Anda di halaman 1dari 47

Panduan Praktikum

Analisis Pangan & Kosmetik


PERCOBAAN I
PENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR ABU

A. Uraian Umum
Menurut derajat keterikatan air dalam makanan, air dapat dibedakan
menjadi 4 tipe:
1. Tipe I
Air tipe I (air terikat) yaitu molekul air yang terikat pada molekul-molekul
lain melalui suatu ikatan hidrogen yang berenergi tinggi. Molekul air
membentuk hidrat dengan molekul-molekul lain yang mengandung atomatom O dan N, seperti karbohidrat, protein atau garam. Air tipe ini tidak dapat
bertindak sebagai pelarut, dan tidak membeku pada suhu dibawah 0oC,
tetapi sebagian dapat dihilangkan dengan cara pengeringan biasa. Air tipe ini
terikat kuat dalam artian sebenarnya. Banyak air yang tidak dapat dibekukan,
dihitung terhadap kandungan protein. Sekitar 8 10 persen dari air total
dalam jaringan hewan tidak dapat dijadikan es (Meryman, 1966). Putih telur,
kuning telur, daging dan ikan semuanya mengandung kira-kira 0,4 g air yang
tidak dapat dibekukan per g protein kering. Ini sesuai dengan 11,4 persen
dari air total dalam daging tidak berlemak. Sebagian besar buah dan sayuran
mengandung kurang dari 6 persen air tak terbekukan; butir jagung utuh , 34
persen.
2. Tipe II
Air tipe II (air kapiler) adalah molekul-molekul air membentuk ikatan
hydrogen dengan molekul air lain, terdapat dalam mikrokapiler. Air jenis ini
lebih sukar dihilangkan dan penghilangan air tipe ini akan mengakibatkan
penurunan aw (water activity). Bila sebagian air tipe II dihilangkan,
pertumbuhan mikroba dan reaksi-reaksi kimia yang merusak bahan makanan
seperti browning, hidrolisis atau oksidasi lemak akan dikurangi. Jika air tipe II
dihilangkan seluruhnya, kadar air bahan berkisar 3-7%, kestabilan optimum
bahan makanan akan tercapai, kecuali pada produk-produk yang dapat
mengalami oksidasi akibat adanya kandungan lemak tidak jenuh.

Laboratorium Kimia Farmasi


Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman 2016

Panduan Praktikum
Analisis Pangan & Kosmetik
3. Tipe III
Air tipe ini atau lebih dikenal dengan air bebas adalah air yang secara
fisik terikat dalam jaringan matriks bahan seperti membran, kapiler, serat dll.
Air tipe ini mudah diuapkan dan dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan
mikroba dan media bagi reaksi-reaksi kimiawi. Apabila air tipe III ini diuapkan
seluruhnya, kandungan air bahan berkisar antara 12-25% dengan aw 0.8
tergantung dari jenis bahan dan suhu. Banyaknya air bebas dalam daging
sapi, dan domba beragam mulai dari 30-50 persen dari kandungan air total,
bergantung pada jenis daging dan jangka waktu pelayuan. Aktivitas air
berpengaruh besar terhadap laju dari banyak reaksi kimia dalam makanan
dan terhadap laju pertumbuhan mikroba (Labuza 1980).
4. Tipe IV
Air jenis ini adalah air yang tidak terikat dalam jaringan suatu bahan
atau air murni, dengan sifat-sifat air biasa dan keaktifan penuh. Selain
keempat tipe air di atas, air juga dapat dibedakan menjadi air imbibisi dan air
kristal. Air imbibisi adalah air yang masuk kedalam bahan makanan dan akan
menyebabkan pengembangan volume. Air ini tidak merupakan komponen
penyusun bahan tersebut. Contoh : air dengan beras membentuk nasi, atau
pembentukan gel dari bahan pati. Air kristal adalah air terikat dalam semua
bahan, baik makanan ataupun nonmakanan yang berbentuk kristal seperti
gula, garam, CuSO4 dll.

Metode Analisis Kadar Air


Ada beberapa metode untuk analisis kadar air, antara lain yaitu: metode
pengeringan, metode destilasi, dan metode kimiawi. Metode pengeringan
menggunakan prinsip thermogravimetri dengan alat pengering berupa
oven.

B. Tujuan
Menentukan kadar air dan kadar abu dalam sediaan makanan.

Laboratorium Kimia Farmasi


Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman 2016

Panduan Praktikum
Analisis Pangan & Kosmetik
C. Kegunaan Percobaan
Kadar air dan kadar abu perlu diuji dalam suatu bahan pangan karena
dapat mempengaruhi sifat dari bahan pangan tersebut. Kadar air yang
melebihi kadar akan mengakibatkan adanya mikroba atau mikroorganisme
karena air merupakan salah satu media yang baik untuk pertumbuhan
mikroorganisme. Pengujian kadar abu dilakukan untuk melihat kandungan
mineral pada suatu bahan pangan.

D. Hubungan Percobaan dengan Matakuliah


Pengaplikasian metode analisis yang digunakan pada penentuan kadar
air dan kadar abu dalam sediaan makanan.

E. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Neraca Analitik
b. Lumpang dan Mortir
c. Krus Porselen
d. Cawan Porselen
e. Oven
f. Furnest
g. Desikator
h. Penjepit besi
i. Stopwatch
j. Spatula

2. Bahan
a. Sampel Biskuit
F. Prosedur Kerja
Penentuan Kadar Air
1. Haluskan biskuit dengan menggunankan lumpang dan mortir.
2. Panaskan cawan porselen di dalam oven dengan temperatur 105 C
selama 5 menit dan dinginkan dalam desikator selama 15 menit.
Laboratorium Kimia Farmasi
Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman 2016

Panduan Praktikum
Analisis Pangan & Kosmetik
3. Timbang berat kosong cawan porselen.
4. Timbang sebanyak 2 gram biskuit kedalam porselen
5. Panaskan porselen yang berisi sampel selama 1,5 jam pada temperatur
105C.
6. Dinginkan dalam desikator selama 15 menit dan timbang.
7. Panaskan kembali porselen selama 10 menit pada temperatur 105C
dan dinginkan selama 3 menit di dalam desikator, kemudian timbang.
8. Lakukan langkah (7) sampai beratnya konstan sekurang-kurangnya 3x
hingga berat sampel konstan.

Penentuan Kadar Abu


1. Panaskan krus porselen di dalam oven dengan temperatur 105 C
selama 5 menit dan dinginkan dalam desikator selama 10 menit
2. Timbang berat kosong krus porselen
3. Tuangkan sampel biskuit tadi kedalam krus porselen lalu timbang
beratnya
4. Masukan krus porselen berisi sampel biskuit ke dalam furnest pada suhu
400C selama 15 menit kemudian masukkan ke dalam desikator selama
10 menit
5. Keluarkan krus dan dinginkan diatas lempengan besi
6. Timbang berat krus dan sampel biskuit

Laboratorium Kimia Farmasi


Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman 2016

Panduan Praktikum
Analisis Pangan & Kosmetik
G. Hasil dan Perhitungan
1. Tabel Pengamatan
Massa cawan porselen
Massa biscuit
Massa cawan porselen
pemanasan 1
Massa cawan porselen
pemanasan 2
Massa cawan porselen
pemanasan 3
Massa krus porselen
Massa krus porselen + biscuit
Massa krus porselen + biskuit
setelah di furnace
Massa rata-rata cawan porselen
pemanasan 1,2 dan 3

2. Perhitungan
Kadar air =
Kadar abu =
H. Soal-soal
1. Uraikan secara narasi, singkat, dan padat tentang tata cara pelaksanaan
percobaan yang anda lakukan!
2. Uraikan kegunaan atau fungsi pemanasan yang dilakukan pada
temperature 105C dan pendinginan selama 3 menit yang dilakukan
dengan desikator!
3. Apa perbedaan percobaan penentuan kadar air dengan penentuan kadar
abu, dan percobaan mana yang menghasilkan data yang sesuai dengan
tujuan percobaan?

Laboratorium Kimia Farmasi


Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman 2016

Panduan Praktikum
Analisis Pangan & Kosmetik
4. Simpulkan hasil percobaan yang sesuai dengan tujuan, terkait dengan
bahan dan teknik atau cara kerja yang dilakukan, dan juga percobaan
yang gagal atau hasilnya tidak sesuai!

Laboratorium Kimia Farmasi


Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman 2016

Panduan Praktikum
Analisis Pangan & Kosmetik
PERCOBAAN II
ANALISA KARBOHIDRAT (GLUKOSA) METODE LUFF SCHOORL

A. Uraian Umum
Gula reduksi adalah gula yang mempunyai kemampuan untuk
mereduksi. Hal ini dikarenakan adanya gugus aldehid atau keton bebas.
Senyawa-senyawa yang mengoksidasi atau bersifat reduktor adalah logamlogam oksidator seperti Cu (II). Contoh gula yang termasuk gula reduksi
adalah

glukosa,

manosa,

fruktosa,

laktosa,

maltosa,

dan

lain-lain.

Monosakarida yang mempunyai kemampuan untuk mereduksi suatu


senyawa. Sifat pereduksi dari suatu gula ditentukan oleh ada tidaknya gugus
hidroksil

bebas

yang

reaktif.

