Analisis proksimat adalah suatu metoda analisis kimia untuk mengidentifikasi kandungan
nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak dan serat pada suatu zat makanan dari bahan pakan
atau pangan. Analisis proksimat memiliki manfaat sebagai penilaian kualitas pakan atau bahan
pangan terutama pada standar zat makanan yang seharusnya terkandung di dalamnya. Hal ini
dapat berdampak besar dalam suatu pertumbuhan ternak, sehingga dalam praktikum ini kita akan
melihat sejauh mana Meat and bone meal (MBM) bisa menjadi salah satu pakan yang memiliki
zat gisi yang tinggi.
Tujuan Praktik analisa proksimat dalam melakukan praktikum ini kami memiliki beberapa tujuan
yaitu:
• Praktikum ini memiliki tujuan untuk mengeahui kandungan zat makanan dari bahan pakan
yang akan diuji .
• Praktikum bertujuan untuk meningkatkan kemampuan praktikan dalam menganalisis proksimat
baik meliputi pengetahuan dasar dan aplikasinya.
Banyaknya kadar air dalam suatu bahan pakan dapat diketahui bila bahan pakan tersebut
dipanaskan pada suhu 105⁰C. Bahan kering dihitung sebagai selisih antara 100% dengan
persentase kadar air suatu bahan pakan yang dipanaskan hingga ukurannya tetap (Anggorodi,
1994). Kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan yang dapat dinyatakan
berdasarkan berat basah (wet basis) atau berat kering (dry basis). Metode pengeringan melalui
oven sangat memuaskan untuk sebagian besar makanan, akan tetapi beberapa makanan seperti
silase, banyak sekali bahan-bahan atsiri (bahan yang mudah terbang) yang bisa hilang pada
pemanasan tersebut (Winarno, 1997).
Penentuan kandungan air dapat dilakukan dengan beberapa cara. Hal ini tergantung pada
sifat bahannya. Pada umumnya penentuan kadar air dilakukan dengan mengeringkan bahan
dalam oven pada suhu 105-110 oC selama 3 jam atau sampai di dapat berat yang konstan. Selisih
berat sebelum dan sesudah pengeringan adalah banyaknya air yang di uapkan. Untuk bahan-
bahan yang tidak tahan panas, seperti bahan berkadar gula tinggi, minyak, daging, kecap, dan
lain-lain pemanasan dilakukan oven vakum dengan suhu yang lebih rendah. Kadang-kadang
pengeringan dalam tanpa pemanasan , bahan dimasukan ke dalam eksikator dengan H 2SO4 pekat
sebagai pengering, hingga di dapat berat yang konstan. Penentuan kadar air dari bahan-bahan
yang kadar airnya tinggi dan mengandung senyawa-senyawa yang mudah menguap seperti
sayuran dan susu, menggunakan cara destilasi dalam pelarut tertentu, misalnya toluene, xilol, dan
heptana yang berat jenisnya lebih rendah dari pada air
Kadar air dalam bahan pangan sangat mempengaruhi kualitas dan daya simpan
dari bahan pangan tersebut. Oleh karena itu, penentuan kadar air dari suatu bahan pangan sangat
penting agar dalam proses pengolahan maupun pendistribusian mendapat penanganan yang tepat.
Penentuan kadar air dalam bahan pangan dapat dilakukan dengan beberapa metode. Penentuan
kadar air dalam bahan pangan dapat dilakukandengan beberapa metode.
a. Metode Pengeringan / oven (thermogravimetri)
1) Metode Oven
Metode ini digunakan untuk semua bahan pangan kecuali produk yang
mengandung komponen senyawa “volatil” atau bahan yang mudah menguap pada pemanasan
1000C. Prinsip metode ini mengeringkan sampel dalam oven 100-105 0C sampai bobot konstan
dan selisih bobot awal dan akhir dihitung sebagai kadar air.
2) Metode Oven-Vakum
Metode ini digunakan untuk bahan yang mengandung komponen yang dapat
terkomposisi pada suhu 1000C, atau relatif banyak mengandung senyawa volatil. Prinsip metode
ini mengeringkan produk yang mudah terkomposisi pada 1000C didalam suatu tempat yang dapat
dikurangi tekanan udaranya atau divakumkan. Proses berlangsung pada suhu dan tekanan
rendah.
b. Metode Destilasi (Thermovolumetri)
Metode destilasi digunakan untuk bahan yang banyak mengandung lemak dan
komponen mudah menguap disamping air. Prinsipnya menguapkan air bahan dengan cara
destilasi menggunakan pelarut “immytible”, kemudian air ditampung didalam tabung yang
diketahui volumenya. Pelarut yang digunakan mempunyai titik didih lebih besar dari air tetapi
mempunyai berat jenis (BJ) lebih kecil dari air. Contoh senyawa yang dapat dijadikan pelarut
yaitu : Toluen, Xylen, dan benzen.
c. Metode Kimiawi
1) Metode Karl Fischer
Metode ini dapat digunakan untuk pengukuran kadar air pada bahan berupa
cairan, tepung, madu, dan beberapa produk kering. Metode ini menggunakan reagen Karl Fischer
yang terdiri dari SO2, piridin, dan iodin. Prinsip melakukan titrasi sampel dengan larutan iodin
dalam metanol dan piridin. Jika masih ada air didalam bahan maka Iodin akan bereaksi, tetapi
bila air habis maka iodin
akan bebas.
