0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
54 tayangan20 halaman
Kelompok 1 membahas tentang denaturasi protein, koagulasi, dan beberapa reaksi pembentukan warna seperti browning, karamelisasi, dan reaksi Maillard. Dokumen ini juga menjelaskan penyebab dan mekanisme terjadinya denaturasi, koagulasi, dan reaksi pembentukan warna tersebut."
Kelompok 1 membahas tentang denaturasi protein, koagulasi, dan beberapa reaksi pembentukan warna seperti browning, karamelisasi, dan reaksi Maillard. Dokumen ini juga menjelaskan penyebab dan mekanisme terjadinya denaturasi, koagulasi, dan reaksi pembentukan warna tersebut."
Kelompok 1 membahas tentang denaturasi protein, koagulasi, dan beberapa reaksi pembentukan warna seperti browning, karamelisasi, dan reaksi Maillard. Dokumen ini juga menjelaskan penyebab dan mekanisme terjadinya denaturasi, koagulasi, dan reaksi pembentukan warna tersebut."
Denaturasi protein adalah perubahan struktur sekunder, tersier dan kuartener tanpa mengubah struktur primernya (tanpa memotong ikatan peptida).
Gambar 1. Denaturasi Protein
Sisi Negatif dan Positif Denaturasi:
Sisi negatif denaturasi: Protein kehilangan aktivitas biologi Pengendapan protein Protein kehilangan beberapa sifat fungsional Sisi positif denaturasi: Denaturasi panas pada inhibitor tripsin dalam legum dapat meningkatkan tingkat ketercernaan dan ketersediaan biologis protein legum. Protein yang terdenaturasi sebagian lebih mudah dicerna, sifat pembentuk buih dan emulsi lebih baik daripada protein asli. Denaturasi oleh panas merupakan prasyarat pembuatan gel protein yang dipicu panas. Cara Fisik
Suhu Denaturasi karena panas biasanya terjadi pada suhu 40 80oC. Stabilitas protein terhadap panas tergantung dari: 1. Komposisi asam amino 2. Ikatan disulfida 3. Jembatan garam 4. Waktu pemanasan 5. Kadar air 6. Bahan tambahan Penambahan gula dan garam akan menstabilkan protein. Tekanan hidrostatis Denaturasi karena protein dapat terjadi pada suhu 25oC apabila tekanan cukup besar. Protein yang terdenaturasi karena tekanan (< 2 kbar) umumnya bersifat reversibel setelah beberapa jam. Tekanan hidrostatis yang tinggi digunakan untuk: Inaktivasi mikrobia Pembentukan gel. Pelunak daging Gaya mekanik (seperti pengocokan) menyebabkan denaturasi protein. Hal ini disebabkan oleh pengikatan gelembung udara dan adsorpsi molekul protein pada perbatasan (interface) udara-cairan. Contohnya adalah pada putih telur kocok. Cara Kimia pH
Denaturasi karena pH bersifat reversibel, kecuali terjadi: - hidrolisis sebagian pada ikatan peptide - rusaknya gugus sulfhidril - agregasi Pada titik isoelektrik (pI) kelarutan protein akan berkurang sehingga protein akan menggumpal dan mengendap. Pelarut organik Pada konsentrasi rendah, pelarut organik akan menstabilkan protein, sedang pada konsentrasi tinggi, pelarut organik akan mendenaturasi protein. Zat terlarut (solut) organik Solut organik dapat memecah ikatan hidrogen yang akhirnya menyebabkan denaturasi protein. Contoh solut organik adalah urea dan guanidin HCl. Deterjen Deterjen akan membentuk jembatan antara gugus hidrofobik dengan hidrofilik yang menyebabkan denaturasi protein. Denaturasi ini bersifat irreversibel. Contoh deterjen adalah sodium dodecyl sulfate (SDS). Garam Pada konsentrasi rendah, garam akan menstabilkan protein, sedang pada konsentrasi tinggi, garam akan mendenaturasi protein. Koagulasi
Koagulasi adalah keadaan dimana protein tidak lagi terdispersi sebagai suatu koloid karena unit ikatan yang terbentuk cukup banyak. Faktor Penyebab Koagulasi : Asam Garam Panas Enzim Mikroba Mekanisme Koagulasi
Koagulasi berawal dari pemanasan yang dapat menyebabkan pemutusan ikatan hidrogenyang menopang struktur sekunder dan tersier suatu protein sehingga menyebabkan sisihidrofobik dari gugus samping polipeptida akan tebuka. Hal ini menyebabkan kelarutan protein semakin turun dan akhirnya mengendap dan menggumpal. Pada saat inilah terjadi proses koagulasi. Tahapan koagulasi protein : Denaturasi protein : Perubahan utama pada struktur 3 dimensi Flokulasi / curding : Perubahan struktur protein sekunder, penggumpalan protein yang mengendap berada di dalam keadaan terpisah pisah Gelasi/ koagulasi: Gumpalan gumpalan protein sudah menbentuk massa homogen seperti gel. Secara fisik
