Anda di halaman 1dari 142

MAKALAH

PRODUKSI ANEKA TERNAK UNGGAS


PEMBIBITAN DAN PENETASAN PUYUH PEDAGING

Oleh:

KELOMPOK 1

Rosmilah 200110180006

Nelvin 200110180159

Fitri Nuraeni 200110180172

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PETERNAKAN
SUMEDANG
2021
A. PEMBIBITAN PUYUH PEDAGING
1. Penanganan Bibit
Penanganan bibit dimulai dari pemilihan telur ataupun DOQ dari penjual yang
memiliki kredibilitas. Sebelum membeli telur ataupun DOQ, pastikan tempat kita
membeli bibit bebas dari penyakit. Jika kita membeli telur, simpa di tempat yang bersih
dengan temperature sekitar 55-65oF. Telur bisa disimpan selama 7-10 hari sebelum daya
tetasnya berkurang, akan tetapi alangkah baiknya bila telur langusng di siapkan ke mesin
tetas pada hari ke 3-7 setelah induknya bertelur. Mesin tetas yang digunakan harus
memiliki sirkulasi udara yang baik dan juga mudah untuk membalikan posisi telur dalam
incubator serta terbuat dari bahan yang mudah di bersihkan. Inkubator juga harus dijaga
perubahan temperaturnya sampai 0.25oF dan harus memiliki kelembaban sampai 60%.
Siapkan hanya telur bersih pada temperature 99.5-100oF selama 24 hari. Putar telur
setidaknya 3 kali sehari. Banyak dari produser yang menandai telurnya untuk
mengetahui apakah telur tersebut sudah dibalik atau belum. Untuk jumlah telur yang
lebih besar, incubator harus memiliki pemutar otomatis untuk mempermudah
penetasan. Setelah menetas incubator harus dibersihkan dan didisinfektan. Bila kita
membeli DOQ maka Langkah selanjutnya adalah persiapan untuk brooding.
Periode brooding berlangsung enam minggu pertama. Masa kritis terjadi pada
minggu pertama dan hal ini penting untuk membantu DOQ beradaptasi dengan baik.
Fakta dasar dari manajemen burung bahwa kualitas puyuh tidak dapat ditingkatkan
setelah menetas. Bersiaplah untuk kedatangan DOQ. Pembersihan, desinfektan, dan
kandang burung puyuh penyiapan harus selesai beberapa hari sebelum DOQ
kedatangan. Terlepas dari musimnya, indukan harus dijalankan setidaknya 24 jam
sebelum DOQ tiba, dan suhu alas kandang harus sekitar 95o F.
DOQ memiliki bahan yang cukup di kantung kuning telur mereka untuk bertahan
hidup dua sampai tiga hari pertama tanpa pakan (dengan asumsi suhunya benar), tetapi
mereka membutuhkan air. Penyediaan air sangat penting untuk dilakukan setelah DOQ
tiba untuk mencegah dehidrasi dan kematian. Perkenalkan 10 persen DOQ ke air dengan
menuangkan air ke paruh. Burung-burung ini akan mengajari burung lain tentang lokasi
air. Untuk membantu DOQ mendapatkan awal yang baik, berikan vitamin campurkan ke
dalam air.
DOQ mengalami kesulitan mengatur suhu tubuhnya sendiri pada 10 hingga 12
hari pertama kehidupan. Mereka mungkin kehilangan panas dalam jumlah yang
signifikan melalui kaki mereka, yang menjelaskan penekanan pada pemeliharaan
serasah pada 95 derajat F. Dingin menyebabkan DOQ meringkuk, menyebabkan
premature penutupan tangkai kantung kuning telur, dan membuat DOQ lebih banyak
rentan terhadap penyakit. Suhu brooder harus dipantau pada ketinggian DOQ – sekitar
2 inci – karena suhu dapat bervariasi sebanyak 5 hingga 8 derajat F dari tanah hingga 4
atau 5 kaki di atas lantai. Kurangi suhu brooder sekitar 5 derajat per minggu hingga
mencapai 70 derajat F.
Brooding umumnya dilakukan dalam unit melingkar berdiameter sekitar 7 hingga
8 kaki yang disebut "cincin brooder" yang umumnya terbuat dari karton atau lembaran
murah logam. Cincin brooder membuat DOQ tetap berada di sekitarnya hangat, air dan
pakan. DOQ bisa melompati cincin itu pada usia sekitar sembilan hari, sehingga cincin
tersebut harus dilepaskan ketika DOQ berumur delapan hari. Kepadatan stocking bisa
setinggi sebagai 10 burung per kaki persegi selama fase brooding.
Sebagian besar produsen burung menggunakan tipe air minum nipple. Air minum
nipple secara signifikan mengurangi banyaknya limbah cair dan lebih mudah
dibersihkan. Secara umum, setiap air minum nipple akan memasok air ke sekitar 15
burung.

2. Tatalaksana Pemelihaaraan Puyuh Pedaging


1) Periode Pemeliharaan
a) Puyuh Fase Starter dan Grower
Anak puyuh atau day old quail (DOQ) yang dipelihara periode starter (0–3 minggu)
merupakan bibit unggul yang bukan berasal dari perkawinan silang dalam/sedarah
(inbreeding). Puyuh dipilih yang besarnya sama, sehat, gesit, tidak cacat, paruh tidak
melengkung, sayap tidak patah mata harus cerah dan sehat, serta aktif atau lincah.
Kepadatan anak puyuh 0–2 minggu adalah 150 ekor per m2 , sedangkan pada umur 2
minggu adalah 100 ekor per m2 . Pada puyuh umur 1–7 hari dilakukan pemotongan
paruh untuk mencegah kanibalisme. Caranya dengan memotong sepertiga bagian paruh
menggunakan alat debeaker, atau bila tidak dan dapat dengan gunting.
Puyuh di dalam kandang indukan selama 3 minggu. Suhu di dalam kandang indukan
harus dijaga tetap stabil sekitar 35,5°C untuk minggu pertama, 29,3–32,2o C pada
minggu kedua dan ketiga. Untuk itu dipasang thermometer lingkungan yang diperiksa
setiap hari minimal tiga kali, untuk keperluan tersebut kandang maka harus dilengkapi
lampu 25–40 watt yang dinyalakan 14 jam pada malam hari. Jika cuaca mendung, lampu
hendaknya dinyalakan terus sepanjang siang dan malam hari.lntensitas cahaya 0–3
minggu adalah 60–70 lux, kemudian berkurang menjadi 10 lux pada umur 3 minggu.
(Sainsburry, 1992)
Pemberian ransum dilakukan secara ad libitum.Anak puyuh starter membutuhkan
protein 35%, dan energi metabolis 2900 kkal/kg. Pada umur 3–5 minggu, kadar
proteinnya menjadi 20% dan energi metabolis 2600 kkal/kg. Jumlah ransum yang
dibutuhkan menurut umur dapat dilihat pada Tabel 3.1. Puyuh jepang jantan untuk
tujuan pedaging diberikan ransum dengan kadar protein 23%. Puyuh yang sudah
berumur 40 hari memerlukan ransum sebanyak 40 g/hari, sebaiknya ransum dan air
minum yang segar harus selalu tersedia sepanjang hari.
Pada saat grower dilakukan diseleksi pada saat puyuh berumur 3–5 minggu. Pada
saat ini puyuh yang pertumbuhannya tidak normal atau kerdil disingkirkan, sehingga
diperoleh puyuh yang bobot tubuhnya seragam. Pada saat ini pula dilakukan sexing
untuk memisahkan jantan yang akan digunakan sebagai puyuh pedaging dan betina
yang akan digunakan sebagai puyuh pembibit atau puyuh petelur. Sexing dilakukan
dengan cara melihat perbedaan pada bagian kloaka, jika terdapat tonjolan kecil di
bagian dinding atas kloaka berarti puyuh tersebut jantan, jika tidak ada tonjolan
melainkan berbentuk horizontal dengan warna hitam kebiruan berarti betina. Selain dari
kloaka, warna bulu dada dapat juga dijadikan acuan seksing. Bulu dada betina bewarna
cokelat dan bergaris atau berbintik-bintik putih, sedangkan pada jantan berwarna
cokelat kemerahan, sedang bagan dada bagian bawah cokelatnya lebih muda
dibandingkan betina, dan tidak terdapat bintik-bintik atau garis putih.
b) Puyuh Fase Layer
Puyuh lebih mudah dibedakan setelah masa dewasa kelamin. Puyuh jantan memiliki
benjolan berwarna merah (foam ball) di antara ekor dan anusnya seperti terlihat pada
Gambar Benjolan lembut ini akan mengeluarkan cairan seperti bila dipijat. Selain itu
puyuh jantan dapat bersuara dengan bunyi keras, sedangkan betina tidak demikian. Hal
lain yang membedakan jantan dan betina adalah bobot puyuh betina umumnya 20%
lebih berat dibandingkan puyuh jantan dan bila dipegang terasa lebih lunak daripada
puyuh jantan.
Pada puyuh pembibit, memasuki fase layer dipelihara puyuh betina dan jantan,
sedangkan pada puyuh petelur hanya dipelihara betina saja. Syarat untuk dijadikan
puyuh pembibit adalah harus sehat, tubuhnya tegap, bobotnya antara 150–160 g,
dadanya berisi, kakinya tegap, tidak cacat, gesit, dan tidak kanibal. Selain itu betina dan
jantan tidak dari hasil perkawinan inbreed. Usia betina untuk menghasilkan telur tetas
yang baik adalah 16–40 minggu, sedangkan yang jantan 8–24 minggu. Pada umur
tersebut kualitas semen puyuh jantan masih baik, dan frekuensi kawin 4–5 kali/hari.
Perbandingan puyuh jantan dan betina di dalam kandang untuk tujuan produksi telur
tetas adalah 1 : 3. Telur tetas yang dihasilkan oleh induk pembibit diseleksi berdasarkan
berat (10–11 g), berbentuk oval, warna kulit bercak hitam kelabu menyebar merata,
tidak retak, dan bersih dari kotoran. Telur dikumpulkan dan disimpan di ruang
penyimpanan hingga mencapai jumlah tertentu (optimal selama 4 hari) untuk kemudian
dapat ditetaskan.
2) Pakan (Ransum)
Faktor terpenting dalam keberhasilan beternak burung puyuh adalah faktor pakan
(nutrisi), disamping faktor kandang dan bibit. Faktor pakan meliputi cara pemberian dan
kebutuhan gizi menurut tingkatan umurnya. Pakan dianggap faktor terpenting karena
80% biaya yang dikeluarkan seorang peternak burung puyuh digunakan untuk
pembelian pakan. Di alam aslinya, burung puyuh liar gemar memakan biji-bijian,
tumbuh-tumbuhan, dan serangga. Kemampuannya dalam berburu makanan
kegemarannya membuat kebutuhan gizi untuk hidup dan produksi produksinya dapat
terpenuhi. Berbeda dengan burung puyuh ternak yang tidak dapat mencari makanan
sendiri. Kelangsungan hidup dan produksinya seratus persen tergantung pada peternak.
Oleh sebab itu, pemberian ransum yang tepat akan sangat berpengaruh terhadap
kelangsungan hidup dan produksinya. Ransum burung puyuh terdiri dari beberapa
bentuk, diantaranya pelet, remah-remah, dan tepung. Ransum terbaik berbentuk
tepung, namun pakan berbentuk tepung dapat mengakibatkan gangguan pernapasan.
Oleh sebab itu, pakan tepung perlu diberi sedikit air agar menggumpal. Manfaat lain
penambahan air dapat meningkatkan nafsu makan burung puyuh. Kebutuhan nutrisi
burung puyuh adalah lebih tinggi dibandingkan ayam. Tingkatan nutrisi yang disarankan
oleh berbagai peneliti bervariasi.
a. Zat Pakan dan Pakan Burung Puyuh
Protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, dan air harus tersedia dalam jumlah
cukup. Kekurangan salah satu komponen pakan tersebut mengakibatkan gangguan
kesehatan dan menurunkan produktivitas.
1. Protein
Protein terkandung dalam bahan pakan nabati dan hewani antara lain bungkil
kedelai, bungkil kacang tanah, tepung ikan, tepung hati, tepung cacing, dan berbagai
macam butiran. Fungsi protein antara lain sebagai materi penyusun dasar semua
jaringan tubuh yang dibentuk. Jaringan tubuh tersebut berupa otot, sel darah, kuku, dan
tulang. Selain itu, protein berfungsi untuk pertumbuhan jaringan baru, bahan pembuat
telur, dan sperma. Bila kadar protein dalam pakan tidak cukup, pertumbuhan menjadi
tidak normal. Bila keadaan tersebut dibiarkan berlarut-larut, burung puyuh dapat
mengalami kematian.
2. Karbohidrat
Karbohidrat dibutuhkan oleh ternak untuk memenuhi kebutuhan energinya. Energi
digunakan untuk kebutuhan hidup pokok, gerak otot, sintesa jaringan-jaringan baru,
aktivitas kerja, serta memelihara temperatur tubuh. Bila hewan muda diberikan energi
melebihi dari kebutuhan untuk hidup pokoknya, energi tersebut akan digunakan untuk
membentuk protein. Sementara kelebihan karbohidrat pada hewan dewasa diubah
menjadi lemak. Biasanya, karbohidrat terdapat dalam bahan pakan yang berasal dari
tumbuhtumbuhan seperti jagung, dedak padi, minyak kelapa, minyak jagung, dan
minyak wijen. Diantara bahan pakan tersebut, jagung kuning paling sering digunakan
karena selain sebagai sumber karbohidrat, karoten yang terkandung di dalamnya
berfungsi untuk mewarnai kuning telur dan bagian kuning lainnya pada organ tubuh
burung puyuh.
3. Lemak
Lemak merupakan sumber karbohidrat, yang berarti pula sebagai sumber energi.
Fungsi lemak membantu penyerapan vitamin (A, D, E, K), menambah palatabilitas,
menyediakan asam-asam lemak esensial, mempengaruhi penyerapan vitamin A dan
karoten dalam saluran pencernaan, berpengaruh penting dalam penyerapan Ca, serta
menambah efisiensi penggunaan energi. Sumber lemak terdapat dalam bahan pakan
seperti minyak kelapa, minyak kacang kedelai, minyak jagung, dan minyak biji kapas.
4. Vitamin
Vitamin merupakan senyawa organik yang harus selalu tersedia, walaupun dalam
jumlah sangat kecil, untuk metabolisme jaringan normal. Secara langsung ataupun tidak,
defisiensi vitamin pada puyuh mengakibatkan kerugian seperti lebih mudah terserang
penyakit sehingga menurunkan produktivitas, bahkan menimbulkan kematian. Sumber
pakan yang mengandung vitamin bermacam-macam diantaranya daun-daunan, biji-
bijian, kuning telur, atau jagung kuning.
5. Mineral
Semua jenis ternak, termasuk burung puyuh, sangat memerlukan mineral dalam
ransumnya, baik berupa mineral makro (Ca, P, Na, K, dan Cl) atau mineral mikro. Pada
prinsipnya peternak harus menyediakan mineral dalam jumlah cukup. Kelebihan mineral
berpengaruh buruk terhadap kesehatan. Sementara kekurangan mineralpun dapat
menurunkan kesehatan. Kerugian akibat kurang atau lebihnya kadar mineral dapat
menyebabkan kerugian besar. Bahan pakan yang mengandung mineral antara lain
tepung tulang, kulit kerang, bijibijian, dan garam dapur.
6. Air
Bagian terbesar dan terbanyak dari jaringan tubuh hewan (40-70%) adalah air.
Fungsi air sangat vital, yaitu mengangkut zat-zat pakan dari satu bagian tubuh ke bagian
tubuh lainnya. Fungsi air lainnya yaitu mempertahankan bentuk sel, mengatur dan
mempertahankan suhu tubuh, meminyaki persendian, serta meningkatkan fungsi mata,
telinga, dan reaksireaksi biokimia dalam tubuh. Pada unggas, air berfungsi dalam proses
pembentukan dan produksi telur. Oleh sebab fungsinya sangat vital, air harus selalu
tersedia dalam jumlah yang cukup.
7. Kebutuhan Pakan
Berdasarkan Fase Pemeliharaan Burung puyuh mempunyai dua fase pemeliharaan,
yaitu fase pertumbuhan dan fase bertelur. Fase pertumbuhan puyuh terbagi lagi
menjadi dua, yaitu fase starter (umur 0-3 minggu) dan grower (umur 3-5 minggu).
Perbedaan fase ini beresiko pada pemberian pakan berdasarkan perbedaan
kebutuhannya. Anak burung puyuh berumur 0-3 minggu membutuhkan protein 25%
dan energi metabolis sebesar 2900 Kkal/kg. Pada umur 3-5 minggu, kadar pakannya
dikurangi menjadi 20% protein dan 2600 Kkal/kg energi metabolis.
Namun, untuk pertumbuhan optimal, pemberian protein yang dianjurkan sebanyak
25%. Kebutuhan protein dan energi burung puyuh dewasa berumur lebih dari 5 minggu
sama dengan burung puyuh berumur 3-5 minggu. Sementara kebutuhan protein burung
puyuh untuk pembibitan (sedang bertelur atau dewasa kelamin) sebesar 18-20%.
Tingginya kadar protein dan energi metabolis burung puyuh berumur 0-3 minggu
disebabkan karena pada umur tersebut burung puyuh belum dapat mengkonsumsi
ransum dalam jumlah besar. Oleh sebab itu, untuk memenuhi kebutuhan proteinnya
diperlukan kadar protein yang lebih tinggi dibanding puyuh berumur 3-5 minggu.
Kandungan protein dalam pakan burung puyuh petelur direkomendasikan 20%,
sedangkan kandungan protein 25% membuat burung puyuh cepat mengalami dewasa
kelamin. Komposisi pakan burung puyuh menurut umur dapat dilihat pada tabel.
Tabel 3. Komposisi Pakan Burung Puyuh Menurut Umur
Untuk mencegah pemborosan dalam pemberian ransum, ada baiknya seorang
peternak memberikan ransum berdasarkan umur puyuhnya. Sebagai patokan, jumlah
ransum berdasarkan umur terlihat pada Tabel 3
Tabel 4. Jumlah Ransum yang Diberikan Per Hari Menurut Umur Burung Puyuh

8. Cara Pemberian Pakan


Selain komposisi zat pakan dalam ransum, cara pemberian pakan pun harus
benarbenar diperhatikan. Bila tidak akan menggangu pertumbuhan, aktivitas,
kesehatan, dan produksi burung puyuh. Pada saat tertentu, misalnya cuaca yang sangat
panas, ransum dapat dibasahi sedikit dengan air. Dengan cara ini burung puyuh akan
bernafsu untuk makan. Ransum yang tidak habis dimakan harus segera dibuang. Ransum
basah mudah terserang jamur. Tempat bekas makan pun harus segera dicuci dan
dikeringkan. Ransum dapat diberikan dua kali sehari, yaitu pagi dan siang hari.
Berdasarkan hasil penelitian, pemberian pakan pada siang atau sore hari, ternyata
meningkatkan kesuburan dan produksi telur burung puyuh.
3. Pengendalian Penyakit
Pengendalian Penyakit Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi produsen
puyuh Bobwhite adalah mencegah wabah penyakit. Wabah penyakit dapat
mengakibatkan kematian kawanan domba mendekati setinggi 50-90 persen, yang dapat
berdampak negatif pada laba ekonomi Anda. Tidak seperti unggas komersial, hanya
beberapa obat yang disetujui untuk burung puyuh bobwhite. Oleh karena itu, produsen
harus mengidentifikasi rencana manajemen pencegahan untuk meminimalkan wabah
penyakit.
Tiga penyakit paling umum yang terjadi dengan produksi puyuh Bobwhite
adalah Quail Bronchitis, Ulcerative Enteritis, dan Quail Pox; Namun, penyakit lain
(Myoplasma, Botulisme, Coccidiosis, dan cacing Kapiler) juga telah bermasalah dengan
burung puyuh. Deskripsi singkat tentang pencegahan dan tanda-tanda klinis Quail
Bronchitis, Ulcerative Enteritis dan Fowl Pox disajikan di bawah ini:
1) Quail Bronchitis (QB)
Quail Bronchitis (QB) disebabkan oleh adenovirus. Transmisi vertikal (melalui
telur) dan horizontal (dari burung ke burung). Bukti ilmiah menunjukkan QB mungkin
diperkenalkan oleh burung liar. Morbiditas mendekati 100 persen dan kematian sering
50 persen, tetapi mungkin jauh lebih tinggi. Seka:li menjadi kawanan, QB menyebar
dengan cepat melalui pena dan dari pena ke pena. Umumnya, burung puyuh kurang dari
empat minggu sangat terpengaruh. Burung selama delapan minggu mungkin memiliki
infeksi subklinis.
Burung yang pulih atau terinfeksi secara sub-klinis mungkin merupakan shedders
dari virus. Tanda-tanda klinis adalah peningkatan kematian, nafsu makan yang tertekan,
dan tanda-tanda pernapasan yang berderak. Nekropsi mengungkapkan cairan lendir
putih melalui tubuh. Tidak ada pengobatan untuk QB. Tindakan terbaik adalah
manajemen yang baik. Tingkatkan suhu beberapa derajat untuk mencegah huddling dan
kemungkinan mati lemas. Tambahkan paket vitamin / mineral ke dalam air.
Mempraktikkan biosekuriti yang baik untuk meminimalkan kemungkinan mendapatkan
QB. Burung yang pulih dapat disimpan sampai tahun berikutnya dan digunakan untuk
peternak. Biasanya, mereka akan melewati antibodi melalui telur ke embrio.
2) Ulcerative Enteritis (UE)
Ulcerative Enteritis (UE) mungkin adalah penyakit yang paling umum diamati
pada burung puyuh. UE juga terjadi pada kalkun muda, belibis, burung pegar dan burung
game lainnya. Agen penyebab adalah bakteri gram positif yang dikenal sebagai
Clostridium colinum. Secara klinis, burung yang didiagnosis dengan UE kehilangan
kondisi tubuh dengan cepat dan menjadi dehidrasi dan emaciated. Burung mungkin
duduk dengan kepala ditarik kembali dan punggung berpunuk. Dada menjadi tipis,
keriput, dehidrasi dan memiliki tepi seperti pisau cukur. Lesi ditemukan di usus kecil
bawah, kantong cecal dan usus besar. Bisul dalam terlihat melalui dinding usus yang
belum dibuka. Kenakan sepatu sekali pakai, pakaian, dan sarung tangan jika Anda
mengunjungi peternakan lain.
3) Quail Pox Quail Pox
Quail Pox Quail Pox adalah penyakit virus yang mendapatkan masuk ke area kulit
yang tidak berbulu oleh lecet kecil atau oleh nyamuk. Ini masuk melalui menelan
sampah, lecet kecil ke saluran pencernaan atas, dan mungkin menelan air mata yang
terinfeksi. Cacar unggas paling sering terjadi selama musim gugur dan musim dingin. Lesi
cacar unggas ditandai sebagai nodul yang terangkat dan memerah. Nodul membesar,
menguning dan maju untuk membentuk kudis gelap tebal. Burung divaksinasi di sayap
pada usia enam hingga delapan minggu. Penghapusan tempat berkembang biak nyamuk
juga membantu mengendalikan cacar unggas. Tidak ada perawatan khusus untuk cacar
unggas ada.

Sanitasi dan Biosekuriti


Sanitasi dan biosekuriti adalah bentuk asuransi yang murah. Memulai dan
mengikuti sejumlah prosedur mengurangi kemungkinan wabah penyakit. Biosecurity
mencakup langkah-langkah yang mencegah masuknya dan kelangsungan hidup virus,
bakteri, parasit, jamur, serangga, hewan pengerat, dll Salah satu agen ini dapat
membahayakan kesehatan kawanan domba, terlepas dari usia.
Pengumpan dan penyiraman terpisah harus tersedia untuk setiap kelompok usia.
Jangan memindahkan pengumpan, penyiraman, atau peralatan lainnya dari yang lebih
tua ke kelompok yang lebih muda tanpa membersihkan dan mendisinfeksinya terlebih
dahulu. Jika Anda mempertahankan spesies yang berbeda di tempat yang sama, batasi
setiap spesies ke area tertentu. Saat membuat sekat, perhatikan drainase. Drainase
bahan tinja atau beracun dapat menyebabkan masalah dan adanya penumpukan telur
parasit di kandang. Pekerja yang merawat anak burung puyuh harus berganti pakaian
dan memperhatikan mencuci tangan dan boot jika mereka merasa perlu untuk pergi dari
burung yang lebih tua ke yang lebih muda. Lakukan yang terbaik untuk mencegah
pemindahan kotoran kandang dari burung yang lebih tua ke yang lebih muda. Kotoran
kandang mengandung oocytes atau ovarium dari banyak penyakit parasit. Tempatkan
pakan dan wadah air sehingga kontaminasi feses diminimalkan.
Metode sederhana untuk mencegah burung mendapatkan akses ke kotoran
adalah dengan membangun lubang kecil di dekat pakan. Pasang kain perangkat keras
1/4 inci ke papan. Kawat harus bebas dari tonjolan tajam sehingga burung tidak merusak
diri mereka sendiri. Tarik taut kawat sebelum mengamankannya ke papan. Sekarang,
posisi blok cinder sehingga struktur kawat dapat diposisikan di atas blok sehingga
memiliki beberapa keamanan dan ketegasan.

Kontrol hewan pengerat


Kontrol hewan pengerat adalah bagian integral dari biosecurity. Hewan pengerat
tidak hanya akan menghancurkan dan mencemari pakan, mereka dapat menyerang dan
membuat panik burung-burung dan / atau menghancurkan kabel dan memperkenalkan
penyakit, terutama Salmonella, Leptospira, coccidia dan penyakit parasit lainnya. Hewan
pengerat mungkin secara efektif dikendalikan oleh berbagai langkah. Pertama, pasang
semua lubang yang mungkin mereka gunakan untuk tidak membuat celah masuk.
Hilangkan area persembunyian bersarang dengan membuang sampah dan peralatan
yang tidak perlu dari sekitar fasilitas. Jauhkan halaman dipangkas setidaknya 50 kaki dari
fasilitas. Hewan pengerat lebih suka tempat tertutup. Buat program memancing.
Program memancing membutuhkan beberapa pengetahuan tentang kebiasaan hewan
pengerat agar efektif. Juga, mereka paling efektif ketika sumber pakan alternatif
dihilangkan atau diminimalkan, sehingga memaksa hewan pengerat untuk memakan
umpan.
9. Kandang dan Peralatan Perkandangan
Kandang merupakan salah satu komponen penting dalam usaha ternak burung
puyuh. Kandang merupakan tempat tinggal, tempat beraktivitas burung puyuh setiap
hari. Kondisi kandang sangat mempengaruhi terhadap produktivitas burung puyuh.
Kandang yang nyaman akan membuat burung puyuh lebih sehat dan lebih produktif.
Kandang yang banyak digunakan dalam pemeliharaan burung puyuh yaitu kandang
sistem liter dan sistem sangkar (kandang baterai). Letak kandang diatur sedemikian rupa
sehingga kendang cukup mendapatkan sinar matahari. Selain itu suhu kelembaban
kandang perlu diperhatikan, suhu yang ideal untuk pertumbuhan puyuh yaitu 20-24o c
dan kelembaban 30-80%. Kandang system litter masih sangat jarang ditemukan di
peternakan Indonesia, lebih banyak digunakan dinegara dengan 4 musim. Bila adapun
biasanya digunakan pada burung puyuh pembibit. System litter ini bisa menggunakan
80% sekam padi 15% kotoran sapi kering dan 5% kapur.
Pada system ini litter harus diaduk dan dibalik agar tidak menjadi padat dan basah,
karena liter yang basah dapat menyebabkan tumbuh dan berkembangnya penyakit.
Litter harus diganti sekitar dua bulan sekali. Lantai kandangnya harus kuat menahan
litter dan tidak berlubang. Saat pergantian penghuni litter harus diganti dengan yang
baru, dan kandang dibersihkan dengan disemprot menggunakan desinfektan. Kandang
system baterai paling banyak digunakan oleh peternak burung puyuh di Indonesia.
Dinding dan lantainya terbuat dari kawat ram, dengan alas dibawah kandang sebagai
penampung kotoran. Kandang system ini memiliki system udaea yang bagus dan dapat
mencegar beberapa penyakit yang disebabkan oleh parasite. Namun, dinding kandang
sebaiknya diberi plastik agar bisa digulung untuk sirkulasi udara pada malam hari dari
terpaan angina kencang.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membangun kandang burung
puyuh, misalnya:
1. Penentuan Lokasi Kandang Letak kandang burung puyuh sangat menentukan
keberhasilan usaha di masa depan. Karena burung puyuh merupakan ternak
yang sangat sensitif, ada beberapa syarat dalam pembuatan kandangnya,
antara lain :
• Letakkan kandang di tempat yang jauh dan sumber kebisingan.
Karena burung puyuh akan stres bila berada di tempat yang
bising.
• Lokasi kandang harus jauh dari permukiman penduduk, karena
kotoran burung puyuh memiliki kadar protein yang tinggi
sehingga bilamana penanganannya kurang baik maka akan terjadi
penguraian gas amonia di tempat pengumpulan kotoran.
Akibatnya, akan muncul bau yang tajam yang tentu sangat
mengganggu penduduk di sekitar kandang.
• Memiliki sirkulasi udara yang baik, burung membutuhkan udara
segar untuk hidup sehat, namun meski begitu bukan berarti
burung puyuh boleh terkena angin keras.
• Hindari ternak puyuh berada dalam satu lokasi dengan ternak lain.
• Memiliki sumber air yang berlimpah, karena air sangat
dibutuhkan oleh burung puyuh setiap harinya. Meski tidak
berlebihan seperti pada ternak bebek, air tetap harus selalu ada
setiap hari. Jangan sampai burung puyuh kekurangan air karena
akan dapat menimbulkan kanibalisme.

