Anda di halaman 1dari 8

Nama : Ailsya Nurulfatiha Yumri

Nim : 220305501009
Kelas / Prodi : A / Gizi 2022
Mata Kuliah : Analisis Zat Gizi Pangan
No. Urut Absen : 12 (dua belas)

ANALISIS PROKSIMAT
Analisis proksimat adalah suatu metoda analisis kimia untuk mengidentifikasi kandungan zat
gizi seperti protein, karbohidrat, lemak dan serat pada suatu zat makanan dari bahan pakan atau
pangan. Analisis proksimat memiliki manfaat sebagai penilaian kualitas pakan atau bahan
pangan terutama pada standar zat makanan yang seharusnya terkandung di dalamnya. Hal ini
dapat berdampak besar dalam suatu pertumbuhan ternak, sehingga dalam praktikum ini kita akan
melihat sejauh mana Meat and bone meal (MBM) bisa menjadi salah satu pakan yang memiliki
zat gizi yang tinggi.
1. Analisa Kadar Air
Banyaknya kadar air dalam suatu bahan pakan dapat diketahui bila bahan pakan
tersebut dipanaskan pada suhu 105⁰C. Bahan kering dihitung sebagai selisih antara 100%
dengan persentase kadar air suatu bahan pakan yang dipanaskan hingga ukurannya tetap.
Kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan yang dapat dinyatakan
berdasarkan berat basah (wet basis) atau berat kering (dry basis). Metode pengeringan
melalui oven sangat memuaskan untuk sebagian besar makanan, akan tetapi beberapa
makanan seperti silase, banyak sekali bahan-bahan atsiri (bahan yang mudah terbang)
yang bisa hilang pada pemanasan tersebut.
Penentuan kandungan air dapat dilakukan dengan beberapa cara. Hal ini
tergantung pada sifat bahannya. Pada umumnya penentuan kadar air dilakukan dengan
mengeringkan bahan dalam oven pada suhu 105-110 oC selama 3 jam atau sampai di
dapat berat yang konstan. Selisih berat sebelum dan sesudah pengeringan adalah
banyaknya air yang di uapkan. Untuk bahan-bahan yang tidak tahan panas, seperti bahan
berkadar gula tinggi, minyak, daging, kecap, dan lain-lain pemanasan dilakukan oven
vakum dengan suhu yang lebih rendah. Kadang-kadang pengeringan dalam tanpa
pemanasan, bahan dimasukan ke dalam eksikator dengan H2SO4 pekat sebagai pengering,
hingga di dapat berat yang konstan. Penentuan kadar air dari bahan-bahan yang kadar
airnya tinggi dan mengandung senyawa-senyawa yang mudah menguap seperti sayuran
dan susu, menggunakan cara destilasi dalam pelarut tertentu, misalnya toluene, xilol, dan
heptana yang berat jenisnya lebih rendah dari pada air.
Kadar air dalam, bahan pangan sangat mempengaruhi kualitas dan daya simpan
dari bahan pangan tersebut. Oleh karena itu, penentuan kadar air dari suatu bahan pangan
sangat penting agar dalam proses pengolahan maupun pendistribusian mendapat
penanganan yang tepat. Penentuan kadar air dalam bahan pangan dapat dilakukan dengan
beberapa metode.
Penentuan kadar air dalam bahan pangan dapat dilakukan dengan beberapa metode :
a. Metode pengeringan dan oven (thermogravimetri)
1) Metode Oven
Metode ini digunakan untuk semua bahan pangan kecuali produk yang
mengandung komponen senyawa “volatil” atau bahan yang mudah
menguap pada pemanasan 1000C. Prinsip metode ini mengeringkan
sampel dalam oven 100-1050C sampai bobot konstan dan selisih bobot
awal dan akhir dihitung sebagai kadar air.
2) Metode Oven-Vakum
Metode ini digunakan untuk bahan yang mengandung komponen yang
dapat terkomposisi pada suhu 1000C, atau relatif banyak mengandung
senyawa volatil. Prinsip metode ini mengeringkan produk yang mudah
terkomposisi pada 1000C didalam suatu tempat yang dapat dikurangi
tekanan udaranya atau divakumkan. Proses berlangsung pada suhu dan
tekanan rendah.
b. Metode Destilasi
Metode destilasi digunakan untuk bahan yang banyak mengandung lemak dan
komponen mudah menguap disamping air. Prinsipnya menguapkan air bahan
dengan cara destilasi menggunakan pelarut “immytible”, kemudian air ditampung
didalam tabung yang diketahui volumenya. Pelarut yang digunakan mempunyai
titik didih lebih besar dari air tetapi mempunyai berat jenis (BJ) lebih kecil dari
air. Contoh senyawa yang dapat dijadikan pelarut yaitu : Toluen, Xylen, dan
benzen.

