I. Tujuan Percobaan
Mahasiswa dapat melakukan analisis kadar air pada setiap bahan pangan.
Mahasiswa dapat menentukan bahan pangan yang ditetapkan kadar airnya dengan
metode oven.
Teori tambahan
Air dalam bahan pangan hasil pertanian dibedakan atas air bebas dan air terikat. Air
bebas adalah air yang dapat dikeluarkan atau dibebaskan dengan mudah dari bahannya,
misalnya dengan pemanasan. Air terikat meliputi (1) air yang teradsorpsi pada dinding sel
dan komponen komponen sel seperti protein, pati, selulosa dan lain-lain, (2) air yang terikat
secara kimiawi pada senyawa senyawa karbohidrat (antara lain glukosa, maltose, laktosa),
garam (air kristal garam seperti K-tartrat), protein dan lain lain.
Kadar air bahan pangan merupakan pengukuran jumlah air total yang terkandung
dalam bahan pangan, tanpa memperlihatkan kondisi atau derajat keterikatan air. Kadar air
bahan pangan dapat diukur dengan berbagai cara. Metode umum yang dilakukan di
laboratorium adalah dengan pemanasan di dalam oven. Metode ini digunakan untuk seluruh
produk makanan, kecuali jika produk tersebut mengandung komponen komponen yang
mudah menguap atau jika produk tersebut mengalai dekomposisi pada pemanasan 100oC.
Prinsip :
Sampel dikeringkan dalam oven 100oC sampai diperoleh berat yang tetap.
Metode Oven Biasa (pemanasan langsung)
Metode oven biasa merupakan salah satu metode pemanasan langsung dalam penetapan
kadar air suatu bahan pangan. Dalam metode ini bahan dipanaskan pada suhu tertentu
sehingga semua air menguap yang ditunjukkan oleh berat konstan bahan setelah periode
pemanasan tertentu. Kehilangan berat bahan yang terjadi menunjukkan jumlah air yang
terkandung. Metode ini terutama digunakan untuk bahan-bahan yang stabil terhadap
pemanasan yang agak tinggi, serta produk yang tidak atau rendah kandungan sukrosa dan
glukosanya seperti tepung-tepungan dan serealia (AOAC 1984).
Metode ini dilakukan dengan cara pengeringan bahan pangan dalam oven. Berat sampel
yang dihitung setelah dikeluarkan dari oven harus didapatkan berat konstan, yaitu berat bahan
yang tidak akan berkurang atau tetap setelah dimasukkan dalam oven. Berat sampel setelah
konstan dapat diartikan bahwa air yang terdapat dalam sampel telah menguap dan yang
tersisa hanya padatan dan air yang benar-benar terikat kuat dalam sampel. Setelah itu dapat
dilakukan perhitungan untuk mengetahui persen kadar air dalam bahan (Crampton 1959).
Secara teknik, metode oven langsung dibagi menjadi dua yaitu, metode oven temperatur
rendah dan metode oven temperatur tinggi. Metode oven temperatur rendah menggunakan
suhu (103 + 2)C dengan periode pengeringan selama 17 1 jam. Periode pengeringan
dimulai pada saat oven menunjukkan temperatur yang diinginkan. Setelah pengeringan,
contoh bahan beserta cawannya disimpan dalam desikator selama 30-45 menit untuk
menyesuaikan suhu media yang digunakan dengan suhu lingkungan disekitarnya. Setelah itu
bahan ditimbang beserta wadahnya. Selama penimbangan, kelembaban dalam ruang
laboratorium harus kurang dari 70% (AOAC 1970). Selanjutnya metode oven temperatur
tinggi. Cara kerja metode ini sama dengan metode temperatur rendah, hanya saja temperatur
yang digunakan pada suhu 130-133C dan waktu yang digunakan relatif lebih rendah
(Crampton 1959).
Metode ini memiliki beberapa kelemahan, yaitu:
a) Bahan lain disamping air juga ikut menguap dan ikut hilang bersama dengan uap air
misalnya alkohol, asam asetat, minyak atsiri dan lain-lain
b) Dapat terjadi reaksi selama pemanasan yang menghasilkan air atau zat mudah menguap.
Contoh gula mengalami dekomposisi atau karamelisasi, lemak mengalami oksidasi
c) Bahan yang dapat mengikat air secara kuat sulit melepaskan airnya meskipun sudah
dipanaskan (Soedarmadji 2003).
