KARAKTERISASI PROTEIN
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
1. AURELIA FIONA (210343606454)
2. GURITNA PUSPITASARI (210343606472)
3. SITI KHAIRUNISA (210343606446)
4. RIZTIA PUTRI OKTAFIA (210343606462)
DOSEN PENGAMPU:
Dr. Muh Ade Artasasta, S.Si
IndraKurniawanSaputra S.Si, M.Si
PENDAHULUAN
1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang didapat mahasiswa setelah melaksanakan praktikum ini
adalah sebagai berikut:
1. Mampu memahami dan mengidentifikasi protein berdasarkan ikatan peptida
dengan uji biuret.
2. Mampu memahami dan membedakan peristiwa denaturasi dan pengendapan
protein.
3. Mampu memahami dan menjelaskan pengaruh pH dan pelarut organik
terhadap struktur albumin telur.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Protein
b. Protein Kompleks
Glikoprotein yang merupakan turunan dari karbohidrat
Fosfoprotein hidrolisisnya menghasilkan asam fosfat dan asam amino
Lipoprotein proses transport lipid menuju jaringan kromoprotein
protein dengan gugus prostetik yang berpigmen
Protein mempunyai empat struktur yaitu, struktur primer yang merupakan
ikatan peptida dari asam amino pembentuk suatu protein tersebut, struktur tersier
interaksi antara struktur sekunder satu dengan struktur sekunder lainya melalui
ikatan hidrogen contohnya double-heliks, ikatan disulfida atau ikatan ion, struktur
sekunder terbentuknya protein dari ikatan hidrogen yang terjadi antara gugus-
gugus amina atau atom hidrogen pada rantai samping asam amino contohnya
membentuk α-heliks, dan struktur kuartener yang melibatkan beberapa peptida
sehingga membentuk suatu protein [11].
Dari gambar reaksi di atas pada uji biuret yaitu ion Cu2+ (dari pereaksi biuret)
dalam keadaan suasana basa bereaksi dengan polipeptida atau ikatan peptida yang
menyusun protein sehingga membentuk senyawa kompleks berwarna ungu
(violet). Reaksi ini positif untuk dua ataupun lebih ikatan peptida dan negatif
untuk asam amino bebas [16].
Dari gambar di atas pada struktur tersier, terdapat interaksi dengan jembatan
garam, jembatan garam yaitu ikatan ionik antara muatan positif dan muatan
negatif pada rantai samping amino, sebagai contoh interaksi antara ion -COO dari
glycine dan ion –NH2 asam glutamat, dengan penambahan asam atau basa bisa
dapat merusak jembatan garam yang tergabung dalam muatan ionik. Hal ini dapat
menyebabkan ikatan jembatan garam pada protein tersebut bisa terputus karena
rusaknya ikatan hidrogen pada ikatan non polar yang telah terjadi pada struktur
berlipat dari [21].
METODE
3.1.1 Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi, pipet tetes,
rak tabung reaksi, spatula, dan corong.
3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah albumin telur, larutan
albumin telur, larutan susu, larutan gula, larutan NaOH 5 M, larutan CuSO 4 2 M,
larutan Pb(CH3COO)2 1%, larutan (NH4)SO4 2 M, larutan HCl 0,1 N, etanol 95%,
aseton, dan akuades.
Albumin telur
Hasil
3.2.2 Denaturasi Protein oleh Ion Logam Berat
Albumin telur
Hasil
3.2.3 Pengendapan Protein dengan Garam Anorganik
Albumin telur
Hasil
3.2.4 Pengaruh pH pada Struktur Albumin Telur
Albumin telur
Hasil
3.2.5 Pengaruh Pelarut Organik terhadap Struktur Albumin Telur
Albumin telur
Hasil
BAB 4
4.3 Pembahasan
4.3.1 Uji Biuret
Pengujian albumin (tabung I) menghasilkan warna lebih pekat dibandingkan
pengujian pada larutan albumin (tabung II) karena semakin tinggi jumlah kompleks
peptida-tembaga maka semakin pekat warna ungu [14]. Banyaknya ikatan peptida
menunjukkan banyaknya protein yang terkandung dalam sampel. Dalam uji lain
seperti sampel larutan susu yang awalnya berwarna putih menjadi ungu karena
adanya protein di dalamnya, sedangkan larutan gula menjadi hijau bening kebiruan
menunjukkan tidak ada kandungan protein sehingga Cu2+ menghasilkan reaksi negatif
yang ditunjukkan dengan perubahan warna menjadi hijau kebiruan.
Reaksi pembentukan kompleks berwarna ungu terjadi karena ion Cu 2+ dalam
situasi basa akan bereaksi dengan ikatan polipeptida pada protein karena adanya
pasangan elektron bebas pada peptida. Untuk dapat menghasilkan reaksi ini, minimal
harus ada dua ikatan peptida. Selain protein, kemungkinan zat lain yang dapat
memberikan hasil positif terhadap uji biuret adalah senyawa yang memiliki atom
nitrogen dan memiliki PEB seperti garam amonium dan melamin [16]. Berdasarkan
percobaan ini, kuantitas protein pada albumin dan larutan albumin dapat ditunjukkan
dari perubahan warna hasil uji biuret. Semakin pekat warna ungu yang dihasilkan,
maka kuantitas protein dalam larutan semakin banyak.
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Pada praktikum kali ini, ketersediaan sampel sebaiknya dipersiapkan dan
dipastikan cukup untuk setiap kelompok agar praktikum dapat berjalan lancar serta
waktu yang dipergunakan lebih efektif. Penempatan sampel yang banyak digunakan
untuk percobaan alangkah lebih baik jika diletakkan tidak hanya pada satu titik agar
kondisi laboratorium tetap kondusif.
DAFTAR PUSTAKA
[10] Soedarmo, M.,G Abdul, M. 1998. Biokimia. Bogor : Pusat Antar IPB
[11]Wirahadikusumah. 1989. Biokimia : Protein, Enzim dan Asam Nukleat Edisi II.
[15]Switzer, R., & Garrity, L. (1999). Experimental Biochemistry, 3rd ed.; W.H.
Freeman and Company: New York.
[17]Muhsafaat, L.O. Sukria, H.A. & Suryahadi. 2015. Kualitas Protein dan
Komposisi Amino Ampas Sagu Hasil Fermentasi Aspergillus niger dengan
Penambahan Urea dan Zeolit. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI), 20(2), pp.124–
130. Available at: http://journal.ipb.ac.id/index.php/JIPI.
[21]Ophardt, C. E. (2003). Protein and Its Properties. New York: Marcel Dekker Inc.
LAMPIRAN
Hasil uji Biuret terhadap albumin Hasil uji kelarutan residu dan uji
telur, larutan albumin, larutan Biuret pada percobaan denaturasi
susu, dan larutan gula protein oleh ion logam berat