Anda di halaman 1dari 9

Karakteristik hewan uji

1. Mencit
Mencit (Mus musculus) adalah hewan coba yang mudah ditangani. Ia bersifat
penakut, fotofobia, cenderung berkumpul sesamanya, serta lebih aktif di malam hari
dari pada siang hari. Aktivitas mencit dapat terganggu dengan keberadaan manusia.
Suhu tubuh normal 37,4°C dan laju respirasi normal 163 kali per menit
2. Tikus
Tikus (Rattus norvegicus) tidak begitu bersifat fotofobik dibandingkan dengan mencit
dan kecenderungan untuk berkumpul sesamanya sangat kurang. Salain itu tikus
merupakan hewan yang cerdas, mudah ditangani dan relatif resisten terhadap infeksi.
Aktivitasnya tidak begitu terganggu dengan adanya manusia di sekitarnya. Bila
diperlakukan kasar dan atau makanan kurang, tikus menjadi galak/ liar dan sering
menyerang si pemegang. Suhu tubuh normal 37,5-38,0°C dan laju respirasi normal
210 kali per menit.
3. Kelinci
Kelinci (Cuniculus forma domestica) jarang bersuara, hanya dalam keadaan nyeri luar
biasanya akan bersuara dan pada umumnya cenderung untuk berontak apabila merasa
keamanannya terganggu. Suhu rektal kelinci sehat adalah antara 38,5-40°C, pada
umumnya 39,5°C. Suhu rektal ini berubah apabila hewan tersebut tereksitasi, ataupun
karena gangguan lingkungan. Laju respirasi kelinci dewasa normal adalah 38-65 kali
per menit, pada umumnya 50 kali per menit (pada kelinci muda, laju ini dipercepat,
dan pada kelinci bayi bisa mencapai 100 per menit).
Kelinci juga merupakan hewan uji yang sering digunakan selain tikus. Contohnya
kelinci albino Hewan ini biasanya digunakan untuk uji iritasi mata karena kelinci
memiliki air mata lebih sedikit daripada hewan lain dan sedikitnya pigmen dimata
karena warna albinonya menjadikan efek yang dihasilkan mudah untuk diamati.
Selain itu, kelinci juga banyak digunakan untuk menghasilkan antibody poliklonal.