Prinsip

analisanya

berdasarkan

pada

monosakarida yang memiliki kemampuan untuk mereduksi suatu senyawa.


Adanya polimerasi monosakarida mempengaruhi sifat mereduksinya.
Pada praktikum kali ini dilakukan penetapan karbohidrat melalui
penentuan karbohidrat melalui penetapan kadar gula reduksi dengan metode
Penentuan gula reduksi dengan metode Luff-Schoorl ditentukan bukan
kuprooksidanya yang mengendap tetapi dengan menentukan kuprooksida
dalam larutan sebelum direaksikan dengan gula reduksi sesudah reaksi
dengan sampel gula reduksi yang dititrasi dengan Na-Thiosulfat. Selisihnya
merupakan kadar gula reduksi. Reaksi yang terjadi selama penentuan
karbohidrat dengan metode Luff-Schoorl adalah mula-mula kuprooksida yang
ada dalam reagen akan membebaskan Iod dari garam KI. Banyaknya iod
dapat

diketahui

dengan

titrasi

menggunakan

Na-Thiosulfat.

Untuk

mengetahui bahwa titrasi sudah cukup maka diperlukan indikator amilum.


Apabila larutan berubah warna dari biru menjadi putih berarti titrasi sudah
selesai. Selisih banyaknya titrasi blanko dan sampel dan setelah disesuaikan
dengan tabel yang menggambarkan hubungan banyaknya Na-Thiosulfat
dengan banyaknya gula reduksi (Khopkar, 1999).
Karbohidrat dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu karbohidrat
sederhana dengan karbohidrat kompleks atau dapat pula menjadi tiga
macam, yaitu monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Gula adalah suatu
karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan merupakan
Laboratorium Kimia Farmasi
Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman 2016

Panduan Praktikum
Analisis Pangan & Kosmetik
oligosakarida, polimer. Monosakarida akan mereduksi CuO dalam larutan
Luff menjadi Cu2O. Kelebihan CuO akan direduksi dengan KI berlebih,
sehingga dilepaskan I2. I2 yang dibebaskan tersebut dititrasi dengan larutan
Na2S2O3.
Pada dasarnya prinsip metode analisa yang digunakan adalah
Iodometri karena kita akan menganalisa I2 yang bebas untuk dijadikan dasar
penetapan kadar. Dimana proses iodometri adalah proses titrasi terhadap
iodium (I2) bebas dalam larutan. Apabila terdapat zat oksidator kuat (misal
H2SO4) dalam larutannya yang bersifat netral atau sedikit asam penambahan
ion iodida berlebih akan membuat zat oksidator tersebut tereduksi dan
membebaskan I2 yang setara jumlahnya dengan banyaknya oksidator (Rivai,
2005).
Metode Luff-Schoorl ini baik digunakan untuk menentukan kadar
karbohidrat yang berukuran sedang. Dalam

penelitian M. Verhaart

dinyatakan bahwa metode Luff-Schoorl merupakan metode terbaik untuk


mengukur kadar karbohidrat dengan tingkat kesalahan sebesar 10%. Pada
metode Luff-Schoorl terdapat dua cara pengukuran yaitu dengan penentuan
Cu tereduksi dengan I2 dan menggunakan prosedur Lae-Eynon.
Inversi sukrosa menghasilkan gula reduksi (glukosa dan fruktosa). Gula
reduksi akan mengkatalisis proses inversi sehingga kehilangan gula akan
berjalan dengan cepat. Menurut Parker (1987) dkk, dalam Kuswurj (2008)
laju inversi sukrosa akan semakin besar pada kondisi pH rendah dan
temperatur tinggi dan berkurang pada kondisi pH tinggi (pH 7) dan
temperatur rendah. Laju inversi yang paling cepat adalah pada kondisi pH
asam (pH 5).
Penentuan kadar glukosa dilakukan dengan cara menganalisis sampel
melalui pendekatan proksimat. Terdapat beberapa jenis metode yang dapat
dilakukan untuk menentukan kadar gula dalam suatu sampel. Salah satu
metode yang paling mudah pelaksanaannya dan tidak memerlukan biaya
mahal adalah metode Luff-Schoorl. Metode Luff-Schoorl merupakan metode
yang digunakan untuk menentukan kandungan gula dalam sampel.
Metode ini didasarkan pada pengurangan ion tembaga (II) di media
alkaline oleh gula dan kemudian kembali menjadi sisa tembaga. Ion tembaga
Laboratorium Kimia Farmasi
Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman 2016

Panduan Praktikum
Analisis Pangan & Kosmetik
(II) yang diperoleh dari tembaga (II) sulfat dengan sodium karbonat di sisa
alkaline pH 9,3-9,4 dapat ditetapkan dengan metode ini. Pembetukan (II)hidroksin dalam alkaline dimaksudkan untuk menghindari asam sitrun
dengan penambahan kompleksierungsmittel. Hasilnya, ion tembaga (II) akan
larut menjadi tembaga (I) iodide berkurang dan juga oksidasi iod menjadi
yodium. Hasil akhirnya didapatkan yodium dari hasil titrasi dengan sodium
hidroksida (Rivai, 2005).
Gula pereduksi yaitu monosakarida dan disakarida kecuali sukrosa
dapat ditunjukkan dengan pereaksi Fehling atau Benedict menghasilkan
endapan merah bata (Cu2O), selain pereaksi Benedict dan fehling, gula
pereduksi juga bereaksi positif dengan pereaksi Tollens (Apriyanto et al
1989).
B. Tujuan Percobaan
Percobaan ini diharapkan mahasiswa mampu menganalisa kandungan
glukosa dari suatu bahan menggunakan metode Luff-Schoorl.
C. Kegunaan Percobaan
Karbohidrat merupakan sumber kalori utama dan banyak terkandung
pada makanan yang mengandung pati. Meskipun karbohidrat memiliki fungsi
potensial bagi tubuh sebagai sumber energi namun kelebihan karbohidrat
juga tidak baik untuk kesehatan terutama penderita diabetes mellitus. Oleh
karena itu, dengan mengetahui kandungan karbohidrat pada makanan, kita
dapat mengetahui kandungan karbohidrat yang sesuai untu asupan seharihari.
D. Hubungan dengan Matakuliah
Pengaplikasian metode analisis yang digunakan pada penentuan kadar
karbohidrat dalam sediaan makanan.
E. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Erlenmeyer
b. Gelas ukur
c. Pendingin tegak
d. Buret
e. Labu takar
Laboratorium Kimia Farmasi
Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman 2016

Panduan Praktikum
Analisis Pangan & Kosmetik
f. Corong kaca
g. Pipet ukur

2. Bahan
a. Sampel
b. Pb asetat
c. Na2CO3 anhidrat
d. Reagen Luff-Schoorl; KI 20%; H2SO4 26,5%; Na-Thiosulfat 0,1 N;
dan indikator pati 1%
F. Prosedur Kerja
1. Dilarutkan 2 g susu ke dalam aquades, dimasukkan ke dalam labu
takar.
2. 25 mL reagen Luff-Schoorl dicampurkan dengan 25 mL aquades
dalam erlenmeyer 1 L.
3. Kemudian dididihkan, masukkan batu didih, lalu dinginkan.
4. Pada erlenmeyer 2, 25 mL larutan susu dicampurkan dengan reagen
Luff-Schoorl, kemudian dididihkan dan masukkan batu didih dan
dinginkan.
5. Blanko dan sampel diteteskan dengan KI 20% masing-masing 15 mL
dan 25 mL H2SO4 sedikit demi sedikit.
6. Kemudian blanko dan sampel dititrasi dengan Na 2S2O3 sebanyak 45,6
mL dan 30 mL masing-masing ke dalam blanko dan sampel,
kemudian ditambah amilum 3 mL.
7. Diamati perubahan warnanya.
G. Hasil dan Perhitungan
1. Tabel Pengamatan
No.

Perlakuan

Pengamatan

2. Perhitungan
Laboratorium Kimia Farmasi
Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman 2016

10

Panduan Praktikum
Analisis Pangan & Kosmetik
H. Soal-soal
1. Uraikan secara narasi, singkat, dan padat tentang tata cara
pelaksanaan percobaan yang anda lakukan!
2. Uraikan kegunaan atau fungsi setiap bahan yang anda gunakan
dalam pelaksanaan percobaan ini!
3. Uraikan fungsi pemanasan dan pendinginan pada larutan blanko dan
sampel yang dilakukan pada percobaan ini!
4. Simpulkan hasil percobaan sesuai dengan tujuan, terkait dengan
bahan dan teknik perngerjaan dan juga percobaan yang gagal atau
hasilnya tidak sesuai!