Abu adalah unsur-unsur mineral zat organic, merupakan sisa yang tertinggal setelah
sample dibakar sampai bebas karbon dan air. Dalam pengabuan, unsure-unsur ini membentuk
oksida- oksida atau beganbung dengan radikal-radikal negative seperti fosfat, sulfat, nitrat, atau
klorida.
Kadar abu merupakan campuran dari komponen anorganik atau mineral yang
terdapat pada suatu bahan pangan. Bahan pangan terdiri dari 96% bahan anorganik dan air,
sedangkan sisanya merupakan unsur-unsur mineral.
Jumlah abu dalam bahan pakan hanya penting untuk menentukan perhitungan bahan
ekstrak tanpa nitrogen (Soejono, 1990). Kandungan abu ditentukan dengan cara mengabukan
atau membakar bahan pakan dalam tanur, pada suhu 400-600oC sampai semua karbon hilang
dari sampel, dengan suhu tinggi ini bahan organik yang ada dalam bahan pakan akan terbakar
dan sisanya merupakan abu yang dianggap mewakili bagian inorganik makanan.
Namun, abu juga mengandung bahan organik seperti sulfur dan fosfor dari protein, dan
beberapa bahan yang mudah terbang seperti natrium, klorida, kalium, fosfor dan sulfur akan
hilang selama pembakaran. Kandungan abu dengan demikian tidaklah sepenuhnya mewakili
bahan inorganik pada makanan baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif (Anggorodi,
1994).
Analisa protein dapat dilakukan dengan dua metode yaitu secara kualitatif terdiri atas
reaksi xantoprotein, reaksi Hopkins-cole, reaksi millon nitroprusida, dan reaksi sakaguchi.
Secara kuantitatif terdiri dari metode Khejedal, metode titrasi formol, metode lowry, metode
spekrofotometer visiable ( buret ), dan metode spetorofotometri.
Klasifikasi lemak dan minyak menurut Rohman (2007), berdasarkan strukturnya lemak
terdiri dari:
a. Lemak sederhana (simple lipids)
Ester lemak-alkohol
Contohnya : ester gliserida, lemak, dan malam.
b. Lemak komplek (composite lipids dan sphingolipids)
Ester lemak-non alcohol
Contohnya : fosfolipid, glikolipid, aminolipid, lipoprotein
c. Turunan lemak (derived lipids)
Contohnya : asam lemak, gliserol, keton, hormon, vitamin larut lemak, steroid,
karotenoid, aldehid asam lemak, lilin dan hidrokarbon.
Berdasarkan kejenuhannya :
1. Asam lemak jenuh
Asam lemak jenuh merupakan asam lemak yang mengandung ikatan tunggal pada
rantai hidrokarbonnya. Asam lemak jenuh mempunyai rantai zig-zag yang dapat cocok satu sama
lain, sehingga gaya tarik vanderwalls tinggi, sehingga biasanya berwujud padat.
Contohnya ialah : asam butirat, asam palmitat, asam stearat.
Kandungan BETN suatu bahan pakan sangat tergantung pada komponen lainnya, seperti
abu, protein kasar, serat kasar dan lemak kasar. Jika jumlah abu, protein kasar, esktrak eter dan
serat kasar dikurangi dari 100, perbedaan itu disebut bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN).
BETN merupakan karbohidrat yang dapat larut meliputi monosakarida, disakarida dan
polisakarida yang mudah larut dalam larutan asam dan basa serta memiliki daya cerna yang
tinggi.
Bahan ekstrak tanpa nitrogen merupakan bagian karbohidrat yang mudah dicerna atau
golongan karbohidrat non-struktural. Karbohidrat non-struktural dapat ditemukan di dalam sel
tanaman dan mempunyai kecernaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan karbohidrat
struktural. Gula, pati, asam organik dan bentuk lain dari karbohidrat seperti fruktan termasuk ke
dalam kelompok karbohidrat non-struktural dan menjadi sumber energi utama bagi sapi perah
yang berproduksi tinggi. Kemampuan karbohidrat non-struktural untuk difermentasi dalam
rumen nilainya bervariasi tergantung dari tipe pakan, cara budidaya dan pengolahan bahan
ekstrak tanpa nitrogen tersusun dari gula, asam organik, pektin, hemiselulosa dan lignin yang
larut dalam alkali.