Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

DETEKSI BIRAHI PADA SAPI BETINA

DISUSUN OLEH :
NAMA : NAFA RAMADANA
NIM : C321221344

MATA KULIAH : DASAR REPRODUKSI TERNAK


POLITEHNIK NEGERI JEMBER
Lingkungan Panji, Tegalgede, Kec. Sumbersari, Kabupaten Jember, Jawa
Timur 68124
TAHUN AJARAN 2023 2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sapi merupakan komoditas sumber pangan hewani terutama daging yang
bertujuan untuk menyejahterakan manusia, memenuhi kebutuhan selera
konsumen dalam rangka meningkatkan kualitas hidup dan mencerdaskan
masyarakat. Sejalan dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat
terhadap pentingnya gizi yang seimbang, pertambahan penduduk dan
meningkatnya meningkatkan populasi sapi dengan cara budidaya yang baik dan
manajemen pemeliharaan serta kesehatannya.
Dalam dunia peternakan, reproduksi merupakan hal yang sangat penting,
karena suatu peternakan dianggap sukses apabila memiliki jumlah ternak yang
banyak, dengan jumlah ternak yang banyak maka produksi ternak dapat terus
ditingkatkan. Kendala yang dihadapi adalah kurangnya informasi mengenai
kapan berahi pada sapi betina muncul. Hal ini yang menentukan keberhasilan
dari proses reproduksi sapi tersebut. Sapi betina yang tidak dalam masa berahi
tidak mungkin bunting meskipun sapi tersebut dikawinkan. Masa berahi sapi
berlangsung selama 18 jam. Ciri-ciri fisik jika sapi betina dalam keadaan berahi
yaitu sapi nampak gelisah, sering mengeluarkan suara yang spesifik, sering
mengibas-ngibaskan ekornya, menaiki sesama, nafsu makan berkurang, vulva
bengkak berwarna agak kemerahan, vagina keluar cairan putih agak pekat.

B. TUJUAN
-Untuk mengetahui deteksi birahi
-Mengetahui tanda-tanda birahi pada ternak sapi
-Mengetahui Teknik deteksi birahi

C. RUMUSAN MASALAH
-Tanda-tanda birahi pada ternak sapi
-Teknik deteksi birahi
BAB II
PEMBAHASAN

 CIRI-CIRI SAPI BIRAHI

Bagi seorang peternak sapi terutama


breeder, mendapatkan keuntungan dari lahirnya anakan pedet merupakan suatu
tujuan. Dalam prakteknya tujuan tersebut dapat dicapai dengan melakukan dan
memastikan optimalisasi fertilitas ternak yang dimiliki yakni dengan melakukan
deteksi birahi secara akurat, sebab deteksi birahi yang jelek merupakan alasan
utama tertundanya kebuntingan pada sapi. Bagi peternak yang sudah lama
bergelut di dunia ternak sapi, pasti sudah hafal dengan karakteristik dan
perubahan tingkah laku pada sapi birahi, namun untuk peternak pemula sering
kali mengalami kesulitan untuk mengenali tanda-tanda birahi pada ternak
sapinya. Berikut kami coba rangkum dalam artikel ini.
Tanda-tanda birahi biasanya dapat bervariasi antar individu sapi dalam satu
kelompok. Manifestasinya cenderung lebih tampak pada sapi dara daripada sapi
indukan. Namun tanda birahi yang paling bisa diandalkan pada sapi dara
maupun indukan adalah sapi betina diam/tidak bergerak saat dinaiki oleh sapi
yang lain. Betina yang tidak sedang megalami kondisi estrus biasanya
cenderung tidak mau untuk dinaiki.
Pada saat memasuki masa estrus, sapi akan cenderung gelisah dan terlihat
menjilati dan mengendus bagian belakang sapi lain. Kadang-kadang juga
terdapat tanda-tanda discharge (leleran) dari vulva yang berupa mucus
transparant yang sangat elastis sehingga terlihat menggantung pada vulva. Pada
vulva juga bisa terlihat bengkak dan memerah, serta suhunya juga mengalami
kenaikan. Ekor sapi biasanya sedikit ditegakkan dan bulu di pangkal ekor
terlihat lebih kusut dan kotor karena sapi pada satu kandang umbaran biasanya
saling menaiki satu sama lain.
Pada hari kedua dari dimulainya estrus, sering kali
terdapat leleran vulva berupa mucus berwarna putih kekuningan yang
mengandung banyak sel leukosit neutrophil dari uterus, kadang-kadang namun
tidak selalu, leleran juga disertai warna sedikit kemerahan yang berasal daerah
karunkula di dalam uterus. Selama masa estrus, bagian epitel dari vagina
mengalami penebalan akibat dari pertumbuhan dan pembelahan sel-sel yang
berbentuk kubus di bagian permukaannya
Pada saat estrus, di saluran reproduksi betina terdapat beberapa perubahan
sesuai dengan periode estrus yang dibagi menjadi beberapa tahapan yakni:
1. Proestrus
Pada periode proestrus maka uterus mengalami peningkatan suplai darah dan
cairan mucus mulai terakumulasi di dalam lumen uterus 3 hari menjelang
ovulasi.
2. Estrus
Pada kondisi ini sel sel endometrium mengalami penebalan hingga 2,5 kali dari
volume normalnya akibat dari pengaruh hormon estrogen. Di bagian ovarium
terdapat folikel yang sudah matang yang akan bertahan selama 12 jam setelah
tanda tanda perubahan perilaku sapi (menaiki sapi lain).
3. Metestrus
Periode ini dimulai setelah terjadinya ovulasi, dan ovarium mulai membentuk
Corpus Luteum (CL) yang masih berukuran kecil namun berisi cairan.
4. Diestrus
Selama masa diestrus, uterus berubah menjadi homogenous. Cairan di dalam
uterus menjadi sedikit bahkan tidak ada. Korpus luteun juga menjadi lebih besar
dan tidak mengandung cairan, dan hal ini juga menandakan berakhirnya satu
siklus birahi pada saluran reproduksi betina.
 HEAT DETECTOR