c. Metode Kimiawi
1) Metode Karl Fischer
Metode ini dapat digunakan untuk pengukuran kadar air pada bahan
berupa cairan, tepung, madu, dan beberapa produk kering. Metode ini
menggunakan reagen Karl Fischer yang terdiri dari SO 2, piridin, dan iodin.
Prinsip melakukan titrasi sampel dengan larutan iodin dalam metanol dan
piridin. Jika masih ada air didalam bahan maka Iodin akan bereaksi, tetapi
bila air habis maka iodin akan bebas.
2) Metode Kalsium Karbida
Metode ini berdasarkan atas reaksi antara kalsium karbida dengan air
menghasilkan gas asetilin. Jumlah asetilin yang terbentuk dapat diukur
dengan beberapa cara, antara lain : (1) Selisih bobot campuran bahan
sebelum dan sesudah reaksi. (2) Menampung dan mengukur volume gas
asetili dalam tabung tertutup. (3) Mengukur tekanan gas asetilin jika reaksi
dilakukan pada ruang tertutup.
3) Metode Asetil Klorida
Metode ini digunakan untuk bahan-bahan yang berupa minyak, mentega,
margarin, rempah-rempah, dan beberapa bahan berkadar air rendah.
Metode ini berdasarkan atas reaksi antara asetil klorida dengan air
menghasilkan asam yang akan dititrasi dengan basa.
2. Analisa Kadar Abu
Abu adalah unsur-unsur mineral zat organic, merupakan sisa yang tertinggal
setelah sample dibakar sampai bebas karbon dan air. Dalam pengabuan, unsure-unsur ini
membentuk oksida- oksida atau beganbung dengan radikal-radikal negative seperti fosfat,
sulfat, nitrat, atau klorida. Kadar abu merupakan campuran dari komponen anorganik
atau mineral yang terdapat pada suatu bahan pangan. Bahan pangan terdiri dari 96%
bahan anorganik dan air, sedangkan sisanya merupakan unsur-unsur mineral.
Jumlah abu dalam bahan pakan hanya penting untuk menentukan perhitungan
bahan ekstrak tanpa nitrogen. Kandungan abu ditentukan dengan cara mengabukan atau
membakar bahan pakan dalam tanur, pada suhu 400-600oC sampai semua karbon hilang
dari sampel, dengan suhu tinggi ini bahan organik yang ada dalam bahan pakan akan
terbakar dan sisanya merupakan abu yang dianggap mewakili bagian inorganik makanan.
Namun, abu juga mengandung bahan organik seperti sulfur dan fosfor dari
protein, dan beberapa bahan yang mudah terbang seperti natrium, klorida, kalium, fosfor
dan sulfur akan hilang selama pembakaran. Kandungan abu dengan demikian tidaklah
sepenuhnya mewakili bahan inorganik pada makanan baik secara kualitatif maupun
secara kuantitatif.
3. Analisa Kadar Serat Kasar
Istilah serat makanan (dietary fiber) harus dibedakan dengan isitilah serat kasar
(crude fiber) yang biasa digunakan dalam analisa proksimat bahan pangan. Serat kasar
adalah bagian dari pakan yang tidak dapat dihidrolisi oleh bahan-bahan kimia yang
digunakan untuk menentukan kadar serat kasar yaitu asam sulfat (H2SO4 1,25%) dan
natrium hidroksida (NaOH 1,25%). Sedangkan serat makanan adalah bagian dari bahan
pangan yang tidak dapat di hidrolisis oleh enzim-enzim pencernaan.
Menurut Piliang dan Djojosoebagio, mengemukakan bahwa hasil yang
dimaksudkan dengan serat kasar ialah sisa bahan makanan yang telah mengalami proses
pemanasan dengan asam kuat dan basa kuat 30 menit yang dilakukan dilaboratorium.
Dengan proses seperti ini dapat ini dapat merusak abeberapa macam serat yang tidak
dapat dicerna oleh manusia dan tidak dapat diketahui komposisi kimia. Tiap-tiap bahan
yang membentuk dinding sel. Oleh karena itu serat kasar merendahkan perkiraan jumlah
kandungan serat besar 80% untuk hemiselulosa 50 – 90% atau lignin dan 20- 50% untuk
selulosa. Langkah pertama metode pengukuran kandungan serat kasar adalah
menghilangkan semua bahan yang terlarut dalam asam dengan pendidihan dengan asam
sulfat bahan yang larut dalam alkali dihilangkan dengan pendidihan dalam larutan
sodium alkali. Residu yang tidak larut adalah serat kasar.
4. Analisa Kadar Protein Kasar
Protein merupakan salah satu zat makanan yang berperan dalam penentuan
produktivitas ternak. Jumlah protein dalam pakan ditentukan dengan kandungan nitrogen
bahan pakan kemudian dikali dengan faktor protein 6,25. Angka 6,25 diperoleh dengan
asumsi bahwa protein mengandung 16% nitrogen. Kelemahan analisis proksimat untuk
protein kasar itu sendiri terletak pada asumsi dasar yang digunakan.
Pertama, dianggap bahwa semua nitrogen bahan pakan merupakan protein,
kenyataannya tidak semua nitrogen berasal dari protein dan kedua, bahwa kadar nitrogen
protein 16%, tetapi kenyataannya kadar nitrogen protein tidak selalu 16%. Menurut
Siregar (1994) senyawa-senyawa non protein nitrogen dapat diubah menjadi protein oleh
mikrobia, sehingga kandungan protein pakan dapat meningkat dari kadar awalnya.
Sintesis protein dalam rumen tergantung jenis makanan yang dikonsumsi oleh ternak.
Jika konsumsi N makanan rendah, maka N yang dihasilkan dalam rumen juga rendah.
Jika nilai hayati protein dari makanan sangat tinggi maka ada kemungkinan protein
tersebut didegradasi di dalam rumen menjadi protein berkualitas rendah.
Analisa protein dapat dilakukan dengan dua metode yaitu secara kualitatif terdiri
atas reaksi xantoprotein, reaksi Hopkins-cole, reaksi millon nitroprusida, dan reaksi
sakaguchi. Secara kuantitatif terdiri dari metode Khejedal, metode titrasi formol, metode
lowry, metode spekrofotometer visiable (buret), dan metode spetorofotometri.
5. Analisa Kadar Lemak Kasar
Klasifikasi lemak dan minyak menurut Rohman (2007), berdasarkan strukturnya
lemak terdiri dari :
a. Lemak sederhana (simple lipids) Ester lemak-alkohol. Contohnya : ester gliserida,
lemak, dan malam.
b. Lemak komplek (composite lipids dan sphingolipids) Ester lemak-non alcohol.
Contohnya : fosfolipid, glikolipid, aminolipid, lipoprotein
c. Turunan lemak (derived lipids) Contohnya : asam lemak, gliserol, keton, hormon,
vitamin larut lemak, steroid, karotenoid, aldehid asam lemak, lilin dan
hidrokarbon.
Klasifikasi lemak berdasarkan kejenuhannya:
a. Asam Lemak Jenuh. Asam lemak jenuh merupakan asam lemak yang
mengandung ikatan tunggal pada rantai hidrokarbonnya. Asam lemak jenuh
mempunyai rantai zig-zag yang dapat cocok satu sama lain, sehingga gaya tarik
vanderwalls tinggi, sehingga biasanya berwujud padat. Contohnya ialah : asam
butirat, asam palmitat, asam stearat.

