Bintang Nurhavizah, Humaira Zahra Maulida, Carissa Argariny Widiyatna, Hesti Herliana
Kelompok 2 Praktikum Analisis Zat Gizi, Program Studi Gizi, Fakultas Teknologi Pangan dan Kesehatan,
Universitas Sahid Jakarta, 12870 Jakarta, Indonesia
Hamidatun, STP., M.Si, Khoirul Anwar, S.Gz., M.Si, Program Studi Gizi Fakultas Teknologi Pangan dan
ABSTRACT
Protein is an important macro element in food which has a vital role in the formation of body
tissue, regulation of biological processes, and provision of energy. Protein analysis in food
can be done quantitatively and qualitatively. The Kjeldahl method is a quantitative method
commonly used to assess protein levels in food ingredients. This practicum aims to determine
protein levels in soy milk, cassava eggs, shellfish and shellfish dim sum using the Kjeldahl
method. The results of the protein analysis provide important information about the nutritional
quality and biochemical properties of the food ingredients tested. Objective: To determine the
protein content in a food ingredient
Keyword: Kjeldahl method, Soy milk, Cassava oyek, Mussels, Shellfish dim sum, Protein
content
ABSTRAK
Protein merupakan unsur makro penting dalam bahan pangan yang memiliki peran vital dalam
pembentukan jaringan tubuh, pengaturan proses biologis, dan penyediaan energi. Analisis
protein dalam bahan pangan dapat dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Metode Kjeldahl
adalah salah satu metode kuantitatif yang umum digunakan untuk menilai kadar protein dalam
bahan pangan. Praktikum ini bertujuan untuk menentukan kadar protein dalam susu kedelai,
oyek singkong, kerang, dan dimsum kerang menggunakan metode Kjeldahl.Hasil analisis
protein tersebut memberikan informasi penting tentang kualitas nutrisi dan sifat biokimia dari
bahan pangan yang diuji. Tujuan : Untuk mengetahui kadar protein dalam suatu bahan pangan
Kata kunci: Metode Kjeldahl, Susu kedelai, Oyek singkong, Kerang, Dimsum kerang, Kadar
protein
PENDAHULUAN
Protein adalah senyawa organik sebagai penyusun sel. Sebagai zat
kompleks yang mengandung asam amino pembangun, protein merupakan bahan
yang terikat satu sama lain melalui ikatan pembentuk jaringanjaringan baru yang
peptida. Protein terdiri atas molekul peptide selalu terjadi di dalam tubuh. Protein juga
berukuran besar yang tersusun lebih dari digunakan sebagai bahan bakar apabila
100 buah asam amino. Protein mengandung kebutuhan tubuh tidak terpenuhi oleh
atom karbon, oksigen, nitrogen, dan sulfur. karbohidrat dan lemak.Protein merupakan
Protein merupakan komponen pangan yang sumber gizi utama, yaitu sebagai sumber
banyak terdapat pada tanaman dan hewan asam amino esensial. Di samping sebagai
sumber gizi, protein juga memberikan sifat terhadap protein, contohnya seperti dengan
fungsional yang penting dalam membentuk pereaksi Biuret, Lowry, Bradford atau
karakteristik produk pangan, seperti dengan metode pengikatan warna dimana
sebagai pengental, pengemulsi, pembentuk konsentrasi ditentukan berdasarkan
gel, pembentuk buih, dan sebagainya. kompleks warna yang terbentuk; 2) secara
Protein dalam bahan makanan dikonsumsi tidak langsung dengan menghitung jumlah
manusia diserap oleh usus dalam bentuk nitrogen yang terkandung di dalam bahan,
asam amino. Kandungan protein dalam contohnya metode Kjeldahl dan metode
bahan makanan bervariasi baik dalam Dumas di mana kadar protein sebanding
jumlah maupun jenisnya. Bahan pangan dengan total N yang terkandung di
hewani (seperti telur, daging, susu, dan dalamnya. Metode ini merupakan metode
ikan), leguminose (seperti kacang- yang sederhana untuk penetapan nitrogen
kacangan) dan serealia (seperti beras, total pada asam amino, protein, dan
gandum, dan jagung) umumnya senyawa yang mengandung nitrogen.
