akan mengganggu ikatan kovalennya. Hal ini dikarenakan dengan meningkatnya suhu akan
membuat energi kinetik molekul bertambah. Bertambahnya energi kinetik molekul akan
mengacaukan ikatan-ikatan hidrogen. Dengan naiknya suhu, akan membuat perubahan entalpi
sistem naik. Selain itu bentuk protein yang terdenaturasi dan tidak teratur juga sebagai tanda
bahwa entropi bertambah. Entropi sendiri merupakan derajat ketidakteraturan, semakin tidak
teratur maka entropi akan bertambah. Pemanasan juga dapat mengakibatkan kemampuan protein
untuk mengikat air menurun dan menyebabkan terjadinya koagulasi.
Selain oleh panas, asam dan basa juga dapat membuat protein terdenaturasi. Seperti telah
diketahui bahwa protein dapat membentuk struktur zwitter ion. Protein juga memiliki titik
isoelektrik dimana jumlah muatan positif dan muatan negatif pada protein adalah sama. Pada saat
itulah, protein dapat terdenaturasi yang ditandai dengan membentuk gumpalan dan larutannya
menjadi keruh. Pada saat ini entalpi pelarutannya akan menjadi tinggi, karena jumlah kalor yang
dibutuhkan untuk melarutkan sejumlah protein akan bertambah. Mekanismenya adalah
penambahan asam dan basa dapat mengacaukan jembatan garam yang terdapat pada protein. Ion
positif dan negatif pada garam dapat berganti pasangan dengan ion positif dan negatif dari asam
ataupun basa sehingga jembatan garam pada protein yang merupakan salah satu jenis interaksi
pada protein, menjadi kacau dan protein dapat dikatakan terdenaturasi.
Bentuk protein terdenaturasi yang mengendap ini juga dapat diakibatkan oleh pengaruh logamlogam berat. Dengan adanya logam-logam berat itu akan terbentuk kompleks garam proteinlogam. Kompleks inilah yang membuat protein akan sulit untuk larut. Dan sama dengan ketika
protein terdenaturasi akibat asam dan basa, entalpi pelarutannya akan naik. Protein bermuatan
negatif atau protein dengan pH larutan di atas titik isoelektrik akan diendapkan oleh ion positif
atau logam lebih mudah. Sebaliknya, protein bermuatan positif dengan pH larutan di bawah titik
isoelektrik membutuhkan ion-ion negatif. Contoh ion-ion positif yang dapat mengendapkan
protein misalnya Ag+, Ca2+, Zn2+, Hg2+, Fe2+, Cu2+, dan Pb2+. Dan contoh ion-ion negatif yang
dapat mengendapkan protein misalnya ion salisilat, trikloroasetat, piktrat, tanat, dan
sulfosalisilat. Namun selain membentuk kompleks garam protein-logam yang sukar larut, logam
berat dapat menarik sulfur pada protein sehingga mengganggu ikatan disulfida dalam protein dan
menyebabkan protein terdenaturasi pula.
Gangguan pada ikatan disulfida selain disebabkan oleh logam berat juga dapat disebabkan oleh
agen-agen pereduksi. Agen pereduksi ini bisa menyebabkan ikatan disulfida putus dan dapat
membentuk gugus tiol (-SH) dengan penambahan atom hidrogen. Selain ikatan disulfida, ikatan
lain yang apabila terganggu dapat menyebabkan denaturasi protein adalah ikatan hidrogen.
Dengan adanya alkohol dapat merusak ikatan hidrogen antar rantai samping dalam struktur
tersier suatu protein.
Selain itu, alkohol juga dapat mendenaturasi protein. Alkohol seperti kita ketahui umumnya
terdapat kadar 70% dan 95%. Alkohol 70% bisa masuk ke dinding sel dan dapat mendenaturasi
protein di dalam sel. Sedangkan alkohol 95% mengkoagulasikan protein di luar dinding sel dan
mencegah alkohol lain masuk ke dalam sel melalui dinding sel. Sehingga yang digunakan
sebagai disinfektan adalah alkohol 70%. Alkohol mendenaturasi protein dengan memutuskan
ikatan hidrogen intramolekul pada rantai samping protein. Ikatan hidrogen yang baru dapat
terbentuk antara alkohol dan rantai samping protein tersebut.
https://bisakimia.com/2012/11/11/denaturasi-protein/
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Biokimia Gizi yang dibimbing oleh
Ibu Dr. Ir. Juliana Christianingsih, M.Kes
Oleh :
Kelompok 2
2.
