Oleh:
KELOMPOK 1
Rosmilah 200110180006
Nelvin 200110180159
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PETERNAKAN
SUMEDANG
2021
A. PEMBIBITAN PUYUH PEDAGING
1. Penanganan Bibit
Penanganan bibit dimulai dari pemilihan telur ataupun DOQ dari penjual yang
memiliki kredibilitas. Sebelum membeli telur ataupun DOQ, pastikan tempat kita
membeli bibit bebas dari penyakit. Jika kita membeli telur, simpa di tempat yang bersih
dengan temperature sekitar 55-65oF. Telur bisa disimpan selama 7-10 hari sebelum daya
tetasnya berkurang, akan tetapi alangkah baiknya bila telur langusng di siapkan ke mesin
tetas pada hari ke 3-7 setelah induknya bertelur. Mesin tetas yang digunakan harus
memiliki sirkulasi udara yang baik dan juga mudah untuk membalikan posisi telur dalam
incubator serta terbuat dari bahan yang mudah di bersihkan. Inkubator juga harus dijaga
perubahan temperaturnya sampai 0.25oF dan harus memiliki kelembaban sampai 60%.
Siapkan hanya telur bersih pada temperature 99.5-100oF selama 24 hari. Putar telur
setidaknya 3 kali sehari. Banyak dari produser yang menandai telurnya untuk
mengetahui apakah telur tersebut sudah dibalik atau belum. Untuk jumlah telur yang
lebih besar, incubator harus memiliki pemutar otomatis untuk mempermudah
penetasan. Setelah menetas incubator harus dibersihkan dan didisinfektan. Bila kita
membeli DOQ maka Langkah selanjutnya adalah persiapan untuk brooding.
Periode brooding berlangsung enam minggu pertama. Masa kritis terjadi pada
minggu pertama dan hal ini penting untuk membantu DOQ beradaptasi dengan baik.
Fakta dasar dari manajemen burung bahwa kualitas puyuh tidak dapat ditingkatkan
setelah menetas. Bersiaplah untuk kedatangan DOQ. Pembersihan, desinfektan, dan
kandang burung puyuh penyiapan harus selesai beberapa hari sebelum DOQ
kedatangan. Terlepas dari musimnya, indukan harus dijalankan setidaknya 24 jam
sebelum DOQ tiba, dan suhu alas kandang harus sekitar 95o F.
DOQ memiliki bahan yang cukup di kantung kuning telur mereka untuk bertahan
hidup dua sampai tiga hari pertama tanpa pakan (dengan asumsi suhunya benar), tetapi
mereka membutuhkan air. Penyediaan air sangat penting untuk dilakukan setelah DOQ
tiba untuk mencegah dehidrasi dan kematian. Perkenalkan 10 persen DOQ ke air dengan
menuangkan air ke paruh. Burung-burung ini akan mengajari burung lain tentang lokasi
air. Untuk membantu DOQ mendapatkan awal yang baik, berikan vitamin campurkan ke
dalam air.
DOQ mengalami kesulitan mengatur suhu tubuhnya sendiri pada 10 hingga 12
hari pertama kehidupan. Mereka mungkin kehilangan panas dalam jumlah yang
signifikan melalui kaki mereka, yang menjelaskan penekanan pada pemeliharaan
serasah pada 95 derajat F. Dingin menyebabkan DOQ meringkuk, menyebabkan
premature penutupan tangkai kantung kuning telur, dan membuat DOQ lebih banyak
rentan terhadap penyakit. Suhu brooder harus dipantau pada ketinggian DOQ – sekitar
2 inci – karena suhu dapat bervariasi sebanyak 5 hingga 8 derajat F dari tanah hingga 4
atau 5 kaki di atas lantai. Kurangi suhu brooder sekitar 5 derajat per minggu hingga
mencapai 70 derajat F.
Brooding umumnya dilakukan dalam unit melingkar berdiameter sekitar 7 hingga
8 kaki yang disebut "cincin brooder" yang umumnya terbuat dari karton atau lembaran
murah logam. Cincin brooder membuat DOQ tetap berada di sekitarnya hangat, air dan
pakan. DOQ bisa melompati cincin itu pada usia sekitar sembilan hari, sehingga cincin
tersebut harus dilepaskan ketika DOQ berumur delapan hari. Kepadatan stocking bisa
setinggi sebagai 10 burung per kaki persegi selama fase brooding.
Sebagian besar produsen burung menggunakan tipe air minum nipple. Air minum
nipple secara signifikan mengurangi banyaknya limbah cair dan lebih mudah
dibersihkan. Secara umum, setiap air minum nipple akan memasok air ke sekitar 15
burung.
B. PENETASAN
Penetasan merupakan tahap penting dalam beternak burung puyuh. Pada
hakekatnya penetasan dapat dibagi menjadi dua, yaitu penetasan secara alami (dengan
induknya sendiri) dan secara buatan ( dengan menggunakan mesin tetas). Di dalam
makalah ini akan dijelaskan penetasan secara buatan menggunakan mesin tetas.
Mesin Tetas (Inkubator)
Mesin tetas merupakan merupakan sebuah peti atau almari dengan konstruksi yang
dibuat sedemikian rupa sehingga panas didalamnya tidak terbuang. Suhu di dalam mesin
tetas dapat diatur sesuai dengan ukuran derajat panas yang kita butuhkan selama
periode penetasan. Prinsip kerja mesin tetas ini sama dengan induk unggas.
1. Penanganan Sebelum Masuk Mesin Tetas
Proses persiapan telur tetas sebelum masuk mesin tetas yaitu lakukan pengambilan
telur, pemilihan telur dan penyimpanan telur yang tepat.
• Pengambilan telur dari kandang dilakukan tiga kali sehari untuk membatasi
paparannya terhadap terhadap kondisi kandang. Pengambilan terakhir harus
dilakukan sore hari agar tidak tertinggal di kandang indukan semalaman. Telur
yang kotor tidak dapat di tetaskan karena mudah terkontaminasi. Permasalahan
ini bisa terselesaikan dengan meningkatkan manajemen dan sanitasi di dalam
kandang. (Poultrysite.com, 2014).
• Pemilihan telur tetas yang baik yaitu telur harus bersih, bebas dari cacat
cangkang, cukup besar dan kualitas cangkangnya biak. Telur yang telah diambil
dari kandang harus segera disimpan di ruang telur agar mengurangi
perkembangan yang berlebihan dan melemahnya embrio. (Poultrysite.com.
2002).
• Simpan telur tetas dengan ujung yang lebih kecil ke bawah dalam pendingin.
• Pertahankan ruang penyimpanan telur pada suhu 55 – 70 ºF dan kelembaban
relative sekitar 70-80%.
Sumber: Poultrysite.com
• Penyimpanan telur lebih dari tujuh hari akan mengurangi daya tetas telur.
• Hindari memindahkan telur langsung dari pendingin ke incubator. Membiarkan
telur selama satu hingga dua jam dalam kondisi ruangan secara bertahap dapat
mengurangi kondensasi telur. (Poultrysite.com, 2014).
• Banyak produsen yang melakukan pra-pemanasan terlebih dahulu pada telur
sebelum pengaturan. Saat telur sudah dihangatkan sebelumnya, te;ur
dikeluarkan dari ruangan yang dingin dan dibiarkan menghangat secara bertahap
untuk mengurangi keringat atau kondensasi air di permukaan kulit telur. Pra-
pemanasan harus dilakukan dengan benar agar tidak mengurangi daya tetas
telur dan kualitas anak puyuh. Lingkungan pra-pemanasan harus memiliki aliran
udara yang kuat sehingga uap air kondensasi akan menguap saat terbentuk. (W.
A. Dozier, 2010).
2. Penanganan Saat Masuk Mesin Tetas
• Penempatan telur dalam mesin tetas
Peletakan telur dalam mesin tetas diatur dengan ujung kecil menghadap ke
bawah. (Poultrysite.com, 2014).
Sumber: Poultrysite.com
• Pengaturan Mesin Tetas
Pada umumnya suhu ideal dalam incubator udara paksa harus 99,5ºF dengan
kelembaban 60%. Kelembaban relative dalam mesin penetasan harus sedikit
lebih tinggi yaitu 70-75% dengan suhu sedikit lebih rendah dari 97-99 ºF. namun
suhu ideal akan bervariasi bergantung dengan mesin tetas yang digunakan dan
kondisi ruang penetasan. (W. A. Dozier, 2010).
Sumber: Poultrysite.com.
Pada mesin tetas sangat penting untuk menghilangkan karbon dioksida
dan kelembaban dari incubator. Aliran udara yang masuk dan keluar dan mesin
tetas harus stabil. Dan aliran udara yang ada harus aliran udara yang segar
karena oksigen sangat dibutuhkan dalam mesin tetas untuk perkembangan
embrio.
Dalam ruangan mesin tetas tidak dianjurkan menggunakan AC agar suhu
dan kelembaban udara terjaga. (Poultrysite.com, 2014).
Jika incubator berisi baki, simpan semua baki dengan atau tanpa telur di
dalam mesin setiap saat selama operasi untuk menjaga aliran udara yang tepat
serta suhu dan kelembaban yang lebih seragam. Setelah 20 hari inkubasi, suhu
dan kelembaban perlu disesuaikan. Oleh karena itu incubator hatcher terpisah
harus digunakan selama tiga hari terakhir inkubasi. (Poultrysite.com, 2014).
Inkubation time and requirements for Bobwhite quail
Item Optimum Value
Incubation time, days 23-24
Forced air temperature (A), ºF 99.75
Humidity (B), % 84-86
Operating temperature last three days of 99
incubation (A), ºF
Humidity last three days of incubation (B), % 90-94
(A) All operating temperatures are given in degrees Fahrenheit – Dry Bulb.
(B) Humidity is presented as degrees Fahrenheit – Wet Bulb.
(W. A. Dozier, 2010).
• Peneropongan telur
Peneropongan telur dapat dilakukan sebelum masa inkubasi dan setelah
7-10 hari inkubasi. Sebelum masa inkubasi, peneropongan telur dilakukan untuk
memeriksa kualitas telur. Cangkang telur yang mengalami keretakan tidak bisa
di tetaskan. Setelah 7-10 hari inkubasi. Telur-telur yang tidak memiliki jaringan
pembuluh darah yang jelas dibersihkan dan dilakukan breakout pada telur-telur
tersebut untuk mengetahui penyebab kegagalan penetasan. (W. A. Dozier,
2010).
• Proses pemutaran telur
Selama inkubasi, telur perlu diputar secara teratur untuk mencegah
embrio menempel pada membrane. Perangkat pembalik telur mekanis
direkomendasikan dan diperlukan pada penetasan telur dengan jumlah besar.
Saat telur yang dierami sedikit dapat diputar secara manual. Pemutaran telur
tidak kurang dari tiga kali sehari. Memutar telur tidak diperlukan selama
sepertiga terakhir inkubasi tetapi Sebagian besar telur dibalik sampai
dipindahkan ke mesin tetas. (W. A. Dozier, 2010).