mengandung protein yang tinggi . Sampel didestruksi dengan asam
Bahan pangan hewani umumnya sulfat dan dikatalisis dengan katalisator
mengandung protein yang tinggi. Beberapa yang sesuai sehingga akan menghasilkan
bahan pangan nabati juga merupakan ammonium sulfat. Setelah ditambah
sumber protein utama, seperti kedelai dan dengan alkali kuat, ammonia yang
kacangkacangan. Serealia biasanya terbentuk didestilasi uap secara kuantitatif
mengandung asam amino lisin dan treonin, ke dalam larutan penyerap dan selanjutnya
sedangkan kacang kedelai mengandung dititrasi. Metode ini telah banyak
lisin yang cukup tinggi tetapi memiliki mengalami modifikasi. Metode ini cocok
kandungan metionin yang rendah (biasanya digunakan secara semi mikro, sebab hanya
disebut limiting amino acid). Biji kapas memerlukan jumlah sampel dan pereaksi
juga mengandung lisin yang rendah, dan yang sedikit serta waktu analisis yang
protein kacang mengandung metionin dan pendek. Metode Kjeldahl cocok digunakan
lisin yang rendah. Kandungan protein untuk menetapkan kadar protein yang tidak
dalam bahan pangan umumnya ditentukan terlarut atau protein yang sudah mengalami
berdasarkan analisis persentase nitrogen koagulasi akibat proses pemanasan maupun
dengan menggunakan metode Kjeldahl, proses pengolahan lain yang biasa
kemudian mengkonversikannya dengan dilakukan pada makanan.
faktor konversi tertentu, misalnya dengan Tahapan kerja pada metode
6.25 dengan asumsi kandungan nitrogen Kjeldahl dibagi tiga. Pertama adalah tahap
dalam protein adalah 16%. Bila kandungan destruksi, di mana tahap ini, sampel
nitrogennya berbeda, maka faktor dipanaskan dalam asam sulfat pekat
konversinya pun disesuaikan. sehingga terjadi destruksi menjadi unsur-
Kadar protein merupakan salah satu metode unsurnya. Elemen karbon (C) dan hidrogen
uji laboratorium kimia yang sangat penting (H) teroksidasi menjadi karbon monoksida
dalam industri pangan untuk menentukan (C), karbon dioksida (CO2), dan H2O.
kualitas dan ketahanan pangan terhadap Elemen nitrogen (N) akan berubah menjadi
kerusakan yang mungkin terjadi pada ammonium sulfat atau (NH4)2SO4.
bahan pangan. Penentuan kadar protein Banyaknya asam sulfat yang digunakan
pada susu kedelai, kerang, oyek singkong, untuk destruksi diperhitungkan terhadap
dan dimsum kerang mempunyai peranan kandungan protein, karbohidrat, dan lemak.
untuk mengetahui kandungan protein pada Untuk mempercepat destruksi maka
masingmasing bahan pangan. Analisis ditambah katalisator natrium sulfat
Protein kuantitatif protein dapat dilakukan (Na2SO4) dan merkuri oksida (20:1).
dengan dua cara yaitu 1) secara langsung Dengan penambahan katalisator ini, titik
menggunakan zat kimia yang spesifik didih asam sulfat ditinggikan sehingga
destruksi berjalan lebih cepat. Tiap 1 gram asam borat maka banyaknya asam
kalium sulfat akan mampu meningkatkan borat yang bereaksi dengan amonia dapat
titik didih asam sulfat 3°C. Suhu destruksi diketahui dengan cara menitrasi ion
berkisar antara 370-410°C. ammonium (hasil reaksi antara amonia
Tahap Destilasi adalah tahap dengan asam borat) dengan asam klorida
ammonium sulfat dipecah menjadi menggunakan indikator metil biru atau
ammonia (NH3) dengan penambahan metil merah. Titik akhir titrasi ditandai
NaOH sampai alkalis dan dipanaskan. dengan perubahan warna larutan dari biru
Supaya destilasi tidak menimbulkan menjadi merah . Keuntungan menggunakan
superheating atau percikan cairan atau metode Kjeldahl ini adalah dapat
timbulnya gelembung gas yang besar, maka diaplikasikan untuk semua jenis bahan
ditambah dengan logam seng (Zn). pangan, tidak memerlukan biaya yang
Ammonia yang dibebaskan selanjutnya mahal untuk pengerjaannya, akurat dan
ditangkap dengan larutan baku asam. Asam merupakan metode umum untuk penentuan
yang digunakan dapat berupa asam klorida kandungan protein kasar, dapat
atau asam borat 4% dalam jumlah yang dimodifikasi sesuai kuantitas protein yang
berlebihan (mgrek asam lebih besar dianalisis. Adapun kerugiannya adalah
daripada mgrek ammonia). Supaya kontak yang ditentukan adalah jumlah total
antara asam dengan amonia lebih baik nitrogen yang terdapat di dalamnya bukan
maka ujung tabung destilasi tercelup hanya nitrogen dari protein, waktu yang
sedalam mungkin dalam asam. Untuk diperlukan relatif lebih lama (minimal 2
mengetahui asam dalam keadaan berlebih, jam untuk menyelesaikannya), presisi yang
maka ditambah dengan indikator lemah, dan pereaksi yang digunakan
fenolftalein (PP). korosif.