4. Marmut
Marmut merupakan hewan pengerat yang banyak digunakan dalam penelitian yaitu
mencapai sekitar 69% karena murah dan mudah untuk ditangani, rentang hidup yang
singkat, mudah beradaptasi pada kondisi sekitarnya dan tingkat reproduksi yang cepat
sehingga memungkinkan untuk penelitian proses biologis pada tahap semua siklus
hidup. Marmut adalah hewan yang sangat sosial yang milih hidup dalam kelompok
yang terdiri dari lima sampai sepuluh ekor. Terkadang kelompok– kelompok ini
bergabung untuk membentuk satu koloni.
Marmut jantan matang secara seksual dan dapat kawin minimal ketika sudah
mencapai usia 3 bulan. Marmut betina organ reproduksinya dapat berfungsi ketika
usia 2 bulan (55 – 70 hari). Marmut betina dapat birahi sepanjang tahun, tercatat
untuk siklus estrus seekor marmut betina rata – rata adalah 16 hari, sedangkan untuk
waktu yang sangat subur berada pada kisaran 6 -11 jam. Biasanya waktu subur
marmut pada malam hari. Marmut betina dapat dikawinkan tidak lama setelah
melahirkan anak-anaknya. Masa kehamilan marmut betina adalah selama 68 hari.
Dalam setahun marmut marmut dapat melahirkan lebih dari 4 kali. Masa hidup
marmut sekitar 5 sampai 6 tahun. Marmut dapat melahirkan anak dua sampai lima
anak marmut, berat lahir normal anak marmut 70-100 gram. Marmut memiliki
panjang hingga 25- 30 cm dan tinggi 10 cm. Marmut dewasa memiliki berat 700-1100
gram.
5. Monyet (Monyet Ekor Panjang)
Monyet digunakan dalam percobaan karena banyaknya kemiripan spesies ini dengan
aspek fisiologis, patologis, amatomis, maupun tingkah laku (Sajuthu dan Pamungkas,
2000), serta genetic (Benne, 1995). Monyet ekor panjang tergolong kera kecil yang
berwarna coklat dan disertai rambut keputih-putihan yang jelas pada bagian muka.
Dalam perkembangannya rambut yang tumbuh pada muka berbeda antara satu
individu dengan individu lainnya. Perbedaan warna ini dapat menjadi indikator yang
dapat membantu dalam mengenali individu berdasarkan jenis kelamin berdasarkan
umur (Aldrich-Black, 1980).
Panjang tubuh kera dewasa sekitar 40-50 cm belum termasuk ekor dengan
berat 3-7 kg. Sementara panjang ekor 1 hingga 1,5 kali panjang tubuh berikut kepala
dengan warna coklat keabu-abuan atau kemerah-merahan. Bulunya berwarna coklat
abu-abu hingga coklat kemerahan, sedangkan wajahnya berwarna abu-abu kecoklatan
dengan jambang di pipi berwarna abu-abu, terkadang jambul di atas kepala.
Hidungnya datar dengan ujung hidung menyempit. Kera ini memiliki gigi seri
berbentuk sekop, gigi taring dan gerahan untuk mengunyah makanan Parasitawati,
(2012) dalam Bilal, (2017)
Monyet ekor panjang merupakan salah satu satwa pemakan buah (frugivorous)
dan tak jarang disebut juga sebagai hewan yang omnivora. Sebagai golongan
omnivora yang memakan daging dan tumbuhan, makanannya bervariasi dari buah-
buahan, daun, bunga, jamur, serangga, siput, rumput muda, dan lain sebagainya.
Bahkan monyet ini kerap pula memakan kepiting. Tetapi, 96% konsumsi makanan
mereka adalah buah-buahan (Gusnia, 2010).
Monyet ekor panjang mencapai kedewasaan atau umur minimum dapat
melakukan perkawinan berkisar antara 3,5-5 tahun. Kematangan seksual pada monyet
ekor panjang jantan adalah 4,2 tahun dan betina 4,3 tahun. Siklus menstruasi berkisar
selama 28 hari dan lama birahi sekitar 11 hari. Selang waktu pembiakan (breeding
interval) terjadi antara 24-28 bulan, masa kehamilan berkisar antara 160-186 hari
dengan rata-rata 167 hari.
PEMELIHARAAN HEWAN UJI
1. Mencit
Mencit dikategorikan dalam hewan crepuscular, yaitu hewan yang aktif saat senja
dan malam hari. Daur hidup mencit berkisar satu hingga dua tahun bahkan ada
yang lebih dan mencapai tiga tahun. Mencit dapat dikawinkan setelah usia dewasa
yaitu sekitar delapan minggu. Lama kebuntingan mencit dari 19-21 hari dengan
jumlah anak hingga 6 ekor. Berat mencit jantan dewasa sekitar 20-40 gram dan
betina dewasa 18-35 gram.
a. Kandang Mencit
Kandang mencit di laboratoriu, dengan ukuran panjang 40 cm x lebar
30 cm x tinggi 18 cm untuk kepadatam 5-7 ekor mencit, dengan rasip 1
ekor jantan dengan 4 ekor betina. Bahan kandang berupa plastik,
aluminium atau baja tahan karat, serta dapat juga dari bahan kaca seperti
akuarium. Prinsip umumnya adalah kandang harus mudah dibersihkan,
disterilkan, tahan lama, tidak mudah dikerat oleh mencit. Bahan dari
Polivinil klorida (PVC) tidak disarankan karena mudah dikerat oleh mencit
dan susah disterilkan karena tidak tahan panas. Dasar kandang sebaiknya
diberi materi yang dapat menyerap air, dan tidak mengandung senyawa
berbahaya atau yang mengganggu penelitian. Alas kandang harus diganti
secara rutin dan sesegera mungkin jika sudah basah. Jika dibiarkan maka
akan menimbulkan bibit penyakit. Salah satu indikator alas kandang harus
diganti adalah, terciumnya bau ammoniak. Setidak-tidaknya jika alas
kandang diganti seminggu sekali, terutama pada musim dingin atau
penghujan, udara dingin, alas kandang akan cepat basah dan lembab
sehingga frekuensi penggantiannya lebih sering dalam satu minggu. Bahan
yang cocok digunakan sebagai alas kandang seperti sobekan kertas,
serutan kayu, sisa gergajian kayu, sekam padi, atau zeolit aktif.
Penempatan kandang mencit sebaiknya diletakkan di ruangan yang
bersih, terlindung dari angin, hujan dan cahaya matahari langsung serta
memperoleh sirkulasi udara yang memadai. Suhu yang cocok untuk

pemeliharaan mencit sekitar 20-250C dengan kelembaban 45-55%.