b. Asam lemak tak jenuh. Asam lemak tak jenuh merupakan asam lemak yang
mengandung satu ikatan rangkap pada rantai hidrokarbonnya. Asam lemak
dengan lebih dari satu ikatan, dua tidak lazim, terutama terdapat pada minyak
nabati, minyak ini disebut poliunsaturat. Trigliserida tak jenuh ganda (poli-
unsaturat) cenderung berbentuk minyak. Contohnya ialah : asam oleat, asam
linoleat, dan asam linolenat.
6. Analisa Kadar Fosfor
Kehadiran fosfat dalam air menimbulkan permasalahan terhadap kualitas air,
misalnya terjadinya eutrofikasi. Untuk memecahkan masalah tersebut dengan
mengurangi masukan fosfat kedalam badan air, misalnya dengan mengurangi pemakaian
bahan yang menghasilkan limbah fosfat dan melakukan pengolahan limbah fosfat.
Fosfat adalah unsur dalam suatu batuan beku ( apit ) atau sedimen dengan
kandungan fosfor ekonomis. Biasanya kandungan fosfor dinyatakan sebagai bobe
phosphate of lime ( BPL ) atau triphosphate of lime ( TPL ) atau berdasarkan
P2O5.Fosfat sebagai pupuk alam tidak cocok untuk tanaman pangan, karena tidak larut
dalam air sehingga sulit diserap oleh akar tanaman pangan. Fosfat untuk pupuk tanaman
pangan perlu diolah menjadi pupuk buatan.
7. Analisa Kadar Kalsium
Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat didalam tubuh manusia.
Kira-kira 99% kalsium terdapat didalam jaringan keras, yaitu pada tulang dan gigi. 1%
kalsium terdapat pada darah dan jaringan lunak. Tanpa kalsium yang 1% ini, otot akan
mengalami gangguan kontraksi darah akan sulitmembeku, tranformasi darah terganggu.
Fungsi dari kalsium yaitu:
1. Membentuk serta mempertahankan tulang dan gigi yang sehat.
2. Mencegah osteoporis.
3. Membantu proses pembekuan proses pembekuan darah dan penyembuhan luka.
4. Mengatur kontraksi otot.
5. Menghantar sinyal ke dalm sel-sel syaraf.
6. Membantu transport ion melalui membrane