2. Kepadatan kandang Kepadatan kendang juga perlu diperhatikan. Kandang


sangat berperan terhadap daya hidup, produksi puyuh, dan biaya produksi.
Umur 1-10 hari (anak puyuh) tingkat kepadatan 90-100 ekor/ m2 , umur 10
hari (lepas sapih) tingkat kepadatan 60 ekor/ m2, puyuh dewasa tingkat
kepadatan 40 ekor/ m2.
Choeronisa dkk. (2016) menyatakan bahwa kepadatan kandang dan kesempatan
untuk memperoleh ransum di dalam kandang berpengaruh terhadap tingkah laku,
karena puyuh merupakan hewan yang memiliki sistem thermoregulasi di dalam
tubuhnya. Semakin tinggi kepadatan, akan mempengaruhi suhu di dalam kandang,
seperti cekaman panas yang tinggi, tingkat amonia yang berasal dari feses
meningkat, terjadi kompetisi dalam konsumsi ransum sehingga timbul sifat
kanibalisme pada puyuh. Hal ini mempengaruhi sistem termoregulasi dan
mempengaruhi faktor perubahan tingkah laku. Sebaliknya, kepadatan kandang
puyuh yang rendah akan menyebabkan kurang efisien dalam penggunaan tempat.
Selain itu, kepadatan kandang yang rendah akan menyebabkan pertumbuhan puyuh
berkurang karena terjadinya penggunaan energi yang berlebih akibat aktivitas
puyuh di dalam kandang (Wheindrata 2014).
3. Cahaya
Kandang harus memiliki cukup ventilasi dan sinar matahari yang masuk. Burung
puyuh memerlukan bantuan penerangan untuk kandang sekitar 25-40 watt pada
waktu siang hari, dan 40-60 watt pada malam hari. Cahaya digunakan sekitar 14-16
jam.
4. Tersedia tempat makan dan tempat minum yang cukup.
Burung puyuh mempunyai sifat jelek, yaitu kanibalisme. Apabila kandang kurang
luas maka akan menyebabkan penghuninya berdesak-desakan. Hal itu dapat
menimbulkan perkelahian di antara mereka. Bila demikian, sifat kanibalismenya
akan muncul. Produksi telurnya akan terganggu dan pertumbuhannya akan menjadi
kurang baik.
5. Dasar lantai Sebaiknya lantai kandang terbuat dan kawat berlubang lubang
(kawat ram atau kawat loket). Di bawah kawat ram ini diletakkan papan penampung
kotoran yang terbuat dan triplek yang dilapisi seng tipis agar tahan lebih lama.
6. Dinding kandang Dinding kandang sebaiknya terbuat dan kawat ram , agar
udara segar dapat masuk. Karena burung puyuh sangat sensitif terhadap perubahan
lingkungan, kandang burung puyuh hendaknya diletakkan di ruangan yang aman,
terhindar dari hembusan angin langsung, sehingga tidak kedinginan dan terganggu
suara bising. Berikut macam-macam kandang untuk puyuh pedaging :
1). Kandang yang digunakan untuk reproduksi Puyuh mulai bertelur pada umur
7 minggu, dengan pencapaian 50% berproduksi pada minggu ke 8. Perbandingan
puyuh dalam berproduksi sekitar 1:5. Kandang yang akan dipakai untuk proses
pembibitan tentunya akan memiliki pengaruh langsung terhadap peforma dan
produktifitas dari burung puyuh yang akan menghasilkan hasil yang berkualitas.
Ukuran atau besarnya kandang dalam proses ini tentunya di pengaruhi oleh jumlah
puyuh yang ada
2). Kandang Indukan
Kandang indukan memiliki jenis, ukuran dan bentuk serta kebutuhan –
kebutuhan dari segi peralatan yang akan sama tentunya. Sedangkan khusus untuk
ukurannya atau lebar kandang, bisa menyesuaikan dengan ukuran kandang
pembibitan atau bisa lebih besar.
3). Kandang untuk Anak Burung Puyuh
Setelah menetas, anak puyuh berumur satu hari dengan berat 8-10 gram akan
menggunakan jenis kandang khusus anak burung puyuh. Kandang brooder di
khususkan untuk memberikan panas yang cukup. Ini sangat dibutuhkan para anakan
puyuh. Dalam kandang brooder di lengkapi dengan alat pemanas ruangan. Untuk
memuat 90 hingga 100 ekor anak puyuh anda hanya memerlukan ukuran kandang
dengan panjang 100 cm, tinggi 40 cm, lebar 100 cm dan tinggi kaki hingga 50 cm.
4). Kandang pertumbuhan anak puyuh
Kandang yang digunakan berupa kawat ram atau kandang yang memiliki jenis
yang sama dengan kandang yang di gunakan untuk para induk petelur. Anak puyuh
yang berumur 3 hingga 6 minggu akan di pindahkan ke kandang ini begitu juga
dengan anak puyuh yang berumur lebih dari 6 minggu. Untuk menyempurnakan
kebersihan kandang burung puyuh. Kandang perlu disemprot menggunakan larutan
desinfektan.
Pertama-tama harus dilakukan pembersihan terhadap alas kandang dan
kotoran. Dengan begitu, burung akan terhindar dan pencemaran kuman dan jamur.
Tempat minum dan tempat makan juga harus dibersihkan. Kalau perlu rendam
dahulu dengan larutan desinfektan kemudian dibilas air bersih, ditiriskan sampai
kering baru kemudian dipasang lagi di dalam kandang. Apabila semua itu dilakukan
dengan benar, burung puyuh tidak akan mudah terserang penyakit. Sebaiknya
kotoran burung puyuh dibuang setiap hari. Paling lama dua hari sekali kotoran harus
dibersihkan, tidak dibiarkan menumpuk sehingga menjadi sumber penyakit. Cara
penanganannya sangat mudah. Setiap kandang dilengkapi alas untuk tempat
kotoran yang sewaktu-waktu dapat ditarik keluar. Kotoran di atasnya dibuang ke
tempat penampungan. Alas tersebut alu dibersihkan sampai bersih. Kalau perlu
dicuci dan disemprot larutan desinfektan, ditiriskan. Setelah kering baru dipasang
kembali. Hal ini harus dilakukan secara rutin.

B. PENETASAN
Penetasan merupakan tahap penting dalam beternak burung puyuh. Pada
hakekatnya penetasan dapat dibagi menjadi dua, yaitu penetasan secara alami (dengan
induknya sendiri) dan secara buatan ( dengan menggunakan mesin tetas). Di dalam
makalah ini akan dijelaskan penetasan secara buatan menggunakan mesin tetas.
Mesin Tetas (Inkubator)
Mesin tetas merupakan merupakan sebuah peti atau almari dengan konstruksi yang
dibuat sedemikian rupa sehingga panas didalamnya tidak terbuang. Suhu di dalam mesin
tetas dapat diatur sesuai dengan ukuran derajat panas yang kita butuhkan selama
periode penetasan. Prinsip kerja mesin tetas ini sama dengan induk unggas.
1. Penanganan Sebelum Masuk Mesin Tetas
Proses persiapan telur tetas sebelum masuk mesin tetas yaitu lakukan pengambilan
telur, pemilihan telur dan penyimpanan telur yang tepat.
• Pengambilan telur dari kandang dilakukan tiga kali sehari untuk membatasi
paparannya terhadap terhadap kondisi kandang. Pengambilan terakhir harus
dilakukan sore hari agar tidak tertinggal di kandang indukan semalaman. Telur
yang kotor tidak dapat di tetaskan karena mudah terkontaminasi. Permasalahan
ini bisa terselesaikan dengan meningkatkan manajemen dan sanitasi di dalam
kandang. (Poultrysite.com, 2014).
• Pemilihan telur tetas yang baik yaitu telur harus bersih, bebas dari cacat
cangkang, cukup besar dan kualitas cangkangnya biak. Telur yang telah diambil
dari kandang harus segera disimpan di ruang telur agar mengurangi
perkembangan yang berlebihan dan melemahnya embrio. (Poultrysite.com.
2002).
• Simpan telur tetas dengan ujung yang lebih kecil ke bawah dalam pendingin.
• Pertahankan ruang penyimpanan telur pada suhu 55 – 70 ºF dan kelembaban
relative sekitar 70-80%.

Sumber: Poultrysite.com
• Penyimpanan telur lebih dari tujuh hari akan mengurangi daya tetas telur.
• Hindari memindahkan telur langsung dari pendingin ke incubator. Membiarkan
telur selama satu hingga dua jam dalam kondisi ruangan secara bertahap dapat
mengurangi kondensasi telur. (Poultrysite.com, 2014).
• Banyak produsen yang melakukan pra-pemanasan terlebih dahulu pada telur
sebelum pengaturan. Saat telur sudah dihangatkan sebelumnya, te;ur
dikeluarkan dari ruangan yang dingin dan dibiarkan menghangat secara bertahap
untuk mengurangi keringat atau kondensasi air di permukaan kulit telur. Pra-
pemanasan harus dilakukan dengan benar agar tidak mengurangi daya tetas
telur dan kualitas anak puyuh. Lingkungan pra-pemanasan harus memiliki aliran
udara yang kuat sehingga uap air kondensasi akan menguap saat terbentuk. (W.
A. Dozier, 2010).
2. Penanganan Saat Masuk Mesin Tetas
• Penempatan telur dalam mesin tetas
Peletakan telur dalam mesin tetas diatur dengan ujung kecil menghadap ke
bawah. (Poultrysite.com, 2014).

Sumber: Poultrysite.com
• Pengaturan Mesin Tetas
Pada umumnya suhu ideal dalam incubator udara paksa harus 99,5ºF dengan
kelembaban 60%. Kelembaban relative dalam mesin penetasan harus sedikit
lebih tinggi yaitu 70-75% dengan suhu sedikit lebih rendah dari 97-99 ºF. namun
suhu ideal akan bervariasi bergantung dengan mesin tetas yang digunakan dan
kondisi ruang penetasan. (W. A. Dozier, 2010).

Sumber: Poultrysite.com.
Pada mesin tetas sangat penting untuk menghilangkan karbon dioksida
dan kelembaban dari incubator. Aliran udara yang masuk dan keluar dan mesin
tetas harus stabil. Dan aliran udara yang ada harus aliran udara yang segar
karena oksigen sangat dibutuhkan dalam mesin tetas untuk perkembangan
embrio.
Dalam ruangan mesin tetas tidak dianjurkan menggunakan AC agar suhu
dan kelembaban udara terjaga. (Poultrysite.com, 2014).
Jika incubator berisi baki, simpan semua baki dengan atau tanpa telur di
dalam mesin setiap saat selama operasi untuk menjaga aliran udara yang tepat
serta suhu dan kelembaban yang lebih seragam. Setelah 20 hari inkubasi, suhu
dan kelembaban perlu disesuaikan. Oleh karena itu incubator hatcher terpisah
harus digunakan selama tiga hari terakhir inkubasi. (Poultrysite.com, 2014).
Inkubation time and requirements for Bobwhite quail
Item Optimum Value
Incubation time, days 23-24
Forced air temperature (A), ºF 99.75
Humidity (B), % 84-86
Operating temperature last three days of 99
incubation (A), ºF
Humidity last three days of incubation (B), % 90-94
(A) All operating temperatures are given in degrees Fahrenheit – Dry Bulb.
(B) Humidity is presented as degrees Fahrenheit – Wet Bulb.
(W. A. Dozier, 2010).
• Peneropongan telur
Peneropongan telur dapat dilakukan sebelum masa inkubasi dan setelah
7-10 hari inkubasi. Sebelum masa inkubasi, peneropongan telur dilakukan untuk
memeriksa kualitas telur. Cangkang telur yang mengalami keretakan tidak bisa
di tetaskan. Setelah 7-10 hari inkubasi. Telur-telur yang tidak memiliki jaringan
pembuluh darah yang jelas dibersihkan dan dilakukan breakout pada telur-telur
tersebut untuk mengetahui penyebab kegagalan penetasan. (W. A. Dozier,
2010).
• Proses pemutaran telur
Selama inkubasi, telur perlu diputar secara teratur untuk mencegah
embrio menempel pada membrane. Perangkat pembalik telur mekanis
direkomendasikan dan diperlukan pada penetasan telur dengan jumlah besar.
Saat telur yang dierami sedikit dapat diputar secara manual. Pemutaran telur
tidak kurang dari tiga kali sehari. Memutar telur tidak diperlukan selama
sepertiga terakhir inkubasi tetapi Sebagian besar telur dibalik sampai
dipindahkan ke mesin tetas. (W. A. Dozier, 2010).
Selama 20 hari pertama inkubasi, telur harus di putar minimal tiga kali
setiap hari, tetapi sebaiknya 12 hingga 24 kali perhari. Telur harus dibalik dengan
memutar baki dari sisi ke sisi pada sudut 45 derajat. Mengatur twelur dengan
ujung kecil ke atas atau membalik telur secara tidak benar menyebabkan embrio
mati pada berbagai usia (terutama dalam seminggu terakhir) dan malposisi
(kepala berada di ujung kecil telur). (Poultrysite.com, 2014).
3. Penanganan Saat Menetas dan Keluar dari Mesin Tetas
Saat anak puyuh menetas. Puyuh di biarkan di dalam hatcher sampai 90% kering.
Kemudian pindahkan kekandang brooder.
Setelah proses penetasan telur, dilakukan proses pembersihan cangkang telur
yang sudah menetas dan mesin tetas yang telah digunakan. Karena cangkang telur
yang tidak dibersihkan dapat menyebabkan mesin tetas menjari sarang bakteri dan
menyebabkan kegagalan dalam penetasan.
Pembersihan mesin tetas dapat dilakukan dengan fumigasi. Fumigasi dengan gas
formaldehida adalah metode yang efektif untuk membunuh mikroorganisme dalam
incubator dan telur. Incubator kosong yang beroperasi pada kondisi normal harus
difumigasi selama tiga jam dengan 0,6 gram kalium permanganate dalam 1,2 ml
formalin (40% formaldehida) perkaki kubing ruang incubator. Segera setelah kondisi
normal tercapai, fumigasi dilakukan selama 20 menit dengan 0,4 gram kalium
permanganate dan 0,8 ml formalin per kaki kubik ruang. (Poultrysite.com, 2014).
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Daya Tetas Telur
• Agar inkubasi dapat berhasil dengan baik. Sejumlah faktor harus dikontrol
seperti suhu, kelembaban, pemutaran telur, ventilasi, posisi telur dan sanitasi.
Suhu merupakan faktor yang paling kritis. Sistem peman9tauan suhu dengan
alarm yang memperingatkan kondisi abnormal sangat bagus. Karena suhu 1 ºF
hingga 2 ºF di atas atau dibawah suhu optimum akan menyebabkan penurunan
daya tetas dan kualiyas anak puyuh akan menjadi lebih buruk. Pada hari terakhir
suhu harus di turunkan 1 ºF. (Poultrysite.com, 2014).
• Menggunakan setter dan hatcher terpisah akan menghasilkan anak puyuh yang
lebih bersih dan mengurangi kontaminasi silang antara telur yang menetas dan
telur yang baru di masukan.
• Kegagalan dalam memposisikan telur dengan benar dapat menyebabkan
berbagai kelainan.
• Untuk mengurangi kemungkinan telur meledak dalam incubator, pastikan telur
tidak retak atau bocor. Telur meledak karena bakteri memproduksi gas di dalam
telur. Telur yang meledak dalam incubator dapat mengkontaminasi telur-telur
lain dalam incubator dan dapat mencemari embrio dalam telur tersebut(W. A.
Dozier, 2010).
• Ruang incubator, ruang penyimpanan telur dan sekitarnya harus dijaga
kebersihannya. Mencuci dan mendisinfeksi area secara berkala akan mencegah
akumulasi debu dan bahan limbah serta penumpukan jamur dan bakteri yang
menyertainya. Jauhkan semua kotak bekas, tempat telur, burung dan sumber
kontaminasi lain dari tempat penetasan. Incubator yang kotor menghasilkan
daya tetas yang buruk dan kualitas anak puyuh yang buruk. Fumigasi dengan gas
formaldehida adalah metode yang efektif untuk membunuh mikroorganisme
dalam incubator dan telur. Incubator kosong yang beroperasi pada kondisi
normal harus difumigasi selama tiga jam dengan 0,6 gram kalium permanganate
dalam 1,2 ml formalin (40% formaldehida) perkaki kubing ruang incubator.
Segera setelah kondisi normal tercapai, fumigasi dilakukan selama 20 menit
dengan 0,4 gram kalium permanganate dan 0,8 ml formalin per kaki kubik ruang.
(Poultrysite.com, 2014).
• Jangan mengasapi telur yang telah diatur dari 24 hingga 96 jam atau saat anak
puyuh menetas. Tindakan pencegahan harus dilakukan untuk mencegah kontak
kulit dengan larutan formalin atau menghirup gas formaldehida. Penting untuk
memiliki sistem pembuangan gas yang baik dari ruangan setelah pengasapan.
(Poultrysite.com, 2014).
DAFTAR PUSTAKA

Listiyowati, E. dan K. Roospitasari. 2000. Tata Laksana Budi Daya Puyuh Secara
Komersial. Penebar Swadaya, Jakarta.
_________________. 2005. Tata Laksana Budidaya Puyuh Secara Komersial. Penebar
Swadaya. Jakarta.
PennState Extension. 2005. Bobwhite Quail Production. Diakses dari
https://extension.psu.edu/bobwhite-quail-production
Poultrysite.com. 2014. Bobwhite Quail Production 2. Diakses dari
https://www.thepoultrysite.com/articles/bobwhite-quail-production-2.
--------------------2002. Bobwhite Quail Production and Management Guide.
Diakses dari https://www.thepoultrysite.com/articles/bobwhite-quail-
production-and-management-guide
W. A. Dozier, III and K. Bramwell., J. Hatkins., Claudia Dunkley. 2010. Bobwhite Quail
Production and Management Guide. The University of Georgia. Diakses dari
https://athenaeum.libs.uga.edu/bitstream/handle/10724/12470/B1215.pdf?se
quence=1
MAKALAH PRODUKSI ANEKA TERNAK UNGGAS
“ Itik Manila “

Oleh :
Kelompok 2
Kelas A

Pachmi Pachrizal 200110150129


Gilang Mila Permata Indah 200110180007
Rahmawati 200110180174

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga makalah produksi aneka ternak ungags “Itik Manila” dapat
selesai dengan tepat waktu. Pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengkaji
mengenai pembibitan dan penetasannya.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Ir. Dani Garnida, MS. selaku
dosen mata kuliah produksi aneka ternak unggas yang telah membimbing penulis
dalam mata kuliah produksi aneka ternak unggas.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak kekurangan dalam penulisan
makalah ini, karena keterbatasan penulis baik pengalaman serta pengetahuan yang
dimiliki. Berdasarkan hal tersebut, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi makalah yang lebih baik. Semoga makalah ini bisa
bermanfaat untuk pembaca.

Jatinangor, 11 November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii

BAB I Penanganan Bibit.......................................................................................... 3

BAB II Tatalaksana Pemeliharaan ........................................................................... 5

BAB III Penetasan................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 15

ii
PENANGANAN BIBIT

1.1. Bibit anak


Cara melakukan seleksi ternak bibit secara genetis adalah sebagai berikut :
Pilih 25% dari 100 ekor induk betina yang produksi telurnya di atas 60% kemudian
kawinkan induk hasil seleksi tersebut dengan pejantan Unggul dalam kandang
kelompok. Seleksi telur yang dihasilkan kemudian ditetaskan titik Setelah telur
menetas ambil 100 ekor anak itik atau betina yang telah terseleksi titik ini disebut
keturunan pertama atau F1. DOD F1 ini dipelihara dalam kandang individu
sehingga dewasa dan telah bertelur selama 3 bulan produksi.
1.2 Seleksi Induk Betina
Seleksi induk secara tradisional dilakukan berdasarkan bentuk fisik tubuh
atau performa itik. Para peternak melakukan seleksi Berdasarkan pengalaman dan
memberikan hasil yang cukup baik. Secara umum ciri-ciri induk betina yang baik
adalah sebagai berikut:

a) Badan sehat (tidak terserang penyakit) dan tidak cacat.

b) Itik telah berumur antara 1 dan 2 tahun. Induk yang berumur kurang dari 1
tahun masih menghasilkan telur yang berkualitas rendah sehingga
umumnya anak itik dari telur tetas tersebut akan berbadan lemah, bulu
jarang tidak rapat dan mudah terserang penyakit. Sementara telur tetas
yang dihasilkan dari itik yang berumur lebih tua dari 2 tahun umumnya
menghasilkan dod yang berukuran kecil, pertumbuhan kurang baik atau
lambat.

c) Mata terang dan jernih

d) Ukuran badan cukup besar tetapi tidak gemuk

e) Perut lebar

f) Gesit dan aktif, bila dipegang memberontak.

g) Bulu halus tipis rapat dan bersih mengkilap

3
h) Kulit badan lembut dan halus leher panjang

i) Kaki dan telapak kaki kuat.

j) Paruh lebar dan panjang

k) Kedua sayap rapat ke badan dan sempit

l) Ketika berjalan posisi badan tegak, produksi telur lebih dari 60% dengan
berat telur sekitar 60 hingga 70 gram berat badan untuk setiap jenis itik itik
mulai bertelur pada umur 5 hingga 6 bulan.

m) Bobot badan itik betina muda 2,7 (kg) dan itik betina dewasa 3,1 (kg)

n) Sudut antara kepala dan leher sempit.

1.3 Seleksi Jantan


Ciri induk jantan yang baik adalah sebagai berikut :

a) Badan tidak cacat dan sehat

b) Berumur antara 1 hingga 2 tahun tetapi harus 1 bulan lebih tua dari induk
betinanya misalnya itik betina yang dijadikan induk berumur 12 bulan maka
induk jantan yang dipilih harus berumur 13 bulan

c) Mata terang dan jernih badan cukup besar tetapi tidak gemuk

d) Gesit dan aktif bulu halus tipis bersih dan mengkilap.

e) Kulit badan lembut dan halus.

f) Kaki dan telapak kaki kuat

g) Berat badan itik manila calon pejantan muda 3,6 kg dan itik jantan dewasa
4,5 kg.
1.4 Itik Afkir
Itik afkir adalah itik pejantan yang sudah tua dan atau itik betina petelur
yang sudah tidak produktif lagi dengan umur afkir 2,5 tahun (Supriyadi, 2009). Itik afkir
yaitu itik petelur tua yang sudah kurang baik produksinya dan perannya segera diganti

4
dengan itik betina yang masih muda. Itik afkir dapat dijadikan sumber daging karena
bobot badannya yang sudah cukup tinggi dan dapat dijual sebagai itik potong.

TATALAKSANA PEMELIHARAAN ITIK MANILA

2.1 Pemilihan lokasi


Entok dapat hidup dimana saja, oleh sebab itu tidak sulit untuk menentukan
lokasi pemeliharaannnya, tetapi akan lebih baik jika lokasi kandang dekat dengan
parit, sungai dan persawahan. Sifat entok hampir sama dengan itik ataupun
angsa yaitu suka mencari tempat pakan ditempat yang basah.
2.2 Peralatan kandang
a. Tempat pakan, dapat dibuat dari bambu atau kayu
b. Tempat minum, dapat dibuat dari bambu atau menggunakan gallon untuk
anak entok. Tempat minum untuk entok biasa menggunakan semen,
namaun apabila dipelihara di dalam pekarangan dan dikelilingi pagar di
sekitarnya dapat menggunakan bak.
c. Suhu udara perlu untuk diperhatikan terutama pada siang da malam hari
salah satunya menggunakan pemanasan. Pemanasan untuk indukan
sangat diperlukan apabila anak itik dipelihara secara terpisah dari
induknya. Suhu yang dibutuhkan sekitar 29,4℃ - 32,2℃ pada minggu
pertama. Minggu kedua suhu diturunkan sampai mencapai 26,7℃ dan
minggu ketiga suhu dikurangi lagi menjadi 21,1℃
d. Kandang anak entok, apabila anak dipisahkan dari induknya maka perlu
membuat kandang khusus anak entok, kandang ini cukup dibuat dari
bamboo dan kayu dengan alas memakai ram kawat kasa yan glubangnya
tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil sehingga kotoran dapat dengan
mudah untuk jatuh melewati lubang-lubang kawat itu. Ukuran yang
dibutuhkan untuk 100 ekor anak entok atau anak itik manila adalah 75 cm
– 100 cm dengan tinggi kandang 75cm.
2.3 Pemberian Pakan

5
Entok betina periode pertumbuhan pada penelitian yang dilakukan oleh
Ayuningtyas dkk (2016) secara ad libitum dengan pemberian ransum kombinasi
antara ransum komersial ayam pedaging dengan dedak padi dengan metode
pearson square untuk dapat mencapai target capaian protein kasar campuran
sebanyak 18% unutk entok umur 4-7 minggu dan 14% untuk entok 8-22 minggu
(Olver; Ayuningtyas 2016).
2.4 Pengendalian penyakit

Penyakit dapat ditimbulkan akibat pengaruh dari cuaca, hujan dan


sebagainya yang biasa disebut dengan pergantian musim, dapat pula
disebabkan oleh manajemen yang kurang baik, kekurangan zat makanan dari
pakan yang diberikan dan faktor keturunan. Pencegahan penyakit pada ternak
dapat dilakukan dengan vaksinasi. Baiknya ternak divaksin dengan rutin
misalnya sebulan sekali dan jangan mencoba untuk memvaksin ternak apabila
sudah terserang penyakit, karena dapat menyebabkan kematian pada ternak
yang sedang terserang kekebalan tubuhnya. Berikut penyakit-penyakit pada itik
manila (entok)
a. Mata memutih
Mata memutih merupakan penyakit yang banyak menyebar pada unggas
dengan penularan melalyu pernafasan, klinis gesekan (sentuhan) dan air
minum. Tanda-tanda dari penyakit ini adalah adanya cairan putih yang keluar
dari mata membasahi leher ternak yang kemudian akan mati setelah
beberapa jam. Pengobatan penyakit ini adalah dengan pemberian 10%
larutan sodiumsulfaretamide atau 2% lauran zincslfadilamid.
b. Perbarahan sinus-sinus (sinusitis)
Merupakan penyakit pada itik dewasa yang menyerupai sinusitis pada
kalkun. Penyakit ini ditandai dengan dari lubang hidup keluar eksudar encer
dan jerni sekresi mata menjadi berbuih sedangkan sinus-sinus membengkak.
Pengobatan penyakit ini dengan 1-2 cc 4% silver nitrat dalam akuades ke
dalam sinus-sinus kepala.
c. Pilek menular

6
Penyakit yang biasa menyerang anak entok berumur 1 minggu – 2 bulan
ini pun dapat menyerang ternak dewasa. Penyakit ini ditandai dengan mata
mengeluarkan kotoran (discharge) cair atau mengental. Penyakit ini dapat
menyebabkan kematian apabila terdapat tanda-tanda klinis dalam jarak
waktu beberapa hari sampai dengan 1 bulan. Penyakit ini hampir mirip
dengan mata memutih (white eye) sehingga sulit untuk dibedakan.
Pengobatan pada penyakit ini dengan menyuntikan streptomycin
sulphate secara individual yang berdosis 0,4 gram/ekor dewasa. Sedangkan
untuk ternak entok yang kecil, diberi dosisi yang ebih rendah dengan patokan
berat badan. Penyuntikan dapat diulang sehari untuk beberapa kali dengan
dosis streptomycin 0,5 dari dosis yang telah disebutkan sebelumnya.
Pengobatan alternative lainnya adalah dengan pemberian antibiotika seperti
chlortetracycline atau axytetracycline dalam ransum atau minimun dengan
level yang dianjurkan diantaranya adalah 20-100 gram antibiotika/ton
makanan atau 100-200 gram antibiotika/400 galon air minum.
d. Kolera

Merupakan penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme dengan


tingkat kemampuan suatu mikroorganisme untuk menimbulkan penyakit
(virulensi) yang beringkat-tingkat. Tingkat kebersihan kandang sangat
mempengaruhi akibat dari timbulnya penyakit ini, seperti kandang yang
basah atau lembab dan suhu yang dingin. Hal yang perlu dilakukan untuk
mencegah penyakit ini adalah dengan perbaikan sanitasi dan kondisi
kandang, memperhatikan kepadatan ternak di dalam kandang dan semua
ternak yang terlihat memiliki gejala dipisahkan.
Pengobatan pada penyakit ini adalah dengan menyuntikan penisilin pada
urat daging dada dengan dosis 30.000 IU/ekor dewsa dan dengan dosis yang
lebih rendah pada ternak yang lebih muda. Selain itu dapat pula
menggunakan streptomycin seperti pada penyakit coryza dan menggunakan
serum anti haemorrhagie septicaemia sebanyak 15-200 cc per ekor.

e. Penyakit perut (salmonellosis)

7
Merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri yang dapat
menyebabkan penyakit pada manusia. Penularan penyakit per os (melalui
mulut). Kuman-kuman dapat tersebar melalui sisa-sisa makanan, bak-bak
makanan, bekas telapak kaki manusia atau lalat atau termakan secara tidak
sengaja.Tanda-tanda klinis dari penyakit ini adalah entok terlihat bernafas
dengan cepat seperti menelan udara dan dapat menyebabkan kematian
dalam kurun waktu 12-24 jam.
Pengobatan pada penyakit iini adalah dengan pemberian furazolidone
dalam makanannya. Selain itu dapat pula diberi sufadimidine yang dicampur
dengan air minumnya.