b. Pakan
Pakan untuk mencit pada dasarnya dibuat dengan memperhatikan zat-
zat gizi yang terkandung di dalamnya seperti mengandung komponen
karbohidrat, protein, lemak, mineral serta nutrien gizi lainnya seperti
vitamin. Besaran nilai gizi tersebut dapat bervariasi sesuai umur maupun
jenis kelamin, namun sebagai acuan komposisi berikut ini dapat
digunakan: protein, 20-25%; lemak, 10-12%; pati, 45-55%; serat kasar,
4% atau kurang; dan abu, 5-6%. Pakan mencit harus juga mengandung
vitamin A (15.000-20.000 IU/kg); vitamin D (5000 IU/kg); alfa tokoferol
(50 mg/kg); asam linoleat (5-10 g/kg); timin (15-20 mg/kg); riboflavin (8
mg/kg); pantotenat (20 mg/kg); viotamin B12 (30 UG/kg); biotin (80-200
UG/kg); piridoksin (5 mg/kg); intisol (10-1000 mg/kg); dan kolin (20
h/kg). Di samping faktor nilai gizi, pakan mencit yang dibuat harus mudah
dicerna, enak dan mencit mau mengkonsumsinya.
Kebutuhan pakan seekor mencit kurang lebih sebanyak 10% (pakan
kering) dari bobot tubuhnya perhari. Seekor mencit dewasa dapat
memakan 3-5 gr per hari. Mencit yang sedang bunting atau menyusui,
lebih banyak memerlukan pakan. Sementara itu, kebutuhan minum seekor
mencit kira- kira 15 – 30 mL air per hari
Pertimbangan lain pemberian pakan mencit adalah: dilihat dari
pertumbuhan berat normal mencit. Pertumbuhan berat badan mencit
normal yaitu 1 gr/ekor/hari. Hal tersebut berkaitan dengan konsumsi pakan
yaitu 10 gr/ekor/hari akan meningkatkan pertumbuhan berat badan tiap
harinya sebesar 1 gr/ekor/hari. Berat mencit jantan umur 4 minggu
mencapai 18-20 gr, jantan dewasa kira-kira 20-40 gr, sedangkan pada
betina 18-35 gr.
Tempat makan mencit biasanya hanya berupa baskom atau wadah
kecil dengan ukuran bebas dan disesuaikan dengan kebutuhan dan ukuran
kandang serta populasi dalam kandang. Bahan tempat pakan tentu saja
terbuat dari bahan yang tidak mudah dikerat oleh mencit. Baskom atau
wadah ini dapat diisi pakan sesuai dengan kebutuhan. Tempat minum
mencit dapat menggunakan tempat minum hamster yang dapat dibeli toko
hobi hamster atau pet shop.
2. Tikus
Untuk kendang dari tikus sediakan area terlindung untuk istirahat, keamanan, dan
mengelola interaksi sosial dengan pencahayaan pada siklus gelap terang, kisaran
suhu 20-24°C. Tikus harus ditempatkan secara sosial dan dikandangkan dalam
kelompok sejenis atau berpasangan. Tikus membutuhkan objek untuk digerogoti
misalnya balok kayu lunak, pelet keras atau tabung kardus untuk mencegah
giginya berlebih. Sementara untuk pakan hewan uji tikus harus menggunakan
makanan dengan kandungan nutrisi yang cukup. Kandungan nutrisi Jenis pakan
tikus: Protein : 20 – 25%, Lemak : 5% Pati : 45-50% Serat Kasar : 5 % Abu : 4-
5%Vitamin (A: 4.000 IU/Kg, Vitamin D:1.000 IU/Kg, Vitamin E : 30 mg/kg, pa
pantotenat : 8 mg/Kg, Vitamin B1 : 4 mg/kg,B6 : 3 mg/Kg, B12: 50 mg/Kg,
biotin : 10 Ug/Kg, piridoksin : 40-300 Ug/Kg kolin : 1.000 mg/Kg dan asam
linoleat : 3 g/Kg). Untuk jumlah makan hewan tikus adalah sebanhyak 2 gram- 20
gram /hari. MINUM : Add libitum.
3. Marmut
Pakan dari Marmut ialah sayuran Plus Vit. C tinggi dan vit lainnya.dan Serat
Kasar 10x lipat dari makanan hewan lain, asam amino arginin, sistin,dan
metionin. Komposisi : protein :17-20%, lemak 3-4%, pati : 35-40%, serat kasar :
30 -35% dan Abu : 4-5%. Untuk Jumlah makan marmut adalah 20 g – 35 g per
hari.
Marmot peka terhadap keberadaan orang asing. Karena itu, kandang atau dinding
kandang marmot harus terbuat dari bahan yang memungkinkan kontak visual
dengan lingkungan sekitarnya misalnya kawat baja atau plastik transparan untuk
mengurangi stress. Marmot harus ditempatkan dalam kisaran suhu 15-21 °C,
lantai terbuka dan ventilasi yang baik.
Sama seperti tikus, marmot juga membutuhkan benda untuk digerogoti untuk
mencegah gigi mereka tumbuh terlalu tinggi.
4. Kelinci
Kelinci harus dikandangkan dalam kelompok sosial untuk memenuhi kebutuhan
akan perilaku sosial dan excercise. Penambahan cermin di kandang juga dapat
meningkatkan kesejahteraan kelinci.
Perlu diperhatikan bahwa kelinci merupakan hewan yang sangat rentan
terhadap penyakit dan stres, penanganan yang salah dapat mempengaruhi
kondisi hewan coba yang digunakan sehingga akan berpengaruh terhadap
hasil penelitian yang diperoleh (Manning et al., 1994). Kelinci laboratorium
disimpan di lembaga penelitian yang disebut vivaria. Bangunan harus
terletak di atas bukit, di tempat kering, di sekitarnya mereka mengatur
kandang terbuka, selain itu, sebidang tanah harus terletak di dekatnya.
Seluruh wilayah harus ditutup dengan pagar buta
Hewan laboratorium harus diberi; makan dan perawatan penuh, menjaga
kesehatan yang optimal, kemampuan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis,
konten dalam kondisi yang sesuai, kontrol konten harian. Kelinci dapat
ditempatkan secara individu atau dalam kelompok, semuanya tergantung
pada jenis studi. Untuk kemurnian percobaan, penting untuk memberi makan
hewan dengan benar, tidak hanya sebelum infeksi, tetapi juga setelahnya. Diet
harus seimbang mungkin. Pakan kelinci ialah biji-bijian, biji rami, wortel, bit,

