Anda di halaman 1dari 7

Indonesian Journal of Chemistry, 2004, 4 (2), 99 - 105 99

THE STEREOCHEMISTRY EFFECT OF EUGENOL, CIS-ISOEUGENOL AND


TRANS-ISOEUGENOL ON THEIR CATALYTIC HIDROGENATION

Pengaruh Stereokimia Molekul Eugenol, cis-Isoeugenol, dan trans-Isoeugenol


Pada Reaksi Hidrogenasi Katalitik

M. Muchalal
Chemistry Department, Faculty of Mathematics and Natural Sciences
Gadjah Mada University, Yogyakarta

Received 10 June 2004; Accepted 23 June 2004

ABSTRACT

The stereochemistry effect of eugenol, cis-isoeugenol and trans-isoeugenol on their catalytic


hydrogenation by Ni/γ-Al2O3 catalyst was investigated. In this investigation, the catalyst is prepared by
impregnation of Nickel into solid of γ-Al2O3 in methanol as a solvent. The calcination process, which is
followed by reduction, is performed on Muchalal reactor at 400 oC. After that, the catalytic hydrogenation is
carried out under hydrogen gas atmosphere by mixing 10 mL sample and 0.5 g Ni/γ-Al2O3 catalyst at 200 oC
for 3 hours. The stereochemistry effect of reactants is evaluated by computer modelling using PM3
semiempirical methods. The mass spectrum of catalytic hydrogenation product from those compounds
shows a molecular ion at m/z 164, which proves the existence of 2 –methoxy-4-propylphenol. The eugenol
gives the highest conversion (99%), followed by cis-isoeugenol (81%) and trans-isoeugenol (67%). It was
found that there is a correlation between the stereochemistry of those compounds and catalytic reactivity.

Keywords: stereochemistry effects, 2-methoxy-4-propylphenol

PENDAHULUAN hasil penelitian tersebut telah dapat dibuktikan


bahwa senyawa produk yaitu 2-metoksi-4-
Penelitian reaksi isomerisasi gugus alkena propilfenol adalah senyawa hasil reaksi
pada eugenol telah dilakukan oleh Kadarohman [1] hidrogenasi. Selain itu juga disimpulkan bahwa
serta oleh Muchalal dan Kadarohman [2] dengan reaksi hidrogenasi eugenol menjadi 2-metoksi-4-
memberikan hasil bahwa eugenol dapat propilfenol adalah reaksi yang paling mudah
dikonversikan menjadi senyawa turunannya yaitu terjadi.
cis-isoeugenol dan trans-isoeugenol. Muchalal dan Dalam penelitian ini akan dilakukan pekerjaan
Swasono [3] melanjutkan penelitian tentang reaksi ulang reaksi hidrogenasi katalitik terhadap
isomerisasi eugenol sebab dari reaksi tersebut eugenol, cis-iseugenol dan trans-isoeugenol dan
ditemukan hasil samping yaitu 2-metoksi-4- dari hasil reaksi akan dibahas dan penyebab
propilfenol. Senyawa ini merupakan produk reaksi perbedaan besarnya konversi dari ketiga senyawa
penambahan 2 atom hidrogen ke eugenol. Eugenol tersebut menjadi produk reaksi, 2-metoksi-4-
dengan massa molekular 164 menjadi 2-metoksi-4- propilfenol yang dilengkapi kajian tentang
propilfenol dengan massa molekular 166. Pada stereokimia
reaksi isomerisasi eugenol dalam media basa Penelitian bertema stereokimia saat ini
(KOH – etilen glikol) selain terjadi reaksi banyak dilakukan oleh kimiawan organik. Pada
isomerisasi eugenol menjadi isoeugenol juga umumnya, penelitian stereokimia suatu molekul
terjadi reaksi hidrogenasi. Muchalal dan Swasono bertujuan untuk mempelajari pengaruh tata ruang
[3] dalam penelitiannya tidak dapat menjelaskan molekul (sterik) terhadap reaktivitas senyawanya,
dari mana asal 2 atom H tambahan tersebut hubungan energi molekul dengan struktur
Santoso [4] melaporkan reaksi hidrogenasi geometri, penentuan konformasi dengan energi
terhadap eugenol dengan bantuan katalis Ni. minimum, penentuan entalpi pembentukan,
Katalis Ni yang diembankan pada γ-alumina konformasi substrat, keadaan transisi, mekanisme
disintesis dengan menggunakan reaktor dari gelas reaksi dan pengaruh substituen terhadap reaksi.
tahan panas yang didesain oleh Muchalal. Dari Cara lain yang sering digunakan adalah

