Anda di halaman 1dari 43

A.

JUDUL PERCOBAAN :
Mempelajari Sifat-Sifat dan Reaksi Warna Protein
B. HARI, TANGGAL PERCOBAAN :
Senin, 30 Oktober 2023
C. TUJUAN :
1. Memahami penyebab terjadinya pengendapan pada protein.
2. Mengidentifikasi adanya protein melalui reaksi warna.
D. TINJAUAN PUSTAKA
1. Protein
Protein merupakan salah satu unsur terpenting penyusun makhluk
hidup. Seperti hal nya unsur lainnya seperti karbohidrat, protein juga
memiliki sifat dan fungsi. Sifat-sifat dan fungsi protein ditentukan oleh
jenis dan urutan asam amino. Beberapa fungsi utama protein dalam
organisme kehidupan antara lain : sebagai bahan penyusun selaput sel
dan dindin sel, jaringan pengikat, pembentuk membrane sel,
mengangkut molekul-molekul lain (hemoglobin) dan sebagai zat
antibody.
Protein adalah molekul makro yang mempunyai berat molekul
antara lima ribu hingga beberapa juta. Protein terdiri atas rantai-rantai
panjang asam amino yang terikat satu sama lain dalam ikatan peptide.
Asam amino terdiri atas unsur-unsur karbon, hydrogen, oksigen, dan
nitrogen. Beberapa asam amino disamping itu juga mengandung unsur-
unsur fosfor,besi, sulfur, iodium, dan kobalt. Sedangkan unsur nitrogen
adalah unsur utama protein, karena terdapat didalam semua protein akan
tetapi tidak terdapat didalam karbohidrat dan lemak (Darwis, 2021).
Protein merupakan salah satu dari biomolekul raksasa, selain
polisakarida, lipid, dan polinukleotida, yang merupakan penyusun
utama makhluk hidup. Protein merupakan komponen penting dan utama
pada sel hewan atau manusia. Pada Sebagian besar jaringan tubuh,
protein merupakan komponen terbesar setelah air. Kira-kira lebih dari
50% berat kering sel terdiri atas protein. Protein adalah senyawa organic
kompleks yang terdiri atas unsur-unsur karbon (50-55%), hydrogen
(7%), oksigen (13%), dan nitrogen (13%). Banyak pula protein yang
mengandung belerang (S) dan fosfor (P) dalam jumlah yang sedikit (1-
2%). Ada beberapa protein lainnya mengandung unsur logam seperti
tembaga dan besi (Winarno, 2004).
Proses kimia dalam tubuh dapat berlangsung baik karena adanya
enzim, suatu protein yang berfungsi sebagai biokatalisator. Protein
merupakan polipeptida yang memiliki hanya asam amino saja
digolongkan sebagai protein sederhana. Protein terkonjugasi
mengandung komponen bukan asam amino dikenal sebagai gugus
prostetik di samping kerangka utama asam amino.
Secara kimia dapat dibedakan antara protein sederhana yang terdiri
dari polipeptida dan protein kompleks yang mengandung zat-zat
makanan tambahan seperti hern, karbohidrat, lipid atau asam nukleat.
Secara fungsional protein juga menunjukkan banyak perbedaan. Dalam
sel mereka berfungsi sebagai enzim, bahan bangunan, pelumas dan
molekul pengemban. Tapi sebenarnya protein merupakan polimer alam
yang tersusun dari berbagai asam amino melalui ikatan peptide (Hart,
1987).
Protein didefinisikan sebagai polimer linear asam amino yang terdiri
dari rantai Tunggal atau beberapa rantai asam amino yang
dihubungkanmelalui ikatan peptide. Protein merupakan molekul yang
sangat penting dalam kehidupan karena berperan dalam berbagai proses
biologis seperti enzim, transportasi molekul, dan struktur selular.
Protein dapat memerankan fungsi sebagai bahan structural karena
seperti halnya polimer lain, protein memiliki rantai yang panjang dan
dapat mengalami cross-linking. Selain itu protein juga dapat berperan
sebagai biokatalis untuk reaksi-reaksi kimia dalam sistem makhluk
hidup. Makromolekul ini mengendalikan jalur dan waktu metabolisme
yang kompleks untuk menjaga kelangsungan hidup suatu organisme.
Suatu sistem metabolisme akan terganggu apabila biokatalis yang
berperan di dalamnya mengalami kerusakan (Syaputra, 2014).
2. Struktur Protein
Ada empat macam struktur protein yakni sebagai berikut :
1. Struktur Primer
Struktur primer protein adalah urutan residu asam amino
pada rantai protein yang dihasilkan dari pembentukan ikatan peptide
antara residu asam amino di dalam rantai. Ikatan yang memelihara
struktur primer adalah ikatan peptide yang merupakan ikatan
kovalen. Setiap protein mempunyai struktur primer yang dibedakan
oleh jumlah, urutan dan macam residu asam amino yang terletak
sepanjang rantai protein (Azhar, 2016).
2. Struktur Sekunder
Struktur sekunder protein merefer ke penataan ruang dari
residu asam amino yang berdekatan di dalam segmen suatu
polipeptida. Sifat geometri ikatan peptide adalah prasyarat untuk
mengerti struktur ini. Struktur sekunder protein terbentuk akibat
ikatan hydrogen antara hydrogen amida dan oksigen karbonil
sepanjang ikatan peptide dari protein tersebut (Azhar, 2016).
3. Struktur Tersier
Merupakan tiga dimensi yang sederhana dari rantai polipeptida.
Polipeptida dengan struktur ini disamping telah melakukan folding
membentuk struktur -heliks maupun - sheet. Dalam hal ini rantai
polipeptida cenderung untuk membelit atau melipat membentuk
struktur yang kompleks. Kestabilan struktur ini bergantung pada
gugus R pada setiap asam amino yang membentuknya, dan
distabilkan oleh ikatan hydrogen, ikatan sulfida, interaksi hidrofilik,
interaksi hidrofobik dan interaksi dipol-dipol. Konformasi rantai
polipeptida ini menentukan kekhasan suatu protein dan sangat
berpengaruh pada aktivis katalik enzim secara khusus. Bentuk ini
disebut disebut protomer (Ischak, Salimi, & Botutihe, 2017).
4. Struktur Kuartener
Penataan polipeptida-polipeptida pada protein multisubunit dalam
struktur tiga dimensinya dinamakan struktur kuartener. Struktur
kuartener berhubungan dengan topologi, penataan ruang dari dua
atau lebih rantai polipeptida. Struktur kuartener merupakan penataan
dan pengorganisasian subunit-subunit protein menjadi protein
kompleks yang fungsional. Interaksi antara subunit pada protein
multisubunit dimediasi oleh interaksi nonkovalen seperti ikatan
hydrogen, interaksi hidrofobik, dan interaksi elektrostatik (Azhar,
2016).
3. Denaturasi Protein
Denaturasi merupakan perubahan fisik dan perubahan yang tidak
diketahui dari protein. Perubahan struktur yang diakibatkan proses
denaturasi adalah perubahan konfigurasi protein dari bentuk -heliks
menjadi memanjang. Hal ini disebabkan rusaknya ikatan hydrogen dan
ikatan non polar yang terjadi pada struktur berlipat dari protein.
Denaturasi protein ini dapat dilakukan dengan penambahan asam atau
ion logam berat (Poedjiadi, 2010).
Denaturasi protein adalah fenomena transformasi struktur protein
yang berlipat menjadi terbuka atau dapat juga dari struktur kuartener,
tersier, atau sekunder yang kemudian terdenaturasi menjadi struktur
primernya. Perubahan konformasi protein mempengaruhi sifat protein.
Selama denaturasi, ikatan hydrogen dan ikatan hidrofobik dipecah,
sehingga terjadi peningkatan entropi atau peningkatan kerusakan
molekulnya. Denaturasi mungkin dapat bersifat bolak-balik (reversible),