PENETASAN
Penetasan merupakan tahap penting dalam beternak burung puyuh. Pada
hakekatnya penetasan dapat dibagi menjadi dua, yaitu penetasan secara alami (dengan
induknya sendiri) dan secara buatan ( dengan menggunakan mesin tetas). Di dalam
makalah ini akan dijelaskan penetasan secara buatan menggunakan mesin tetas.
Mesin tetas merupakan merupakan sebuah peti atau almari dengan konstruksi
yang dibuat sedemikian rupa sehingga panas didalamnya tidak terbuang. Suhu di dalam
mesin tetas dapat diatur sesuai dengan ukuran derajat panas yang kita butuhkan selama
periode penetasan. Prinsip kerja mesin tetas ini sama dengan induk unggas.

3.1 Penanganan Sebelum Masuk Mesin Tetas


Proses persiapan telur tetas sebelum masuk mesin tetas yaitu lakukan
pengambilan telur, pemilihan telur dan penyimpanan telur yang tepat.
 Pengambilan telur dari kandang dilakukan tiga kali sehari untuk membatasi
paparannya terhadap terhadap kondisi kandang. Pengambilan terakhir harus
dilakukan sore hari agar tidak tertinggal di kandang indukan semalaman. Telur
yang kotor tidak dapat di tetaskan karena mudah terkontaminasi. Permasalahan
ini bisa terselesaikan dengan meningkatkan manajemen dan sanitasi di dalam
kandang. (Poultrysite.com, 2014).

8
 Pemilihan telur tetas yang baik yaitu telur harus bersih, bebas dari cacat
cangkang, cukup besar dan kualitas cangkangnya biak. Telur yang telah diambil
dari kandang harus segera disimpan di ruang telur agar mengurangi
perkembangan yang berlebihan dan melemahnya embrio. (Poultrysite.com.
2002).
 Simpan telur tetas dengan ujung yang lebih kecil ke bawah dalam pendingin.
 Pertahankan ruang penyimpanan telur pada suhu 55 – 70 ºF dan kelembaban
relative sekitar 70-80%.

Sumber: Poultrysite.com
 Penyimpanan telur lebih dari tujuh hari akan mengurangi daya tetas telur.
 Hindari memindahkan telur langsung dari pendingin ke incubator. Membiarkan
telur selama satu hingga dua jam dalam kondisi ruangan secara bertahap dapat
mengurangi kondensasi telur. (Poultrysite.com, 2014).
 Banyak produsen yang melakukan pra-pemanasan terlebih dahulu pada telur
sebelum pengaturan. Saat telur sudah dihangatkan sebelumnya, te;ur
dikeluarkan dari ruangan yang dingin dan dibiarkan menghangat secara bertahap
untuk mengurangi keringat atau kondensasi air di permukaan kulit telur. Pra-
pemanasan harus dilakukan dengan benar agar tidak mengurangi daya tetas
telur dan kualitas anak puyuh. Lingkungan pra-pemanasan harus memiliki aliran
udara yang kuat sehingga uap air kondensasi akan menguap saat terbentuk. (W.
A. Dozier, 2010).
3.2 Penanganan Saat Masuk Mesin Tetas
 Penempatan telur dalam mesin tetas

9
Peletakan telur dalam mesin tetas diatur dengan ujung kecil menghadap
kebawah. (Poultrysite.com, 2014).

Sumber: Poultrysite.com
 Pengaturan Mesin Tetas
Pada umumnya suhu ideal dalam incubator udara paksa harus 99,5ºF
dengan kelembaban 60%. Kelembaban relative dalam mesin penetasan harus
sedikit lebih tinggi yaitu 70-75% dengan suhu sedikit lebih rendah dari 97-99 ºF.
namun suhu ideal akan bervariasi bergantung dengan mesin tetas yang
digunakan dan kondisi ruang penetasan. (W. A. Dozier, 2010).

Sumber: Poultrysite.com.

Pada mesin tetas sangat penting untuk menghilangkan karbon dioksida


dan kelembaban dari incubator. Aliran udara yang masuk dan keluar dan mesin
tetas harus stabil. Dan aliran udara yang ada harus aliran udara yang segar
karena oksigen sangat dibutuhkan dalam mesin tetas untuk perkembangan
embrio. Dalam ruangan mesin tetas tidak dianjurkan menggunakan AC agar
suhu dan kelembaban udara terjaga. (Poultrysite.com, 2014).

10
Jika incubator berisi baki, simpan semua baki dengan atau tanpa telur di
dalam mesin setiap saat selama operasi untuk menjaga aliran udara yang tepat
serta suhu dan kelembaban yang lebih seragam. Setelah 20 hari inkubasi, suhu
dan kelembaban perlu disesuaikan. Oleh karena itu incubator hatcher terpisah
harus digunakan selama tiga hari terakhir inkubasi. (Poultrysite.com, 2014).

Inkubation time and requirements for Bobwhite quail

Item Optimum Value

Incubation time, days 23-24

Forced air temperature (A), ºF 99.75

Humidity (B), % 84-86

Operating temperature last three days of 99


incubation (A), ºF

Humidity last three days of incubation (B), % 90-94


(A) All operating temperatures are given in degrees Fahrenheit – Dry Bulb.
(B) Humidity is presented as degrees Fahrenheit – Wet Bulb.

Sumber : (W. A. Dozier, 2010).


 Peneropongan telur
Peneropongan telur dapat dilakukan sebelum masa inkubasi dan setelah
7-10 hari inkubasi. Sebelum masa inkubasi, peneropongan telur dilakukan untuk
memeriksa kualitas telur. Cangkang telur yang mengalami keretakan tidak bisa
di tetaskan. Setelah 7-10 hari inkubasi. Telur-telur yang tidak memiliki jaringan
pembuluh darah yang jelas dibersihkan dan dilakukan breakout pada telur-telur
tersebut untuk mengetahui penyebab kegagalan penetasan. (W. A. Dozier,
2010).
 Proses pemutaran telur
Selama inkubasi, telur perlu diputar secara teratur untuk mencegah
embrio menempel pada membrane. Perangkat pembalik telur mekanis

11
direkomendasikan dan diperlukan pada penetasan telur dengan jumlah besar.
Saat telur yang dierami sedikit dapat diputar secara manual. Pemutaran telur
tidak kurang dari tiga kali sehari. Memutar telur tidak diperlukan selama
sepertiga terakhir inkubasi tetapi Sebagian besar telur dibalik sampai
dipindahkan ke mesin tetas. (W. A. Dozier, 2010).

Selama 20 hari pertama inkubasi, telur harus di putar minimal tiga kali
setiap hari, tetapi sebaiknya 12 hingga 24 kali perhari. Telur harus dibalik
dengan memutar baki dari sisi ke sisi pada sudut 45 derajat. Mengatur twelur
dengan ujung kecil ke atas atau membalik telur secara tidak benar
menyebabkan embrio mati pada berbagai usia (terutama dalam seminggu
terakhir) dan malposisi (kepala berada di ujung kecil telur). (Poultrysite.com,
2014).

3.3 Penanganan Saat Menetas dan Keluar dari Mesin Tetas


Saat anak puyuh menetas. Puyuh di biarkan di dalam hatcher sampai 90% kering.
Kemudian pindahkan kekandang brooder. Setelah proses penetasan telur, dilakukan
proses pembersihan cangkang telur yang sudah menetas dan mesin tetas yang telah
digunakan. Karena cangkang telur yang tidak dibersihkan dapat menyebabkan mesin
tetas menjari sarang bakteri dan menyebabkan kegagalan dalam penetasan.

Pembersihan mesin tetas dapat dilakukan dengan fumigasi. Fumigasi dengan gas
formaldehida adalah metode yang efektif untuk membunuh mikroorganisme dalam
incubator dan telur. Incubator kosong yang beroperasi pada kondisi normal harus
difumigasi selama tiga jam dengan 0,6 gram kalium permanganate dalam 1,2 ml
formalin (40% formaldehida) perkaki kubing ruang incubator. Segera setelah kondisi
normal tercapai, fumigasi dilakukan selama 20 menit dengan 0,4 gram kalium
permanganate dan 0,8 ml formalin per kaki kubik ruang. (Poultrysite.com, 2014).
3.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Daya Tetas Telur
 Agar inkubasi dapat berhasil dengan baik. Sejumlah faktor harus dikontrol
seperti suhu, kelembaban, pemutaran telur, ventilasi, posisi telur dan sanitasi.
Suhu merupakan faktor yang paling kritis. Sistem peman9tauan suhu dengan

12
alarm yang memperingatkan kondisi abnormal sangat bagus. Karena suhu 1 ºF
hingga 2 ºF di atas atau dibawah suhu optimum akan menyebabkan penurunan
daya tetas dan kualiyas anak puyuh akan menjadi lebih buruk. Pada hari terakhir
suhu harus di turunkan 1 ºF. (Poultrysite.com, 2014).
 Menggunakan setter dan hatcher terpisah akan menghasilkan anak puyuh yang
lebih bersih dan mengurangi kontaminasi silang antara telur yang menetas dan
telur yang baru di masukan.
 Kegagalan dalam memposisikan telur dengan benar dapat menyebabkan
berbagai kelainan.
 Untuk mengurangi kemungkinan telur meledak dalam incubator, pastikan telur
tidak retak atau bocor. Telur meledak karena bakteri memproduksi gas di dalam
telur. Telur yang meledak dalam incubator dapat mengkontaminasi telur-telur
lain dalam incubator dan dapat mencemari embrio dalam telur tersebut(W. A.
Dozier, 2010).
 Ruang incubator, ruang penyimpanan telur dan sekitarnya harus dijaga
kebersihannya. Mencuci dan mendisinfeksi area secara berkala akan mencegah
akumulasi debu dan bahan limbah serta penumpukan jamur dan bakteri yang
menyertainya. Jauhkan semua kotak bekas, tempat telur, burung dan sumber
kontaminasi lain dari tempat penetasan. Incubator yang kotor menghasilkan
daya tetas yang buruk dan kualitas anak puyuh yang buruk. Fumigasi dengan gas
formaldehida adalah metode yang efektif untuk membunuh mikroorganisme
dalam incubator dan telur. Incubator kosong yang beroperasi pada kondisi
normal harus difumigasi selama tiga jam dengan 0,6 gram kalium permanganate
dalam 1,2 ml formalin (40% formaldehida) perkaki kubing ruang incubator.
Segera setelah kondisi normal tercapai, fumigasi dilakukan selama 20 menit
dengan 0,4 gram kalium permanganate dan 0,8 ml formalin per kaki kubik ruang.
(Poultrysite.com, 2014).
 Jangan mengasapi telur yang telah diatur dari 24 hingga 96 jam atau saat anak
puyuh menetas. Tindakan pencegahan harus dilakukan untuk mencegah kontak
kulit dengan larutan formalin atau menghirup gas formaldehida. Penting untuk

13
memiliki sistem pembuangan gas yang baik dari ruangan setelah pengasapan.
(Poultrysite.com, 2014).

DAFTAR PUSTAKA

Ayuningtyas, Dkk. 2016. Produktivitas Entok Betina Dengan Pemberian Pakan Terbatas
Selama Periode Pertumbuhan. Bogor : Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.

Cahyono, Bambang. 2011. Pembibitan Itik. Penebar Swadaya: Jakarta.

Poultrysite.Com. 2014. Bobwhite Quail Production 2. Diakses Dari


Https://Www.Thepoultrysite.Com/Articles/Bobwhite-Quail-Production-2.

--------------------2002. Bobwhite Quail Production And Management Guide. Diakses Dari


Https://Www.Thepoultrysite.Com/Articles/Bobwhite-Quail-Production-And-

14
Management-Guide

Setiawan, W. 1998. Beternak Itik Manila (Entok). Jakarta : Balai Pustaka

W. A. Dozier, Iii And K. Bramwell., J. Hatkins., Claudia Dunkley. 2010. Bobwhite Quail
Production And Management Guide. The University Of Georgia.

15
MAKALAH PRODUKSI ANEKA TERNAK UNGGAS

“Pembibitan dan Penetasan Itik”


Oleh:
Kelas A
Kelompok 3

LAELATUN HASANAH 200110180011

ANDIKA TRIYANTO 200110180175

JILAN RAHMA 200110180232

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2021
A. PEMBIBITAN

Kriteria pemilihan bibit itik sebagai penghasil telur diantaranya, yaitu:

• Memiliki tubuh yang ramping (tidak gemuk)

• Leher kecil, panjang, dan bulat seperti rotan

• Kepala kecil dan mata bersinar

• Sayap menutup badan secara rapat

• Ujung sayap tersusun rapi di pangkal ekor, bulu halus, rapi, dan tidak kusut

• Kaki kokoh

Murtijo (2009) menyatakan, persyaratan dalam memilih itik jantan umur 1-7 hari
sebagai itik peking antara lain:

• Bobot minimal 40 gram

• Tubuh tegap, mata jernih, kaki kokoh, tidak cacat, dan tidak buta

• Bulu bersih dan kering

• Nafsu makan besar

• Bebas dari penyakit unggas

Pemilihan Betina (Indukan) dan Jantan (Pejantan)

Untuk memperoleh betina dan jantan yang baik harus memenuhi persyaratan:

1. Berasal dari tetua yang memiliki produktivitas, fertilitas, dan daya tetas telur tinggi;
2. Umur betina minimal 6 (enam) bulan dan pejantan minimal 7 (tujuh) bulan; dan
3. Sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) atau Persyaratan Teknis Minimal
(PTM) bibit itik.
Culling atau pengafkiran
culling (pengafkiran) adalah suatu usaha memilih unggas-unggas yang mempunyai
produksi rendah.
Waktu yang tepat untuk melakukan culling pada itik yaitu mulai starter, grower
(pedaging) dan hingga layer (petelur). Pada periode starter culling dititik beratkan pada
tingkat pertumbuhan, tingkat mortalitas (kematian), dan cacat. Pada periode grower yang
perlu diperhatikan pada saat culling yaitu pada tingkat pertumbuhan dan mortalitas. Pada
periode layer dititik beratkan pada produksi telur, dan waktu pencapaian puncak
produksi. Puncak produksi untuk itik adalah yaitu antara 30-32 mgg, sedangkan untuk
puyuh masa puncak produksi dicapai ketika berumur ± 42 hari (7
mgg).(Sentralternak.2008)

B. PENETASAN

1. Penanganan Sebelum Masuk ke Mesin Tetas


a. Persiapan Mesin Tetas

Sumber: Youtube

Mesin tetas yang akan digunakan, satu hari sebelumnya dilaukan desinfektan (dengan
fumigasi). Caranya dengan memasukkan wadah kedalam mesin tetas yang diisi dengan
formalin dan KMnO4 (kalium permanganat). KMnO4 dituang pada wadah kemudian
dicampur dengan formalin (takaran untuk formalin 2 kali lipat dari KMnO4). Fumigasi
dilakukan menggunakan gas formaldehide yang terbentuk dari kalium permanganat dan
formalin dengan konsentrasi 4-6 gram kalium permanganat dan 6 – 12 ml formalin 40%
per meter kubik selama 10-15 menit. Caranya yaitu dengan meletakkan kalium
permanganat kedalam cawan plastik atau kaca dibawah rak telur dan kemudian
dituangkan cairan formalin kedalamnya. Kemudian mesin tetas dan lubang ventilasi
ditutup selama 30 menit atau 1 jam. “Bila formalin dituangkan dulu kemudian
KMnO4 dimasukkan, maka akan terjadi percikan dan membahayakan bagi yang
melakukannya”.
b. Hidupkan mesin tetas kemudian ditunggu hingga suhu mencapai kestabilan pada 38°-
39°C.
c. Pemanasan mesin tetas minimal 3 jam sebelum telur dimasukkan ke dalam mesin tetas.
d. Cek dengan cermat cara kerja thermostat, lampu dan yang lainnya
e. Sebaiknya menyediakan cadangan bola lampu atau lampu templok (minyak tanah)
2. Penanganan Selama di Mesin Tetas

a. Pengaturan Suhu dan Kelembaban Mesin Tetas


Masa inkubasi yang dibutuhkan telur itik untuk menetas yaitu sekitar 25-28 hari. Selama
di dalam mesin tetas,suhu didalam mesin tetas dalam keaadaan stabil. Untuk telur itik
berumur:
• 1 – 24 hari, suhu yang digunakan yaitu 38 – 39°C ( 99 – 101°F ), dengan kelembaban
nisbi atau relatif antara 55% – 65%, atau wet bulb menunjukkan angka 87-89°F.
• 25 – 28 hari, suhu diturunkan sedikit menjadi 38°C ( 98 – 99°F ) atau turun 1 s/d 2°F,
kelembaban relatif dinaikan menjadi 70 – 80%, atau wet bulb menunjukkan angka
90-94°F.
Kelembapan yang tinggi berfungsi supaya kulit telur agar mudah pipping
Penambahan kelembapan bisa dilakukan dengan cara menyemprot telur dengan air
secukupnya setelah itu diangin-anginkan. Pengaturan kelembaban ini bisa dilakukan 2-
3 kali sehari pada saat pembalikan telur. Untuk melihat tingkat kelembaban, bisa
menggunakan hygrometer.
b. Pengaturan Ventilasi Mesin Tetas
Embrio memerlukan oksigen (O2) dan mengeluarkan karbon dioksida (CO2) selama
dalam perkembangannya. Apabila gas CO2 ini terlalu banyak maka mortalitas/kematian
embrio akan tinggi dan menyebabkan daya tetas telur rendah. Standarnya volume CO2
yang diperlukan berkisar antara 0,5 – 0,8%, O2 sekitar 21%, dan kecepatan udara di
dalam mesin tetas 12 cm / menit. Pada mesin modern umumnya ventilasi dan pertukaran
udara sudah diatur secara otomatis dengan alat khusus, sedangkan pada mesin tetas
sederhana pengaturan ventilasi masih tergantung pada alam.
Hari 1 – 3: ventilasi ditutup rapat.
Hari ke-4: ventilasi dibuka ¼ bagian.
Hari ke-5: ventilasi dibuka ½ bagian.
Hari ke-6: ventilasi dibuka ¾ bagian.
Hari ke-7 sampai menetas: ventilasi dibuka seluruhnya
c. Peletakan Telur dalam Mesin Tetas
Pada mesin tetas itik sederhana biasanya sebagian penetas ada yang menempatkan telur
dengan posisi tergeletak dan ada juga yang menempatkan telur dengan posisi berdiri
miring 45° dengan bagian tumpul diatas. Berbeda dengan mesin tetas otomatis yang
digunakan untuk produksi dalam jumlah banyak di mana telur diposisikan secara
seragam. Yang pasti adalah bagian tumpul telur berada di atas.
d. Pembalikan atau Pemutaran Telur
Pembalikan telur bertujuan untuk meratakan panas dan mencegah embrio berpindah
melalui putih telur dan melekat pada selaput kerabang sehingga mati (agar
permukaan yolk / kuning telur tidak melekat pada membran kulit telur yang akan
menurunkan daya tetas).
Pembalikan telur dilakukan pada hari ke 3 – 24 dengan frekuensi pembalikan telur 3
– 4 kali per hari. Apabila pemutaran ini terlalu sering, maka hal ini kurang praktis
walaupun mungkin akan menambah daya tetas. Pada hari ke-25 sampai menetas telur
tidak perlu dibalik lagi.
e. Pendinginan Telur
Pendinginan pada telur itik bisa dilakukan 1 – 2 kali sehari mengingat perilaku unggas
yang mengerami telurnya akan meninggalkan telur untuk mencari makan kemudian
masuk ke tempat pengeraman kembali dan begitu seterusnya.
Pendinginan dilakukan suoaya embrio di dalam telur bisa mengambil oksigen
sebanyak- banyaknya dari udara melalui pori-pori telur. Penyemprotan dengan air
hangat dimaksudkan untuk menambah kelembaban telur yang sempat berkurang pada
proses pertumbuhan embrio didalam mesin .
Pendinginan telur perlu dilakukan mulai hari ke 5 – 24. Pendinginan telur dapat
dilakukan dengan mengeluarkan rak telur tetas dari mesin dan diletakan di atas meja
selama kurang lebih 15 menit. Sambil didinginkan seluruh permukaan telur tersebut
disemprot dengan sprayer halus dengan air hangat bersuhu 40 – 45°C . Suhu air yang
akan disemprotkan sengaja dibuat melebihi suhu mesin tetas karena pada waktu
disemprotkan pada permukaan telur, suhu air tersebut akan mendekati suhu telur
sehingga tidak terjadi perubahan yang mendadak.
f. Pemeriksaan atau Peneropongan Telur (Candling)
Peneropongan telur dilakukan untuk melihat keadaan telur dan perkembangan embrio
selama proses inkubasi / penetasan berlangsung. Peneropongan telur dibagi menjadi
beberapa tahap dengan cara meneropong telur itik tersebut satu demi satu dengan sinar
lampu di ruangan gelap. Lampu yang digunakan untuk candling adalah bola lampu
minimal 60 watt agar bisa melihat perkembangan embrio di dalam telur dengan jelas.

Waktu pemeriksaan telur


1. Pemeriksaan pertama, dilakukan pada hari ke 1 – 4 penetasan, untuk mengetahui
telur yang berembrio atau tidak .
a. Telur kosong/infertile:
Keadaan telur jernih/terang dengan bayangan kuning telur yang nyata. Telur ini tidak
ada embrionya dan keaadaan ini disebut infertile .
b. Telur hidup/berembrio:
▪ Keadaan telur seperti pada telur infertile akan tetapi bila diamati secara seksama
sambil digoyang pelan-pelan, akan kelihatan seperti gelembung udara sebesar biji
kacang hijau yang melayang-layang waktu telur digerakkan. Pemeriksaan ini pada
umur satu hari penetasan.
▪ Keadaan telur sudah kelihatan seperti adanya sarang laba-laba berwarna kemerahan.
Pemeriksaan ini pada umur empat sampai tujuh hari penetasan.
c. Telur yang mati embrionya
Keadaan ini terlihat pada telur yang mati dan biasanya bila digoyangkan tidak
bergerak seperti menempel pada selaput kulit telur .
2. Pemeriksaan kedua, dilakukan pada hari ke 14 penetasan, untuk mengetahui telur
yang mati dan yang hidup
a. Telur hidup
Keadaan telur sebagian sudah kelihatan gelap, bila digoyang sedikit akan bergerak,
akan tetapi tidak berubah dan tetap pada posisinya .
b. Telur mati
Telur yang mati tandanya bayangan hitam di dalam telur kelihatan keruh, bila
digoyang bayangan tersebut hancur .
3. Pemeriksaan ketiga, dilakukan pada hari ke 25 penetasan, untuk mengetahui telur
yang mati dan dilanjutkan transfer atau pindah ke mesin dua (pada mesin otomatis
mesin tetas dibagi dua yaitu mesin pengeram/setter dan penetas/hatcher).
a. Telur hidup
Keadan telur sudah kelihatan gelap dan penuh kecuali rongga udara yang masih
terang.
b. Telur mati
Telur yang mati di bawah garis batas rongga udara terlihata bayangan terang berwarna
kuning kemerahan dan adanya bercak hitam bercampur cairan.
Tatalaksana peneropongan telur itik selama proses penetasan berlangsung sangat
penting. Sebab bila telur yang kosong atau telur yang mati embrionya tidak segera
dikeluarkan dari mesin tetas akan menjadi busuk sehingga bisa berpengaruh terhadap
daya tetas telur yang lain.