M. Muchalal
Indonesian Journal of Chemistry, 2004, 4 (2), 99 - 105 100

merupakan gabungan eksperimen laboratorium asam Lewis [9] yang dapat berperanan sebagai
dengan perhitungan kimia kuantum secara pusat katalitik.
komputasi. Pada mekanisme reaksi yang menggunakan
Penelitian yang berhubungan dengan tata katalis padatan, terjadi peristiwa adsorpsi molekul-
ruang molekul di antaranya telah dilakukan oleh molekul reaktan pada permukaan padatan logam
McLeod dan Gladden [5] melalui cara komputasi yang memiliki elektron yang tidak berpasangan
simulasi Monte Carlo untuk menerapkan teori dalam orbital d [10]. Keadaan inilah yang
Horiuti-Polanyi pada hidrogenasi hidrokarbon menentukan sifat-sifat nikel, misalnya sifat-sifat
sederhana. Aspek kinetik yang berperanan selama magnetik, struktur padatannya dan kemampuan
hidrogenasi seperti adsorpsi, desorpsi dan energi nikel dalam membentuk senyawa kompleks [11].
aktivasi juga dapat dipelajari dari hasil simulasi Untuk itu peran komponen aktif logam nikel pada
tersebut. Hjelmencrantz dan Berg [6] melakukan permukaan katalis adalah untuk mengadsorpsi
studi komputasi untuk melengkapi eksperimen reaktan yang telah terdifusi pada permukaan
yang bertujuan meningkatkan stereoselektivitas katalis, sehingga dapat mempercepat reaksi.
reaksi transaminasi. Senyawa amida tersebut dan Sebagian alkena mempunyai isomer geometri
turunannya mempunyai peranan penting dalam cis-trans yang merupakan tipe dari
stereokimia organik. Korelasi antara perubahan diastereoisomer. Isomer cis bukan bayangan
energi bebas Gibbs sikloheksana dengan rasio cermin isomer trans [8]. Isomer cis-trans
konformasi aksial-ekuatorial diukur menggunakan didefinisikan sebagai pengaturan letak substituen-
metode gabungan antara eksperimen laboratorium substituen pada suatu bidang acuan. Apabila
dan kimia komputasi. gugus-gugus terletak sebidang maka disebut cis,
Alesso [7] meneliti stereokimia cincin 5- sedangkan apabila gugus-gugus terletak
anggota yakni 1-etil-2-metil-3-arilindan. Melalui berseberangan disebut trans [12].
perhitungan komputasi semiempirik AM1, Isomer cis memiliki sifat-sifat fisik yang
dilakukan analisis konformasi dan studi berbeda dengan isomer trans. Perbedaan yang
stereokontrol pada sintesis senyawa tersebut paling mudah diukur dan dengan jelas
Pengaruh substituen terhadap reaksi nukleofilik membedakan sifat-sifat keduanya adalah : momen
dipelajari dengan jalan memodifikasi substituen dipol, titik didih, densitas, indeks bias, spektra UV-
