Anda di halaman 1dari 23

PENENTUAN KADAR AIR DENGAN METODE OVEN

I. Tujuan Percobaan
Mahasiswa dapat melakukan analisis kadar air pada setiap bahan pangan.
Mahasiswa dapat menentukan bahan pangan yang ditetapkan kadar airnya dengan
metode oven.

II. Dasar Teori


Air merupakan satu zat gizi yang tidak dapat kita tinggalkan, tetapi seiring
diabaikannya dalam pembahasan mengenai gizi. Air juga merupakan komponen penting
dalam makanan karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, serta cita rasa makanan
kita. Bahkan dalam bahan makanan yang kering sekalipun, seperti buah kering, tepung, serta
biji-bijian, terkandung air dalam jumlah tertentu.
Semua bahan makanan mengandung air dalam jumlah yang berbeda-beda, baik itu
bahan makanan hewani maupun nabati. Air berperan sebagai pembawa zat-zat makanan dan
sisa-sisa metabolisme, sebagai media reaksi yang menstabilkan pembentukan biopolimer, dan
sebagainya.
Kadar air dalam bahan pangan sangat mempengaruhi kualitas dan daya simpan dari
bahan pangan tersebut . Oleh karena itu penentuan kadar air dari suatu bahan pangan sangat
penting agar dalam proses pengolahan maupun pendisribusian mendapat penanganan yang
tepat.
Metode pengeringan atau metode oven biasa merupakan suatu metode untuk
mengeluarkan atau menghilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan cara menguapkan air
tersebut dengan menggunakan energi panas. Prinsip dari metode oven pengering adalah
bahwa air yang terkandung dalam suatu bahan akan menguap bila bahan tersebut dipanaskan
pada suhu 105o C selama waktu tertentu. Perbedaan antara berat sebelum dan sesudah
dipanaskan adalah kadar air.

Teori tambahan
Air dalam bahan pangan hasil pertanian dibedakan atas air bebas dan air terikat. Air
bebas adalah air yang dapat dikeluarkan atau dibebaskan dengan mudah dari bahannya,
misalnya dengan pemanasan. Air terikat meliputi (1) air yang teradsorpsi pada dinding sel
dan komponen komponen sel seperti protein, pati, selulosa dan lain-lain, (2) air yang terikat
secara kimiawi pada senyawa senyawa karbohidrat (antara lain glukosa, maltose, laktosa),
garam (air kristal garam seperti K-tartrat), protein dan lain lain.
Kadar air bahan pangan merupakan pengukuran jumlah air total yang terkandung
dalam bahan pangan, tanpa memperlihatkan kondisi atau derajat keterikatan air. Kadar air
bahan pangan dapat diukur dengan berbagai cara. Metode umum yang dilakukan di
laboratorium adalah dengan pemanasan di dalam oven. Metode ini digunakan untuk seluruh
produk makanan, kecuali jika produk tersebut mengandung komponen komponen yang
mudah menguap atau jika produk tersebut mengalai dekomposisi pada pemanasan 100oC.
Prinsip :
Sampel dikeringkan dalam oven 100oC sampai diperoleh berat yang tetap.
Metode Oven Biasa (pemanasan langsung)
Metode oven biasa merupakan salah satu metode pemanasan langsung dalam penetapan
kadar air suatu bahan pangan. Dalam metode ini bahan dipanaskan pada suhu tertentu
sehingga semua air menguap yang ditunjukkan oleh berat konstan bahan setelah periode
pemanasan tertentu. Kehilangan berat bahan yang terjadi menunjukkan jumlah air yang
terkandung. Metode ini terutama digunakan untuk bahan-bahan yang stabil terhadap
pemanasan yang agak tinggi, serta produk yang tidak atau rendah kandungan sukrosa dan
glukosanya seperti tepung-tepungan dan serealia (AOAC 1984).
Metode ini dilakukan dengan cara pengeringan bahan pangan dalam oven. Berat sampel
yang dihitung setelah dikeluarkan dari oven harus didapatkan berat konstan, yaitu berat bahan
yang tidak akan berkurang atau tetap setelah dimasukkan dalam oven. Berat sampel setelah
konstan dapat diartikan bahwa air yang terdapat dalam sampel telah menguap dan yang
tersisa hanya padatan dan air yang benar-benar terikat kuat dalam sampel. Setelah itu dapat
dilakukan perhitungan untuk mengetahui persen kadar air dalam bahan (Crampton 1959).
Secara teknik, metode oven langsung dibagi menjadi dua yaitu, metode oven temperatur
rendah dan metode oven temperatur tinggi. Metode oven temperatur rendah menggunakan
suhu (103 + 2)C dengan periode pengeringan selama 17 1 jam. Periode pengeringan
dimulai pada saat oven menunjukkan temperatur yang diinginkan. Setelah pengeringan,
contoh bahan beserta cawannya disimpan dalam desikator selama 30-45 menit untuk
menyesuaikan suhu media yang digunakan dengan suhu lingkungan disekitarnya. Setelah itu
bahan ditimbang beserta wadahnya. Selama penimbangan, kelembaban dalam ruang
laboratorium harus kurang dari 70% (AOAC 1970). Selanjutnya metode oven temperatur
tinggi. Cara kerja metode ini sama dengan metode temperatur rendah, hanya saja temperatur
yang digunakan pada suhu 130-133C dan waktu yang digunakan relatif lebih rendah
(Crampton 1959).
Metode ini memiliki beberapa kelemahan, yaitu:
a) Bahan lain disamping air juga ikut menguap dan ikut hilang bersama dengan uap air
misalnya alkohol, asam asetat, minyak atsiri dan lain-lain
b) Dapat terjadi reaksi selama pemanasan yang menghasilkan air atau zat mudah menguap.
Contoh gula mengalami dekomposisi atau karamelisasi, lemak mengalami oksidasi
c) Bahan yang dapat mengikat air secara kuat sulit melepaskan airnya meskipun sudah
dipanaskan (Soedarmadji 2003).

