Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH SISTEM AGRIBISBIS

SUB SISTEM III


PENGOLAHAN IKAN GABUS

KELOMPOK 1
NAMA ANGGOTA :
 MUHAMMAD DIMAS TIRTAWAN (J0410221283)
 NURAH NABILA (J0410221044)
 TIFANI YAZID ZIDANE (J0410221079)
 SYARIFA ALIYA FITRI (J0410221345)

MANAJEMEN AGRIBISNIS
SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................................................2
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................................2
1.3 Tujuan..............................................................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................................................3
2.1 Kandungan Ikan Gabus...................................................................................................................3
2.2 Produk Olahan Ikan Gabus..............................................................................................................3
2.3 Kendala Dalam Pengolahan Ikan Gabus.........................................................................................12
2.4 Upaya Menangani Kendala Budidaya Ikan Gabus..........................................................................13
BAB III.............................................................................................................................................................................. 15
3.1 Kesimpulan............................................................................................................................................................... 15
3.2 Saran........................................................................................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….……….13
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ikan gabus (Ophiocephalus striatus) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang
mempunyai potensi tinggi terutama jika ditinjau dari sudut pandang pangan dan gizi. Ikan ini
diperoleh dari penangkapan di perairan umum (Pudjirahayu, 1992). Ikan gabus diketahui
mengandung senyawa-senyawa penting yang berguna bagi tubuh, diantaranya protein yang
cukup tinggi, lemak, air, dan beberapa mineral (Sediaoetama, 1985). Kadar protein ikan
gabus sebesar 25,5%, dimana kadar protein ini lebih tinggi dibanding dengan protein ikan
bandeng (20,0%), ikan mas (16,0%), ikan kakap (20,0%), maupun ikan sarden (21,1%)
(Anonymous,1996).

Pemanfaatan ikan gabus yang masih terbatas sebagai bahan makanan segar akhir-
akhir ini telah mulai berubah. Hal ini seiring dengan adanya beberapa rumah sakit yang
memanfaatkan ikan gabus sebagai salah satu bahan makanan sumber albumin bagi penderita
hipoalbumin dan luka, baik luka pasca operasi ataupun luka bakar. Sehingga dari sisi
pemasaran, produk albumin ini memiliki sasaran pasar yang jelas. Ikan gabus diproses
dengan pengukusan sehingga diperoleh (sari ikan) berwarna putih keruh yang dijadikan menu
ekstra bagi penderta hipoalbumin dan luka. Volume yang dapat dihasilkan sebesar 65 ml per
100 g bahan. Kadar Albumin filtrat ikan gabus berkisar antara 0,46 – 1,50 g/100ml (Santoso,
2001).

Selain diolah menjadi fish albumin, diharapkan dalam pengembangan teknologi


berbasis ikan gabus ini adalah zero waste karena semua bagian ikan gabus akan
dimanfaatkan. Hasil samping pengolahan daging ikan gabus menjadi albumin berupa daging,
kepala, dan tulang. Bahan-bahan tersebut masih dapat dimanfaatkan karena masih
mengandung nilai gizi yang cukup tinggi. Produk olahan berbasis ikan gabus yang bisa
dikembangkan adalah abon, nugget, serta kerupuk tulang ikan. Produk-produk tersebut sangat
potensial untuk dikembangkan karena saat ini sedang digemari oleh masyarakat kita. Dengan
adanya keunggulan kandungan gizi terutama protein diharapkan produk-produk ini dapat
bersaing di pasaran. Akan tetapi, para petani dan masyarakat belum banyak mengetahui
proses pengolahan yang cukup untuk memproduksi beberapa jenis produk tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Merujuk pada uraian latar belakang diatas untuk mempermudah pemahaman serta
makalah terarah dan mendalam sesuai sasaran, maka dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:

