KADAR PROTEIN
Disusun Oleh :
Duena Firsta Sridiasti Ayumar
22030114130068
Fawnia Azalia
22030114140070
Ajeng Larasati
22030114130072
Betsi Kusumaningnastiti
22030114140074
KADAR PROTEIN
1. TUJUAN PERCOBAAN
Penetapan kadar protein dengan metoda Mikro Kjeldahl.
2. DASAR TEORI
2.1. Protein
2.1.1. Pengertian Protein
Protein adalah senyawa organik kompleks yang tersusun atas unsur karbon (C),
hidrogen (H), Oksigen (O), dan Nitrogen (N). Protein merupakan makromolekul yang
terdiri dari satu atau lebih polimer. Setiap polimer tersusun atas monomer yang disebut
asam amino. Masing-masing asam amino mengandung satu atom karbon (C) yang
mengikat satu atom hidrogen (H), satu gugus amin (NH2), satu gugus karboksil (COOH), dan lain lain (gugus R). Asam amino kemudian membentuk rantai panjang
melalui ikatan peptida. Ikatan peptida adalah ikatan antara gugus karboksil satu asam
amino dengan gugus amin dari asam amino lain yang ada di sampingnya. Asam amino
berantai panjang ini disebut protein polipeptida.
2.1.2. Struktur Protein
2.1.2.1. Struktur Primer
Struktur primer protein merupakan urutan linear asam amino yang
membentuk rantai polipeptida. Urutan uni diberikan oleh urutan basa nukleotida
DNA dalam kode genetik. Urutan asam amino yang menentukan posisi dari
kelompok R yang relatif berbeda antara satu dan yang lainnya. Posisi ini
menentukan lipatan protein dan struktur akhir molekul.
Struktur Primer
2
Struktur Sekunder
2.1.2.3. Struktur Tersier
Struktur tersier protein adalah struktur tiga dimensi yang lentur dan rantai
polipeptida yang memutar. Urutan linear dari rantai polipeptida dilipat pada
struktur globular dan lipatan ini distabilkan oleh interaksi nonkovalen lemah.
Interaksi antara urutan linear dan struktur globular merupakan ikatan hidrogen
yang terbentuk ketika atom hidrogen bersama dengan dua atom lain dan interaksi
elektrostatik yang dibentuk antara rantai asam amino yang dibebankan
merupakan suatu ion postif dan negatif dari makromolekul. Pada struktur ini
terjadi lipatan membentuk struktur - helix dan - sheet, karena adanya ikatan
hidrogen di antara gugus-gugus polar dari asam amino dalam rantai protein.
Interaksi hidrofobik, hubungan disulfida, dan ikatan kovalen juga berkontribusi
terhadap struktur tersier.
Struktur Tersier
3
Struktur Kuartener
2.
Pengendapan protein
3.
1.
2.
Protein yang terdenaturasi sebagian lebih mudah dicerna, sifat pembentuk buih
dan emulsi lebih baik daripada protein asli.
3.
Denaturasi oleh panas merupakan prasyarat pembuatan gel protein yang dipicu
panas.
Denaturasi protein dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu oleh panas, tekanan,
gaya mekanik, pH, bahan kimia, dan lain-lain.
Ikatan disulfida
Adanya ikatan disulfida menyebabkan protein tahan terhadap denaturasi
pada suhu tinggi.
2.
Jembatan garam
Adanya jembatan garam menyebabkan protein tahan terhadap denaturasi
pada suhu tinggi.
3.
Waktu pemanasan
Waktu pemanasan pendek mengakibatkan denaturasi reversibel, sedang
waktu pemanasan panjang mengakibatkan denaturasi irreversibel.
4.
Kadar air
Semakin tinggi kadar air maka protein menjadi semakin tidak stabil.
5.
Bahan tambahan
Penambahan gula dan garam akan menstabilkan protein
6.
2.
3.
2.
3.
Agregasi
Pada titik isoelektrik (pI) kelarutan protein akan berkurang sehingga protein
akan menggumpal dan mengendap.
dapat membentuk garam kompleks, dan dapat membentuk senyawa berwarna biru
dengan ninhidrin.