Prinsip Analisa Metode Gravimetri


Prinsip metode penetapan kadar air dengan oven atau Thermogravimetri yaitu
menguapkan air yang ada dalam bahan dengan jalan pemanasan. Penimbangan bahan
dengan berat konstan yang berarti semua air sudah diuapkan dan cara ini relatif
mudah dan murah. Percepatan penguapan air serta menghindari terjadinya reaksi yang lain
karena pemanasan maka dapat dilakukan pemanasan dengan suhu rendah dan tekanan
vakum. Bahan yang telah mempunyai kadar gula tinggi, pemanasan dengan suhu
kurang lebih 100 C dapat mengakibatkan terjadinya pergerakan pada
permukaan bahan.
S u a t u b a h a n ya n g t e l a h m e n g a l a m i p e n g e r i n g a n l e b i h b e r s i f a t
hidroskopis dari pada bahan asalnya. Oleh karena itu selama
pendinginan sebelum penimbangan, bahan telah ditempatkan dalam ruangan
tertutup yang kering misalnya dalam eksikator atau desikator yang telah diberi
zat penyerapan air. Penyerapan air atau uap ini dapat menggunakan kapur aktif, asam sulfat,
silica gel, kalium klorida, kalium hidroksid, kalium sulfat atau bariumoksida. Silika gel yang
digunakan sering diberi warna guna memudahkan bahan tersebut sudah jenuh dengan air
atau belum, jika sudah jenuh akan berwarna merah muda, dan bila dipanaskan menjadi
kering berwarna biru (Sudarmadji, 2007).
Kadar air dalam bahan makanan sangat mempengaruhi kualitas dan daya simpan dari
pangan tersebut. Oleh karena itu, penentuan kadar air dari suatu bahan pangan sangat penting
agar dalam proses pengolahan maupun pendistribusian mendapat penanganan yang tepat.
Kadar air dalam suatu bahan pangan sangat berpengaruh pada mutu produk pangan tersebut.
Semakin banyak kadar air yang terkandung, umur simpannya semakin sebentar, karena kalau
suatu bahan banyak mengandung kadar air, maka sangat memungkinkan adanya mikroba
yang tumbuh. Oleh karena itu kita harus mengetahui kandungan air dalam suatu bahan agar
dapat memprekdisikan umur simpannya. (Christian 1980).
Kandungan air dalam bahan makanan ikut menentukan kesegaran dan daya tahan
bahan itu sendiri. Sebagian besar dari perubahan-perubahan bahan makanan terjadi dalam
media air yang ditambahkan atau berasal dari bahan itu sendiri. Menurut derajat keterikatan
air dalam bahan makanan atau bound water dibagi menjadi 4 tipe, antara lain:
Tipe I adalah tipe molekul air yang terikat pada molekul-molekul air melalui suatu ikatan
hydrogen yang berenergi besar. Molekul air membentuk hidrat dengan molekul-molekul lain
yang mengandung atom-atom O dan N seperti karbohidrat, protein atau garam.
Tipe II adalah tipe molekul-molekul air membentuk ikatan hydrogen dengan molekul air
lain, terdapat dalam miro kapiler dan sifatnya agak berbeda dari air murni.
Tipe III adalah tipe air yang secara fisik terikat dalam jaringan matriks bahan seperti
membran, kapiler, serat dan lain-lain. Air tipe inisering disebut dengan air bebas.
Tipe IV adalah tipe air yang tidak terikat dalam jaringan suatu bahan atau air murni, dengan
sifat-sifat air biasa.

III. Alat dan Bahan yang digunakan


1. Oven dengan kisaran suhu 100oC 102oC
2. Cawan (stainless steel, aluminium, nikel atau porselen). Gunakan cawan lengkap dengan
tutupnya. Untuk bahan-bahan yang memberikan efek korosif, sebaiknya tidak menggunakan
cawan-cawann logam.
3. Desikator yang berisi bahan pengering (fosfor pentoksida kering, kalsium klorida atau
butiran halus silica gel).
4. Penjepit cawan.
5. Timbangan analitik
6. Bahan yang digunakan yaitu tepung beras, tapioka, dan terigu

IV. Prosedur Kerja


1. Cawan kosong dan tutupnya dikeringkan di dalam oven selama 15 menit dan dinginkan
dalam desikator, kemudian ditimbang (untuk cawan aluminium didinginkan selama10 menit
dan cawan porselen didinginkan selama 20 menit).
2. Ditimbang dengan cepat kurang lebih 5 gram sampel yang sudah dihomogenkan dalam
cawan.
3. Tutup cawan diangkat dan cawan ditempatkan beserta isi dan tutupnya didalam oven
selama 6 jam. Hindarkan kontak antara cawan dengan dinding oven. Untuk produk yang
tidak mengalami dekomposisi dengan pengeringan yang lama, dapat dikeringkan selama 1
malam (16 jam).
4. Cawan dipindahkan kedalam desikator, tutup dengan penutup cawan, lalu dinginkan.
Setelah dingin timbang kembali.
5. Di keringkan kembali kedalam oven sampai diperoleh berat yang tetap.