Bagaimana cara Pengolahan Ikan Gabus?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang hendak dicapai untuk mencapai titik temu atau jawaban yang
relevan berdasarkan permasalahan yang ditentukan. Adapun tujuan penulisan makalah yang
berjudul “Membudidayakan Ikan Gabus” adalah sebagai berikut :

Untuk mengetahui bagaimana cara Pengolahan Ikan Gabus


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kandungan Ikan Gabus

Ikan gabus (Channa striata) sangat kaya kandungan albumin , salah satu jenis protein
penting adalah albumin. Ikan gabus (Channa striata) memiliki kandungan albumin sebesar
6,22 % (Wahyu et al, 2013). Ikan gabus merupakan salah satu bahan pangan potensial kaya
antioksidan yang dapat di manfaatkan karena kandungan gizi yang tinggi yaitu kadar protein
dalam 100 gram daging ikan sebesar 25,2 gram, selain itu ikan gabus kaya albumin, kalori,
lemak, besi, kalsium, phosphor, vitamin A dan B (Santoso, 2009). Komposisi gizi pangan
ikan gabus dalam 100 gram bahan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi gizi pangan dalam 100 gram

Komposisi Jumlah
Protein 162 gram
Energi 80 kal
Lemak 0,5 gram
Zat Besi 0,1 miligram
Fosfor 139 miligram
Kalsium 170 miligram
Vitamin A (Retinol) 335 miligram
Vitamin B1 (Thiamina) 0,40 miligram
Air 79,6 gram

Sumber: Panganku.org, Kemenkes RI, 2018

Ikan gabus merupakan ikan konsumsi air tawar yang cocok untuk dikembangkan
lebih lanjut. Ikan yang dulunya predator ini merupakan salah satu ikan yang bernilai tinggi
dan tidak sulit untuk dikembangkan.

2.2 Produk Olahan Ikan Gabus

Ada beberapa produk olahan yang dapat dihasilkan dari ikan gabus, baik itu untuk
makanan sehari-hari maupun dijadikan sebagai obat.
2.2.1 Kerupuk Tulang Ikan Gabus
Untuk meminimalisir limbah ikan gabus hasil pengolahan filtrat ikan atu produk olahan lain,
tulang ikan dapat di olah lagi menjadi kerupuk tulang ikan. Berikut ini adalah bahan dan cara
pembuatan kerupuk tulang ikan gabus.

Bahan-bahan :

 Daging ikan 200 gram


 Tulang ikan 300 gram
 Tepung tapioka 1 kg
 Telur bebek 6 butir
 Garam 1,5 ons
 Soda 0,25 ons
 Gula 500 gram

Cara Pembuatan :

1. Cuci ikan dan buatlah fillet


2. Ambil daging ikan dengan cara di kerupuk menggunakan sendok kemudian sisihkan
3. Tulang ikan yang tersisa direbus dengan panci tekan (pressure cooker) sampai
tekturnya lunak
4. Campur daging dan tulang ikan kemudian blender atau giling sampai halus dan
bercampur rata.
5. Campurkan daging dan tulang ikan dengan garam, gula, soda dan telur sambil
diremas-remas. Kemudiam masukkan tepung tapioka sedikit demi sedikit sambil
diaduk hingga adonan rata dan tidak lengket di tangan (bila perlu dapat diberi air).
6. Adonan yang telah lumat dicetak atau dibentuk silinder yang besarnya
menurut kebutuhan dan keinginan.
7. Kemudian dibungkus dengan daun pisang atau plastik. Adonan dapat juga dapat
dicetak menggunakan cetakan dari kaleng.
8. Pengukusan dilakukan selama 1 – 2 jam sampai adonan matang. Untuk
mengetahui adonan tersebut matang dapat dilakukan dengan memasukkan lidi pada
adonan tersebut. Bila adonan tidak lengket pada lidi berarti adonan tersebut sudah
matang
9. Adonan yang sudah matang dibiarkan dingin (diangin-anginkan semalam).
Kemudian dipotong / diiris tipis-tipis ( ketebalan 1 – 2 mm)
10. Irisan kerupuk diatur diatas rak / para-para penjemuran dan dijemur sampai kering.