3. Penanganan Setelah Menetas

Pada hari ke-27, biasanya DOD sudah mulai menetas. DOD sebaiknya dibiarkan
terlebih dahulu di dalam mesin tetas selama 24 jam agar bulunya kering. Selanjutnya
DOD dapat dipindahkan ke kandang DOD. Umumnya, DOD dipindahkan pada hari ke-
29 mengingat tidak semua telur menetas pada saat yang bersamaan. Bila DOD yang
dihasilkan akan dijual sebagai bibit, maka setelah ditetaskan DOD harus melalui proses
seleksi, sexing, dan pengemasan terlebih dahulu agar bibit yang dijual benar-benar
terjamin kualitasnya.
C. TATALAKSANA PEMELIHARAAN
1. Tatalaksana Pemeliharaan Itik Petelur
a. Tatalaksana pemeliharaan DOD

Kandang yang digunakan untuk pemeliharaan DOD dapat berupa kandang boks,

kandang panggung, dan kandang postal. Biasanya Kandang tersebut terbuat dari kawat
ram. Kepadatan dalam satu kandang dapat berisi sekitar 20-25 ekor/m2 untuk usia DOD
itik 0-4minggu. Itik yang berumur 5-8 minggu kepadatan itik dapaat dikurangi menjadi
10-15 ekor/m2. Saat itik berumur 21 hari, itik dipindahkan ke kandang yang lebih besar,
kandang yang sesuai yaitu kandang ren yang mempunyai penyekat yang bisa dibongkar
sehingga pada umur 2 bulan penyekat sudah dapat dilepas. (Nurcahya. 2020)
Lampu atau induk buatan pada DOD itik bisa terbuat dari triplek, kayu atau seng
dengan lampu minyak atau listrik (sekitar 40 watt) dipasang dibagian tengah. Aturan
penggunaan lampu pada DOD

a. Usia itik minggu pertama dengan suhu 32 derajat


b. Minggu keddua dengan suhu 27 derajat
c. Minggu ketiga dengan suhu 21 derajat
untuk mengetahui temperature didalam ruangan sudah cukup, dapat dilihat dari sebaran
DOD, jika terlalu panas meri akan berada dipinggir dan bila terlalu dingin DOD akan
mengumpul disekitar sumber panas. Temperatur yang ideal akan membuat sebaran meri
merata disemua tempat.
Pakan DOD umur 1-3 minggu biasanya menggunakan jenis pakan starter untuk ayam
pedaging. Kemudian diberikan multivitamin dan antibiotic seperti vitachik, rhodivit,
sorbitol dll. Setelah umur 3 minggu pakan bisa diganti dengan komposisi 1 bagian
konsentrat dengan 2 bagian dedak. Bahan pakan alternative lain yang bisa diberikan antara
lain: siput, rejekan mie instan, ampas kelapa, bihun afkir, roti afkir dll. Kadar protein yang
dibutuhkan antara 16-22% dan energy metabolisme sekitar 2900-3000 kkal/kg. (Central
ternak. 2017)

b. Tatalaksana Pemeliharaan Itik Dara

Itik dara yang baru dipindahkan ke kandang perlu diberikan obat anti stress beruapa
vitamin, preparat sulfa seperti “Sulfamix”. Pemberian obat tersebut bisa dicampurkan
dalam air minum untuk menghindari stress yang berlebihan dan mencegah beberapa
penyakit yang disebabkan oleh bakteri. Kandang itik dara yaitu kandang ranch atau
kandang pen. Kandang untuk itik dara berukuran 1m2 untuk 16 ekor (kandang umbaran)

Pakan sangat berpengaruh terhadap produksi telur itik. Para meter pakan itik petelur
dara umur 7-18 minggu yaitu kadar air maksimal 14%, protein kasar minimal 15%,
lemak kasar minimal 3,0%, serat kasar maksimal 9,0%, abu maksimal 9,0%, dan
kalsium (Ca) 0,80-2,00%.berat badan ideal itik siap bertelur (22 minggu) antara 1,3-1,4
kg. (ternakblitar.2019)

c. Pemeliharaan itik petelur


Kandang untuk pemeliharaan itik petelur yaitu terdiri dari dua ruangan. Ruangan
istirahat yang dilindungi atap serta ruang halaman tanpa atap. Pada malam hari itik
dimasukan kedalam kandang pemberian lampu yang redup dalam kandang
memudahkan pekerja, karena bila hari mulai gelap itik secara otomatis akan mendekati
lampu dan masuk kedalam kandang untuk beristirahat. 4 ekor itik dewasa menempati
ruang 1m2. Jika kandang ingin membuat 5 unit ruang istirahat maka masing-masing
ukurannya adalah 3x5m, sehingga setiap unit bisa diisi 120 ekor itik. Atap kandang bisa
menggunakan asbes atau genting. (Bakti. 2016)
Itik petelur tidak dapat melihat pada pagi hari, sehingga dapat memudahkan
pekerja dalam melaksanakan tugas sehari hari, pada pagi hari tempat pakan diisi 1/3
dari jatah pakan sehari dan tempat minum diisi dengan air bersih. Untuk menghindari
telur yang berserakan dibagian samping kandang dibuat sangkar dengan menambahkan
litter atau sekam. Pada siang hari sekitar jam 11.00 itik diberi pakan. Usahakan supaya
pakan yang diberikan tidak bersisa. Kebutuhan pakan itik petelur yaitu 160-180
gr/ekor/hari. (litbang pertanian.2009). Jenis pakan yang bisa diberikan kepada itik yaitu
dedak padi (bekatul), gabah/beras/menir, jagung (dedak jagung), sagu, sorghum
(cantel), singkong, tepung ikan, bekicot, bungkil kedelai, belatung, keong air (tutut),
kepala udang, ikan rucah, hasil sisa paha katak, dan hasil sisa penetasan.
2. Tatalaksana Pemeliharaan Itik Pedaging
a. Tatalaksana pemeliharan DOD
Kandang untuk DOD yaitu berupa box khusus yang berukuran 1 meter hingga 2 meter
untuk menampung 50 ekor. Suhu yang digunakan untuk DOD pedaging yaitu35-36oC.
Setiap satu minggu suhu diturunkan secara bertahap, misalnya minggu ke dua diturunkan
menjadi 32-33oC.(Vebri.2012)
Frekuensi pemberian pakan bergantung pada umur itik, saat itik berumur 1-14 hari
pakan yang diberikan harus dicampur dengan sedikit air sebanyak 5 kali sehari.
Kebutuhan gizi DOD itik pedaging yaitu protein kasar 18,70%, Lysisi 0,69%, Kalsium
0,72%, Energi metabolism 2900 kkal/kg, metionin dan sitin 0,69%.
b. Tatalaksana pemeliharan Grower/Finisher

Perencanaan perkandangan itik pedaging hams dilakukan dengan baik dan benar,
sehingga keadaan lingkungan kandang yang sesuai akan [mudah didapatkan. Beberapa
hal yang perIu diperhatikan dalam perencanaan pembuatan kandang, antara lain:
temperatur kandang, kontruksi kandang, .. letak kandang, kepadatan kandang serta
lingkungan sekitar kandang (Srigandono, 1996).
Kepadatan kandang berpengaruh terhadap kenyamanan temak. Hal ini disebabkan
karena kepadatan kandang mempengamhi suhu dan kelembaban udara dalam kandang dan
pada akhirnya akan berpengaruh terhadap pertumbuhan itik. Di daerah tropis suhu dan
kelembaban yang tinggi dapat menjadi penyebab utama stres pada itik. Kenaikan suhu
kandang disebabkan oleh kesalahan tatalaksana dalam mengatur kepadatan kandang.
Kepadatan kandang yang melebihi kebutuhan optimal dapat menurunkan konsumsi
ransum dan meningkatkan konversi ransum yang menyebabkan terlambatnya
pertumbuhan temak dan berkurangnya berat badan temak (Murtidjo, 1988).
Tingkat kepadatan kandang itik dinyatakan dengan luas lantai kandang yang
tersedia bagi setiap ekor itik atau jumlah itik yang dipelihara pada satu satuan luas
kandang (Prayitno, 1997).
Luas kandang tergantung kepada jumlah dan umur itik yang dipelihara. Kepadatan
kandang a~ itik berumur 1-2 minggu adalah 50 ekorjm2, umur 2-3 minggu 20 ekorjm2,
umur 3-4 minggu 8-10 ekorjm2 dan umur 6-7 minggu 5-6 ekoi'j m2 (Ranto dan
Sitanggang (2008).
Saat umur 15-20 hari itik dipindahkan kekandang yang lebih besar. Kandang yang
disiapkan untuk itik dewasa kapasitasnya yaitu 4 ekor hingga 5 ekor itik
dewasa.(Hasbimustani.2019)
Kebutuhan gizi itik grower yaitu protein kasar 15,40%, Lysin 0,90%, Kalsium 0,72%,
Energi metabolism 2900 kkal/kg, metionin dan sitin 0,57%. Konsentrat yang diberikan
yaitu 40% dan 60% sisanya dari pakan campuran yaitu berupa dedak, tepung ikan, tepung
bulu unggas, daun pisang dan daun papaya. Itik pedaging dipanen saat umur 35 hari.

Pemberian minuman itik, berdasarkan pada umur itik juga yaitu :

a. Umur 0-7 hari, untuk 3 hari pertama iar minum ditambah vitamin dan mineral, tempatnya
asam seperti untuk anak ayam.
b. Umur 7-28 hari, tempat minum dipinggir kandang dan air minum diberikan secara ad
libitum (terus menerus)
c. Umur 28 hari-afkir, tempat minum berupa empat persegi panjang dengan ukuran 2 m x
15 cm dan tingginya 10 cm untuk 200-300 ekor. Tiap hari dibersihkan.
Sarana dan prasarana

A. Prasarana
1. Lahan dan Lokasi

Lahan dan lokasi usaha pembibitan itik lokal harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

a. Letak ketinggian lahan memperhatikan wilayah sekitarnya, topografi dan fungsi


lingkungan;
b. Bebas dari agen penyakit yang membahayakan;
c. Laahan diberi pagar keliling;
d. Sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP), Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten/Kota (RTRWK) atau Rencana Detail Tata Ruang Daerah
(RDTRD);
e. Mudah diakses atau terjangkau alat transportasi; dan
f. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
(UKL-UPL).
2. Air dan Sumber Energi
Tersedia cukup air bersih sesuai baku mutu, dan sumber energi antara lain listrik sebagai
sumber penerangan, pemanas sesuai kebutuhan dan peruntukannya
B. Sarana
1. Alat dan Mesin Peternakan dan Kesehatan Hewan
Alat dan mesin peternakan dan kesehatan hewan dalam pembibitan itik lokal yang
baik, antara lain:
a. Tempat pakan dan minum sesuai dengan umur;
b. Sarang (nest);
c. Tempat telur (egg tray);
d. Alat penerangan;
e. Induk buatan (brooder);
f. Timbangan;
g. Alat pengukur suhu (thermometer);
h. Peralatan kesehatan hewan;
i. Mesin tetas;
j. Kemasan DOD;
k. Alat peneropongan telur (candling);
l. Alat sanitasi kandang (sprayer); dan
m. Alat pembersih kandang

PENGENDALIAN PENYAKIT

Pengendalian penyakit yaitu penanganan pembasmian penyakit


untuk mengurangi wabah penyakit menjadi sekecil mungkin, sehingga
kerugian yang bersifat ekonomi dapat ditekan seminimal
mungkin.(Malichatin, H.2017)

Cara pengelolaan kesehatan itik

• Pemberian pakan yang layak

• Penggunaan bibit yang baik dan sehat

• Pengelolaan serta penanganan penyakit

Cara pengendalian penyakit meliputi:

a. Itik yang mati karena penyakit, dikubur dan dibakar

b. Bersihkan kandang dan peralatan

c. Memberi obat cacing setiap 3 bulan sekali

d. Menambahkan vitamin kedalam makanan dan air minum


e. Tidak memberikan pakan yang sudah berjamur atau tengik

f. Isolasi itik yang sakit pada kandang terpisah

g. Bila terjadi wabah penyakit menular, kandang dan semua peralatan harus
disucihamakan

Penyakit yang disebabkan oleh virus diantaranya


a. ND ( Tetelo )

Menyerang itik pada semua usia kematian tinggi (80 -100%), terutama
diusia muda. Penularannya lewat lendir yang keluar melalui rongga mulut,
lubang hidung dan kotorana itik yang sakit, kontak langsung dengan ayam
yang sakit, melalui debu, peralatan kandang yang tercemar penyakit, sekam
kering bekas ayam sakit. Gejala klinis :gangguan pernafasan, nafsu makan
menjadi hilang, tapi nafsu minum bertambah, anak itik tampak lesu dan
cenderung berkumpul dibawah sumber panas (lampu), kepala memutar
kebawah dan keatas (melintir), dan diikuti kelumpuhan. Pencegahannya
dilakukan vaksisinasi, sanitasi yang baik (mencuci kandang dan peralatan
dengan desinfektan mengganti alas kandang dengan yang baru), dan vaksinasi
ND dilakukan pada umur 4 hari,21 hari , 3 bulan, selanjutnya diulang setiap 3
bulan.

b. AVIAN INFLUENZA (Flu Brurung)

Virus influenza tipe A (H5N1). Penyakit Avian Influenza sangat berbahaya


karena menyebabkan kematian unggas secara mendadak dan menyebar secara
cepat serta menular pada manusia (zoonosis). Penularan :
• kontak langsung dengan unggas yang sakit,
• kontak tidak langsung melalui: Kotoran unggas sakit,

Gejala klinis:
• Mati Mendadak

• Lendir dari hidung

• Jengger bengkak, berwarna biru atau berdarah

• Bengkak pada bagian kepala dan ketopak mata, perdarahan dikulitpada area
yang tidak ditumbuhi bulu terutama bagian kaki

Pencegahan :

• Masing-masing jenis unggas dikandangkan dalam kandang yang berbeda


(bebek, itik dan ayam tidak sekandang)
• Ayam yang baru dibeli dikarantina minimal 2 minggu dan jika terlihat
ayam sakit segera dipisahkan,
• Cuci tangan dengan sabun setelah memegang ayam,

• Hanya menjual atau membeli ayam sehat,

• Membersihkan halaman sekitar kandang setiap hari dan kotoran dibakar atau
dikubur,
• Cuci dan bersihkan peralatan kandang seminggu sekali, bersihkan dan
sucihamakan kandang dengan desinfektan atau bahan detergent.
• pakai alas kaki khusus di kandang (misalnya : sandal jepit yang khusus
dipakai di kandang saja),
- Pemberian pakan berkualitas dan bersih,

- Vaksinasi ayam yang sehat

- Membakar atau menguburkan bangkai dengan kedalaman galian setinggi


lutut orang dewasa.
Penyakit yang disebabkan oleh bakteri diantaranya
1. Duck Cholera

Duck cholera disebabkan karena bakteri Pasteurella multocida. Penyakit


tersebut menyerang pada anak itik umur 4 minggu keatas. Gejala klinisnya
yaitu mempunyai gejala di arkea dan sesak napas. Pencegahannya yaitu dengan
cara sanitasi yang baik dan manajemen yang baik.

2. Snot (Coryza)

Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Haemophilulus paragallinarum yang


menyerang sistem pernapasan pada itik. Tingkat kematiannya 50% dari
populasi yang ada. Snot menyerang pada itik dengan usia 2-4 minggu.
Gejala klinisnya yaitu adanya cairan berlendir pada hidung itik, timbulnya
bengkak pada bagian wajah, sulit bernapas, ngorok, nafsu makan menurun.
Penularan adanya kontak antara bebek dengan bakteri penyebabnya dan
kandang dan peralatan kurang bersih sehingga tercemar kuman.
Pencegahan supaya snot tidak terjadi lagi yaitu dengan cara memperhatikan
lingkungan, mengganti air, memperhatikan tempat pakan dan minum,
pakan, memberikan Suplemen, vaksinasi, memandikan, memisahkan itik
yang terkena penyakit dan memberi vaksin
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2017. Ternak Itik (6): Proses Penetasan Telur Itik dengan Mesin Tetas. Diakses pada tanggal
11 November 2021

KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN


KESEHATAN HEWAN DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK. 2014. Pedoman
Pembibitan Itik Lokal yang Baik. DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK. Jakarta

Litbang Pertanian. 2009. Beternak Itik. Diakses pada tanggal 26 Oktober 2021,
melalui nad.litbang.pertanian.go.id

Malichatin, H. 2017. Penanganan Penyakit Unggas (Itik, Bebek, Ayam). Diakses


pada tanggal 24 Oktober 2021, melalui https://disnakeswan.lebakkab.go.id/

Nurchayati,H. 2020. Cara Pembesaran DOD Bebek Petelur Hingga Mencapai


Usia Dewasa.Diakses pada tanggal 24 Oktober 2021

Sentralternak. 2008. Seleksi dan Culling. Diakses pada tanggal 12 November 2021
Prihatman, K. 2000. Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan (Budidaya Itik).
Bappenas. Jakarta
MAKALAH

“PEMBIBITAN DAN PENETASAN PUYUH PETELUR”

Ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Produksi Aneka Ternak Unggas

Oleh:

Kelompok 4

Dina Ekawarna 200110180013

Hairul Anwar 200110180181

Hasbi Ali Rifasakti 200110180260

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

SUMEDANG

2021
PEMBIBITAN

Bibit anak

Bibit burung puyuh dapat berupa anak umur sehari (DOQ) yang memenuhi standar
mutu atau persyaratan teknis minimal dan persyaratan kesehatan hewan sebagai berikut:

• Bobot minimal 8 (delapan) gram/ekor;

• Kondisi fisik sehat, tidak cacat, aktif dan lincah, dubur kering dan bersih, warna bulu
seragam, kondisi bulu kering dan mengembang;

• Berasal dari induk dengan kemampuan produksi telur minimal 250 ( dua ratus lima
puluh) butir/ekor/tahun, bobot telur minimal 10 (sepuluh) gram/butir, fertilitas dan
daya tetas minimal 70%.

• Bebas dari penyakit terutama penyakit pullorum, jamur dan omphalitus. (Admin:2017)

Bibit induk

Peternak biasanya membuat calon indukan dari DOQ itu sendiri hal ini dilakukan untuk
meminimalisir kerugian dan kehilangan pakan. Adapun syarat calon indukan menurut ilmu
ternak:2016 adalah sebagai berikut:

• Ternak puyuh sudah berumur 3 sampai 6 minggu

• Kondisi fisik sehat, tidak cacat, aktif dan lincah, warna bulu seragam.

• Berasal dari induk dengan kemampuan produksi telur minimal 250 (dua ratus lima
puluh) butir/ekor/tahun, bobot telur minimal 10 (sepuluh) gram/butir, fertilitas dan
daya tetas minimal 70%
• Memenuhi standar berat badan calon induk

Bibit jantan

Syarat-syarat burung puyuh jantan yang akan digunakan sebagai bibit menurut
poultryshop (2016), adalah sebagal berikut:

• Umur sudah cukup dewasa, minimal 6 minggu.

• Memiliki garis keturunan yang jelas agar tidak terjadi perkawinan sedarah (inbreed).

• Dalam keadaan sehat sehingga tidak akan menularkan penyakit kepada pasangan
maupun keturunannya.

• Tidak menderita cacat badan, misalnya kaki pengkor paruh bengkok, dll.

• Telah dipelihara dengan gizi yang balk, di mana kondisi fisiknya kuat, kekar, lincah,
gesit dan agresif.

Culling

Culling atau pemusnahan adalah suatu usaha yang dilakukan untuk memilih bibit
puyuh yang dikehendaki dan mengeluarkan puyuh yang tidak dikehendaki karena disebabkan
penurunan produksi atau tidak berproduktif, sakit dan sebab lainnya yang dapat
menimbulkan kerugian.
TATA LAKSANA PEMELIHARAAN

Persiapan Kandang

Kandang pembibitan diperlukan untuk tempat terjadinya perkawinan alami antara


puyuh jantan dan betina. Kandang yang digunakan pada pemeliharaan puyuh pembibitan
sama seperti yang digunakan pada fase pemeliharaan Layer. Kandang yang digunakan dalam
proses pembibitan atau terjadinya perkawinan puyuh secara alami berukuran 100x60x30 cm.
Sebelum kandang digunakan, terlebih dahulu diperbaiki apabila terjadi kerusakan pada
kandang, disediakan tempat pakan dan minum, dicuci dan dibersihkan terlebih dahulu.

Seleksi Indukan dan Pejantan

Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk indukan puyuh yang akan digunakan sebagai
indukan adalah :

1) Berasal dari strain puyuh dengan produktivitas tinggi.

2) Puyuh berasal dari perkawinan silang Grand Parent Stock (GPS), bukan berasal
dari puyuh Parent Stock (PS) atau Final Stock (FS).

3) Berasal dari daerah yang berbeda dengan pejantan bertujuan untuk menghindari
perkawinan sedarah (Inbreeding).

4) Induk betina minimum 2,5 bulan dan sudah mengalami dewasa kelamin dan
dewasa tubuh.
5) Penampilan fisik baik, tidak memiliki cacat tubuh, terlihat sehat, lincah, dan
memiliki bobot tubuh yang seragam.

Selain dibutuhkan indukan yang berkualitas baik, dalam usaha pembibitan juga
dipersiapkan puyuh pejantan yang berkualitas tinggi, antara lain adalah:

1) Berasal dari strain puyuh dengan produktivitas tinggi.


2) Puyuh berasal dari perkawinan silang Grand Parent Stock (GPS), bukan berasal
dari puyuh Parent Stock (PS) atau Final Stock (FS).
3) Puyuh jantan minimum berumur sekitar 2,5 bulan atau sudah mengalami dewasa
kelamin dan dewasa tubuh.
4) Penampilan fisik baik, sehat, lincah, dan tidak terdapat cacat tubuh, serta memiliki
bobot badan yang seragam (Wuryadi, 2011).

Indukan burung puyuh yang digunakan oleh peternak penetas untuk puyuh betina
berumur sekitar 3,5 bulan, dan untuk puyuh jantan berumur lebih muda yaitu sekitar 2,5
bulan. Menurut peternak penetas burung puyuh pada umur tersebut sudah dewasa kelamin
dan tubuh. Puyuh sudah benar-benar siap untuk membuahi, dan kualitas telur yang dihasilkan
juga lebih baik. Bobot rata-rata untuk puyuh jantan sekitar 120 gram/ekor, dan untuk puyuh
betina sekitar 140-150 gram/ekor.

Perawatan Puyuh dan Kandang

Perawatan puyuh pembibitan tidak berbeda jauh dengan perawatan puyuh pada fase
layer pada usaha puyuh petelur. Jumlah pakan yang diberikan rata-rata adalah 22
gr/ekor/hari dan kebutuhan air minum rata-rata 50-60 ml/ekor/hari atau pemberian
pakan dan minum dilakukan secara adlibitum.

Perawatan kandang yang dilakukan yaitu dengan membuang kotoran


puyuh, membersihkan tempat minum dan mengganti airnya dengan yang baru setiap
hari, memberikan Vita Tetra-Chlor yang berfungsi sebagai antibiotik dan vitamin pada saat-
saat tertentu, misalnya pada saat terjadi perubahan cuaca, perpindahan dari satu kandang ke
kandang yang lainnya, atau hal yang lainnya yang dapat mengakibatkan stress.

Proses Kawin Alami

Proses pembibitan puyuh dilakukan dengan cara perkawinan alami, yaitu dengan
menempatkan puyuh jantan dan betina yang bukan inbreeding dalam satu kandang dan
sebanyak 25 ekor dengan perbandingan 1:4, yang artinya 1 ekor pejantan membuahi 4
ekor betina. Perbandingan jumlah antara puyuh jantan dan betina ini ideal. Jika puyuh
jantan terlalu banyak membuahi betina dan indukan yang digunakan inbreeding, maka
akan menurunkan kualitas dan daya tetas telur.
PENETASAN

Langkah awal dalam proses penetasan telur puyuh yaitu menyiapkan mesin tetas yang
mampu menampung kurang lebihnya 600 – 1000 butir telur puyuh. Biasanya mesin tetas
memiliki pengaturan tekanan panas yang otomatis. Hal pertama yang dilakukan dalam
menetaskan telur puyuh unggulan yaitu meletakan telur puyuh yang siap menetas kedalam
penampung telur (egg tray). Posisi telur yaitu bagian telur yang tumpul menghadap keatas.
Telur tersebut harus dibolak balik kurang lebih 2-3 kali dalam satu hari di waktu yang sama.
Hal tersebut bertujuan agar semua bagian telur dapat terkena panas secara merata.

Perkembangan telur setiap harinya sebagi berikut:

1. Penetasan pada hari ke 1-2

Pengaturan suhu pada hari 1-2 kisaran antara 38oC-39oC dengan keadaan semua
ventilasi tertutup rapat. Pintu mesin tidak boleh sering dibuka, karena dapat memengaruhi
proses penetasan telur. Pada hari 1-2 biarkan telur pada posisinya karena pembalikan tidak
perlu dilakukan.

2. Penetasan pada hari ke 3-7

Suhu pada hari ketiga masih tetap sama yaitu 38oC-39oC, dan ventilasinya dapat
dibuka seperempat bagian. Pada hari kelima ventilasi bisa dibuka hingga tiga per empat
bagian. Kemudian pada hari keenam ventilasi sudah dapat dibuka sepenuhnya. Pada hari
ketiga telur sudah dapat dibalik dengan cara menggelindingkanya dengan telapak tangan.
Namun, jika cara menetaskan telur puyuh menggunakan mesin penetas otomatis, telur cukup
di bolak balik dengan cara memiringkan rak penampung telur ke kiri atau ke kanan. Tujuan
dari pembalikan telur setiap harinya adalah untuk menghindari embrio telur melekat pada
cangkang yang dapat menyebabkan telur tidak akan menetas.

Proses penetasan puyuh berlangsung atau tidaknya dapat dipastikan pada hari ke 5
atau ke 7 dengan cara mengambil dua sampai lima telur sebagai sampel. Kemudian gunakan
teropong dengan lampu untuk menerawangnya. Hal tersebut dilakukan untuk memastikan
apakah ada embrio puyuh yang tumbuh atau tidak. Cara lain yang dapat dilakukan yaitu
dengan memecahkan satu telur dan memastikan apakah terdapat titik galur merah pada telur
atau tidak. Jika terdapat titik galur merah maka telur sedang mengalami proses penetasan.
3. Penetasan pada hari ke 8-14

Pengaturan suhu ruangan harus tetap dijaga agar stabil. Ventilasi biarkan tetap
terbuka, dan pembaliakan telur dilakukan setiap hari. Kegiatan ini dilakukan agar cara
menetaskan telur puyuh lebih mudah dan dapat berjalan lancar sampai telur telur puyuh
menetas.

4. Penetasan pada hari 14-17

Hari ke–14 pembalikan telur mulai berhenti dilakukan hingga telur menetas. Jika
proses penetasan normal dan tidak ada kendala seperti mati lampu, dan suhu tetap stabil
kisaran 38oC-39oC. Umumnya telur akan menetas pada hari ke 16-18. Itu berarti proses
penetasan sudah berakhir. Setelah anak puyuh keluar dari cangkang dan bulu bulunya sudah
mengering maka anakkan puyuh atau DOQ siap untuk dipindah tempat ke boks ataupun
dijual.
DAFTAR PUSTAKA

Admin.2017. Ciri-Ciri Bibit Puyuh yang Baik dan Unggul. [online] diakses pada laman
web http://www.peksigunaraharja.com/artikel/ciri-ciri-bibit-puyuh-baik-dan-unggul. Pada
tanggal 11 November 2021.

Ilmu ternak. 2016. Cara Memilih Indukan Puyuh yang Bagus. [online] diakses pada
laman web https://www.ilmuternak.com/2016/03/cara-memilih-indukan-puyuh-yang-
bagus.html. Pada tanggal 11 November 2021.

Poultryshop. 2016. Syarat Bibit Burung Puyuh Jantan dan Burung Puyuh Betina.
[online] diakses pada laman web https://www.poultryshop.id/2016/10/syarat-bibit-burung-
puyuh-jantan-dan.html. Pada tanggal 11 November 2021.
PRODUKSI ANEKA TERNAK UNGGAS

“MERPATI”

Oleh:

Kelompok: 5

Muhammad Daffa Sihabulmilah Hidayat 200110180015


Tri Yulianti 200110180073
Adi Kurniawan 200110180182

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2021
1.1 Pemilihan indukan merpati
Pemilihan bibit merpati hias mutlak diperlukan guna mendapatkan anak-anak hasil
ternakan yang benar-benar berkualitas. Usahakan mencari bibit yang benar-benar ras
original dan tidak ada silangan dengan merpati dari ras lain. Hasil ternakan yang
berkualitas itu nantinya akan memudahkan kami untuk memasarkan ke konsumen. Ciri-
ciri bibit yang berkualitas adalah sebagai berikut:
a) Harus asli/ori artinya bibit merpati tidak boleh silangan dengan merpati dari
jenis ras yang berbeda, harus dari ras tertentu yang benar-benar sama dan asli
(bisa didapatkan dari peternakan kami)
b) Tidak ada cacat fisik, sehingga memudahkan untuk proses perkawinan dan enak
dipandang mata
c) Dipilih bibit yang bagus marking warnanya dan badan yang tegap dan besar,
sehingga terlihat keindahan dan keunikannya
d) Diusahakan beli bibit dari peternak yang benar-benar menguasai seluk beluk
merpati dan komitmen terhadap keorsinilan ras merpati
e) Dan yang wajib dilakukan adalah belilah merpati di tempat kami karena kami
menjamin keasliannya

burung merpati termasuk jenis burung yang mudah dirawat dan gampang didapat,
karena merpati banyak dijual di pasar burung di Indonesia. Usahakan jangan membeli
burung merpati yang sudah tua, ini tidak bagus baik bagi sekedar membeli untuk
disembelih maupun untuk diternak. Untuk membeli burung merpati yang sehat, dengan
ciri-ciri sebagai berikut memiliki bulu yang bagus, bagian ujung sayapnya tidak melor
alias turun dan bila ditangkap dengan tangan tenaga reaksi/perlawanan burung merpati
besar.

Sedangkan ciri-ciri burung merpati yang telah berusia tua adalah : daging di sekitar paruh
kelihatan tebal, bagian lubang hidungnya yang terlihat ada kerutan daging tebal, bila
dicermati paruhnya sudah tidak mengkilat. Sebelum memelihara burung merpati
Carneau, sebaiknya memahami terlebih dahulu Standar Mutu Bibit Merpati Carneau.
Standar ini berupa standar umum maupun standar khusus. Untuk lebih jelasnya sebagai
berikut :

1. Standar Umum bibit burung merpati Carneau, sebagai berikut : 1) Bibit


burung merpati Pedaging yang dimaksudkan harus mempunyai Surat
Keterangan/Sertifikat yang dikeluarkan oleh breeder/ Peternaknya atau
Badan-badan Pemerintahan/ Swasta yang berwenang yang menjamin
mengenai : warna bulu, warna kulit, bentuk badan, tanda-tanda khusus dan
kualitasnya sebagai bibit burung merpati; 2) Bibit burung merpati tersebut
harus sehat, tidak cacat, bentuk dan warna seragam bulu baik dan bersal dari
induk burung merpati yang sehat.
2. Standar Khusus bibit burung merpati Carneau : 1) Bibit burung merpati
tersebut dapat mencapai berat badan : pada umur 25 – 30 hari (merpati
potong muda squab) berat 629 – 715 gram (jantan) dan berat 600 – 714 gram
(betina). Adapun yang dewasa dengan berat 658 – 743 gram (jantan) dan
berat 624 – 715 gram (betina); 2) Umur mulai bertelur 6 – 7 bulan; 3)
Kemampuan bertelur rata-rata per tahun/ekor minimal 24 butir; 4)
Kemampuan menghasilkan merpati potong muda (squap) per tahun/ekor 10
– 14 ekor; 5) Berat karkas dari merpati potong muda (squap) tersebut : 400 –
500 gram; 6) Jumlah makanan untuk menghasilkan berat karkas tersebut : 2,9
– 3,2 kg.