Laboratorium Kimia Farmasi


Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman 2016

11

Panduan Praktikum
Analisis Pangan & Kosmetik
PERCOBAAN III
PENENTUAN KADAR PROTEIN DALAM BAHAN MAKANAN
SECARA SPEKTROFOTOMETRI
A. DASAR TEORI
Protein merupakan komponen-komponen yang lebih kecil yaitu asam
amino/ peptida, dan merupakan suatu zat makanan yang amat penting bagi
tubuh, karena zat ini disamping berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh
juga berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur. Protein adalah sumber
asam amino yang mengandung unsur C, H, O dan N yang tidak dimiliki
lemak atau karbohidrat. Molekul protein mengandung pula fosfor, belerang,
dan ada jenis protein yang mengandung unsur logam seperti besi dan
tembaga. Protein merupakan bahan pembentuk jaringan-jaringan baru yang
selalu terjadi dalam tubuh, mengganti jaringan tubuh yang rusak dan yang
perlu dirombak.
Fungsi utama protein bagi tubuh adalah untuk membentuk jaringan
baru dan mempertahankan jaringan yang telah ada. Protein dapat juga
digunakan sebagai bahan bakar apabila keperluan energi tubuh tidak
terpenuhi oleh karbohidrat dan lemak. Selain itu protein ikut pula mengatur
berbagai proses tubuh, baik langsung maupun tidak langsung dengan
membentuk zat-zat pengatur proses dalam tubuh. Protein mengatur
keseimbangan cairan dalam jaringan dan pembuluh darah yaitu dengan
menimbulkan tekanan osmotik koloid yang dapat menarik cairan dari jaringan
kedalam pembuluh darah, sifat amfoter protein yang dapat bereaksi dengan
asam dan basa, dapat mengatur keseimbangan asam-basa dalam tubuh.
Metode spektrofotometri pertama kali diperkenalkan oleh Warburg dan
Christian dengan menggunakan persamaan sederhana, dapat dievakuasi
konsentrasi

protein

dan

asam

nukleat

dari

absorban.

Metode

spektrofotometri ini tepat digunakan untuk sampel yang mengandung protein


terlarut, seperti produk-produk hasil ternak (telur dan daging) serta biji-bijian
yang belum mengalami perubahan akibat pemanasan/pengolahan. Ada 2
jenis yang digunakan dalam metode ini, yaitu menggunakan sinar UV atau
sinar tampak (visible). Adanya gugus aromatik pada asam-asam amino
Laboratorium Kimia Farmasi
Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman 2016

12

Panduan Praktikum
Analisis Pangan & Kosmetik
seperti fenilalanin, tirosin dan triptofan dapat mengabsorbsi sinar UV.
Adapun jika menggunakan sinar tampak, maka terlebih dahulu diperlakukan
penambahan pereaksi.
Metode biuret, reaksi antara ikatan peptida dalam protein dengan ion
Cu2+ pada suasana basa menghasilkan kompleks warna biru yang diukur
secara spektrofotometri pada panjang gelombang 540-560 nm.

B. TUJUAN PRAKTIKUM
Setelah melaksanakan praktikum mahasiswa diharapkan memahami
dan dapat melakukan penetapan kadar protein secara spektrofotometri.
C. Kegunaan Percobaan
Protein sangat dibutuhkan karena merupakan suatu zat yang sangat
penting dan berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur tubuh.
Sehingga perlu diketahui kadar protein dalam bahan makanan agar dapat
mengetahui kecakupan protein yang diperlukan tubuh.
D. Hubungan Percobaan dengan Matakuliah
Pengaplikasian metode analisis yang digunakan pada penentuan kadar
protein dalam sediaan makanan.
E. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Corong kaca
b. Gelas kimia
c. Kaca arloji
d. Labu ukur
e. Pipet ukur
f.

Pipet tetes

g. Propipet
h. Kuvet
i.

Spektrofotometer UV-VIS

j.

Timbangan analitik

2. Bahan
a. Albumin standar
Laboratorium Kimia Farmasi
Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman 2016

13

Panduan Praktikum
Analisis Pangan & Kosmetik
b. NaOH 0,5 M
c. CuSO4. 5H2O
d. NaKH4C4O4
e. Padatan NaOH
f.

Pereaksi biuret

g. Aquades
h. Sampel

F. CARA KERJA
1. Pembuatan pereaksi biuret
a. Ambil 0,375 g CuSO4 . 5H2O dan 1,5 g NaKH4C4O4 larutkan
dengan 50 mL aquades. Larutan ini disebut larutan I.
b. Ambil 5 g NaOH larutkan dengan 50 mL aquades. Larutan ini
disebut dengan larutan II
c. Campurkan kedua larutan tersebut dengan menambahkan larutan
II ke larutan I. Larutan ini disebut pereaksi biuret

2. Pembuatan larutan stok dan persamaan kurva standar baku standar


protein total
a. Ambil 1 mL albumin standar (5 g / dL), masukkan dalam labu ukur
25 mL tambahkan aquades sampai tanda batas
b. Dari larutan stok yang didapat, dibuat seri konsentrasi larutan
baku standar dengan cara diambil 1 ; 2 ; 3 ; 4 dan 5 mL dari
larutan stok dimasukkan dalam labu ukur 10 mL
c. Tambahkan 3 mL pereaksi biuret, lalu tambahkan aquades
sampai tanda batas, homogenkan
d. Lakukan hal yang sama untuk blanko
e. Lakukan penentuan absorbansi setiap larutan baku pada panjang
gelombang maksimum yang telah ditentukan
f.

Catat absorbansi dan tentukan persamaan regresi linearnya

3. Penentuan panjang gelombang maksimum


a. Masukkan larutan baku 400 mg/L ke dalam kuvet
Laboratorium Kimia Farmasi
Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman 2016

14

Panduan Praktikum
Analisis Pangan & Kosmetik
b. Penentuan

panjang

gelombang

maksimum

dengan

cara

melakukan scanning pada panjang gelombang 500 600 nm.


c. Catat nilai absorbansi, buat kurva dan tentukan titik puncak. Titik
puncak merupakan panjang gelombang maksimum

4. Penentuan kadar protein dalam sampel


1. Timbang 1 g sampel, dimasukkan ke dalam labu ukur I dan 1 g
aquades ke dalam labu ukur II. Masing-masing pada labu ukur
100 mL
2. Tambahkan 5 mL NaOH 0,5 M kedalam masing-masing labu ukur.
3. Tambahkan 3 mL pereaksi biuret
4. Encerkan dengan aquades hingga tanda batas, homogenkan.
5. Diamkan selama 10 menit tiap-tiap labu ukur dan inkubasi pada
suhu 37o- 38o C
6. Diukur absorbansinya pada panjang gelombang maksimum.
7. Tentukan kadar protein total pada sampel
G. Hasil dan Perhitungan
1. Tabel Hasil Pengamatan
a. Penentuan panjang gelombang maksimum
Panjang Gelombang (nm)

Absorbansi

maks ..... nm

b. Kurva baku
Konsentrasi (ppm)

Absorbansi

Laboratorium Kimia Farmasi


Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman 2016

15

Panduan Praktikum
Analisis Pangan & Kosmetik
c. Konsentrasi kadar protein dalam sampel
Sampel

Absorbansi

Kadar (%)

2. Perhitungan

H. Soal-soal
1. Uraikan secara narasi, singkat, dan padat tentang tata cara pelaksanaan
percobaan yang anda lakukan!
2. Uraikan kegunaan atau fungsi setiap bahan yang anda gunakan dalam
pelaksanaan percobaan ini!
3. Uraikan fungsi pembuatan larutan stok yang dilakukan pada percobaan
ini!
4. Simpulkan hasil percobaan sesuai dengan tujuan, terkait dengan bahan
dan teknik perngerjaan dan juga percobaan yang gagal atau hasilnya
tidak sesuai!

Laboratorium Kimia Farmasi


Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman 2016

16

Panduan Praktikum
Analisis Pangan & Kosmetik
PERCOBAAN IV
PENENTUAN KADAR LEMAK
DALAM BAHAN DAN SEDIAAN MAKANAN
A. Uraian Umum
Lemak merupakan senyawa trigliserida yang berasal dari hewan
dan tumbuhan yang merupakan sumber energi. Lemak merupakan
bagian dari lipid sederhana, dimana lipid sederhana atau lemak

ini

mempunyai sifat sebagai berikut :


a. Non polar artinya lemak tidak larut dalam air atau pelarut organik
biasa PE (senyawa alkana)
b. Lemak mempunyai densiti, titik lebur, titik leleh, titik beku, indeks bias,
indeks kelarutan dan indeks saponifikasi. Dalam menentukan kualitas
minyak/ lemak digunakan standarifikasi kimia diantarannya adalah.
1. Angka asam, adalah jumlah mg KOH yang diperlukan untuk
menetralkan asam bebas dalam 1,0 gram zat
2. Angka penyabunan, adalah jumlah mg KOH yang diperlukan untuk
menetralkan asam lemak bebas dan menyabunkan ester yang
terkandung dalam 1 gram zat
3. Bilangan Iodium (angka Iodium), adalah jumlah garam iodium yang
diserap 100 gram zat pada kondisi yang telah ditentukan.
4. Bilangan peroksida (angka peroksida) adalah angka peroksida
menyatakan jumlah peroksida dalam miliekuvalen oksida aktif
yang dikandung daloam 1000 gram zat/ senyawa
Angka hidroksil (bilangan hidroksil) adalah jumlah mg KOH yang
ekuivalen dengan 1 gram zat/senyawa pada asetilasi asam asetat yang
terikat.