Selama 20 hari pertama inkubasi, telur harus di putar minimal tiga kali
setiap hari, tetapi sebaiknya 12 hingga 24 kali perhari. Telur harus dibalik dengan
memutar baki dari sisi ke sisi pada sudut 45 derajat. Mengatur twelur dengan
ujung kecil ke atas atau membalik telur secara tidak benar menyebabkan embrio
mati pada berbagai usia (terutama dalam seminggu terakhir) dan malposisi
(kepala berada di ujung kecil telur). (Poultrysite.com, 2014).
3. Penanganan Saat Menetas dan Keluar dari Mesin Tetas
Saat anak puyuh menetas. Puyuh di biarkan di dalam hatcher sampai 90% kering.
Kemudian pindahkan kekandang brooder.
Setelah proses penetasan telur, dilakukan proses pembersihan cangkang telur
yang sudah menetas dan mesin tetas yang telah digunakan. Karena cangkang telur
yang tidak dibersihkan dapat menyebabkan mesin tetas menjari sarang bakteri dan
menyebabkan kegagalan dalam penetasan.
Pembersihan mesin tetas dapat dilakukan dengan fumigasi. Fumigasi dengan gas
formaldehida adalah metode yang efektif untuk membunuh mikroorganisme dalam
incubator dan telur. Incubator kosong yang beroperasi pada kondisi normal harus
difumigasi selama tiga jam dengan 0,6 gram kalium permanganate dalam 1,2 ml
formalin (40% formaldehida) perkaki kubing ruang incubator. Segera setelah kondisi
normal tercapai, fumigasi dilakukan selama 20 menit dengan 0,4 gram kalium
permanganate dan 0,8 ml formalin per kaki kubik ruang. (Poultrysite.com, 2014).
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Daya Tetas Telur
• Agar inkubasi dapat berhasil dengan baik. Sejumlah faktor harus dikontrol
seperti suhu, kelembaban, pemutaran telur, ventilasi, posisi telur dan sanitasi.
Suhu merupakan faktor yang paling kritis. Sistem peman9tauan suhu dengan
alarm yang memperingatkan kondisi abnormal sangat bagus. Karena suhu 1 ºF
hingga 2 ºF di atas atau dibawah suhu optimum akan menyebabkan penurunan
daya tetas dan kualiyas anak puyuh akan menjadi lebih buruk. Pada hari terakhir
suhu harus di turunkan 1 ºF. (Poultrysite.com, 2014).
• Menggunakan setter dan hatcher terpisah akan menghasilkan anak puyuh yang
lebih bersih dan mengurangi kontaminasi silang antara telur yang menetas dan
telur yang baru di masukan.
• Kegagalan dalam memposisikan telur dengan benar dapat menyebabkan
berbagai kelainan.
• Untuk mengurangi kemungkinan telur meledak dalam incubator, pastikan telur
tidak retak atau bocor. Telur meledak karena bakteri memproduksi gas di dalam
telur. Telur yang meledak dalam incubator dapat mengkontaminasi telur-telur
lain dalam incubator dan dapat mencemari embrio dalam telur tersebut(W. A.
Dozier, 2010).
• Ruang incubator, ruang penyimpanan telur dan sekitarnya harus dijaga
kebersihannya. Mencuci dan mendisinfeksi area secara berkala akan mencegah
akumulasi debu dan bahan limbah serta penumpukan jamur dan bakteri yang
menyertainya. Jauhkan semua kotak bekas, tempat telur, burung dan sumber
kontaminasi lain dari tempat penetasan. Incubator yang kotor menghasilkan
daya tetas yang buruk dan kualitas anak puyuh yang buruk. Fumigasi dengan gas
formaldehida adalah metode yang efektif untuk membunuh mikroorganisme
dalam incubator dan telur. Incubator kosong yang beroperasi pada kondisi
normal harus difumigasi selama tiga jam dengan 0,6 gram kalium permanganate
dalam 1,2 ml formalin (40% formaldehida) perkaki kubing ruang incubator.
Segera setelah kondisi normal tercapai, fumigasi dilakukan selama 20 menit
dengan 0,4 gram kalium permanganate dan 0,8 ml formalin per kaki kubik ruang.
(Poultrysite.com, 2014).
• Jangan mengasapi telur yang telah diatur dari 24 hingga 96 jam atau saat anak
puyuh menetas. Tindakan pencegahan harus dilakukan untuk mencegah kontak
kulit dengan larutan formalin atau menghirup gas formaldehida. Penting untuk
memiliki sistem pembuangan gas yang baik dari ruangan setelah pengasapan.
(Poultrysite.com, 2014).
DAFTAR PUSTAKA
Listiyowati, E. dan K. Roospitasari. 2000. Tata Laksana Budi Daya Puyuh Secara
Komersial. Penebar Swadaya, Jakarta.
_________________. 2005. Tata Laksana Budidaya Puyuh Secara Komersial. Penebar
Swadaya. Jakarta.
PennState Extension. 2005. Bobwhite Quail Production. Diakses dari
https://extension.psu.edu/bobwhite-quail-production
Poultrysite.com. 2014. Bobwhite Quail Production 2. Diakses dari
https://www.thepoultrysite.com/articles/bobwhite-quail-production-2.
--------------------2002. Bobwhite Quail Production and Management Guide.
Diakses dari https://www.thepoultrysite.com/articles/bobwhite-quail-
production-and-management-guide
W. A. Dozier, III and K. Bramwell., J. Hatkins., Claudia Dunkley. 2010. Bobwhite Quail
Production and Management Guide. The University of Georgia. Diakses dari
https://athenaeum.libs.uga.edu/bitstream/handle/10724/12470/B1215.pdf?se
quence=1
MAKALAH PRODUKSI ANEKA TERNAK UNGGAS
“ Itik Manila “
Oleh :
Kelompok 2
Kelas A
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga makalah produksi aneka ternak ungags “Itik Manila” dapat
selesai dengan tepat waktu. Pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengkaji
mengenai pembibitan dan penetasannya.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Ir. Dani Garnida, MS. selaku
dosen mata kuliah produksi aneka ternak unggas yang telah membimbing penulis
dalam mata kuliah produksi aneka ternak unggas.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak kekurangan dalam penulisan
makalah ini, karena keterbatasan penulis baik pengalaman serta pengetahuan yang
dimiliki. Berdasarkan hal tersebut, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi makalah yang lebih baik. Semoga makalah ini bisa
bermanfaat untuk pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
PENANGANAN BIBIT
b) Itik telah berumur antara 1 dan 2 tahun. Induk yang berumur kurang dari 1
tahun masih menghasilkan telur yang berkualitas rendah sehingga
umumnya anak itik dari telur tetas tersebut akan berbadan lemah, bulu
jarang tidak rapat dan mudah terserang penyakit. Sementara telur tetas
yang dihasilkan dari itik yang berumur lebih tua dari 2 tahun umumnya
menghasilkan dod yang berukuran kecil, pertumbuhan kurang baik atau
lambat.
e) Perut lebar
3
h) Kulit badan lembut dan halus leher panjang
l) Ketika berjalan posisi badan tegak, produksi telur lebih dari 60% dengan
berat telur sekitar 60 hingga 70 gram berat badan untuk setiap jenis itik itik
mulai bertelur pada umur 5 hingga 6 bulan.
m) Bobot badan itik betina muda 2,7 (kg) dan itik betina dewasa 3,1 (kg)
b) Berumur antara 1 hingga 2 tahun tetapi harus 1 bulan lebih tua dari induk
betinanya misalnya itik betina yang dijadikan induk berumur 12 bulan maka
induk jantan yang dipilih harus berumur 13 bulan
c) Mata terang dan jernih badan cukup besar tetapi tidak gemuk
g) Berat badan itik manila calon pejantan muda 3,6 kg dan itik jantan dewasa
4,5 kg.
1.4 Itik Afkir
Itik afkir adalah itik pejantan yang sudah tua dan atau itik betina petelur
yang sudah tidak produktif lagi dengan umur afkir 2,5 tahun (Supriyadi, 2009). Itik afkir
yaitu itik petelur tua yang sudah kurang baik produksinya dan perannya segera diganti
4
dengan itik betina yang masih muda. Itik afkir dapat dijadikan sumber daging karena
bobot badannya yang sudah cukup tinggi dan dapat dijual sebagai itik potong.
5
Entok betina periode pertumbuhan pada penelitian yang dilakukan oleh
Ayuningtyas dkk (2016) secara ad libitum dengan pemberian ransum kombinasi
antara ransum komersial ayam pedaging dengan dedak padi dengan metode
pearson square untuk dapat mencapai target capaian protein kasar campuran
sebanyak 18% unutk entok umur 4-7 minggu dan 14% untuk entok 8-22 minggu
(Olver; Ayuningtyas 2016).
2.4 Pengendalian penyakit
6
Penyakit yang biasa menyerang anak entok berumur 1 minggu – 2 bulan
ini pun dapat menyerang ternak dewasa. Penyakit ini ditandai dengan mata
mengeluarkan kotoran (discharge) cair atau mengental. Penyakit ini dapat
menyebabkan kematian apabila terdapat tanda-tanda klinis dalam jarak
waktu beberapa hari sampai dengan 1 bulan. Penyakit ini hampir mirip
dengan mata memutih (white eye) sehingga sulit untuk dibedakan.
Pengobatan pada penyakit ini dengan menyuntikan streptomycin
sulphate secara individual yang berdosis 0,4 gram/ekor dewasa. Sedangkan
untuk ternak entok yang kecil, diberi dosisi yang ebih rendah dengan patokan
berat badan. Penyuntikan dapat diulang sehari untuk beberapa kali dengan
dosis streptomycin 0,5 dari dosis yang telah disebutkan sebelumnya.
Pengobatan alternative lainnya adalah dengan pemberian antibiotika seperti
chlortetracycline atau axytetracycline dalam ransum atau minimun dengan
level yang dianjurkan diantaranya adalah 20-100 gram antibiotika/ton
makanan atau 100-200 gram antibiotika/400 galon air minum.
d. Kolera
7
Merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri yang dapat
menyebabkan penyakit pada manusia. Penularan penyakit per os (melalui
mulut). Kuman-kuman dapat tersebar melalui sisa-sisa makanan, bak-bak
makanan, bekas telapak kaki manusia atau lalat atau termakan secara tidak
sengaja.Tanda-tanda klinis dari penyakit ini adalah entok terlihat bernafas
dengan cepat seperti menelan udara dan dapat menyebabkan kematian
dalam kurun waktu 12-24 jam.
Pengobatan pada penyakit iini adalah dengan pemberian furazolidone
dalam makanannya. Selain itu dapat pula diberi sufadimidine yang dicampur
dengan air minumnya.