seperti pada kimotripsin yang hilang aktivitasnya bila dipanaskan, tetapi
aktivitasnya akan pulih Kembali bila didinginkan. Namun demikian,
umumnya tidak mungkin memulihkan protein Kembali ke bentuk
aslinya setelah mengalami denaturasi. Kelarutan protein berkurang dan
aktivitas biologisnya juga hilang pada saat denaturasi. Aktivitas biologis
protein diantaranya adalah sifat hormonal, kemampuan mengikat
antigen, serta aktivitas enzimatik. Protein-protein yang terdenaturasi
cenderung untuk membentuk agregat dan endapan yang disebut
koagulasi. Tingkat kepekaan suatu protein terhadap pereaksi denaturasi
tidak sama, sehingga sifat tersebut dapat digunakan untuk memisahkan
protein yang tidak diinginkan dari suatu campuran dengan cara
koagulasi (Fessenden & Fessenden, 1986).
Berikut adalah beberapa penyebab denaturasi protein diantaranya
adalah :
a. Denaturasi Protein karena Pemanasan
Ketika larutan protein dipanaskan secara bertahap di atas suhu
kritis, protein mengalami transisi dari keadaan asli ke
terdenaturasi. Mekanisme suhu menginduksi denaturasi protein
cukup kompleks dan menyebabkan destabilisasi interaksi
nonkovalen di dalam protein. Ikatan hydrogen, interaksi
elektrostatik, dan gaya van der waals bersifat eksotermis,
sehingga mengalami destabilisasi pada suhu tinggi dan
mengalami stabilisasi pada suhu rendah. Sebaliknya, interaksi
hidrofobik bersifat endotermis, sehingga mengalami
destabilisasi pada suhu rendah dan mengalami stabilisasi pada
suhu tinggi. Ikatan hydrogen antar ikatan peptide kebanyakan
terkubur di bagian dalam struktur protein, sehingga tetap stabil
pada berbagai kisaran suhu. Akan tetapi, stabilitas interaksi
hidrofobik tidak dapat meningkat secara tajam dengan
meningkatnya suhu yang disebabkan setelah melewati suhu
tertentu, struktur air secara bertahap pecah dan menyebabkan
denaturasi interaksi hidrofobik.
b. Denaturasi Protein karena Asam dan Basa
Protein bersifat lebih stabil pada pH di titik isoelektrik
dibandingkan pH lain yang dimana pH akan sangat dipengaruhi
akan adanya kehadiran asam atau basa. Pada pH netral,
kebanyakan protein bermuatan positif. Rendahnya gaya tolak
elektrostatik dibandingkan interaksi yang lain, menjadikan
kebanyakan protein bersifat stabil pada pH mendekati netral.
Pada pH ekstrem, gaya tolak elektrostatik dalam molekul protein
yang disebabkan muatan tinggi mengakibatkan struktur protein
membengkak dan terbuka. Derajat terbukanya struktur protein
lebih besar pada pH alkali dibandingkan pada pH asam. Pada
kondisi alkali terjadi ionisasi gugus karboksil, fenolik, dan
sulfuhidril di bagian dalam protein sehingga struktur protein
terbuka dengan tujuan mengekspos gugus tersebut pada fase air.
Denaturasi protein akibat pH kebanyakan bersifat reversible.
Akan tetapi pada sejumlah kasus hidrolisis ikatan peptide secara
parsial, deamidase residu asparagin dan glutamin, dan kerusakan
gugus sulfihidril pada pH alkali dapat menyebabkan denaturasi
protein yang bersifat irreversible.
c. Denaturasi Protein karena Garam
Garam mempengaruhi stabilitas structural protein. Hal ini
berkaitan dengan kemampuan garam untuk mengikat air secara
kuat dan mengubah sifat hidrasi protein. Pada konsentrasi
rendah, garam menstabilkan struktur protein karena
meningkatkan hidrasi protein dan terikat lemah pada protein.
Sebaliknya, garam juga dapat menyebabkan ketidakstabilan
struktur protein karena menurunkan hidrasi protein dan
berikatan kuat dengan protein. Pengaruh garam untuk stabilisasi
atau destabilisasi struktur protein berkaitan dengan konsentrasi
dan pengaruhnya terhadap ikatan-ikatan air. Peningkatan
stabilitas protein pada kadar garam rendah disebabkan
peningkatan ikatan hydrogen antarmolekul air. Sebaliknya, pada
konsentrasi tinggi, garam mendenaturasi protein karena merusak
struktur air sehingga air menjadi pelarut yang baik untuk residu
nonpolar protein. Protein akan mengalami presipitasi bila
bereaksi dengan ion logam. Pengendapan oleh ion positif
(logam) diperlukan pH larutan diatas pI karena protein
bermuatan negative, pengendapan oleh ion negative diperlukan
pH larutan dibawah pI karena protein bermuatan positif. Ion
positif yang dapat mengendapkan protein adalah Ag+, Ca2+,
Zn2+, Hg2+, Fe2+, Cu2+ dan Pb2+ , sedangkan ion-ion negative
yang dapat mengendapkan protein adalah ion salisilat,
triklorasetat, piktrat, tanat, dan sulfosalisilat.
4. Reaksi Warna Protein
a. Reaksi Millon
Uji millon merupakan uji atau analisis pada makromolekul protein
berupa derivate monofenol yaitu tirosin. Dalam uji millon digunkan
suatu pereaksi yang akan mendeteksi keberadaan protein terlarut.
Pereaksi ini disebut sebagai pereaksi millon. Pereaksi millon adalah
pereaksi yang terdiri dari larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam asam
nitrat dengan cara melarutkan logam raksa (Hg) dalam asam nitrat
(HNO3) lalu diencerkan dengan air. Reaksi yang mendasari pada uji
millon adalah protein yang ditambahkan garam merkuri maka akan
terjadi koagulasi. Dengan adanya pemanasan reaksi akan berlangsung
lebih cepat dan endapan akan berubah menjadi senyawa kompleks
apabila adanya gugus aromatic dalam sampel protein. Tirosin
merupakan asam amino yang mengandung gugus fenol pada rantai
sampingnya (gugus R).
b. Uji Biuret
Uji biuret digunakan untuk menunjukkan adanya ikatan
peptide dalam suatu zat yang diuji. Adanya ikatan peptide
mengindikasikan adanya protein, karena asam amino berikatan
dengan asam amino yang lain melalui ikatan peptide membentuk
protein. Ikatan peptide merupakan ikatan yang terbentuk ketika
atom karbon dari gugus karboksil suatu molekul berikatan dengan
atom nitrogen dari gugus amina molekul lain. Reaksi tersbeut
melepaskan molekul air sehingga disebut reaksi kondensasi.
5. Sumber Protein
a. Susu Sapi
Susu sapi perah merupakan salah satu bahan pangan yang
sangat penting dalam mencukupi kebutuhan gizi Masyarakat, karena
susu bernilai gizi tinggi dan mempunyai komposisi zat gizi lengkap
dengan perbandingan gizi yang sempurna, sehingga mempunyai
nilai yang sangat strategis. Susu sebagai salah satu sumber protein
hewani yang dibutuhkan oleh generasi muda terutama usia sekolah
(Utomo & Pertiwi, 2010).
b. Putih Telur
Putih telur merupakan sumber protein alami, dalam putih
telur terkandung beberapa jenis protein, diantaranya fosfor, kalsium,
zink, dan potassium. Protein alami dalam putih telur juga baik dalam
menghasilkan asam amino untuk pembentukan otot. Putih telur
mengandung 86,7% air sehingga sisanya adalah total padatan (Nakai
& Modler, 1996).
E. ALAT DAN BAHAN
Alat :
• Tabung reaksi
• Rak tabung reaksi
• Penangas air
• Batang pengaduk
• Gelas kimia
• Gelas ukur
• Pipet tetes
Bahan :
• Protein susu
• Protein putih telur
• CuSO4 0,5 %
• NaOH 40%
• Reagen Millon
• ZnSO4
• FeSO4
• NaNO2 1 %
F. ALUR KERJA
• Endapan proteindengan logam berat
Tabung reaksi 1
1-1,5 mL larutan protein

- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi


- Ditambahkan setetes demi tetes larutan
CuSO4
- Dikocok
Terbentuk endapan
biru/keruh

- Ditambahkan larutan CuSO4 hingga endapan larut

Hasil

Reaksi:
H
2 H2N C COO- + Cu2+(aq)
(aq)
R

H H
H2N C COO Cu COO C NH2

R R (s)
Tabung 2
1-1,5 mL larutan protein

- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi


- Ditambahkan setetes demi tetes arutan ZnSO4
- Dikocok

Terbentuk endapan
silver/keruh

- Ditambahkan larutan ZnSO4 hingga endapan larut


Hasil
Reaksi:
H
2 H2N C COO- + Zn2+
(aq)
R

H H
H2N C COO Zn+ COO C NH2
(s)
R R
Tabung 3
1-1,5 mL larutan protein

- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi


- Ditambahkan setetes demi tetes larutan FeSO4
- Dikocok
Terbentuk endapan
kekuningan/keruh
- Ditambahkan larutan FeSO4 hingga endapan larut
Hasil

Reaksi:
H
2 H2N C COO- + Fe(aq)
(aq)
R

H H
H2N C COO Fe COO C NH2

(s)
R R
• Reaksi millon
2 mL larutan protein
- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
- Ditambahkan 1 mL pereaksi merkuri sulfat/reagen millon (1% HgSO4
dilarutkan dam 10% asam sulfat)
- Dipanaskan didalam penangas air sampai muncul endapan kuning
- Didinginkan dengan air
- Ditambahkan 1 tetes larutan 1% NaNO2
Reaksi:
Endapan atau larutan berwarna merah
O
H2 H + Hg22+ + HNO3
HO C C C

NH2 OH

O2N

O
H2 H + HgO
HO C C C

NH2 OH

• Reaksi warna protein (biuret)


3 mL larutan protein
- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
- Ditambahkan 1 mL 40% NaOH
- Ditambahkan tetes demi tetes larutan CuSO4 0,5% hingga terjadi
perubahan warna (berkisar 3-5 tetes)
Hasil warna merah/ungu

Reaksi:
O H O

H H
HOOC C NH C C NH2 + HC C NH2 + Cu2+(aq)
(aq)
R R R

R O R O R

H2N C C NH C C NH C COOH
H

H H

Cu2+

R O R O R

H2N C C NH C C NH C COOH
H

H H
G. HASIL PENGAMATAN

Hasil pengamatan
No Prosedur percobaan Dugaan/reaksi Kesimpulan
Sebelum Sesudah
Endapan protein dengan logam berat - protein putih - 2 mL larutan Berdasarkan
Tabung reaksi 1 telur = larutan protein telur + 10 percobaan yang
1-1,5 mL larutan protein berwarna keruh mL aquades = dilakukan,

- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi - protein susu = larutan protein dibuktikan kelarutan
- Ditambahkan setetes demi tetes larutan berwarna putih telur encer tidak protein telur dan
CuSO4
- ZnSO4 = larutan berwarna susu membentuk
- Dikocok
tidak berwarna - 1 mL protein susu reaksi reversible.
Terbentuk endapan biru/keruh
- CuSO4 = larutan + 10 tetes CuSO4 = Karena ketika
- Ditambahkan larutan CuSO4 hingga
endapan larut berwarna biru (+) larutan berwarna ditambahkan dengan