tetrahidropiran pada atom C nomor empat. vis, spektra vibrasi (IR-Raman), spektra NMR dan
Hasilnya stereoselektivitas tergantung secara spektra massa.
signifikan pada posisi substituen dan keadaan Pada reaksi hidrogenasi katalitik diasumsikan
elektronik. molekul alkena teradsorbsi secara horizontal ke
Perhitungan mekanika molekul MM3 bidang reaksi diikuti terbentuknya kompleks π
dilakukan pada berbagai konformasi rotasi dari dengan situs aktif, atau putusnya ikatan π diikuti
molekul adamantil. Hasil perhitungan komputasi terbentuknya dua ikatan σ dengan situs aktif.
tersebut mendukung hasil pengukuran Atom-atom hidrogen teradsorbsi kemudian
menggunakan spektroskopi NMR. Penelitian- menyerang naik dari permukaan ke sisi teradsorbsi
penelitian tersebut menunjukkan bahwa komputasi dari ikatan rangkap [13].
merupakan bagian yang penting dalam studi Selain mekanisme adisi syn seperti tersebut
stereokimia. Keakuratan analisis dengan di atas, juga ditemukan bukti adanya mekanisme
komputasi sudah cukup baik dengan perbedaan adisi trans (adisi anti). Mekanisme adisi ini terjadi
yang tidak begitu jauh terhadap hasil analisis pada alkena tetrasubstitusi. Permasalahan dasar
instrumental. Perhitungan kimia kuantum pada fenomena adisi trans adalah hidrogen dapat
menggunakan metode semiempirik, mekanika mengadisi kedua sisi alkena padahal molekul
molekul, atau simulasi Monte Carlo mampu tersebut teradsorbsi mendatar dan hidrogen hanya
mendukung hasil eksperimen laboratorium. mungkin menyerang dari arah permukaan.
Stromberg et al. [8] melakukan studi teoritis Seharusnya hidrogen hanya bisa mengadisi sisi
yang terkait dengan ikatan antara alkena dengan molekul yang menghadap permukaan saja.
logam transisi. Pengetahuan yang akurat Penjelasan yang paling dapat diterima dari
mengenai ikatan antara alkena dan logam fenomena ini adalah adanya migrasi ikatan
merupakan faktor penting untuk memahami rangkap diikuti desorpsi dan readsorpsi.
mekanisme katalisis logam transisi Fakta lain yang terjadi pada hidrogenasi cis-
Alumina umumnya dibuat dengan cara trans alkena adalah terjadinya isomerisasi ikatan
dehidrasi aluminium hidroksida. Tetapi terkadang rangkap selama reaksi berlangsung. Isomerisasi
hidroksinya berupa gel yang sudah siap dirubah ikatan rangkap cis-trans memiliki keterkaitan
menjadi kristalin dengan diperam atau dipanaskan.
γ-Al2O3 memiliki permukaan asam Bronsted dan