1.2 Perkandangan Merpati


Kandang merupakan kebutuhan pokok bagi merpati untuk melindungi dirinya dari
hewan-hewan pemangsa, terlindung dari dingin, hujan dan panas terik matahari.
Merpati pos atau mepati hias memerlukan kandang khusus dengan konstruksi khusus.
Merpati pos harus benar-benar dipelihara di dalam kandang. Hanya dalam waktu-waktu
tertentu yang telah diatur, merpati dilepas dan dibiarkan terbang untuk nantinya segera
masuk ke kandang lagi. Kemampuanya untuk segera memasuki kandang, kemudian
ditangkap setelah dipertandingkan, akan merupakan faktor yang dapat memenangkan
pertandingan, sebab perhitungan waktu dimulai saat burung dilepas di suatu tempat
dan kemudian ditangkap dalam kandangnya. Ukuran kandang merpati tidak dapat
dibuat seragam, tergantung jenis burung yang dipelihara, apakah merpati konsumsi,
merpati pos, atau merpati untuk pameran.
Untuk sepasang merpati konsumsi atau sepasang merpati hias membutuhkan
tempat dengan ukuran 50 x 50 cm atau untuk 18–25 pasang merpati diperlukan kandang
ukuran panjang 4 m, lebar 2,5–3 m, dan tinggi l,5–2,5 m. Jika akan memelihara burung
dalam kandang, hendaknya kandang dibuat dalam dua bagian. Satu ruangan untuk
menghirup udara terbuka (dengan berada dalam batas-batas kawat kandang), satu
bagian lagi berupa ruangan tertutup untuk tidur dan bertelur. Pada bagian ini diletakkan
kotak sangkar tempat bertelur, mengeram, dan membesarkan anak. Pada dasarnya
terdapat dua macam kandang merpati yaitu:
1) kandang pasangan tunggal (single pair) dan,
2) kandang pasangan ganda (multiple-pair). Bila merpati dipelihara di
lingkungan pedesaan, maka kotak kandang dapat ditempatkan di atas
sebuah tiang biasa. Bila terdapat lebih dari 8 pasang merpati dianjurkan
menggunakan kandang pasangan ganda. Beberapa contoh kandang
merpati dapat

1.3 Peralatan kandang


Peralatan kandang yang dibutuhkan untuk pemeliharaan merpati hampir sama
dengan unggas lainnya yakni tempat makan, tempat minum, tempat bersarang dan
tempat bertengger. Ada dua mamm tempat pakan yaitu self feeder dan trough feeder.
Kotak sarang seperti mangkok (nest bowl) perlu disediakan pada ruangan dimana
merpati itu dikurung. Tempat bersarang dapat dibuat dari keramik, plastik, atau karton.
Bentuknya yang cekung akan mampu menyediakan tempat yang cocok bagi merpati
untuk mengerami dan mencegah anak-anak yang masih kecil jatuh sehingga
menimbulkan ketidaknormalan kaki atau pahanya. Kotak sarang biasanya berukuran 35
x 35 x 35 cm. Tenggeran diperlukan oleh merpati biasanya terbuat dari papan rata yang
lebarnya 5 cm atau berupa dua papan yang disatukan membentuk huruf V terbalik.
Tenggeran diletakkan di luar kadang atau di depan kotak sarang yang berguna bagi
burung jantan untuk tidur sewaktu betinanya mengeram. Tengeran ditempatkan
setinggi kurang lebih 1–1,25 m

1.4 Jenis-jenis kandang


1. Kandang Merpati Gupon/Pegupon
Digunakan untuk tempat tinggal burung merpati. Biasanya terbuat dari kayu triplex,
atau papan kayu yang bisa dibuka tutup. Ada gupon sederhana yang hanya bisa dibuat
keluar masuk burung ada juga gupon merpati yang bagus dan lengkap.

Terdapat juga wadah kotoran dibawahnya agar kandang mudah untuk dibersihkan.
Pintu yang bisa dibuka dan ditutup serta sudah dicat dengan warna sedemikian
rupa.Ukuran kandang gupon berbeda-beda ada yang berukuran kecil, sedang, sampai
besar. Tetapi tinggi kandang gupon tidak melebihi 40cm, ini berguna agar mencegah
burung kawin didalam gupon sebelum burung dimainkan.Ukuran kandang gupon kecil
PxLxT 35x30x30, ukuran gupon sedang 40x35x30, 40x35x35, 40x40x35, 45x35x35
ukuran besar 45x40x35, 50x40x35, 50x45x40 dan kombinasi dari itu.
2. Kandang Macan
Kandang macan atau kandang kerangkeng ini fungsinya agar burung bisa diumbar di
dalam kandang. Serta agar burung merasa leluasa untuk kawin dan makan di dalam
kandang tanpa diganggu burung atau binatang lainnya. kandang macan dan pegupon
merupakan kombinasi kandang terbaik. Yang mana bisa memaksimalkan perawatan dan
pelatihan pada burung merpati. Ukuran kandang macan kecil PxLxT 40x60x60, sedang
50x60x60, 60x60x70 besar 70x70x70, 80x80x70 dan kombinasi dari itu semua.

3. Kandang Umbaran
Kandang umbaran digunakan untuk mengumbar burung muda atau piyikan.
Tujuannya agar burung bisa leluasa terbang dengan bebas sehingga sayap tidak kaku.
Selain itu burung juga tidak terbang jauh yang bisa mengakibatkan burung kabur dari
kandang atau dicuri orang. Terlebih jika burung merpati tersebut merupakan salah satu
merpati yang istimewa. Ukuran kandang umbaran disesuaikan dengan kebutuhan dan
kemampuan saja. Karena sifatnya hanya opsional atau sesuai kebutuhan masing-
masing. Untuk kandang umbaran hanya perlu didirikan sebuah rumah-rumahan berupa
susunan-susunan pagupon untuk tempat berteduh dan sebagai sarang ketika sang induk
sedang bertelur.
Kelebihan dari kandang Umbaran:
1. Merpati lebih sehat karena di sini merpati hidup dengan bebas sehingga
pergerakannya pun jadi sangat leluasa.
2. Pemberian pakan sangat praktis karena cukup ditebarkan di tanah, pakan akan
dihampiri sendiri oleh para merpati. Namun agar tidak berebut dengan piaraan
lainnya lebih baik diberi satu wadah pakan besar di tempat yang agak tinggi.
3. Pembersihan kandang juga cukup mudah karena merpati biasanya terbang ke
sana kemari dan tidak terus menerus di dalam kandang kecuali sedang
mengeram atau mengasuh anakannya.
Kekurangan dari kandang Umbaran:
a. Karena merpati bebas berterbangan ke manapun mengakibatkan merpati
mempunyai sifat liar dan terkadang susah untuk dipegang. Sehingga tidak
dianjurkan untuk merpati hias yang mempunyai kualitas kontes.
b. Terkadang ada merpati yang bertelur di sembarang tempat karena kalah dalam
berebut pagupon tempat untuk bertelur.
c. Keamanan yang terlalu lemah sehingga jika merpati yang kita piara dengan
kandang ini sangat mahal sangat rawan untuk dicuri orang lain, jadi perlu ronda
untuk berjaga jaga
4. Kandang koloni
Kandang koloni merupakan kandang dengan ukuran yang besar dimana dalam satu
kandang terdiri dari beberapa pasang merpati. Berbeda dengan kandang umbaran,
kalau kandang umbaran merpati dapat terbang bebas ke mana pun sedangkan kandang
koloni terbatas oleh sebuah pembatas berupa kayu atau kawat.

Kelebihan kandang Koloni:


1. Merpati dalam kandang ini masih bisa bergerak bebas tanpa membawa sifat liar
seperti merpati dengan kandang umbaran
2. Pemeliharaannya pun juga lebih simple karena hanya butuh satu atau dua wadah
pakan dan minum untuk beberapa pasang merpati
3. Birahi dari sang induk menjadi meningkat dengan adanya pasangan lain dalam
satu kandang tersebut karena merpati mempunyai sifat setia pada pasangannya
dan enggan melepaskan pasangannya ketika ada merpati lain.
Kekurangan kandang Koloni:
1. Pada kandang koloni masih memungkinkan terjadinya pertarungan perebutan
sarang antara merpati satu dengan lainnya sehingga kandang ini lebih cocok
untuk kandang peremajaan.
2. Jika terdapat merpati yang sakit akan mudah menular ke merpati lainnya yang
berada dalam satu kandang yang sama. Sehingga harus sering dilakukan
kebersihan kandang dan pengecekan kesehatan agar ketika ada salah satu
merpati yang sakit bisa segera diisolasi.

5. Kandang Baterai
Kandang merpati yang ukurannya lebih kecil dari pada kandang koloni karena pada
kandang ini satu kandang hanya berisi satu pasang.

Kelebihan kandang Baterai:


1. Pada kandang baterai indukan lebih leluasa dalam produksi karena tidak perlu
berebut sarang. Sehingga lebih cocok untuk digunakan untuk kandang indukan.
2. Pengontrolan kesehatan lebih terjaga karena satu kandang hanya tediri satu
pasang merpati saja sehingga mudah diantisipasi jika ada merpati yang sedang
sakit.
Kelemahan kandang Baterai:
1. Biaya pembuatan kandang lebih besar karena satu kandang hanya untuk satu
pasang merpati saja.
2. Perawatannya tidak se-simple kandang yang lain karena pemberian pakan dan
pembersihan kandang harus ditiap kandang yang hanya berisi satu pasang saja.
3. Pergerakan merpati kurang leluasa karena kandang jenis ini lebih kecil dari jenis
kandang lainnya.

1.5 Ransum Merpati


Rekomendasi dari Newland (1978) untuk kebutuhan pokok merpati adalah CP
13.5%; Karbohidrat 65%; Serat kasar 3,5% dan Lemak 13%, juga Anonim (1982)
menyarankan bahwa pakan merpati harus mengandung CP 179: Lemak 2%: Serat kasar
8%; Ca 0,5 - 390; P 1 - 2% dan vitamin. Anak merpati mendapat makanan cairan dari
tembolok induknya yang biasanya disebut susu merpati (Pigeon milk), yaitu suatu cairan
putih berkadar protein sangat tinggi, disekresikan di dalam tembolok induk merpati.
Produksi susu merpati ini dikontrol oleh hormon prolaktin. Hormon tersebut
disekresikan oleh kelenjar pituitary bagian depan yang merangsang permulaan laktasi
(laktogenesis) di dalam kelenjar mammae dan perkembangbiakan epitel jantan dan
betina (Campbell and Lasley, 1977). Prolaktin meningkatkan produksi bahan
menyerupai keju terdiri dari sel-sel epitel yang terlepas. Dalam kaitan ini anak merpati
memasukkan paruhnya ke dalam paruh induknya dan mengambil susu yang
dimuntahkan oleh induk. Pemberian jumlah cairan akan dikurangi dan diganti dengan
memberikan makanan yang lebih keras setelah anak merpati berumur satu minggu.
Anak merpati sepenuhnya masih tergantung pada pemberian makan dari induknya
sampai berumur tiga minggu. Setelah berumur sekitar lima minggu anak merpati mulai
dapat makan sendiri dan tubuhnya telah berbulu lengkap. Meski belum dapat terbang,
anak merpati mulai dapat meloncat-loncat di lantai, dan mulai belajar minum. Setelah
anak merpati meninggalkan sarang, burung jantan masih memberinya makan untuk
masa kirakira 10 hari, sementara induknya sedang sibuk bertelur dan mengerami telur
di sarang lain. Merpati yang belum dewasa mulai dipasarkan sebagai squab pada umur
25–30 hari dengan bobot ± 500 g. Pada umur ini kondisi bulunya mudah dicabuti dan
dagingnya masih sangat empuk dan halus. Sekali anak merpati meninggalkan sarang dan
mulai terbang bebas, dagingnya menjadi sangat padat dan bobot tubuhnya menurun.
Merpati yang akan digunakan sebagai bibit akan dewasa kelamin pada umur 4
bulan pada yang jantan dan umur 6 bulan untuk merpati betina. Pada saat umur
tersebut hendaknya sudah mulai dipindahkan dari petak kandang agar tidak terjadi
keributan karena merpati telah mulai mencari jodoh. Pemberian makan pada merpati
berbeda dibandingkan dengan pemberian makan pada unggas lainnya. Merpati
mengonsumsi campuran butir-butiran dan grit yang berkualitas baik dan banyak air
bersih untuk diminum dan mandi. Merpati tidak diberi ransum berbentuk mash dan
tidak memerlukan hijauan. Pemberian ransum berbentuk pellet dapat saja dilakukan
tetapi beberapa merpati mendapat kesulitan dengan melekatnya pellet tersebut di
dalam temboloknya Campuran butir-butiran yang biasa diberikan kepada merpati
adalah jagung kuning, kacang hijau, sorghum dan gandum.
Ransum merpati yang seimbang sebaiknya mengandung protein l3,5–15,0%,
karbohidrat 60–70%, lemak 2–5%, dan serat kasar tidak lebih dari 5%. Campuran grit,
kulit kerang, kapur, garam dan mineral perlu disediakan secara terus menerus dalam
bak makanan. Contoh ransum merpati adalah campuran dari jagung kuning 38%,
sorghum 11%, kacang hijau 28%, dan gandum 23% yang akan menghasilkan ransum
dengan protein l3,53%, karbohidrat 66,55%, lemak 2,75%, dan serat kasar 3,22%.
Sepasang merpati King berproduksi tinggi akan mengonsumsi 47,670 kg butir-butiran
dalam setahun dan sepasang merpati bangsa kecil (Homer) akan mengonsumsi 40,860
kg, dan sepasang Runt akan mengonsumsi ± 50,750 kg butir setahun. Untuk
menghasilkan anak merpati seberat 500 g diperlukan ransum 3,178–3,632 kg dengan
konversi 6:1. Konsumsi biji-bijian merpati 100 g/pasang/hari untuk tipe ringan dan 150
g/pasang/hari untuk tipe berat. Campuran grit yang baik untuk merpati adalah
1) 45% kulit kerang yang dihancurkan dalam ukuran sedang;
2) 35% berupa pecahan kecil-kecil dari batu gamping/kapur atau batu granit;
3) 10% pecahan kecil arang kayu;
4) 5% tepung tulang;
5) 5% tepung kapur;
6) 4% garam;
7) 1% venetian red (suatu produk yang mengandung zat besi).

1.6 Tatalaksana Pemeliharaan Merpati


Merpati hampir sama seperti burung lainnya yaitu mudah terkejut, oleh karena itu
jangan membuat kaget terutama pada malam hari terhadap induk yang sedang
mengerami telur. Kejutan dapat mengakibatkan induk kabur hingga pagi hari, lalu tidak
mengerami telurnya sepanjang malam itu, hal ini dapat mengakibatkan kematian
embrio. Telur yang retak, ukurannya terlalu kecil atau tidak normal lebih baik
disingkirkan, agar induknya dapat segera bertelur lagi. Telur merpati biasanya menetas
sekitar 17-18 hari setelah pengeraman. Pada umumnya anak yang menetas memiliki
badan yang belum berbulu dan mata masih terpejam. Apabila telur yang menetas hanya
satu ekor, tunggulah sampai 2-3 hari. Jika anakan yang menetas hanya satu ekor maka
pemeliharaannya bisa tetap pada induk tersebut atau dititipkan pada induk lain yang
mempunyai anak 1 ekor.
Pada umur 10 hari biasanaya mata anak merpati akan mulai terbuka dan bulu mulai
tumbuh. Pada tahap ini anak merpati mulai memanfaatkan biji-bijian yang diloloh
bersamaan dengan susu merpati dari induknya. Produksi susu merpati akan semakin
berkurang dengan bertambahnya umur anakan, dan anak merpati mulai
mengembangkan sistem percernaan dan mampu memanfaatkan biji-bijian sedikit demi
sedikit.
Ketika anakan sudah berumur 1 – 7 hari, indukan harus diberikan makanan bergizi
seperti jagung, beras merah, kacang tanah, milet, kacang hijau, dan kedelai. Namun
kedelai harus disangrai terlebih dahulu sebelum diberikan pada indukan. Ketika anak
burung berumur 1 minggu, indukan sudah bisa meloloh dengan biji-bijian tersebut.
Pada umur 4 sampai 5 minggu, bulu mulai tumbuh dengan lengkap, meskipun anak
merpati belum bisa terbanh. Kedewasaan kelamin pada jantan tercapai pada umur 4
bulan, sedangkan pada betina setelah umur 6 bulan. Pada saat tersebut, hendaknya
merpati dipindahkan ke petak kandang karena merpati mulai mencari pasangan untuk
kawin dan menyiapkan sarang. Meakipun inbreeding mungkin saja terjadi, tetapi
perkawinan silang lebih dianjurkan.
Pemberian susu induk merpati dilakukan oleh induk pada anak merpati yang masih
kecil. Karena betina lebih banyak melakukan kegiatan pengeraman, dan pejantan
menggantikannya dalam waktu singkat yaitu dari pagi sampai siang.
Banyak peternak yang sering memisahkananak merpati dan indukan sebelum
disapih secara alami supaya indukan bisa cepat bertelur lagi. Tetapi sebaiknya hal ini
tidak dilakukan karena anak merpati bisa stress karena kehilangan indukan dan dapat
menyebabkan sakit.
Perawatan Tambahan anakan, ketikan sudah dapat dipisahkan dan bisa makan
sendiri. Sebaiknya ditempatkan dalam 1 kandang yang agak besar. Jika ingin dicampur
dengan burung dewasa, pastikan dimasukkan dengan betina saja supaya tidak berkelahi.
Anak merpati juga dapat dimandikan sesekali dan berikan sinar matahari yang cukup
dengan seminggu sekali meminum air campuran cuka apel atau cuka biasa.

1.7 Pengendalian penyakit pada merpati


Burung merpati merupakan salah satu jenis unggas yang mudah dirawat dan
ditemui karena merpati banyak dijual di pasar burung maupun di peternak di Indonesia.
Diperlukan pengetahuan dalam pemeliharaan burung merpati sehingga menghasilkan
keturunan yang unggul (Haekhal, 2016). Pemeliharaan burung merpati dapat dilakukan
secara intensif maupun ekstensif, pemeliharaan secara intensif atau di kandangkan akan
menghambat siklus hidup vektor pembawa penyakit sehingga meminimalkan unggas
terserang penyakit (Syarif, 2003). Gizi atau kualitas pakan burung merpati harus baik,
jadwal pemberian pakan bisa dilakukan siang hari dan sore hari dengan pemberian
jagung madura dan campuran beras merah serta pemberian kacang tanah. Pemberian
minum harus selalu tersedia atau adlibitum dengan mencampurkan vitamin pada air
minum tersebut. Merpati merupakan jenis burung yang kuat menahan lapar, namun
pemberian minum harus dilakukan secara terus menerus karena merpati tidak memiliki
kelenjar keringat. Namun pemeliharaan secara intensif dengan pakan yang selalu
tersedia tidak selalu menghasilkan jenis unggas yang bermutu dan kebal terhadap
penyakit (Salis, 2002).
Manajemen Kesehatan Merpati Umumnya merpati mempunyai daya tahan tubuh
yang tinggi, sehingga tidak sulit untuk dipelihara. Langkah-langkah untuk pencegahan
penyakit tetap mengutamakan sanitasi dan kebersihan kandang, menjaga makanan, dan
ketersediaan air bersih untuk minum dan mandi. Binatang-binatang kecil yang sering
menyebarkan penyakit pada merpati adalah kutu yang hidup di celah-celah kandang dan
kotak sarang dan keluar pada malam hari untuk menghisap darah merpati juga lalat
merpati sebagai pengganggu dan pembawa penyakit. Beberapa penyakit yang
menyerang merpati antara lain:
1) Kanker : disebabkan oleh protozoa. Gejalanya adalah luka di mulut atau
leher yang diliputi cairan kental putih kekuningan. Luka ini membesar dan
akhirnya merpati pun mati. Pengobatan biasanya dengan campuran larutan
3 bagian glycerin dan 1 bagian iodine.
2) Kurus : merpati tampak kurus dan daging dada tidak tampak dan disertai
dengan mencret. Penanganannya dengan membiarkan tembolok kosong,
kemudian diberi minum susu hangat dengan roti.
3) Diare : disebabkan oleh makakan burung kurang baik. Cara penyembuhan
terbaik adalah dengan memberikan jagung dan butir-butiram yang kecil
atau dapat diberikan minyak kastroli atau garam Epson sebagai pencahar
untuk membesihkan pencernaannya.
4) Pilek : dapat dicegah dengan memberi kehangatan pada burung.
5) Pneumonia : kalau leher burung menjadi bengkak dan burung mengalami
kesulitan bernafas, serta tampak demam. Usahakan bunrng selalu hangat
dan obati dengan sulfa atau antibiotika.
6) Paratyphus : disebabkan oleh bakteri dan merupakan penyakit paling serius
bagi merpati. Serangannya dapat mengakibatkan kematian sampai 80%.
Tanda-tandanya adalah persendian (umumnya sayap) dan kaki
membengkak dan berisi cairan, merpati pincang dan lumpuh. Pengobatan
dengan antibiotika dan 118 Produksi Aneka Ternak Unggas sulfa. Namun
lebih baik merpati yang menderita penyakit ini dimusnahkan agar tidak
menular ke yang lain.
7) Coccidiosis : disebabkan oleh protozoa dan mengakibatkan peradangan
pada intestine. Merpati menjadi lemah, mencret hebat, cepat menjadi
kurus, dan tampak pucat, kekurangan darah. Penularan melalui kotoran
burung yang mengandung protozoa coccidiosis yang dimakan oleh burung
lain. Pengobatan dapat diberikan obat coccidiosis untuk unggas yang
banyak dijual di pasaran.
8) Cacar : disebabkan oleh virus. Cacar dapat menyebabkan merpati cacat dan
mati. Gejala yang tampak adalah adanya kutil yang mengembang dan
muncul pada daerah yang tidak ditumbuhi bulu. Terdapat 2 macam cacar
yakni cacar leher (angka kematian besar) dan cacar kulit.

1.8 Penetasan Merpati Pedaging


Seleksi telur tetas
Selama menjalankan manajeman penetasan diperlukan penyeleksian telur tetas,
karena jika telur tetas yang tidak sesuai dengan kriteria telur yang dapat ditetaskan/
memiliki daya tetas yang tinggi tetap ditetaskan akan merugikan dan lebih
bahayanya akan berdampak ke telur lain yang sesuai kriteria. Telur tetas yang
sesuai kriteria dapat ditetaskan / memiliki daya tetas tinggi yaitu: Bentuknya oval,
tekstur halus, berukuran sedang, dan cangkang tebal. (North, 1990).
Fumigasi mesin tetas dan telur tetas
Fumigasi mesin tetas merupakan suatu langkah awal yang penting pada
proses penetasan telur untuk mencegah timbulnya penyakit menular melalui
penetasan. Fumigasi juga salah satu faktor yang sangat mempengaruhi daya tetas telur,
oleh karena itu agar proses penetasan berjalan dengan baik perlu perlakuan fumigasi
yang tepat. Daya tetas telur yang mendapat perlakuan fumigasi lebih tinggi dari
pada yang tidak (Siregar, 1975). Bahan yang tepat dipergunakan untuk fumigasi adalah
formalin yang dicampur dengan KMnO4, dengan dosis pemakaian 40ml formalin +
20gram KMnO4 digunakan untuk ruangan bervolume 2,83 m3 (Kartasudjana dan
Suprijatna, 2010).
Fumigasi pada telur tetas juga langkah yang penting agar telur terhindar dari
bakteri yang bisa mengganggu perkembangan embrio pada proses penetasan. Fumigasi
telur sangat penting karena kerabang telur mengandung banyak bakteri maupun
parasit karena pada proses penetasan, baik temperatur maupun kelembaban sangat
sesuai dengan kebutuhan bakteri dan kapang, sehingga bakteri dan kapang yang hidup
pada proses penetasan akan berkembang biak dengan cepat (Mahfudz, L.D., 2006).
Penetasan alami :
 Telur ditempatkan dalam kandang agar dapat langsung dierami.
 Waktu yang dibutuhkan untuk mentas bagi telur merpati yaitu kisaran 19 hingga
22 hari.
 Letakkan Jerami di dalam kendang untuk membantu dalam proses penetasan.
 Kandang tempat pengeraman tidak boleh lembab, karena dapat menyebabkan
telur mudah rusak dan tidak berhasil menetas.
Penetasan menggunakan mesin tetas :
 Setting temperatur pada suhu 37 derajat Celcius dan kelembaban 60 %
 Untuk pemanasan awal pada telur, gunakan suhu 34 derajat C selama 12 jam,
setelah itu naikkan suhunya pada 37 derajat C.
 Masukkan telur pada mesin penetas. Selama 3 hari telur tidak boleh
diputaratau dibalik. Setelah umur 3 hari lakukan peneropongan. Setelah ada
tanda-tanda embrio berkembang lalu nyalakan pemutar telur otomatis.
Pembalikan telur dapat diseting 3 atau 6 jam.
 Jika air pada nampan berkurang, perlu ditambahkan sedikit air. Untuk menjaga
kelembaban dan suhu, sebaiknya ventilasi dibuka sedikit dan nampan air boleh
diberi kain/busa/spon untuk membantu penguapan air. Telur burung
membutuhkan kelembaban yang cukup tinggi.
 Bila telur susah menetas pada waktunya itu pertanda mesin kekurangan
kelembabannya. Kita dapat mensiasati dengan mengelap telur menggunakan
kain basah dengan air agak hangat. Perlu diingat jangan sekali-sekali membantu
mengupas karena dapat mengakibatkan kecacatan pada anak burung.
 Setelah menetas, biarkan burung berada dirak selama sehari penuh. Setelah itu
baru pindahkan kedalam broder penghangat/ incubator.

DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi, R. 1995. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. Cetakan pertama PT. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta
Blakely, J. dan D.H. Bade. 1994. Ilmu Peternakan. Edisi keempat. Gajah Mada University
Press. Yogyakarta
Gillespie, J.R. 1989. Modern Livestock and Poultry Science Production. 3rd ed. Delmar
publishers inc. USA
Moreng, R.E. and J.S. Avens. Poultry Science and Production. 10th ed. Reston Publishing.
Reston Virginia.
Suseno, A. 1993. Memelihara dan Beternak Burung Merpati. Cetakan ketiga. Penebar
Swadaya. Jakarta
Haekhal, M. 2016. Karakteristik dan Perilaku Merpati Jantan dan Betina Lokal. [Skripsi].
Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Salis. R. 2002. Studi Fenotipe Burung Merpati Lokal. [Skripsi]. Fakultas Peternakan.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Habibi.2021. Jenis Kandang Burung Merpati dan Kegunaannya - Dunia Hobi.diakses 28
oktober 2021 jam 21.03 WIB
Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 36/Permentan/OT.140/8/2006 Tentang Sistem
Perbibitan Ternak Nasional
https://cara-memelihara.blogspot.com/2013/11/burung-dara-pedaging-merpati-
carneau.html
https://www.google.com/search?q=merpati+Carneau&oq=merpati+Carneau&aqs
MEMILIH BIBIT BURUNG MERPATI CARNEAU YANG BERMUTU (pertanian.go.id)
Rianti, dkk.2020. produksi aneka ternak unggas.pustaka media. Bandarlampung.
MAKALAH PRODUKSI ANEKA TERNAK UNGGAS
“Pembibitan dan Penetasan Ternak Burung Unta (Ostrich)”

Disusun Oleh
Kelompok 6
Kelas A

Jeffry Daniel Sitorus 200110180056


Sri Ratna 200110180104
Agung Juliansyah 200110180219
Ilman Ghifari 200110180280

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2021
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini berjudul “Budidaya
Ternak Unggas”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Produksi
Aneka Ternak Unggas yang dibimbing oleh Bapak Ir. Dani Garnida, MS.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Sumedang, 11 November 2021

Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Burung Unta (Struthio camelus) sudah dibudidayakan di Afrika Selatan lebih dari
100 tahun yang lalu (HALLAM, 1992), akan tetapi informasi tentang teknologi budidaya
dan industrinya sangat terbatas. Burung Unta mulai dibudidayakan di Indonesia pada
tahun 1996. Walaupun dikenal sebagai komoditas ternak yang baru, populasinya
berkembang dengan pesat di Indonesia. Direktorat Jenderal Peternakan menganjurkan
agar usaha budidaya burung Unta di Indonesia ditingkatkan; pemerintah telah
menerbitkan daftar
investasi yang memberi kesempatan kepada semua pihak untuk meningkatkan usaha
budidaya aneka ternak termasuk usaha budidaya buning Unta (SOETIRTO, 1998).
Bibit burung unta dipilih dengan tubuh yang tinggi sampai 7 sampai dengan 8
kaki saat sudah dewasa serta bagian leher yang panjang.Bagian kepala kecil dengan bulu
badan yang teksturnya halus. Selain itu lengan yang kuat serta berakhir di bagian kaki
yang besar yang hanya memiliki dua jari kaki. Seekor anakan yang baik juga punya kepala
yang dilengkapi dengan paruh datar. Burung unta yang jantan akan dewasa saat umur 2
tahun, namun betina lebih dahulu dewasa jika dibandingkan jantan. Pejantan dewasa
warnanya hitam dengan sayap putih. Kemudian yang betina warna bulu abu-abu cokelat
yang memiliki ukuran tubuh lebih kecil.
Berat dari telur burung unta ini bisa mencapai 1,3 kg-1,5 kg. Ketika burung unta
sedang bertelur, jumlah nya bisa mencapai 12 - 15 butir. Penetasan dari telur burung
unta ini terjadi setelah 5 - 6 minggu kemudian dalam incubator. Apabila penetasan
dilakukan secara alami yaitu melalui proses pengeraman, waktu yang dibutuhkan
selama 52 hari.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pembibitan Burung Unta


2.1.1 Pemilihan Bibit
Bibit burung unta dipilih dengan tubuh yang tinggi hingga mencapai 7-8 kaki
(213-243 cm) pada saat telah dewasa dengan leher yang panjang, kepala kecil dengan
bulu badan yang halus, lengan yang kuat, dan berakhir pada kaki-kaki yang besar yang
hanya mempunyai dua kuku kaki. Selain itu, seekor bakalan juga harus memiki kepala
yang dilengkapi dengan paruh datar. Meskipun kepalanya kecil bagi ukuran burung
besar, tetapi burung unta mempunyai mata besar dan didukung dengan penglihatan
yang tajam. Sayap dan ekor burung unta tidak berfungsi, tetapi burung unta dapat
memaksimalkan fungsinya Jika berlari, kecepatan lainya mencapai rata-rata 64 km/jam.
Dalam satu sarang, beberapa betina kawin dengan 1 pejantan dan dapat
menghasilkan 50-60 butir telur dalam satu tahun. Dalam sarang yang sama, akan terjadi
konflik di antara betina-betina yang hendak mengerami telur-telurnya dalam waktu
yang bersamaan. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya poligami yang sukses. Telur
burung unta berwarna putih dan berukuran besar, sekitar 1,5 kg/butir. Sekali masa
bertelur, burung unta bisa menghasilkan 15 butir. Setelah bertelur, betina akan
mengerami telur-telurnya di pagi hari, sedangkan jantan akan menggantikannya pada
malam har Setelah 6 minggu, telur tersebut akan menetas. Burung unta akan mengalami
dewasa kelamin pada umur 2 tahun, betina lebih dahul dewasa aripada antan. Pejantan
dewasa berwarna hitam dengan sayap putih, sedangkan betina berwarna bulu abu-abu
cokelat dengan ukuran tubuh lebih kecil. Masa breeding bagi burung unta mulai Maret-
April dan berakhir pada akhir bulan Septembe Paniang masa breeding tengantung pada
makanan, kondisi burung unta, dan musim/cuaca. Kira-kira 2 bulan sebelum mulainya
masa breeding, burung unta terpisah menjadi beberapa pasangan. Dalam satu
kelompok, terdapat satu pejantan dan dua betina sehingga poligami berjalan dengan
sukses.
2.1.2 Pembagian periode Pemeliharaan
Burung unta potong diberi pakan berdasarkan empat fase, berdasarkan
umurnya, yaitu pre-starter (0–60 hari), starter (60–135 hari), grower (135–210 hari) dan
finisher (210–300 hari) (Brand & Gous, 2006)
2.1.3 Perkandangan
Kandang burung unta sebaiknya berukuran besar dan dilengkapi dengan pagar
berupa kawat atau kayu. Lantai terbuat dari tanah berpasir serta dilengkapi dengan
tempat pakan dan tempat minum yang terpisah. Jika dalam keadaan bahaya, burung
unta akan menyembunyikan kepalanya kedalam pasir atau berlari. Jika disudutkan,
burung unta akan menyerang dengan menendang dengan kakinya.