Hasil - FeSO4 = larutan biru muda dan logam berat


berwarna kuning terdapat endapan akanmembentuk
- aquades = larutan - larutan tersebut endapan. Dan ketika
tidak berwarna ditambah 20 tetes ditambahkan lagi
CuSO4 sehingga dengan logam berat,
endapannya larut endapan yang
Hasil pengamatan
No Prosedur percobaan Dugaan/reaksi Kesimpulan
Sebelum Sesudah
- 1 mL protein telur terbentuk akan larut.
+ 8 tetes CuSO4 = Hal tersebut yang
larutan kebiruan disebut sebagai
dan terdapat reaksi reversible atau
endapan (++) reaksi bolak balik
- larutan tersebut
ditambah 30 tetes
CuSO4 hingga larut
endapannya
Hasil pengamatan
No Prosedur percobaan Dugaan/reaksi Kesimpulan
Sebelum Sesudah
Tabung 2 - 1 mL protein susu
1-1,5 mL larutan protein + 4 tetes ZnSO4 =
- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi larutan keruh dan
- Ditambahkan setetes demi tetes arutan terdapat endapan
ZnSO4
(++)
- Dikocok
- larutan tersebut
Terbentuk endapan silver/keruh
ditambah 20 tetes
- Ditambahkan larutan ZnSO4 hingga
ZnSO4 = endapan
endapan larut
larut
Hasil
- 1 mL protein telur
+ 4 tetes ZnSO4 =
larutan keruh dan
terdapat endapan
putih (++)
- larutan tersebut
ditambah 15 tetes
Hasil pengamatan
No Prosedur percobaan Dugaan/reaksi Kesimpulan
Sebelum Sesudah
ZnSO4 = endapan
larut
Tabung 3
1-1,5 mL larutan protein - 1 mL protein susu
- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi + 12 tetes FeSO4 =
- Ditambahkan setetes demi tetes larutan larutan berwarna
FeSO4
- Dikocok jingga dan terdapat
Terbentuk endapan kekuningan/keruh endapan (++)

- Ditambahkan larutan FeSO4 hingga - larutan tersebut


endapan larut ditambah 35 tetes
Hasil FeSO4 = endapan
larut
- 1 mL protein telur
+ 3 tetes FeSO4 =
larutan berwarna
jingga dan terdapat
endapan (+)
Hasil pengamatan
No Prosedur percobaan Dugaan/reaksi Kesimpulan
Sebelum Sesudah
- larutan tersebut
ditambahkan 20
tetes FeSO4 =
endapan larut
Reaksi millon - larutan protein - 2 mL larutan Berdasarkan
2 mL larutan protein telur = berwarna protein telur + 1 percobaan yang telah
- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi keruh mL reagen millon dilakukan untuk
- Ditambahkan 1 mL pereaksi merkuri - larutan protein = larutan putih menguji adanya
sulfat/reagen millon (1% HgSO4 dilarutkan
dam 10% asam sulfat) susu = berwarna keruh dan terdapat kandungan tirosin
- Dipanaskan didalam penangas air sampai putih endapan putih (++) pada larutan protein
muncul endapan kuning
- reagen millon = - larutan yang diuji dengan
- Didinginkan dengan air
- Ditambahkan 1 tetes larutan 1% NaNO2 tidak berwarna dipanaskan pada ditandai
Endapan atau larutan berwarna merah - NaNO2 = larutan penangas air dan terbentuknya
tidak berwarna muncul endapan kompleks berwarna
- aquades = larutan putih (+++) merah. Hasil uji
tidak berwarna - larutan diperoleh larutan
didinginkan pada protein telur
Hasil pengamatan
No Prosedur percobaan Dugaan/reaksi Kesimpulan
Sebelum Sesudah
beaker glass berisi membentuk warna
air dingin merah (positif)
- larutan ditambah sesuai teori dan
3 tetes NaNO2 = larutan protein susu
larutan berwarna membentuk warna
merah dan endapan merah (positif)
kuning
- 2 mL larutan
protein susu + 1
mL reagen millon
= larutan putih
- larutan
dipanaskan di
penangas air dan
terbentuk endapan
(++)
Hasil pengamatan
No Prosedur percobaan Dugaan/reaksi Kesimpulan
Sebelum Sesudah
- larutan
didinginkan pada
beaker glass berisi
air dngin
- larutan + 5 tetes
NaNO2 =larutan
berwarna merah
dan terdapat
endapan putih
Reaksi warna protein (biuret) - larutan protein - 3 mL larutan Berdasarkan
3 mL larutan protein telur = berwarna protein susu + 1 percobaan yang telah
- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi keruh mL NaOH = dilakukan, dapat
- Ditambahkan 1 mL 40% NaOH - larutan protein terbentuk 2 fasa, disimpulkan reaksi
- Ditambahkan tetes demi tetes larutan
CuSO4 0,5% hingga terjadi perubahan susu = berwarna fasa bawah tidak biuret atau warna
warna (berkisar 3-5 tetes) putih berwarna dan fasa protein
Hasil warna merah/ungu - NaOH = larutan atas berwarna putih menghasilkan warna
tidak berwarna ungu yang
Hasil pengamatan
No Prosedur percobaan Dugaan/reaksi Kesimpulan
Sebelum Sesudah
- CuSO4 = larutan - larutan tersebut menandakan adanya
berwarna biru ditambah 4 tetes ikatan peptide antara
CuSO4 = larutan senyawa Cu2+ dan N.
berwarna ungu(++)
paa fasa atas dan
larutan tidak
berwarna pada fasa
bawah
- 3 mL larutan
proein telur + 1 mL
NaOH =larutan
tidak berwarna
- larutan tersebut
ditambah 3 tetes
CuSO4 = larutan
berwarna ungu (+)
H. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pada praktikum yang telah dilakukan pada Senin, 30 Oktober 2023
dengan judul Mempelajari Sifat-Sifat dan Reaksi Warna Protein yang
memiliki tujuan untuk memahami penyebab terjadinya pengendapan pada
protein dan mengidentifikasi adanya protein dan mengidentifikasi adanya
protein melalui reaksi warna. Dalam praktikum ini terdapat dua sampel yang
akan diuji yakni sampel putih telur dan susu murni.
Protein adalah makromolekul yang terdiri dari rantai asam amino
yang dihubungkan oleh ikatan peptide membentuk rantai peptide dengan
berbagai Panjang. Protein diartikan sebagai polimer linear asam amino yang
terdiri dari rantai Tunggal atau beberapa rantai asam amino yang
dihubungkan melalui ikatan peptide. Dalam praktikum ini dilakukan tiga uji
yakni pengendapan protein dengan logam berat, reaksi millon, dan reaksi
biuret.
1. Pengendapan dengan logam berat
• Pengendapan protein dengan larutan CuSO4
Langkah pertama dalam pengendapan logam berat adalah
melakukan pengujian dengan sampel susu murni terlebih dahulu.
Pertama mengambil susu murni berwarna putih sebanyak 1 mL
menggunakan pipet tetes sebagai perantaranya dan gelas ukur
untuk mengukur volumenya. Setelah itu dimasukkan ke dalam
tabung reaksi. Kemudian ditambahkan dengan larutan CuSO4
tidak berwarna tetes demi tetes ke dalam tabung reaksi yang
sudah berisi susu sampai muncul endapan. Lalu dikocok hingga
homogen. Dalam uji ini, setelah diteteskan sebanyak 10 tetes
CuSO4 dan dikocok akan menghasilkan endapan berwarna biru
(++) dan larutan keruh. Pada saat ditambahkan dengan larutan
CuSO4 , ada kondisi yang mana muatan negative dan positif
sama yang dinamakan isoelektrik. Asam amino berada dalam
keadaan isoelektrik negative. Dan logam berat CuSO4 bermuatan
positif. Ikatan kompleks dibentuk oleh gugus asam amino
bermuatan negative yang terikat pada ion logam berat Cu2+ yang
bermuatan positif. Pada reaksi ini ion logam berat Cu2+ berikatan
dengan dua gugus asam amino negative yaitu gugus (-COO-)
sehingga terjadi reaksi netralisasi dan dihasilkan endapan putih.
Kemudian ditambahkan Kembali 20 tetes CuSO4 hingga
endapan biru tersebut larut (+). Endapan yang larut Kembali ini
menunjukkan bahwa reaksi tersebut bersifat reversible. Dapat
dikatakan sebagai reaksi reversible adalah larutan protein dapat
Kembali ke bentuk semula setelah ditambahkan dengan larutan
CuSO4. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