PENETASAN
Penetasan merupakan tahap penting dalam beternak burung puyuh. Pada
hakekatnya penetasan dapat dibagi menjadi dua, yaitu penetasan secara alami (dengan
induknya sendiri) dan secara buatan ( dengan menggunakan mesin tetas). Di dalam
makalah ini akan dijelaskan penetasan secara buatan menggunakan mesin tetas.
Mesin tetas merupakan merupakan sebuah peti atau almari dengan konstruksi
yang dibuat sedemikian rupa sehingga panas didalamnya tidak terbuang. Suhu di dalam
mesin tetas dapat diatur sesuai dengan ukuran derajat panas yang kita butuhkan selama
periode penetasan. Prinsip kerja mesin tetas ini sama dengan induk unggas.
8
Pemilihan telur tetas yang baik yaitu telur harus bersih, bebas dari cacat
cangkang, cukup besar dan kualitas cangkangnya biak. Telur yang telah diambil
dari kandang harus segera disimpan di ruang telur agar mengurangi
perkembangan yang berlebihan dan melemahnya embrio. (Poultrysite.com.
2002).
Simpan telur tetas dengan ujung yang lebih kecil ke bawah dalam pendingin.
Pertahankan ruang penyimpanan telur pada suhu 55 – 70 ºF dan kelembaban
relative sekitar 70-80%.
Sumber: Poultrysite.com
Penyimpanan telur lebih dari tujuh hari akan mengurangi daya tetas telur.
Hindari memindahkan telur langsung dari pendingin ke incubator. Membiarkan
telur selama satu hingga dua jam dalam kondisi ruangan secara bertahap dapat
mengurangi kondensasi telur. (Poultrysite.com, 2014).
Banyak produsen yang melakukan pra-pemanasan terlebih dahulu pada telur
sebelum pengaturan. Saat telur sudah dihangatkan sebelumnya, te;ur
dikeluarkan dari ruangan yang dingin dan dibiarkan menghangat secara bertahap
untuk mengurangi keringat atau kondensasi air di permukaan kulit telur. Pra-
pemanasan harus dilakukan dengan benar agar tidak mengurangi daya tetas
telur dan kualitas anak puyuh. Lingkungan pra-pemanasan harus memiliki aliran
udara yang kuat sehingga uap air kondensasi akan menguap saat terbentuk. (W.
A. Dozier, 2010).
3.2 Penanganan Saat Masuk Mesin Tetas
Penempatan telur dalam mesin tetas
9
Peletakan telur dalam mesin tetas diatur dengan ujung kecil menghadap
kebawah. (Poultrysite.com, 2014).
Sumber: Poultrysite.com
Pengaturan Mesin Tetas
Pada umumnya suhu ideal dalam incubator udara paksa harus 99,5ºF
dengan kelembaban 60%. Kelembaban relative dalam mesin penetasan harus
sedikit lebih tinggi yaitu 70-75% dengan suhu sedikit lebih rendah dari 97-99 ºF.
namun suhu ideal akan bervariasi bergantung dengan mesin tetas yang
digunakan dan kondisi ruang penetasan. (W. A. Dozier, 2010).
Sumber: Poultrysite.com.
10
Jika incubator berisi baki, simpan semua baki dengan atau tanpa telur di
dalam mesin setiap saat selama operasi untuk menjaga aliran udara yang tepat
serta suhu dan kelembaban yang lebih seragam. Setelah 20 hari inkubasi, suhu
dan kelembaban perlu disesuaikan. Oleh karena itu incubator hatcher terpisah
harus digunakan selama tiga hari terakhir inkubasi. (Poultrysite.com, 2014).
11
direkomendasikan dan diperlukan pada penetasan telur dengan jumlah besar.
Saat telur yang dierami sedikit dapat diputar secara manual. Pemutaran telur
tidak kurang dari tiga kali sehari. Memutar telur tidak diperlukan selama
sepertiga terakhir inkubasi tetapi Sebagian besar telur dibalik sampai
dipindahkan ke mesin tetas. (W. A. Dozier, 2010).
Selama 20 hari pertama inkubasi, telur harus di putar minimal tiga kali
setiap hari, tetapi sebaiknya 12 hingga 24 kali perhari. Telur harus dibalik
dengan memutar baki dari sisi ke sisi pada sudut 45 derajat. Mengatur twelur
dengan ujung kecil ke atas atau membalik telur secara tidak benar
menyebabkan embrio mati pada berbagai usia (terutama dalam seminggu
terakhir) dan malposisi (kepala berada di ujung kecil telur). (Poultrysite.com,
2014).
Pembersihan mesin tetas dapat dilakukan dengan fumigasi. Fumigasi dengan gas
formaldehida adalah metode yang efektif untuk membunuh mikroorganisme dalam
incubator dan telur. Incubator kosong yang beroperasi pada kondisi normal harus
difumigasi selama tiga jam dengan 0,6 gram kalium permanganate dalam 1,2 ml
formalin (40% formaldehida) perkaki kubing ruang incubator. Segera setelah kondisi
normal tercapai, fumigasi dilakukan selama 20 menit dengan 0,4 gram kalium
permanganate dan 0,8 ml formalin per kaki kubik ruang. (Poultrysite.com, 2014).
3.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Daya Tetas Telur
Agar inkubasi dapat berhasil dengan baik. Sejumlah faktor harus dikontrol
seperti suhu, kelembaban, pemutaran telur, ventilasi, posisi telur dan sanitasi.
Suhu merupakan faktor yang paling kritis. Sistem peman9tauan suhu dengan
12
alarm yang memperingatkan kondisi abnormal sangat bagus. Karena suhu 1 ºF
hingga 2 ºF di atas atau dibawah suhu optimum akan menyebabkan penurunan
daya tetas dan kualiyas anak puyuh akan menjadi lebih buruk. Pada hari terakhir
suhu harus di turunkan 1 ºF. (Poultrysite.com, 2014).
Menggunakan setter dan hatcher terpisah akan menghasilkan anak puyuh yang
lebih bersih dan mengurangi kontaminasi silang antara telur yang menetas dan
telur yang baru di masukan.
Kegagalan dalam memposisikan telur dengan benar dapat menyebabkan
berbagai kelainan.
Untuk mengurangi kemungkinan telur meledak dalam incubator, pastikan telur
tidak retak atau bocor. Telur meledak karena bakteri memproduksi gas di dalam
telur. Telur yang meledak dalam incubator dapat mengkontaminasi telur-telur
lain dalam incubator dan dapat mencemari embrio dalam telur tersebut(W. A.
Dozier, 2010).
Ruang incubator, ruang penyimpanan telur dan sekitarnya harus dijaga
kebersihannya. Mencuci dan mendisinfeksi area secara berkala akan mencegah
akumulasi debu dan bahan limbah serta penumpukan jamur dan bakteri yang
menyertainya. Jauhkan semua kotak bekas, tempat telur, burung dan sumber
kontaminasi lain dari tempat penetasan. Incubator yang kotor menghasilkan
daya tetas yang buruk dan kualitas anak puyuh yang buruk. Fumigasi dengan gas
formaldehida adalah metode yang efektif untuk membunuh mikroorganisme
dalam incubator dan telur. Incubator kosong yang beroperasi pada kondisi
normal harus difumigasi selama tiga jam dengan 0,6 gram kalium permanganate
dalam 1,2 ml formalin (40% formaldehida) perkaki kubing ruang incubator.
Segera setelah kondisi normal tercapai, fumigasi dilakukan selama 20 menit
dengan 0,4 gram kalium permanganate dan 0,8 ml formalin per kaki kubik ruang.
(Poultrysite.com, 2014).
Jangan mengasapi telur yang telah diatur dari 24 hingga 96 jam atau saat anak
puyuh menetas. Tindakan pencegahan harus dilakukan untuk mencegah kontak
kulit dengan larutan formalin atau menghirup gas formaldehida. Penting untuk
13
memiliki sistem pembuangan gas yang baik dari ruangan setelah pengasapan.
(Poultrysite.com, 2014).
DAFTAR PUSTAKA
Ayuningtyas, Dkk. 2016. Produktivitas Entok Betina Dengan Pemberian Pakan Terbatas
Selama Periode Pertumbuhan. Bogor : Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.
14
Management-Guide
W. A. Dozier, Iii And K. Bramwell., J. Hatkins., Claudia Dunkley. 2010. Bobwhite Quail
Production And Management Guide. The University Of Georgia.
15
MAKALAH PRODUKSI ANEKA TERNAK UNGGAS
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2021
A. PEMBIBITAN
• Ujung sayap tersusun rapi di pangkal ekor, bulu halus, rapi, dan tidak kusut
• Kaki kokoh
Murtijo (2009) menyatakan, persyaratan dalam memilih itik jantan umur 1-7 hari
sebagai itik peking antara lain:
• Tubuh tegap, mata jernih, kaki kokoh, tidak cacat, dan tidak buta
Untuk memperoleh betina dan jantan yang baik harus memenuhi persyaratan:
1. Berasal dari tetua yang memiliki produktivitas, fertilitas, dan daya tetas telur tinggi;
2. Umur betina minimal 6 (enam) bulan dan pejantan minimal 7 (tujuh) bulan; dan
3. Sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) atau Persyaratan Teknis Minimal
(PTM) bibit itik.
Culling atau pengafkiran
culling (pengafkiran) adalah suatu usaha memilih unggas-unggas yang mempunyai
produksi rendah.
Waktu yang tepat untuk melakukan culling pada itik yaitu mulai starter, grower
(pedaging) dan hingga layer (petelur). Pada periode starter culling dititik beratkan pada
tingkat pertumbuhan, tingkat mortalitas (kematian), dan cacat. Pada periode grower yang
perlu diperhatikan pada saat culling yaitu pada tingkat pertumbuhan dan mortalitas. Pada
periode layer dititik beratkan pada produksi telur, dan waktu pencapaian puncak
produksi. Puncak produksi untuk itik adalah yaitu antara 30-32 mgg, sedangkan untuk
puyuh masa puncak produksi dicapai ketika berumur ± 42 hari (7
mgg).(Sentralternak.2008)
B. PENETASAN
Sumber: Youtube
Mesin tetas yang akan digunakan, satu hari sebelumnya dilaukan desinfektan (dengan
fumigasi). Caranya dengan memasukkan wadah kedalam mesin tetas yang diisi dengan
formalin dan KMnO4 (kalium permanganat). KMnO4 dituang pada wadah kemudian
dicampur dengan formalin (takaran untuk formalin 2 kali lipat dari KMnO4). Fumigasi
dilakukan menggunakan gas formaldehide yang terbentuk dari kalium permanganat dan
formalin dengan konsentrasi 4-6 gram kalium permanganat dan 6 – 12 ml formalin 40%
per meter kubik selama 10-15 menit. Caranya yaitu dengan meletakkan kalium
permanganat kedalam cawan plastik atau kaca dibawah rak telur dan kemudian
dituangkan cairan formalin kedalamnya. Kemudian mesin tetas dan lubang ventilasi
ditutup selama 30 menit atau 1 jam. “Bila formalin dituangkan dulu kemudian
KMnO4 dimasukkan, maka akan terjadi percikan dan membahayakan bagi yang
melakukannya”.
b. Hidupkan mesin tetas kemudian ditunggu hingga suhu mencapai kestabilan pada 38°-
39°C.
c. Pemanasan mesin tetas minimal 3 jam sebelum telur dimasukkan ke dalam mesin tetas.
d. Cek dengan cermat cara kerja thermostat, lampu dan yang lainnya
e. Sebaiknya menyediakan cadangan bola lampu atau lampu templok (minyak tanah)
2. Penanganan Selama di Mesin Tetas
Pada hari ke-27, biasanya DOD sudah mulai menetas. DOD sebaiknya dibiarkan
terlebih dahulu di dalam mesin tetas selama 24 jam agar bulunya kering. Selanjutnya
DOD dapat dipindahkan ke kandang DOD. Umumnya, DOD dipindahkan pada hari ke-
29 mengingat tidak semua telur menetas pada saat yang bersamaan. Bila DOD yang
dihasilkan akan dijual sebagai bibit, maka setelah ditetaskan DOD harus melalui proses
seleksi, sexing, dan pengemasan terlebih dahulu agar bibit yang dijual benar-benar
terjamin kualitasnya.
