Klasifikasi ilmiah
Kingdom: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Aves
Ordo: Galliformes
Famili: Phasianidae
Subfamili: Meleagridinae
Gray, 1840
Genus: Meleagris
Linnaeus, 1758
Spesies
M. gallopavo
M. ocellata
1. Kalkun Bronze
4. Kalkun Narragansett
Pemilihan bibit
Selain itu, perhatikan juga warna tubuh kalkun karena semakin gelap warna
tubuhnya, semakin baguslah bibit kalkun tersebut. Secara singkat, pilihlah
bibit kalkun dengan postur tubuh yang besar, tegap, sehat, lincah, tidak
memiliki cacat, nafsu makan tinggi, dan memiliki warna kotoran yang
normal (tidak berwarna putih ataupun hijau).
Salah satu cara beternak kalkun yang baik adalah memilih lokasi ternak
yang baik untuk kalkun. Ciri-ciri lokasi ternak yang baik adalah sebagai
berikut:
Pemilihan Kandang
Kandang harus berbentuk kotak dengan suhu yang hangat dengan lapisan
koran atau kertas bekas pada bagian bawah sebagai alasnya. Pergantian
alas secara teratur diperlukan agar kotoran kalkun tidak terlalu menumpuk.
Kalkun ‘remaja’ harus dipindahkan ke kandang yang lebih luas agar kalkun
tidak merasa terlalu sempit. Ukuran kandang pada masa ini adalah panjang
2 m, lebar sekitar 80 cm, dan tinggi 70 cm yang hanya mampu menampung
10-20 ekor kalkun, bergantung pada besarnya kalkun
Kalkun dewasa
Kalkun dewasa biasanya memilki kandang yang luas dengan tanah yang
kering. Ukuran kandang kalkun dewasa biasanya 5 x 10 meter. Hal ini
diperlukan agar kalkun bisa bergerak secara leluasa dan bisa mencari
makanan tambahannya.
Kalkun pejantan
Kalkun pejantan bertugas untuk mengawini kalkun betina, sehingga setiap
pejantan harus memiliki kandangnya masing-masing agar tidak terjadi
perkelahian.
Kalkun pengeram
Pemberian pakan
Pembersihan kandang perlu dilakukan secara teratur jika ada pakan yang
tidak habis dimakan supaya tidak terjadi pembusukan makanan di dalam
kandang yang berakibat pada timbulnya bibit penyakit.
Perawatan
Pengembangbiakan Kalkun
Perkawinan alami
Hal ini dapat terjadi jika ukuran kalkun betina dan kalkun jantan tidak
berbeda jauh sehingga perkawinan dapat terjadi dengan mudah.
Perkawinan bantuan
Hal ini dilakukan jika ukuran kalkun pejantan lebih besar dibandingkan
dengan kalkun betinanya. Cara melakukan perkawinan bantuan adalah
kamu harus memegang kalkun betina dan pastikan cakar pejantan tidak
merusak bulu kalkun betina.
Olahan kalkun
1. Rendang kalkun
2. Pesmol kalkun
3. Soto kalkun
4. Kalkun Panggang
5. Rica rica kalkun
6. Bakso kalkun
Hama dan penyakit
3. Lumpuh.
Lumpuh pada kalkun disebabkan karena pakan berlebih. Kelebihan pemberian pakan ini
mengakibatkan kalkun mengalami obesitas. Kalkun muda yang tulangnya belum kuat tidak akan
mampu menahan berat tubuhnya. Untuk itu, pemberian makanan harus terkontrol dengan baik.
Untuk pencegahan, kita bisa memberikan konsentrat AD1 (untuk kekuatan tulang) pada ransum
makanan kalkun muda.
Kelumpuhan pada kalkun muda juga bisa diakibatkan karena konsumsi daun pepaya. Kalkun
yang terserang akan mengalami lumpuh total dan jari-jarinya bengkok kedalam. Sebagai
pencegahan, kalkun usia dibawah tiga bulan sebaiknya tidak kita beri daun pepaya.
4. Kolera.
Gejala pada kalkun yang terserang yaitu pial yang terlihat membengkak. Jika kalkun terserang
kolera, bisa diobati dengan antibiotik seperti tetrasiklin atau streptomycin.
5. Blackhead/Histomoniasis
Kalkun yang terserang menunjukkan gejala-gejala susah makan, berat badan turun dan
kotorannya berwarna kuning. Penyebab penyakit ini adalah protozoa Histomonas meleagridis.
Kalkun yang terserang sebaiknya dikarantina agar tidak menular ke kalkun lain. Sebagai
tindakan pengobatan, gunakan Emtryl, yang mengandung dimetridazole.
Pembuatan Kandang bambu model bertingkat dengan ukuran 1 x 0,5 meter x 8 kotak
B. Modal Awal
Pembelian bibit/anakan kalkun Rp. 25.000,- x 100 ekor = Rp.2.500.000,-
C. Biaya produksi (dihitung sampai panen 3 bulan) :
C.1 Biaya pakan
– Pakan Konsentrat (Br1 atau yang lain) 5 zak x 200 ribu =
Rp.1.000.000,-
– Bahan pakan lainnya (bekatul, nasi aking, jagung, dll) = Rp.
600.000,-
———————+
= Rp. 3.120.000,-
D. Penjualan (setelah 3 bulan)
Kalkun usia 4 bulan dijual dengan harga 100ribu per ekor dengan risiko kematian
3 persen.100 ekor – (100 ekor/3%) x Rp. 100.000,- = 97 ekor Rp. 100.000,-
= Rp. 9.700.000
Laba D – ( B + C ) = Rp. 9.700.000,- (Rp.2.500.000,- + Rp. 3.120.000,-)
= Rp. 4.080.000,-