2H2N CH COO- (aq) + Cu2+ (aq) ⇌


R

2H2N CH COO Cu OOC CH NH2

R R

Selanjutnya adalah pengendapan logam berat dengan sampel


putih telur. Pertama adalah mengencerkan sampel putih telur
dengan aquades dengan perbandingan 1 : 5. Setelah
mengencerkan putih telur, larutan putih telur yang tidak
berwarna diambil sebanyak 1 mL menggunakan pipet tetes dan
gelas ukur untuk mengukur volumenya. Kemudian dimasukkan
ke dalam tabung reaksi. Lalu, ditambahkan tetes demi tetes
larutan CuSO4 ke dalam tabung reaksi yang sudah berisi sampel
putih telur. Kemudian, dikocok hingga homogen. Dalam uji ini,
setelah diteteskan sebanyak 8 tetes CuSO4 dan dikocok akan
menghasilkan endapan berwarna biru (++) dan larutan keruh.
Pada saat ditambahkan dengan larutan CuSO4 , ada kondisi yang
mana muatan negative dan positif sama yang dinamakan
isoelektrik. Asam amino berada dalam keadaan isoelektrik
negative. Dan logam berat CuSO4 bermuatan positif. Ikatan
kompleks dibentuk oleh gugus asam amino bermuatan negative
yang terikat pada ion logam berat Cu2+ yang bermuatan positif.
Pada reaksi ini ion logam berat Cu2+ berikatan dengan dua gugus
asam amino negative yaitu gugus (-COO-) sehingga terjadi
reaksi netralisasi dan dihasilkan endapan putih. Kemudian
ditambahkan Kembali 30 tetes CuSO4 hingga endapan biru
tersebut larut (+). Endapan yang larut Kembali ini menunjukkan
bahwa reaksi tersebut bersifat reversible. Dapat dikatakan
sebagai reaksi reversible adalah larutan protein dapat Kembali
ke bentuk semula setelah ditambahkan dengan larutan CuSO4.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

2H2N CH COO- (aq) + Cu2+ (aq) ⇌


R

2H2N CH COO Cu OOC CH NH2

R R

• Pengendapan protein menggunakan larutan ZnSO4


Langkah pertama dalam pengendapan dengan logam berat
adalah menguji sampel susu murni. Pertama adalah mengambil
susu murni berwarna putih sebanyak 1 mL menggunakan pipet
tetes dan gelas ukur untuk mengukur volumenya. Kemudian
dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Lalu, ditambahkan tetes
demi tetes larutan ZnSO4 ke dalam tabung reaksi yang sudah
berisi sampel susu. Kemudian, dikocok hingga homogen. Dalam
uji ini, setelah diteteskan sebanyak 4 tetes ZnSO4 dan dikocok
akan menghasilkan endapan berwarna putih (++) dan larutan
keruh. Pada saat ditambahkan dengan larutan ZnSO4 , ada
kondisi yang mana muatan negative dan positif sama yang
dinamakan isoelektrik. Asam amino berada dalam keadaan
isoelektrik negative. Dan logam berat CuSO4 bermuatan positif.
Ikatan kompleks dibentuk oleh gugus asam amino bermuatan
negative yang terikat pada ion logam berat Zn2+ yang bermuatan
positif. Pada reaksi ini ion logam berat Zn2+ berikatan dengan
dua gugus asam amino negative yaitu gugus (-COO-) sehingga
terjadi reaksi netralisasi dan dihasilkan endapan putih.
Kemudian ditambahkan Kembali 20 tetes ZnSO4 hingga
endapan putih tersebut larut (+). Endapan yang larut Kembali ini
menunjukkan bahwa reaksi tersebut bersifat reversible. Dapat
dikatakan sebagai reaksi reversible adalah larutan protein dapat
Kembali ke bentuk semula setelah ditambahkan dengan larutan
ZnSO4. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

2H2N CH COO- (aq) + Zn2+ (aq) ⇌


R

2H2N CH COO Zn OOC CH NH2

R R

Selanjutnya adalah pengendapan logam berat dengan sampel


putih telur. Pertama adalah mengencerkan sampel putih telur
dengan aquades dengan perbandingan 1 : 5. Setelah
mengencerkan putih telur, larutan putih telur yang tidak
berwarna diambil sebanyak 1 mL menggunakan pipet tetes dan
gelas ukur untuk mengukur volumenya. Kemudian dimasukkan
ke dalam tabung reaksi. Lalu, ditambahkan tetes demi tetes
larutan ZnSO4 ke dalam tabung reaksi yang sudah berisi sampel
putih telur. Kemudian, dikocok hingga homogen. Dalam uji ini,
setelah diteteskan sebanyak 4 tetes ZnSO4 dan dikocok akan
menghasilkan endapan berwarna putih (++) dan larutan keruh.
Pada saat ditambahkan dengan larutan ZnSO4 , ada kondisi yang
mana muatan negative dan positif sama yang dinamakan
isoelektrik. Asam amino berada dalam keadaan isoelektrik
negative. Dan logam berat ZnSO4 bermuatan positif. Ikatan
kompleks dibentuk oleh gugus asam amino bermuatan negative
yang terikat pada ion logam berat Zn2+ yang bermuatan positif.
Pada reaksi ini ion logam berat Zn2+ berikatan dengan dua gugus
asam amino negative yaitu gugus (-COO-) sehingga terjadi
reaksi netralisasi dan dihasilkan endapan putih. Kemudian
ditambahkan Kembali 15 tetes ZnSO4 hingga endapan putih
tersebut larut (+). Endapan yang larut Kembali ini menunjukkan
bahwa reaksi tersebut bersifat reversible. Dapat dikatakan
sebagai reaksi reversible adalah larutan protein dapat Kembali
ke bentuk semula setelah ditambahkan dengan larutan ZnSO4.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