Sumber: shutterstock.com Sumber: adobestock.com

2.1.4 Tata Laksana Pemeliharaan


1.) Tatalaksana Perkandangan
Sebelum memelihara ostrich terlebih dahulu perlu dipersiapkan
kandang beserta perlengkapannya. Tujuan pembuatan kandang antara lain
yaitu agar ternak dapat hidup nyaman serta memudahkan peternak dalam
melaksanakan manajemen pemeliharaan seperti pembersihan kandang,
pemberian pakan dan minum, dan penanganan terhadap ternak.

2.) Tatalaksana Pemberian Pakan


Pakan merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan dalam
budidaya ostrich karena sekitar 80% biaya produksi digunakan untuk
pembelian pakan. Tatalaksana pemberian pakan berpengaruh terhadap
produktivitas ostrich. Tatalaksana pemberian pakan yang tidak dikelola secara
baik dapat mengakibatkan produktivitas ostrich tidak optimal dan dapat
menyebabkan pemborosan pakan.
Pakan yang diberikan hendaknya mengandung zat-zat nutrisi yang
dibutuhkan ternak dengan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan. Zat-zat
nutrisi yang dibutuhkan oleh ostrich antara lain karbohidrat, protein, lemak,
vitamin, mineral dan air. Untuk pemberian pakan hendaknya jangan sekaligus
sehingga tempat pakan menjadi penuh, namun sebaiknya pakan diberikan
secara bertahap.
3.) Tatalaksana Pemeliharaan/Perawatan
Bibit yang jelek meskipun dikelola secara baik tetap tidak bisa
memberikan hasil yang optimal. Untuk mendapatkan hasil yang optimal harus
dipilih bibit ostrich dengan kualitas yang baik dan dipelihara dengan
tatalaksana pemeliharaan yang baik pula. Sebelum ostrich datang, hendaknya
kandang besarta perlengkapannya beupa tempat pakan, tempat minum, dan
alat penerang harus dalam kondisi bersih dan siap dipakai. Ostrich yang baru
saja datang jangan langsung diberi pakan, tetapi hendaknya diistirahatkan
dulu sampai stress akibat perjalanan berkurang, setelah itu baru diberi minum
yang telah dicampur dengan zat anti stress kemudian baru diberi pakan.
Tempat pakan dan tempat minum dibersihkan setiap hari yaitu pagi hari
sebelum pemberian pakan pagi. Stamina dan kesehatan ostrich perlu selalu
dijaga, yaitu dengan menjaga kebersihan kandang dan olahraga. Ostrich yang
menunjukkan gejala sakit segera dipisahkan dari kandang.
2.1.5 Ransum Burung Unta
Anak burung unta tidak makan untuk 24 jam pertama selama hidup dalam
kantong yolk. Makanan yang mengandung serat tingg dapat menyebabkan kesulitan
metabolisme dalam intestinal. Beberapa bahan pakan segar seperti bayam vang
mengandung asam oxalat akan menurunkan tingkat absorbsi kalsium dan akan
menimbulkan masalah pada kaki. Setelah 3 minggu, alfalfa pellet yang berkualitas baik
perlu diberikan. Oyster shell grit, dan air bersih diberikan sepanjang hari.
Burung unta merupakan binatang herbivora dan sangat pilih-pilih makanannya,
berupa pucuk-pucuk rumput dan benih-benih bunga tertentu. Tanaman yang dimakan
burung unta antara lain, daun-daun, benih-benih, butir-butiran kacang kacangan, dan
buah-buahan. Kadang-kadang, burung unta juga memakan belalang. Burung unta bisa
menghabiskan pakan hingga 3 5 kg pakan/ han. Burung unta mampu bertahan hidup
dalam periode waktu yang lama tanpa air.
Milton dkk. (1993) menyatakan bahwa burung unta penangkaran Struthio
Camelus cangkang tiram, pasir kapur atau dolomit. anak ayam, umur 3-9 minggu, diberi
pakan pelet dan dikonsumsi 55%. Dalam pakan burung unta juga terdapat rerami,
rumput segar (jelatang atau alfalfa), mineral, yaitu kalsium, fluor, fosfat, kerikil dan rak,
vitamin, tepung ikan dan tulang, buah-buahan segar, sayuran (labu, kentang, lobak, apel,
dan lainnya), tanaman sereal dan biji-bijian dan silase.

Sumber: gettyimage.com Sumber: Freepik

2.1.6 Pemeliharaan Kesehatan


Sanitasi menjadi hal yang penting dalam pemeliharaan burung unta karena
secara berkala burung unta suka mandi. Program pencegahan penyakit harus mencakup
semua jenis vaksinasi dan keamanan biologis. Keamanan biologis adalah cara termurah
untuk mencegah penyakit. Ini mencakup pemantauan burung, staf, dan pengunjung
secara konstan, dan juga harus memastikan kondisi sanitasi yang baik dari peternakan
dan penghuninya. Kadang-kadang organisme burung unta terkena serangan bakteri,
yang ditampilkan pada kerja usus burung dan memanifestasikan dirinya dalam diare.
Anda harus tahu bahwa agen penyebab diare jenis ini belum diteliti secara memadai,
sehingga tidak ada pengobatan khusus. Dalam hal ini, cegah penyakit dengan vaksinasi,
daripada mengobatinya.
Penyakit virus yang paling berbahaya pada individu muda adalah penyakit
Newcastle, yang memengaruhi kerja sistem muskuloskeletal burung. Saat ini, belum
dikembangkan vaksin yang dapat membantu burung yang terserang, sehingga dalam
kebanyakan kasus penyakit ini berakhir dengan kematian burung unta. Karena penyakit
burung unta sulit untuk diobati, maka jauh lebih mudah untuk mengambil tindakan yang
tepat untuk mencegahnya. Untuk pencegahan semua kelompok penyakit, perlu
mematuhi aturan berikut:
1. Pembersihan kandang dan bangunan harian di mana burung dipelihara.
2. Desinfeksi rutin terhadap bangunan tempat burung unta disimpan, serta pengumpan,
peminum, dan peralatan yang berlaku untuk mereka.
3. Burung yang baru saja didapat dan sakit harus disimpan secara terpisah dari yang lainnya
di tempat yang ditunjuk khusus.
4. Perawatan tangan wajib saat bekerja di inkubator. Semua manipulasi dengan telur
dilakukan hanya dalam sarung tangan.
5. Analisis rutin kotoran burung untuk mendeteksi parasit dan penyakit secara tepat
waktu.
6. Pertarungan konstan melawan tikus, yang merupakan pembawa penyakit menular.
7. Vaksinasi burung yang tepat waktu dan teratur.
8. Kehadiran air bersih, makanan berkualitas tinggi, sampah kering dan bersih.
9. Peralatan penghalang di pintu masuk ke peternakan, ke departemen inkubasi dan
karantina, serta ke kamar tempat kaum muda disimpan.
10. Ventilasi yang memadai untuk pemeliharaan.
2.2 Penetasan
1. Desinfektan pada telur merupakan sanitasi yang bertujuan untuk menurunkan
atau mencegah jumlah pathogen dan bakteri yang akan masuk ke dalam mesin
tetas sehingga Penanganan sebelum masuk mesin tetas
didapatnya daya tetas yang tinggi. Bobot dari telur untu berkisaran
antara 1-1,5 kg. burung unta dapat menetaskan telurnya dengan cara mengeram
sendiri atau ditetaskan dengan mesin tetas. Telur burung unta dapat di ambil
dari induk dengan cara berhati-hati. Telur juga dapat di simpan sementara pada
media vermiculite dimana komposisi media tersebut dibuat dari campuran tanah
dan silika, hal tersebut digunakan agar suhu dan kelembabannya sama saat
dipasir. Menurut Cooper, RG, (2000) penanganan telur harus diambil dan
kumpulkan dengan hati-hati kemudian dilap dengan kain kering, dan kemudian
disemprotcampuran assium permanganate-formalin untuk pembersihan.
Memegang telur juga dapat menggunakan dengan handuk steril membantu
mencegah kemungkinan kontaminasi dari tangan pekerja. Telur-telur kemudian
ditempatkan dalam keranjang pembawa yang dilapisi dengan karet busa untuk
mencegah kerusakan pada telur. Ada dua kelas klasifikasi telur burung unta
yaitu:

Nama Berat Telur Gred Berat telur dalam gram kelas


burung Pertama kedua

Burung unta dari 1500 -1800 gram dari 1126 -1500 gram

2. Penanganan selama dimesin tetas


Telur burung unta dapat menetas secara alami membutuhkan waktu 52
hari dan menggunakan incubator selama 42 hari.

Waktu inkubasi telur Unta Suhu inkubator kelembapan

1- 14 36,3-36,5 20-25
15-21 36,3-36,5 20-25

22- 31 36,3-36,5 20- 25

32- 38 35,8-36,2 20- 25

39- 40 35,8-36,2 40- 45

41- 42 35,8-36,2 60- 70

Menurut Hoyt dkk, (1978), penetasanWaktu bertelur burung unta erat


kaitannya dengan inkubasi, suhu inkubasi : 36 °C – 36,5 °C. Kebersihan sangat
penting dalam incubator dan penetasan. Bak baskom yang diisi denganlarutan
klorin mencegah masuknya patogen pada mesin. Pergerakan udara di ruang
inkubator juga penting. Pada mesin tetas juga harus perhatikan aliran udara
yang masuk dan keluar. Aliran udara yang baik pada sekitar 45 L/h/telur dalam
inkubasitor, sangat penting untuk mencegah penumpukan karbondioksida dan
dalam uap air naik. Deeming, DC, (1993) menyatakan bahwa Pemutaran pada
telur unta harus diputar minimal 5 kali per hari, untuk merangsang pertumbuhan
embrio. Pemutaran tersebut untuk mencegah embrio agar tidak melekat pada
bagian dalam membran cangkang dan memastikan suhu yang seragam alami.
Pemantauan perkembangan embrio selama inkubasi dilakukan dengan proses
yang candling dengan penggunaan grafik candling (Badley, AR, 1998). Candling
dapat menentukan tahap perkembangan embrio dengan jumlah bayangan
ditelur. telur diperiksa setelah 14 hari, dan, jika tidak ada perubahan pada telur
maka telur tersebut dikatakan fertil.
3. Penanganan pasca menetas
Pada telur burung unta akan menetas pada hari ke 42, kerabang telur
burung unta akan menetas secara alami dan membutuhkan selama 6-10 jam
untuk menetas seluruhnya. Pada penetasan kerabang burung unta tersebut
tidak dikenankan untuk dibantu oleh peternak kaarena dapat membuat saluran
pernafasan pada burung tersebut buruk. DOC perlu segera dimasukkan ke dalam
sangkar dengan dilengkapi dengan pemanas dan cahaya. Dari hari lahir pertama,
burung unta tumbuh 1 cm sehari, sehingga mencapai 150-180 cm pada hari
pertama. Mulai hari ke-7, burung unta sudah boleh diberi makan. Minggu-
minggu pertama kehidupan doc burung unta mesti disimpan di tempat yang
hangat, sama ada musim sejuk atau musim panas. kandang harus mempunyai
cahaya dan pemanas.
DAFTAR PUSTAKA
Cooper, RG, 2000. Sebuah studi untuk menilai keberhasilan kritisfaktor peternakan burung
unta di zimbabwe. Forum Petani Burung Unta3 (14):2; 3(15) dan (16):4–5
Hoyt, DF, D. Vleck, dan CM Vleck, 1978. Metabolismeembrio burung: Ontogeni dan efek suhu
pada burung unta.Kondor 80:265–271
Deeming, DC, 1993. Persyaratan inkubasi os-trich ( Struthio camelus ) telur dan embrio.
Halaman 85–92 Dalam: DIBriden, Ed. Pengembaraan Burung Unta. Prok. Australia
Assoc burung unta. Inc. (Vic.)217, Universitas Sydney, Sydney
Badley, AR, 1998. Meningkatkan produktivitas burung unta melaluidaya tetas telur yang lebih
baik. Makalah Penelitian RIRDC no. 17, London,Inggris
Anonimous . Inkubasi Burung Unta. Dikutip dari https://ms.blabto.com/1672-incubation-of-
ostrich-eggs.html. Di akses pada 11 november 2021.
Anonimous . Peraturan dan ciri pengeraman telur burung unta. Dikutip dari
https://ms.meridianfarmersmarket.org/1714-rules-and-features-of-incubation-of-
ostrich-eggs.html. Di akses pada 11 november 2021.
Brand, T.S. & Gous, R.M., 2006. Feeding ostriches. In: V. Bels (ed). Feeding in domestic
vertebrates: From structure to behaviour. 1st edition. CABI, Wallingford, England. pp.
136-155.
Eko. Susilorini.Tri , Manik Eirry Sawitri, dan Muharlien. 2008. Budi Daya 22 Ternak Potensial.
Penebar Swadaya Grup. Jakarta.
MAKALAH BUDIDAYA UNGGAS MALEO
Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah Produksi Aneka Ternak Unggas

Disusun Oleh:
Kelompok 7
Muhammad Faisal Akbar 200110180220
Gayus Ronald Madison Hutasoit 200110180290

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2021
PEMBAHASAN

2.1. Pengolahan Telur Maleo


2.1.1. Petugas Pencari Telur
Petugas pencari telur adalah petugas khusus yang ditunjuk oleh pengelola lokasi
peneluran untuk mencari telur maleo di lokasi peneluran setiap hari pada waktu-waktu
tertentu. Seorang pencari telur dapat merupakan petugas pengelola kawasan konservasi
(jika lokasi peneluran berada di dalam kawasan konservasi) atau masyarakat sekitar lokasi
peneluran yang telah dilatih khusus atau memiliki keahlian khusus untuk pencarian telur.
2.1.2. Pencarian Telur Maleo

Pencarian telur harus secepat mungkin setelah pukul 10:00 untuk mencegah lebih
besar kemungkinan predator datang terlebih dahulu untuk memangsa telur maleo. Namun
perlu diperhatikan bahwa kadangkala walaupun waktu 10:00 merupakan waktu umum
pasangan maleo selesai bertelur, kadangkala beberapa pasangan maleo masih terlihat aktif
di lokasi peneluran. Sebelum pencarian telur dimulai, harus dipastikan tidak ada lagi
pasangan maleo yang masih dalam proses meletakkan telurnya. Hentikan dan tunggulah
jika ternyata masih ada pasangan maleo di lokasi peneluran, sampai pasangan tersebut
selesai atau meninggalkan lokasi peneluran. Jangan sekali-kali melakukan pengusiran
terhadap pasangan maleo yangberada di lokasi peneluran, kapanpun.
Pencarian telur dilakukan setiap hari. Satu tim pencari telur maksimal 3 orang untuk
keefektifan dan menghindari gangguan yang besar di dalam lokasi peneluran. Dalam satu
lokasi peneluran, dapat dibentuk beberapa tim jika lokasi pencarian telur cukup besar.
Hanya petugas yang ditunjuk atau terlatih yang diperkenankan menggali lubang peneluran
untuk mendapatkan telur. Ketika pencari telur sedang menggali, anggota tim lain harus
sedikit menjauh dari lubang (minimal 1 m) karena berdiri di pinggir lubang dapat
meruntuhkan lubang sehingga beresiko menyebabkan telur pecah tertimbun batu atau
tanah atau pasir secara tiba-tiba dalam jumlah besar.
Tugas pencarian telur dan proses pemindahan serta penanaman kembali ke bak
penetasan semi alami merupakan tugas utama yang harus pertama dilakukan pada waktu
yang telah ditentukan. Petugas pencari telur dilarang mendahulukan tugas lain pada saat
tersebut, seperti memandu tamu, mendampingi peneliti, dsb.
Kondisi tanah lokasi peneluran yang padat atau bercampur batu, biasanya
membutuhkan alat bantu khusus untuk menggali, agar tidak menimbulkan luka atau cidera
jika menggali langsung dengan jari tangan. Gunakan alat bantu berupa batok/tempurung
kelapa atau benda lain yang terbuat dari plastik atau vinyl. Hindari menggunakan alat bantu
dari logam apalagi logam tajam (cangkul atau sekop kecil). Perlu berhati-hati, ketika dirasa
telur telah hampir diperoleh atau tidak ada lagi lapisan batu, kembali gunakan tangan untuk
menggali.

Cangkang telur maleo sangat tipis dan sensitif. Untuk itu wajib berhati-hati dalam
menggali telur, khususnya untuk lokasi-lokasi peneluran dengan struktur tanah yang
bercampur batu dan kerikil. Untuk tanah yang berbentuk pasir (tepi sungai) juga tetap
berhati-hati karena dinding lubang biasanya rawan runtuh. Jatuhan batu kecil saja dapat
memecahkan atau meretakkan cangkang telur maleo sehingga telur akan gagal dalam
proses inkubasinya.
Jika terjadi telur pecah atau retak akibat alami (ditemukan telah retak atau pecah)
ataupun akibat dalam proses penggalian, maka biarkan telur pecah tersebut, timbun atau
kubur kembali telur tersebut di lubang ditemukannya (Gambar 9). Keadaan ini secara alami
biasa terjadi. Namun kejadiaan ini tetap dicatat karena merupakan tanda kehadiran
pasangan maleo di lokasi tersebut.
2.1.3. Pemindahan Telur Maleo

Pada prinsipnya, ketika telur ditemukan dalam kondisi baik maka harus sesegera
mungkin dipindahkan untuk ditanam kembali ke dalam hatchery (Gambar 9). Namun
kadangkala untuk efektivitas pencarian telur, pencari telur mencari telur di seluruh lokasi
target terlebih dahulu, kemudian membawa semua telur yang diperoleh ke hatchery.
Jika telur tidak langsung dipindahkan ke hatchery (menunggu pencarian telur di
lubang lainnya), maka letakkan telur dalam ember berisi pasir dan tutupi dengan daun atau
pasir kembali. Letakkan dalam lokasi yang teduh dan dibawa dengan sangat hati-hati.
Walaupun tidak ada bukti bahwa posisi telur mempengaruhi sukses tetas, namun tidak
diperkenankan untuk memutar-mutar atau membuat banyak guncangan pada telur yang
ditemukan. Dalam keadaan alaminya, telur setelah diletakkan induknya, tidak akan berubah
posisi sampai menetas. Telur juga secara alami tidak pernah terpapar sinar matahari
langsung. Untuk alasan apapun, tidak diperkenankan meletakan telur di permukaan yang
keras, seperti batu atau permukaan semen.
Bawalah telur ke hatchery setelah selesai pencarian telur untuk segera ditanam
kembali. Jika diperlukan untuk pengukuran tertentu (berat, ukuran, dsb.), lakukan di lokasi
yang teduh. Sekali lagi, hindari guncangan yang terlalu banyak, termasuk dalam
pengukuran. Jika diperlukan pemberian nomor pada telur, gunakan arang atau pensil yang
lunak (2B atau lebih) dan tumpul. Jangan menggunakan bolpoint (karena berujung tajam)
apalagi spidol (karena berbau menyengat).

2.2. Penanaman Kembali Telur dalam Hatchery


Pada hatchery yang kecil (tidak lebih dari 2x3 m2), cukup satu orang yang masuk ke
dalam hatchery untuk proses penanaman kembali telur maleo. Jika ukuran hatchery cukup
besar, maka dapat lebih dari satu orang, namun tetap memperhatikan kapasitas.
Disarankan tidak lebih dari 3 orang untuk satu kali kesempatan masuk ke dalam setiap
hatchery. Setiap petugas yang masuk ke dalam hatchery harus mengikuti jalur-jalur yang
telah disediakan agar tidak salah menginjak lubang yang terisi telur.
Galilah lubang untuk penempatan telur. Penggalian dapat dibantu dengan alat
penggali jika diperlukan. Diameter lubang tanam sekitar 10 cm dengan dalam minimal 25
cm (Gambar 11). Tidak dianjurkan lubang terlalu rendah karena suhu dekat permukaan
tanah umumnya makin tidak stabil sehingga akan mengganggu proses inkubasi telur. Jangan
khawatirnya ketidakmampuan anak maleo ketika menggali ke dalam permukaan, karena di
alam aslinya telur maleo dapat mencapai kedalaman 50 cm. Letakkan telur di dalam lubang
secara hati-hati. Pastikan tidak ada batu tepat di dasar lubang.
Letakkan telur dalam posisi bagian tumpul menghadap ke atas. Walaupun tidak ada
bukti posisi telur mempengaruhi keberhasilan tetas, namun sebagian besar telur maleo di
alam ditemukan dengan posisi bagian tumpul di atas. Tutuplah telur dengan tanah kembali
hasil galian atau hasil ayakan (seperti yang telah disampaikan pada bagian pembuatan
hatchery pada bagian A.4.b.). Lakukan secara perlahan-lahan dan hati-hati. Pastikan tidak
ada batu atau kerikil yang masuk ke dalam lubang saat penimbunan. Tepuk-tepuk sedikit
jika telah penuh, untuk memastikan tanah masuk dengan sempurna namun jangan sampai
terlalu padat (karena terlalu keras menepuk tanah).
Penggalian lubang tanam telur maleo hanya dilakukan sesaat sebelum telur
ditanam. Jangan membuat atau menggali lubang sampai membiarkannya berhari-hari
terbuka, karena di alam aslinya lapisan tanah selalu tertutup dan baru digali setelah betina
siap bertelur. Lubang yang terlalu lama terbuka, dikhawatirkan akan mempengaruhi
kelembaban lubang tersebut, karena secara langsung dan lama terpapar aliran udara secara
terus-menerus, sehingga dapat mempengaruhi proses inkubasi telur nantinya.
Posisi lubang tanam di dalam hatchery mengikuti sistem koordinat yang telah dibuat
untuk memudahkan pengecekan telur menetas nanti. Lubang telur baru dibuat secara
teratur mengisi lubang-lubang yang belum terisi sampai satu hatchery terisi penuh.
Walaupun ada lubang lama. yang baru saja atau belum lama telur di dalamnya menetas,
tetap gunakan terlebih dahulu lubang yang belum terpakai. Jika hatchery telah terisi semua,
barulah lubang telur berikutnya menggunakan lubang-lubang yang telah menetas, juga
terus secara berurutan.