V. Data Pengamatan
Pengamatan Cawan 1 Cawan 2 Cawan 3
(tepung beras) (gr) (tepung bumbu) (gr) (tepung terigu) (gr)
Berat cawan 58, 5608 51,4927 50,4846
Berat cawan + 61,0347 56,4189 55,1266
sampel (sebelum
dipanaskan) 5,3739 5,3267 4,6420
Berat sampel basah 63,5595 56,1042 54,5890
Berat cawan +
sampel (setelah 4,7987 4,6115 4,1044
dipanaskan) 0,5752 0,7147 0,5376
Berat sampel kering
Selisih total

VI. Perhitungan
a. Berat sampel (W1)
Sampel tepung beras = 5,3739 gram
Sampel tepung bumbu= 5,3267 gram
Sampel tepung terigu = 4,642 gram
b. Berat sampel setelah dikeringkan (W2)
Sampel tepung beras = 4,7987 gram
Sampel tepung bumbu= 4,611 gram
Sampel tepung terigu = 4,1044 gram
c. Selisih berat (W3 = W1 W2)
Sampel tepung beras = 0,5752 gram
Sampel tepung bumbu= 0,7147 gram
Sampel tepung terigu = 0,5376 gram
d. % kadar air (berat kering, bk) (W3/W2 x 100%)
Tepung beras = x 100% = 11,98%
Tepung bumbu = x 100% = 15,49%
Tepung terigu = x 100% = 13,09%
e. % kadar air (berat basah, bb) (W3/W1 x 100%)
Tepung beras = x 100% = 89,29%
Tepung bumbu = x 100% = 86,57%
Tepung terigu = x 100% = 88,42%

VII. Analisa Percobaan


Air merupakan substansi yang dibutuhkan dalam komponen penyusun bahan pangan
dengan jumlah yang cukup. Setiap bahan pangan memiliki kadar air yang berbeda-beda.
Kadar air merupakan suatu indikator yang dapat digunakan sebagai penyimpanan. Kadar air
sangat mempengaruhi masa kadaluarsa dari bahan pangan itu sendiri. Bahan pangan yang
kering akan lebih tahan lama dibandingkan dengan bahan pangan yang memiliki kadar air
tinggi karena hal ini sangat memungkinkan untuk hidupnya suatu mikrooorganisme.
Beberapa contoh bahan pangan dantaranya dalah tepung beras, tepung bumbu dan tepung
terigu. Masing-masing bahan ini memiliki kadar air berbeda. Oleh sebab itu dilakukan analisa
perbedaan dari masing-masing bahan pangan dengan metode oven.
Kadar air yang didapat dalam berat kering pada ketiga bahan bervariasi, begitu pun
berat basah. Kadar air berat kering adalah perbandingan antara berat air didalam bahan
tersebut dengan berat keringnya. Sedangkan kadar air berat basah adalah perbandingan antara
berat air didalam bahan dengan berat bahan pangan.
Nilai kadar air tertinggi terdapat pada sampel bahan pangan tepung bumbu dan yang
terendah pada tepung beras. Hal ini dikarenakan pada tepung bumbu mengalami waktu
pengeringan yang lebih singkat pada ssat produksidi pabrik, sedangkan pada tepung beras
waktu pengeringan yang agak lama sehingga kadar air yang ada lebih sedikit. Keberadaan air
ini dpat mempengaruhui proses dan cara penyimpanan bahan pangan tersebut.