Pemanasan, Kenaikan suhu sistem koloid menyebabkan tumbukan antar partikel-partikel sol dengan molekul-molekul air bertambah banyak. Hal ini melepaskan elektrolit yang teradsorpsi pada permukaan koloid. Akibatnya partikel tidak bermuatan. Secara kimia
Menggunakan Prinsip Elektroforesis. Proses elektroforesis adalah pergerakan partikel-partikel koloid yang bermuatan ke elektrode dengan muatan yang berlawanan Penambahan koloid, dapat terjadi sebagai berikut : Koloid yang bermuatan negatif akan menarik ion positif (kation), sedangkan koloid yang bermuatan positif akan menarik ion negatif (anion). Penambahan Elektrolit. Jika suatu elektrolit ditambahkan pada sistem koloid, maka partikel koloid yang bermuatan negatif akan mengadsorpsi koloid dengan muatan positif (kation) dari elektrolit. Menurut Sugiono, ada 4 faktor yang menyebabkan koagulasi, diantaranya: 1. Perubahan suhu 2. Pengadukan 3. Penambahan ion dengan muatan besar 4. Pencampuran koloid positif dan koloid negatif Contoh Pemanfaatan Koagulasi
Tahu Tahu susu merupakan salah satu produk turunan dari susu yang diolah dengan cara menggumpalkan proteian yang terdapat di dalam susu. Bahan penggumpalan yang biasa dipakai dalam pembuatan tahu susu tidak berbeda dengan yang digunakan dalam pembuatan tahu kedelai. Prinsip pembuatannya adalah menggumpalkan protein dalam susu (kasein) yang bisa dilakukan dengan menambahkan bahan yang memiliki sifat asam, misalnya cuka. Dampak yang Ditimbulkan pada Produk
Contohnya pada pembuatan tahu. Dengan penambahan Sukrosa 0% LTN dan 1% LTS, diinkubasi pada suhu 37 selama 24 jam (Erni, dkk, 2009). Sehingga selain akibat panas, koagulasi juga dapat dipengaruhi oleh lama waktu pemasakan. Browning
Reaksi browning adalah reaksi yang menyebabkan pencoklatan pada bahan pangan. Adanya proses pencoklatan atau browning sering terjadi pada buah- buahan seperti pisang, peach, pear, salak, pala dan apel. Buah yang memar juga mengalami proses kecoklatan. Pada umumnya proses pencoklatan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu proses pencoklatan yang enzimatik dan yang nonenzimatik (Winarto, 2004). Macam-Macam Reaksi Browning
Reaksi Maillard Reaksi Maillard adalah proses pencoklatan bahan pangan akibat adanya reaksi antara asam amino dan gula pereduksi. Reaksi maillard biasanya terjadi pada bahan pangan yang mengandung protein dan karbohidrat. Berikut ini adalah beberapa tahap pada proses reaksi maillard, yaitu: Gula pereduksi (aldosa) bereaksi dengan gugus amino dari protein membentuk senyawa basa Schiff. Pembentukan basa Schiff terjadi menurut reaksi Amadori dimana terjadi isomerasi basa katalis atau penataan ulang dari N-glikosida dari suatu aldosa atau glycosylamine hingga terbentuk amino ketosa. Hasil reaksi amadori mengalami dehidrasi membentuk furfural dehida dari pentosa atau hidroksil metil furfural dari heksosa. Proses dehidrasi selanjutnya menghasilkan produk antara metil-alfa- dikarbonil yang kemudian terurai menghasilkan reduktor-reduktor dan alfa-dikarboksil, seperti metilglioksal, asetol dan diasetil. Aldehid-aldehid aktif hasil tahapan 3 dan 4 akan terpolimerisasi dengan atau tanpa mengikutsertakan asam amino. Polimerisasi tanpa asam amino di sebut kondensai aldol, sedangkan polimerisai dengan gugus amoni membentuk senyawa coklat yang disebut melanoidin. Hasil akhir dari suatu reaksi Maillard menghasilkan suatu produk yang biasa disebut Amadori Compound yaitu senyawa turunan dari gula aminodeoxys. Macam-Macam Reaksi Browning
Reaksi Karamelisasi Suatu larutan sukrosa bila diuapkan maka konsentrasinya akan meningkat, demikian juga titik didihnya. Keadaan ini akan terus berlangsung sehingga seluruh air menguap semua. Bila keadaan tersebut telah tercapai dan pemanasan tetap diteruskan, maka cairan bukan lagi terdiri dari air tetapi cairan sukrosa yang lebur. Hal ini disebabkan titik didih sukrosa adalah 160 oC. Apabila gula yang telah mencair tersebut dipanaskan terus sehingga suhunya melampaui titik leburnya (misalnya pada suhu 170 oC) maka mulailah terjadi karamelisasi sukrosa. Macam-Macam Reaksi Browning
