Disusun oleh :
1. Dorothy Beatrix Saragih (J0410221257)
2. Heman Joel Marpaung (J0410221120)
3. Novie Yani (J0410221371)
4. Restu Rustillah Hakim (J0410221333)
5. Sabila Silkha Milla Khanifa (J0410221131)
Dosen Pengampu: Ir.Leni Lidya,MM
1.Angsa
Angsa merupakan salah satu jenis unggas yang memiliki beberapa keunggulan,
diantaranya adalah pertumbuhannya cepat, memiliki efisiensi pakan yang tinggi dengan
konversi pakan yang rendah, serta memiliki daya tahan terhadap penyakit yang tinggi
dibandingkan dengan jenis unggas yang lainnya. Selain memiliki kelebihan yang telah
dijelaskan di atas, angsa pun memiliki kelemahan yaitu :
1) siklus reproduksi yang lambat,
2) eproduksi tergantung pada musim, serta
3) perilaku kawin secara monogami.
Pakan
Untuk makanan angsa tidak berbeda dari pada unggas lainnya seperti misalnya
pakan, dedak beras dan hewan kecil. Tetapi untuk lebih ditingkatkan dalam
pertumbuhannya ini sebagusnya harus memberi makanan angsa ini sekitar 2 kali sehari
pada saat pagi dan sore. Dan pentingnya untuk air yang harus ada tersedia hanya
secukupnya saja sehingga dapat dipakai untuk memasukan kepala angsa dan untuk
mandi. Kalau ini tidak disediakan akan kelamaan angsa ini bisa saja memiliki penyakit
pada paruh, hidung dan mata yang bisa terjadi seperti kerak yang menutupi luar paruh,
dan bagian tubuhnya.
Pemeliharaan Kandang
Kebersihan kandang angsa harus dalam keadaan bersih setiap waktu. Lantai
kandang tidak boleh basah, karena jika bercampur dengan kotoran maka akan
menimbulkan penyakit pada angsa. Sehingga lebih disarankan lantai kandang disemen.
Bersihkan kandang secara rutin dari sisa pakan, kotoran dan sebagainya. Jangan
lewatkan juga untuk membersihkan tempat makan dan minumnya. Kebersihan kandang
dan lingkungan sekeliling kandang selain dapat menjaga kesehatan dan produktivitas
angsa putih, juga dapat menjaga bulunya tetap terlihat indah. Biasanya penyakit yang
menyerang adalah lumpuh dan snot yang disebabkan oleh terjerat benang yang melilit
kaki dan infeksi bakteri
Pertumbuhan Angsa
Fase pertumbuhan dibagi kedalam dua fase, fase pertama adalah fase yang
memiliki karakteristik pertumbuhan yang pesat yaitu umur satu hari sampai empat
minggu. Fase kedua adalah fase antara umur lima sampai delapan minggu dengan
pertumbuhan yang lebih lambat daripada fase pertama. Periode stater angsa akan
berakhir pada umur empat minggu dan akan memasuki periode grower sampai umur 36
minggu. Bobot badan angsa akan meningkat mencapai 50% sampai umur dua bulan.
Angsa akan mencapai bobot badan 1,68 kg, 4,20 kg, 5,74 kg dan 7,1 kg pada saat umur
3, 6, 9 dan 12 minggu. Angsa umur 12-14 minggu mempunyai bulu-bulu pendek yang
banyak dan sulit untuk dicabut dan dibersihkan. Setelah melewati umur 14 - 50 minggu
bulunya akan semakin membaik dan sempurna.
Pada periode starter secara normal angsa membutuhkan protein kasar antara 16-
18 % dan energi metabolis antara 2.600-2.900 kkal ME/kg. Angsa pada periode ini akan
mengkonsumsi sebanyak 7-8 liter. Ruang untuk tempat pakan dan tempat minum yang
dibutuhkan pada periode ini adalah 1,5 cm dan 2 cm setiap satu angsa. Angsa varietas
besar dapat mencapai pertambahan bobot badan 85-100 g per hari. Pakan angsa 80%
berasal dari rumput, sehingga suatu usaha peternakan angsa akan sangat membutuhkan
padang rumput.
Pembiakan
Dalam kehidupan liar angsa bersifat monogami, yaitu seekor pejantan kawin
hanya dengan seekor betina tertentu saja. Namun demikian dalam produksi komersial,
seekor angsa jantan dapat menerima 3 ekor betina dalam keluarganya. Bangsa-bangsa
yang lebih ringan dapat mengawini 4 sampai 5 ekor, misalnya bangsa Roman, Chine
dan Buff.
Penetasan Telur
Angsa mulai bertelur pada musin dingin. Angsa memilih tempat yang aman
untuk bertelur sampai terkumpul telur 1 clutch sekitar 20 butir. Telur angsa sering juga
ditetaskan dengan menggunakan induk ayam yang sedang mengeram tetapi karena telur
itu cukup besar ukurannya, ayam tidak mampu membolak-baliknya sehingga harus
dibantu oleh tangan manusia. Dua atau tiga telur angsa sudah cukup untuk seekor ayam
dapat mengeraminya.