2.2.2 Abon Ikan Gabus


Pada prinsipnya abon ikan merupakan suatu metode pengawetan dengan kombinasi

antara perebusan / pengukusan dan penggorengan serta penambahan bumbu-bumbu tertentu.

Produk yang dihasilkan mempunyai tekstur yang lembut, rasa, aroma yang khas, dan daya
simpan yang relatif lama.

Bahan-bahan :

 Daging ikan 500 gram

 Garam secukupnya

 Gula merah 150 gram


 Ketumbar 10 gram

 Bawang merah 75 gram

 Laos 5 gram

 Jahe 10 gram

 Sereh 3 tangkai

 Bawang putih 10 gram

Cara Pembuatan :
1. Ikan disiangi yaitu pada bagian isi perut dan kepala, bila perlu dipotong-potong untuk
memudahkan pengukusan kemudian dicuci sampai bersih.
2. Ikan dikukus sampai matang untuk memudahkan pengambilan daging dan
memisahkan dari tulang dan duri, kemudian ditumbuk / dimemarkan hingga menjadi
suwiran-suwiran/serpihan daging ikan.
3. Bumbu-bumbu yang dihaluskan, kemudian dicampurkan dengan daging yang telah
disuwir-suwir hingga merata.
4. Daging ikan yang telah dicampur dengan bumbu kemudian digoreng dengan minyak,
bisa juga menggunakan santan kelapa yang kental. Aduk-aduk sampai kering (terasa
ringan bila daging diaduk-aduk) dan berwarna kuning kecokelatan.
5. Abon yang sudah matang dimasukkan ke alat pengepres abon sampai minyaknya
tuntas, kemudian diambil dengan menggunakan garpu.
2.2.3 Nugget Ikan Gabus

Nugget merupakan salah satu produk olahan daging beku. Produk ini mempunyai

daya simpan yang cukup lama, dengan penyimpanan dalam freezer bisa menacapai 2 minggu.

Daging yang digunakan sebelumnya harus digiling, sehingga memudahkan untuk dibentuk

pada tahapan berikutnya. Bahan utama yang digunakan adalah ikan, yang akan memberikan

tekstur produk yang diinginkan, karena mempunyai kandungan protein myofibril.

Bahan pendukung lain, yaitu garam, air, bahan pengisi (filler), emulsifier, dan bumbu-

bumbu. Garam berfungsi meningkatkan kelarutan, karena protein miofibril yang ada pada

daging hanya larut pada larutan garam. Air berguna untuk memberikan sifat berair

Bahan pengisi dan emulsifier yang digunakan pada produk ini adalah tepung tapioka

dan kuning telur yang berfungsi untuk mengikat air maupun lemak. Bumbu-bumbu berupa

merica dan bawang putih selain memberikan bau dan rasa yang khas, bahan bahan tersebut

juga mampu memmperpanjang umur simpan dari abon ikan gabu yang telah diproduksi.

Bahan-bahan :

 Ikan giling 500 g

 Tepung tapioka 75 g

 Tepung bumbu 25 g

 Bawang putih (halus) 5 – 7,5 g

 Merica halus 4 – 5 g

 Garam 5 – 7,5 g

 Telur 3 butir

 Air / susu cair 100g


 Tepung panir

Cara pembuatan :

1. Ikan dicuci dengan air bersih kemudian disiangi dengan cara membuang sisik, isi

perut dan insangnya.

2. Ikan dicuci bersih dengan air dingin Ambil bagian daging ikan dengan cara memfilet

ikan. Letakkan ikan pada posisi miring, dengan pisau tajam potonglah daging ikan

dari pangkal insang sampai ke tulang. Kemudian daging ikan disayat sampai ke ekor

hingga daging terlepas dari tulang (agar tidak banyak daging yang terbuang, pisau

agak ditekan) .Balikkan ikan dan kemudian sayat dagingnya dari pangkal ekor ke arah

kepala.