V. Data Pengamatan
Pengamatan Cawan 1 Cawan 2 Cawan 3
(tepung beras) (gr) (tepung bumbu) (gr) (tepung terigu) (gr)
Berat cawan 58, 5608 51,4927 50,4846
Berat cawan + 61,0347 56,4189 55,1266
sampel (sebelum
dipanaskan) 5,3739 5,3267 4,6420
Berat sampel basah 63,5595 56,1042 54,5890
Berat cawan +
sampel (setelah 4,7987 4,6115 4,1044
dipanaskan) 0,5752 0,7147 0,5376
Berat sampel kering
Selisih total
VI. Perhitungan
a. Berat sampel (W1)
Sampel tepung beras = 5,3739 gram
Sampel tepung bumbu= 5,3267 gram
Sampel tepung terigu = 4,642 gram
b. Berat sampel setelah dikeringkan (W2)
Sampel tepung beras = 4,7987 gram
Sampel tepung bumbu= 4,611 gram
Sampel tepung terigu = 4,1044 gram
c. Selisih berat (W3 = W1 W2)
Sampel tepung beras = 0,5752 gram
Sampel tepung bumbu= 0,7147 gram
Sampel tepung terigu = 0,5376 gram
d. % kadar air (berat kering, bk) (W3/W2 x 100%)
Tepung beras = x 100% = 11,98%
Tepung bumbu = x 100% = 15,49%
Tepung terigu = x 100% = 13,09%
e. % kadar air (berat basah, bb) (W3/W1 x 100%)
Tepung beras = x 100% = 89,29%
Tepung bumbu = x 100% = 86,57%
Tepung terigu = x 100% = 88,42%
VIII. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa nilai kadar air tertinggi
terdapat pada sampel bahan pangan tepung bumbu dan yang terendah pada tepung beras.
Bahan pangan dengan kadar air rendah dapat disimpan lebih lama karena tidak
memungkinkan tumbuhnya mikroorganisme yang dapat membuatnya kadaluarsa. Dari
percobaan didapatkan hasil:
Kadar air berat kering
- Tepung beras = 11,98%
- Tepung bumbu = 15,49%
- Tepung beras = 13,09%
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Atau reaksi :
C17H35COOH + NaOH C17H35COONa + H2O
STEARIC ACID SODA SODA STEARAT AIR
Yaitu dengan tersabunnya asam lemak dan alkali baik asam yang terdapat dalam
keadaan bebas atau asam lemak yang terikat sebagai minyak atau lemak ( gliserida ).
(https://sites.google.com/site/sabuntransparan/)
Lemak dan minyak tidak terkomposisi dari gliserida yang hanya berisi satu asam
lemak saja, tetapi merupakan campuran atau kombinasi. Tersedia asam lemak dengan dengan
kemurnian 90% atau lebih yang merupakan hasil dari produksi khusus saja.
(https://sites.google.com/site/sabuntransparan/)
2.3 Kandungan Sabun Transparan
1. Minyak Sawit
Sering di pakai dalam pembuatan sabun, namun beberapa dari kita ada yang alergi
dengan minyak kelapa sawit karena ada reaksi minyak wangi dengan minyak kelapanya atau
cenderung pemakai tidak tahan fragrantnya (minyak wangi sintetis), dengan minyak kelapa
menghasilkan busa yang banyak.
(http://freecochemistryone.blogspot.com/2012/11/jurnal-pembuatan-sabun-transparan.html)
2. Sodium Hidroksida.
Sabun terbuat dari sodium hidroksida dimana sangat kaustik, sampai selesainya reaksi dengan
minyak kemudian menjadi sabun dikenal dengan nama reaksi saponifikasi. Sodium harus
terurai sempurna dalam proses saponifikasi minyak, oleh karena itu tidak akan ada bahan
kaustik yang tertinggal dalam sabun. Agar produk sabun sempurna maka sabun harus
dicuring dan rebatching sebelum penambahan emollien, moisturizer dan minyak essensial.
Fully Curing berarti sodium hidroksida benar benar terurai sempurna selama proses
saponifikasi dan tidak bereaksi dengan emollien, moisturizer dan minyak essensial.