Begitu pula dengan Protein yang
satunya adalah kelarutan yang secara signifikan berpengaruh terhadap sifat fungsional
protein. Kelarutan adalah kemampuan suatu zat untuk bisa larut. Kelarutan protein di
dalam suatu cairan, sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
1.
pH
2.
Suhu
3.
Kekuatan ionik
4.
<======> H+
terjadi pengendapan yang bersamaan antara protein yang ingin dimumikan dan
protein yang tidak diinginkan. Adapun tujuan dari presipitasi protein biasanya adalah
untuk memurnikan, mengkonsentratkan, atau bisa juga apabila protein sebagai
pengotor maka dapat dipisahkan dari zat yang diinginkan
2.4. Analisa kuantitatif protein
Analisis kuantitatif protein adalah analisis yang bertujuan untuk mengetahui
kadar protein dalam suatu bahan pangan. Analisis kuantitatif protein dapat
dilakukan dengan metode kjeldahl, metode titrasi formol, metode lowry,
metode spektrofotometri visible biuret, dan metode spektrofotometri UV.
Metode Kjeldahl
Metode kjeldahl merupakan metode yang sederhana untuk penetapan
nitrogen total pada asam amino, protein dan senyawa yang mengandung
nitrogen. Analisa ini dapat dibagi menjadi tiga tahapan yaitu proses
destruksi, destilasi, dan titrasi.
1. Tahap Destruksi
Pada tahap ini, sampel dipanaskan dalam asam sulfat pekat sehingga
terjadi destruksi menjadi unsur-unsur penyusunnya. Elemen karbon akan
teroksidasi menjadi CO, CO 2 , H 2 O. Sedangkan nitrogennya (N) akan
berubah menjadi (NH4)2SO4
2. Tahap Destilasi
Pada tahap destilasi, ammonium sulfat dipecah menjadi ammonia (NH3) dengan
penambahan NaOH sampai alkalis dan dipanaskan.
3. Tahap Titrasi
Sisa asam klorida yang bereaksi dengan ammonia akan dititrasi dengan
NaOH standar menggunakan indicator PP yang kemudian akan ditandai
dengan tepat perubahan warna larutan menjadi merah muda.
Metode Lowry
Metode Lowry mengkombinasikan pereaksi biuret dengan pereaksi lain (FolinCiocalteauphenol) yang bereaksi dengan residu tyrosine dan tryptophan dalam
protein. Reaksi ini menghasilkan warna kebiruan yang bisa dibaca di antara 500
750 nm, tergantung sensitivitas yang dibutuhkan. Akan muncul puncak kecil di
sekitar 500 nm yang dapat digunakan untuk menentukan protein dengan konsentrasi
tinggi dan sebuah puncak besar disekitar 750 nm yang dapat digunakan untuk
menentukan kadar protein dengan konsentrasi rendah.
Metode Titrasi Formol
Larutan protein dinetralkan dengan basa (NaOH) lalu ditambahkan formalin akan
membentuk dimethilol. Dengan terbentuknya dimethilol ini berarti gugus aminonya
sudah terikat dan tidak akan mempengaruhi reaksi antara asam dengan basa NaOH
sehingga akhir titrasi dapat diakhiri dengan tepat. Indikator yang digunakan adalah
p.p., akhir titrasi bila tepat terjadi perubahan warna menjadi merah muda yang tidak
hilang dalam 30 detik.
Metode Spektrofotometri UV
Asam amino penyusun protein diantaranya adalah triptofan, tirosin dan fenilalanin
yang mempunyai gugus aromatik. Triptofan mempunyai absorbsi maksimum pada
280 nm, sedang untuk tirosin mempunyai absorbsi maksimum pada 278 nm.
Fenilalanin menyerap sinar kurang kuat dan pada panjang gelombang lebih pendek.
Absorpsi sinar pada 280 nm dapat digunakan untuk estimasi konsentrasi protein
dalam larutan. Supaya hasilnya lebih teliti perlu dikoreksi kemungkinan adanya asam
nukleat dengan pengukuran absorpsi pada 260 nm. Pengukuran pada 260 nm untuk
melihat kemungkinan kontaminasi oleh asam nukleat. Rasio absorpsi 280/260
menentukan faktor koreksi yang ada dalam suatu tabel.