Penetasan secara buatan dengan menggunakan mesin tetas (inkubator) dapat
dilakukan meski memerlukan kelembaban yang lebih tinggi dibandingkan kelembaban
untuk penetasan telur ayam. Hal ini dapat dicapai dengan memberikan semprotan air
menggunakan alat penyemprot yang mengeluarkan air dalam bentuk partikel-paertikel
halus. Semprotan itu diberikan setiap hari. Suhu yang paling baik pada tempat
penyimpanan telur adalah 7 sampai 13°C dengan kelembaban relatif paling kecil 70%.
Masa penginkubasian telur angsa yang paling umum adalah antara 29 sampai 30 hari.
Suhu Incubator untuk pengeraman tuler angsa adalah diantara 38°C hingga 39°C.
Balikkan telur tiga atau lima kali sehari apabila incubator tidak bekerja sendiri. Angka
bilangan pembalikkan telur harus ganjil 3-5-7 kali sehari untuk mencegah letak telur
berada pada posisi yang sama tiap malam. Jumlah telur yang dihasilan pada tahun ke
dua akan lebih banyak dari tahun pertama. Induk angsa dapat terus memproduksi telur
sampai 10 tahun. Namun kemampuan reproduksi angsa jantan lebih cepat menurun
dibandingkan angsa betina.
Pemanenan Angsa
Pada umumnya angsa saat di panen setelah berumur 4 hingga 6 bulan. Tapi jika
anda ingin melakukan budidaya telur angsa, indukan angsa dapat menghasilkan telur
sampai berumur 10 tahun. lebih baik lakukan penetasan telur menggunakan inkubator
karena Salah satu sifat buruk yang dimiliki angsa yaitu mencampur telur dalam satu
sarang. Telur dari induk berbeda tersebut kemudian dierami oleh satu induk, apabila ada
telur yang sudah menetas maka angsa tersebut tidak mau mengerami telur-telur yang
belum menetas kembali.
1. Beri-beri
Alasannya penampilan penyakit ini adalah kekurangan vitamin.
Gejala : kelesuan, produktivitas burung rendah, produksi telur berkurang, nafsu makan
berkurang, kantuk. Kemungkinan dan kematian burung-burung muda. Avitaminosis
pada gosling lebih sering diamati pada musim dingin.
Pengobatan: makan aktif dengan makanan kaya vitamin dan menambahkan vitamin ke
makanan lain.
Pencegahan : Avitaminosis meliputi penggunaan pakan vitamin, dimasukkannya
sayuran hijau ke dalam makanan, penggunaan tepung rumput, minyak ikan dan
komponen bermanfaat lainnya.
3. Cacing
Alasannya Penampilan cacing adalah air atau pakan yang terkontaminasi.
Yang paling terang sebuah gejala adalah penurunan berat badan dan masalah dengan
nafsu makan. Muncul lesu, kekebalan berkurang.
Perawatan : sangat sulit, dengan penggunaan obat-obatan anthelmintik, misalnya,
"Albena". Sangat mudah untuk masuk ke apotek hewan atau toko hewan peliharaan.
Berikan bagian ketiga tablet per angsa (ditambahkan ke makanan).
Pencegahan : membersihkan dan mendisinfeksi tempat, memantau kebersihan air yang
diminum burung, dan komposisi pakan.
5. Oklusi kerongkongan
Alasannya terjadinya penyumbatan adalah pemberian makanan yang tidak tepat. Jika
angsa hanya menerima makanan kering, sering kelaparan, menderita kekurangan air
tidak bisa dihindari. Sangat sering, muncul dalam angsa muda. Seringkali itu menjadi
alasan bahwa hewan peliharaan mati karena mati lemas.
Gejala : kegelisahan, kelemahan, napas pendek dan tersedak. Angsa sering menjaga
paruh mereka terbuka. Perawatan dilakukan dengan menambahkan air ke pakan. Jika
situasinya rumit, minyak nabati dimasukkan ke kerongkongan dan seluruh isinya
dikeluarkan dengan hati-hati.
Pencegahan : menambahkan makanan basah dan air yang cukup.
6. Kanibalisme
Alasan penampilan kanibalisme bisa menjadi pencahayaan yang terlalu terang, sejumlah
besar angsa di ruangan yang sama, kurangnya ventilasi. Terkadang itu terjadi pada latar
belakang kekurangan mineral atau protein dalam tubuh.
Gejala : perilaku agresif burung itu, sementara pada saat yang sama bulunya kusut, ia
terus membersihkan dan melumuri mereka. Ini mengarah pada fakta bahwa mereka
akhirnya mulai rontok, memperlihatkan bagian belakang, di mana noda berdarah, luka
dan goresan muncul. Pengobatan: pisahkan burung dan tentukan penyebab kanibalisme.
