2016
I. JUDUL PERCOBAAAN
Selesai
III. TUJUAN
2016
maka
perlu
diketahui
juga
bagaimana
cara
penetapan
proteolitik.
4. Dapat bereaksi dengan gula reduksi. Reaksi tersebut akan menimbulkan
terbentuknya warna cokelat.
2
2016
Berdasarkan kelarutannya :
a) Protein fibrosa : tidak larut dalam pelarut biasa namun larut dalam asam
dan basa.
b) Protein globular : larut dalam air, larutan asam, basa, bahkan garam.
Berdasarkan komplekan strukturnya :
a) Protein sederhana : hidrolisisnya menghasilkan asam amino. contoh :
albumin, globular.
b) Protein konjugasi : memilik gugus bukan protein yaitu gugus prostetik.
Contoh : neuro protein, kromoprotein.
Sumber Protein
Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang baik, dalam
jumlah maupun mutu, seperti telur, susu, daging, unggas, ikan, dan kerang.
Sumber protein nabati adalah kacang kedelai dan hasilnya, seperti tempe dan
tahu, serta kacang-kacangan lain. Kacang kedelai merupakan sumber protein
nabati yang mempunyai mutu atau nilai biologi tertinggi. Bahan makanan
nabati yang kaya akan protein adalah kacang-kacangan.
Analisis protein cukup kompleks disebabkan terdapat komponenkomponen pangan lain yang memiliki sifat fisika-kimia yang mirip yang dapat
memengaruhi pengukuran. Sebagai gambaran, nitrogen bukan hanya terdapat
pada protein, tetapi juga pada komponen non-protein, seperti asam amino bebas,
peptida berukuran kecil, asam nukleat, fosfolipid, gula amin, porfirin, dan
beberapa vitamin, alkaloid, asam urat, urea, dan ion amonium. Dengan demikian,
total nitrogen organik dari bahan pangan bukan hanya berasal dari protein, tetapi
juga
ada
sebagian
kecil
dari
komponen-komponen
non-protein
yang
mengandung nitrogen yang ikut terukur. Tergantung pada metode analisis yang
digunakan, komponen pangan lainnya, seperti lipid dan karbohidrat, dapat
memengaruhi hasil analisis pangan (Andarwulan, 2011).
Terdapat banyak metode analisis penetapan protein yang telah
dikembangkan. Prinsip dasar dari penetapan protein ini berbeda-beda. Ada
penetapan protein yang berdasarkan pada pengukuran kadar nitrogen total, ikatan
peptide, asam amino aromatik, kapasitas pengikatan zat warna, sifat absorpsi
2016
sinar ultraviolet oleh protein dan sifat light scattering. Di dalam memilih metode
analisis mana yang akan digunakan, perlu mempertimbangkan jenis contoh yang
akan dianalisis, tujuan analisis, faktor sensitivitas, akurasi, ketelitian, kecepatan
dan biaya analisis. Disamping itu, terdapat prosedur analisis untuk penetapan
sifat fungsional protein, seperti mengukur kemampuan protein dalam mengikat
air, membentuk gel, mengikat lemak sebagai emulsifier, membentuk buih, dan
sebagainya (Andarwulan, 2011).
Kadar protein bahan dan produk pangan dapat ditentukan dengan
berbagai jenis metode analisis. Diantara metode analisis protein yang sering
digunakan adalah metode Kjeldahl, metode Biuret, metode Lowry, metode
pengikatan zat warna dan metode titrasi formol (Andarwulan, 2011).
Penentuan Kadar Protein Metode Biuret
Prinsip kerja penentuan kadar protein dengan metode biuret adalah
menganalisis adanya ikatan peptida dengan cara menambahkan reagen biuret
kedalam sample yang kemudian di ukur absorbansinya menggunakan
spektrofotometer.
Spektorofotometri merupakan teknik analisis yang bertujuan untuk
mengetahu jumlah (konsentrasi) zat dalam suatu bahan berdasarkan spektroskopi
khusus untuk panjang gelombang UV Visible dan Infra Red. Pengertian
spektroskopi sendiri adalah istilah atau nama yang digunakan untuk ilmu (secara
teori) yang mempelajari tentang hubungan antara radiasi/ sinar/ energy (yang
memiliki fungsi panjang gelombang yang biasa disebut dengan frekuensi)
dengan benda(Sudarmajdi, Haryono, & Suhardi, 1996).
Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada
pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada
panjang gelombamg spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau
kisi difraksi dengan detektor fototube. Metode ini dapat digunakan untuk sampel
yang berupa larutan berwarna atau tidak berwarna, karena pada umumnya suatu
alat spektrofotometri dilengkapi sumber cahaya untuk mengukur spectrum
2016
2016
Ikan Gurami
Ikan gurami memiliki nama latin (Osphronemus gourami) mempunyai
bentuk gepeng, yang muda bersikap agresif, tetapi sifat ini akan berkurang sejalan
dengan umur gurami. Ikan gurami muda berdahi normal dan rata, semakin dewasa
dahi semakin tebal dan kelihatan menonjol.