B. Tujuan
Mengetahui serta memahami metode yang dapat digunakan untuk
penetapan kualitas lemak dalam satu bahan atau sediaan makanan.

Laboratorium Kimia Farmasi


Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman 2016

17

Panduan Praktikum
Analisis Pangan & Kosmetik
C. Kegunaan Percobaan
Untuk mengetahui kualitas lemak dalam suatu bahan atau sediaan
makanan

dilakukan

penentuan

tingkat

kemurnian

minyak

sangat

berhubungan erat dengan kekuatan daya simpannya, sifat gorengnya, bau


maupun rasanya. Tolak ukur kualitasnya termasuk angka asam lemak bebas
(Free Fatty Acid atau FFA), bilangan peroksida, tingkat ketengikan, dan
kadar air.
D. Hubungan dengan Matakuliah
Pengaplikasian metode analisis yang digunakan pada penentuan kadar
lemak dalam suatu bahan atau sediaan makanan.
E. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Buret
b. Statif dan klem
c. Timbangan analitik
d. Corong kaca
e. Gelas kimia
f. Hot plate
g. Kaca arloji
h. Labu erlenmeyer
i.

Labu ukur

j.

Pipet ukur

k. Pipet tetes
l.

Pro pipet

2. Bahan
a. Alkohol 96%
b. Asam asetat glasial
c. CHCl3
d. H2C2O4 0,05 M
e. H2SO4 2 M
f. HCl 0,1 M
g. K2Cr2O7 0,00167 M
Laboratorium Kimia Farmasi
Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman 2016

18

Panduan Praktikum
Analisis Pangan & Kosmetik
h. KOH 0,1 M
i.

Na2S2O3 0,01 M

j.

Padatan KI

k. Indikator amilum
l.

Indikator PP

m. Indikator universal
n. Aquades
o. Sampel

F. Prosedur Kerja
1. Standarisasi KOH
a. Siapkan peralatan titrasi
b. Isi buret dengan KOH yang akan distandarisasi
c. Ambil 10 mL H2C2O4 0,05 M masukkan kedalam labu erlenmeyer
d. Tambahkan 3 tetes indikator PP
e. Titrasi dengan KOH hingga larutan berwarna ungu lembayung
f. Catat volume titrasi, ulangi sebanyak 3 kali
g. Hitung konsentrasi KOH

2. Standarisasi HCl
a. Siapkan peralatan titrasi
b. Isi buret dengan KOH yang sudah distandarisasi
c. Ambil 10 mL HCl yang akan distandarisasi, masukkan kedalam
labu erlenmeyer
d. Tambahkan 3 tetes indikator universal
e. Titrasi dengan KOH dari berwarna biru hingga hijau tosca
f. Catat volumen titrasi, ulangi sebanyak 3 kali
g. Hitung konsentrasi HCl

3. Standarisasi Na2S2O3
a. Siapkan peralatan titrasi
b. Ambil 10 mL K2Cr2O7 0,00167 M, masukkan kedalam labu
erlenmeyer
Laboratorium Kimia Farmasi
Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman 2016

19

Panduan Praktikum
Analisis Pangan & Kosmetik
c. Tambahkan 0,5 g padatan KI, kocok
d. Tambahkan 2 mL H2SO4 2 M, diamkan selama 5 menit
e. Titrasi dengan Na2S2O3 hingga kuning gading, tambahkan
indikator amilum sebanyak 3 tetes, lanjutkan titrasi hingga warna
biru hilang menjadi bening.
f. Catat volume titrasi, ulangi sebanyak 3 kali
g. Hitung konsentrasi Na2S2O3

4. Penentuan angka asam


a. Timbang 5 g sampel minyak didalam labu erlenmeyer
b. Tambahkan 50 mL alkohol 96%
c. Panaskan beberapa saat hingga mendidih
d. Tambahkan indikator PP kedalam Erlenmeyer
e. Titrasi dengan KOH yang sudah distandarisasi hingga berwarna
ungu lembayung
f. Catat volume titrasi, ulangi sebanyak 3 kali
g. Hitung kadar angka asam dalam sampel

5. Penentuan angka penyabunan


a. Timbang 5 g sampel minyak didalam labu Erlenmeyer
b. Tambahkan 50 mL KOH alkoholis
c. Panaskan beberapa saat hingga mendidih
d. Dinginkan, tambahkan 3 tetes indikator universal
e. Titrasi dengan HCl yang telah distandarisasi hingga berwarna hijau
tosca
f. Catat volume titrasi, ulangi sebanyak 3 kali
g. Dibuat juga titrasi blanko
h. Hitung kadar angka penyabunan dalam sampel

6. Penentuan bilangan peroksida


a. Timbang 5 g sampel minyak didalam labu Erlenmeyer
b. Tambahkan 30 mL larutan asam asetat : kloroform (3:2)
Laboratorium Kimia Farmasi
Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman 2016

20

Panduan Praktikum
Analisis Pangan & Kosmetik
c. Tambahkan 0,5 g padatan KI, diamkan selama 10 menit lalu
tambahkan 30 mL aquades
d. Masukkan 3 tetes indikator amilum dan titrasi dengan Na 2S2O3
yang telah distandarisasi hingga warna biru tepat hilang.
e. Catat volume titrasi, ulangi sebanyak 3 kali
f.

Dibuat juga titrasi blanko

g. Hitung kadar bilangan peroksida dalam sampel


G. Hasil dan Perhitungan
1. Tabel Pengamatan
a. Standarisasi X
No.

Volume X (mL)

Volume Y (mL)

1.
2.
3.
x

b. Penentuan angka asam


No.

Sampel

Berat Sampel

Volume X (mL)

Angka Asam

1.
2.
3.

c. Angka penyabunan
No.

Sampel

Volume Z (mL)

Angka Penyabunan

1.
2.
3.
4.

2. Perhitungan

Laboratorium Kimia Farmasi


Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman 2016

21

Panduan Praktikum
Analisis Pangan & Kosmetik
H. Soal-soal
1. Uraikan secara narasi, singkat, dan padat tentang tata cara pelaksanaan
percobaan yang anda lakukan!
2. Uraikan kegunaan atau fungsi setiap bahan yang anda gunakan dalam
pelaksanaan percobaan ini!
3. Uraikan tujuan dilakukan standarisas, penentuan angka asam,
penentuan angka penyabunan, dan penentuan bilangan peroksida yang
dilakukan pada percobaan ini!
4. Simpulkan hasil percobaan sesuai dengan tujuan, terkait dengan bahan
dan teknik perngerjaan dan juga percobaan yang gagal atau hasilnya
tidak sesuai!

Laboratorium Kimia Farmasi


Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman 2016

22

Panduan Praktikum
Analisis Pangan & Kosmetik
PERCOBAAN V
PENENTUAN KADAR ASAM BENZOAT PADA MINUMAN TEH
KEMASAN

A. Uraian Umum
Benzoat merupakan unsur alami yang terdapat dalam beberapa
tumbuhan dan sering digunakan sebagai anti bakteri atau anti jamur untuk
mengawetkan makanan. Penambahan ini menghasilkan dalam penurunan
kapasitas buffer diet, dan setelah itu akan meningkatkan keasaman dari urin.
Penambahan benzoat dalam minuman ringan dengan konsentrasi tidak lebih
dari 0,1% tidak membahayakan tubuh. Tubuh manusia mampu melakukan
proses detoksifikasi terhadap asam benzoat. Melalui reaksi antara asam
benzoat dengan asam amino glisin, maka akan terbentuk asam hipurat.
Asam hipurat akan dibuang oleh tubuh.
Asam benzoat lebih banyak digunakan dalam bentuk garamnya karena
kelarutannya lebih baik daripada bentuk asamnya. Bentuk garam dari asam
benzoat yang banyak digunakan adalah natrium benzoat. Benzoat dan
turunannya dapat menghancurkan sel-sel mikroba terutama kapang. Natrium
benzoat bekerja efektif pada pH 2,5 - 4 sehingga banyak digunakan pada
makanan atau minuman yang bersifat asam.
Pada minuman ringan sering ditambahkan bahan tambahan makanan,
salah satunya adalah pengawet sintetik. Penggunaan bahan pengawet
sintetik tersebut harus diperhatikan kadarnya karena apabila dikonsumsinya
berlebihan maka dapat membahayakan bagi kesehatan tubuh.
Bahan pengawet umumnya digunakan untuk mengawetkan pangan
yang mempunyai sifat mudah rusak. Bahan ini dapat memperlambat proses
fermentasi, pengasaman atau penguraian yang disebabkan oleh mikroba.
Akan tetapi, tidak jarang produsen menggunakan pada pangan yang relatif
awet dengan tujuan untuk memperpanjang masa simpan atau memperbaiki
tekstur
Natrium benzoat merupakan garam natrium dari asam benzoat yang
sering digunakan pada bahan makanan. Natrium benzoat memiliki
karakteristik stabil, tanpa bau, berbentuk kristal putih, larut air dan etanol.
Laboratorium Kimia Farmasi
Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman 2016