kentang, rumput, kecambah gandum. Untuk mengisi kembali tingkat cairan

dalam tubuh berikan air atau susu pasteurisasi. Kegagalan untuk


mematuhi standar-standar ini akan menyebabkan penurunan kekebalan,
yang akan berkontribusi pada pengembangan penyakit yang tidak
diinginkan, serta berdampak buruk terhadap pelaksanaan percobaan,
mengubah hasilnya.
5. Monyet
Aktivitas istirahat dilakukan monyet ekor panjang diantara waktu makan dan
berpindah tempat. Monyet ekor panjang betina lebih banyak melakukan aktivitas
istirahat dibandingkan dengan monyet ekor panjang jantan. Sedangkan monyet
ekor panjang jantan banyak melakukan aktivitas berpindah untuk mencari makan
(Rivando 2013) dalam (Saputra, 2015).
Monyet ekor panjang merupakan salah satu satwa pemakan buah (frugivorous)
dan tak jarang disebut juga sebagai hewan yang omnivora. Sebagai golongan
omnivora yang memakan daging dan tumbuhan, makanannya bervariasi dari
buah-buahan, daun, bunga, jamur, serangga, siput, rumput muda, dan lain
sebagainya. Bahkan monyet ini kerap pula memakan kepiting. Tetapi, 96%
konsumsi makanan mereka adalah buah-buahan (Gusnia, 2010).
Jenis pakan monyet ekor panjang adalah buah karet (Havea sp), pucuk padi
(Oriza sativa), buah jagung (Zea mays) muda serta beberapa yang tua. Selain
buah-buahan, sumber pakan lain yang potensial untuk populasi monyet ekor
panjang di Pulau Tinjil adalah umang-umang (Acanthurus leucosternon) beberapa
siput dan kepiting tanah (Scylla serrata) (Wahyuni, 2014)
DAFTAR PUSTAKA
Refdanita, dkk. (2018): Petunjuk dan Paket Materi Praktikum Farmakologi. Institut
Sains dan Teknologi Nasiona. Jakarta. 8-17
Fitri, R. (2017): Formulasi Ransum Pakan Ternak dengan Pemanfaatan Pakan
Fermentasi Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) Terhadap Pertambahan
Bobot Badan Marmut (Marmuta)
Nugroho, R. (2018): Mengenal Mencit Sebagai Hewan Laboratorium. Mulawarman
University Press. Kalimantan Timur. 15-20.
Stevani, H. (2016). Praktikum Farmakologi. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta. 3-13.

Anda mungkin juga menyukai