Adapun komposisi kimia daging ikan gurami pada berbagai umur panen,n=2:
Komposisi kimia
rata-rata (%)
2,5-3 tahun
1,5-2 tahun
7 bulan-1 tahun
Kadar air
72,96 0,05
74,62 0,08
75,48 0,28
Kadar abu
0,90 0,01
0,95 0,05
1,03 0,08
Kadar protein
20,67 0,28
18,93 0,01
18,71 0,13
Kadar lemak
2,79 0,04
2,43 0,08
2,21 0,42
Tabel 1. Komposisi kimia daging ikan gurami pada berbagai umur panen,n=2
Ikan gurami memiliki kandungan protein, kandungan protein larut air
berkisar 2,74-3,13%,
terhadap ikan gurami umur 1,5-2 tahun yaitu 3,13% dan yang terendah pada ikan
gurami umur 2,5-3 tahun yaitu 2,74% kandungan protein larut air pada berbagai
umur panen memiliki gurami yang cenderung seragam walaupun terdapat gurami
yang paling tinggi maupun yang rendah. Hal ini disebabkan karena ikan tersebut
memiliki habitat atau lingkungan hidup yang sama dan kondisi fisiologis yang
sama, yaitu di kolam budidaya.
Kandugan protein larut garam ikan gurami pada beberapa umur panen
berkisar 4,57-5,27%. Berdasarkan kadar protein larut garam tertinggi terdapat pada
ikan gurami umur 2,5-3 tahun dengan gurami 5,27% dan yang terendah pad ikan
gurami umur1,5-2 tahun dengan gurami 4,57%, komposisi proteinlarut garam
dengan beberapa umur panen memilki gurami yang cenderung seragam (Tim
Penyusun Modul Penyuluhan Perikanan, 2011).
V.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Tabung reaksi
Gelas ukur
Pipet tetes
Gelas kimia
Spektrofotometri UV-Vis
Rak tabung reaksi
9 buah
1 buah
secukupnya
2 buah
1 set
1 buah
Bahan-bahan
a.
b.
c.
d.
Residu
b. Pembuatan standart
2016
1 mL
larutan
protein
1mg/ml
1 mL larutan
protein
1mg/ml
1 mL larutan
protein
1mg/ml
2016
1 mL larutan
protein
1mg/ml
1 mL larutan
protein
1mg/ml
1 mL larutan sampel
Dimasukkan dalam tabung reaksi
Ditambah 5 mL reagen biuret
Dikocok
Diunkubasi pada suhu 37oC selama 10 menit
Didiamkan pada suhu kamar selama 3 menit
Diukur absorbansinya pada panjang gelombang
540 nm
Hasil pengamatan
2016
VII.
HASIL PENGAMATAN
10
2016
VIII.
IX.
X.
2016
ANALISIS PEMBAHASAN
Pada percobaan yang berjudul Penentuan Kadar Protein dengan Metode
Biuret yang bertujuan untuk
KESIMPULAN
JAWABAN PERTANYAAN
Tugas
1. Buatlah kurva standar konsentrasi vs absorbansi. Dengan bantuan kurva
standar tersebut tentukan kadar protein sampel?
2. Apakah peptide akan memberikan reaksi positif terhadap pereaksi biuret?
Jika benar demikian, bagaimana menentukan kadar protein yang tercampur
dengan peptide?
Jawab:
XI.
DAFTAR PUSTAKA
11
2016
2.
3.
4.
5.
10 mg/mL . V1
V1
V1M1
4 mg/mL . V1
V1
V1M1
4 mg/mL . V1
V1
V1M1
3 mg/mL . V1
V1
V1M1
2 mg/mL . V1
V1
= V2M2
= 5 mg/mL . 10 mL
= 5 mL
= V2M2
= 5 mg/mL . 10 mL
= 8 mL
= V2M2
= 3 mg/mL . 10 mL
= 7,5 mL
= V2M2
= 2 mg/mL . 10 mL
= 6,6 mL
= V2M2
= 1 mg/mL . 10 mL
= 5 Ml
Absorbansi
0,107
0,142
0,159
0,194
0,257
12
2016
Dengan :
Sampel
Absorbansi
0,270
0,276
0,264
Maka,
Sampel 1
Sampel 2
Sampel 3
= 0,035x + 0,066
= 0,035x + 0,066
0,270
= 0,035x + 0,066
0,264
= 0,035x + 0,066
0,035x = 0,204
0,035x= 0,210
0,035x = 0,198
x = 6,000 mg/mL
= 5,828 mg/mL
= 0,035x + 0,066
13
= 5,657 mg/mL
14
2016