3. Sisa daging pada pangkal tulang belakang dapat dikerok dengan pisau atau sendok.

Pisahkan kulit dan bagian daging yang berwarna hitam dari daging ikan.

4. Daging ikan digiling hingga halus

5. Gilingan ikan yang telah halus dicampur dengan tepung dan bumbu-bumbu yang juga

telah dihaluskan

6. Adonan yang telah tercampur rata ditempatkan pada loyang setebal 1 cm, yang telah

dialasi plastik, adonan diratakan dan ditutup dengan plastik kemudian dikukus 30 – 45

menit, untuk memungkinkan terjadinya gelatinisasi dan mematangkan adonan.

7. Adonan yang telah dikukus didinginkan kemudian dipotong-potong sesuai dengan

ukuran yang diinginkan.

8. Adonan yang telah dipotong-potong dimasukkan pada putih telur kemudian

digulirkan pada tepung panir, hal ini untuk membentuk suatu permukaan adonan yang

lebih baik
9. Nugget yang telah dihasilkan dapat disimpan pada freezer apabila tidak segera

digoreng supaya lebih awet dan teksturnya menjadi lebih renyah

10. Penggorengan dilakukan untuk mematangkan adonan.

2.2.4 Gabus Asin

Ikan asin merupakan produk olahan ikan dalam bentuk kering dan
dilakukan dengan penggaraman dan pengeringan. Prinsip pengawetan
dalam pembuatan ikan asin merupakan kombinasi penambahan garam dan
pengeringan. Dalam jumlah yang cukup, garam dapat mencegah terjadinya
autolisis, yaitu kerusakan ikan yang disebabkan oleh enzim-enzim yang
terdapat pada ikan, dan mencegah terjadinya pembusukan oleh jasad renik.

Bahan-bahan :

 Ikan gabus
Pilihlah ikan yang masih segar karena keseragaman ikan sangat menentukan mutu
produk yang dihasilkan.
 Garam
Ikan yang mengalami proses penggaraman menjadi awet karena garam
dapatmenghambat atau membunuh bakteri penyebab pembusukan pada ikan, oleh
karenaitu , kemurnian garam sangat menentukan. Garam yang dipakai adalah garam
dapur (NaCl) murni, artinya garam yang sebanyak mungkin mengandung NaCl dan
sekecilmungkin unsur-unsur lainnya.

Metode Pembuatan :
Dalam proses pembuatan ini ada 3 metode penggaraman yang dapat dilakukan, yaitu :
a. Penggaraman Kering (Dry Salting)
Pada penggaraman kering dapat digunakan baik untuk ikan ukuran besar maupun
kecil. Penggaraman ini menggunakan garam berbentuk Kristal. Ikan yang akan diolah
ditaburi garam lalu disusun secara berlapis-lapis.Setiap lapisan ikan diselingi lapisan
garam
b. Penggaraman Basah (Wet Salting)
Proses penggaraman dengan metode ini menggunakan larutan garam sebagai media
untuk merendam ikan
c. Penggaraman kench salting
Penggaraman ini hampir serupa dengan penggaraman kering. Bedanya, cara ini
menggunakan kedap air. Ikan hanya ditumpuk dilantai atau menggunakan keranjang