VIII. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa nilai kadar air tertinggi
terdapat pada sampel bahan pangan tepung bumbu dan yang terendah pada tepung beras.
Bahan pangan dengan kadar air rendah dapat disimpan lebih lama karena tidak
memungkinkan tumbuhnya mikroorganisme yang dapat membuatnya kadaluarsa. Dari
percobaan didapatkan hasil:
Kadar air berat kering
- Tepung beras = 11,98%
- Tepung bumbu = 15,49%
- Tepung beras = 13,09%
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara yang sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan
pada segala bidang, dan juga merupakan negara yang memiliki berbagai potensi, baik potensi
sumber daya alam dan energi, maupun sumber daya manusia. Salah satu bidang
pembangunan yang paling diharapkan adalah bidang ekonomi dan salah satu sektor dalam
bidang ekonomi adalah sektor industri.
(http://klikpertanian.blogspot.com/2010/10/formulasi-sabun-transparan-dari-vco.html)
Salah satu sub sektor industri adalah sub sektor industri kimia, yang diharapkan dapat
berkembang pesat guna mengimbangi kebutuhan yang semakin berkembang dan meningkat
sesuai dengan kemajuan perekonomian bangsa. Di Indonesia masih sedikit terdapat industri
yang menggunakan minyak kelapa sawit sebagai bahan baku yang diproses untuk
menghasilkan suatu produk. Minyak kelapa sawit dapat dipergunakan dalam industri melalui
proses penyulingan, penjernihan dan penghilangan bau atau RBDPO (Refined Bleached and
Deodorized Palm Oil). Salah satu industri yang menggunakan minyak kelapa sawit sebagai
bahan baku adalah industri pembuatan sabun transparan. Selain RBDPO, minyak kelapa
(VCO) juga sering ditambahkan dalam pembuatan sabun transparan, meski kadar nya jauh
lebih sedikit dari minyak sawit (RBDPO). Virgin Coconut Oil atau yang lebih dikenal dengan
VCO adalah minyak yang dihasilkan dari buah kelapa segar. Berbeda dengan minyak kelapa
biasa, VCO dihasilkan tidak dengan penambahan kimia atau pun proses yang melibatkan
panas yang tinggi. Selain warna dan rasa yang berbeda, VCO memiliki asam lemak yang
tidak terhidrogenasi seperti minyak kelapa biasa. VCO menjadi populer karena manfaatnya
untuk kesehatan tubuh. Maka dari itu VCO sangat baik dijadikan bahan baku dalam industri
pembuatan sabun transparan.
(http://klikpertanian.blogspot.com/2010/10/formulasi-sabun-transparan-dari-vco.html)
Sabun transparan dibuat dengan menambahkan alkohol, larutan gula, dan gliserin
untuk menghasilkan kondisi transparan dari sabun. Gliserin baik untuk kulit karena berfungsi
sebagai pelembab pada kulit dan membentuk fasa gel pada sabun.
(http://klikpertanian.blogspot.com/2010/10/formulasi-sabun-transparan-dari-vco.html)
Sabun transparan atau disebut juga sabun gliserin adalah jenis sabun mandi yang
dapat menghasilkan busa lebih lembut di kulit dan penampakanya berkilau jika dibandingkan
dengan jenis sabun yang lain seperti sabun mandi biasa (opaque) dan sabun translucent.
(http://klikpertanian.blogspot.com/2010/10/formulasi-sabun-transparan-dari-vco.html)
Sabun transparan merupakan salah satu produk industri kimia yang sangat dibutuhkan
masyarakat konsumen Indonesia, namun untuk memenuhi kebutuhan itu masih dilakukan
dengan mengimpor sabun transparan, diantaranya dari negara Hongkong, Japan, Taiwan,
Singapore, dan Malaysia.
(http://klikpertanian.blogspot.com/2010/10/formulasi-sabun-
transparan-dari-vco.html)

1.2 Tujuan

1. Dapat mengetahui cara membuat sabun transparan


2. Dapat mengetahui cara membuat sabun transparan menggunakan VCO
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Sejarah Sabun Transparan