Pencegahan : termasuk dalam diet jumlah yang diperlukan vitamin dan mineral, ramuan
segar, protein. Pastikan untuk menjaga kawanan domba di rumah sesuai dengan aturan,
menyediakan burung buras.
7. Gondok Qatar
Alasan : Memberi makan umpan rusak atau kedaluwarsa. Muncul lebih sering pada
orang yang lebih tua.
Simtomatologi termasuk pembengkakan gondok, keengganan untuk bergerak. Burung-
burung duduk di tempat yang sama dan tertawa.
Perawatan : harus mencakup kompleks pijatan dan penambahan larutan formalin dalam
air dengan perbandingan 1: 10.000.
Pencegahan sederhana : jangan memberi makan unggas yang busuk atau kedaluwarsa.
8. Cloacite
Alasannya penampilan cloacitis atau radang selaput lendir kloaka adalah kekurangan
vitamin (paling sering kelompok A atau E).
Gejala : tonjolan organ, retak dan perdarahan.
Perawatan dilakukan sesuai dengan derajat infeksi. Penting untuk mencuci selaput
lendir, membersihkannya dari nanahnya, abses dan lapisan dengan air dan yodium,
kemudian olesi dengan salep dengan seng. Jika peradangan tidak mereda, salep
antibiotik digunakan: streptomisin atau penisilin.
Pencegahan : menambahkan vitamin untuk dimakan Terkadang Anda bisa memberikan
wortel dan sayuran hijau lainnya.
9. Keracunan
Alasannya keracunan bisa sangat banyak - dari bahan tambahan beracun atau tanaman,
hingga makanan berkualitas rendah atau penyakit lainnya. Mereka mungkin juga kronis
atau akut. Yang terakhir dapat menyebabkan kematian.
Gejala: diare, mual, kurang nafsu makan, kejang-kejang, haus yang intens dan
kecemasan.
Perawatan : Jika dikaitkan dengan racun - burung disiram dengan air dan cuka (1: 3)
dan dicuci dengan air hangat.Jika burung diracuni dengan makanan atau makanan, maka
mereka memberikan rebusan sayur atau minyak jarak (10 ml per 1 individu). Terkadang
cukup menuangkan pasien dengan air dingin.
Pencegahan : perlu untuk memantau apa yang dimakan hewan peliharaan dan dalam
kondisi apa ia hidup.
10. Diare
Terkadang penyebabnya kejadiannya mungkin kekurangan vitamin B (jika penyebabnya
tidak diketahui dan tidak ada penyakit lain). Diare terjadi ketika kondisi tidak sehat.
Gejala : kram leher, kelumpuhan parsial cakar, tampilan burung yang acak-acakan
Perawatan dan Pencegahan terdiri dalam menambahkan suplemen vitamin ke dalam
makanan, terutama vitamin B, sayuran, biji-bijian, dedak.
4.Kendala dan Upaya dalam system onfarm pada komiditi angsa
Kendala yang terdapat dalam subsistem budidaya dan usaha tani adalah
gangguan penyakit, bencana alam, musim, ketrampilan dan pengetahuan petani yang
kurang untuk membudidayakan ternak agar lebih optimal. Penanggulangan kendala ini
antara lain dengan menggunaksn obat untuk ternak seperti yang sudah dipaparkan pada
penyakit pada angsa diatas. Bencana alam merupakan kendala yang datangnya tidak
dapat diprediksi atau diketahui. Kendala alam yang bisanya mengganggu subsistem ini
adalah banjir, kekeringan, dll. Salah satu cara yang dapat menanggulangi masalah ini
adalah mengolah lingkungan sarana prasarana untuk ternak yang harus sesuai dengan
prosedur.
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Pada subsistem agribisnis on farm sebaiknya diaktifkan dan diperbanyak
kembali kelompok pembudidaya komoditas angsa untuk mempermudah kegiatan
budidaya dalam menghasilkan produk primer. Dengan demikian budidaya ternak
komoditas angsa bisa meningkatkan nilai tambah dengan dibantu pula oleh komoditas
supporting system.
DAFTAR PUSTAKA
Rodiallah, M., & Zaki, M. (2016). Pengantar Ilmu dan Industri Peternakan.
Syibli, M., Nurtanto, S., Lubis, N., Syafrison, S. N. D. K., Yulianti, C. K., Yohana, E.
S., ... & Saudah, E. (2008). Manual Penyakit Unggas. Direktorat Jenderal Peternakan
dan Kesehatan Hewan. Kementerian Pertanian. Jakarta.
Murwani, S., Qosimah, D., & Amri, I. A. (2017). Penyakit bakterial pada ternak hewan
besar dan unggas. Universitas Brawijaya Press.
Mahfudz, L. D., Sunarti, D., Kismiati, S., Sarjana, T. A., & Nasoetion, M. H. (2021).
PENCEGAHAN PENYAKIT TERNAK UNGGAS.
Rifai, S. E-modul prakarya dan kewirausahaan SMA kelas XII: budidaya ternak unggas
petelur.