9
0.8
0.7
f(x) = 0.155142857142857 x − 0.0615238095238095
0.6 R² = 0.966210112498239
Nilai Absorbansi

0.5
0.4
Series2
0.3
Linear
0.2 (Series2)

0.1
0
0 1 2 3 4 5 6
Konsentrasi

Persamaan regresi yang diperoleh adalah y = 0,1551x - 0,0615.


Kurva yang dihasilkan berbentuk linear karena semakin tinggi konsentrasi
larutan maka warna lautannya semakin pekat dan cahaya yang diserap
semakin banyak sehingga nilai absorbsansinya semakin tinggi. warna
yang diperoleh pada larutan standart 1 mg/ml adalah larutan berwarna
biru muda jernih, larutan standart 2 mg/ml adalah larutan berwarna biru
muda (+), larutan standart 3 mg/ml adalah larutan berwarna biru
keunguan (+), larutan standart 4 mg/ml adalah larutan berwarna ungu (+),
larutan standart 5 mg/ml adalah larutan berwarna ungu (++). Reaksi pada
percobaan ini adalah :
 CuSO4 . 5H2O(s) + 2NaOH(aq)  Cu(OH)2(aq) + Na2SO4(aq) . 5H2O(l)
 Cu(OH)2(aq)  Cu2+(aq) + 2OH-(aq)