M. Muchalal
Indonesian Journal of Chemistry, 2004, 4 (2), 99 - 105 101

dengan struktur. Isomerisasi terjadi agar Reaksi Hidrogenasi Katalitik


didapatkan struktur yang lebih stabil. Sepuluh mililiter eugenol dan 0,5 g Ni/γ-
Dalam penelitian ini akan dilaporkan alumina dimasukkan ke dalam reaktor hidrogenasi
beberapa percobaan (1) nikel yang disintesis yang dilengkapi dengan pendingin air. Campuran
dengan cara sederhana, dapat digunakan untuk dipanaskan pada temperatur 200 oC sambil dialiri
reaksi hidrogenasi ikatan rangkap karbon-karbon gas H2. Reaksi hidrogenasi dilakukan selama 3 jam
pada senyawa alkena (2) Faktor-faktor geometri dan untuk durasi reaksi 1 jam diadakan analis
reaktan turut berperanan dalam reaksi hidrogenasi terhadap hasil reaksi dengan kromatografi gas dan
(3) kuat interaksi logam transisi dengan ikatan π kromatografi gas – spektrokopi massa. Pekerjaan
karbon-karbon berpengaruh pada adsorpsi yang sama dilakukan terhadap cis-isoeugenol dan
reaktan dengan situs aktif dan (4) interaksi reaktan trans-isoeugenol.
dengan permukaan pada tahap difusi akan
Studi Stereokimia Molekul
menentukan tingkat reaktivitas reaktan tersebut.
Perhitungan untuk optimasi geometri molekul,
METODE PENELITIAN pengukuran polaritas reaktan, dan energi interaksi
Alat dan Bahan logam transisi dengan alkena dilakukan dengan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini metode mekanika molekular MM+ dan semiempirik
adalah reaktor kalsinasi dan reduksi dari gelas PM3.
(desain Muchalal), bunsen gas LPG dan alat gelas
laboratorium. Peralatan analisis adalah HASIL DAN PEMBAHASAN
kromatografi gas, kromatografi gas – spektrometer
massa dan alat analisis pengaktifan neutron. Alat Kandungan Logam Dalam Katalis
pengukur luas permukaan, jejari rerata pori dan Katalis yang telah selesai dipreparasi
volume katalis dengan NOVA Data Analysis kemudian ditentukan kandungan logamnya
Package Ver. 2.00. menggunakan instrumen analisis pengaktifan
Bahan yang digunakan untuk sintesis katalis neutron. Prinsip kerjanya adalah mencacah
adalah garam Ni(NO3)2.6H2O, metanol, γ-alumina intensitas sinar gamma yang diradiasikan oleh
spesifikasi Merck, gas N2 dan gas H2. Sampel atom tertentu setelah ditumbuk partikel neutron
penelitian adalah eugenol (kadar 100%), cis- teraktivasi. Intensitas yang terukur kemudian
isoeugenol (kadar 60%) , dan trans-isoeugenol dikonversi menjadi jumlah kandungan suatu unsur
(kadar 96%) tertentu dalam padatan (dalam hal ini nikel).
Hasilnya adalah kandungan logam nikel yang
Prosedur Penelitian menempel di γ-Al2O3 adalah 4,30%. Keasaman
katalis total diukur berdasar serapan molekul NH3
Preparasi Katalis dan diproleh angaka 8,31 mmol/g. Luas
Sejumlah tertentu γ-alumina direndam dalam permukaan katalis yang terukur adalah 108,55
larutan prekursor Ni(NO3)2 dalam metanol, diaduk 2 2
m /g, dan 126,92 m /g untuk γ-Al2O3. Volume pori
selama 4 jam dan selanjutnya didiamkan katalis diperoleh angka 1,269 x 10-3 mL/g dan 1,90
semalaman. Setelah perendaman, pelarut x 10-3 mL/g untuk γ-Al2O3 Rerata jejari katalis
dipisahkan dari padatan dengan cara disaring dan adalah 28,85 Å dan 30,05 Å untuk γ-Al2O3.
diuapkan. Padatan kering dimasukkan ke dalam Berdasarkan data di atas, secara umum luas
kolom gelas dengan dialiri gas N2 selama 4 jam permukaan spesifik, volume pori total dan rerata
dipanaskan hingga temperatur 400 oC dilanjutkan jejari pori katalis mengalami penurunan bila
reaksi reduksi oleh aliran gas H2 selama 2 jam dibandingkan dengan padatan pendukung.
pada temperatur yang sama. Penurunan sifat-sifat fisik katalis tersebut
Karakterisasi Katalis kemungkinan disebabkan penutupan pori-pori
Karakterisasi katalis yang akan dilakukan padatan pendukung oleh logam-logam nikel
meliputi penentuan kandungan Nikel, penentuan individual. Penurunan volume pori juga diakibatkan
keasaman katalis, dan penentuan luas permukaan. karena terisinya pori-pori padatan pendukung oleh
Analisis kandungan nikel dan penentuan sifat-sifat logam.
fisik dari katalis dilakukan di Pusat Penelitian
Nuklir, BATAN, Yogyakarta. Keasaman katalis Reaksi Hidrogenasi Katalitik dan Uji Reaktivitas
ditentukan dengan metode gravimetri adsorpsi- Eugenol, Cis-Isoeugenol dan Trans-Isoeugenol
basa. Hasil reaksi hidrogenasi katalitik terhadap
eugenol, cis-isoeugnol dan trans-isoeugenol
disajikan di Tabel 1.