1.
Bunga Rizky Amalia (P27835111007)
Githa Ayu Prameswari
(P27835111010)
3. Pravita Arvyn D
(P27835111021)
4. Puput Sulviasari
(P27835111022)
TUJUAN PRAKTIKUM
Percobaan ini dimaksudkan untuk mempelajari identifikasi protein berdasarkan sifat
protein terhadap logam berat.
PRINSIP PERCOBAAN
Logam berat ini akan menyebabkan denaturasi protein dengan pengendapan
protein, apabila berbagai gugus dipermukaan molekul protein bermuatan negatif
sehingga membentuk garam dengan kation dari logam berat. Kelebihan logam
berat dapat melarutkan kompleks logam berat- protein walaupun protein tetap
mengalami denaturasi.
REAGENSIA
1.
2.
3.
4.
Larutan Albumin
Susu
Larutan HgCl2 1%
Larutan Pb Asetat 1%
ALAT
1.
2.
3.
4.
Beaker Glass
Erlenmeyer
Rak + Tabung reaksi
Bola Hisap
2 buah
1 buah
4 buah
1 buah
5.
6.
Pipet Volume
Pipet Tetes
2 buah
2 buah
METODOLOGI KERJA
1.
2.
3.
ml
Memipet susu pada tabung 3 dan tabung 4 masing-masing sebanyak 2 ml
Menetesi HgCl2 1% beberapa tetes pada tabung 1 dan tabung 3
Menetesi Pb Asetat 1% beberapa tetes pada tabung 2 dan tabung 4
Mengamati kemudian mencatat perubahan yang terjadi pada keempat tabung
tersebut
Bahan/Pereaksi
TAB 1
TAB 2
TAB 3
TAB 4
1.
Albumin (ml)
2.
Susu (ml)
3.
Larutan HgCl2
Bbrp tetes
Bbrp tetes
4.
Larutan Pb Asetat
Bbrp tetes
Bbrp tetes
menggump
menggump
menggump
menggump
al
al
al
al
positif
positif
positif
positif
Hasil pengamatan
Kesimpulan
Albumin setelah
Susu setelah
Susu setelah
ditetesi HgCl2
ditetesi Pb Asetat
ditetesi HgCl2
ditetesi Pb Asetat
Menggumpal
Menggumpal
Menggumpal
Menggumpal
PERTANYAAN
1.
Apakah setiap kali penambahan logam berat diikuti oleh panambahan endapan
2.
protein?
Sebutkan logam berat yang menjadi pencemar lingkungan di Jepang? Jelaskan
bagaimana logam tersebut meracuni manusia?
JAWABAN
1.
Iya.
Pada percobaan ini, larutan albumin ditambahkan dengan larutan HgCl 2 dan larutan
Pb-asetat. Setelah larutan albumin ditambahkan dengan larutan HgCl 2 dan larutan
Pb-asetat, terbentuk endapan berwarna putih dari garam proteinat.
Larutan protein pada titik isoelektriknya memiliki kutub negatif dan positif dengan
perbandingan sama. Endapan putih yang dihasilkan merupakan hasil dari reaksi
penetralan muatan antara ion logam berat sebagai kation dengan molekul protein
sebagai anion.
Pada penambahan larutan protein dengan HgCl 2 dan Pb-asetat, anion-anion dari
HgCl2 dan Pb-asetat akan menyebabkan suasana larutan menjadi sedikit asam,
sehingga protein akan mengkondisikan diri sebagai basa dan sebagian terdapat
sebagai anion. Anion dari protein inilah yang bereaksi dengan ion logam berat
membentuk garam proteinat yang tidak larut dalam air.