23

Panduan Praktikum
Analisis Pangan & Kosmetik
Didalam bahan pangan, natrium benzoat akan terurai menjadi bentuk
aktifnya yaitu asam benzoat
Mekanisme kerja asam benzoat atau garamnya berdasarkan pada
permeabilitas membran sel mikroba terhadap molekul-molekul asam yang
tidak terdisosiasi. Isi sel mikroba mempunyai pH yang selalu netral. Bila pH
sitoplasma mikroba menjadi asam atau basa, maka akan terjadi gangguan
pada organ-organ sel sehingga metabolisme terhambat dan akhirnya sel
mati. Membran sel mikroba hanya permeabel terhadap molekul asam yang
tidak terdisosiasi. Maka untuk mendapatkan efektifitas yang tinggi sebaiknya
asam-asam tersebut digunakan dalam lingkungan asam. Hal ini juga
disebabkan pada pH netral dan basa, asam-asam organik terurai menjadi
ion-ionnya.
B. Tujuan
Mengetahui, memahami, dan menentukan kadar asam benzoat pada
minuman teh kemasan secara kualitatif dan kuantitatif.
C. Kegunaan Percobaan
Makanan dan minuman yang dihasilkan oleh industri makanan diolah
sedeikian rupa sehingga makanan dan minuman dapat disukai oleh
konsumen, salah satunya yaitu dengan menambahkan bahan kimia sebagai
bahan tambahan makanan. Bahan tambahan makanan merupakan bahan
yang ditambahkanke dalam makanan untuk mempengaruhi sifat ataupun
bentuk makanan. Penambahan bahan tambahan dalam makananharus
memiliki

dosis

tertentu

karena

bahan

tambahan

makanan

dapat

menyebabkan bahaya kesehatan.


D. Hubungan dengan Matakuliah
Pengaplikasian metode analisis yang digunakan pada penentuan kadar
asam benzoat dalam sediaan minuman teh kemasan.
E. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Erlenmeyer
b. Gelas kimia
c. Batang pengaduk
d. Buret
Laboratorium Kimia Farmasi
Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman 2016

24

Panduan Praktikum
Analisis Pangan & Kosmetik
e. Pipet volume
f. Cawan porselin
g. Corong pisah
h. Labu ukur
i.

Statif dan klem

j.

Tabung reaksi

k. Penangas air
2. Bahan
a. Etanol 95%
b. FeCl3 1%
c. HCl 10%
d. H2C2O4 0,05 M
e. Indikator Fenolftalein
f.

CHCl3

g. NaOH 0,1 M
h. Sampel
i.

Aquades

F. Prosedur Kerja
1. Standarisasi NaOH dengan menggunakan H2C2O4 0,05 M
a. Siapkan statif, buret dan erlenmeyer
b. Isi buret dengan NaOH 0,1 M
c. Ambil 10 mL H2C2O4 0,05 M, masukkan ke dalam erlenmeyer
d. Tambahkan 3 tetes indikator PP
e. Titrasi dengan NaOH sampai warna ungu lembayung
f.

Catat volume titrasi, diulangi sebanyak 3 kali.

g. Hitung konsentrasi NaOH

2. Preparasi sampel
a. Masukkan 50 mL larutan sampel ke dalam corong pisah
b. Tambahkan 10 mL HCl 10%, gojog
c. Tambahkan CHCl3 25 mL, gojog kembali. Diamkan sampai
terbentuk 2 lapisan
d. Tampung lapisan CHCl3, masukkan ke dalam erlenmeyer
Laboratorium Kimia Farmasi
Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman 2016

25

Panduan Praktikum
Analisis Pangan & Kosmetik
e. Uapkan diatas penangas sampai residu kering
f.

Tambahkan sedikit etanol sampai residu larut, masukkan ke


dalam labu takar 50 mL

g. Tambahkan etanol sampai tanda batas

3. Uji Kualitatif
a. Diambil 3 mL sampel hasil preparasi
b. Masukkan dalam tabung reaksi
c. Tambahkan 5 tetes FeCl3, jika positif akan membentuk warna
ungu

4. Uji Kuantitatif
a. Ambil 10 mL sampel yang telah dipreparasi, masukkan kedalam
erlenmeyer
b. Tambahkan indikator PP, titrasi dengan NaOH hasil standarisasi
hingga ungu lembayung.
c. Catat volume titrasi, ulangi sebanyak 3 kali
d. Hitung kadar asam benzoat dalam sampel.

G. Hasil dan Perhitungan


1. Tabel Pengamatan
a. Standarisasi
No.

Volume X (mL)

Volume Y (mL)

1.
2.
3.
x

b. Uji Kualitatif
No.

Sampel

Hasil

Keterangan

1.
2.

Laboratorium Kimia Farmasi


Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman 2016

26

Panduan Praktikum
Analisis Pangan & Kosmetik
3.

c. Uji Kuantitatif
No.

Sampel

Volume Y (mL)
X

Sampel

Kadar

1.
2.
3.

2. Perhitungan

H. Soal-soal
1. Uraikan secara narasi, singkat, dan padat tentang tata cara pelaksanaan
percobaan yang anda lakukan!
2. Uraikan kegunaan atau fungsi setiap bahan yang anda gunakan dalam
pelaksanaan percobaan ini!
3. Uraikan tujuan dilakukan standarisas, penentuan angka asam, preparasi
sampel, uji kualitatif dan uji kuantitatif yang dilakukan pada percobaan
ini!
4. Simpulkan hasil percobaan sesuai dengan tujuan, terkait dengan bahan
dan teknik perngerjaan dan juga percobaan yang gagal atau hasilnya
tidak sesuai!

Laboratorium Kimia Farmasi


Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman 2016

27

Panduan Praktikum
Analisis Pangan & Kosmetik
PERCOBAAN VI
ANALISIS ZAT PEWARNA RHODAMIN B
PADA BAHAN MAKANAN & KOSMETIK

A. Uraian Umum
Rhodamin B merupakan bahan pewarna tekstil yang dilarang
penggunaannya dalam produk-produk pangan. Rhodamin B dapat
menyebabkan iritasi mata, kerusakan hati, tumor, dan kanker jika
terakumulasi di dalam tubuh.
Rhodamin B adalah zat pewarna yang tersedia di pasar untuk
industri tekstil. Zat ini sering disalahgunakan sebagai zat pewarna
makanan dan kosmetik di berbagai negara. Rhodamin B berbentuk
kristal merah keunguan dan dalam larutan akan berwarna merah terang
berpendar dan tidak boleh digunakan sebagai pewarna pada makanan.
Makanan yang ditemukan mengandung rhodamin B diantaranya
kerupuk, terasi, dan makanan ringan. Zat ini banyak juga ditemukan
pada kembang gula, sirup, manisan, dawet, ikan asap, dan cendol.
Rhodamin B sering digunakan sebagai zat pewarna kertas dan tekstil.
Ciri-ciri makanan yang mengandung rhodamin B yaitu berwarna
merah mencolok dan cenderung berpendar serta banyak memberikan
titik-titik warna karena tidak homogen (misalnya pada kerupuk dan es
putar). Tanda-tanda dan gejala akut bila terpapar rhodamin B
a. Jika terhirup dapat menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan
b. Jika terkena kulit dapat menimbulkan iritasi pada kulit
c. Jika terkena mata dapat menimbulkan iritasi pada mata, mata
kemerahan.
d. Jika tertelan dapat menimbulkan gejala keracunan dan air seni
berwarna merah atau merah muda.
B. Tujuan
Menentukan secara kualitatif dan kuantitatif zat pewarna rhodamin B
yang terdapat pada bahan makanan.

Laboratorium Kimia Farmasi


Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman 2016

28

Panduan Praktikum
Analisis Pangan & Kosmetik
C. Kegunaan Percobaan
Rhodamin B merupakan zat warna sintetik yang umum digunakan
sebagai pewarna tekstil. Penggunaan zat pewarna rhodamin B ini dilarang
karena dapat menimbulkan efek negatif bagi tubuh. Beberapa produsen
makanan dan minuman yang menggunakan rhodamin B yang dilarang
tersebut memiliki warna cerah, praktis digunakan, harga relatif lebih murah
sehingga memungkinkan masyarakat untuk membelinya.
D. Hubungan dengan Matakuliah
Pengaplikasian metode analisis yang digunakan pada penentuan kadar
rhodamin B dalam sediaan makanan.
E. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Chamber KLT dan tutupnya
b. Cawan porselin
c. Gelas kimia
d. Hot plate
e. Lampu UV 254 dan 366 nm
f. Pipa kapiler
g. Pipet ukur
h. Pro pipet
i.

Timbangan analitik

j.

Water bath

k. Spektrofotometer UV-VIS

2. Bahan
a. Amonia 2 % dan 10%
b. Asam asetat 10 %
c. Benang wol bebas lemak
d. Etanol 70 %
e. Isopropanol
f.

Plat KLT

g. Petroleum eter
h. Rhodamin B standar
Laboratorium Kimia Farmasi
Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman 2016

29

Panduan Praktikum
Analisis Pangan & Kosmetik
i.

HCl 0,1 M

j.