Sabun adalah salah satu senyawa kimia paling tua yang pernah ditemukan. Pada tahun
2500 sebelum Masehi masyarakat Sumeria telah menemukan sabun kalium yang digunakan
untuk mencuci wol. Sabun ini dibuat dari minyak dan abu tumbuhan yang kaya akan kalium
karbonat. Informasi tentang sabun juga ditulis dalam literatur-literatur bangsa Mesir yang
berhubungan dengan kedokteran. (Unilever, 2009)
Sabun atau yang disebut soap dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin sapo
yang pertama kali digunakan oleh Plinny pada tahun 77 Masehi. Plinny membuat sabun dari
campuran tallow (lemak binatang) dengan abu dari kayu beech yang dapat digunakan sebagai
pewarna rambut. (Unilever, 2009)
Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan
membersihkan. Sabun biasanya berbentuk padatan tercetak yang disebut batang karena
sejarah dan bentuk umumnya. Penggunaan sabun cair juga telah meluas, terutama pada
sarana-sarana publik. Jika diterapkan pada suatu permukaan, air bersabun secara efektif
mengikat partikel dalam suspensi mudah dibawa oleh air bersih. Di negara berkembang,
detergen sintetik telah menggantikan sabun sebagai alat bantu cuci.
(sabun-wikipedia.com, 2009)
Banyak sabun merupakan campuran garam natrium atau kalium dari asam lemak yang
dapat diturunkan dari minyak atau lemak dengan direaksikan dengan alkali pada suhu 80C -
100C melalui suatu proses yang dikenal dengan saponifikasi. Lemak akan terhidrolisis oleh
basa menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Secara tradisional, alkali yang digunakan
adalah kalium yang dihasilkan dari pembakaran tumbuhan atau dari arang kayu. Sabun dapat
dibuat pula dari minyak tumbuhan seperti minyak zaitun.
(http://dwinidika.wordpress.com/2011/04/10/sabun-transparan/)
Seni pembuatan sabun mulai berkembang dengan pesat selama abad pertengahan di
Perancis, Italia, dan Inggris. Sabun transparan dengan nama Pears transparant soap
dikenal di Inggris pada tahun 1789. Sabun mengalami kemajuan yang sangat pesat khususnya
di Marseilles pada abad ke-18. Sabun menjadi barang yang murah sejak berkembangnya
proses Le Blanc pada abad ke-19 untuk pembuatan alkali yang merupakan bahan baku
pembuatan sabun. (Unilever, 2009)
Nama Sapo/soap/sabun menurut legenda Romawi kuno (2800 SM) berasal dari
Gunung Sapo, di mana binatang dikorbankan untuk acara keagamaan. Lemak yang berasal
dari binatang tersebut (kambing) dicampur dengan abu kayu untuk menghasilkan sabun atau
sapo, pada masa itu.
(http://klikpertanian.blogspot.com/2010/10/formulasi-sabun-transparan-dari-vco.html)
Ketika hujan, sisa lemak dan abu kayu tersebut mengalir ke Sungai Tiber yang berada
di bawah Gunung Sapo. Ketika orang orang mencuci pakaian di sungai Tiber mereka
mendapati air tersebut berbusa dan pakaian mereka lebih bersih. Sejak saat itulah asal usul
sabun dimulai.
(http://klikpertanian.blogspot.com/2010/10/formulasi-sabun-transparan-dari-vco.html)
Produk hilir minyak kelapa murni (Virgin Coconut Oil/VCO) berupa produk-produk
kosmetik telah dikembangkan di negara-negara penghasil kelapa. Di antaranya sampo, krim
antiseptik, baby oil, lotion, sabun termasuk sabun transparan, dan sebagainya.
(http://klikpertanian.blogspot.com/2010/10/formulasi-sabun-transparan-dari-vco.html)
Sabun transparan merupakan salah satu produk kosmetik yang sedang trendy. Pilihan
VCO sebagai bahan baku sabun
(http://klikpertanian.blogspot.com/2010/10/formulasi-sabun-transparan-dari-vco.html)
Para peneliti di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian (BB
Pascapanen) sudah melakukan penelitian untuk menentukan formulasi dasar sabun transparan
dari bahan VCO.
(http://klikpertanian.blogspot.com/2010/10/formulasi-sabun-transparan-dari-vco.html)
Untuk itu dilakukan pula analisis terhadap beberapa parameter yang dipandang
penting yang mengacu pada produk sabun transparan komersial karena standar mutu khusus
sabun transparan belum ada pada Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk sabun mandi.
(http://klikpertanian.blogspot.com/2010/10/formulasi-sabun-transparan-dari-vco.html)
Informasi BB Pascapanen lebih menyatakan bahwa parameter mutu yang dianalisa
adalah kemasaman (pH), karakter kekerasan, kadar asam lemak bebas (Free Fatty Acid/FFA),
nilai ketengikan, kadar air, dan bilangan penyabunan.
(http://klikpertanian.blogspot.com/2010/10/formulasi-sabun-transparan-dari-vco.html)
Mengenai pH, diketahui sabun transparan komersial memiliki pH 9,34. Dalam
formulasi sabun transaparan, pH terkait jumlah penggunan basa yang menentukan jumlah
penambahan etanol. Semakin banyak basa yang digunakan, akan semakin sedikit etanol yang
dapat ditambahkan sehingga pH tetap tinggi.
(http://klikpertanian.blogspot.com/2010/10/formulasi-sabun-transparan-dari-vco.html)
Karakter kekerasan sabun transparan harus cukup baik sebagai indikasi masa
pemakaian yang lebih lama. Nilai kekerasan sabun komersial berada dalam rangkaian 0,967
hingga 6,867 kg/cm2. Sedangkan mengenai transparansi, sabun akan semakin jernih bila
etanol yang digunakan semakin murni.
(http://klikpertanian.blogspot.com/2010/10/formulasi-sabun-transparan-dari-vco.html)

2.2 Teknik Pembuatan Sabun Transparan


Sabun transparan dapat digunakan untuk membasmi kuman. Sabun ini sejenis sabun
biasa tetapi dalam bentuk transparan. Sabun transparan dapat dibuat dari minyak goreng yang
bening atau VCO.
(http://klikpertanian.blogspot.com/2010/10/formulasi-sabun-transparan-dari-vco.html)
Sabun transparan dapat dibuat dengan biaya murah. Bahannya selain dari minyak
goreng atau VCO bisa juga dari buah kelapa sawit.
(http://klikpertanian.blogspot.com/2010/10/formulasi-sabun-transparan-dari-vco.html)
Sabun transparan dibuat dengan mencampur stearin sawit, minyak inti sawit yang
telah melalui proses pemucatan dan asam stearat dengan perbandingan masing-masing 80 :
15 : 5 b/b sebanyak 100 gram. Campuran ini kemudian ditambahkan dengan NaOH 30%
sebanyak 98,3 gram pada suhu 90 - 100C.
(http://klikpertanian.blogspot.com/2010/10/formulasi-sabun-transparan-dari-vco.html)
Formulasi sabun transparan dibuat dengan cara mencampur stok sabun dengan
gliserin, alkohol, sukrosa, dan trietanolamin pada suhu 90 - 100C selama 30 menit didalam
refluk. Formulasi sabun transparan dilakukan dengan dua variasi. Formula pertama
menggunakan dua konsentrasi pada sukrosa, dan formula kedua menggunakan dua
konsentrasi pada gliserin, sehingga menghasilkan sabun dengan tingkat transparasi terbaik.
(http://klikpertanian.blogspot.com/2010/10/formulasi-sabun-transparan-dari-vco.html)
Untuk mengetahui karakteristik sabun yang dihasilkan,
digunakan analisis fisik kimia sabun. Sifat kimia sabun yang diamati antara lain kadar air,
asam lemak, alkali bebas, dan lemak yang tidak tersabunkan. Sedangkan sifat fisik yang
diamati adalah tingkat kekerasan dan diukur dengan menggunakan alat penetrometer.