Berilah tanda pada setiap koordinat pada hatchery yang telah terdapat telur di
dalamnya. Buatlah tanda yang tidak membahayakan anak maleo ketika akan menetas dan
keluar nantinya.
2.3. Penanganan Anak Maleo yang Menetas
2.3.1. Pasca Menetas
Masa ingkubasi teur maleo berkisar antara 60-90 hari tergantung pada suhu panas
bumi. Telur maleo terindikasi sudah menetas dapat dilihat pada lubang pengeraman yang
sedikit turun. Anak maleo yang baru menetas akan naik ke permukaan tanah dengan
kecepatan 0,5–1,0 cm per jam, sehingga jika kedalamam lubang 20 cm maka mereka akan
mencapai permukaan setelah 20–40 jam. Anak maleo tidak membutuhkan banyak
perawatan. Setelah menetas, mereka sepenuhnya sudah mandiri dari induk mereka dan
sudah dapat terbang.
Maleo yang keluar dari lubang biasanya akan memunculkan kepalanya dan terdiam
cukup lama untuk istirahat, biarkan maleo dalam keadaan tersebut hingga anak maleo
keluar dari lubang sendiri dikarnakan pada masa itu anak maleo sedang memulihkan
tenaganya, mengisi paru-parunya dengan oksigen, serta mengeringkan bulu-bulunya. Bila
pada lokasi penetasan dinilai rawan predator, anak maleo yang menetas pada sore hari
pindahkan pada kandang habituasi.
Ketika telur dalam masa inkubasi telah lebih dari 100 hari namun belum menetas,
maka periksalah lubang tanam tersebut. Galilah secara hati-hati. Ada tiga kemungkinan,
yaitu telur tidak menetas, telur menetas dan anak maleo mati dalam perjalanan menuju
permukaan, atau telur menetas dan anak maleo masih dalam perjalanannya menuju
permukaan. Jika telur belum menetas, angkatlah telur dan kubur telur di luar lokasi
peneluran. karena kemungkinan telur seperti ini sudah tidak mungkin menetas (infertil atau
tidak mencapai kondisi optimum untuk menetas). Jangan sekali-kali membuang telur busuk
ke sembarang tepat tanpa di kubur, khususnya di dalam lokasi peneluran.
2.3.2. Pemindahan Anak Maleo
Penangkapan anak maleo yang baru menetas di dalam hatchery ditujukan untuk
pemindahan anak maleo ke kandang habituasi atau ke kotak penyimpanan sementara atau
langsung dilepasliarkan. Penangkapan ini dapat dilakukan hanya pada waktu-waktu maleo
aktif bertelur yaitu sekitar 10:00–14:00. Untuk mempercepat proses penangkapan gunakan
jaring sehingga lebih mudah dan menghindari berlari mengejar anak maleo didalam
hatchery sehingga berotensi merusak telur lain yg belum menetas.
Dalam menangani dan menangkap anak maleo jangan dengan tangan yang basah
atau berkeringat dikarnakan bulu maleo yang rapuh dapat menempel pada tangan dan
rontok. Peganglah dengan dua tangan pada bagian atas dan bawah. Rasakan dengan tangan
agar tidak terlalu keras ataupun terlalu longgar dalam menggenggamnya. Biarkan kaki
mereka terjulur karena jika ditekuk akan memudahkan mereka untuk berontak.
2.3.3. Pelepasan Anak Maleo
Anak maleo tergolong dalam tipe anak burung yang bersifat nidifugous, yaitu dapat
cepat meninggalkan sarang tanpa membutuhkan banyak perawatan dari induknya.
Pelepasliaran anak maleo langsung setelah mereka dianggap kuat dan lincah, merupakan
pilihan utama, lepaskan anak maleo pada tepi hutan dan kea rah hutan, karna sangat
penting untuk anak maleo segera masuk ke hutan karena mereka butuh perlindungan
secepat mungkin dengan menemukan lokasi tenggeran yang bebas dari predator.
DAFTAR PUSTAKA

Bashari, H., Lela, M. W., Kobandaha, M., Rahmanita, D., Teguh, H. 2020. Prosedur Tata
Kelola Lokasi peneluran maleo (Macrocephalon maleo) di Taman Nasional Bogani Nani
Wartabone. Balai Taman Nasional Bogani Nani Wartabone dan Enhancing the
Protected Area System in Sulawesi for Biodiversity Conservation (EPASS) – Project.
Mongkonai Barat, Kota Kotamobagu, Sulawesi Utara
GustiNgurahPutu Widnyana, I., Sundu, B., & Tanari, M. 2019. Ex-Situ Conservation Through
Body Morphological and Hormonal Studies. In International Journal of Veterinary
Science and Agriculture Research (Vol. 1). www.ijvsar.com
Ilmu Ternak. 2014. SISTEM RESPIRASI, PENCERNAAN DAN REPRODUKSI AVES.
https://www.ilmuternak.com/2014/11/sistem-respirasi-pencernaan-
dan.html#google_vignette. Diakses Pada 7 oktober 2021 Pukul 20.30
MAKALAH PRODUKSI ANEKA TERNAK UNGGAS
“PEMBIBITAN DAN PENETASAN TERNAK UNGGAS (ANGSA)”

DISUSUN OLEH:

ZAHID FATHURROHMAN 200110150289


SALSABILA 200110180130
M ANDHIKA FARREL H 200110180222

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2021
1. Pembibitan Angsa
Pemilihan Bibit
Sebelum mebudidayakan angsa sebaikya memilih bibit yang unggul untuk mendapatkan
hasil yang memuaskan, dan berikut ciri-ciri bibit yang baik untuk di budidayakan
1. Postur bibit di harapkan normal atau merata terhadap postur bibit lain
2. Linca dalam beautifitas
3. Nafsu makan bibit angsa cukup tinggi
4. Bibit tidak memiliki kecacatan sedikitpun
5. Usahakan bibit berasal dari induk yang unggul dan sehat.
Cara Pemeliharaan Bibit
1.1 Anak
Angsa yang baru berumur 1 minggu harus di lakukan perawatan yang cukup dan ekstra
karna pada saat umur 1 minggu anak angsa rentan akan kematian untuk itu buatlah
kandang yang hangat atau buatlah anak angsa berada pada induknya itu akan
menghangatkan juga kepada anak angsa dan setelah meilih bibit kita juga harus meilih
indukan dan berikut ciri indukan yang unggul.
1.2 Jantan
Untuk pejantan di harapkan memiliki kriteria yang cukup seperti
1.postur badan indukan jantan besar
2.umur pejantan sudah cukup untuk di kawinkan
3.indukan pejantan tidak boleh memiliki kecacatan apapun
4.bulu angsa harus terpancar cerah dan bebas dari penyakit
1.3 Betina
Untuk betina di harapkan memilki kriteria yang cukup seperti
1.postur indukaan betina juga harus besar
2.umrur pada betina harus cukup
3.betina harus sudah mampu menghasilkan telur
4.indukan harus terbebas dari penyakit apapun
5.indukan tidak boleh memiliki kecacatan
(Sumber: http://blogternakunggas.blogspot.com/2015/11/ternak-angsa.html)
2. Tatalaksana Pemeliharaan
2.1 Pembagian Periode Pemeliharaan
Pedaging (Broiler)
- Starter / Brooding period, mulai dari umur 1 hari sampai 4 minggu
- Growing period, umur 4 minggu sampai 12 minggu
Petelur (Layer) / Breeder
- Starter, mulai dari umur 1 hari sampai 4 minggu
- Grower, umur 4 minggu sampai 36 minggu
- Layer, umur 36 minggu sampai 4 tahun
2. 2 Pemberian Ransum
Starter
Ransum dan air minum diberikan pada angsa secara ad libitum. Ransum yang
diberikan sebaiknya berbentuk crumble. Tabel kebutuhan nutrisi angsa periode starter

(Sumber: Leclercq et al., 1987)


Grower
Pada pemeliharaan ekstensif angsa dapat diumbar agar bisa mencari tambahan
makanan. Angsa dapat memakan rerumputan, dedaunan, serangga, siput, hingga
cacing. Tabel kebutuhan nutrisi angsa periode grower

(Sumber: Leclercq et al., 1987)


Layer

(Sumber: Leclercq et al., 1987)


2.3 Pengendalian Penyakit
1. Aspergillosis

Sumber:
https://www.thepoultrysite.com/publications/diseases-of-poultry/212/aspergillosis
Penyebab - Umumnya dikenal sebagai brooder pneumonia, penyakit ini
disebabkan oleh jamur Aspergillus fumigatus yang terhirup ke dalam paru-paru saat
anak angsa menetas di inkubator copaminated atau dari induknya di alas berjamur atau
diberi pakan berjamur (Dave, 1981).
Gejala - Aspergillosis biasanya merupakan penyakit anak angsa muda yang
terkena oleh sesak napas, nafsu makan buruk, kelemahan umum dan kadang-kadang
disertai mata lengket. Paru-paru burung yang terkena sering mengandung bintil
kekuningan kecil seukuran suntikan BB. Anak burung yang paling rentan pada beberapa
hari pertama setelah menetas (Dave, 1981).
Pengobatan - Tidak ada obat yang diketahui, tetapi untuk mencegah
penyebarannya, ternak yang terinfeksi harus dimusnahkan, area perindukan dan
peralatan disinfeksi, dan pakan serta alas tidur diperiksa apakah berbau apek atau
tanda-tanda jamur yang terlihat (Dave, 1981).
Pencegahan - Tetaskan telur hanya dalam inkubator yang didesinfeksi secara
menyeluruh dan gunakan alas tidur dan pakan bebas jamur. Pada beberapa skuation,
terutama saat hangat, iklim lembab, mungkin perlu untuk mengasapi bagian inkubator
tidak lama sebelum tanggal penetasan (Dave, 1981).
Penyebab - Keracunan makanan yang mematikan dalam bahasa sehari-hari
disebut limberneck, disebabkan oleh racun yang diproduksi oleh bakteri Clostridium
botulinum yang ditemukan pada tanah, makanan busuk dan hewan yang membusuk dan
materi tanaman
2. Botulism
Penyebab - Paling sering menyerang ketika cuaca kering dan permukaan air di
kolam dan danau turun, meninggalkan tanaman dan hewan yang membusuk. Belatung
yang memakan bangkai yang membusuk sering membawa toksin botulism. Angsa juga
dapat tertular racun daribmakanan basi atau makanan kaleng dari pantry (Dave, 1981).
Gejala - Beberapa jam setelah makan makanan beracun, burung dapat
kehilangan kendali pada otot kaki, sayap, dan lehernya. Dalam beberapa kasus, bulu
tubuh kendor dan mudah dicabut. Angsa yang berenang saat terjadi kelumpuhan leher
seringkali tenggelam sebelum bisa memanjat keluar di darat. Burung yang sekarat bisa
mengalami koma beberapa jam sebelum kedaluwarsa. Botulism biasanya terlihat dalam
tiga hingga dua puluh empat jam, meskipun dalam kasus dapat pulih dalam beberapa
hari (Dave, 1981).
Pengobatan - Semua angsa yang dicurigai memakan makanan yang mengandung
racun barus dikurung di halaman atau bangunan yang bersih dan teduh dan segera
diberikan air minum segar dengan pencahar, baik satu pint mola atau satu pon garam
epsom per lima galon air yang ditambahkan selama empat jam. Burung yang tidak bisa
minum sendiri harus diperlakukan secara Individual. Penambahan satu bagian kalium ke
3.000 bagian air minum atau dosis individu dari satu sendok teh minyak jarak juga telah
direkomendasikan sebagai pengobatan. Pada burung yangsangat berharga, akan sangat
membantu untuk mengeluarkan isi kerongkongan dengan air hangat menggunakan
corong dan selang karet yang dimasukkan ke dalam mulut dan turun ke kerongkongan
beberapa inci. Segala upaya harus dilakukan untuk menemukan sumber keracunan
sehingga masalah lebih lanjut dapat dihindari. Vaksin telah dikembangkan, tetapi
harganya agak mahal dan seringkali sulit diperoleh dalam waktu singkat (Dave, 1981).
Pencegahan - Mengubur atau membakar bangkai hewan yang mati dan
membersihkan tumbuhan yang membusuk. Jangan biarkan angsa makan di genangan
air selama musim kemarau atau memberi burung makanan kalengan atau pakan yang
busuk (Dave, 1981).

2. 4 Kandang dan Peralatan


1. Seekor anak angsa membutuhkan sangkar berukuran 1x1 m. Sangkar untuk anak
angsa dapat berupa kotak dengan rangka dari kayu dan dinding serta atasnya dari bilah-
bilah bamboo, kayu atau kawat kas. kita beri lampu 40watt sehingga anak angsa mudah
mendapatkan makanan dan air. Selain itu, lampu juga berguna sebagai penghangat,
gambar sangkar kotak untuk anak angsa

2. Angsa yang tidak betah di dalam kendang bisa diumbar dipekarangan

3. Bahan bangunan dapat terbuat dari kayu atau bambu. Dinding dapat dibuat dari bilah
bilah bambu atau kawat kasa, sedangkan bagian atasnya dapat berupa genting, rumbia,
seng atau asbes. Lantai bangunan bisa dari tanah, kayu atau semen. Sebaiknya lantai
terbuat dari semen karena angsa akan sehat dan kandang mudah dibersihkan. Kandang
tempat bertelur angsa bisa dibuat dengan ukuran 30x30x30cm. Alas kandang angsa
bertelur terbuat dari jerami atau serutan kayu.

(sumber: https://pdfcoffee.com/qdownload/tugas-makalah-anekadocx-pdf-free.html)

3. Penetasan
3.1 Penanaganan Sebelum Masuk Ke Mesin Tetas
1. Menyiapkan Mesin Tetas dan Peralatanya
a. Memberishkan telur tetas dari segala kotoran yang ada didalamnya kemudian
mencucinya dengan disinfektan atau fumigasi.
Fumigasi telur dilakukan dengan tujuan untuk membasmi bakteri atau jamur yang
terdapat pada kerabang telur, fumigasi telur dilakukan dengan ruangan tertutup agar
gas tidak menguap dengan menggunakan KMnO4 dan formalin (Iswanto, 2005).
Fumigasi atau disebut juga dengan desinfeksi telur tetas sebaiknya dilakukan 2 jam
setelah telur keluar dari induk (Tabbu, 2000). Telur tetas di desinfeksi dengan
menggunakan alkohol 70% dapat juga digunakan menggunakan larutan formalin (CH2O)
40% dan kalium permangat (KMnO4) sebagai desinfektan (Paimin, 2011).
b. Mengeringkan mesin tetas yang habis dicuci tersebut dengan sinar dan panas
matahari hingga benar-benar kering.
c. Melakukan penyetingan alat pemanas {bolam lampu} dan melaksanakan penyetingan
alat pengatur suhu termogulator/termostat.
d. Meletakkan baki/bak yang sehabis diisi air kedalam mesin penetas
e. Menyetel/mengatur suhu termogulator/termostat sehingga bisa dihasilkan suhu
ruang alat penetas berkisar 38 - 39° C. {pastikan pemanas meninggal disaat suhu
ruangan mencapai 39° C}.
F. Melakukan pemanasan mesin penetas 1 hari sebelum proses penetasan
dimulai/sebelum telur dimasukkan kedalam mesin penetas.
G. seleksi telur adalah untuk memperoleh telur yang diharapkan (Sudaryani dan
Santosa, 2002). Telur tetas yang baik untuk ditetaskan harus memenuhi persyaratan
antara lain telur tetas harus berasal dari induk (pembibit) yang sehat dan
produktivitasnya tinggi dengan sex ratio yang baik sesuai dengan rekomendasi untuk
strain atau jenis ayam, umur telur tidak boleh lebih dari satu minggu, kualitas dan fisik
telur tetas yang meliputi bentuk telur harus normal, tidak terlalu lonjong atau bulat,
berat atau besar telur dan warna kulit telur harus seragam, sesuai strain atau bangsa.
Telur yang tipis atau terlalu poros akan mengakibatkan penguapan isi telur terlalu tinggi
sehingga akan menurunkan daya tetas akan tetapi telur yang terlalu tebal juga akan
mengakibatkan daya tetas menurun karena anak ayam kesulitan memecah kulit telur.
Telur tetas yang baik permukaan kulitnya halus, tidak kotor, dan tidak retak (Suprijatna
et al. 2005).
2. Persiapan Telur Tetas
Persiapan telur tetas mencakup pemberihan telur dari kotoran, setelah telur kita beli
dan akan kita masukkan kedalam mesin penetas maka telur yang kotor harus
dibersihkan terlebih dahulu. Membersihkan telur angsa bisa kita lakukan dengan cara
mengelapnya dengan kain, usaplah secara perlahan hingga kotoran benar-benar hilang.
selepas itu kita bisa mengelapnya lagi dengan kain yang sehabis dicelupkan ke air
hangat, kain tersebut harus diperas dahulu sebelum dipakai untuk mengelap telur.
(sumber: https://kicaumaniah.blogspot.com/2018/06/cara-menetaskan-telur-angsa-
dengan.html)
3.2 Penanganan Selama Di Mesin Tetas
Pastikan terlebih dahulu suhu ruang mesin penetas sehabis stabil dikisaran 38 - 39°C.
Menyusun telur angsa pada rak telur mesin dengan posisi miring.
Hari ke-1 dan hari ke-2
- selepas telur dimasukkan biarkan saja apa adanya, jangan membalik telur dihari ke-1
dan hari ke-2.
- Pastikan fentilasi mesin penetas tertutup rapat dan kontrol suhu dikisaran 38-39°C.
Hari ke-3
Pembalikan telur angsa harian bisa dimulai pada hari ketiga ini, pembalikan telur harian
yang baik yaitu 4 x dalam sehari semalam atau setiap 6 jam sekali. Misalkan pagi pukul
05.00, siang pukul 11.00, sore pukul 17:00 dan malam pukul 23.00, dan jangan lupa
untuk menyemprotkan sedikit air dengan semprotan air yang sehabis diatur supaya air
tersebut lembut keluarnya. Satu kali semprotan saja, hal ini bertujuan untuk
mengontrol/mengurangi suhu udara yang terlalu panas didalam mesin penetas.
Pada hari ketiga inilah peneropongan telur angsa pertama kali perlu dilakukan untuk
mengetahui telur mana yang isi dan telur mana yang tidak berisi calon embrio.
Peneropongan sanggup kita lakukan diruangan yang gelap dengan memakai alat yang
bisa kita buat sendiri, telur angsa yang berisi calon embrio akan terlihat menyerupai ada
serabut-serabutnya, dan sebaliknya telur yang tidak berisi calon embrio maka akan
terlihat kosong saja. menyerupai gambar dibawah ini.
Telur angsa yang tidak berisi calon embrio masih layak untuk dikonsumsi dan masih bisa
kita jual dipasar untuk mengurangi modal pengeluaran kita. Pastikan untuk selalu
mengontrol suhu dikisaran 38-39°C.
Hari ke-4
- Pembalikan telur harian sesuai agenda yang sehabis kita tentukan menyerupai yang
dijelaskan diatas
- Buka sedikit lubang aneka macamentilasi mesin tetas ¼ bagian
- Kontrol suhu dalam mesin tetas dikisaran (38-39°C)
- Jangan lupa juga menyemprotkan air menyerupai yang dijelaskan diatas
Hari ke-5
- Pembalikan telur harian
- Lubang aneka macamentilasi mesin tetas dibuka ½ bagian
- Kontrol suhu dalam mesin tetas menyerupai biasa dan kontrol juga air pada bak, jikalau
air pada kolam mulai habis lakukan pengisian
- Menyemprotkan sedikit air menyerupai biasa
Hari ke-6
- Pembalikan telur harian
- Lubang aneka macamentilasi mesin tetas mulai dibuka ¾ bagian
- Kontrol suhu dalam mesin tetas antara (37,8-38,8°C)
Hari ke-7
- Pembalikan telur harian menyerupai biasa
- Lubang aneka macamentilasi esin tetas dibuka semuanya
- Pada hari ke tujuh inilah peneropongan telur yang kedua dilakukan untuk mengetahui
perkembangan embrio (hidup atau meninggal). Embrio yang meninggal ditandakan
dengan bercak darah atau lapisan darah pada salah satu sisi kerabang telur sedang
embrio yang hidup berkembang ditandakan dengan jumlah serabut yang terlihat
semakin terperinci dan banyak.
- Pengontrolan suhu menyerupai biasa
- Penyemprotan sedikit air menyerupai biasa
Hari ke-8 hingga ke-13
- Pembalikan telur harian
- Pengontrolan suhu menyerupai biasa dikisaran (38-39°C)
- Pengontrolan air pada kolam juga harus dilakukan, jikalau air mulai berkurang maka
perlu dilakukan penambahan
- Penyemprotan sedikit air pada telur menyerupai biasa
Hari ke-14
- Pembalikan telur harian
- Pengontrolan suhu menyerupai biasa dikisaran (38-39°C)
- Pada hari ke 14 inilah penropongan telur teakhir dilakukan untuk mengetahui embrio
yang hidup atau sehabis meninggal. Telur yang hidup/fertile akan terlihat buram dan
berisi, sedangkan telur yang tidak menetas/non fertile akan terlihat buram juga dan bila
dipegang akan terdengar kocak.
Hari ke 15 hingga ke-20
- Pembalikan telur harian
- pengontrolan suhu biasa ontrol suhu biasa dikisaran (38-39°C), dan lakukan
penambahan air pada kolam jikalau mulai habis.
- Penyemprotan sedikit air menyerupai biasa
Hari ke-21
- Pembalikan telur harian
- Pengontrolan suhu harian dikisaran (38-39°C)
- Penyemprotan sedikit air pada telur harian
Hari ke-22 hingga ke-25
- Pembalikan telur harian
- Pengontrolan suhu menyerupai biasa dikisaran (38-39°C) dan tambahkan air pada
kolam jikalau habis
Hari ke-26 hingga ke-27
- Pada hari ke 26 inilah pembalikan telur dihentikan, alasannya ialah masuk hari ke 26
ini ada beberapa telur yang sehabis mulai retak {mau menetas}
- Pengontrolan suhu menyerupai biasa dikisaran (38-39°C)
Hari ke-28
- Pada hari ke 28 inilah telur-telur sehabis banyak yang menetas {hampir semua sehabis
menetas}
- Keluarkan anak bebek/meri yang sehabis menetas setelah bulunya sehabis mulai
kering
- Keluarkan cangkang telur dari rak mesin penetas
- tungulah hingga hari ke 29 supaya semua telur dipastikan sehabis menetas
- Jika semuanya sehabis menetas maka mesin tetas tersebut sanggup kita bersihkan
dengan cara dicuci memakai detergent atau desinfektan lainya dan keringkan untuk
dipakai menetaskan telur angsa selanjutnya.
Disaat proses menetaskan telur angsa dengan mesin tetas tersebut berlangsung
jangan lupa menyiapkan kain yang higienis dan kering. Kain tersebut dipakai untuk
berjaga-jaga disaat meninggal lampu. Apabila meninggal lampu berlangsung maka
kunjunglah menutup telur-telur tersebut dengan kain yang sehabis kita siapkan supaya
suhu telur angsa yang kita tetaskan tetap terjaga

3.3 Penanganan Setelah Menetas


Setelah menetas lakukan pemebersihan mesin tetas dari sisa kerabang sebab sisa
penetasan tersebt dapat menjadi sarang bakteri dan dapat menjadi penyebab kegagalan
penetasan berikutnya. Menentukan daya tetas Daya tetas ditentukan berdasarkan
jumlah telur tetas yang menetas dari sejumlah telur-telur tetas yang tertunas atau fertil
(Djannah, 1998)
DAFTAR PUSTAKA

Dave Holderread. 1981. The Book Of Geese a Complete Guide To Raising The Home
Flock. Corvallis Oregon: USA.

Djannah, D., 1998. Beternak Ayam. Yasaguna. Surabaya.

http://blogternakunggas.blogspot.com/2015/11/ternak-angsa.html

https://www.thepoultrysite.com/publications/diseases-of- poultry/212/aspergillosis

https://pdfcoffee.com/qdownload/tugas-makalah-anekadocx-pdf-free.html

https://kicaumaniah.blogspot.com/2018/06/cara-menetaskan-telur-angsa-
dengan.html

Iswanto, H., 2005. Ayam Kampung Pedaging. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Leclerq, B., Blum, J.C., Sauveur, B. & Stevens, P. 1987. Nutrition of geese. In feeding non-
ruminant livestock, 110 -112. Butterworths London, England

Paimin, Farry B. 2011. Mesin Tetas: Ragam Jenis, Cara Membuat, Teknik Mengelola.
Jakarta: Penebar Swadaya

Sudaryani, T. dan H. Santosa. 2002. Pemeliharaan Ayam Ras Pembibit. Penebar


Swadaya, Jakarta.

Suprijatna, E. U, Atmomarsono. R, Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas.


Penebar Swadaya, Jakarta

Tabbu, C. R. 2000. Penyakit Ayam dan Penanggulangannya: Penyakit Bakterial, Mikal,


dan Viral. Kanisius, Yogyakarta.
BUDIDAYA ANEKA TERNAK UNGGAS

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah “Produksi Aneka Ternak
Unggas”

Oleh:

Kelompok 9

Alif Marcotera Z 200110180097


Adibah Zata Dini 200110180139
M. Daffa Saepul 200110180243
Kelas A

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2021
I

PEMBAHASAN

1. Pemilihan Bibit dan Pembagian Periode Pemeliharaan


Umumnya para peternak burung walet melakukan dengan tidak sengaja.
Banyaknya burung walet yang mengitari bangunan rumah dimanfaatkan oleh para
peternak tersebut. Untuk memancing burung agar lebih banyak lagi, pemilik rumah
menyiapkan tape recorder yang berisi rekaman suara burung Walet. Ada juga yang
melakukan penumpukan jerami yang menghasilkan serangga-serangga kecil sebagai
bahan makanan burung walet. Berbicara ekolokasi aatau suara walet ada juga peternak
yang menggunakan suara buatan yang menyerupai suara burung walet, namun jangan
salah terkadang walet jga rish dan kabur dari sarangnya akibat suara itu. Untuk
menghindari hal itu bsa d cegah dengan mengganti suara setiap bulannya.
a. Pemilihan bibit
Sebagai induk walet dipilih burung sriti yang diusahakan agar mau bersarang di
dalam gedung baru. Cara untuk memancing burung sriti agar masuk dalam gedung
baru tersebut dengan menggunakan kaset rekaman dari wuara walet atau sriti.
Pemutaran ini dilakukan pada jam 16.00–18.00, yaitu waktu burung kembali
mencari makan.
b. Perawatan bibit dan calon induk
Di dalam usaha budidaya walet, perlu disiapkan telur walet untuk ditetaskan
pada sarang burung sriti. Telur dapat diperoleh dari pemilik gedung walet yang
sedang melakukan “panen cara buang telur”. Panen ini dilaksanakan setelah burung
walet membuat sarang dan bertelur dua butir. Telur walet diambil dan dibuang
kemudian sarangnya diambil. Telur yang dibuang dalam panen ini dapat
dimanfaatkan untuk memperbanyak populasi burung walet dengan menetaskannya
di dalam sarang sriti.
c. Memilih Telur Burung Walet
- Merah muda, telur yang baru keluar dari kloaka induk berumur 0–5 hari
- Putih kemerahan, berumur 6–10 hari
- Putih pekat kehitaman, mendekati waktu menetas berumur 10–15 hari
- Telur walet berbentuk bulat panjang, ukuran 2,014×1,353 cm dengan berat
1,97 gram. Ciri telur yang baik harus kelihatan segar dan tidak boleh menginap
kecuali dalam mesin tetas. Telur tetas yang baik mempunyai
- kantung udara yang relatif kecil. Stabil dan tidak bergeser dari tempatnya.
Letak kuning telur harus ada ditengah dan tidak bergerak-gerak, tidak
ditemukan bintik darah. Penentuan kualitas telur di atas dilakukan dengan
peneropongan.

d. Cara menetaskan telur walet pada sarang sriti


Pada saat musim bertelur burung sriti tiba, telur sriti diganti dengan telur walet.
Pengambilan telur harus dengan sendok plastik atau kertas tisue untuk menghindari
kerusakan dan pencemaran telur yang dapat menyebabkan burung sriti tidak mau
mengeraminya. Penggantian telur dilakukan pada siang hari saat burung sriti keluar
gedung mencari makan. Selanjutnya telur-telur walet tersebut akan dierami oleh
burung sriti dan setelah menetas akan diasuh sampai burung walet dapat terbang
serta mencari makan.
e. Menetaskan telur walet pada mesin penetas
Suhu mesin penetas sekitar 40 ° dengan kelembaban 70%. Untuk memperoleh
kelembaban tersebut dilakukan dengan menempatkan piring atau cawan berisi air
di bagian bawah rak telur. Diusahakan agar air didalam cawan tersebut tidak habis.
Telur-telur dimasukan ke dalam rak telur secara merata atau mendata dan jangan
tumpang tindih. Dua kali sehari posisi telur-telur dibalik dengan hati-hati untuk
menghindari kerusakan embrio. Di hari ketiga dilakukan peneropongan telur. Telur-
telur yang kosong dan yang embrionya mati dibuang. Embrio mati tandanya dapat
terlihat pada bagian tengah telur terdapat lingkaran darah yang gelap. Sedangkan
telur yang embrionya hidup akan terlihat seperti sarang laba-laba. Pembalikan telur
dilakukan sampai hari ke-12. Selama penetasan mesin tidak boleh dibuka kecuali
untuk keperluan pembalikan atau mengisi cawan pengatur kelembaban. Setelah
13–15 hari telur akan menetas.
f. Perawatan ternak burung wallet
Anak burung walet yang baru menetas tidak berbulu dan sangat lemah. Anak
walet yang belum mampu makan sendir perlu disuapi dengan telur semut (kroto
segar) tiga kali sehari. Selama 2–3 hari anak walet ini masih memerlukan pemanasan
yang stabil dan intensif sehingga tidak perlu dikeluarkan dari mesin tetas. Setelah
itu, temperatur boleh diturunkan 1–2 derajat/hari dengan cara membuka lubang
udara mesin. Setelah berumur ± 10 hari saat bulu-bulu sudah tumbuh anak walet
dipindahkan ke dalam kotak khusus. Kotak ini dilengkapi dengan alat pemanas yang
diletakan ditengah atau pojok kotak. Setelah berumur 43 hari, anak-anak walet yang
sudah siap terbang dibawa ke gedung pada malam hari, kemudian dletakan dalam
rak untuk pelepasan. Tinggi rak minimal 2 m dari lantai. Dengan ketinggian ini, anak
waket akan dapat terbang pada keesokan harinya dan mengikuti cara terbang walet
dewasa.