Rebatching berarti sabun base diparut, dilelehkan kemudian ditambah bahan lainnya,
selanjutnya dimasukkan dalam cetakkan. Dengan cara begitu akan menghasilkan produk
sabun yang lebih baik dari pada proses yang tidak menggunakan rebatching.
(http://freecochemistryone.blogspot.com/2012/11/jurnal-pembuatan-sabun-transparan.html)
3. Alkohol
Adalah bahan yang digunakan untuk melarutkan sabun, agar sabun menjadi bening atau
transparan. Kemurnian alkohol 95% yang mempunyai titik nyala yang rendah maka tidak
sulit untuk menyalakannya. Penggunaan kompor gas dan kompor listrik harus dengan hati
hati, karena dapat membakar alkohol langsung. Untuk terjadi transparansi sabun harus benar
larut. Alkohol dengan level yang tinggi dan kandungan air yang rendah menghasilkan produk
sabun yang lebih jernih.
(http://freecochemistryone.blogspot.com/2012/11/jurnal-pembuatan-sabun-transparan.html)
4. Glyserin
Sudah lama digunakan sebagai humectan (penjaga kelembaban kulit) dan sampai saat ini
digunakan secara meluas oleh pembuat sabun. Apabila didehidrasi dan dideodorisasi, glyserin
menjadi cairan tak berwarna dan tak berbau. Glyserin kurang menentukan kejernihan sabun,
rasanya manis membakar.
(http://freecochemistryone.blogspot.com/2012/11/jurnal-pembuatan-sabun-transparan.html)
5. Gula
Bersifat humectan, dikenal membantu pembusaan sabun. Semakin putih warna gula akan
semakin jernih sabun transparan yang dihasilkan. Terlalu banyak gula, produk sabun menjadi
lengket , pada permukaan sabun keluar gelembung kecil kecil. Gula yang paling baik untuk
sabun transparan adalah gula yang apabila dicairkan berwarna jernih seperti gliserin, karena
warna gula sangat mempengaruhi warna sabun transparan akhir. Gula lokal yang berwarna
agak kecoklatan, hasil sabun akhir juga tidak bening, jernih tanpa warna tetapi juga agak
kecoklatan. Penggunaan gula sebagai penjernih sabun harus memperhatikan reaksi yang
terjadi. Beberapa reaksi yang dapat menyebabkan gula menjadi tidak jernih adalah :
Karamelisasi, pemanasan gula sampai suhu tinggi.
Reaksi Maillard, reaksi antara gula, asam amino dan panas.
Reaksi dengan vitamin C.
Ketiga reaksi diatas akan merubah sabun menjadi agak coklat hal tersebut dapat diatasi
dengan penambahan bahan squesteran.
(http://freecochemistryone.blogspot.com/2012/11/jurnal-pembuatan-sabun-transparan.html)
6. Stearic Acid.
Membantu untuk mengeraskan sabun, khususnya minyak dari tumbuhan yang digunakan.
Penggunaannya dengan mencairkan dahulu dalam minyak kemudian dicampur sodium
hidroksida untuk saponifikasi. Penggunaan terlalu banyak menyebabkan sabun kurang
berbusa, jika terlalu sedikit sabun tidak keras.
(http://freecochemistryone.blogspot.com/2012/11/jurnal-pembuatan-sabun-transparan.html)
7. Pewarna
Perlu di pertimbangkan untuk penggunaan pigmen mineral (ocher atau oksida) pewarna kain
atau sintetik , hal itu dapat tidak sejalan dengan pewarnaan kulit, karena :
Pigmen dan ocher adalah oksida logam dan mineral yang di tambahkan ke sabun, lotion,
cream agar warnanya seragam. Hal itu kan beracun masuk ke dalam kulit.
Dyes lilin atau pewarna malam di gunakan juga untuk mewarnai sabun khususnya gliserin,
penggunaan warna itu akan merugikan kulit.
Pewarna kain sudah jelas bersifat karsinogenik bagi kulit.
Jadi bahan yang aman dalm pewarnaan adalah pewarna makanan, minuman, kosmetik.
(http://freecochemistryone.blogspot.com/2012/11/jurnal-pembuatan-sabun-transparan.html)
8. Pewangi
Fragran merupakan pewangi sintetik di desain secara kimia dengan kata lain di rancang di
laboratorium kimia tidak asli dari alam, namun beberapa dari kita alergi terhadap fragran
sintetik oleh karena itu masyarakat kebanyakan memilih sabun tanpa pewangi tubuh. Sabun
tanpa pewarna dan pewangi digunakan untuk merawat wajah.