10
11
Erlenmeyer
2.
Gelas Beker
3.
Gelas Ukur
4.
Labu Kjeldahl
5.
6.
Corong
7.
Pendingin
12
8.
Pipet
9.
Buret
10. Statif
11. Spiritus
12. Kaki Tiga
13. Kasa Besi
14. Batu Didih
3.2.Bahan
1.
Susu Bubuk
2.
3.
4.
Indikator Fenolftalein
5.
6.
K2SO4
7.
CuSO4
8.
NaOH 40%
9.
Aquadest
4. CARA KERJA
1.
Timbang saksama sampel susu bubuk sebanyak 3 gram, masukkan dalam labu Kjeldahl.
2.
Tambahkan 20 ml H2SO4 pekat, 5 gram K2SO4 dan 0,5 gram CuSO4 dan beberapa butir
batu didih.
3.
Pasang labu Kjeldahl tersebut pada statif dengan kemiringan 45 dan diberi tutup
corong pada mulut labu.
4.
Panaskan hati-hati dengan lampu kecil selama 50 menit sambil terus menerus digojog.
5.
6.
Larutan didinginkan dan kemudian secara kuantitatif dipindahkan ke labu alas bulat
500 ml dengan cara membilasnya dengan aquadest. Dan tambahkan aquadest sampai
volumenya lebih kurang setengah dari volume labu.
7.
Tambahkan 100 ml larutan NaOH 40% dan beberapa butir batu didih.
13
8.
Distilasi larutan tersebut dan tampung destilatnya dalam Erlenmeyer yang berisi 50 ml
larutan HCl 0,1000 dan 2 tetes indikator larutan fenolftalein (ujung alonga harus
tercelup dalam larutan HCl 0,1000 N tersebut).
9.
10. Tunggu hingga destilasi menghasilkan 3-5 tetes pada tabung Erlenmeyer berisi HCl dan
Indikator PP
11. Kemudian ke dalam erlenmeyer ditambahkan 2 tetes indikator PP, jika sudah tidak
berubah warna menjadi merah maka lanjutkan ke tahap selanjutnya.
12. Titrasi hasil destilasi tersebut dengan larutan NaOH 0,1000 N dengan indikator
fenolftalein sebanyak 2 tetes sampai larutan berwarna merah jambu.
5. HASIL PERCOBAAN DAN PERHITUNGAN
Percobaan
Berat Sampel
N (HCl)
N (NaOH)
3 gram
50
0,1000 N
60
0,1000 N
3 gram
50
0,1000 N
30
0,1000 N
Kadar Protein
X 100%
3,0224
= 5,91%
6. PEMBAHASAN
Percobaan dengan metode Mikro Kjeldahl merupakan metode yang sederhana untuk
penetapan kadar protein dengan menghitung nitrogen total pada asam amino,
protein dan senyawa yang mengandung nitrogen (N), sehingga disebut sebagai
protein kasar. Analisa ini dapat dibagi menjadi tiga tahapan yaitu proses
destruksi, destilasi, dan titrasi.
14
1) Tahap Destruksi
Pada tahap ini, susu bubuk dipanaskan bersama H 2 SO 4 pekat, K 2 SO 4 dan
CuSO 4 . Kemudian terjadi destruksi protein oleh Asam Sulfat pekat menjadi
unsur-unsur penyusunnya yaitu C, H, O, N, S dan P. Selanjutnya Elemen
karbon akan teroksidasi menjadi CO, CO 2 , H 2 O. Sedangkan nitrogennya (N)
akan berubah menjadi (NH4)2SO4. Proses destruksi biasanya berjalan sangat lama. Oleh
karena itu dibutuhkan katalisator untuk mempercepat proses destruksi yaitu berupa
K 2 SO 4 dan CuSO 4.
Protein-----CH COOH + H2SO4
NH2
NH3 + H2SO4
(NH4)2SO4
2) Tahap Destilasi
Prinsip destilasi adalah memisahkan cairan atau larutan berdasarkan titik didih. Pada
tahap destilasi, ammonium sulfat dipecah menjadi ammonia (NH3) dengan penambahan
NaOH sampai alkalis dan dipanaskan. Selanjutnya, penambahan NaOH adalah untuk
memberikan suasana basa karena reaksi tidak dapat berlangsung pada suasana asam.