Gambar 2.2.1 Alat Pengukur tingkat kekerasan (Penetrometer)

Reaksi dasar pembuatan sabun adalah saponifikasi yaitu 3Na OH + (


C17H35COO)3C3H5 ) 3C17H35COONa + C3H5 (OH)3
SODA GLYCERYL STEARAT SODA STEARAT GLYCERIN.

Atau reaksi :
C17H35COOH + NaOH C17H35COONa + H2O
STEARIC ACID SODA SODA STEARAT AIR

Yaitu dengan tersabunnya asam lemak dan alkali baik asam yang terdapat dalam
keadaan bebas atau asam lemak yang terikat sebagai minyak atau lemak ( gliserida ).
(https://sites.google.com/site/sabuntransparan/)
Lemak dan minyak tidak terkomposisi dari gliserida yang hanya berisi satu asam
lemak saja, tetapi merupakan campuran atau kombinasi. Tersedia asam lemak dengan dengan
kemurnian 90% atau lebih yang merupakan hasil dari produksi khusus saja.
(https://sites.google.com/site/sabuntransparan/)
2.3 Kandungan Sabun Transparan
1. Minyak Sawit
Sering di pakai dalam pembuatan sabun, namun beberapa dari kita ada yang alergi
dengan minyak kelapa sawit karena ada reaksi minyak wangi dengan minyak kelapanya atau
cenderung pemakai tidak tahan fragrantnya (minyak wangi sintetis), dengan minyak kelapa
menghasilkan busa yang banyak.
(http://freecochemistryone.blogspot.com/2012/11/jurnal-pembuatan-sabun-transparan.html)
2. Sodium Hidroksida.
Sabun terbuat dari sodium hidroksida dimana sangat kaustik, sampai selesainya reaksi dengan
minyak kemudian menjadi sabun dikenal dengan nama reaksi saponifikasi. Sodium harus
terurai sempurna dalam proses saponifikasi minyak, oleh karena itu tidak akan ada bahan
kaustik yang tertinggal dalam sabun. Agar produk sabun sempurna maka sabun harus
dicuring dan rebatching sebelum penambahan emollien, moisturizer dan minyak essensial.
Fully Curing berarti sodium hidroksida benar benar terurai sempurna selama proses
saponifikasi dan tidak bereaksi dengan emollien, moisturizer dan minyak essensial.
Rebatching berarti sabun base diparut, dilelehkan kemudian ditambah bahan lainnya,
selanjutnya dimasukkan dalam cetakkan. Dengan cara begitu akan menghasilkan produk
sabun yang lebih baik dari pada proses yang tidak menggunakan rebatching.
(http://freecochemistryone.blogspot.com/2012/11/jurnal-pembuatan-sabun-transparan.html)

3. Alkohol
Adalah bahan yang digunakan untuk melarutkan sabun, agar sabun menjadi bening atau
transparan. Kemurnian alkohol 95% yang mempunyai titik nyala yang rendah maka tidak
sulit untuk menyalakannya. Penggunaan kompor gas dan kompor listrik harus dengan hati
hati, karena dapat membakar alkohol langsung. Untuk terjadi transparansi sabun harus benar
larut. Alkohol dengan level yang tinggi dan kandungan air yang rendah menghasilkan produk
sabun yang lebih jernih.
(http://freecochemistryone.blogspot.com/2012/11/jurnal-pembuatan-sabun-transparan.html)

4. Glyserin
Sudah lama digunakan sebagai humectan (penjaga kelembaban kulit) dan sampai saat ini
digunakan secara meluas oleh pembuat sabun. Apabila didehidrasi dan dideodorisasi, glyserin
menjadi cairan tak berwarna dan tak berbau. Glyserin kurang menentukan kejernihan sabun,
rasanya manis membakar.
(http://freecochemistryone.blogspot.com/2012/11/jurnal-pembuatan-sabun-transparan.html)

5. Gula
Bersifat humectan, dikenal membantu pembusaan sabun. Semakin putih warna gula akan
semakin jernih sabun transparan yang dihasilkan. Terlalu banyak gula, produk sabun menjadi
lengket , pada permukaan sabun keluar gelembung kecil kecil. Gula yang paling baik untuk
sabun transparan adalah gula yang apabila dicairkan berwarna jernih seperti gliserin, karena
warna gula sangat mempengaruhi warna sabun transparan akhir. Gula lokal yang berwarna
agak kecoklatan, hasil sabun akhir juga tidak bening, jernih tanpa warna tetapi juga agak
kecoklatan. Penggunaan gula sebagai penjernih sabun harus memperhatikan reaksi yang
terjadi. Beberapa reaksi yang dapat menyebabkan gula menjadi tidak jernih adalah :
Karamelisasi, pemanasan gula sampai suhu tinggi.
Reaksi Maillard, reaksi antara gula, asam amino dan panas.
Reaksi dengan vitamin C.
Ketiga reaksi diatas akan merubah sabun menjadi agak coklat hal tersebut dapat diatasi
dengan penambahan bahan squesteran.
(http://freecochemistryone.blogspot.com/2012/11/jurnal-pembuatan-sabun-transparan.html)