3. Penetapan Absorbansi Larutan Blanko


Pada percobaan ini bertujuan untuk menentukan absorbansi pada
larutan blanko. Tujuan dari larutan blanko pada saat pengukuran
absorbansi di alat spektronik adalah untuk mengecek dan menangkap
panjang gelombang yang dibutuhkan untuk protein sebesar 540 nm serta
memastikan bahwa tidak ada partikel lain (kontaminan) dalam sampel
tersebut sehingga pada pengukuran absorbansi blanko di alat spektronik,
blanko di taruh di belakang sedangkan depannya aquades. Absorbansi
larutan blanko yang dihasilkan harus 0 (apabila tidak 0 maka masih ada
kontaminan yang masuk), apabila absorbansi sudah 0 maka panjang
gelombang yang dihasilkan sudah sesuai setting pada alat spektronik yaitu
540 nm.
Tahapan pembuatan larutan blanko yang dilakukan adalah dengan
mengambil 1 mL aquades kemudian dimasukkan ke dalam gelas kimia
dan ditambahkan 5 mL reagen biuret berwarna biru menghasilkan larutan
yang berwarna biru. Kemudian larutan dalam tabung diinkubasi pada
suhu 37˚C selama 10 menit dan didiamkan selama 30 menit. Inkubasi
bertujuan agar proses pembentukan senyawa kompleks berwarna dapat
berlangsung dengan benar-benar sempurna serta untuk mempertajam
warna dari hasil reaksi protein dengan biuret dan fungsi yang lebih utama
ialah untuk memaksimalkan reaksi antara ion kupri (Cu2+) dengan ikatan
peptida dalam protein sehingga senyawa kompleks berwarna ungu yang
terbentuk menjadi stabil. Selain itu inkubasi tersebut dilakukan agar
terjadi penyesuaian pada larutan dan reaksi dapat terjadi pada suhu
tersebut, waktu inkubasi ini juga merupakan waktu yang dibutuhkan agar
protein bereaksi seluruhnya dengan reagen. Setelah diinkubasi tidak
terjadi perubahan warna pada larutan, yakni larutan tetap berwarna biru
muda.
Kemudian larutan pada tabung diukur absorbansinya
menggunakan alat spektrofotometer pada panjang gelombang 540 nm.
Pengukuran dilakukan pada panjang gelombang 540 nm karena rentang
panjang gelombang yang dihasilkan oleh senyawa kompleks Cu peptide
ada pada rentang 500-560 nm sehingga dipilih panjang gelombang 540
nm karena penyerapan foton terbaik (optimum) berada di panjang
gelombang 540 nm selain itu penyerapan elektromagnetik warna hijau
yang tidak tampak paling banyak pada panjang gelombang 540 nm
menyebabkan konsetrasi yang dihasilkan lebih valid. Dari pengukuran
tersebut diperoleh nilai absorbansi larutan blanko 0,014 A dengan
konsentrasi 0,000.
4. Penetapan Absorbansi Larutan Sampel
Pada percobaan ini bertujuan untuk mengetahui absorbansi sampel
putih telur bebek dan diukur kadar protein pada sampel putih telur bebek.
Tahap pertama adalah 1 mL supernatant sampel putih telur bebek yang
diperoleh dari hasil percobaan pertama, dimasukkan ke dalam tabung
reaksi dan ditambahkan 5 mL reagen biuret berwarna biru maka
menghasilkan larutan berwarna ungu (+++). Fungsi penambahan biuret
adalah untuk mengetahui ada tidaknya ikatan peptida dalam sampel.
Prinsip kerja metode menggunakan biuret yaitu pengukuran serapan
cahaya oleh ikatan kompleks berwarn ungu yang dihasilkan karena Cu2+
membentuk kompleks dengan ikatan peptide pada suasana basa.
Kemudian dihomogenkan dan diinkubasi ke dalam waterbath selama 10
menit pada suhu 37˚C. Inkubasi bertujuan agar proses pembentukan
senyawa kompleks berwarna dapat berlangsung dengan benar-benar
sempurna serta untuk mempertajam warna dari hasil reaksi protein
dengan biuret dan fungsi yang lebih utama ialah untuk memaksimalkan
reaksi antara ion kupri (Cu2+) dengan ikatan peptida dalam protein
sehingga senyawa kompleks berwarna ungu yang terbentuk menjadi
stabil. Selain itu, inkubasi tersebut dilakukan agar terjadi penyesuaian
pada larutan dan reaksi dapat terjadi pada suhu tersebut, waktu inkubasi
ini juga merupakan waktu yang dibutuhkan agar protein bereaksi
seluruhnya dengan reagen. Setelah diinkubasi, maka menghasilkan
larutan berwarna ungu. Warna ungu dihasilkan dari reaksi antara protein
yang terdapat ikatan peptida didalamnya dengan reagen biuret.
Kemudian larutan sampel pada tabung diukur absorbansinya
menggunakan alat spektrofotometer pada panjang gelombang 540 nm.
Pengukuran dilakukan pada panjang gelombang 540 nm karena rentang
panjang gelombang yang dihasilkan oleh senyawa kompleks Cu peptide
ada pada rentang 500-560 nm sehingga dipilih panjang gelombang 540
nm karena penyerapan foton terbaik (optimum) berada di panjang
gelombang 540 nm selain itu penyerapan elektromagnetik warna hijau
yang tidak tampak paling banyak pada panjang gelombang 540 nm
menyebabkan konsetrasi yang dihasilkan lebih valid. Maka dihasilkan
nilai absorbansi sebesar 0,4189 pada sampel murni dan 0,1678 pada
sampel 1:3. Pada percobaan 2 sudah diperoleh nilai persamaan regresinya
yaitu y = 0,1551x - 0,0615. Untuk menentukan kadar protein sampel ikan
bandeng maka nilai absorbansi sampel dimasukkan ke persamaan
tersebut, dengan absorbansi sebagai “y”, kemudian dicari nilai x. nilai x
yang diperoleh adalah x = 1,99 mg/mL. Kemudian menghitung massa
sampel :
1000 mg
Massa sampel = = 333,333 mg/mL
3 mL
Dari massa sampel tersebut dihitung kadar proteinnya dalam bentuk %
dengan rumus :
1,99
%= × 100% = 0,597 %
333,333
Dari perhitungan tersebut diperoleh kadar protein sebesar 0,597%. Kadar
tersebut tidak sesuai dengan teori yaitu sebesar 0,113%.