C. TATALAKSANA PEMELIHARAAN
1. Tatalaksana Pemeliharaan Itik Petelur
a. Tatalaksana pemeliharaan DOD
Kandang yang digunakan untuk pemeliharaan DOD dapat berupa kandang boks,
kandang panggung, dan kandang postal. Biasanya Kandang tersebut terbuat dari kawat
ram. Kepadatan dalam satu kandang dapat berisi sekitar 20-25 ekor/m2 untuk usia DOD
itik 0-4minggu. Itik yang berumur 5-8 minggu kepadatan itik dapaat dikurangi menjadi
10-15 ekor/m2. Saat itik berumur 21 hari, itik dipindahkan ke kandang yang lebih besar,
kandang yang sesuai yaitu kandang ren yang mempunyai penyekat yang bisa dibongkar
sehingga pada umur 2 bulan penyekat sudah dapat dilepas. (Nurcahya. 2020)
Lampu atau induk buatan pada DOD itik bisa terbuat dari triplek, kayu atau seng
dengan lampu minyak atau listrik (sekitar 40 watt) dipasang dibagian tengah. Aturan
penggunaan lampu pada DOD
Itik dara yang baru dipindahkan ke kandang perlu diberikan obat anti stress beruapa
vitamin, preparat sulfa seperti “Sulfamix”. Pemberian obat tersebut bisa dicampurkan
dalam air minum untuk menghindari stress yang berlebihan dan mencegah beberapa
penyakit yang disebabkan oleh bakteri. Kandang itik dara yaitu kandang ranch atau
kandang pen. Kandang untuk itik dara berukuran 1m2 untuk 16 ekor (kandang umbaran)
Pakan sangat berpengaruh terhadap produksi telur itik. Para meter pakan itik petelur
dara umur 7-18 minggu yaitu kadar air maksimal 14%, protein kasar minimal 15%,
lemak kasar minimal 3,0%, serat kasar maksimal 9,0%, abu maksimal 9,0%, dan
kalsium (Ca) 0,80-2,00%.berat badan ideal itik siap bertelur (22 minggu) antara 1,3-1,4
kg. (ternakblitar.2019)
Perencanaan perkandangan itik pedaging hams dilakukan dengan baik dan benar,
sehingga keadaan lingkungan kandang yang sesuai akan [mudah didapatkan. Beberapa
hal yang perIu diperhatikan dalam perencanaan pembuatan kandang, antara lain:
temperatur kandang, kontruksi kandang, .. letak kandang, kepadatan kandang serta
lingkungan sekitar kandang (Srigandono, 1996).
Kepadatan kandang berpengaruh terhadap kenyamanan temak. Hal ini disebabkan
karena kepadatan kandang mempengamhi suhu dan kelembaban udara dalam kandang dan
pada akhirnya akan berpengaruh terhadap pertumbuhan itik. Di daerah tropis suhu dan
kelembaban yang tinggi dapat menjadi penyebab utama stres pada itik. Kenaikan suhu
kandang disebabkan oleh kesalahan tatalaksana dalam mengatur kepadatan kandang.
Kepadatan kandang yang melebihi kebutuhan optimal dapat menurunkan konsumsi
ransum dan meningkatkan konversi ransum yang menyebabkan terlambatnya
pertumbuhan temak dan berkurangnya berat badan temak (Murtidjo, 1988).
Tingkat kepadatan kandang itik dinyatakan dengan luas lantai kandang yang
tersedia bagi setiap ekor itik atau jumlah itik yang dipelihara pada satu satuan luas
kandang (Prayitno, 1997).
Luas kandang tergantung kepada jumlah dan umur itik yang dipelihara. Kepadatan
kandang a~ itik berumur 1-2 minggu adalah 50 ekorjm2, umur 2-3 minggu 20 ekorjm2,
umur 3-4 minggu 8-10 ekorjm2 dan umur 6-7 minggu 5-6 ekoi'j m2 (Ranto dan
Sitanggang (2008).
Saat umur 15-20 hari itik dipindahkan kekandang yang lebih besar. Kandang yang
disiapkan untuk itik dewasa kapasitasnya yaitu 4 ekor hingga 5 ekor itik
dewasa.(Hasbimustani.2019)
Kebutuhan gizi itik grower yaitu protein kasar 15,40%, Lysin 0,90%, Kalsium 0,72%,
Energi metabolism 2900 kkal/kg, metionin dan sitin 0,57%. Konsentrat yang diberikan
yaitu 40% dan 60% sisanya dari pakan campuran yaitu berupa dedak, tepung ikan, tepung
bulu unggas, daun pisang dan daun papaya. Itik pedaging dipanen saat umur 35 hari.
a. Umur 0-7 hari, untuk 3 hari pertama iar minum ditambah vitamin dan mineral, tempatnya
asam seperti untuk anak ayam.
b. Umur 7-28 hari, tempat minum dipinggir kandang dan air minum diberikan secara ad
libitum (terus menerus)
c. Umur 28 hari-afkir, tempat minum berupa empat persegi panjang dengan ukuran 2 m x
15 cm dan tingginya 10 cm untuk 200-300 ekor. Tiap hari dibersihkan.
Sarana dan prasarana
A. Prasarana
1. Lahan dan Lokasi
Lahan dan lokasi usaha pembibitan itik lokal harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
PENGENDALIAN PENYAKIT
g. Bila terjadi wabah penyakit menular, kandang dan semua peralatan harus
disucihamakan
Menyerang itik pada semua usia kematian tinggi (80 -100%), terutama
diusia muda. Penularannya lewat lendir yang keluar melalui rongga mulut,
lubang hidung dan kotorana itik yang sakit, kontak langsung dengan ayam
yang sakit, melalui debu, peralatan kandang yang tercemar penyakit, sekam
kering bekas ayam sakit. Gejala klinis :gangguan pernafasan, nafsu makan
menjadi hilang, tapi nafsu minum bertambah, anak itik tampak lesu dan
cenderung berkumpul dibawah sumber panas (lampu), kepala memutar
kebawah dan keatas (melintir), dan diikuti kelumpuhan. Pencegahannya
dilakukan vaksisinasi, sanitasi yang baik (mencuci kandang dan peralatan
dengan desinfektan mengganti alas kandang dengan yang baru), dan vaksinasi
ND dilakukan pada umur 4 hari,21 hari , 3 bulan, selanjutnya diulang setiap 3
bulan.
Gejala klinis:
• Mati Mendadak
• Bengkak pada bagian kepala dan ketopak mata, perdarahan dikulitpada area
yang tidak ditumbuhi bulu terutama bagian kaki
Pencegahan :
• Membersihkan halaman sekitar kandang setiap hari dan kotoran dibakar atau
dikubur,
• Cuci dan bersihkan peralatan kandang seminggu sekali, bersihkan dan
sucihamakan kandang dengan desinfektan atau bahan detergent.
• pakai alas kaki khusus di kandang (misalnya : sandal jepit yang khusus
dipakai di kandang saja),
- Pemberian pakan berkualitas dan bersih,
2. Snot (Coryza)
Litbang Pertanian. 2009. Beternak Itik. Diakses pada tanggal 26 Oktober 2021,
melalui nad.litbang.pertanian.go.id
Sentralternak. 2008. Seleksi dan Culling. Diakses pada tanggal 12 November 2021
Prihatman, K. 2000. Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan (Budidaya Itik).
Bappenas. Jakarta
MAKALAH
Ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Produksi Aneka Ternak Unggas
Oleh:
Kelompok 4
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2021
PEMBIBITAN
Bibit anak
Bibit burung puyuh dapat berupa anak umur sehari (DOQ) yang memenuhi standar
mutu atau persyaratan teknis minimal dan persyaratan kesehatan hewan sebagai berikut:
• Kondisi fisik sehat, tidak cacat, aktif dan lincah, dubur kering dan bersih, warna bulu
seragam, kondisi bulu kering dan mengembang;
• Berasal dari induk dengan kemampuan produksi telur minimal 250 ( dua ratus lima
puluh) butir/ekor/tahun, bobot telur minimal 10 (sepuluh) gram/butir, fertilitas dan
daya tetas minimal 70%.
• Bebas dari penyakit terutama penyakit pullorum, jamur dan omphalitus. (Admin:2017)
Bibit induk
Peternak biasanya membuat calon indukan dari DOQ itu sendiri hal ini dilakukan untuk
meminimalisir kerugian dan kehilangan pakan. Adapun syarat calon indukan menurut ilmu
ternak:2016 adalah sebagai berikut:
• Kondisi fisik sehat, tidak cacat, aktif dan lincah, warna bulu seragam.
• Berasal dari induk dengan kemampuan produksi telur minimal 250 (dua ratus lima
puluh) butir/ekor/tahun, bobot telur minimal 10 (sepuluh) gram/butir, fertilitas dan
daya tetas minimal 70%
• Memenuhi standar berat badan calon induk
Bibit jantan
Syarat-syarat burung puyuh jantan yang akan digunakan sebagai bibit menurut
poultryshop (2016), adalah sebagal berikut:
• Memiliki garis keturunan yang jelas agar tidak terjadi perkawinan sedarah (inbreed).
• Dalam keadaan sehat sehingga tidak akan menularkan penyakit kepada pasangan
maupun keturunannya.
• Tidak menderita cacat badan, misalnya kaki pengkor paruh bengkok, dll.
• Telah dipelihara dengan gizi yang balk, di mana kondisi fisiknya kuat, kekar, lincah,
gesit dan agresif.
Culling
Culling atau pemusnahan adalah suatu usaha yang dilakukan untuk memilih bibit
puyuh yang dikehendaki dan mengeluarkan puyuh yang tidak dikehendaki karena disebabkan
penurunan produksi atau tidak berproduktif, sakit dan sebab lainnya yang dapat
menimbulkan kerugian.