M. Muchalal
Indonesian Journal of Chemistry, 2004, 4 (2), 99 - 105 102

Tabel 1 Konversi reaktan (eugenol, trans-isoeugenol, cis-isoeugenol) menjadi produk pada reaksi
hidrogenasi katalitik. Kondisi reaksi, 10 mL reaktan, 0,5 g katalis Ni/γ-Al2O3, temperatur 200 oC
durasi reaksi 3 jam
Nomor Komposisi awal, % Konversi
Percobaan Eugenol Trans-isoeugenol Cis-Isoeugenol %
1 100 0 0 99
2 0 96 1 67
3 0 36 61 91
Keterangan: Persentase dihitung dari persen luas kromatogram masing-masing senyawa

Dari data dapat diperoleh keterangan bahwa media KOH – etilen glikol. Kadarohman [2] juga
hasil reaksi hidrogenasi eugenol (percobaan 1) melaporkan hasil yang sama.
menghasilkan produk tunggal 2-metoksi-4-
propilfenol dengan konversi 99%. Trans-isoeugenol Tinjauan Tata Ruang Stuktur Molekul
(perc. 2) dari kandungan awal 96% menghasilkan Perbedaan reaktivitas ketiga senyawa yaitu
produk dengan konversi 67% atau rendemen hasil eugenol, cis-isoeugnol dan trans-iseugenol terhadap
sebesar 64%. Pada percobaan 3 kandungan awal reaksi hidrogenasi terhadapnya disebabkan karena
cis-isoeugenol 61% dan trans-isoeugenol 36% tata ruang struktur molekul masing-masing.
menghasilkan konversi 91% atau rendemen 95% Tingginya tingkat konversi eugenol menunjukkan
Kalau dianggap konversi trans-isoeuenol sama bahwa senyawa ini paling mudah dihidrogenasi
dengan percobaan 2 yaitu 67%, karena tidak ada dengan katalis Ni/γ-Al2O3. Perbedaan tingkat
produk lain, maka pada percobaan 3 konversi konversi antara dua isomer eugenol yaitu cis-
trans-iseugenol dihitung dari 36% kandungan awal isoeugenol dan trans-isoeugenol, menunjukkan tata
menghasilkan produk 24% dengan konversi tetap ruang molekular senyawa berpengaruh pada
64%. Dengan demikian konversi cis-isoeugenol proses hidrogenasi katalitik
menjadi 2-metoksi-4-propilfenol adalah 111%.
Rendemen lebih dari 100% adalah tidak mungkin. Pengaruh Struktur Geometri Senyawa
Tetapi dari data yang diperoleh mengindikasikan Untuk mengetahui konformasi reaktan dan
pada percobaan 3. konversi trans-isoeugenol produk yang paling stabil dilakukan perhitungan
menjadi produk tidak mengikuti percobaan nomor menggunakan metode semiempirik PM3.
2. Kemungkinan yang terjadi dalam perjalanan Diasumsikan selama proses pembentukan produk
reaksi di percobaan nomor 3 adalah terjadi reaksi dalam sebuah reaksi atau dalam keadaan transisi,
paralel cis-isoeugenol menjadi produk dan menjadi struktur geometri reaktan akan mengalami
trans-isoeugenol. Keadaan seperti ini telah rekonstruksi sehingga pada akhirnya struktur
dilaporkan oleh Muchalal dan Kadarohman [14] geometrinya akan mirip molekul produk.
pada reaksi isomerisasi cis-isoeugenol dalam

HO OCH3 HO OCH3 HO OCH3

3 3 3

4 4 9 CH3 4 H
H
5 5 5
7
8 7 8 7 8
H
H 9 CH2 H H H 9 CH3
Eugenol Cis-isoeugenol Trans-isoeugenol
Gambar 1. Struktur 2D senyawa eugenol, cis-isoeugenol dan trans-isoeugenol