Penentuan waktu birahi yang tepat merupakan hal yang


penting dalam melaksanakan inseminasi buatan. Ketepatan dalam penentuan
waktu birahi untuk inseminasi buatan sulit untuk diketahui%2C sehubungan
dengan hal itu dicari metode yang dapat membantu untuk mendeteksi waktu
yang tepat untuk inseminasi buatan. Alat bantu yang dapat digunakan untuk
mengetahui waktu birahi yang tepat adalah Heat Detector Draminski%2C alat
ini memungkinkan untuk mengetahui saat birahi berlangsung melalui hambatan
listrik pada lender serviks
Heat detector Draminski merupakan alat yang dapat membantu mendeteksi
birahi. Alat ini menunjukkan angka yang menggambarkan kualitas lendir
melalui hambatan listrik Nilai heat detector pada penelitian Kadek (2012)
menunjukan nilai tertinggi saat tidak birahi yaitu 990 unit dan pada saat birahi
menunjukkan nilai 320 unit. Kambing dinyatakan birahi jika angka pada alat
heat detector draminski menunjukkan angka yang mendekati 200

 DETEKSI SECARA VISUAL

Estrus atau berahi merupakan kondisi


dimana ternak betina sudah menunjukkan tanda-tanda minta kawin. Kondisi
Berahi pada ternak ruminansia biasanya mulai terjadi pada saat ternak sudah
dewasa. deteksi estrus merupakan salah satu komponen kunci dalam program
pengelolaan kesuburan di peternakan sapi perah. Tingkat deteksi yang rendah
sangat terkait dengan kesuburan yang buruk, interval beranak yang lama,
penggantian sapi dara secara intensif, dan berkurangnya kemajuan genetik, yang
mengakibatkan kerugian ekonomi yang besar. Tujuan dari program deteksi
estrus adalah untuk mengidentifikasi estrus secara positif dan akurat pada semua
sapi yang bersepeda dengan tujuan akhir untuk memprediksi waktu ovulasi,
sehingga memungkinkan dilakukannya inseminasi yang akan memaksimalkan
peluang terjadinya pembuahan.