Reaksi pada percobaan ini adalah :


 CuSO4 . 5H2O(s) + 2NaOH(aq)  Cu(OH)2(aq) + Na2SO4(aq) . 5H2O(l)
 Cu(OH)2(aq)  Cu2+(aq) + 2OH-(aq)

J. Diskusi
Berdasarkan hasil diskusi kami lakukan dapat disimpulkan bahwa,
Hasil kadar protein pada percobaan ini tidak sesuai dengan teori. Yang mana
menurut teori sebesar 0,113% tetapi kadar yang diperoleh pada percobaan ini
adalah sebesar 0,597%. Hal tersebut bisa saja terjadi karena beberapa hal
seperti metode yang digunakan dalam menentukan protein berbeda, jenis telur
bebek yang diuji berbeda, dan pemberian pakan bebek yang berbeda
K. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan tersebut dapat ditarik kesimpulan :
1. Nilai absorbansi larutan protein standar 1 mg/ml adalah = 0,057, larutan
standart 2 mg/ml adalah = 0,203, larutan standart 3 mg/ml adalah = 0,365,
larutan standart 4 mg/ml adalah = 0,543dan larutan standart 5 mg/ml
adalah = 0,776, absorbansi larutan blanko sebesar 0,014 dan absorbansi
larutan sampel sebesar 0,1995.
2. Diperoleh persamaan regresi y = 0,1551x - 0,0615 dan R2 =0,9662
3. Kadar protein pada sampel putih telur bebek adalah 0,597%
L. Daftar Pustaka
Fessenden, F. &. 1982. Kimia Organik Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.
Harmita, Hayun, Hariyant,, Herman S., Nelly D.L., Sabarijah W., Umar M.,
2006. Analisis Kuantitatif Bahan Baku dan Sediaan Farmasi.
Departemen Farmasi FMIPA UI, Depok: 134-153.
Jubaidah, S., et. al. 2016. Penetapan kadar protein tempe jagung ( Zea Mays
L.) dengan kombinasi kedelai (Glycine Max (L.) Merill) secara
spektrofotometri sinar tampak. In Jurnal Ilmiah Manuntung (Vol. 2,
pp. 111–119)
Lehninger, A. L. 1982. Principles of Biochemistry. Worth Publisher Inc.
Pamijiati 2009. Pengaruh ekstrak daun selasih (Ocimum basilicum linn)
terhadap mutu kesegaran ikan bandeng selama penyimpanan dingin
(Chanos chanos Forsk). Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro.
Pasaribu, A. M. 2004. Kajian sistem mudular pada usaha tani ikan bandeng
(Chanos chanos, Forskal) di Sulawesi Selatan. Jurnal Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian, 7, 187-192.
Poedjiadi, Anna dan F.M. Titin Supriyanti. 2006. Dasar-Dasar Biokimia,
Edisi Kedua.Jakarta: UI Press, Hal. 81-82, 91-92.
Purwanto, Maria Goretti M. 2014. Perbandingan Analisa Kadar Protein
Terlarut dengan Berbagai Metode Spektroskopi UV-Visible. Jurnal
Sains dan Teknologi, 7(2):64-71, ISSN: 0216-1540.
Stryer, L. 2000. Biochemistry 6th Edition. New York.
Sudarmadji, S. 1989. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta:
Penerbit Liberty.
Sumardjo, D. 2008. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah mahasiswa
Kedokteran dan Program S1 Fakultas Bioeksakta. Jakarta: Penerbit
Nuku Kedokteran EGC.
Suyatno. 2016. Penentuan Struktur Molekul Senyawa Organik dengan
Metode
Spektroskopi. Surabaya: Unesa University Press.
Underwood, D. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Jakarta:
Erlangga.
Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.

M. Jawaban Pertanyaan
1. Buatlah kurva standar konsentrasi vs absorbansi. Dengan bantuan kurva
standar tersebut tentukan kadar protein sampel!