TATA LAKSANA PEMELIHARAAN
Persiapan Kandang
Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk indukan puyuh yang akan digunakan sebagai
indukan adalah :
2) Puyuh berasal dari perkawinan silang Grand Parent Stock (GPS), bukan berasal
dari puyuh Parent Stock (PS) atau Final Stock (FS).
3) Berasal dari daerah yang berbeda dengan pejantan bertujuan untuk menghindari
perkawinan sedarah (Inbreeding).
4) Induk betina minimum 2,5 bulan dan sudah mengalami dewasa kelamin dan
dewasa tubuh.
5) Penampilan fisik baik, tidak memiliki cacat tubuh, terlihat sehat, lincah, dan
memiliki bobot tubuh yang seragam.
Selain dibutuhkan indukan yang berkualitas baik, dalam usaha pembibitan juga
dipersiapkan puyuh pejantan yang berkualitas tinggi, antara lain adalah:
Indukan burung puyuh yang digunakan oleh peternak penetas untuk puyuh betina
berumur sekitar 3,5 bulan, dan untuk puyuh jantan berumur lebih muda yaitu sekitar 2,5
bulan. Menurut peternak penetas burung puyuh pada umur tersebut sudah dewasa kelamin
dan tubuh. Puyuh sudah benar-benar siap untuk membuahi, dan kualitas telur yang dihasilkan
juga lebih baik. Bobot rata-rata untuk puyuh jantan sekitar 120 gram/ekor, dan untuk puyuh
betina sekitar 140-150 gram/ekor.
Perawatan puyuh pembibitan tidak berbeda jauh dengan perawatan puyuh pada fase
layer pada usaha puyuh petelur. Jumlah pakan yang diberikan rata-rata adalah 22
gr/ekor/hari dan kebutuhan air minum rata-rata 50-60 ml/ekor/hari atau pemberian
pakan dan minum dilakukan secara adlibitum.
Proses pembibitan puyuh dilakukan dengan cara perkawinan alami, yaitu dengan
menempatkan puyuh jantan dan betina yang bukan inbreeding dalam satu kandang dan
sebanyak 25 ekor dengan perbandingan 1:4, yang artinya 1 ekor pejantan membuahi 4
ekor betina. Perbandingan jumlah antara puyuh jantan dan betina ini ideal. Jika puyuh
jantan terlalu banyak membuahi betina dan indukan yang digunakan inbreeding, maka
akan menurunkan kualitas dan daya tetas telur.
PENETASAN
Langkah awal dalam proses penetasan telur puyuh yaitu menyiapkan mesin tetas yang
mampu menampung kurang lebihnya 600 – 1000 butir telur puyuh. Biasanya mesin tetas
memiliki pengaturan tekanan panas yang otomatis. Hal pertama yang dilakukan dalam
menetaskan telur puyuh unggulan yaitu meletakan telur puyuh yang siap menetas kedalam
penampung telur (egg tray). Posisi telur yaitu bagian telur yang tumpul menghadap keatas.
Telur tersebut harus dibolak balik kurang lebih 2-3 kali dalam satu hari di waktu yang sama.
Hal tersebut bertujuan agar semua bagian telur dapat terkena panas secara merata.
Pengaturan suhu pada hari 1-2 kisaran antara 38oC-39oC dengan keadaan semua
ventilasi tertutup rapat. Pintu mesin tidak boleh sering dibuka, karena dapat memengaruhi
proses penetasan telur. Pada hari 1-2 biarkan telur pada posisinya karena pembalikan tidak
perlu dilakukan.
Suhu pada hari ketiga masih tetap sama yaitu 38oC-39oC, dan ventilasinya dapat
dibuka seperempat bagian. Pada hari kelima ventilasi bisa dibuka hingga tiga per empat
bagian. Kemudian pada hari keenam ventilasi sudah dapat dibuka sepenuhnya. Pada hari
ketiga telur sudah dapat dibalik dengan cara menggelindingkanya dengan telapak tangan.
Namun, jika cara menetaskan telur puyuh menggunakan mesin penetas otomatis, telur cukup
di bolak balik dengan cara memiringkan rak penampung telur ke kiri atau ke kanan. Tujuan
dari pembalikan telur setiap harinya adalah untuk menghindari embrio telur melekat pada
cangkang yang dapat menyebabkan telur tidak akan menetas.
Proses penetasan puyuh berlangsung atau tidaknya dapat dipastikan pada hari ke 5
atau ke 7 dengan cara mengambil dua sampai lima telur sebagai sampel. Kemudian gunakan
teropong dengan lampu untuk menerawangnya. Hal tersebut dilakukan untuk memastikan
apakah ada embrio puyuh yang tumbuh atau tidak. Cara lain yang dapat dilakukan yaitu
dengan memecahkan satu telur dan memastikan apakah terdapat titik galur merah pada telur
atau tidak. Jika terdapat titik galur merah maka telur sedang mengalami proses penetasan.
3. Penetasan pada hari ke 8-14
Pengaturan suhu ruangan harus tetap dijaga agar stabil. Ventilasi biarkan tetap
terbuka, dan pembaliakan telur dilakukan setiap hari. Kegiatan ini dilakukan agar cara
menetaskan telur puyuh lebih mudah dan dapat berjalan lancar sampai telur telur puyuh
menetas.
Hari ke–14 pembalikan telur mulai berhenti dilakukan hingga telur menetas. Jika
proses penetasan normal dan tidak ada kendala seperti mati lampu, dan suhu tetap stabil
kisaran 38oC-39oC. Umumnya telur akan menetas pada hari ke 16-18. Itu berarti proses
penetasan sudah berakhir. Setelah anak puyuh keluar dari cangkang dan bulu bulunya sudah
mengering maka anakkan puyuh atau DOQ siap untuk dipindah tempat ke boks ataupun
dijual.
DAFTAR PUSTAKA
Admin.2017. Ciri-Ciri Bibit Puyuh yang Baik dan Unggul. [online] diakses pada laman
web http://www.peksigunaraharja.com/artikel/ciri-ciri-bibit-puyuh-baik-dan-unggul. Pada
tanggal 11 November 2021.
Ilmu ternak. 2016. Cara Memilih Indukan Puyuh yang Bagus. [online] diakses pada
laman web https://www.ilmuternak.com/2016/03/cara-memilih-indukan-puyuh-yang-
bagus.html. Pada tanggal 11 November 2021.
Poultryshop. 2016. Syarat Bibit Burung Puyuh Jantan dan Burung Puyuh Betina.
[online] diakses pada laman web https://www.poultryshop.id/2016/10/syarat-bibit-burung-
puyuh-jantan-dan.html. Pada tanggal 11 November 2021.
PRODUKSI ANEKA TERNAK UNGGAS
“MERPATI”
Oleh:
Kelompok: 5
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2021
1.1 Pemilihan indukan merpati
Pemilihan bibit merpati hias mutlak diperlukan guna mendapatkan anak-anak hasil
ternakan yang benar-benar berkualitas. Usahakan mencari bibit yang benar-benar ras
original dan tidak ada silangan dengan merpati dari ras lain. Hasil ternakan yang
berkualitas itu nantinya akan memudahkan kami untuk memasarkan ke konsumen. Ciri-
ciri bibit yang berkualitas adalah sebagai berikut:
a) Harus asli/ori artinya bibit merpati tidak boleh silangan dengan merpati dari
jenis ras yang berbeda, harus dari ras tertentu yang benar-benar sama dan asli
(bisa didapatkan dari peternakan kami)
b) Tidak ada cacat fisik, sehingga memudahkan untuk proses perkawinan dan enak
dipandang mata
c) Dipilih bibit yang bagus marking warnanya dan badan yang tegap dan besar,
sehingga terlihat keindahan dan keunikannya
d) Diusahakan beli bibit dari peternak yang benar-benar menguasai seluk beluk
merpati dan komitmen terhadap keorsinilan ras merpati
e) Dan yang wajib dilakukan adalah belilah merpati di tempat kami karena kami
menjamin keasliannya
burung merpati termasuk jenis burung yang mudah dirawat dan gampang didapat,
karena merpati banyak dijual di pasar burung di Indonesia. Usahakan jangan membeli
burung merpati yang sudah tua, ini tidak bagus baik bagi sekedar membeli untuk
disembelih maupun untuk diternak. Untuk membeli burung merpati yang sehat, dengan
ciri-ciri sebagai berikut memiliki bulu yang bagus, bagian ujung sayapnya tidak melor
alias turun dan bila ditangkap dengan tangan tenaga reaksi/perlawanan burung merpati
besar.
Sedangkan ciri-ciri burung merpati yang telah berusia tua adalah : daging di sekitar paruh
kelihatan tebal, bagian lubang hidungnya yang terlihat ada kerutan daging tebal, bila
dicermati paruhnya sudah tidak mengkilat. Sebelum memelihara burung merpati
Carneau, sebaiknya memahami terlebih dahulu Standar Mutu Bibit Merpati Carneau.
Standar ini berupa standar umum maupun standar khusus. Untuk lebih jelasnya sebagai
berikut :
Terdapat juga wadah kotoran dibawahnya agar kandang mudah untuk dibersihkan.
Pintu yang bisa dibuka dan ditutup serta sudah dicat dengan warna sedemikian
rupa.Ukuran kandang gupon berbeda-beda ada yang berukuran kecil, sedang, sampai
besar. Tetapi tinggi kandang gupon tidak melebihi 40cm, ini berguna agar mencegah
burung kawin didalam gupon sebelum burung dimainkan.Ukuran kandang gupon kecil
PxLxT 35x30x30, ukuran gupon sedang 40x35x30, 40x35x35, 40x40x35, 45x35x35
ukuran besar 45x40x35, 50x40x35, 50x45x40 dan kombinasi dari itu.
2. Kandang Macan
Kandang macan atau kandang kerangkeng ini fungsinya agar burung bisa diumbar di
dalam kandang. Serta agar burung merasa leluasa untuk kawin dan makan di dalam
kandang tanpa diganggu burung atau binatang lainnya. kandang macan dan pegupon
merupakan kombinasi kandang terbaik. Yang mana bisa memaksimalkan perawatan dan
pelatihan pada burung merpati. Ukuran kandang macan kecil PxLxT 40x60x60, sedang
50x60x60, 60x60x70 besar 70x70x70, 80x80x70 dan kombinasi dari itu semua.
3. Kandang Umbaran
Kandang umbaran digunakan untuk mengumbar burung muda atau piyikan.
Tujuannya agar burung bisa leluasa terbang dengan bebas sehingga sayap tidak kaku.
Selain itu burung juga tidak terbang jauh yang bisa mengakibatkan burung kabur dari
kandang atau dicuri orang. Terlebih jika burung merpati tersebut merupakan salah satu
merpati yang istimewa. Ukuran kandang umbaran disesuaikan dengan kebutuhan dan
kemampuan saja. Karena sifatnya hanya opsional atau sesuai kebutuhan masing-
masing. Untuk kandang umbaran hanya perlu didirikan sebuah rumah-rumahan berupa
susunan-susunan pagupon untuk tempat berteduh dan sebagai sarang ketika sang induk
sedang bertelur.