Protein yang tercampur oleh senyawa logam berat akan terdenaturasi. Hal ini
terjadi pada albumin yang terkoagulasi setelah ditambahkan HgCl 2 maupun timbal
asetat . Senyawa-senyawa tersebut akan memutuskan jembatan garam dan
berikatan dengan protein dan membentuk endapan logam proteinat. Protein juga
dapat mengendap bila terdapat garam-garam anorganik dengan konsentrasi yang
tinggi dalam larutan protein. Hal tersebut dapat kita lihat pada endapan yang
terdapat pada albumin setelah ditambahkan HgCl 2 dan Pb asetat. Albumin yang
ditambahkan dengan HgCl2
2.
harus membayar
TUJUAN PRAKTIKUM
Percobaan ini dimaksudkan untuk mengetahui ada atau tidaknya kandungan protein
pada bahan uji yaitu Urine, Pati dan Albumin
PRINSIP PERCOBAAN
Protein hanya berfungsi aktif biologis pada daerah pH dan suhuyang terbatas. Jika p
H dan suhu berubah melewati batas-batas tersebut,
protein akan mengalami denaturasi.
REAGENSIA
1.
ALAT
1.
Beaker Glass
3 buah
2.
3.
4.
5.
6.
3 buah
1 buah
3 buah
1 buah
1 buah
METODOLOGI KERJA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Bahan/Pereaksi
TAB 1
TAB 2
TAB 3
1.
Albumin (ml)
2.
Urine (ml)
3.
Pati (ml)
menggumpal
jernih
jernih
3 tetes
3 tetes
3 tetes
jernih
jernih
negatif
negatif
Perubahan saat
4.
dipanaskan sampai
mendidih
5.
Menggumpal
lebih banyak
Kesimpulan
Positif
Urine sebelum
dipanaskan +
dipanaskan +
Menggumpal
Jernih
Albumin setelah
Urine setelah
dipanaskan +
dipanaskan +
Menggumpal
Jernih
Pati sebelum
dipanaskan +
ditetesi Asam
Asetat
Jernih
Pati setelah
dipanaskan +
ditetesi Asam
Asetat
Jernih
Pada praktikum uji protein melalui pencampuran asam asetat pada urin bertujuan
untuk mengetahui adanya kandungan protein yang terkandung pada urin. Dalam
percobaan ini, sebanyak 5 % atau 5 tetes larutan asam Asetat (CH
COOH)
ditambahkan dalam setengah penuh urin dalam tabung reaksi dan kemudian
dipanaskan. Setelah ditambahkan asam Asetat tersebut, tidak terjadi perubahan
warna ataupun tidak terbentuk adanya endapan. Urin tetap menjadi bening, hal ini
menunjukan bahwa sampel urin tersebut normal. Sedangkan kita ketahui bahwa
indicator adanya albumin dalam urin ditandai dengan adanya cincin putih diantara
HNO3 pekat dalam urin. Adanya albumin dalam urin dapat disebabkan karena iritasi
pada saluran air seni atau kerusakan pada ginjal, kemampuan glomerulus untuk
dalam menyaring protein terganggu. Pemeriksaan atau uji albumin pada penderita
diabetes mellitus (DM) akan memberikan reaksi positif terhadap asam Asetat (CH
3
COOH) yaitu dengan terbentuknya cincin putih diantara HNO 3 pekat dalam urin
Uji protein pada pati yang dipanaskan lalu ditetesi Asam Asetat teidak menunjukkan
perubahan. Larutan pati tetap berwarna jernih dan tidak menggumpal. Hal tersebut
menandakan bahwa pati tidak mengandung protein.
PEMBAHASAN
1. DENATURASI PROTEIN
A.
Pengertian Denaturasi
Denaturasi protein: merupakan berubahan unsur protein yang menimbulkan
perubahan fisika, kimia dan biologi akibat pemanasan atau ditambah asam (asam
asetat, asam nitrat). Denaturasi dapat berupa rusaknya struktur tiga matra dari
suatu protein. Denaturasi protein ada dua macam, yaitu pengembangan rantai
peptide (terjadi pada polipeptida) dan pemecahan protein menjadi unit yang lebih
kecil tanpa disertai pengembangan molekul (terjadi pada ikatan sekunder)
(Kurtanto, Tomy. 2008).
Denaturasi protein pada enzim menjadikan enzim inaktif karena rusaknya struktur .
Hal ini karena konformasi bentuk molekulnya berubah sehingga substrat tidak cocok
lagi dengan bentuk enzim. Pada protein pembawa seperti haemoglobin, denaturasi
protein mampu menghilangkan kemampuan mengikat oksigen oleh darah (Kurtanto,
Tomy. 2008)
B.
C.