Konsentrasi vs Nilai Absorbansi


0.9
0.8
0.7
f(x) = 0.155142857142857 x − 0.0615238095238095
0.6 R² = 0.966210112498239
Nilai Absorbansi

0.5
Series2
0.4 Linear (Series2)
0.3
0.2
0.1
0
0 1 2 3 4 5 6
Konsentrasi

Penentua kadar protein dalam telur bebek adalah sebagai berikut :

a. Berdasarkan kurva standar konsentrasi vs absorbansi didapatkan


persamaan garis y = 0,1551x – 0,0615
Jika diketahui nilai absorbansi telur bebek pada sampel murni sebesar
0,4189 maka:
y = 0,1551x – 0,0615
0,4189 = 0,1551x-0,0615
0,4189 + 0,0615 = 0,1551x
0,4804 = 0,1551x
0,4804
x=
0,1551
x = 3,09 mg/ml
Jika diketahui nilai absorbansi telur bebek pada sampel 1:3 sebesar
0,1678 maka:
y = 0,1551x – 0,0615
0,1678 = 0,1551x-0,0615
0,1678 + 0,0615 = 0,1551x
0,2293 = 0,1551x
0,2293
x=
0,1551
x = 1,99 mg/ml
b. Kadar protein dalam telur bebek
Jika diketahui massa telur bebek yang ditimbang adalah 1 gr = 1000 mg
1000
Massa sampel = = 333,333 mg/ml
3
1,99
%= x 100%
333,333
% = 0,597 %
2. Apakah peptida akan memberikan reaksi positif terhadap pereaksi
Biuret? Jika benar demikian, bagaimana menentukan kadar protein yang
tercampur dengan peptida?
Jawab :
Ya peptida akan memberikan reaksi positif terhadap pereaksi
Biuret. Cara menentukan kadar protein yang tercampur dengan peptida
adalah dengan menggunakan alat Spektrofotometri UV-VIS. Karena
ikatan peptida dapat membentuk kompleks berwarna ungu yang dapat
dibaca oleh Spektrofotometri UV-VIS pada panjang gelombang 540 nm.
Sesuai dengan hukum Lambert-Beer nilai absorbansi ini berbanding lurus
dengan konsentrasi protein dan tidak tergantung dengan jenis protein
karena seluruh protein pada dasarnya memiliki jumlah ikatan peptida
yang sama per satuan berat. Sehingga dengan bantuan persamaan regresi
linear dari kurva antara konsentrasi vs absorbansi milik larutan standar
dapat dihitung kadar dari larutan sampel protein yang mengandung ikatan
peptida.
N. Lampiran Foto

Alat dan Bahan


Gambar Keterangan Gambar Keterangan

Persiapan Alat Neraca nalitik

Larutan reagen
Alat sentrifuge
biuret

Aquades Waterbath

Spektrofotometri
UV-VIS

Persiapan Sampel
Gambar Keterangan Gambar Keterangan
Aquades
Sampel (putih
dimasukkan
telur bebek)
kedalam gelas
ditimbang
ukur sebanyak 3
sebanyak 1 gram
mL

Sampel
ditambahkan 3 Dihomogenkan
mL aquades

Disentrifuge
Sampel
dengan
dimasukkan
kecepatan 3500
kedalam tabung
rpm selama 10
sentrifuge
menit

Pembuatan Larutan Standar


Gambar Keterangan Gambar Keterangan
Dimasukkan
pengenceran 1
Pengenceran
mL larutan
larutan sampel
sampel protein
protein kadar 1
kadar 1 mg/mL
mg/mL
ke dalam tabung
reaksi
Pengenceran Dimasukkan
larutan sampel pengenceran 1
protein kadar 2 mL larutan
mg/mL sampel protein
kadar 2 mg/mL
ke dalam tabung
reaksi
Dimasukkan
pengenceran 1
Pengenceran
mL larutan
larutan sampel
sampel protein
protein kadar 3
kadar 3 mg/mL
mg/mL
ke dalam tabung
reaksi
Dimasukkan
pengenceran 1
Pengenceran
mL larutan
larutan sampel
sampel protein
protein kadar 4
kadar 4 mg/mL
mg/mL
ke dalam tabung
reaksi
Dimasukkan
pengenceran 1
Pengenceran
mL larutan
larutan sampel
sampel protein
protein kadar 5
kadar 5 mg/mL
mg/mL
ke dalam tabung
reaksi