Sampel

F. Prosedur Kerja
1. Persiapan benang wol bebas lemak
a. Rendam benang wol bebas lemak dalam petroleum eter selama 24
jam
b. Benang wol yang sudah direndam diangkat dan diangin-anginkan
hingga kering
2. Pembuatan eluen
a. Ambil 9,52 mL isopropanol dan 0,48 mL amonia, campurkan dan
homogenkan.
b. Larutan ini sebagai eluen untuk analisis secara kualitatif dengan
KLT dengan eluen isopropanol : amonia (20 : 1)

3. Pembuatan larutan baku rhodamin B dan persamaan kurva standar


baku
a. Timbang 2 mg rhodamin B standar dan larutkan dengan HCl 0,1 M
di dalam labu ukur 100 mL. Larutan ini disebut larutan stok.
b. Dibuat larutan baku dengan konsentrasi 0,5 ; 1 ; 1,5 ; 2 ; 3 ; 5 ; 7,5
ppm dengan menggunakan pelarut HCl 0,1 M.
c. Lakukan hal yang sama dengan terhadap blanko
d. Lakukan penentuan absorbansi setiap larutan baku pada panjang
gelombang maksimum yang telah ditentukan
e. Catat absorbansi dan tentukan persamaan regresi linearnya.

4. Penentuan panjang gelombang maksimum larutan baku rhodamin B


a. Masukkan larutan baku 2 ppm ke dalam kuvet
b. Penentuan

panjang

gelombang

maksimum

dengan

cara

melakukan scanning pada panjang gelombang 500 600 nm.


c. Catat nilai absorbansi, buat kurva dan tentukan titik puncak. Titik
puncak merupakan panjang gelombang maksimum.

5. Preparasi sampel
Laboratorium Kimia Farmasi
Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman 2016

30

Panduan Praktikum
Analisis Pangan & Kosmetik
a. Sampel ditimbang sebanyak 10 g masukkan ke dalam erlenmeyer
kemudian rendam dalam 20 mL amonia 2% (yang dilarutkan dalam
etanol 70%) selama semalaman
b. Larutan disaring filtratnya dengan menggunakan kertas saring,
larutan dipindah ke dalam gelas kimia kemudian dipanaskan di
atas hot plate.
c. Residu dari penguapan dilarutkan dalam 10 mL air yang
mengandung asam (campuran antara 10 mL air dan 5 mL asam
asetat 10%)
d. Benang wol bebas lemak dengan panjang 15 cm dimasukan ke
dalam larutan asam dan didihkan hingga 10 menit, pewarna akan
mewarnai benang wol, kemudian benang diangkat.
e. Benang wol dicuci dengan air
f. Kemudian benang dimasukan ke dalam 10 mL amonia 10% (yang
dilarutkan dalam etanol 70%) dan didihkan
g. Benang wol akan melepaskan pewarna, pewarna akan masuk ke
dalam larutan basa
h. Larutan yang didapat selanjutnya akan digunakan sebagai
cuplikan sampel pada analisis KLT dan spektrofotometri

6. Analisis kualitatif
a. Aktifkan plat KLT dengan cara dipanaskan dalam oven pada suhu
100oC selama 30 menit.
b. Ditotolkan cuplikan sampel pada plat KLT dan totolkan larutan
pembanding rhodamin B standar
c. Dimasukkan plat KLT yang telah ditotolkan ke dalam bejana
kromatografi yang terlebih dahulu berisi eluen yang telah
dijenuhkan.
d. Plat KLT yang telah diangkat diberikan sinar UV 254 & 366 nm,
amati penampakan noda pada plat KLT
e. Selanjutnya plat KLT disemprot dengan H2SO4 10% kemudian
dikeringkan di dalam oven, amati penampakan noda pada plat
KLT.
Laboratorium Kimia Farmasi
Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman 2016

31

Panduan Praktikum
Analisis Pangan & Kosmetik
f. Bandingkan Rf sampel dengan Rf rhodamin B standar

7. Analisis kuantitatif
a. Ambil 2 mL cuplikan sampel masukkan ke dalam labu ukur 10 mL
b. Tambahkan pelarut HCl 0,1 M hingga tanda batas.
c. Masukkan dalam kuvet larutan tersebut dan ukur absorbansinya di
panjang gelombang maksimum.
d. Lakukan hal yang sama terhadap blanko.
e. Hitung kadar rhodamin B dalam sampel.
G. Hasil dan Perhitungan
1. Tabel Pengamatan
a. Uji Kualitatif
No.

Sampel

Eluen

Nilai Rf

Keterangan

b. Uji Kuantitatif
No.

Panjang Gelombang (nm)

Absorbansi (A)

c. Penentuan Kurva Baku


No.

Konsentrasi (ppm)

Absorbansi (A)

d. Penentuan Kadar Sampel

Laboratorium Kimia Farmasi


Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman 2016

32

Panduan Praktikum
Analisis Pangan & Kosmetik
No.

Sampel

Absorbansi

Kadar (mg/kg)

2. Perhitungan

H. Soal-soal
1.

Uraikan secara narasi, singkat, dan padat tentang tata cara


pelaksanaan percobaan yang anda lakukan!

2.

Uraikan kegunaan atau fungsi setiap bahan yang anda gunakan dalam
pelaksanaan percobaan ini!

3.

Uraikan tujuan dilakukan pengujian kualitatif dan kuantitatif, serta


penentuan kadar pada percobaan ini!

4.

Simpulkan hasil percobaan sesuai dengan tujuan, terkait dengan bahan


dan teknik perngerjaan dan juga percobaan yang gagal atau hasilnya
tidak sesuai!

Laboratorium Kimia Farmasi


Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman 2016

33

Panduan Praktikum
Analisis Pangan & Kosmetik
PERCOBAAN VII
ANALISIS HIDROKUINON
DALAM SEDIAAN PEMUTIH KULIT

A. Uraian Umum
Dari sekian banyak pemutih yang beredar di pasaran, hidrokuinon
merupakan yang paling besar jumlahnya. Hidrokuinon bekerja dengan cara
hiperpigmentasi (kulit yang mengalami perubahan warna) seperti bintik-bintik
coklat pada orang tua, bahan ini sebaiknya digunakan pada waktu malam
hari. Produk ini juga jelas mempunyai efek samping yaitu menyebabkan rasa
gatal, panas dan iritasi serta tidak boleh digunakan sebagai pelindung
terhadap sinar matahari. FDA (Food and Drugs Association) hanya
memperbolehkan penggunaan hidrokuinon sebanyak 2% atau kurang dalam
pembuatan produk krim pemutih.
Hidrokuinon (C6H6O2) yang mempunyai BM = 110,11 mengandung
tidak kurang 99% dan tidak lebih dari 100,5% C6H6O2 dihitung terhaadap
yang telah dikeringkan. Hidrokuinon berupa hablur jarum halus berwarna
putih menjadi tua oleh pengaruh cahaya dan udara, untuk kelarutanyya, zat
ini mudah larut dalam air, etanol 95% P dan eter P, karena sifatnya yang
dapat berubah oleh cahaya dan udara maka hidrokuinon disimpan dalam
wadah tertutup rapat dan terlindung dari cahaya.
Adapun khasiat, kegunaan, dan penggunaannya adalah untuk pemutih
kulit, antioksidan, pereduksi. Kadar hidrokuinon 2-5% dalam krim, salep atau
lotion yang dapat menghambat kerja enzim tiroksinase, mengurangi
pembentukan melamin di dalam melanosom dan degradasi melanosom. Efek
samping hidrokuinon berupa iritasi kulit ringan, panas, merah, gatal.
Monobenzil hidrokuinon 2-4% merupakan pemutih yang sangat kuat
sehingga dapat menyebabkan terjadinya vitiligo akibat kerusakan sel
melanosit.

B. Tujuan
Menentukan secara kualitatif dan kuantitatif hidrokuinon yang terdapat
pada sediaan pemutih kulit.
Laboratorium Kimia Farmasi
Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman 2016

34

Panduan Praktikum
Analisis Pangan & Kosmetik
C. Kegunaan Percobaan
Hidrokuinon merupakan golongan obat keras yang penggunaannya
hanya dengan resep dokter. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis
hidrokuinon dalam sediaan pemutih kulit yang dicurigai mengandung zat
tersebut.
D. Hubungan dengan Matakuliah
Pengaplikasian metode analisis yang digunakan pada penentuan
secara kualitatif dan kuantitatif hidrokuinon yang terdapat pada sediaan
pemutih kulit.
E. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Plat KLT
b. Pipa Kapiler
c. Hot Plate
d. Gelas Ukur
e. Gelas Kimia
f. Kertas Saring
g. Gelas Chamber
h. Lampu UV 254 dan 366 nm
i. Spektrofotometer UV-Vis
2. Bahan
a. Sampel pemutih kulit
b. KBr
c. Metanol
d. Hidrokuinon standar
e. Kloroform
f. Petroleum eter
g. Aquades
h. HCl 4N
i. Padatan Na2SO4
j. Etanol
k. CH3COOH
l. Toluena
Laboratorium Kimia Farmasi
Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman 2016

35

Panduan Praktikum
Analisis Pangan & Kosmetik
m. Floroglusinol 1%
n. NaOH 0,5 N
F. Prosedur Kerja
Analisis Kualitatif Hidrokuinon dengan KLT
1. Larutan Uji
a. Ditimbang sebanyak 1,25 g sampel krim pemutih dan
dimasukkan ke dalam gelas kimia.
b. Ditambahkan 1 mL HCl 4N
c. Ditambahkan 5 mL etanol, dipanaskan sambil diaduk.
d. Disaring dan dimasukkan ke dalam labu ukur 25 mL. Di dalam
kertas saring ditambahkan 0,5 g Na2SO4 untuk mengikat
lemak.
e. Ditambahkan etanol sampai tanda batas., homogenkan.
2. Larutan Baku
a. Ditimbang sebanyak 25 mg hidrokuinon standar.
b. Dimasukkan ke dalam labu takar 25 mL
c. Ditambahkan 1 mL HCl 4N.
d. Ditambahkan etanol sampai tanda batas, homogenkan.
3. Uji KLT
a. Di atas plat KLT ditotolkan larutan sampel dan larutan uji
dengan jarak 10 cm dari bagian bawah.
b. Kemudian plat KLT dimasukkan ke dalam chamber yang berisi
fase gerak toluena:asam asetat (80:20) yang telah jenuh.
c. Dibiarkan fase gerak (pelarut) naik ke atas.
d. Plat KLT diangkat dan dikeringkan, kemudian gunakan lampu
UV 254 dan 366 nm untuk mengetahui noda.
e. Hitung Rf dari larutan uji dan sampel.