Mekanisme Denaturasi
Pengendapan ini terjadi karena adanya reaksi penetralan muatan antara ion logam
berat dengan anion dari protein. Perlu ditinjau bahwa protein merupakan suatu
koloid elektrolit yang bersifat amfoter. Dalam bentuk netral, senyawa ini berbentuk
dua kutub yang kondisinya dikenal dengan titik isoelektrik.
Gambar 4. Titik isoelektrik protein pada keadaan asam dan basa
terjadi
perubahan
pengutuban
dari
molekul
protein.
Perubahan
Pada pengendapan dengan asam kuat akan terbentuk cincin bulat. Hal ini
disebabkan karena pada saat penambahan yang direaksikan dengan larutan protein
menyababkan suatu denaturasi irrervisibial protein.
Asam dan basa dapat mengacaukan jembatan garam dengan adanya muatan ionik.
Sebuah tipe reaksi pengganti dobel terjadi sewaktu ion positif dan negatif di dalam
garam berganti pasangan dengan ion positif dan negatif yang berasal dari asam
atau basa yang ditambahkan. Reaksi ini terjadi di dalam sistem pencernaan, saat
asam lambung mengkoagulasi susu yang dikonsumsi(Ophart,C.E,2003)
protein bermuatan positif. Titik isolistrik pada albumin adalah pada pH 4,55-4,90
(Poedjiadi, 1994).
Adanya gugus amino dan karboksil bebas pada ujung-ujung rantai molekul protein,
menyebabkan protein mempunyai banyak muatan (polielektrolit) dan bersifat
amfoter (dapat bereaksi dengan asam maupun basa). Daya reaksi berbagai jenis
protein terhadap asam dan basa tidak sama, tergantung dari jumlah dan letak
gugus amino dan karboksil dalam molekul. Dalam larutan asam (pH rendah), gugus
amino bereaksi dengan H+, sehingga protein bermuatan positif. Sebaliknya, dalam
larutan basa (pH tinggi) molekul protein akan bereaksi sebagai asam atau
bermuatan negatif. Pada pH isolistrik muatan gugus amino dan karboksil bebas
akan saling menetralkan sehingga molekul bermuatan nol (Winarno, 2002).
2.
Logam berat yang masuk ke dalam tubuh bersifat destruktif. Merkuri terutama
merusak myelin ( selaput pelindung saraf saraf otak ). Akibatnya sel sel darah
otak ibarat kabel listrik yang terbuka dan rusak, tidak bisa berfungsi dengan baik.
yang
ada
di
dalam
tubuh
menjadi
berubah.
Jamur
yang
Proses penyerapan protein pada anak autis juga terganggu. Protein terdiri dari
rangkaian panjang asam amino. Bila pencernaan baik, maka rantai tersebut putus
semua menjadi satuan asam amino. Namun jika pencernaan kurang sempurna,
maka rantai tidak putus secara total, tapi masih ada rantai pendek yang terdiri dari
2-3 asam amino. Rantai pendek ini disebut Peptide.
Pada anak autisme, karena mukosa usus lebih bisa ditembus air, peptide sanggup
menyelinap melalui lubang lubang kecil pada mukosa, lalu terserap oleh usus dan
dibawa aliran darah ke otak. Di sini, jika peotide bersatu dengan sel sel reseptor
opioid, mereka akan bereaksi seperti morfin.
Glutein dan Casein adalah dua jenis protein yang sulit dicerna. Pada anak autisme,
Glutein dan Casein tidak dapat dipecah menjadi asam amino, melainkan masih
terdiri dari rangkain beberapa asam amino peptide dan tidak bisa terserap tubuh
karena ukurannya yang besar. Namun karena keadaan usus lebih bisa ditembus air,
peptide sanggup menyelinap melalui lubang lubang kecil pada mukosa, lalu
terserap oleh usus dan dibawa aliran darah ke otak. Di otak, peptide ini bersatu
dengan sel sel seseptor opioid, bereaksi menjadi seperti morfin. Peptide yang
berasal dari Gluten akan menjadi Gluteomorphin, sedangkan peptide yang berasal
dari casein akan menjadi caseomorphin.