6. Stearic Acid.
Membantu untuk mengeraskan sabun, khususnya minyak dari tumbuhan yang digunakan.
Penggunaannya dengan mencairkan dahulu dalam minyak kemudian dicampur sodium
hidroksida untuk saponifikasi. Penggunaan terlalu banyak menyebabkan sabun kurang
berbusa, jika terlalu sedikit sabun tidak keras.
(http://freecochemistryone.blogspot.com/2012/11/jurnal-pembuatan-sabun-transparan.html)

7. Pewarna
Perlu di pertimbangkan untuk penggunaan pigmen mineral (ocher atau oksida) pewarna kain
atau sintetik , hal itu dapat tidak sejalan dengan pewarnaan kulit, karena :
Pigmen dan ocher adalah oksida logam dan mineral yang di tambahkan ke sabun, lotion,
cream agar warnanya seragam. Hal itu kan beracun masuk ke dalam kulit.
Dyes lilin atau pewarna malam di gunakan juga untuk mewarnai sabun khususnya gliserin,
penggunaan warna itu akan merugikan kulit.
Pewarna kain sudah jelas bersifat karsinogenik bagi kulit.
Jadi bahan yang aman dalm pewarnaan adalah pewarna makanan, minuman, kosmetik.
(http://freecochemistryone.blogspot.com/2012/11/jurnal-pembuatan-sabun-transparan.html)

8. Pewangi
Fragran merupakan pewangi sintetik di desain secara kimia dengan kata lain di rancang di
laboratorium kimia tidak asli dari alam, namun beberapa dari kita alergi terhadap fragran
sintetik oleh karena itu masyarakat kebanyakan memilih sabun tanpa pewangi tubuh. Sabun
tanpa pewarna dan pewangi digunakan untuk merawat wajah.
(http://freecochemistryone.blogspot.com/2012/11/jurnal-pembuatan-sabun-transparan.html)

9. Coco DEA (TEA)


Cocamide DEA digunakan untuk meningkatkan kualitas foaming (busa yang terbentuk) serta
menstabilkan busa, selain itu cocamide DEA membantu mengentalkan produk seperti
shampo, handsoap, serta sediaan kosmetik yang lain.
(http://www.scribd.com/doc/92485207/Cocamide-DEA)

2.4 Manfaat Sabun Transparan


Menjaga dan mempertahankan kesehatan kulit.
Mencegah kulit menjadi kusam, layu dan keriput.
Menjaga kelembaban, kekenyalan dan kehalusan kulit, menstabilkan pH kulit serta
membantu regenerasi sel kulit.
Mencegah timbulnya jerawat.
Dapat membunuh bakteri dan jamur.
Aman digunakan oleh semua umur : untuk bayi, remaja, dewasa atau bagi usia lanjut.
Dapat digunakan setiap hari sebagai sabun mandi yang aman untuk kulit.
(http://minyak-kelapa.blogspot.com/2005/08/manfaat-lengkap-minyak-vco-minyak.html)

2.5 Parameter Kualitas Sabun dan Perhitungan Rendemen


1. Bilangan Penyabunan
Bilangan penyabunan adalah jumlah milligram alkali (potassium hidroksida) yang
dibutuhkan untuk menyabunkan tiap gram lemak atau minyak. Suatu ukuran berat molekul
rata-rata dari asam lemak yang ada. Bilangan penyabunan ini dapat digunakan untuk semua
minyak dan lemak.
Tabel 2.5.1 Bilangan Penyabunan dari Berbagai Jenis Minyak

Asam Lemak Bilangan Penyabunan


Palm Oil 190 202
Palm Stearine 193 206
Tallow 192 202
Palm Kernel Oil 240 255
Coconut Natural Oil 250 264
Minyak Jarak 176 187

2. Bilangan Iodine
Bilangan iodine menyatakan ukuran keberadaan ketidak jenuhan, terutama asam oleat
dan linoleat. Asam lemak tak jenuh menghasilkan sabun yang lebih lembut dan lebih larut.
Sedangkan minyak laurat mengandung asam lemak rantai pendek, membuat sabun keras dan
mudah larut.
Tabel 2.5.2 Bilangan Iodine dari berbagai jenis minyak
Asam Lemak Bilangan Iodine
Palm Oil 51 55
Palm Stearine 22 48
Tallow 40 56
Palm Kernel Oil 16 - 20
Coconut Natural Oil 7 - 12
Minyak Jarak 81- 98

3. Rumus Menghitung Rendemen Sabun


BAB III

PROSES PRODUKSI

3.1 Waktu dan Tempat Produksi


Hari / Tanggal : Kamis / 14 Februari 2013
Waktu : 08.00 WIB s.d. selesai
Tempat : Laboratorium Kimia