2. Tatalaksana Pemeliharaan
• Pembagian periode pemeliharaan
Anak burung walet yang baru menetas tidak berbulu dan sangat lemah.
Anak walet yang belum mampu makan sendir perlu disuapi dengan telur
semut (kroto segar) tiga kali sehari. Selama 2–3 hari anak walet ini masih
memerlukan pemanasan yang stabil dan intensif sehingga tidak perlu
dikeluarkan dari mesin tetas. Setelah itu, temperatur boleh diturunkan 1–2
derajat/hari dengan cara membuka lubang udara mesin. Setelah berumur ±
10 hari saat bulu-bulu sudah tumbuh anak walet dipindahkan ke dalam kotak
khusus. Kotak ini dilengkapi dengan alat pemanas yang diletakan ditengah
atau pojok kotak. Setelah berumur 43 hari, anak-anak walet yang sudah siap
terbang dibawa ke gedung pada malam hari, kemudian dletakan dalam rak
untuk pelepasan. Tinggi rak minimal 2 m dari lantai. Dengan ketinggian ini,
anak waket akan dapat terbang pada keesokan harinya dan mengikuti cara
terbang walet dewasa.
• Ransum dan Air Minum
Burung walet merupakan burung liar yang mencari makan sendiri.
Makanannya adalah serangga-serangga kecil yang ada di daerah pesawahan,
tanah terbuka, hutan dan pantai/perairan. Untuk mendapatkan sarang walet
yang memuaskan, pengelola rumah walet harus menyediakan makanan
tambahan terutama untuk musim kemarau. Beberapa cara untuk
mengasilkan serangga adalah:
- Menanam tanaman dengan tumpang sari.
- Budidaya serangga yaitu kutu gaplek dan nyamuk.
- Membuat kolam dipekarangan rumah walet.
- Menumpuk buah-buah busuk di pekarangan rumah.
• Pengendalian penyakit
1) Tikus
Hama ini memakan telur, anak burung walet bahkan sarangnya. Tikus
mendatangkan suara gaduh dan kotoran serta air kencingnya dapat
menyebabkan suhu yang tidak nyaman. Cara pencegahan tikus dengan
menutup semua lubang, tidak menimbun barang bekas dan kayu-kayu yang
akan digunakan untuk sarang tikus.
2) Semut
Semut api dan semut gatal memakan anak walet dan mengganggu burung
walet yang sedang bertelur. Cara pemberantasan dengan memberi umpan
agar semut-semut yang ada di luar sarang mengerumuninya. Setelah itu
semut disiram dengan air panas.
3) Kecoa
Binatang ini memakan sarang burung sehingga tubuhnya cacat, kecil dan tidak
sempurna. Cara pemberantasan dengan menyemprot insektisida, menjaga
kebersihan dan membuang barang yang tidak diperlukan dibuang agar tidak
menjadi tempat persembunyian.
4) Cicak dan Tokek
Binatang ini memakan telur dan sarang walet. Tokek dapat memakan anak
burung walet. Kotorannya dapat mencemari raungan dan suhu yang
ditimbulkan mengganggu ketenangan burung walet. Cara pemberantasan
dengan diusir, ditangkap sedangkan penanggulangan dengan membuat
saluran air di sekitar pagar untuk penghalang, tembok bagian luar dibuat licin
dan dicat dan lubang-lubang yang tidak digunakan ditutup.
• Kandang
Dalam memelihara burung wallet, kandang atau tempat tinggal adalah
yang utama. Burung wallet senang bersarang disudut langit-langit bangunan.
Rumah wallet tidak perlu terlalu besar, asalkan burung wallet dapat bersarang
dengan tenang. Kemudian, ventilasi pada bangunan adalah hal yang penting
agar menjaga suhu didalam bangunan kandang burung wallet. Kelembaban
yang dibutuhkan adalah sekitar 26-30 derajat celcius. Peletakan ventilasi
dapat diberikan jarak sekitar 4 meter agar tidak terlalu dingin.
Pada umumnya, ukurang rumah burung walet sangat bervariasi, bisa
gedung 5 lantai atau 2 lantai dengan ketinggian per lantainya 2-2,5 meter. Ada
pula rumah walet berukuran 8×12 meter atau tipe lebih kecil ukurannya
sebesar 4×4 meter. Desain masing-masing gedung tersebut harus mempunyai
dinding dengan ketinggian 3 m atau lebih karena burung walet tidak akan
membuat sarang jika ketinggian dinding kurang dari 3 m. Bahan yang
digunakan untuk membangun rumah walet dapat menggunakan kayu ulin
sebagai tiang, seng sebagai dinding luar, dan alumunium foil untuk penahan
panas agar suhu tetap stabil. Selain itu, untuk meredam panas bisa
menggunakan bahan-bahan alternatif seperti, kardus, atap daun, dan segala
bahan yang berasal dari alam.
Kandang Burung Walet
• Peralatan
Habitat alami burung walet adalah gua kapur yang jauh dari kebisingan
dan aktivitas manusia. Untuk membuat rumah walet yang nyaman, rumah
tersebut harus menghadirkan nuansa seperti gua kapur. Cukup tambahkan
sekat saja sebagai tempat yang potensial bagi walet merangkai sarangnya.
Perlu diperhatikan pula jumlah sekat yang ditambahkan pada bentuk dalam
rumah walet. Karena kalau terlalu banyak, dapat menyebabkan suhu ruangan
menjadi terlalu panas. Untuk pemasangannya, berikan jarak antar sek qat
atau papan sirip lebih kurang 30 cm sampai 50 cm. Agar walet merasa lebih
nyaman, buatlah papan sirip ini dari bahan kayu agar terasa seperti di alam
liar.
Kelembaban di dalam gedung walet adalah hal yang sangat penting untuk
budidaya sarang burung walet. 80-95% adalah kelembaban yang ideal untuk
gedung walet. Kalau kelembaban berada dibawah 80%, bentuk sarang walet
tidak bagus, sarangnya cepat kering dan lepas sebab daya lekatnya kurang,
daging sarangnya tipis serta mudah remuk. Selain itu kalau kelembaban
terlalu tinggi, sarangnya bisa menjadi kekuning-kuningan sehingga harga
sarang lebih rendah. Di samping itu, kayu sirip di atap bisa mudah berjamur
sehingga menyebabkan burung walet enggan bersarang. Cara yang digunakan
untuk menciptakan kelembaban di gedung yaitu dengan membuat kolam di
dalam gedung dan di luar gedung, sehingga proses penguapan bisa
menambah kelembaban merata dalam gedung atau bisa juga dengan hujan
buatan.
3. Penetasan Telur Burung Walet
Penetasan merupakan salah satu upaya menjaga dan meningkatkan populasi
burung wallet sehingga system panen buang telur yang menghasilkan kualitas dan
kualitas sarang yang optimal dapat dilakukan, dan telur wallet ditetaskan dengan mesin
tetas. Walaupun demikian, penetasan telur burung wallet menggunakan mesin tetas
belum banyak dilakukan. Menurut Rustama (2005), penetasan telur burung wallet
menggunakan mesin tetas khusus mempunyai spesifikasi seperti suhu mendekati suhu
induk yaitu 34-35 derajat celcius yang dapat dicapai menggunakan lampu pijar 20 watt,
wadah kecil dengan kapasitas 250 telur burung wallet per penetasan, tempat
menyimpan telur dilengkapi pelapis busa lembut, dan kelembaban yang konstan sekitar
70% untuk pertumbuhan embrio (Alhaddad, 2003).
Telur dimasukkan kedalam rak telur secara merata atau tidak tumpang tindih.
Selama dua kali dalam sehaari, telur dibalik dengan hati-hati untuk menghindari
kerusakan embrio. Pada hari ketiga, dilakukan peneropongan telur untuk melihat
apakah ada embrio yang rusak atau tidak. Telur yang kosong atau memiliki embrio yang
rusak akan dibuang. Tanda dari embrio yang rusak adalah memiliki lingkaran darah gelap
dibagian tengah telur. Sedangkan telur yang embrionya hidup akan terlihat seperti
sarang laba-laba. Pembalikan telur dilakukan sampai hari ke-12.
Pada hari ke 13-15, telur akan menetas. Anak burung wallet yang baru menetas
sangat lemah, sehingga harus diberikan makan dengan cara disuapi telur semut
sebanyak tiga kali sehari. Selama 2-3 hari, anak wallet masih memerlukan suhu yang
hangat, sehingga tidak perlu dikeluarkan dari mesin tetas. Setelah itu, suhu boleh
diturunkan sebanyak 1 derajat celcius perharinya dengan cara membuka lubang udara
mesin. Setelah usia anak burung wallet mencapai 10 hari, bulu burung wallet sudah
mulai tumbuh sehingga perlu dipindahkan ke kotak khusus. Kotak ini dilengkapi dengan
alat pemanas yang diletakkan ditengah atau diujung kotak. Setelah berumur 43 hari,
anak wallet yang sudah siap terbang dibawa ke gedung pada malam hari, agar dapat
meniru wallet dewasa terbang.
DAFTAR PUSTAKA
Alhaddad., A.A.K. 2003. Penetasan Telur Walet. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Saepudin, Rustama. 2005. Kajian Tentang Penetasan Telur Walet (Collocia fuciphaga).
Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu. Bengkulu.
Agro. 2021. Cara Budidaya Ternak Burung Walet Modern Cepat Panen. Diakses pada
11/11/2021. https://www.agroniaga.com/cara-budidaya-ternak-burung-walet-
modern-cepat-panen/.
PRODUKSI ANEKA TERNAK UNGGAS
“Pembibitan dan Penetasan Kalkun”

Disusun Oleh :
Kelompok 10
Kelas A

Fajar Shidik 200110180152


Shelviana Lestari 200110180168

Mohammad Rizal A 200110180255

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
rahmat, berkat, dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah “Pembibtan dan
Penetasan Kalkun” yang diajukan untuk memenuhi tugas Produksi Aneka Ternak
Unggas.
Penulisan makalah ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya dukungan dari
berbagai pihak baik itu berbentuk moril maupun materil. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Kami berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi
pembaca.

Sumedang, 11 November 2021

ii
DAFTAR ISI
Bab Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................ ii
DAFTAR ISI .................................................................................... iii
I. PEMBAHASAN
1.1 Pemilihan Bibit dan Pembagian Periode Pemeliharaan .......... 1
1.2 Ransum ................................................................................... 2
1.3 Pengendalian Penyakit ............................................................ 3
1.4 Perkandangan .......................................................................... 4
1.5 Tatalaksana Pemeliharaan....................................................... 7
1.6 Penetasan ................................................................................ 7
1.7 Penanganan Setelah Penetasan .............................................. 9
II. PENUTUP
2.1 Kesimpulan .............................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 11

iii
I
PEMBAHASAN
1.1 Pemilihan Bibit dan Pembagian Periode Pemeliharaan
Seleksi induk kalkun merupakan tahap awal yang menentukan
keberhasilan produktivitas kalkun. Seleksi ini bertujuan untuk mendapatkan bibit
kalkun yang berkualitas sehingga dapat diharapkan keberhasilan
pengembangbiakan kalkun yang menyangkut produktivitas telur, fertilitas, daya
tetas, dan kualitas anak kalkun lebih dapat dicapai. Secara umum bibit kalkun
lokal dikatakan baik atau unggul jika memiliki beberapa kriteria sebagai berikut :
• Berasal dari keturunan kalkun yang sehat, bebas dari berbagai penyakit
terutama yang dapat diturunkan secara vertikal (seperti pulorum, black
head, dan lain-lain).
• Sesedikit mungkin berasal dari perkawinan keluarga (inbreeding).
• Berpenampilan fisik tegap, sehat, kuat, utuh/sempurna, dan tidak cacat.
• Umur kalkun jantan yang sudah memasuki dewasa kelamin yaitu 7–8 bulan,
bobot badan sekitar 6–7 kg dan tidak terlalu gemuk; sedangkan betina
dewasa siap bertelur adalah berumur 5–6 bulan dengan bobot badan sekitar
3–4 kg, badannya sudah terlihat relatif bulat tetapi tidak terlalu gemuk,
sehat, tidak pernah mengidap penyakit yang dicirikan antara lain: gerakan
lincah, mata jernih dan bersinar, sayap kuat, dan bulu-bulunya rapi bersih
dan mengilap, kloaka bersih, serta kotoran (feces) padat dan relatif kering.
• Kalkun jantan berpenampilan berani dengan ciri sering mengembangkan
sayap, warna jengger dan pial merah cerah segar.
• Kalkun betina yang sudah menginjak dewasa mulai menunjukkan birahi
dengan ciri-ciri sering berposisi mendekam, siap melakukan perkawinan. v
Sebaiknya kalkun-kalkun ini berasal dari hasil seleksi sejak umur 2–3 bulan.
Jika diamati dari percepatan pertumbuhan dan kebugaran anak kalkun
sebenarnya masa starter kalkun adalah sampai umur 6 minggu. Pada masa
starterini anak kalkun masih dalam kondisi kritis dan rawan terhadap penyakit
serta mudah stress. Sehingga perlu mendapat perhatian yang lebih dibandingkan

1
setelah melewati masa starter ini. Beberapa pendapat pada masa ini perlu
dilakukan potong paruh (debeaking) untuk mengendalikan kalkun saling
mencabut bulunya dan kanibalisme. Masa starter kalkun lokal sebenarnya
berlangsung sampai umur 6 minggu. Untuk tujuan pembesaran sebaiknya
dimulai pada umur 8 minggu. Selain karena pada umur ini kalkun lebih mudah
beradaptasi dalam lingkungan berbeda, teknik pemeliharaan pada umur ini juga
lebih sederhana dan pertumbuhan akan lebih cepat sehingga akan lebih mudah
dilakukan oleh banyak orang, serta secara ekonomi lebih mudah dipasarkan
(marketable).

1.2 Ransum
Kebutuhan protein dan energi kalkun berdasarkan tingkat umur
Ransum/Kg Umur (Minggu)
0-4 4-8 8-12 12-16 16-20 20-24 Bibit
Protein 28 26 22 19 16.5 14 14
Kalori 2800 g 2900 g 3000 g 3100 g 3200 g 3300 g 2900 g
(kkal/kg)
Sumber protein hewani yang dapat digunakan untuk ransum kalkun
adalah tepung ikan, tepung kepala udang, dan tepung rajungan. Sedangkan
sumber protein nabatinya antara lain bungkil kelapa dan bungkil biji sawit. Bahan
ini bagus digunakan dalam persentase terbatas (maksimal sekitar 10–15%).
Bungkil kedelai mempunyai kandungan protein yang tinggi. Untuk pertumbuhan
dan perkembangan kalkun ternyata merupakan sumber protein nabati yang
ideal (sangat baik bagi pertumbuhan dan tidak berpengaruh buruk jika
digunakan dalam jumlah banyak) serta relatif murah. Bahan baku pakan kalkun
yang sangat potensial digunakan dan perlu dikembangkan adalah hijauan daun.
Bahan ini dapat dipersiapkan lebih dulu baik dalam bentuk segar maupun
tepung/serbuk. Secara alami kalkun menyukai hijauan daun (memiliki
palatabilitas yang tinggi terhadap banyak jenis daun).

2
Hijauan daun sangat disukai dan tampaknya dibutuhkan oleh kalkun.
Kalkun yang diberi hijauan daun tampak lebih bugar/segar serta lincah.
Dagingnya menjadi lebih padat dibandingkan dengan kalkun yang tidak diberi
hijauan daun. Dari sisi pemeliharaan, pemberian hijauan daun juga memberi
pengaruh positif antara lain mengurangi sifat kanibalisme kalkun dan saling
memakan bulu sesama kalkun. Diduga ini disebabkan terpenuhinya beberapa
jenis vitamin dan mineral serta antioksidan yang terkandung dalam hijauan.
Hijauan daun juga dapat diberikan dalam bentuk tepung atau serbuk dan
dicampurkan dalam ransum sehingga kandungan proteinnya dapat lebih mudah
diperhitungkan. Keuntungan lainnya merupakan keunggulan tersendiri ternak
kalkun. Pemberian hijauan daun pada ternak kalkun akan memberikan
keuntungan lebih di antaranya selain sebagai substitusi asupan protein, hijauan
daun pada umumnya banyak mengandung vitamin, antioksidan, dan mineral
serta beberapa jenis daun berkhasiat obat sehingga dapat mengurangi biaya
pakan dan obat-obatan.
Pemberian pakan/ransum dalam sehari dapat dilakukan tiga kali yaitu
pagi, siang, dan sore hari. Khusus untuk hijauan daun lebih baik diberikan pada
siang hari karena berpengaruh positif mengurangi dehidrasi pada tubuh kalkun.
Ini terlihat dari kalkun yang diberi makan daun pada siang hari tidak
menunjukkan haus yang berlebihan. Kebutuhan ransum ini juga tergantung
cuaca setempat khususnya suhu dan kelembaban di dalam kandang. Dalam suhu
udara yang relatif tinggi dan kering, umumnya kalkun mengonsumsi ransum
lebih sedikit karena banyak minum. Khusus untuk kalkun yang baru menetas
(DOT) sampai umur sekitar tiga hari diberikan ransum yang sudah disterilkan
lebih dulu untuk untuk meminimalisir anak kalkun terserang penyakit yang
bersumber dari ransum atau bahan baku yang digunakan.

1.3 Pengendalian Penyakit


Pencegahan dengan herbal mimba melalui air minum dan atau pakan
induk maupun kalkun growertampaknya sangat efektif untuk mencegah

3
penyakit ini. Namun demikian untuk aplikasi yang lebih tepat perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut. Dengan selalu menjaga sanitasi kandang yang baik dan
sistem kandang panggung juga sangat menekan penyebaran penyakit ini.
Penyakit yang disebabkan oleh virus, antara lain Infectious Bronchitis (IB),
Tetelo (New Casle Disease/ND) dan Avian Influenza (AI) saat ini masih menjadi
momok bagi peternak kalkun. Penyakit ini dapat berakibat sangat fatal dan bisa
menyebabkan kematian hingga 100%. Penyakit ini belum ditemukan obatnya,
beberapa antibiotik hanya bermanfaat untuk mencegah atau menekan infeksi
sekunder oleh bakteri. Pencegahan dapat dilakukan dengan vaksinasi.
Penularan/penyebaran sangat cepat dapat melalui kalkun sendiri atau unggas
atau mahluk hidup lainnya termasuk manusia, peralatan kandang, atau
kendaraan pengangkut pakan. Oleh karena itu benteng penangkal pertama yang
paling penting adalah dilakukan biosecurity yang ketat dan tepat. Dengan cara
ini tampaknya penyakit ini tidak lagi menjadi momok bagi peternak kalkun.
Apapun penyakitnya, tindakan pertama kali yang harus dilakukan
sebelum penyakit menyebar/menular ke kalkun yang lain adalah segera
dilakukan isolasi dan karantina bagi kalkun yang sakit, baru kemudian dilakukan
pengobatan serta kandang tempat kalkun sakit segera disemprot dengan
desinfektan atau pindah kandang yang sudah disterilkan
Jika kemungkinannya kecil untuk dapat disembuhkan lebih baik kalkun
yang sakit segera dimusnahkan dengan cara dibakar dan dikubur dalam tanah.
Tindakan lain yang harus dilakukan adalah secara rutin (minimal satu minggu
sekali) kandang harus disemprot dengan desinfektan agar lingkungan lebih steril
dan mencegah berkembangnya suatu penyakit yang mungkin timbul.

1.4 PERKANDANGAN
Kalkun bibit lokal membutuhkan ruang sekitar 0,5 m per ekor. 2 Jika sex
ratio 1 : 4 maka dibutuhkan ruang/kandang sebesar 2,5–3,0 m . Supaya dapat
melakukan perkawinan dengan baik, halaman kandang diberikan lahan/ruang
untuk bermain/penggembalaan 2 (ranch) seluas sekitar 2–3 m /ekor. Agar

4
penggembalaan (ranch) kalkun dapat dirotasi, ranch dapat dibuat pada halaman
depan dan belakang kandang. Jika lahan terbatas dan hanya dapat dibuat satu
lahan ranch harus sering dikosongkan dan/atau disterilisasi dengan desinfektan
yang tidak membahayakan kalkun. Penanaman rerumputan/hijauan daun dapat
dilakukan di lahan ini dan pagar pembatas. Ini bermanfaat sebagai sumber pakan
alami dan juga berfungsi sebagai peneduh sehingga tercipta udara yang lebih
sejuk. Lingkungan seperti ini sangat disukai dan baik untuk kalkun bibit.

Fase Starter
Ada beberapa jenis kandang untuk kalkun starter, yaitu umur 0–2
minggu, 2–4 minggu, dan 4–8 minggu. Pada umur ini anak kalkun sebaiknya
ditempatkan dalam box dilengkapi penghangat (brooder). Temperatur brooder
yaitu 90–95°F pada minggu ke-1; 85–90°F pada minggu ke-2; 80–85°F pada
minggu ke-3; dan pada minggu ke-4 adalah 75–80°F. Namun demikian setelah
lewat umur 4 minggu biasanya bulu kalkun sudah penuh sehingga hanya kadang-
kadang diperlukan penghangat (pada musim dingin/hujan), namun pada malam
hari masih dibutuhkan penerangan.

5
Fase Grower dan Finisher
Bentuk dan konstruksi kandang untuk kalkun grower dan finisher
berbentuk panggung. Dalam satu kandang terdiri dari beberapa petak. Panggung
bertujuan untuk meminimalkan terjangkitnya kalkun terhadap beberapa
penyakit terutama yang berasal dari kotoran kalkun yang berserakan di tanah.
Sedangkan petak-petak dalam kandang untuk mengurangi penyebaran penyakit.
Seandainya mau disediakan lahan penggembalaan, sanitasi, dan biosecurity
harus benar-benar terjaga dan dapat dikendalikan. Perbedaan antara kandang
grower dan fnisher hanya pada lubang-lubang alas panggung, yaitu pada grower
dibuat lebih kecil dibandingkan untuk finisher. Dibandingkan dengan cara dilepas
di alam bebas atau kandang yang mempunyai tempat bermain (ranch), kandang
panggung seperti ini sebenarnya mempunyai beberapa kelemahan yaitu kalkun
cenderung kekurangan vitamin-mineral dan menjadi kurang kuat/bugar dan
lincah.

6
1.5 Tatalaksana Pemeliharaan
Pemeliharaan merupakan salah satu aspek untuk menentukan
keberhasilan menghasilkan produk. Tatalaksana pemelihaaan yang tepat akan
menghasilkan produksi yang baik. Tatalaksana pemeliharaan yang baik meliputi
pemberian pakan, pemberian air minum, bentuk dan ukuran kandang yang
digunakan, pemberian vitamin dan penanganan kesehatan meliputi vaksinasi,
pencegahan dan pengobatan ayam sakit. Faktor lingkungan dapat
mempengaruhi pemeliharaan meliputi kelembaban dan suhu Pemilihan bibit
merupakan salah satu faktor penting dalam pemelihaaan. Bibit yang baik maka
akan menghasilkan produksi yang baik. Kunci keberhasilan ternak kalkun adalah
menggunakan kalkun yang berproduksi tinggi.
1.6 Penetasan
Berdasarkan perkembangan embrio dalam telur kalkun, mesin tetas
dapat dipisahkan dalam dua tahap yaitu mesin tetas setter yang digunakan
hanya untuk menghangatkan (incubator) pada hari ke 1–25 dan mesin hatcher
yang digunakan pada hari ke 26–28 hanya untuk telur yang menjelang menetas
sampai menetas. Dengan menggunakan mesin tetas seperti ini daya tetas telur
kalkun dapat mencapai 70–80%.
Selama telur berada dalam ruang mesin tetas dibutuhkan beberapa
kondisi lingkungan yang harus dikendalikan, yaitu:
a. Suhu atau temperatur udara dalam ruangan mesin tetas. Pada minggu
pertama dipertahankan stabil pada sekitar 99,5°F atau 37°C. Pada minggu-
minggu berikutnya suhu dapat ditingkatkan sedikit dan bertahap hingga
minggu ke-4 sekitar 101°F atau 38°C.
b. Daya tetas dan kualitas anak kalkun akan menurun jika telur terlalu banyak
kehilangan air atau sebaliknya jika terlalu lembab atau basah. Kelembaban
yang optimal selama proses penetasan pada minggu ke-1 s.d. ke-3 antara 65–
75% RH. Pada akhir minggu ke-4 (menjelang menetas) ditingkatkan menjadi

7
75–90% RH. Untuk meningkatkan dan atau mempertahankan kelembaban
dapat digunakan humidifer secara sederhana.
c. Aerasi (pertukaran CO -O )yang baik dalam ruangan mesin tetas harus dijaga
dengan cara memberi ventilasi pada mesin tetas. Ini bertujuan agar telur
cukup mendapatkan oksigen dan tidak keracunan CO . Beberapa literatur
menyebutkan maksimum 2 kadar CO yang dianggap aman adalah 0,25–
0,30%.
d. sebelum telur tetas dimasukkan dalam mesin tetas, harus dipastikan bahwa
mesin tetas sudah disterilkan terlebih dahulu untuk menghindari berbagai
bibit penyakit yang dapat menyerang embrio dalam telur atau anak kalkun
yang sudah menetas. Sterilisasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, di
antaranya dengan mencuci atau menyemprotkan cairan desinfektan atau
fumigasi.
e. Sebelum dimasukkan dalam mesin tetas, telur harus dibersihkan/dicuci
dengan air desinfektan hangat (hangat hangat kuku atau sekitar 4 C) dan
segera dikeringkan dengan kain bersih. pencucian/pencelupan dengan air
hangat adalah salah satu cara pre-heating yang berfungsi meningkatkan dan
menyeragamkan kelembaban dan suhu telur yang relatif rendah selama
penyimpanan. Pre heating juga dapat dilakukan dengan menjemur dibawah
sinar matahari pagi sekitar 15 menit setelah pencucian telur.
f. Posisi telur dalam mesin tetas pada hari pertama dan kedua adalah tegak
lurus dengan posisi bagian runcing di bawah. Pada hari ketiga setelah
dilakukan pemutaran posisinya adalah miring 45o dengan bagian tumpul di
atas.
g. Pemutaran telur dapat dilakukan 3–5 kali dalam sehari dalam interval waktu
yang relatif sama. Pemutaran telur dilakukan pada hari ke-3 dan dihentikan
pada hari ke-26 atau pada awal berada di mesin hatcher. Posisi telur
sebaiknya miring (+ 45 ) dengan bagian tumpul di atas.
h. Pada hari ke-5 sebaiknya dilakukan pemeriksaan telur (candling) untuk
mengeluarkan telur tetas yang tidak fertil/infertil (tidak dibuahi) atau embrio

8
yang mati. Pada hari ke-25, candling dapat dilakukan kembali untuk
membuang telur yang gagal berkembang atau mati atau busuk.
1.7 Penanganan setelah menetas
a. Tempat berupa box, litter, dan kerikil zeolite yang dalam kondisi kering dan
steril. Litter sebaiknya ditaburi dengan sedikit kapur atau serbuk zeolite.
Penggunaan kapur atau serbuk zeolite adalah untuk menyerap air (urine dan
kemungkinan air minum yang tumpah) sehingga tidak basah.
b. Suhu di dalam ruangan box merata 35°C selama satu minggu dan diturunkan
bertahap hingga sekitar 26–28°C pada minggu ke-4. Untuk keperluan ini
dapat digunakan pemanas (brooder).
c. Lama pencahayaan yang dibutuhkan anak kalkun sejak dipindahkan dari
mesin tetas adalah 24–48 jam tergantung kebugaran anak kalkun. Untuk
selanjutnya dibutuhkan ruangan gelap di malam hari sekitar 6–8 jam.
d. Air minum steril perlu disiapkan sampai anak kalkun berumur dua minggu.
e. Pakan kalkun harus selalu steril dan baru
f. Vaksinasi awal anak kalkun sebaiknya dilakukan semasa anak kalkun umur 2–
3 hari dan kemudian diulang pada umur 3 minggu dan selanjutnya setiap 3
bulan. Kandang box sebelum digunakan harus dicuci, dikapur, dan dilakukan
fumigasi atau deinfeksi. Ini bertujuan untuk menghindari pencemaran
ruangan box dan litter.
g. Penempatan anak kalkun dapat dipindahkan pada box yang dapat beralaskan
kawat ram berlapis plastik atau koran pada umur 10–14 hari (setelah kaki
cukup kuat) sampai umur 4–6 minggu.

9
II

PENUTUP

2.1 Kesimpulan
Cara budidaya kalkun diantaranya dengan pemilihan bibit ayam kalkun, lokasi
dan kandang kalkun dan perawatan dan pemberian makanan ayam kalkun yang dapat
berupa konsentrat pakan jadi pada masa pertumbuhan, ataupun memeberikan pakan
biasa seperti bekatul, jadung, dan lain-lain. Serta memeberikan hijaun atau sayuran
untuk menambahakan gizi dan juga melakukan vaksin agar terhindar dari penyakit.
Hal-hal yang hars diperhatikan saat menetaskan telur kalkun adalah suhu dan
temperature yaitu 37°C, kelembaban selama proses penetasan adalah 75% RH, selain
kelembaban diperhatikan ventilasi untuk pertukaran oksigen dan karbondioksida. Mesin
tetas harus disterikan terlebih dahulu, telur sebelum dimasukkan harus dibersihkan
dengan air desinfektan hangat, posisi telur dalam mesin tetas tegak lalu pada hari ketiga
miring 45o, pemutaran telur dilakukan 3-5 kali sehari, dan pada hari ke 5 sebaiknya
dilakukan pemeriksaan telur (candling).
Penanganan setelah menetas meliputi box atau litter harus kering dan steril
sebaiknya ditaburi kapur untuk menyerap air. Suhu dalam box merata 35o C selama satu
minggu dan diturunkan secara bertahap hingga 26–28°C. Lama pencahayaan yang
dibutuhkan anak kalkun adalah 24-48 jam. Pakan kalkun harus selalu steril dan baru.
Vaksin pertama dilakukan pada saat umur 2-3 hari dan diulang pada umur 3 minggu dan
selanjutnya tiap 3 bulan. Penempatan anak kalkun dapat dipindahkan pada box yang
dapat beralaskan kawat ram berlapis plastik atau koran pada umur 10–14 hari (setelah
kaki cukup kuat) sampai umur 4–6 minggu.

10
DAFTAR PUSTAKA

Dwi Sunaryati P, Bambang Cahyo M., & Kismiati, S. (2016). Kalkun Edisi 2. Semarang: Sarana
Utama.

11

Anda mungkin juga menyukai