2.3 Prosedur
HASIL
Sampel yang digunakan pada dan dimsum kerang. Berikut adalah tabel
penetapan kadar protein metode Kjeldahl hasil perhitungan pada masing masing
yaitu susu kedelai, oyek singkong, kerang, bahan.
Susu 2 14,7952 3,6 1971,5 0,2146 6,38 0,5 3,19 3,16 0,05
1 0,3221 1,9 2003,5 0,2146 6,25 0,24 1,5
Oyek 2 0,3221 1,9 2008,2 0,2146 6,25 0,24 1,5 1,5 0,002
1 0,3913 17,7 1977,5 0,2146 6,25 2,64 16,53
Kerang 2 0,4449 17,6 1977,7 0,2146 6,25 2,63 16,43 16,48 0,07
1 0,4246 11,4 2165,7 0,2146 6,25 1,54 9,63
Dimsu
m 2 0,4246 11,3 2125,7 0,2146 6,25 1,56 9,72 9,68 0,07
DAFTAR PUSTAKA
Fardiaz, D., N.L. Puspitasari, dan C.H. Rohman A, Sumantri. 2013. Analisis
Wijaya. (1991). Analisis Pangan Makanan. Yogyakarta (ID): Gadjah
(Monograf). Bogor: Laboratorium Mada University Press. Hal. 5-10.
Kimia dan Biokimia Pangan, PAU Ibid 5. Ibid 6. Ibid 7. Chang SKC. 2010.
Pangan dan Gizi, IPB. Food Analysis 2nd Edition. New
Winarno FG. 2004. Kimia Pangan. Jakarta York (US): Springer Science
(ID): Gramedia Pustaka Utama. Business Media Inc. Hal 239-249.
Rhee KC. 2005. Determination of Total 8. AOAC. 2005.
Nitrogen New Jersey (US): John
Wiley and Sons Inc. Hal. 105.
LAMPIRAN
b. Ulangan II
(𝑚𝐿 𝐻𝐶𝑙 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙− 𝑚𝐿 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜) 𝑥 𝑁𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐻𝐶𝐿 𝑥 14,007
%N = x 100%
𝑀𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
(3,60− 0,30) 𝑥 0,2146 𝑥 14,007
= x 100%
1971,5
=0,50 %
2. Oyek singkong
a. Ulangan I
(𝑚𝐿 𝐻𝐶𝑙 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙− 𝑚𝐿 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜) 𝑥 𝑁𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐻𝐶𝐿 𝑥 14,007
%N = x 100%
𝑀𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
(1,90− 0,30) 𝑥 0,2146 𝑥 14,007
= x 100%
2003,5
=0,24 %
● kadar Protein = %N x Factor konversi
=0,24 % x 6,25
= 1,50
b. Ulangan II
(𝑚𝐿 𝐻𝐶𝑙 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙− 𝑚𝐿 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜) 𝑥 𝑁𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐻𝐶𝐿 𝑥 14,007
%N = x 100%
𝑀𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
(1,90− 0,30) 𝑥 0,2146 𝑥 14,007
= x 100%
2008,2
=0,23 %
● kadar Protein = %N x Factor konversi
=0,23 % x 6,25
= 1,49
b. Ulangan II
(𝑚𝐿 𝐻𝐶𝑙 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙− 𝑚𝐿 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜) 𝑥 𝑁𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐻𝐶𝐿 𝑥 14,007
%N = x 100%
𝑀𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
(17,60− 0,30) 𝑥 0,2146 𝑥 14,007
= x 100%
1977,7
=2,62 %
● kadar Protein = %N x Factor konversi
=2,62 % x 6,25
= 16,43