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
No. Nama Alat
1 Kaca arloji d=10 cm
2 Beaker glass
3 Hot plate
4 Gelas ukur
5 Pipet tetes
6 Timbangan digital
7 Termometer skala
8 Cetakan sabun
9 Batang pengaduk
10 Magnetic stirrer
11 Corong kaca
12 Cawan porselen
13 Kain kasa
14 Spatula
15 Statif
3.2.2 Bahan
No. Nama Bahan Satuan Jumlah
1 VCO gram 25
2 NaOH 30% ml 12,5
3 Gliserin ml 20
4 Gula pasir gr 20
5 Etanol 96% gr 20
6 Asam stearat gr 12,5
7 NaCl gr 0,1
8 Asam sitrat gr 0,1
9 Pewarna cosmetic gr 0,05
grade
10 TEA (Coco DEA) gr 12,5
11 Pewangi ml 1

3.3 Langkah Kerja


1) Memanaskan VCO dalam gelas kimia 250 ml diatas hot plate sampai suhu 60 65C
2) Memanaskan asam stearat pada suhu 60C
3) Memasukkan asam stearat dalam minyak yang sudah dipanaskan, mengaduk dengan
stirer, suhu dijaga 70C
4) Memasukkan NaOH sampai terbentuk reaksi saponifikasi
5) Memasukkan alkohol, TEA, NaCl, Asam sitrar, gula, dan gliserin, mengaduk sampai
homogen, kemudian mendinginkan sampai suhu 40C
6) Menambahkan pewarna dan parfum secukupnya
7) Menuang ke dalam cetakan dan didinginkan sampai lebih kurang 24 jam
8) Mengeluarkan dari cetakan dengan hati-hati dan dikemas
3.4 Data Pengamatan
a. Organoleptik
No. Uji Hasil Keterangan
1 Warna Cerah ++++
2 Transparan Transparan ++++
3 Perabaan Kesat +++
4 Kekerasan Keras ++++

b. pH
No. Uji Hasil Keterangan
1 pH 9 ++++

c. Rendemen
Berat Sabun 54,96 gram
Berat Bahan Baku 110 gram

= 45,69 %
BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam praktik pembuatan sabun transparan yang telah dilakukan dengan bahan
minyak kelapa sebanyak 5 gram dan diperoleh hasil sabun sebanyak 54,96 gram. Sabun
transparan tersebut memiliki spesifikasi sebagai berikut :
Bentuk : Padat
Warna : Hijau transparan
Aroma : Khas buah apel
pH :9
Perabaan : Kesat
Rendemen : 45,69 %
Dalam proses pembuatan sabun ini terjadi reaksi saponifikasi. Reaksi saponifikasi
adalah reaksi hidrolisis asam lemak oleh adanya basa lemah, misalnya NaOH.
Pada pembuatan sabun transparan penimbangan bahan sangat berpengaruh pada
produk akhir yang dihasilkan. Terutama saat mengukur etanol dan NaOH, karena
mempengaruhi proses saponifikasi.
Pemanasan minyak pada hot plate harus dijaga suhunya, yaitu pada suhu 60C.
Pemanasan asam stearat dilakukan sampai asam stearat meleleh pada suhu 60C, agar
mempermudah dalam proses pencampuran dengan minyak. Setelah minyak dan asam stearat
bercampur secara homogen suhu dinaikan sampai 70C kemudian NaOH dimasukkan.
Larutan terus diaduk sampai terjadi reaksi saponifikasi dan menjadi kalis.
Setelah terjadi reaksi sponifikasi, masukkan alkohol dan diaduk sampai larut dan
menjadi larutan yang bening. Setelah itu gula, gliserin, TEA, NaCl, Asam sitrat dimasukkan
dan dicampur sampai homogen, agar setelah dikeluarkan dari catakan tidak terdapat endapan
bahan. Setelah semua bahan tercampur, suhu harus dijaga 70C dan pengadukan dilakukan
secara continue agar larutan tidak mengeras.
Sabun yang sudah dicetak didiamkan selama 24 jam agar dapat mengeras. Sabun
yang perabaannya berminyak, dikarenakan dalam pencampuran suhu tidak dijaga 70C.
pH dari sabun yang dihasilkan adalah 9. Karena pH untuk sabun adalah basa, yaitu
sekitar 8-10.
Rendemen pada sabun yang dihasilkan adalah 45,69%. Hal ini dikarenakan banyak
sabun yang tersisa pada kasa, beaker glass, atau corong kaca.
BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan
Dalam pembuatan sabun transparan ini menggunakan proses saponifikasi, yaitu
hidrolisis asam lemak oleh adanya basa lemak, misalnya NaOH.
Dalam proses pembuatan sabun tidak terlalu sulit, hanya perlu ketelitian dalam
menjaga suhu. Sabun yang telah dihasilkan dalam praktik ini memiliki pH 9 dan rendemen
45,69%.

5.2 Saran
a. Teliti dalam penimbangan bahan
b. Pengadukan dilakukan secara continue agar tidak terjadi pengerasan
c. Suhu selalu dijaga
d. Penambahan etanol sebaiknya dilakukan setelah reaksi saponifikasi terjadi sempurna

Anda mungkin juga menyukai