NAMA : HARSIDA
NIM : Q1A118091
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2019
A. Reaksi-reaksi yang terjadi pada protein
pemutusan ikatan peptida, dan pembentukan senyawa yang secara sensori aktif.
Reaksi ini dipengaruhi oleh suhu dan lama pemanasan, pH, adanya oksidator,
Beberapa reaksi yang tidak diinginkan dapat dikurangi. Penstabil seperti polifosfat
dan sitrat akan mengikat Ca2+, dan ini akan meningkatkan stabilitas panas protein
whey pada pH netral. Laktosa yang terdapat pada whey pada konsentrasi yang
(spray drying).
1. Denaturasi protein
isoelektris. pH isoelektris adalah keadaan saat protein memiliki muatan positif dan
negatif yang sama (Anna, P., 1994). Dengan adanya muatan ionik maka asam dan
basa akan merusak jembatan garam didalam protein tersebut. Denaturasi akibat
asam / basa terjadi ketika adanya penambahan kadar asam atau basa pada garam
protein yang dapat memutus kandungan struktur dari protein tersebut karena
terjadi subtitusi ion negatif dan positif pada garam dengan ion positif dan negatif
pada asam atau basa. Reaksi ini terjadi di dalam sistem pencernaan, saat asam
asam dan basa. Garam logam berat umumnya mengandung Hg +2, Pb+2, Ag+1Tl+1,
Cd+2 dan logam lainnya dengan berat atom yang besar. Reaksi yang terjadi antara
garam logam berat akan mengakibatkan terbentuknya garam protein – logam yang
tidak larut). Protein akan mengalami presipitasi bila bereaksi dengan ion logam.
sedangkan ion-ion negatif yang dapat mengendapkan protein adalah; ion salisilat,
berat pada protein, hal ini terjadi karena ikatan sulfur pada protein tertarik oleh
ikatan logam berat sehingga proses denaturasi terjadi dengan adanya perubahan
struktur kandungan senyawa pada protein tersebut saat ion pada protein bereaksi
protein bergerak dengan sangat cepat sehingga sifat protein yaitu hidrofobik
cepat dan memutus ikatan hidrogen di dalamnya (Vladimir, 2007). Panas dapat
polar. Hal ini terjadi karena suhu tinggi dapat meningkatkan energi kinetik dan
dan bertambahnya viskositas atau kekentalan kadar protein yang tertanam pada
buah yang mengalami denaturasi akibat suhu panas. Pemanasan akan membuat
ini terjadi karena energi panas akan mengakibatkan terputusnya interaksi non-
kovalen yang ada pada struktur alami protein tapi tidak memutuskan ikatan
kovalennya yang berupa ikatan peptida. Proses ini biasanya berlangsung pada
umumnya terdapat kadar 70% dan 95%. Alkohol 70% bisa masuk ke dinding sel
mengkoagulasikan protein di luar dinding sel dan mencegah alkohol lain masuk
ke dalam sel melalui dinding sel. Sehingga yang digunakan sebagai disinfektan
hidrogen intramolekul pada rantai samping protein. Ikatan hidrogen yang baru
sistein. Antara rantai protein yang berbeda yang sama-sama memiliki gugus
sulfhidril akan membentuk ikatan disulfida kovalen yang sangat kuat. Agen
Reaksi maillard ini dapat terjadi pada waktu pembuatan (pembakaran) roti,
produksi breakfast cereals (serpihan jagung, beras, gandum, dll), dan pemanasan
daging terutama bila terdapat bahan pangan nabati. Pada pembakaran roti,
kehilangan zat gizi yang cukup besar tersebut terutama terjadi pada bagian yang
berwarna coklat (crust) karena terjadinya reaksi dengan gula pereduksi yang
dibentuk selama proses fermentasi tetapi tidak habis digunakan oleh khamir dari