Reaksi Vitamin C Vitamin C (asam askorbat) merupakan suatu senyawa reduktor dan juga dapat bertindak sebagai precursor untuk pembentukan warna coklat nonenzimatik. Asam-asam askorbat berada dalam keseimbangan dengan asam dehidroaskorbat. Dalam suasana asam, cincin lakton asam dehidroaskorbat terurai secara irreversible dengan membentuk suatu senyawa diketogulonat dan kemudian berlangsunglah reaksi Maillard dan proses pencoklatan. Ketengikan
Ketengikan adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan rusaknya lemak dan minyak. Penyebab ketengikan dalam lemak yaitu ketengikan oleh oks]idasi (oxidativerancidity), ketengikan oleh enzim (enzymatic rancidity), dan ketengikan oleh proses hidrolisa (hidrolitic rancidity) (Ketaren 2008). Berdasarkan penyebabnya, ketengikan dibagi menjadi dua jenis yaitu ketengikan hidrolisis dan ketengikan oksidatif (Coultate 2002). Ketengikan Hidrolisis
Ketengikan hidrolisis disebabkan akibat lepasnya komponen asam lemak bebas yang terdapat pada minyak akibat proses lipolisis. Lipolisis adalah proses hidrolisis ikatan ester pada lemak (triacylglycerols) sehingga menghasilkan asam lemak bebas dan gliserol. Asam lemak bebas rantai pendek akan menghasilkan bau khas yang tidak sedap yang dikenal dengan istilah tengik. Proses lipolisis dapat terjadi akibat pengaruh enzim, atau pemberian panas, dan air. Terbentuknya asam lemak bebas dengan 6-10 rantai hidrokarbon dapat menunjukkan kerusakan pada minyak (Rahman 2007) Ketengikan Oksidatif
Ketengikan oksidatif diakibatkan oleh proses oksidasi lemak pada minyak. Penyebab utama oksidasi lemak adalah autooksidasi. Reaksi autooksidasi pada lemak terjadi melalui pembentukan radikal bebas. Terdapat 3 tahap yaitu inisiasi, propagasi, dan terminasi. Pada tahap inisiasi, terjadi pembentukan radikal dari molekul lipida atau trigliserida. Asam lemak tak jenuh yang terdapat pada minyak memiliki ikatan rangkap, sehingga terdapat atom H yang tidak stabil pada rantai lemak. Akibat adanya pemanasan, atom H dapat lepas dari ikatannya. Reaksi propagasi merupakan reaksi dimana satu radikal bebas lemak di konversi menjadi radikal bebas lemak yang berbeda. Pada saat radikal (R.) sudah terbentuk, senyawa tersebut akan bereaksi dengan oksigen dan membentuk radikal peroksida (ROO.). Pada saat molekul hidrogen tak jenuh (RH) bergabung akan menghasilkan hydroperoxide (ROOH) dan radikal bebas (R.) yang baru. Reaksi propagasi juga dapat terjadi ketika oksigen ditambahkan pada rantai alkil pada lemak. Reaksi ini berlangsung terus menerus selama asam lemak tak jenuh masih tersedia. Tahapan terminasi terjadi ketika jumlah asam lemak tak jenuh pada minyak sudah menurun drastis. Jumlah hydroperoxide (dilihat dari bilangan peroksida) sudah tinggi, yang menunjukkan bahwa minyak sudah rusak (De Man 1999). Proses yang Menyebabkan Ketengikan pada Penggorengan
Ketika minyak goreng dipanaskan hingga 180C pada udara terbuka, akan terbentuk komponen-komponen volatil seperti aldehid, keton, hidrokarbon, alkohol, asam, dan ester. Komponen-komponen volatil ini terbentuk dari hasil reaksi oksidasi pada minyak yang kemudian membentuk hydroperoxides yang kemudian terdekomposisi. Pembentukan komponen volatil ini dipengaruhi jenis lemak yang terkandung, suhu, dan waktu pemanasan. Pada proses penggorengan bahan pangan, kandungan air pada bahan akan dilepaskan dari makanan dan masuk ke dalam minyak yang panas. Hal ini akan menyebabkan lemak (triacylglycerol) pada minyak terhidrolisis menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Adanya komponen-komponen volatil yang terbentuk juga akan mempengaruhi aroma minyak setelah pemanasan, dimana akan muncul aroma-aroma yang kurang sedap pada minyak. Produk pangan juga dapat melepaskan lemak ke dalam minyak. Hal ini menyebabkan sifat lemak dalam minyak ikut berubah, seperti aroma yang berubah menyerupai aroma bahan pangan (Fennema 1985). SEKIAN