2H2N CH COO- (aq) + Zn2+ (aq) ⇌


R

2H2N CH COO Zn OOC CH NH2

R R
• Pengendapan protein dengan logam berat FeSO4
Langkah pertama dalam pengendapan dengan logam berat
adalah menguji sampel susu murni. Pertama adalah mengambil
susu murni berwarna putih sebanyak 1 mL menggunakan pipet
tetes dan gelas ukur untuk mengukur volumenya. Kemudian
dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Lalu, ditambahkan tetes
demi tetes larutan FeSO4 ke dalam tabung reaksi yang sudah
berisi sampel susu. Kemudian, dikocok hingga homogen. Dalam
uji ini, setelah diteteskan sebanyak 12 tetes FeSO4 dan dikocok
akan menghasilkan endapan berwarna kuning (++) dan larutan
keruh. Pada saat ditambahkan dengan larutan FeSO4 , ada
kondisi yang mana muatan negative dan positif sama yang
dinamakan isoelektrik. Asam amino berada dalam keadaan
isoelektrik negative. Dan logam berat FeSO4 bermuatan positif.
Ikatan kompleks dibentuk oleh gugus asam amino bermuatan
negative yang terikat pada ion logam berat Fe2+ yang bermuatan
positif. Pada reaksi ini ion logam berat Fe2+ berikatan dengan
dua gugus asam amino negative yaitu gugus (-COO-) sehingga
terjadi reaksi netralisasi dan dihasilkan endapan putih.
Kemudian ditambahkan Kembali 35 tetes FeSO4 hingga endapan
kuning tersebut larut (+). Endapan yang larut Kembali ini
menunjukkan bahwa reaksi tersebut bersifat reversible. Dapat
dikatakan sebagai reaksi reversible adalah larutan protein dapat
Kembali ke bentuk semula setelah ditambahkan dengan larutan
FeSO4. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

2H2N CH COO- (aq) + Fe2+ (aq) ⇌


R

2H2N CH COO Fe OOC CH NH2

R R
Selanjutnya adalah pengendapan logam berat dengan sampel
putih telur. Pertama adalah mengencerkan sampel putih telur
dengan aquades dengan perbandingan 1 : 5. Setelah
mengencerkan putih telur, larutan putih telur yang tidak
berwarna diambil sebanyak 1 mL menggunakan pipet tetes dan
gelas ukur untuk mengukur volumenya. Kemudian dimasukkan
ke dalam tabung reaksi. Lalu, ditambahkan tetes demi tetes
larutan FeSO4 ke dalam tabung reaksi yang sudah berisi sampel
putih telur. Kemudian, dikocok hingga homogen. Dalam uji ini,
setelah diteteskan sebanyak 3 tetes FeSO4 dan dikocok akan
menghasilkan endapan berwarna kuning (++) dan larutan keruh.
Pada saat ditambahkan dengan larutan FeSO4 , ada kondisi yang
mana muatan negative dan positif sama yang dinamakan
isoelektrik. Asam amino berada dalam keadaan isoelektrik
negative. Dan logam berat FeSO4 bermuatan positif. Ikatan
kompleks dibentuk oleh gugus asam amino bermuatan negative
yang terikat pada ion logam berat Fe2+ yang bermuatan positif.
Pada reaksi ini ion logam berat Fe2+ berikatan dengan dua gugus
asam amino negative yaitu gugus (-COO-) sehingga terjadi
reaksi netralisasi dan dihasilkan endapan putih. Kemudian
ditambahkan Kembali 20 tetes FeSO4 hingga endapan kuning
tersebut larut (+). Endapan yang larut Kembali ini menunjukkan
bahwa reaksi tersebut bersifat reversible. Dapat dikatakan
sebagai reaksi reversible adalah larutan protein dapat Kembali
ke bentuk semula setelah ditambahkan dengan larutan FeSO4.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

2H2N CH COO- (aq) + Fe2+ (aq) ⇌


R

2H2N CH COO Fe OOC CH NH2

R R

2. Reaksi Millon
Alur pertama dalam reaksi millon adalah melakukan
pengujian dengan sampel susu. Langkah pertama yang dilakukan
adalah mengambil susu yang berwarna putih sebanyak 2 mL
menggunakan pipet tetes. Kemudian dimasukkan ke dalam tabung
reaksi. Setelah itu, ditambahkan dengan reagen millon sebanyak 1
mL. Penambahan reagen millon ini bertujuan agar gugus fenol pada
tirosin akan ternitrasi membentuk garam merkuri dengan pereaksi
millon yang akan membentuk larutan kompleks merkuri (Hg)
berwarna merah. Setelah penambahan reagen millon terbentuk
endapan berwarna putih (+). Endapan putih yang terbentuk setelah
penambahan reagen Millon pada larutan protein tersebut berasal dari
endapan merkuri, dimana pada awalnya Hg yang terlarut di dalam
HNO3, teroksidasi menjadi Hg+. Ion Hg+ ini selanjutnya membentuk
garam dengan gugus karboksil dari tirosin. Kemudian, larutan
dipanaskan kedalam penangas air sampai terbentuk endapan
berwarna putih (++). Fungsi dari pemanasan adalah untuk membuat
protein mengalami denaturasi atau kerusakan, sehingga molekul
protein yang terdiri dari banyak polipeptida dapat terputus menjadi
molekul-molekul penyusunnya yang lebih kecil, sehingga dapat
mempercepat laju reaksi. Lalu, larutan didinginkan didalam gelas
kimia yang sudah berisi air. Selanjutnya, ditambahkan dengan 5 tetes
larutan NaNO2 1% yang tidak berwarna. Dihasilkan larutan berubah
menjadi berwarna merah. Pada reaksi millon sampel susu
memberikan hasil positif dengan warna larutan berwarna merah dan
endapan putih. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

