TINJAUAN PUSTAKA
organik kompleks yang memiliki berat molekul tinggi. Protein juga merupakan
polimer yang dapat terdiri dari monomer – monomer asam amino dengan ikatan
peptida. Fungsi protein dapat digunakan sebagai enzim, hormon dan antibodi. Suatu
polipetida baru dapat menjadi protein apabila dapat berfungsi secara biologis dan
Protein merupakan suatu zat makanan yang amat penting bagi tubuh karena
zat ini disamping berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh juga berfungsi
sebagai zat pembangun dan pengatur. Protein adalah sumber asam-asam amino
yang mengandung unsur-unsur C, H, O dan N yang tidak memiliki oleh lemak atau
karbohidrat. Protein di dalam tubuh dapat berguna sebagai zat pembangun dan
pertumbuhan. Protein dapat membentuk jaringan baru di dalam tubuh. Protein dapat
berfungsi sebagai pengatur didalam metabolisme tubuh. Selain hal tersebut protein
juga merupakan salah satu komponen yang dapat membentuk antibodi untuk
Azhari dan Tomasoa (2018) merupakan salah satu komoditas perikanan air tawar
yang mendapat perhatian dan sering dibudidayakan. Hal ini sangat beralasan
mengingat kandungan nutrisi seperti protein, terdapat dalam jumlah yang cukup
tinggi dalam daging ikan nila. Ikan nila dapat diklasifikasi sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Perciformes
Familia : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Morfologi ikan nila menurut Lukman, et al. (2014), yaitu lebar badan ikan nila
ramping, sisik ikan nila relatif besar, matanya menonjol dan besar dengan tepi
berwarna putih. Ikan nila mempunyai lima buah sirip yang berada di punggung,
dada, perut, anus, dan ekor. Pada sirip dubur (anal fin) memiliki 3 jari-jari keras dan
9-11 jari-jari sirip lemah. Sirip ekornya (caudal fin) memiliki 2 jari-jari lemah
mengeras dan 16-18 jari-jari sirip lemah. Sirip punggung (dorsal fin) memiliki 17 jari-
jari sirip keras dan 13 jari-jari sirip lemah. Sementara sirip dadanya (pectoral fin)
memiliki 1 jari-jari sirip keras dan 5 jari-jari sirip lemah. Sirip perut (ventral fin)
memilki 1 jari-jari sirip keras dan 5 jari-jari sirip lemah. Ikan nila memiliki sisik cycloid
nitrogen total pada protein dan senyawa yang mengandung nitrogen. Metode ini
telah banyak mengalami modifikasi. Metode ini cocok digunakan secara semi mikro,
sebab hanya membutuhkan jumlah sampel dan pereaksi yang sedikit serta waktu
analisis yang pendek. Metode Kjeldahl cocok untuk menetapkan kadar protein yang
tidak larut atau protein yang sudah mengalami koagulasi akibat proses pemanasan
maupun proses pengolahan lain yang biasa dilakukan pada makanan Metode
Kjeldahl merupakan salah satu metode untuk pengujian protein. Analisa protein
dengan metode Kjeldahl pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga tahapan yaitu
proses lebih cepat digunakan katalisator Na2SO4, CuSO4, dan selenium. Proses
destruksi selesai bila larutan sudah jernih atau tidak berwarna. Tahap destilasi yaitu
amonium sulfat dipecah menjadi amonia dengan penambahan NaOH sampai alkalis
dan dipanaskan. Amonia yang terbentuk ditampung dalam H3BO3 pekat yang
sudah diberi indikator BCG dan methyl red. Jumlah H3BO3 yang bereaksi dengan
Akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna larutan dari biru tua menjadi merah
muda. Perlakuan blanko dilakukan untuk mengetahui nitrogen yang berasal dari
dengan metode biuret karena metode ini didasarkan pada pengukuran serapan
cahaya berwarna ungu dari protein yang bereaksi dengan pereaksi biuret dimana
yang membentuk kompleks adalah protein dengan ion Cu2+ yang terdapat dalam
pereaksi biuret dalam suasana basa yang menjadi Cu+, semakin tinggi intensitas
cahaya yang diserap oleh spektrofotometer maka semakin tinggi pula kandungan
protein yang terdapat dalam zat tersebut. Keuntungan dari metode biuret ini adalah
bahan yang digunakan relatif murah akan tetapi kelemahan dari metode ini adalah
dalam jumlah yang tidak sedikit. Pengujian protein menggunakan metode biuret
merupakan salah satu metode untuk mengetahui adanya protein di dalam sampel
uji.
metode biuret. Metode ini memiliki prinsip bahwa setiap ikatan peptida dapat
suasana basa. Pada pereaksi biuret terdari atas campuran protein dengan sodium
hidroksida (berupa larutan) dan tembaga sulfat. Warna violet yang terbentuk
merupakan hasil dari reaksi ini yang menunjukkan adanya 2 atau lebih ikatan
peptida. Metode ini memiliki kekurangan yaitu hasil pembacaan tidak murni
menunjukkan kadar protein saja tetapi senyawa lain yang mengandung gugus fenol,
benzena, ikut terbaca kadarnya dan gugus sulfhidrin. Adapun saat waktu pelaksaan
dengan uji biuret membutuhkan waktu yang lama dan sering dirasa kurang efisien
(Purwanto, 2014).