dengan protein pada suhu rendah, tetapi pada suhu tinggi ternyata dapat
menimbulkan reaksi maillard, yang pada suhu tinggi terjadi pemecahan ikatan
glikosidik dari sukrosa dan menghasilkan glukosa dan fruktosa. Contoh lain
adalah pada pengolahan susu sapi dengan pemanasan karena susu merupakan
bahan pangan berprotein tinggi yang juga mengandung gula pereduksi (laktosa)
1. Rasemisasi
protein karena kurang mampu dicerna oleh tubuh. Kerugian akan semakin besar
apabila yang terasemisasi adalah asam amino esensial. Pemanasan protein pada
pH alkali dapat merusak beberapa residu asam amino seperti Arg, Ser, Thr dan
Lys. Arg terdekomposisi menjadi ornithine. Jika protein dipanaskan pada suhu
sekitar 200oC, seperti yang terjadi pada permukaan bahan pangan yang mengalami
adalah dari pirolisis residu Trp dan Glu. Satu kelas komponen yaitu imodazo
quinoline (IQ) merupakan hasil kondensasi kreatinin, gula dan beberapa asam
amino tertentu seperti Gly, Thr, Al dan Lys, komponen ini juga toksik. Senyawa-
senyawa toksik ini akan jauh berkurang apabila pengolahan tidak dilakukan secara
menjadi komponen-komponen yang lebih kecil seperti pepton, peptida dan asam
COO- dan berkurangnya berat molekul protein atau polipeptida, serta rusaknya
pada asam amino. Biasanya, ikatan peptida antara asam amino alifatik
membutuhkan waktu yang sangat lama untuk diuraikan. Hidrolisis yang memakan
waktu 24 jam pada suhu 110oC kurang mampu memecahkan ikatan peptida.
Sedangkan hidrolisis yang memakan waktu 2-3 hari mampu menguraikan dengan
H2SO4 pekat (4-8 normal), lalu dipanaskan pada suhu mendidih atau dapat
dilakukan dengan tekanan di atas satu atmosfer, selama beberapa jam. Akibat
samping yang terjadi dengan hidrolisis asam ialah rusaknya beberapa asam amino
suhu 110C
Cara cepat: Sampel protein diletakkan di tabung pada wadah tertutup yang
berisi 6 N HCL dgn ruang kosong yang diisi oleh nitrogen. Wadah tersebut lalu
diletakkan di oven selama 5-30 menit dengan suhu lebih dari 200C. Asam HCl
polipeptida dengan menggunakan basa / alkali kuat, seperti NaOH dan KOH pada
suhu tinggi, selama beberapa jam, dengan tekanan di atas satu atmosfer. Namun
digunakan satu jenis enzim saja, atau beberapa jenis enzim yang berbeda.
optimum.
pendek yang dihasilkan lebih bervariasi, reaksi dapat dipercepat kira-kira 1012
sampai 1020, tingkat kehilangan asam amino esensial lebih rendah, biaya produksi
relatif lebih murah dan menghasilkan komposisi asam amino tertentu terutama
peptida rantai pendek (dipeptida dan tripeptida) yang mudah diabsorbsi oleh
tubuh.
Salah satu cara lain untuk menghidrolisis kandungan protein dalam suatu
bahan dapat menggunakan enzim proteolitik baik yang berasal dari bahan itu
sendiri atau dengan penambahan enzim dari luar bahan. Enzim proteolitik yang
ditambahkan dapat berasal dari hewan maupun dari tumbuhan. Menurut Reed
(1975) enzim proteolitik atau enzim protease adalah enzim yang dapat memecah
4. Cross-Linking
contohnya adalah ikatan disulfida pada protein globular, di- dan trityrosine type
cross-link pada protein serat seperti keratin, elastin dan kolagen. Salah satu fungsi
cross-link pada protein alami adalah supaya tidak mudah dipecah oleh proteolisis.
cross-link pada protein. Pembentukan ikatan kovalen antara rantai polipeptida ini
terjadi karena ketersediaan residu lisil yang banyak terdapat dalam bahan pangan.