Diding usus yang lebih bisa ditembus air ini juga mendasari keadaan multiple food
Allergy ( Alergi terhadap berbagai jenis makanan ). Makanan makanan yang belum
tercerna dengan sempurna akan menyelinap melewati lubang lubang kecil pada
dinding usus. Di luar dinding usus, terdapat sel sel pembuat antibody. Oleh sel
sel antibody, makanan yang belum tercerna sempurna tadi dianggap sebagai zat
asing dalam tubuh. Bila kebetulan yang belum tercerna secara sempurna ini adalah
telur, maka telur akan disergap oleh sel sel pembuat antibody, selanjutnya akan
dibuat antibody untuk telur, akibatnya tubuh anak autisme tersebut akan alergi
terhadap telur. Hal yang sama terjadi untuk bahan bahan makanan lainnya.
Intervensi Biomedis
Intervensi Biomedis mencakup pengaturan pola makan, menghindari makanan
tertentu dan menambah makanan lain. Intervensi Biomedis harus segera dilakukan
setelah hasil tes laboratorium dipenuhi. Semua gangguan metabolisme yang ada
harus diperbaiki apakah dengan obat, vitamin, suplemen makanan maupun
pengaturan diet. Yang paling berat adalah jika anak keracunan logam berat. Apabila
logam berat itu tidak cepat dikeluarkan, ada kemungkinan sel sel otak akan
mengalami kerusakan permanent.
Detoksifikasi / Kelasi
Mengeluarkan logam berat dari tubuh dan otak anak disebut detoksifikasi atau
kelasi ( Chelation ). Kelasi baru boleh dilakukan jika metabolisme dalam tubuh anak
sudah diperbaiki selama lebih kurang 3 6 bulan. Kelasi harus berada dalam
pengawasan yang tepat karena pemakaian obat obat tertentu akan berpengaruh
pada kerja ginjal dan organ lain.
Sebagian besar logam berat akan dikeluarkan melalui urine. Oleh karena itu ginjal
harus dijaga dalam dalam keadaan baik. Demikian juga pencernaan harus berada
dalam keadaan baik. Secara berkala, fungsi ginjal dan alat pencernaan harus
diperiksa.
2.
3.
1.
Sedangkan casein adalah protein yang berasal dari susu sapi. Produk olahan yang
mengandung casein selain susu sapi segar maupun susu bubuk adalah mentega,
keju, yoghurt, cokelat dan es krim.
Diet GF-CF memang sangat disarankan. Tapi dengan catatan, asupan glutein dan
casein jangan dihentikan sama sekali. Sebab ibarat pecandu narkoba, jika
mendadak dihentikan bisa mengalami sakaw/ketagihan. Pada anak autis, jika
glutein-casein tiba-tiba dihentikan justru bisa memperburuk kondisi anak.
Penyetopan asupan glutein-casein dari menu makanan dilakukan secara bertahap.
Caranya, makanan yang baru dicampur bersama-sama dengan yang masih
mengandung glutein-casein. Contohnya, mencampur susu kedelai dengan susu
sapi, sambil mengurangi proporsi susu sapinya.
Menghilangkan glutein dari makanan tidak membawa efek langsung, kecuali pada
anak-anak yang masih sangat kecil. Perubahan mungkin baru terlihat dalam waktu
3-4 minggu atau lebih. Oleh sebab itu, menghilangkan gluten sebaiknya paling
sedikit 3 bulan. Setelah itu dievaluasi kemajuan anak. Diet bebas glutein ini tidak
menimbulkan efek buruk karena berkurangnya secara bertahap. Efek ketagihannya
lebih ringan, tapi cenderung lebih lama. Banyak kasus memperlihatkan bahwa
kemajuan penyandang autisme dicapai setelah menjalankan diet bebas glutein
selama 7-9 bulan.
Yang harus diingat bahwa glutein-casein adalah protein yang sangat penting untuk
pertumbuhan. Dalam melaksanakan diet GF-CF, sumber protein bisa diperoleh dari
protein nabati yang banyak terdapat pada kelompok kacang-kacangan atau protein
hewani yang banyak terdapat pada daging ayam, sapi, maupun ikan.
2.
tubuhnya tetap sehat. Penambahan vitamin dan mineral harus berada dalam
pengawasan dokter dan ahli gizi. Jika hal ini tidak dilakukan, maka proses
metabolisme pencernaan dan penyerapan zat-zat makanan akan terganggu.
3.