Kelebihan dari kandang Umbaran:
1. Merpati lebih sehat karena di sini merpati hidup dengan bebas sehingga
pergerakannya pun jadi sangat leluasa.
2. Pemberian pakan sangat praktis karena cukup ditebarkan di tanah, pakan akan
dihampiri sendiri oleh para merpati. Namun agar tidak berebut dengan piaraan
lainnya lebih baik diberi satu wadah pakan besar di tempat yang agak tinggi.
3. Pembersihan kandang juga cukup mudah karena merpati biasanya terbang ke
sana kemari dan tidak terus menerus di dalam kandang kecuali sedang
mengeram atau mengasuh anakannya.
Kekurangan dari kandang Umbaran:
a. Karena merpati bebas berterbangan ke manapun mengakibatkan merpati
mempunyai sifat liar dan terkadang susah untuk dipegang. Sehingga tidak
dianjurkan untuk merpati hias yang mempunyai kualitas kontes.
b. Terkadang ada merpati yang bertelur di sembarang tempat karena kalah dalam
berebut pagupon tempat untuk bertelur.
c. Keamanan yang terlalu lemah sehingga jika merpati yang kita piara dengan
kandang ini sangat mahal sangat rawan untuk dicuri orang lain, jadi perlu ronda
untuk berjaga jaga
4. Kandang koloni
Kandang koloni merupakan kandang dengan ukuran yang besar dimana dalam satu
kandang terdiri dari beberapa pasang merpati. Berbeda dengan kandang umbaran,
kalau kandang umbaran merpati dapat terbang bebas ke mana pun sedangkan kandang
koloni terbatas oleh sebuah pembatas berupa kayu atau kawat.
5. Kandang Baterai
Kandang merpati yang ukurannya lebih kecil dari pada kandang koloni karena pada
kandang ini satu kandang hanya berisi satu pasang.
DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi, R. 1995. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. Cetakan pertama PT. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta
Blakely, J. dan D.H. Bade. 1994. Ilmu Peternakan. Edisi keempat. Gajah Mada University
Press. Yogyakarta
Gillespie, J.R. 1989. Modern Livestock and Poultry Science Production. 3rd ed. Delmar
publishers inc. USA
Moreng, R.E. and J.S. Avens. Poultry Science and Production. 10th ed. Reston Publishing.
Reston Virginia.
Suseno, A. 1993. Memelihara dan Beternak Burung Merpati. Cetakan ketiga. Penebar
Swadaya. Jakarta
Haekhal, M. 2016. Karakteristik dan Perilaku Merpati Jantan dan Betina Lokal. [Skripsi].
Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Salis. R. 2002. Studi Fenotipe Burung Merpati Lokal. [Skripsi]. Fakultas Peternakan.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Habibi.2021. Jenis Kandang Burung Merpati dan Kegunaannya - Dunia Hobi.diakses 28
oktober 2021 jam 21.03 WIB
Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 36/Permentan/OT.140/8/2006 Tentang Sistem
Perbibitan Ternak Nasional
https://cara-memelihara.blogspot.com/2013/11/burung-dara-pedaging-merpati-
carneau.html
https://www.google.com/search?q=merpati+Carneau&oq=merpati+Carneau&aqs
MEMILIH BIBIT BURUNG MERPATI CARNEAU YANG BERMUTU (pertanian.go.id)
Rianti, dkk.2020. produksi aneka ternak unggas.pustaka media. Bandarlampung.
MAKALAH PRODUKSI ANEKA TERNAK UNGGAS
“Pembibitan dan Penetasan Ternak Burung Unta (Ostrich)”
Disusun Oleh
Kelompok 6
Kelas A
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2021
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini berjudul “Budidaya
Ternak Unggas”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Produksi
Aneka Ternak Unggas yang dibimbing oleh Bapak Ir. Dani Garnida, MS.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Burung Unta (Struthio camelus) sudah dibudidayakan di Afrika Selatan lebih dari
100 tahun yang lalu (HALLAM, 1992), akan tetapi informasi tentang teknologi budidaya
dan industrinya sangat terbatas. Burung Unta mulai dibudidayakan di Indonesia pada
tahun 1996. Walaupun dikenal sebagai komoditas ternak yang baru, populasinya
berkembang dengan pesat di Indonesia. Direktorat Jenderal Peternakan menganjurkan
agar usaha budidaya burung Unta di Indonesia ditingkatkan; pemerintah telah
menerbitkan daftar
investasi yang memberi kesempatan kepada semua pihak untuk meningkatkan usaha
budidaya aneka ternak termasuk usaha budidaya buning Unta (SOETIRTO, 1998).
Bibit burung unta dipilih dengan tubuh yang tinggi sampai 7 sampai dengan 8
kaki saat sudah dewasa serta bagian leher yang panjang.Bagian kepala kecil dengan bulu
badan yang teksturnya halus. Selain itu lengan yang kuat serta berakhir di bagian kaki
yang besar yang hanya memiliki dua jari kaki. Seekor anakan yang baik juga punya kepala
yang dilengkapi dengan paruh datar. Burung unta yang jantan akan dewasa saat umur 2
tahun, namun betina lebih dahulu dewasa jika dibandingkan jantan. Pejantan dewasa
warnanya hitam dengan sayap putih. Kemudian yang betina warna bulu abu-abu cokelat
yang memiliki ukuran tubuh lebih kecil.
Berat dari telur burung unta ini bisa mencapai 1,3 kg-1,5 kg. Ketika burung unta
sedang bertelur, jumlah nya bisa mencapai 12 - 15 butir. Penetasan dari telur burung
unta ini terjadi setelah 5 - 6 minggu kemudian dalam incubator. Apabila penetasan
dilakukan secara alami yaitu melalui proses pengeraman, waktu yang dibutuhkan
selama 52 hari.
BAB II
PEMBAHASAN
Burung unta dari 1500 -1800 gram dari 1126 -1500 gram
1- 14 36,3-36,5 20-25
15-21 36,3-36,5 20-25
Disusun Oleh:
Kelompok 7
Muhammad Faisal Akbar 200110180220
Gayus Ronald Madison Hutasoit 200110180290
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2021
PEMBAHASAN
Pencarian telur harus secepat mungkin setelah pukul 10:00 untuk mencegah lebih
besar kemungkinan predator datang terlebih dahulu untuk memangsa telur maleo. Namun
perlu diperhatikan bahwa kadangkala walaupun waktu 10:00 merupakan waktu umum
pasangan maleo selesai bertelur, kadangkala beberapa pasangan maleo masih terlihat aktif
di lokasi peneluran. Sebelum pencarian telur dimulai, harus dipastikan tidak ada lagi
pasangan maleo yang masih dalam proses meletakkan telurnya. Hentikan dan tunggulah
jika ternyata masih ada pasangan maleo di lokasi peneluran, sampai pasangan tersebut
selesai atau meninggalkan lokasi peneluran. Jangan sekali-kali melakukan pengusiran
terhadap pasangan maleo yangberada di lokasi peneluran, kapanpun.
Pencarian telur dilakukan setiap hari. Satu tim pencari telur maksimal 3 orang untuk
keefektifan dan menghindari gangguan yang besar di dalam lokasi peneluran. Dalam satu
lokasi peneluran, dapat dibentuk beberapa tim jika lokasi pencarian telur cukup besar.
Hanya petugas yang ditunjuk atau terlatih yang diperkenankan menggali lubang peneluran
untuk mendapatkan telur. Ketika pencari telur sedang menggali, anggota tim lain harus
sedikit menjauh dari lubang (minimal 1 m) karena berdiri di pinggir lubang dapat
meruntuhkan lubang sehingga beresiko menyebabkan telur pecah tertimbun batu atau
tanah atau pasir secara tiba-tiba dalam jumlah besar.
Tugas pencarian telur dan proses pemindahan serta penanaman kembali ke bak
penetasan semi alami merupakan tugas utama yang harus pertama dilakukan pada waktu
yang telah ditentukan. Petugas pencari telur dilarang mendahulukan tugas lain pada saat
tersebut, seperti memandu tamu, mendampingi peneliti, dsb.
Kondisi tanah lokasi peneluran yang padat atau bercampur batu, biasanya
membutuhkan alat bantu khusus untuk menggali, agar tidak menimbulkan luka atau cidera
jika menggali langsung dengan jari tangan. Gunakan alat bantu berupa batok/tempurung
kelapa atau benda lain yang terbuat dari plastik atau vinyl. Hindari menggunakan alat bantu
dari logam apalagi logam tajam (cangkul atau sekop kecil). Perlu berhati-hati, ketika dirasa
telur telah hampir diperoleh atau tidak ada lagi lapisan batu, kembali gunakan tangan untuk
menggali.
Cangkang telur maleo sangat tipis dan sensitif. Untuk itu wajib berhati-hati dalam
menggali telur, khususnya untuk lokasi-lokasi peneluran dengan struktur tanah yang
bercampur batu dan kerikil. Untuk tanah yang berbentuk pasir (tepi sungai) juga tetap
berhati-hati karena dinding lubang biasanya rawan runtuh. Jatuhan batu kecil saja dapat
memecahkan atau meretakkan cangkang telur maleo sehingga telur akan gagal dalam
proses inkubasinya.
Jika terjadi telur pecah atau retak akibat alami (ditemukan telah retak atau pecah)
ataupun akibat dalam proses penggalian, maka biarkan telur pecah tersebut, timbun atau
kubur kembali telur tersebut di lubang ditemukannya (Gambar 9). Keadaan ini secara alami
biasa terjadi. Namun kejadiaan ini tetap dicatat karena merupakan tanda kehadiran
pasangan maleo di lokasi tersebut.
2.1.3. Pemindahan Telur Maleo
Pada prinsipnya, ketika telur ditemukan dalam kondisi baik maka harus sesegera
mungkin dipindahkan untuk ditanam kembali ke dalam hatchery (Gambar 9). Namun
kadangkala untuk efektivitas pencarian telur, pencari telur mencari telur di seluruh lokasi
target terlebih dahulu, kemudian membawa semua telur yang diperoleh ke hatchery.
Jika telur tidak langsung dipindahkan ke hatchery (menunggu pencarian telur di
lubang lainnya), maka letakkan telur dalam ember berisi pasir dan tutupi dengan daun atau
pasir kembali. Letakkan dalam lokasi yang teduh dan dibawa dengan sangat hati-hati.
Walaupun tidak ada bukti bahwa posisi telur mempengaruhi sukses tetas, namun tidak
diperkenankan untuk memutar-mutar atau membuat banyak guncangan pada telur yang
ditemukan. Dalam keadaan alaminya, telur setelah diletakkan induknya, tidak akan berubah
posisi sampai menetas. Telur juga secara alami tidak pernah terpapar sinar matahari
langsung. Untuk alasan apapun, tidak diperkenankan meletakan telur di permukaan yang
keras, seperti batu atau permukaan semen.