7. Sebagai komponen penting dalam produksi hormone dan enzim yang mengatur proses
pencernaan, energy dan metabolism lemak.
8. Mengatasi kram, sakit pinggang, wasir, dan reumatik.
9. Mengatasi keluhan saat haid dan menopause
10. Meminimalkan penyusunan tulang selam hamil dan menyusui.

Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN)


Kandungan BETN suatu bahan pakan sangat tergantung pada komponen lainnya, seperti
abu, protein kasar, serat kasar dan lemak kasar. Jika jumlah abu, protein kasar, esktrak eter dan
serat kasar dikurangi dari 100, perbedaan itu disebut bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN).
BETN merupakan karbohidrat yang dapat larut meliputi monosakarida, disakarida dan
polisakarida yang mudah larut dalam larutan asam dan basa serta memiliki daya cerna yang
tinggi.
Bahan ekstrak tanpa nitrogen merupakan bagian karbohidrat yang mudah dicerna atau
golongan karbohidrat non-struktural. Karbohidrat non-struktural dapat ditemukan di dalam sel
tanaman dan mempunyai kecernaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan karbohidrat
struktural. Gula, pati, asam organik dan bentuk lain dari karbohidrat seperti fruktan termasuk ke
dalam kelompok karbohidrat non-struktural dan menjadi sumber energi utama bagi sapi perah
yang berproduksi tinggi. Kemampuan karbohidrat non-struktural untuk difermentasi dalam
rumen nilainya bervariasi tergantung dari tipe pakan, cara budidaya dan pengolahan bahan
ekstrak tanpa nitrogen tersusun dari gula, asam organik, pektin, hemiselulosa dan lignin yang
larut dalam alkali.

Referensi
Yudika, Chyando. Analisa Proksimat.
https://www.academia.edu/36344909/ANALISA_PROKSIMAT

Anda mungkin juga menyukai