M. Muchalal
Indonesian Journal of Chemistry, 2004, 4 (2), 99 - 105 103

Tabel 2. Perbandingan beberapa sudut ikatan karbon-karbon yang dihitung dengan metoda
semiempirik PM3 dan mekanika molekular MM+
Sudut C7-C8-C9 Sudut C4-C7-C8 Sudut C5-C4-C7
Molekul
MM+ PM3 MM+ PM3 MM+ PM3
2-Metoksi-4-propilfenol 111,7o 111,2o 110,9o 115,6o 120,8o 123,3o
Eugenol 123,8o 122,2o 109,6o 116,1o 121,1o 123,1o
Cis-isoeugenol 129,7o 126,5o 132,4o 127,7o 117,8o 122,5o
Trans-isoeugenol 122,2o 122,8o 127,8o 123,4o 118,5o 118,9o

Tabel 3 Sifat eugenol, cis-isoeugenol dan trans-isoeugenol


Senyawa, Titik didih, oC Massa jenis Jari-jari Volume mo- Momen
(Mr 164) g/mL molekular, nm lekular, mL dipol, D
Eugenol, 255 1,066 0,3935 2,555 x 1022 1,129
Trans- Isoeugenol, 140 /12 mmHg 1,087 0,3910 2,506 x 1022 1,278
Cis- Isoeugenol, 112 /11 mmHg 1,088 0,3909 2,503 x 1022 1,367

Besarnya energi rekonstruksi berkorelasi isoeugenol lebih rendah dibanding trans-isoeugenol.


langsung dengan tingkat kemiripan geometri
reaktan dengan produk. Untuk merekonstruksi Pengaruh Kuat Interaksi Nikel dengan Ikatan π
struktur menjadi 2-metoksi-4-propilfenol, eugenol Alkena
hanya memerlukan sedikit energi karena tidak Satu hal yang penting pada reaksi katalisis
memerlukan pergeseran sudut-sudut yang besar. adalah interaksi antara logam transisi dengan
Trans-isoeugenol memiliki tingkat kemiripan yang molekul reaktan. Pada reaksi hidrogenasi katalitik
lebih besar dibanding cis-isoeugenol sehingga diasumsikan molekul alkena teradsorbsi secara
diasumsikan akan lebih mudah mengalami horizontal ke bidang reaksi karena terbentuknya
konversi. kompleks π dengan logam transisi di permukaan.
Kuat ikatan kompleks yang terbentuk akan turut
Pengaruh Struktur Terhadap Proses Adsorpsi berperan dalam menentukan reaktivitas dari alkena
Reaktan ke Permukaan tersebut.
Kemampuan ikatan rangkap untuk mendatar Mengacu pada cara yang dilakukan
di atas permukaan katalitik tanpa ada halangan Stromberg, Svenson, dan Zetterberg [8] dalam
sterik akibat kepadatan substituen di sekitar ikatan menentukan kuat ikatan kompleks antara etilen
rangkap merupakan salah satu hal yang dengan Pd, Pt dan Ni, dibuat model senyawa
menentukan keberhasilan reaksi hidrogenasi [13]. alkena—NiX2 untuk mengetahui pengaruh
Suatu alkena harus teradsorpsi secara horizontal perbedaan struktur terhadap kuat ikatan antara Ni
untuk memungkinkan terjadinya adisi hidrogen dari dengan karbon-karbon pembentuk ikatan rangkap
permukaan. sebagai representasi interaksi antara Ni dengan
Gambar 1 menunjukkan tata ruang molekul ikatan π eugenol, cis-isoeugenol, dan trans-
masing-masing. Struktur eugenol lebih ramping isoeugenol pada saat adsorpsi dengan situs aktif.
dibanding tata ruang cis-isoeugenol ataupun trans- Berdasarkan data dalam Tabel 4 dapat
isoeugenol. Tata ruang molekul masing-masing dibandingkan besar energi ikat antara Ni dengan
didukung oleh sifat senyawanya (Tabel 3) eugenol, cis-isoeugenol, dan trans-isoeugenol yang
Momen dipol eugenol, cis-isoeugenol dan dimodelkan secara komputasi. Besarnya energi
trans-isoeugenol berdasarkan perhitungan semi menunjukkan tingkat kestabilan interaksi antara
empirik PM3 yang dilengkapi sifat masing-masing logam nikel pada situs aktif katalis dengan reaktan.
senyawa. Eugenol merupakan senyawa yang Kestabilan interaksi tersebut berperanan dalam
kepadatan substituen di sekitar ikatan rangkapnya mendukung proses adisi hidrogen.
paling rendah dibanding dua reaktan lainnya. Kuat energi ikat berkorelasi dengan naiknya
Gugus-gugus penghalang terletak jauh dari ikatan kepolaran pada situs aktif seperti yang ditunjukkan
rangkap. Trans-isoeugenol memiliki kerapatan dari permodelan senyawa alkena—NiX2. X2
substituen di sekitar ikatan rangkap yang tinggi merupakan komponen yang difungsikan sebagai
pada posisi mendatarnya, sedangkan kepadatan representasi permukaan padatan. Semakin terpusat
substituen di sekitar ikatan rangkap pada cis- muatan positif pada nikel, maka interaksinya dengan