Cara pembuatan :
a. Penggaraman Kering (Dry Salting)
1. Ikan yang berukuran besar perlu disiangi yaknipembersihan dari sisik, insang, isi
perut dan dibelah sepanjang garis punggung kearahperut (tetapi tidak sampai
terbelah dua). Bagian yang masih tebal disayat miring bagiansampingnya, jika
digunakan ikan yang berukuran sedang, dapat dilakukan pembelahanatau tanpa
dibelah, sedangkan ikan yang berukuran kecil cukup dicuci dengan air bersih
tanpa perlu disiangi
2. Lakukan penyiangan ikan yang akan diolah kemudian dicuci agar bersih hingga
bebasdari sisa-sisa kotoran
3. Sediakan sejumlah garam kristal sesuai berat ikan, untuk ikan berukuran besar
jumlahgaram yang harus disediakan berkisar 20 – 30% dari berat ikan, untuk ikan
berukuransedang 15 – 20%, sedangkan ikan yang berukuran kecil 5%.
4. Taburkan garam ke dalam wadah / bak setebal 1 – 5 cm, tergantung jumlah garam
danikan yang akan diolah. Lapisan garam ini berfungsi sebagai alas pada saat
prosespenggaraman
5. Susunlah ikan di atas lapisan garam tersebut dengan cara bagianperut ikan
menghadap ke dasar bak. Selanjutnya taburkan kembali garam pada lapisanikan
tersebut, lakukkan penyusunan ikan dan garam secara berlapis-lapis hinggalapisan
teratas adalah susunan dengan lapisan lebih banyak/tebal
6. Tutuplah tumpukan ikan dan garam tersebut dengan keranjang /anyaman
bamboodan beri pemberat di atasnya
7. Biarkan selama beberapa hari untuk terjadinya proses penggaraman.Untuk ikan
berukuran besar selama 2-3 hari, ikan yang berukuran sedang dan ikanyang
berukuran kecil selama 12-24 jam.
8. Selanjutnya cucilah dengan air bersih dan tiriskan, susun ikan di atas para-
parapenjemuran
9. Pada saat penjemuran / pengering, ikan sekali-kali dibalik agar ikan cepat
mongering

2. Penggaraman Basah (Wet Salting)

1. Ikan yang berukuran besar perlu disiangi yakni pembersihan dari sisik,
insang, isi perut dan dibelah sepanjang garis punggung kearah perut (tetapi
tidak sampai terbelah dua). Bagian yang masih tebal disayat miring
bagiansampingnya, jika digunakan ikan yang berukuran sedang, dapat
dilakukan pembelahanatau tanpa dibelah, sedangkan ikan yang berukuran
kecil cukup dicuci dengan air bersih tanpa perlu disiangi
2. Siapkan larutan garam jenuh dengan konsentrasi larutan 30 – 50%
3. Ikan yang telah disiangi disusun di dalam wadah / bak kedap air,kemudian
tambahkan larutan garam secukupnya hingga seluruh ikan tenggelam danberi
pemberat agar tidak terapung.
4. Lama perendaman 1 – 2 hari, tergantung dari ukuran / tebal ikan dan derajat
keasinanyang diinginkan.
5. Setelah penggaraman, bongkar ikan dan cuci dengan air bersih. Susun ikan di
atas para-para untul proses pengeringan / penjemuran.
2.2.5 Albumin Ikan Gabus

Albumin adalah istilah yang digunakan untuk merujuk ke segala jenis protein
monomer yang larut dalam air atau garam dan mengalami koagulasi ketika terpapar panas.
Ikan gabus diketahui memiliki kandungan zat albumin yang baik untuk kesehatan tubuh.
Albumin sendiri merupakan jenis protein yang dapat membantu mempercepat proses
penyembuhan luka. Kandungan asam amino esensial dan asam lemak pada ikan gabus
membantu memulihkan penyembuhan luka. Proses pengolahan ekstrak albumin ikan gabus
adalah sebagai berikut:

1. Penyiangan merupakan kegiatan pemisahan atau pembuangan sisik, isi perut, insang,
sirip dan kepala.
2. Pencucian dan penirisan, dilakukan untuk membersihkan ikan dari bakteri maupun
kuman agar tetap higienis.
3. Penyayatan daging
4. Penambahan air jeruk nipis dan jahe parut
5. Pengukusan dilakukan selama 2-10 jam untuk mendapatkan kaldu atau sari ikan
sehingga dapat menghasilkan ekstrak albumin
6. Penyimpanan dilakukan dilemari pendingin
7. Pencairan
8. Memperoleh ekstrak albumin ikan gabus yang siap untuk dikonsumsi

Ekstrak albumin jika disimpan pada suhu ruang hanya bertahan selama 1 hari,
disimpan pada ruang dingin dalam kulkas (suhu dingin) dapat bertahan selama 3 hari dan jika
disimpan dalam ruang freezer (suhu beku) dapat betahan selama 1 bulan. Ekstrak albumin
beku sebelum dikonsumsi harus dilakukan proses thowing/pencairan.