O
HO CH2CH C + Hg22+(aq) + HNO3(aq) ⇌
OH
NH2

O2N
O
HO CH2CH C + H9O
OH
NH2
Alur kedua dalam reaksi millon adalah melakukan pengujian
dengan sampel putih telur terlebih dahulu. Langkah pertama yang
dilakukan adalah mengencerkan sampel putih telur dengan aquades
dengan perbandingan 1 : 5. Setelah mengencerkan putih telur,
larutan putih telur yang tidak berwarna tersebut diambil sebanyak 2
mL menggunakan pipet tetes. Kemudian dimasukkan ke dalam
tabung reaksi. Setelah itu, ditambahkan dengan reagen millon
sebanyak 1 mL. Penambahan reagen millon ini bertujuan agar gugus
fenol pada tirosin akan ternitrasi membentuk garam merkuri dengan
pereaksi millon yang akan membentuk larutan kompleks merkuri
(Hg) berwarna berwarna merah. Setelah penambahan reagen millon
terbentuk endapan berwarna putih (+). Endapan putih yang
terbentuk setelah penambahan reagen Millon pada larutan protein
tersebut berasal dari endapan merkuri, dimana pada awalnya Hg
yang terlarut di dalam HNO3, teroksidasi menjadi Hg+. Ion Hg+ ini
selanjutnya membentuk garam dengan gugus karboksil dari tirosin.
Kemudian, larutan dipanaskan kedalam penangas air sampai
terbentuk endapan berwarna putih (++). Fungsi dari pemanasan
adalah untuk membuat protein mengalami denaturasi atau
kerusakan, sehingga molekul protein yang terdiri dari banyak
polipeptida dapat terputus menjadi molekul-molekul penyusunnya
yang lebih kecil, sehingga dapat mempercepat laju reaksi. Lalu,
larutan didinginkan didalam gelas kimia yang sudah berisi air.
Selanjutnya, ditambahkan dengan 3 tetes larutan NaNO2 1% yang
tidak berwarna. Dihasilkan larutan berubah menjadi berwarna
merah. Larutan pereaksi millon yang mengandung merkuri bereaksi
dengan hidroksifenil dari tirosin atau dari hasil titrasi fenil yang
terdapat pada sampel dengan larutan NaNO2 1%, sehingga
membentuk larutan berwarna merah. Pada sampel putih telur
didapatkan hasil positif (+) terhadap reaksi millon yang ditandai
dengan warna larutan yang berubah menjadi berwarna merah.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
O
HO CH2CH C + Hg22+(aq) + HNO3(aq) ⇌
OH
NH2

O2N
O
HO CH2CH C + H9O
OH
NH2

3. Uji Biuret
Alur pertama dalam reaksi millon adalah melakukan
pengujian dengan sampel susu terlebih dahulu. Langkah pertama
yang dilakukan adalah mengambil sampel susu yang berwarna putih
sebanyak 3 mL menggunakan pipet tetes. Kemudian dimasukkan ke
dalam tabung reaksi. Selanjutnya, ditambahkan dengan NaOH 40 %
tidak berwarna sebanyak 1 mL. Fungsi penambahan dari NaOH 40
% adalah memberikan suasana basa. Dengan adanya larutan basa,
ion Cu berwarna biru dapat membentuk kompleks dengan ikatan
peptida. Setelah itu, ditambahkan dengan larutan CuSO4 0,5% yang
berwarna biru tetes demi tetes. Penambahan larutan CuSO4 0,5%
berfungsi sebagai pendonor ion Cu yang akan membentuk kompleks
dengan ikatan peptida. Setelah penambahan larutan CuSO4 0,5%
dihasilkan larutan berwarna ungu (+). Intensitas warna ungu yang
dihasilkan ditentukan dengan banyaknya ikatan peptida dalam
sampel. Dari hasil uji yang dilakukan didapatkan hasil bahwa
sampel susu memberikan hasil positif terhadap uji biuret yang
ditandai dengan perubahan warna larutan menjadi berwarna ungu
(+). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sampel susu
mengandung ikatan peptida. Reaksi yang terjadi adalah :
COOH

R CH

H N
O C

2R CH + Cu2+

H N

O C

R CH

NH2

R O H R O H R

H2N CH C N CH C N CH COOH

Cu2+

H2N CH C N CH C N CH COOH

R O H R O H R
Alur kedua dalam reaksi millon adalah melakukan pengujian
dengan sampel putih telur terlebih dahulu. Langkah pertama yang
dilakukan adalah mengencerkan sampel putih telur dengan aquades
dengan perbandingan 1 : 5. Setelah mengencerkan putih telur,
larutan putih telur yang tidak berwarna tersebut diambil sebanyak 3
mL menggunakan pipet tetes. Kemudian dimasukkan ke dalam
tabung reaksi. Selanjutnya, ditambahkan dengan NaOH 40 % tidak
berwarna sebanyak 1 mL. Fungsi penambahan dari NaOH 40 %
adalah memberikan suasana basa. Dengan adanya larutan basa, ion
Cu berwarna biru dapat membentuk kompleks dengan ikatan
peptida. Setelah itu, ditambahkan dengan larutan CuSO4 0,5% yang
berwarna biru tetes demi tetes. Penambahan larutan CuSO4 0,5%
berfungsi sebagai pendonor ion Cu yang akan membentuk kompleks
dengan ikatan peptida. Setelah penambahan larutan CuSO4 0,5%
dihasilkan larutan berwarna ungu (++). Intensitas warna ungu yang
dihasilkan ditentukan dengan banyaknya ikatan peptida dalam
sampel. Dari hasil uji yang dilakukan didapatkan hasil bahwa
sampel putih telur memberikan hasil positif terhadap uji biuret yang
ditandai dengan perubahan warna larutan menjadi berwarna ungu
(++). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sampel putih telur
mengandung ikatan peptida. Reaksi yang terjadi :

COOH

R CH

H N
O C

2R CH + Cu2+

H N

O C

R CH

NH2

R O H R O H R

H2N CH C N CH C N CH COOH

Cu2+

H2N CH C N CH C N CH COOH

R O H R O H R

I. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Protein dapat diendapkan dengan logam berat. Pengendapan pada
sampel putih telur dan susu bersifat reversible yang artinya dapat
kembali ke bentuk semula
2. Protein dapat diindentifikasi melalui reaksi warna protein yakni
reaksi millon dan uji biuret. Pada sampel putih telur dan susu
positif terhadap reaksi millon. Sedangkan pada uji biuret, sampel
putih telur dan susu positif terhadap uji biuret.

J. DAFTAR KESIMPULAN
Azhar, M. (2016). Biomolekul Sel Karbohidrat, Protein, dan Enzim. Padang: UNP
Press Padang.

Darwis, D. Y. (2021). Konsep Dasar Ilmu Gizi. Makassar: Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar.

Fessenden, R. J., & Fessenden, J. S. (1986). Kimia Organik Jilid 2. Jakarta:


Erlangga.

Ischak, N. I., Salimi, Y. K., & Botutihe, D. N. (2017). BIOKIMIA DASAR.


Gorontalo: UNG Press.

Nakai, & Modler. (1996). Food Proteins : Properties and Characterization. Willey
CVH, 14-20.

Poedjiadi, A. (2010). Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI Press.

Syaputra, Y. (2014). Protein Sebagai Biokatalis dan Fungsi Struktural dalam Sistem
Makhluk Hidup. Jurnal Biologi Indonesia, 33-41.

Utomo, B., & Pertiwi, M. D. (2010). Tampilan Produksi Susu Sapi Perah Yang
Mendapat Perbaikan Manajemen Pemeliharaan. Juornal of Sustainable
Agriculture, 1-10.

Winarno, F. (2004). Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia.