B.
akan keluar melalui urine. Berbeda dengan zat zat lain yang ukuran molekulnya
lebih kecil, seperti glukosa, yang masih bisa reabsorpsi pada bagian tubulus. Itulah
sebabnya mengapa protein dalam urine biasa dignakan sebagai parameter untuk
menentukan ada tidaknya kerusakan pada ginjal.
lemak. Tetap aktif secara fisik juga akan menurunkan tekanan darah dan
meningkatkan kesehatan
Protein diberikan lebih rendah dari kebutuhan normal, oleh karena itu diet ini biasa
disebut Diet Rendah Protein. Pada waktu yang lalu, anjuran protein bernilai biologi
tinggi/hewani hingga 60 %, akan tetapi pada saat ini anjuran cukup 50 %. Saat ini
protein hewani dapat dapat disubstitusi dengan protein nabati yang berasal dari
olahan kedelai sebagai lauk pauk untuk variasi menu.
Lemak untuk mencukupi kebutuhan energi diperlukan 30 % diutamakan
lemak tidak jenuh.
Kebutuhan cairan disesuaikan dengan jumlah pengeluaran urine sehari
ditambah IWL 500 ml.
Garam disesuaikan dengan ada tidaknya hipertensi serta penumpukan
cairan
dengan
1000-3000 mg Na/hari.
Kalium disesuaikan dengan kondisi ada tidaknya hiperkalemia 40-70 meq/hari
Fosfor yang dianjurkan 10 mg/kg BB/hari
Kalsium 1400-1600 mg/hari
Hindari sayur dan buah tinggi kalium jika pasien mengalami hiperkalemi.
Bahan makanan tinggi kalium diantaranya adalah bayam, gambas, daun singkong,
leci, daun pepaya, kelapa muda, pisang, durian, dan nangka.
Hindari/batasi makanan tinggi natrium jika pasien hipertensi, udema dan asites.
Bahan makanan tinggi natrium diantaranya adalah garam, vetsin, penyedap
rasa/kaldu kering, makanan yang diawetkan, dikalengkan dan diasinkan.
KESIMPULAN
1)
Berdasarkan
percobaan
dapat
disimpulkan
bahwa
pada
protein
dapat
terdenaturasi karena pengaruh logam berat, garam, suhu (pemanasan), alkohol dan
2)
pH (asam-basa).
Albumin yang ditambahkan dengan HgCl 2 jauh lebih banyak yang mengendap
dibandingkan dengan penambahan Pb asetat, hal tersebut dikarenakan tetapan
disosiasi dari HgCl2 lebih besar dibandingkan dengan Pb asetat. Ion Hg semakin
berikatan dengan protein sehingga endapan lebih banyak. Hasil yang kita peroleh
dari percobaan ini terhadap gelatin yang ditetesi HgCl 2 maupun Pb asetat adalah
memberikan hasil negative, hal tersebut karena konsentrasi albumin kurang pekat
3)
4)
6)
Merkuri atau air raksa di dalam tubuh seseorang yang sangat berlebih.
Penelitian menunjukkan, 80% anak autis di Indonesia mengalami keracunan logam
berat, seperti Timbal ( Pb ), Merkuri ( Hg ), Cadmium ( Cd ), Stibium ( Sb ).
Kontaminasi logam berat ini bisa berasal dari polusi udara ( asap knalpot
mengandung Timbal ), tambalan gigi amalgam, vaksin yang menggunakan merkuri
7)
DAFTAR PUSTAKA
http://semilirsenja.blogspot.com/2010/01/analisis-urine-laporan-praktikum.html ( Diakses
pada tanggal 19 Oktober 2012, 19:44 )
http://www.scribd.com/doc/29526024/Laporan-BIOKIM-4 ( Diakses pada tanggal 19
Oktober 2012, 19:50 )
http://www.scribd.com/doc/57897247/biokimia ( Diakses pada tanggal 21 Oktober 2012,
11:25 )
http://www.scribd.com/doc/74015138/BIOKIM-CERIA#download ( Diakses pada tanggal
19 Oktober 2012, 20:07 )
http://www.scribd.com/doc/90149445/Identifikasi-Protein-Pada-Albumin-Telur ( Diakses
pada tanggal 19 Oktober 2012, 20:18 )
http://ciputcipiu.blogspot.co.id/2013/04/uji-protein-oleh-logam-berat-panas-dan.html