2.3 Kendala Dalam Pengolahan Ikan Gabus

Dalam pengolahan ada beberapa kendala yang harus kita hadapi yaitu, sebagai berikut
ini:

 Lemahnya jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan (quality assurance dan food
safety)
Pihak pembeli dari negara lain menuntut kepada Indonesia (para eksportir) agar
produk yang dihasilkan memenuhi ketentuanketentuan sbb : penerapan HACCP,
Bioterrorism Act, sanitasi kekerangan, cemaran logam berat dan histamin pada tuna
dan certificate eco labelling selain health certificate. Hal ini disebabkan oleh
lemahnya jaminan dan keamanan hasil perikanan (quality assurance dan food safety)
di Indonesia.
 Tingginya tingkat kehilangan (losses) mencapai sekitar 27,8%
Untuk mendapatkan hasil/produk yang bermutu baik, maka sangat diperlukan bahan
baku yang bermutu baik pula. Hal ini menjadi tuntutan dan syarat mutlak bagi
konsumen. Apabila hal ini tidak dipenuhi, maka yang terjadi adalah banyaknya
banyaknya terjadi tingkat kehilangan (losses). Penyebab lain adalah rendahnya
pengetahuan nelayan, pengolah, petugas TPI/PPI mengenai cara penanganan dan
pengolahan yang baik (Good Manufacturing Practice/GMP).
 Terbatasnya sarana penanganan ikan
Terbatasnya sarana penangan ikan di atas kapal, TPI/PPI, distribusi dan UPI SKM,
terbatasnya sarana pabrik es dan air bersih di TPI/PPI.
 Kurangnya bahan baku industry
Kurangnya bahan baku industri pengolahan ini disebabkan oleh belum adanya
kerjasama antara industri penangkapan dan pengolahan sehingga perusahaan
penangkapan cenderung mengekspor ikan dalam bentuk ikan utuh (gelondongan).
 Bahan baku belum standar
Sebanyak 85% produksi perikanan tangkap didominasi/dihasilkan oleh nelayan skala
kecil dan pada umumnya kurang memenuhi standar bahan baku industri pengolahan.
 Penggunaan Bahan Kimia Berbahaya
Maraknya bahan kimia berbahaya dalam penanganan dan pengolahan ikan, misalnya
formalin, borax, zat pewarna, CO, antiseptik, pestisida, antibiotik (chloramphenol,
Nitro Furans, OTC). Hal ini disebabkan oleh substitusi bahan pengganti tersebut
kurang tersedia dan peredaran bahan kimia berbahaya bebas, murah dan sangat
mudah diperoleh.
 Rendahnya konsumsi ikan per kapita
Rendahnya konsumsi ikan per kapita disebabkan oleh belum meratanya distribusi,
suplai tidak kontinyu, masih banyak produk yang berkualitas kurang prima di
pasaran, kurangnya pengetahuan masyarakat akan manfaat makan ikan, masih adanya
budaya dan kondisi sosial masyarakat yang kurang kondusif terhadap peningkatan
konsumsi ikan serta belum meratanya program GEMARIKAN diseluruh daerah.
2.4 Upaya Menangani Kendala Budidaya Ikan Gabus