Bawalah telur ke hatchery setelah selesai pencarian telur untuk segera ditanam
kembali. Jika diperlukan untuk pengukuran tertentu (berat, ukuran, dsb.), lakukan di lokasi
yang teduh. Sekali lagi, hindari guncangan yang terlalu banyak, termasuk dalam
pengukuran. Jika diperlukan pemberian nomor pada telur, gunakan arang atau pensil yang
lunak (2B atau lebih) dan tumpul. Jangan menggunakan bolpoint (karena berujung tajam)
apalagi spidol (karena berbau menyengat).
Berilah tanda pada setiap koordinat pada hatchery yang telah terdapat telur di
dalamnya. Buatlah tanda yang tidak membahayakan anak maleo ketika akan menetas dan
keluar nantinya.
2.3. Penanganan Anak Maleo yang Menetas
2.3.1. Pasca Menetas
Masa ingkubasi teur maleo berkisar antara 60-90 hari tergantung pada suhu panas
bumi. Telur maleo terindikasi sudah menetas dapat dilihat pada lubang pengeraman yang
sedikit turun. Anak maleo yang baru menetas akan naik ke permukaan tanah dengan
kecepatan 0,5–1,0 cm per jam, sehingga jika kedalamam lubang 20 cm maka mereka akan
mencapai permukaan setelah 20–40 jam. Anak maleo tidak membutuhkan banyak
perawatan. Setelah menetas, mereka sepenuhnya sudah mandiri dari induk mereka dan
sudah dapat terbang.
Maleo yang keluar dari lubang biasanya akan memunculkan kepalanya dan terdiam
cukup lama untuk istirahat, biarkan maleo dalam keadaan tersebut hingga anak maleo
keluar dari lubang sendiri dikarnakan pada masa itu anak maleo sedang memulihkan
tenaganya, mengisi paru-parunya dengan oksigen, serta mengeringkan bulu-bulunya. Bila
pada lokasi penetasan dinilai rawan predator, anak maleo yang menetas pada sore hari
pindahkan pada kandang habituasi.
Ketika telur dalam masa inkubasi telah lebih dari 100 hari namun belum menetas,
maka periksalah lubang tanam tersebut. Galilah secara hati-hati. Ada tiga kemungkinan,
yaitu telur tidak menetas, telur menetas dan anak maleo mati dalam perjalanan menuju
permukaan, atau telur menetas dan anak maleo masih dalam perjalanannya menuju
permukaan. Jika telur belum menetas, angkatlah telur dan kubur telur di luar lokasi
peneluran. karena kemungkinan telur seperti ini sudah tidak mungkin menetas (infertil atau
tidak mencapai kondisi optimum untuk menetas). Jangan sekali-kali membuang telur busuk
ke sembarang tepat tanpa di kubur, khususnya di dalam lokasi peneluran.
2.3.2. Pemindahan Anak Maleo
Penangkapan anak maleo yang baru menetas di dalam hatchery ditujukan untuk
pemindahan anak maleo ke kandang habituasi atau ke kotak penyimpanan sementara atau
langsung dilepasliarkan. Penangkapan ini dapat dilakukan hanya pada waktu-waktu maleo
aktif bertelur yaitu sekitar 10:00–14:00. Untuk mempercepat proses penangkapan gunakan
jaring sehingga lebih mudah dan menghindari berlari mengejar anak maleo didalam
hatchery sehingga berotensi merusak telur lain yg belum menetas.
Dalam menangani dan menangkap anak maleo jangan dengan tangan yang basah
atau berkeringat dikarnakan bulu maleo yang rapuh dapat menempel pada tangan dan
rontok. Peganglah dengan dua tangan pada bagian atas dan bawah. Rasakan dengan tangan
agar tidak terlalu keras ataupun terlalu longgar dalam menggenggamnya. Biarkan kaki
mereka terjulur karena jika ditekuk akan memudahkan mereka untuk berontak.
2.3.3. Pelepasan Anak Maleo
Anak maleo tergolong dalam tipe anak burung yang bersifat nidifugous, yaitu dapat
cepat meninggalkan sarang tanpa membutuhkan banyak perawatan dari induknya.
Pelepasliaran anak maleo langsung setelah mereka dianggap kuat dan lincah, merupakan
pilihan utama, lepaskan anak maleo pada tepi hutan dan kea rah hutan, karna sangat
penting untuk anak maleo segera masuk ke hutan karena mereka butuh perlindungan
secepat mungkin dengan menemukan lokasi tenggeran yang bebas dari predator.
DAFTAR PUSTAKA
Bashari, H., Lela, M. W., Kobandaha, M., Rahmanita, D., Teguh, H. 2020. Prosedur Tata
Kelola Lokasi peneluran maleo (Macrocephalon maleo) di Taman Nasional Bogani Nani
Wartabone. Balai Taman Nasional Bogani Nani Wartabone dan Enhancing the
Protected Area System in Sulawesi for Biodiversity Conservation (EPASS) – Project.
Mongkonai Barat, Kota Kotamobagu, Sulawesi Utara
GustiNgurahPutu Widnyana, I., Sundu, B., & Tanari, M. 2019. Ex-Situ Conservation Through
Body Morphological and Hormonal Studies. In International Journal of Veterinary
Science and Agriculture Research (Vol. 1). www.ijvsar.com
Ilmu Ternak. 2014. SISTEM RESPIRASI, PENCERNAAN DAN REPRODUKSI AVES.
https://www.ilmuternak.com/2014/11/sistem-respirasi-pencernaan-
dan.html#google_vignette. Diakses Pada 7 oktober 2021 Pukul 20.30
MAKALAH PRODUKSI ANEKA TERNAK UNGGAS
“PEMBIBITAN DAN PENETASAN TERNAK UNGGAS (ANGSA)”
DISUSUN OLEH:
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2021
1. Pembibitan Angsa
Pemilihan Bibit
Sebelum mebudidayakan angsa sebaikya memilih bibit yang unggul untuk mendapatkan
hasil yang memuaskan, dan berikut ciri-ciri bibit yang baik untuk di budidayakan
1. Postur bibit di harapkan normal atau merata terhadap postur bibit lain
2. Linca dalam beautifitas
3. Nafsu makan bibit angsa cukup tinggi
4. Bibit tidak memiliki kecacatan sedikitpun
5. Usahakan bibit berasal dari induk yang unggul dan sehat.
Cara Pemeliharaan Bibit
1.1 Anak
Angsa yang baru berumur 1 minggu harus di lakukan perawatan yang cukup dan ekstra
karna pada saat umur 1 minggu anak angsa rentan akan kematian untuk itu buatlah
kandang yang hangat atau buatlah anak angsa berada pada induknya itu akan
menghangatkan juga kepada anak angsa dan setelah meilih bibit kita juga harus meilih
indukan dan berikut ciri indukan yang unggul.
1.2 Jantan
Untuk pejantan di harapkan memiliki kriteria yang cukup seperti
1.postur badan indukan jantan besar
2.umur pejantan sudah cukup untuk di kawinkan
3.indukan pejantan tidak boleh memiliki kecacatan apapun
4.bulu angsa harus terpancar cerah dan bebas dari penyakit
1.3 Betina
Untuk betina di harapkan memilki kriteria yang cukup seperti
1.postur indukaan betina juga harus besar
2.umrur pada betina harus cukup
3.betina harus sudah mampu menghasilkan telur
4.indukan harus terbebas dari penyakit apapun
5.indukan tidak boleh memiliki kecacatan
(Sumber: http://blogternakunggas.blogspot.com/2015/11/ternak-angsa.html)
2. Tatalaksana Pemeliharaan
2.1 Pembagian Periode Pemeliharaan
Pedaging (Broiler)
- Starter / Brooding period, mulai dari umur 1 hari sampai 4 minggu
- Growing period, umur 4 minggu sampai 12 minggu
Petelur (Layer) / Breeder
- Starter, mulai dari umur 1 hari sampai 4 minggu
- Grower, umur 4 minggu sampai 36 minggu
- Layer, umur 36 minggu sampai 4 tahun
2. 2 Pemberian Ransum
Starter
Ransum dan air minum diberikan pada angsa secara ad libitum. Ransum yang
diberikan sebaiknya berbentuk crumble. Tabel kebutuhan nutrisi angsa periode starter
Sumber:
https://www.thepoultrysite.com/publications/diseases-of-poultry/212/aspergillosis
Penyebab - Umumnya dikenal sebagai brooder pneumonia, penyakit ini
disebabkan oleh jamur Aspergillus fumigatus yang terhirup ke dalam paru-paru saat
anak angsa menetas di inkubator copaminated atau dari induknya di alas berjamur atau
diberi pakan berjamur (Dave, 1981).
Gejala - Aspergillosis biasanya merupakan penyakit anak angsa muda yang
terkena oleh sesak napas, nafsu makan buruk, kelemahan umum dan kadang-kadang
disertai mata lengket. Paru-paru burung yang terkena sering mengandung bintil
kekuningan kecil seukuran suntikan BB. Anak burung yang paling rentan pada beberapa
hari pertama setelah menetas (Dave, 1981).
Pengobatan - Tidak ada obat yang diketahui, tetapi untuk mencegah
penyebarannya, ternak yang terinfeksi harus dimusnahkan, area perindukan dan
peralatan disinfeksi, dan pakan serta alas tidur diperiksa apakah berbau apek atau
tanda-tanda jamur yang terlihat (Dave, 1981).
Pencegahan - Tetaskan telur hanya dalam inkubator yang didesinfeksi secara
menyeluruh dan gunakan alas tidur dan pakan bebas jamur. Pada beberapa skuation,
terutama saat hangat, iklim lembab, mungkin perlu untuk mengasapi bagian inkubator
tidak lama sebelum tanggal penetasan (Dave, 1981).
Penyebab - Keracunan makanan yang mematikan dalam bahasa sehari-hari
disebut limberneck, disebabkan oleh racun yang diproduksi oleh bakteri Clostridium
botulinum yang ditemukan pada tanah, makanan busuk dan hewan yang membusuk dan
materi tanaman
2. Botulism
Penyebab - Paling sering menyerang ketika cuaca kering dan permukaan air di
kolam dan danau turun, meninggalkan tanaman dan hewan yang membusuk. Belatung
yang memakan bangkai yang membusuk sering membawa toksin botulism. Angsa juga
dapat tertular racun daribmakanan basi atau makanan kaleng dari pantry (Dave, 1981).
Gejala - Beberapa jam setelah makan makanan beracun, burung dapat
kehilangan kendali pada otot kaki, sayap, dan lehernya. Dalam beberapa kasus, bulu
tubuh kendor dan mudah dicabut. Angsa yang berenang saat terjadi kelumpuhan leher
seringkali tenggelam sebelum bisa memanjat keluar di darat. Burung yang sekarat bisa
mengalami koma beberapa jam sebelum kedaluwarsa. Botulism biasanya terlihat dalam
tiga hingga dua puluh empat jam, meskipun dalam kasus dapat pulih dalam beberapa
hari (Dave, 1981).