NaOH yang ditambahkan seharusnya adalah NaOH 40%, namun pada saat percobaan
terjadi kesalahan penambahan NaOH 0,1000 N. Sebenernya tidak apa-apa karena
percobaan masih bisa berjalan, masalah akan muncul saat proses titrasi.
Ammonia yang dibebaskan selanjutnya akan ditangkap oleh asam klorida dalam jumlah
yang berlebihan. Alonga diharuskan menempel pada larutan HCl adalah agar kontak
antara asam dan amonia terjadi lebih baik. Digunakan indikator PP untuk mengetahui
asam dalam keadaan berlebih atau tidak. Proses distilasi ini menghasilkan NH3 menurut
persamaan :
(NH4)2SO4 + 2NaOH
NH3 + HCl
NH4Cl
15
Uap yang dihasilkan dari proses destilasi akan mengalir dan masuk ke dalam
erlenmeyer yang telah diisi dengan HCl dan indikator fenolftalein. Setelah terdapat 3-5
tetes uap maka cek larutan pada erlenmeyer dengan meneteskan 2 tetes indikator PP,
apabila telah cukup maka tidak akan berubah warna.
3) Tahap Titrasi
Sisa asam klorida yang bereaksi dengan ammonia akan dititrasi dengan
NaOH standar menggunakan indicator PP yang kemudian akan ditandai
dengan tepat perubahan warna larutan menjadi merah muda.
HCl + NaOH
NaCl + H2O
Larutan NaOH yang digunakan untuk titrasi seharusnya tidak lebih dari
50mL (volume HCl), namun karena kesalahan penggunaan NaOH sehingga
NaOH
yang
perhitungan
dibutuhkan
kadar
protein
menjadi
maka
60mL.
akan
Apabila
muncul
digunakan
hasil
negatif
untuk
dimana
perhitungan kadar protein tersebut berarti tidak valid. Oleh karena itu
dilakukan percobaan kedua.
7. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan diatas didapatkan hasil bahwa kadar protein dari sampel susu bubuk
adalah 5,91%. Angka ini merupakan representasi dari jumlah nitrogen yang ada dalam susu
bubuk tersebut. Karena metode Mikro Kjeldahl tidak mendeteksi jumlah protein murni
melainkan jumlah protein dan senyawa-senyawa lain yang mengandung nitrogen seperti urea,
asam nukleat, ammonia, nitrat, nitrit, asam amino, amida, purin dan pirimidin.
16
DAFTAR PUSTAKA
Abrams, Jolane. 2010. DNA, RNA, and Protein: Life at its simplest. Tersedia dalam
http://www.postmodern.com/~jka/rnaworld/nfrna/nf-rnadefed.html.
Genius.
2010.
Tersedia
dalam
http://farisnh.com/2010/04/imunohistokimia-
imunohistokimia_16.html.
Goff,
Douglas.
1995.
Dairy
Chemistry
and
Physics.
Tersedia
dalam
http://www.foodsci.uoguelph.ca/dairyedu/chem.html.
MGMP Kimia Sumbar. 2009. Reaksi Analisa Protein. Tersedia dalam
https://mgmpkimiasumbar.wordpress.com/2009/02/11/reaksi-analisa-protein/
Murray, Robert K. 2006. Biokimia Harper. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta
Polban, HIMKA. 2014. Penentuan Kadar Protein Metode Kjeldahl dan Lowry. Tersedia
dalam
https://himka1polban.wordpress.com/laporan/kimia-pangan/penentuan-kadar-
protein-metode-kjeldahl-dan-lowry/
Rahayu, Hikmah Puji. 2013. Analisis Kuantitatif Protein Metode Biuret. Tersedia dalam
http://www.scribd.com/doc/180992963/ANALISIS-KUANTITATIF-PROTEINMAKALAH-doc#scribd
Ulya, Azza Rahmawati. 2014. Penentuan Kadar Protein Secara Kualitatif dan Kuantitatif.
Tersedia dalam http://azzarahmawati.blogspot.com/2014/08/penentuan-kadar-proteinsecara.html
17