5. Oksidasi
aditif seperti hidrogen peroksida dan benzoil peroksida yang ditambahkan sebagai
bakterisidal pada susu atau pemutih pada tepung, dapat pula berasal dari radikal
riboflavin, reaksi Maillard). Selain itu, polifenol yang banyak terdapat pada bahan
yang berasal dari tanaman dapat dioksidasi oleh oksigen pada pH netral atau alkali
pengoksidasi ini dapat menyebabkan oksidasi beberapa residu asam amino dan
reaksi oksidasi adalah Met, Cys/cystine, Trp dan His, dan yang agak rentan yaitu
Tyr. Oksidasi lipid tidak jenuh menghasilkan radikal alkoksi dan peroksi.
tambahan, radikal bebas lipid dapat menginduksi pembentukan radikal bebas pada
rantai samping sistein dan histidin yang kemudian akan mengalami reaksi cross-
Reaksi ini berakibat pada turunnya nilai gizi protein dan dapat menimbulkan off-
flavour.
Reaksi nitrit dengan amin sekunder, dan pada beberapa kasus dengan amin
residu) yang terlibat dalam reaksi ini terutama Pro, His, Trp. Arg dan Cys juga
dapat bereaksi dengan nitrit. Reaksi ini terutama terjadi pada suasana asam dan
suhu tinggi. Amin sekunder yang dihasilkan dari reaksi Maillard, seperti produk
nitrosoamin pada pemasakan, grilling dan broiling daging telah menjadi perhatian
sebagaimana metode biuret, yang dalam suasana alkalis Cu(II) akan tereduksi
menjadi Cu(I). Ion Cu+ kemudian akan mereduksi reagen Folin-Ciocalteu,
amino) terkatalis Cu, yang memberikan warna biru intensif yang dapat dideteksi
sensitif (100 kali) daripada metode Biuret sehingga memerlukan sampel protein
yang lebih sedikit. Batas deteksinya berkisar pada konsentrasi 0.01 mg/mL.
Metode Lowry-Folin hanya dapat mengukur molekul peptida pendek dan tidak
dapat mengukur molekul peptida panjang. Prinsip kerja metode Lowry adalah
reduksi Cu2+ (reagen Lowry B) menjadi Cu+ oleh tirosin, triptofan, dan sistein
yang terdapat dalam protein. Ion Cu+ bersama dengan fosfotungstat dan
menyerap cahaya.
2. Spektrofotometri
UV (200-380 nm) maupun IR (> 750 nm) dan menggunakan sumber sinar yang
visual dengan studi yang lebih mendalam dari absorbsi energi. Absorbsi radiasi
oleh suatu sampel diukur pada berbagai panjang gelombangdan dialirkan oleh
suatu perkam untuk menghasilkan spektrum tertentu yang khas untuk komponen
yang berbeda.
Metode Kjeldahl merupakan salah satu dari uji kadar protein yang
(N) dalam susu. Kelebihan metode ini adalah sederhana, akurat, dan universal
metode ini bukannya tidak memiliki kekurangan. Kekurangan metode ini adalah
tiba. Intensitas cahaya yang dipantulkan oleh suatu suspensi adalah fungsi
efek ekstingsi, yaitu kedalaman di mana cahaya yang mulai tidak tampak di dalam
sebagai tyndall meter. Dalam instrumen ini intensitas diukur secara langsung.
juga pada warna. Untuk partikel yang lebih kecil, rasio tyndall sebanding dengan
pangkat tiga dari ukuran partikel dan berbanding terbalik terhadap pangkat empat
gugus aminonya sudah terikat dan tidak akan mempengaruhi reaksi antara asam
dengan basa NaOH sehingga akhir titrasi dapat diakhiri dengan tepat. Indikator
yang digunakan adalah p.p., akhir titrasi bila tepat terjadi perubahan warna
Ikan merupakan salah satu sumber protein yang sangat di butuhkan oleh
90%,dengan jaringan pengikat sedikit sehingga mudah di cerna (Natsir dan Latifa,
2018).
DAFTAR PUSTAKA
Natsir NA dan Latifa S., 2018. Analisis Kandungan Protein Total Ikan Kakap
Merah dan Ikan Kerapuh Bebek. Jurnal Biologi. 7 (1) : 49-50.