Analisis Kuantitatif Hidrokuinon secara Spektrofotometri


1. Larutan Standar Hidrokuinon
a. Ditimbang 50 mg standar hidrokuinon, dimasukkan ke dalam
gelas kimia 100 mL.

Laboratorium Kimia Farmasi


Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman 2016

36

Panduan Praktikum
Analisis Pangan & Kosmetik
b. Larutkan dengan etanol 95% secukupnya dan masukkan ke
dalam labu ukur 100 mL.
c. Tambahkan etanol 95% sampai tanda batas, homogenkan.
d. Larutkan induk yang telah dibuat, encerkan dan buat seri
konsentrasi hidrokuinon dengan konsentrasi 50 ppm; 100 ppm;
150 ppm; 200 ppm; 250 ppm.
2. Penentuan panjang gelombang maksimum
a. Ambil 5 mL larutan standar hidrokuinon 100 ppm dalam tabung
reaksi.
b. Tambahkan 1 mL floroglusinol 1% dan 0,5 mL NaOH 0,5N.
c. Panaskan menggunakan penangas dengan suhu 70 oC sampai
terbentuk warna merah.
d. Tabung reaksi didinginkan oleh air dengan suhu 25 oC,
kemudian tambahkan etanol pada labu ukur 10 mL sampai
tanda batas.
e. Ukur serapan larutan tersebut dari panjang gelombang 500-550
nm dengan selang 2 nm.
f. Panjang gelombang yang menghasilkan absorbansi maksimum
digunakan untuk penentuan kurva kalibrasi dan sampel.
3. Penentuan kurva kalibrasi standar hidrokuinon
a. Diambil

sebanyak

mL

masing-masing

larutan

seri

hidrokuinon.
b. Tambahkan 1 mL floroglusinol 1% dan 0,5 mL NaOH 0,5N
c. Panaskan menggunakan penangas dengan suhu 70 oC sampai
terbentuk warna merah.
d. Tabung reaksi didinginkan oleh air dengan suhu 25 oC,
kemudian tambahkan etanol pada labu ukur 10 mL sampai
tanda batas.
e. Ukur serapan larutan tersebut pada panjang gelombang
maksimum
f. Buat persamaan regresi linier dari larutan standar hidrokuinon.

Laboratorium Kimia Farmasi


Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman 2016

37

Panduan Praktikum
Analisis Pangan & Kosmetik
4. Penentuan hidrokuinon dalam sampel
a. Ambil 2,5-5 g sampel krim pemutih, disuspensikan dengan air
secukupnya.
b. Pindahkan suspense ke dalam corong pisah, ekstraksi dengan
15 mL petroleum eter sebanyak 4 kali.
c. Kumpulan ekstrak petroleum eter diupakan di udara sampai
kering.
d. Sisa

penguapan

ditambahkan

etanol

secukupnya

dan

dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL.


e. Tambahkan etanol sampai tanda batas.
f. Diambil 5 mL larutan tersebut kemudian ditambahkan 1 mL
floroglusinol 1% dan 0,5 mL NaOH 0,5N.
g. Panaskan menggunakan penangas dengan suhu 70 oC sampai
terbentuk warna merah.
h. Tabung reaksi didinginkan oleh air dengan suhu 25oC,
kemudian tambahkan etanol pada labu ukur 10 mL sampai
tanda batas.
i.

Ukur serapan larutan tersebut pada panjang gelombang


maksimum.

j.

Hitung kadar hidrokuinon di dalam sampel.

G. Hasil Pengamatan
1. Tabel Pengamatan
a. Uji Kualitatif
No.

Sampel

Hasil

b. Uji Kuantitatif
No.

Sampel

Berat (g)

Absorbansi

Kadar (%)

2. Perhitungan

Laboratorium Kimia Farmasi


Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman 2016

38

Panduan Praktikum
Analisis Pangan & Kosmetik
H. Soal-soal
1. Uraikan secara narasi, singkat, dan padat tentang tata cara
pelaksanaan percobaan yang anda lakukan!
2. Uraikan kegunaan atau fungsi setiap bahan yang anda gunakan
dalam pelaksanaan percobaan ini!
3. Uraikan fungsi perlakuan penyiapan larutan uji, pemanasan,
penyaringan dengan Na2SO4, penotolan pada plat, dan sampel yang
disuspensikan terlebih dahulu yang dilakukan pada percobaan ini!
4. Simpulkan hasil percobaan sesuai dengan tujuan, terkait dengan
bahan dan teknik pengerjaan dan juga percobaan yang gagal atau
hasilnya tidak sesuai!

Laboratorium Kimia Farmasi


Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman 2016

39

Panduan Praktikum
Analisis Pangan & Kosmetik
PERCOBAAN VIII
ANALISIS KADAR NIKOTIN
PADA ROKOK

A. Uraian Umum
Nikotin adalah suatu alkaloid dengan nama kimia 3-(1 metil-2-pirolidil)
piridin. Saat diekstraksi dari daun tembakau, nikotin tak berwarna, tetapi
segera menjadi coklat ketika bersentuhan dengan udara. Nikotin dapat
menguap dan dapat dimurnikan dengan cara penyulingan uap dari larutan
yang dibasakan.
Nikotin adalah bahan alkaloid toksik yang merupakan senyawa amin
tersier, bersifat basa lemah dengan pH 8. Pada pH tersebut, sebanyak 31%
nikotin berbentuk bukan ion dan dapat melewati membran sel. Pada pH ini
nikotin berada dalam bentuk ion dan tidak dapat melewati membran secara
cepat sehingga di mukosa pipi hanya terjadi sedikit absorpsi nikotin dari asap
rokok.
Nikotin yang terdapat ditembakau, merupakan salah satu zat aditif yang
dikenal. Nikotin adalah penghambat susunan syaraf pusat (SSP) yang
mengganggu keseimbangan syaraf. Ketergantungan fisik dan psikologi pada
nikotin berkembang sangat cepat. Menghisap tembakau mengahsilkan efek
nikotin pada SSP dalam waktu kurang lebih 10 detik. Jika tembakau
dikunyah, efek pada SSP dialami dalam waktu 3-5 menit.
Nikotin dapat berlaku sebagai stimulan dan obat penenang atau
penghilang rasa sakit. Secara langsung setelah kontak dengan nikotin maka
timbul

rangsangan

terhadap

kelenjar

adrenal

yang

menyebabkan

terlepasnya hormon adrenalin. Hormon adrenalin ini merangsang tubuh dan


menyebabkan pelepasan glukosa secara mendadak yang akhirnya kadar
gula dalam darah menurun dan tekanan darah juga meningkat. Begitu pula
pada pernapasan dan detak jantung.
Nikotin dalam metabolisme dapat menghilang dari tubuh dalam
beberapa jam, namun jika perokok terus menerus merokok dan semakin
lama bertambah kuat sehingga merokok hanya untuk mendapatkan
rangsangan yang diinginkan. Sayangnya jika menghentikan masukan nikotin
Laboratorium Kimia Farmasi
Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman 2016