(http://freecochemistryone.blogspot.com/2012/11/jurnal-pembuatan-sabun-transparan.html)
2. Bilangan Iodine
Bilangan iodine menyatakan ukuran keberadaan ketidak jenuhan, terutama asam oleat
dan linoleat. Asam lemak tak jenuh menghasilkan sabun yang lebih lembut dan lebih larut.
Sedangkan minyak laurat mengandung asam lemak rantai pendek, membuat sabun keras dan
mudah larut.
Tabel 2.5.2 Bilangan Iodine dari berbagai jenis minyak
Asam Lemak Bilangan Iodine
Palm Oil 51 55
Palm Stearine 22 48
Tallow 40 56
Palm Kernel Oil 16 - 20
Coconut Natural Oil 7 - 12
Minyak Jarak 81- 98
PROSES PRODUKSI
b. pH
No. Uji Hasil Keterangan
1 pH 9 ++++
c. Rendemen
Berat Sabun 54,96 gram
Berat Bahan Baku 110 gram
= 45,69 %
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam praktik pembuatan sabun transparan yang telah dilakukan dengan bahan
minyak kelapa sebanyak 5 gram dan diperoleh hasil sabun sebanyak 54,96 gram. Sabun
transparan tersebut memiliki spesifikasi sebagai berikut :
Bentuk : Padat
Warna : Hijau transparan
Aroma : Khas buah apel
pH :9
Perabaan : Kesat
Rendemen : 45,69 %
Dalam proses pembuatan sabun ini terjadi reaksi saponifikasi. Reaksi saponifikasi
adalah reaksi hidrolisis asam lemak oleh adanya basa lemah, misalnya NaOH.
Pada pembuatan sabun transparan penimbangan bahan sangat berpengaruh pada
produk akhir yang dihasilkan. Terutama saat mengukur etanol dan NaOH, karena
mempengaruhi proses saponifikasi.
Pemanasan minyak pada hot plate harus dijaga suhunya, yaitu pada suhu 60C.
Pemanasan asam stearat dilakukan sampai asam stearat meleleh pada suhu 60C, agar
mempermudah dalam proses pencampuran dengan minyak. Setelah minyak dan asam stearat
bercampur secara homogen suhu dinaikan sampai 70C kemudian NaOH dimasukkan.
Larutan terus diaduk sampai terjadi reaksi saponifikasi dan menjadi kalis.
Setelah terjadi reaksi sponifikasi, masukkan alkohol dan diaduk sampai larut dan
menjadi larutan yang bening. Setelah itu gula, gliserin, TEA, NaCl, Asam sitrat dimasukkan
dan dicampur sampai homogen, agar setelah dikeluarkan dari catakan tidak terdapat endapan
bahan. Setelah semua bahan tercampur, suhu harus dijaga 70C dan pengadukan dilakukan
secara continue agar larutan tidak mengeras.
Sabun yang sudah dicetak didiamkan selama 24 jam agar dapat mengeras. Sabun
yang perabaannya berminyak, dikarenakan dalam pencampuran suhu tidak dijaga 70C.
pH dari sabun yang dihasilkan adalah 9. Karena pH untuk sabun adalah basa, yaitu
sekitar 8-10.
Rendemen pada sabun yang dihasilkan adalah 45,69%. Hal ini dikarenakan banyak
sabun yang tersisa pada kasa, beaker glass, atau corong kaca.
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Dalam pembuatan sabun transparan ini menggunakan proses saponifikasi, yaitu
hidrolisis asam lemak oleh adanya basa lemak, misalnya NaOH.
Dalam proses pembuatan sabun tidak terlalu sulit, hanya perlu ketelitian dalam
menjaga suhu. Sabun yang telah dihasilkan dalam praktik ini memiliki pH 9 dan rendemen
45,69%.
5.2 Saran
a. Teliti dalam penimbangan bahan
b. Pengadukan dilakukan secara continue agar tidak terjadi pengerasan
c. Suhu selalu dijaga
d. Penambahan etanol sebaiknya dilakukan setelah reaksi saponifikasi terjadi sempurna