 Memberikan sekam atau serbuk gergaji ke bagian dasar kolam sebelum tanah ditutup
terpal untuk menjaga suhu
 Pemberian pakan yang mencukupi kebutuhan dan tidak telat dalam pemberian pakan
 Pemerintah memberikan bantuan dana dan membuat suatu terobosan untuk proses
budidaya baik itu untuk pakan maupun lahan kolam dan ikut serta dalam penelitian-
penelitian yang konfrehensif untuk mendapatkan paket teknologi budidaya ikan gabus
yang handal
 Melakukan pendekatan pakan dalam rangka mempersiapkan domestikasi gabus untuk
budidaya, dengan cara penambahan atraktan untuk meransang nafsu makan.
 Melakukan pergantian air secara berlanjut
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Ikan gabus (Ophiocephalus striatus) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang
mempunyai potensi tinggi terutama jika ditinjau dari sudut pandang pangan dan gizi.
Pemanfaatan ikan gabus yang masih terbatas sebagai bahan makanan segar akhir-akhir ini
telah mulai berubah. Hal ini seiring dengan adanya beberapa rumah sakit yang memanfaatkan
ikan gabus sebagai salah satu bahan makanan sumber albumin bagi penderita hipoalbumin
dan luka, baik luka pasca operasi ataupun luka bakar.

Ada beberapa olahan yang dapat dihasilkan dari ikan gabus, yaitu :

 Kerupuk tulang ikan gabus


 Abon ikan gabus
 Nugget ikan gabus
 Ikan asin gabus
 Albumin ikan gabus sebagai obat

3.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka saran yang dapat diajukan yakni, perlu
dilakukan penelitian lanjutan mengenai cara pengolahan ikan gabus dengan baik dan benar
serta selalu memperhatikan kendala yang dihadapi oleh produsen agar dapat menghasilkan
olahan yang optimal dan bergizi tinggi.
DAFTAR PUSTAKA

Santrianda, A., & Aji, O. R. (2021). Pengendalian Parasit Trichodina sp. Menggunakan Infusa Daun
Jambu Biji (Psidium guajava L.) pada Permukaan Kulit Ikan Lele (Clarias batrachus
L.). Biosel: Biology Science and Education, 10(1), 25-33.

Tamala, A. R., Ramadhani, F. R., Hasanati, J. N., Ryandra, R., Annisa, R. T., Putri, I. R., ... &
Fifendy, M. (2021, September). PERSEPSI PETERNAK IKAN AIR TAWAR TERHADAP
PARASIT PADA BUDIDAYA PERIKANAN. In Prosiding Seminar Nasional Biologi (Vol.
1, No. 1, pp. 510-525).

RAHMAN, H. (2006). Efektivitas berbagai antibiotik terhadap Pseudomonas anguillaseptica pada


ikan mas (Cyprinus carpio) (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).

Fitri, D. S. (2022). Cara Budidaya Ikan Gabus Di Kolam Terpal, Berpotensi Bisnis dan
Menguntungkan.

Muslim, M. (2017). Budidaya ikan gabus (Channa striata).

Dkpp. (2021). Keuntungan dan Kelemahan Budidaya Ikan Gabus di Kolam Terpal.

Rahmadya, N. D. (2015). Pengendalian Kanibalisme Pada Pemeliharaan Benih Ikan Gabus (Channa
striata) Dengan Padat Tebar Yang Berbeda Dalam Sistem Resirkulasi.

Muslim, M. (2006). Potensi, peluang dan tantangan budidaya ikan gabus (Channa striata) di propinsi
sumatera selatan.

Heptarina, D., & Azwar, Z. I. (2018). Prospek budi daya ikan gabus (Channa striata Bloch) di
Sumatera Selatan.

Pangaribuan, R., & Sembiring, J. (2022). PEMBUATAN TEKNOLOGI BIOFLOK UNTUK


PEMELIHARAAN IKAN GABUS DI KAMPUNG TAMBAT. Jurnal Dinamika Pengabdian
(JDP), 7(2), 213-225.

Tani, P. (2022). Tahap Mudah Budidaya Ikan Gabus Bagi Pemula.

Anda mungkin juga menyukai