40

Panduan Praktikum
Analisis Pangan & Kosmetik
biasanya diikuti dengan reaksi ketergantungan yang mungkin membutuhkan
waktu sekitar satu bulan atau lebih. Hal tersebut termasuk gejalanya, yakni
muncul sifat lekas marah, terlalu sensitive, kecanduan, pengurangan fungsi
kognitif tubuh dan pemusatan perhatian, serta terjadi gangguan tidur.
Efek

paling

berbahaya

dari

mengkonsumsi

tembakau

dan

ketergantungan nikotin adalah menyebabkan kanker dan sepertiga dari


semua penyakit kanker itu yakni kanker paru-paru. Penyakit ini pembunuh
pertama pada pria maupun wanita dan menguasai sekitar 90% dari semua
kasus kanker paru-paru pada perokok.
B. Tujuan
Menentukan secara kuantitatif kadar nikotin yang terdapat pada
tembakau.
C. Kegunaan Percobaan
Nikotin merupakan salah satu zat adiktif yang berbahaya. Konsentrasi
nikotin biasanya sekitar 5% dari per 100 gram berat tembakau. Sebatang
rokok biasanya mengandung 8-20 mg nikotin, namun bergantung pada merk
rokok tersebut. Kadar nikotin yang diperbolehkan maksimal 1,5 mg dan
sebanyak 20 mg per 1 rokok.
D. Hubungan dengan Matakuliah
Pengaplikasian metode analisis yang digunakan pada penentuan kadar
nikotin pada sediaan rokok.
E. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Erlenmeyer tertutup
b. Gelas kimia
c. Batang pengaduk
d. Buret
e. Pipet volume
2. Bahan
a. NaOH 20%
b. Petroleum eter
c. HCl 0,01N
d. Indikator metil merah
Laboratorium Kimia Farmasi
Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman 2016

41

Panduan Praktikum
Analisis Pangan & Kosmetik
F. Prosedur Kerja
1. Pindahkan 1 g sampel bubuk ke dalam Erlenmeyer 50 mL bertutup.
2. Tambahkan 1 mL NaOH 20%, campur merata dengan batang
pengaduk.
3. Tambahkan lagi 20 mL petroleum eter dan ditutup rapat, gojog dan
homogenkan.
4. Diamkan 1 jam sehingga lapisan eter bagian atas jernih.
5. Pipet 10 mL cairan eter dan pindahkan ke Erlenmeyer bersih.
6. Uapkan eter pada water bath sehingga volume tinggal 2 mL,
tambahkan aquades 10 mL dan 2 tetes indikator metil merah.
7. Titrasi dengan HCl 0,01N sehingga warna hijau kekuningan berubah
menjadi warna merah.
8. Hitung kadar nikotin pada sampel.

G. Hasil Pengamatan
1. Tabel Pengamatan
Penentuan kadar nikotin
No.

Sampel

Berat sampel (g)

Volume X (mL)

Kadar nikotin (mg)

% kadar

2. Perhitungan
H. Soal-soal
1. Uraikan secara narasi, singkat, dan padat tentang tata cara
pelaksanaan percobaan yang anda lakukan!
2. Uraikan kegunaan atau fungsi setiap bahan yang anda gunakan
dalam pelaksanaan percobaan ini!
3. Uraikan fungsi perlakuan yang dilakukan pada percobaan ini!

Laboratorium Kimia Farmasi


Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman 2016

42

Panduan Praktikum
Analisis Pangan & Kosmetik
4. Simpulkan hasil percobaan sesuai dengan tujuan, terkait dengan
bahan dan teknik pengerjaan dan juga percobaan yang gagal atau
hasilnya tidak sesuai!

Laboratorium Kimia Farmasi


Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman 2016

43

Panduan Praktikum
Analisis Pangan & Kosmetik
PERCOBAAN IX
ANALISIS KADAR FORMALIN
DALAM BAHAN MAKANAN BERFORMALIN SECARA
SPEKTROFOTOMETRI

A. Uraian Umum
Formalin dengan rumus kimia CH2O merupakan suatu larutan yang
tidak berwarna, berbau tajam yang mengandung lebih kurang 37%
formaldehid dalam air dan biasanya ditambahkan methanol 10-15% sebagai
pengawet. Formalin dikenal sebagai bahan pembunuh hama dan banyak
digunakan dalam industri.
Pengawet ini memiliki unsur aldehid yang bersifat mudah bereaksi
dengan protein, karenanya ketika ditambahkan ke makanan seperti tahu,
formalin akan mengikat protein mulai dari bagian permukaan tahu hingga
terus meresap ke bagian dalamnya. Dengan matinya protein setelah terikat
unsur kimia dari formalin maka bila ditekan tahu akan terasa lebih kenyal.
Selain itu protein yang telah mati tidak akan diserang bakteri pembusuk yang
menghasilkan senyawa asam. Itulah sebabnya tahu atau makanan lainnya
lebih awet. Melihat sifatnya, formalin juga sudah tentu akan menyerang
protein yang banyak terdapat di dalam tubuh manusia seperti pada lambung.
Terlebih bila formalin yang digunakan memiliki dosis tinggi.
Hampir semua jaringan di tubuh mempunyai kemampuan untuk
memecah dan memetabolisme formaldehid. Salah satunya membentuk
asam format dan dikeluarkan melalui urin. Formaldehid dapat dikeluarkan
sebagai

CO2

dari

dalam

tubuh.

Tubuh

juga

diperkirakan

dapat

memetabolisme formaldehid bereaksi dengan DNA atau protein untuk


membentuk molekul yang lebih besar sebagai tambahan DNA atau protein
tubuh.

B. Tujuan
Menentukan kadar formalin dalam bahan makanan berformalin.

Laboratorium Kimia Farmasi


Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman 2016

44

Panduan Praktikum
Analisis Pangan & Kosmetik
C. Kegunaan Percobaan
Penguunaan formalin antara lain sebagai pembunuh kuman sehingga
digunakan sebagai pembersih lantai, gudang, pakaian dan kapal, pembasmi
lalat dan serangga lainnya, bahan pembuat sutra buatan, zat pewarna,
cermin kaca dan bahan peledak. Produsen kecil seringkali tidak mengetahui
bahwa penggunaan formalin sebagai bahan pengawet tidaklah tepat karena
dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan.
D. Hubungan dengan Matakuliah
Pengaplikasian metode analisis yang digunakan pada penentuan kadar
formalin dalam sediaan bahan makanan.
E. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Pipet ukur 10 mL
b. Pipet volume 25 mL
c. Labu ukur 25 dan 500 mL
d. Neraca analitik
e. Mortir dan stamper
f. Sentrifuge
g. Spektrofotometer UV-Vis

2. Bahan
a. Sampel
b. Air
c. Isopropil alkohol 45%
d. Formaldehid
e. K3Fe(CN)6 0,1 M
f. Fenil hidrazin
g. NaOH 0,1N
F. Prosedur Kerja
1. Persiapan sampel
a. Dicuci terlebih dahulu tahu yang telah dibuat
b. Ditimbang tahu dengan berat 10 g
c. Direndam tahu dengan formalin 2% selama 1 hari
Laboratorium Kimia Farmasi
Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman 2016

45

Panduan Praktikum
Analisis Pangan & Kosmetik
d. Tahu ini sebagai sampel yang akan dianalisa kadar formalinnya
2. Pembuatan larutan standar
a. 1 mL formaldehid (400 g/L) diencerkan dengan aquades menjadi 500
mL.
b. Disiapkan larutan standar, diisi dengan larutan induk masing-masing 0
mL (blanko); 2,5 mL; 5 mL; 7,5 mL; dan 10 mL ke dalam labu takar 25
mL.
c. Tambahkan 0,5 mL fenil hidrazin; 0,5 mL IPA 45%; 0,3 mL K3Fe(CN)6
0,1 M; 2 mL NaOH 0,1 N dan ditambahkan IPA 45% sampai tanda
batas.
d. Diambil salah satu larutan standar, dibaca pada spektrofotometer
dengan panjang gelombang 500-540 nm dengan selang 2 nm.
e. Gunakan

panjang

gelombang

maksimum

untuk

menentukan

absorbansi larutan standar lainnya.


f. Tentukan kurva kalibrasi.
3. Analisa kadar formalin secara spektrofotometri
a. Disiapkan sampel
b. Dihaluskan sampel dan ditimbang sebanyak 2 g.
c. Dimasukkan sampel ke dalam sentrifuge dan ditambahkan IPA 45%
sebanyak 12,5 mL. Sampel disentrifuge selama 10 menit dengan
kecepatan 2500 rpm.
d. Diambil filtratnya 5 mL dan dimasukkan ke dalam labu takar 25 mL.
e. Tambahkan 0,5 mL fenil hidrazin; 0,5 mL IPA 45%; 0,3 mL K3Fe(CN)6
0,1 M; 2 mL NaOH 0,1 N dan ditambahkan lagi dengan IPA 45%
sampai tanda batas.
f. Dimasukkan ke dalam kuvet dan diukur absorbansinya menggunakan
spektrofotometer pada panjang gelombang maksimum.
G. Hasil Pengamatan
1. Tabel Pengamatan
No.

Sampel

Kadar

Laboratorium Kimia Farmasi


Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman 2016

46

Panduan Praktikum
Analisis Pangan & Kosmetik
2. Perhitungan
H. Soal-soal
1. Uraikan secara narasi, singkat, dan padat tentang tata cara
pelaksanaan percobaan yang anda lakukan!
2. Uraikan kegunaan atau fungsi setiap bahan yang anda gunakan
dalam pelaksanaan percobaan ini!
3. Uraikan fungsi perlakuan dan tahapan pengerjaan yang dilakukan
pada percobaan ini!
4. Simpulkan hasil percobaan sesuai dengan tujuan, terkait dengan
bahan dan teknik pengerjaan dan juga percobaan yang gagal atau
hasilnya tidak sesuai!

Laboratorium Kimia Farmasi


Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman 2016

47

Anda mungkin juga menyukai