Secara umum, pasar memilah teknologi mana yang menawarkan keunggulan


kompetitif dan mana yang tidak. Ini mencakup teknologi yang menggunakan
pedometer, sistem radiotelemetri penginderaan tekanan, hambatan listrik, suhu
tubuh, dan pemantauan kadar progesteron susu. Sebagian besar alat bantu yang
telah dikembangkan tidak dapat diandalkan atau cukup sensitif sehingga petani
tidak perlu sering melakukan pengamatan visual terhadap kawanan ternaknya.
Menggabungkan teknologi untuk pengukuran simultan beberapa peristiwa
fisiologis yang terkait secara khusus dengan permulaan estrus dan waktu ovulasi
akan memberikan prediksi yang lebih akurat mengenai waktu optimal untuk
inseminasi. Pendekatan baru sedang dikembangkan untuk menyediakan sistem
otomatis untuk mendeteksi estrus dengan menggunakan teknologi penginderaan
jarak jauh, namun pengembangan alat baru ini masih dalam tahap awal.

 PENGECATAN EKOR

Salah satu cara yang sederhana dan murah


untuk membantu petani untuk mendeteksi birahi, adalah dengan memberi cat
diatas ekor, bila sapi betina minta kawin (birahi) cat akan kotor / pudar
menghilang karena gesekan akibat dinaiki oleh betina yang lain
Metode tersebut memiliki kelebihan yaitu mudah dilakukan jika memiliki 1-5
sapi perah. namun bagaimaba jika jumlahnya ada ratusan bahkan ribuan ? tentu
metode 3 A (Abang, Abuh, Anget) kurang efektif untuk digunakan . berikut ini
saya akan berbagi ilmu yang saya dapatkan dari blog
Muchamad Muchlas. Beliau mendapatkan ilmu tersebut ketika bekerja di luar
negeri dimana mengurus sapi 700 ekor yang hanya di urus 3 orang dalam satu
peternakan. tetapi sebelum itu ada poin yang perlu diperhatikan

jika kita mengurus ternak lebih satu berikut ini poin-poin yang perlu
diperhatikan:
– Memperhatikan kondisi ternak pada saat milking atau pada saat pemerahan
( Pemerahan pagi maupun pemerahan sore)
– Memperhatkan ternak sebelum dan setelah di Milking atau di perah
– Selalu Membawa buku dan bulpoin untuk mencatat Nomer ternak yang
kemudian nanti di lihat dalam buku pencatatan atau recording bahwa ternak
tersebut siap untuk di kawinkan atau sudah dikawinkan.

BAB III
PENUTUP
 KESIMPULAN
Berahi atau estrus didefinisikan periode waktu dimana betina menerima
kehadiran pejantan, kawin, dimana siklus berahi sapi kurang lebih 19 s/d 21 hari
tergantung variasi individu atau bangsa. Untuk melihat sapi minta kawin dalam
istilah jawa dikenal 3A (Abang, Abuh, Angat) dan istilah bahasa Sunda 3B
(Beureum, Bareuh, Baseuh)
Salah satu faktor keberhasilan Perkawinan sapi adalah Peternak harus
melakukan pengamatan Sapi, harus mengamati tanda tanda berahi dan untuk
segera melaporkan kepada petugas Inseminator. Adapun Tanda-tanda Berahi
pada sapi : 1. Vulva Bengkak (Abuh; Bareuh) dan berwarna Merah (Abang;
Beureum)
2. Keluar lendir berwarna bening, bersih, cairan elastis dan menggantung pada
vulva (Baseuh)
3. Suhu vulva meningkat > 37 oC (Angat)
 SARAN
Untuk memahami deteksi birahi pada ternak sapi betina yaitu masa
berahi sapi berlangsung selama 18 jam. Ciri-ciri fisik jika sapi betina dalam
keadaan berahi yaitu sapi nampak gelisah, sering mengeluarkan suara yang
spesifik, sering mengibas-ngibaskan ekornya, menaiki sesama, nafsu makan
berkurang, vulva bengkak berwarna agak kemerahan, vagina keluar cairan putih
agak pekat.
DAFTAR PUSTAKA

 Gofur, A. 2013. Analisis Potensi Permintaan, Penawaran Susu Segar Dan


Kelayakan Investasi Untuk Klaster Peternakan Sapi Perah Sebagai
Strategi Pengembangan Kawasan Sapi Perah Di Kabupaten Jembe
[Skripsi]. Fakultas Ekonomi. Universitas Jember
 Djarijah, S.1996. Usaha Ternak Sapi. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
 Nugroho, C. P. Agribisnis Ternak Ruminansia. PT. Macanan Jaya
Cemerlang. Klaten.
 Diggins, R.V. and C. E. Bundy, 1979. Dairy Product. Prentice Halls, Inc.
Englewood Cliffs, NewJersey.

Anda mungkin juga menyukai