Ditambahkan 5
ml reagen biuret
pada masing- Dihomogenkan
masing tabung
reaksi

Sebelum
Dimasukkan
diinkubasi
kedalam
larutan standar
waterbath
berwarna ungu
Diinkubasi ke
dalam waterbath Larutan standar
pada suhu setelah
37℃ selama 10 diinkubasi
menit
Diukur
absorbansinya
pada panjang
gelombang 540
nm dengan
spektrofotometri
UV VIS
Penetapan Absorbansi Larutan Blanko
Gambar Keterangan Gambar Keterangan

1 mL aquades Ditambahkan
dimasukkan ke 5 mL reagen
dalam tabung biuret
reaksi

Larutan blanko
Dihomogenkan sebelum
diinkubasi

Diiunkubasi ke
Dimasukkan ke dalam waterbath
dalam waterbath pada suhu 37ºC
selama 10 menit
Diukur
absorbansinya
Larutan blanko pada panjang
setelah gelombang 540
diinkubasi nm dengan
spektrofotometri
UV VIS
Penetapan Absorbansi Larutan Sampel
Gambar Keterangan Gambar Keterangan

1 mL
supernatant
ditambahkan 5 Dihomogenkan
mL reagen
biuret

Larutan
supernatant Dimasukkan ke
sebelum dalam waterbath
diinkubasi

Diiunkubasi ke Larutan
dalam waterbath supernatant
pada suhu 37ºC setelah
selama 10 menit diinkubasi
Diukur
absorbansinya
pada panjang
gelombang 540
nm dengan
spektrofotometri
UV-VIS
O. Lampiran Perhitungan

Rumus Pengenceran : V1 × M1 = V2 × M2
Diketahui :
V2 = 10 mL
M1 (larutan induk protein) = 10 mg/Ml
1. V1 × M1 = V2 × M2
V1 × 10 mg/mL = 10 mL × 1 mg/mL
10
V1 = mL
10
V1 = 1 mL
Komposisi :
- Larutan induk = 1 mL
- Aquades = 9 Ml

2. V1 × M1 = V2 × M2
V1 × 10 mg/mL = 10 mL × 2 mg/mL
20
V1 = mL
10
V1 = 2 mL
Komposisi :
Larutan induk = 2 mL
Aquades = 8 mL

3. V1 × M1 = V2 × M2
V1 × 10 mg/mL = 10 mL × 3 mg/mL
30
V1 = mL
10
V1 = 3 mL
Komposisi :
Larutan induk = 3 mL
Aquades = 7 mL
4. V1 × M1 = V2 × M2
V1 × 10 mg/mL = 10 mL × 4 mg/mL
40
V1 = mL
10
V1 = 4 mL
Komposisi :
Larutan induk = 4 mL
Aquades = 6 mL

5. V1 × M1 = V2 × M2
V1 × 10 mg/mL = 10 mL × 5 mg/mL
50
V1 = mL
10
V1 = 5 mL
Komposisi :
Larutan induk = 5 mL
Aquades = 5 mL

 Penentuan kadar protein putih telur bebek sampel 1 : 3


y = 0,1551 x – 0,0615
0,1678 = 0,1551 x – 0,0615
0,1678 + 0,0615 = 0,1551 x
0,2293 = 0,1551 x
0,2293
x= = 1,99 mg/mL
0,1551

 Penentuan kadar protein putih telur bebek sampel murni


y = 0,1551 x – 0,0615
0,4189 = 0,1551 x – 0,0615
0,4189 + 0,0615 = 0,1551 x
0,4804 = 0,1551 x
0,4804
x= = 3,09 mg/mL
0,1551
 Kadar protein putih telur bebek (%)
Sampel 1 : 3
x = 1,99 mg/mL
1000 mg
Massa sampel = = 333,333 mg/mL
3 mL
1,99
%= × 100%
333,333
= 0,597 %

Anda mungkin juga menyukai