M. Muchalal
Indonesian Journal of Chemistry, 2004, 4 (2), 99 - 105 104

ikatan π reaktan menjadi stabil, sehingga akan Polaritas yang rendah akan meminimalkan interaksi
mendukung adisi hidrogen dari permukaan. dengan dinding pori padatan γ-alumina yang bersifat
polar sehingga diasumsikan laju difusi menuju situs-
Pengaruh Polaritas Reaktan situs aktif akan lebih cepat. Laju difusi molekul-
Pada padatan pendukung berpori, molekul- molekul reaktan yang lebih cepat melewati pori-pori
molekul reaktan harus melewati mesopori untuk padatan akan lebih cepat mencapai situs aktif
mencapai situs-situs aktif katalis. Interaksi molekul- katalitik. Hal ini memungkinkan terjadinya reaksi
molekul reaktan dengan permukaan atau dinding hidrogenasi lebih cepat.
mesopori turut menentukan laju difusi. Menurut Gambar 2 menunjukkan tata ruang masing-
Corma [15] pada saat molekul reaktan terdifusi ke masing molekul. Struktur eugenol lebih ramping
dalam pori padatan akan terjadi berbagai interaksi dibanding tata ruang cis-isoeugenol ataupun trans-
yang dipengaruhi energi polarisasi, energi medan isoeugenol. Tata ruang molekul eugenol, cis-
dipol, energi dipol-dipol. isoeugenol dan trans-isoeugenl didukung oleh sifat
Gamma-Al2O3 merupakan padatan yang senyawanya (Tabel 2 dan Tabel 3). Tata ruang
bersifat asam karena memiliki situs-situs asam eugenol, cis-iseugenol dan trans-isoeugnol dapat
Bronsted dan asam Lewis di permukaannya. dilihat pada Gambar 2
Gugus hidroksil yang terdapat dalam γ-Al2O3
menyebabkan permukaannya memiliki karakteristik KESIMPULAN
polar sehingga akan berinteraksi dengan senyawa
polar. Menurut London, interaksi antara dipol 1. Katalis Ni/γAl-2O3 yang dipreparasi melalui
absorbat dengan dipol permukaan adalah salah impregnasi menggunakan pelarut methanol
satu penyebab fisisorpsi. mempunyai aktivitas yang tinggi untuk
Naiknya massa jenis akan diikuti turunnya mereduksi ikatan rangkap karbon-karbon pada
jejari melekular dan naiknya momen dipolnya. eugenol, trans-isoeugenol, dan cis-isoeugenol.
Besaran momen dipol dapat menjelaskan jarak 2. Tingkat reaktivitas eugenol pada reaksi
antar pusat muatan negatif dan pusat muantan hidrogenasi menggunakan katalis Ni/γ--Al2O3
positip di molekul eugenol < trans-isoeugenol < cis- paling tinggi karena faktor-faktor stereokimia
isoeugenol. Mengingat jejari molekular eugenol yang meliputi struktur geometri, kepadatan
lebih kecil dari senyawa turunannya dan didukung substituen, pengaruh tingkat polaritas dan kuat
oleh tata ruang molekulnya reaksi hidrogenasi interaksi nikel dengan ikatan π lebih
katalitik terhadapnya lebih mudah terjadi. mendukung. Perbandingan konversi terhadap
Berdasarkan data perhitungan semiemprik produk dihasilkan adalah 100 : 18 : 66
PM3 (Tabel 4), eugenol memiliki momen dipol
paling rendah dibanding dua reaktan lainnya.