K. LAMPIRAN
a) Jawaban Pertanyaan
1. Jelaskan apa yang dilakukan pengujian protein dengan setiap reagen
uji (CuSO4, HgCl2, HNO3, Pb-asetat)!
Jawab :
a. CuSO4 digunakan untuk menguji keberadaan logam berat pada
protein yang ditandai dengan adanya pengendapan ketika protein
positif mengandung logam berat. Dan CuSO4 juga digunakan pada
uji biuret yang berfungsi sebagai pendonor ion Cu yang akan
membentuk kompleks dengan ikatan peptida.
b. HgCl2 digunakan untuk pengujian protein yang mengandung gugus
hidroksil fenil (-OH).
c. HNO3 digunakan dalam reaksi millon. Yang dimana HNO3
dicampurkan dengan merkuri nitrat menjadi reagen millon.
d. Pb asetat digunakan untuk menguji keberadaan asam amino sistein
dan metionin, yaitu pada percobaan ini akan menghasilkan larutan
berwarna hitam karena atom S bereaksi dengan asam asetat
membentuk endapan PbS.→
2. Bagaimana pelarut organik (aseton dan etanol) mempengaruhi sifat
denaturasi protein?
Jawab :
Pelarut organik (aseton dan etanol)dapat menyebabkan protein atau
asam nukleat kehilangan struktur sekunder dan tersiernya. Dengan
kata lain pelarut organik (aseton dan etanol) ini mengakibatkan
protein mengalami denaturasi.
3. Sebutkan jenis ikatan yang menyebabkan polipeptida menjadi stabil
berbentuk –heliks𝛼!
Jawab :
➢ Ikatan disulfida
Terbentuk antara 2 residu sistein yang saling berhubungan 2 bagian
rantai polipeptida melalui residu sistein.
➢ Ikatan hidrogen
Terbentuk antara gugus NH- atau –OH dan gugus C = O pada ikatan
peptida atau –COO- pada gugus R.
b) Dokumentasi

NO GAMBAR KETERANGAN
Pengenceran Putih Telur
1. Putih telur diencerkan dengan
aquades dengan perbandingan 1 : 5,
maka diukur putih telur sebanyak 2
mL

2. Aquades diukur sebanyak 10 mL

3. Putih telur dan aquades dimasukkan


untuk diencerkan sesuai dengan
perbandingan yang ditetapkan

Pengendapan Dengan Logam Berat


1. Diukur 1 mL susu
2. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi

3. Ditambahkan tetes demi tetes CuSO4


sampai muncul endapan

4. Setelah diteteskan 10 tetes CuSO4


larutan menjadi berwarna biru muda
dan muncul endapan

5. Kemudian ditambahkan lagi tetes


demi tetes larutan CuSO4 sampai
endapannya larut, dan setelah
diteteskan 20 tetes CuSO4 endapan
menjadi lebih sedikit daripada
sebelumnya
6. 1 mL protein telur dimasukkan ke
dalam tabung reaksi
7. Ditambahkan tetes demi tetes larutan
CuSO4 sampai muncul endapan

8. Setelah diteteskan 8 tetes larutan


CuSO4 larutan menjadi berwarna biru
dan terdapat endapan (++)

9. Kemudian ditambahkan lagi tetes


demi tetes larutan CuSO4 sampai
endapannya larut, dan setelah
diteteskan 30 tetes CuSO4 endapan
menjadi lebih sedikit daripada
sebelumnya
10. 1 mL susu dimasukkan dalam tabung
reaksi 2

11. Ditambahkan tetes demi tetes ZnSO4


sampai muncul endapan
12. Setelah diteteskan 4 tetes ZnSO4
larutan menjadi keruh dan terdapat
endapan (++)

13. Kemudian ditambahkan lagi tetes


demi tetes larutan ZnSO4 sampai
endapannya larut, dan setelah
diteteskan 20 tetes ZnSO4 endapan
menjadi lebih sedikit daripada
sebelumnya
14. 1 mL protein telur dimasukkan dalam
tabung reaksi 2

15. Ditambahkan tetes demi tetes ZnSO4


sampai muncul endapan

16. Setelah diteteskan 4 tetes ZnSO4


larutan menjadi keruh dan terdapat
endapan (++)
17. Kemudian ditambahkan lagi tetes
demi tetes larutan ZnSO4 sampai
endapannya larut, dan setelah
diteteskan 15 tetes ZnSO4 endapan
menjadi lebih sedikit daripada
sebelumnya
18. 1 mL susu dimasukkan dalam tabung
reaksi 3

19. Ditambahkan tetes demi tetes FeSO4


sampai muncul endapan

20. Setelah diteteskan 12 tetes FeSO4


larutan menjadi keruh dan terdapat
endapan (++)

21. Kemudian ditambahkan lagi tetes


demi tetes larutan FeSO4 sampai
endapannya larut, dan setelah
diteteskan 35 tetes FeSO4 endapan
menjadi lebih sedikit daripada
sebelumnya
22. 1 mL protein telur dimasukkan dalam
tabung reaksi 3

23. Ditambahkan tetes demi tetes FeSO4


sampai muncul endapan

24. Setelah diteteskan 3 tetes FeSO4


larutan menjadi keruh dan terdapat
endapan (++)

25. Kemudian ditambahkan lagi tetes


demi tetes larutan FeSO4 sampai
endapannya larut, dan setelah
diteteskan 20 tetes FeSO4 endapan
menjadi lebih sedikit daripada
sebelumnya
Reaksi Millon
1. 2 mL susu dimasukkan ke dalam
tabung reaksi dan ditambahkan 1 mL
reagen millon
2. Larutan dipanaskan di atas penangas
air dan muncul endapan putih (+++)

3. Setelah larutan didinginkan,


ditambahkan 5 tetes NaNO2

4. Hasil dari penambahan NaNO2


terdapat endapan berwarna kuning

5. 2 mL protein telur dimasukkan dalam


tabung reaksi dan ditambahkan 1 mL
reagen millon

6. Larutan dipanaskan diatas penangas


air dan muncul endapan putih (+++)
7. Setelah didinginkan, ditambahkan 3
tetes NaNO2

8. Hasil penambahan NaNO2 larutan


berwarna oren dan terdapat endapan

Reaksi Biuret

1. 3 mL susu dimasukkan ke dalam


tabung reaksi

2. Ditambahkan 1 mL NaOH 40%

3. Setelah ditambahkan NaOH


terbentuk 2 fasa, fasa bawah tidak
berwarna dan fasa atas berwarna
putih keruh
4. Kemudian ditambahkan 4 tetes
CuSO4 larutan menjadi berwarna
ungu pada fasa atas, dan larutan tidak
berwarna pada fasa bawah

5. 3 mL protein telur dimasukkan dalam


tabung reaksi

6. Ditambahkan 1 mL NaOH 40%

7. Kemudian ditambahkan 3 tetes


CuSO4 larutan menjadi berwarna
ungu

Anda mungkin juga menyukai