Tabel 4 Energi ikat eugenol, cis-isoeugenol dan trans-isoeugenol dengan Ni dan NiX2
(kkal/mol) pada senyawa model alkena—NiX2 yang dioptimasi dengan metode
semiempirik PM3 dan mekanika molekuler MM+
X = NH3 X = OH X = Cl
Senyawa
MM+ PM3 MM+ PM3 MM+ PM3
Eugenol 170,38 112,03 180,30 117,5 178,70 135,18
Trans-isoeugenol 169,94 89,14 180,11 101,06 178,12 126,63
Cis-isoeugenol 166,25 84,89 176,37 93,72 174,62 119,71

(1) (2) (3)

Gambar 2 Struktur perspektif eugenol (1), Cis-ieoeugenol (2) dan trans-sioeugenol (3)

M. Muchalal
Indonesian Journal of Chemistry, 2004, 4 (2), 99 - 105 105

UCAPAN TERIMA KASIH 6. Hjelmencrantz, A., and Berg, U., 2002,


J.Org.Chem., 67, 3585-3594
Diucapkan banyak terima kasih kepada 7. Alesso, R, 2003, Synthesis of 1-Ethyl-2-methyl-
anggota tim penelitian sintesis katalis dan 3-arylindanes. Stereochemistry of Five-
penggunaannya dalam reaksi hidrogenasi senyawa Membered Ring Formation, Arkivoc
alkena minyak atsiri : Adi Heri Santoso S.Si., 8. Stromberg, J. , Swensson, A,. and Zetterberg P.,
Kurniawan Tri Wibowo S.Si., Adhy Pramono S.Si. 1997, Organometallics, 16, 3165-3168
Sa’dullah S.Si., dan Elvina Dhiatul Iftitah, S.Si, 9. Gates, B.C., Katzer, J.R., Schuit, G.C.A., 1979,
M.Si Chemistry of Catalytic Processes, First edition,
Mc Graw-Hill Book Company, New York
DAFTAR PUSTAKA 10. Campbell, I. M., 1988, Catalyses of Surfaces,
Champman and Hall, London
1. Kadarohman, A., 1994 Mempelajari 11. Panchenkov, G. M. and Lebedev, V.P., 1976,
Mekanisme dan Kontrol Reaksi Isomerisasi Chemical Kinetics and Catalysis, Edisi pertama,
Eugenol Menjadi Isoeugenol, Tesis Program MIR Publisher, Moscow
Pascasarjana UGM, Jogjakarta. 12. Buxton, S.R., and Roberts, S.M., 1996, Guide
2. Kadarohman, A., 2003 Mempelajari to Stereochemistry, Adison Wesley Longman
Mekanisme dan Kontrol Reaksi Isomerisasi Ltd., New York
Eugenol Menjadi Isoeugenol, Disertasi, 13. Smith, G. W. and Northeisz, F., 1999,
Program Pascasarjana UGM, Jogjakarta. Heterogeneous Catalysis in Organic Chemistry,
3. Muchalal, M. dan Swasono, R.T., 1999 Berkala Academic Press, San Diego
Ilmia MIPA 1, IX, 48 – 56 14. Muchalal, M. dan Kadarohman, A. 1998,
4. Santoso, A.H., 2004, Preparasi dan Penelitian Pendahuluan Reaksi Isomerisasi
Karakterisasi Katalis Ni/γ-Al2O3 untuk Eugenol Menjadi Isouegenol, Penelitian, FMIPA
Hidrogenasi Trans-Isoeugenol, Skripsi FMIPA UGM, Jogjakarta
– UGM, Jogjakarta 15. Corma, A, 1995, Chem. Rev., 95, 570 – 579
5. McLeod, A.S., and Gladden, L.F., 1997,
Catal.Let., 43, 189-194

M. Muchalal

Anda mungkin juga menyukai