Pengobatan - Semua angsa yang dicurigai memakan makanan yang mengandung
racun barus dikurung di halaman atau bangunan yang bersih dan teduh dan segera
diberikan air minum segar dengan pencahar, baik satu pint mola atau satu pon garam
epsom per lima galon air yang ditambahkan selama empat jam. Burung yang tidak bisa
minum sendiri harus diperlakukan secara Individual. Penambahan satu bagian kalium ke
3.000 bagian air minum atau dosis individu dari satu sendok teh minyak jarak juga telah
direkomendasikan sebagai pengobatan. Pada burung yangsangat berharga, akan sangat
membantu untuk mengeluarkan isi kerongkongan dengan air hangat menggunakan
corong dan selang karet yang dimasukkan ke dalam mulut dan turun ke kerongkongan
beberapa inci. Segala upaya harus dilakukan untuk menemukan sumber keracunan
sehingga masalah lebih lanjut dapat dihindari. Vaksin telah dikembangkan, tetapi
harganya agak mahal dan seringkali sulit diperoleh dalam waktu singkat (Dave, 1981).
Pencegahan - Mengubur atau membakar bangkai hewan yang mati dan
membersihkan tumbuhan yang membusuk. Jangan biarkan angsa makan di genangan
air selama musim kemarau atau memberi burung makanan kalengan atau pakan yang
busuk (Dave, 1981).
3. Bahan bangunan dapat terbuat dari kayu atau bambu. Dinding dapat dibuat dari bilah
bilah bambu atau kawat kasa, sedangkan bagian atasnya dapat berupa genting, rumbia,
seng atau asbes. Lantai bangunan bisa dari tanah, kayu atau semen. Sebaiknya lantai
terbuat dari semen karena angsa akan sehat dan kandang mudah dibersihkan. Kandang
tempat bertelur angsa bisa dibuat dengan ukuran 30x30x30cm. Alas kandang angsa
bertelur terbuat dari jerami atau serutan kayu.
(sumber: https://pdfcoffee.com/qdownload/tugas-makalah-anekadocx-pdf-free.html)
3. Penetasan
3.1 Penanaganan Sebelum Masuk Ke Mesin Tetas
1. Menyiapkan Mesin Tetas dan Peralatanya
a. Memberishkan telur tetas dari segala kotoran yang ada didalamnya kemudian
mencucinya dengan disinfektan atau fumigasi.
Fumigasi telur dilakukan dengan tujuan untuk membasmi bakteri atau jamur yang
terdapat pada kerabang telur, fumigasi telur dilakukan dengan ruangan tertutup agar
gas tidak menguap dengan menggunakan KMnO4 dan formalin (Iswanto, 2005).
Fumigasi atau disebut juga dengan desinfeksi telur tetas sebaiknya dilakukan 2 jam
setelah telur keluar dari induk (Tabbu, 2000). Telur tetas di desinfeksi dengan
menggunakan alkohol 70% dapat juga digunakan menggunakan larutan formalin (CH2O)
40% dan kalium permangat (KMnO4) sebagai desinfektan (Paimin, 2011).
b. Mengeringkan mesin tetas yang habis dicuci tersebut dengan sinar dan panas
matahari hingga benar-benar kering.
c. Melakukan penyetingan alat pemanas {bolam lampu} dan melaksanakan penyetingan
alat pengatur suhu termogulator/termostat.
d. Meletakkan baki/bak yang sehabis diisi air kedalam mesin penetas
e. Menyetel/mengatur suhu termogulator/termostat sehingga bisa dihasilkan suhu
ruang alat penetas berkisar 38 - 39° C. {pastikan pemanas meninggal disaat suhu
ruangan mencapai 39° C}.
F. Melakukan pemanasan mesin penetas 1 hari sebelum proses penetasan
dimulai/sebelum telur dimasukkan kedalam mesin penetas.
G. seleksi telur adalah untuk memperoleh telur yang diharapkan (Sudaryani dan
Santosa, 2002). Telur tetas yang baik untuk ditetaskan harus memenuhi persyaratan
antara lain telur tetas harus berasal dari induk (pembibit) yang sehat dan
produktivitasnya tinggi dengan sex ratio yang baik sesuai dengan rekomendasi untuk
strain atau jenis ayam, umur telur tidak boleh lebih dari satu minggu, kualitas dan fisik
telur tetas yang meliputi bentuk telur harus normal, tidak terlalu lonjong atau bulat,
berat atau besar telur dan warna kulit telur harus seragam, sesuai strain atau bangsa.
Telur yang tipis atau terlalu poros akan mengakibatkan penguapan isi telur terlalu tinggi
sehingga akan menurunkan daya tetas akan tetapi telur yang terlalu tebal juga akan
mengakibatkan daya tetas menurun karena anak ayam kesulitan memecah kulit telur.
Telur tetas yang baik permukaan kulitnya halus, tidak kotor, dan tidak retak (Suprijatna
et al. 2005).
2. Persiapan Telur Tetas
Persiapan telur tetas mencakup pemberihan telur dari kotoran, setelah telur kita beli
dan akan kita masukkan kedalam mesin penetas maka telur yang kotor harus
dibersihkan terlebih dahulu. Membersihkan telur angsa bisa kita lakukan dengan cara
mengelapnya dengan kain, usaplah secara perlahan hingga kotoran benar-benar hilang.
selepas itu kita bisa mengelapnya lagi dengan kain yang sehabis dicelupkan ke air
hangat, kain tersebut harus diperas dahulu sebelum dipakai untuk mengelap telur.
(sumber: https://kicaumaniah.blogspot.com/2018/06/cara-menetaskan-telur-angsa-
dengan.html)
3.2 Penanganan Selama Di Mesin Tetas
Pastikan terlebih dahulu suhu ruang mesin penetas sehabis stabil dikisaran 38 - 39°C.
Menyusun telur angsa pada rak telur mesin dengan posisi miring.
Hari ke-1 dan hari ke-2
- selepas telur dimasukkan biarkan saja apa adanya, jangan membalik telur dihari ke-1
dan hari ke-2.
- Pastikan fentilasi mesin penetas tertutup rapat dan kontrol suhu dikisaran 38-39°C.
Hari ke-3
Pembalikan telur angsa harian bisa dimulai pada hari ketiga ini, pembalikan telur harian
yang baik yaitu 4 x dalam sehari semalam atau setiap 6 jam sekali. Misalkan pagi pukul
05.00, siang pukul 11.00, sore pukul 17:00 dan malam pukul 23.00, dan jangan lupa
untuk menyemprotkan sedikit air dengan semprotan air yang sehabis diatur supaya air
tersebut lembut keluarnya. Satu kali semprotan saja, hal ini bertujuan untuk
mengontrol/mengurangi suhu udara yang terlalu panas didalam mesin penetas.
Pada hari ketiga inilah peneropongan telur angsa pertama kali perlu dilakukan untuk
mengetahui telur mana yang isi dan telur mana yang tidak berisi calon embrio.
Peneropongan sanggup kita lakukan diruangan yang gelap dengan memakai alat yang
bisa kita buat sendiri, telur angsa yang berisi calon embrio akan terlihat menyerupai ada
serabut-serabutnya, dan sebaliknya telur yang tidak berisi calon embrio maka akan
terlihat kosong saja. menyerupai gambar dibawah ini.
Telur angsa yang tidak berisi calon embrio masih layak untuk dikonsumsi dan masih bisa
kita jual dipasar untuk mengurangi modal pengeluaran kita. Pastikan untuk selalu
mengontrol suhu dikisaran 38-39°C.
Hari ke-4
- Pembalikan telur harian sesuai agenda yang sehabis kita tentukan menyerupai yang
dijelaskan diatas
- Buka sedikit lubang aneka macamentilasi mesin tetas ¼ bagian
- Kontrol suhu dalam mesin tetas dikisaran (38-39°C)
- Jangan lupa juga menyemprotkan air menyerupai yang dijelaskan diatas
Hari ke-5
- Pembalikan telur harian
- Lubang aneka macamentilasi mesin tetas dibuka ½ bagian
- Kontrol suhu dalam mesin tetas menyerupai biasa dan kontrol juga air pada bak, jikalau
air pada kolam mulai habis lakukan pengisian
- Menyemprotkan sedikit air menyerupai biasa
Hari ke-6
- Pembalikan telur harian
- Lubang aneka macamentilasi mesin tetas mulai dibuka ¾ bagian
- Kontrol suhu dalam mesin tetas antara (37,8-38,8°C)
Hari ke-7
- Pembalikan telur harian menyerupai biasa
- Lubang aneka macamentilasi esin tetas dibuka semuanya
- Pada hari ke tujuh inilah peneropongan telur yang kedua dilakukan untuk mengetahui
perkembangan embrio (hidup atau meninggal). Embrio yang meninggal ditandakan
dengan bercak darah atau lapisan darah pada salah satu sisi kerabang telur sedang
embrio yang hidup berkembang ditandakan dengan jumlah serabut yang terlihat
semakin terperinci dan banyak.
- Pengontrolan suhu menyerupai biasa
- Penyemprotan sedikit air menyerupai biasa
Hari ke-8 hingga ke-13
- Pembalikan telur harian
- Pengontrolan suhu menyerupai biasa dikisaran (38-39°C)
- Pengontrolan air pada kolam juga harus dilakukan, jikalau air mulai berkurang maka
perlu dilakukan penambahan
- Penyemprotan sedikit air pada telur menyerupai biasa
Hari ke-14
- Pembalikan telur harian
- Pengontrolan suhu menyerupai biasa dikisaran (38-39°C)
- Pada hari ke 14 inilah penropongan telur teakhir dilakukan untuk mengetahui embrio
yang hidup atau sehabis meninggal. Telur yang hidup/fertile akan terlihat buram dan
berisi, sedangkan telur yang tidak menetas/non fertile akan terlihat buram juga dan bila
dipegang akan terdengar kocak.
Hari ke 15 hingga ke-20
- Pembalikan telur harian
- pengontrolan suhu biasa ontrol suhu biasa dikisaran (38-39°C), dan lakukan
penambahan air pada kolam jikalau mulai habis.
- Penyemprotan sedikit air menyerupai biasa
Hari ke-21
- Pembalikan telur harian
- Pengontrolan suhu harian dikisaran (38-39°C)
- Penyemprotan sedikit air pada telur harian
Hari ke-22 hingga ke-25
- Pembalikan telur harian
- Pengontrolan suhu menyerupai biasa dikisaran (38-39°C) dan tambahkan air pada
kolam jikalau habis
Hari ke-26 hingga ke-27
- Pada hari ke 26 inilah pembalikan telur dihentikan, alasannya ialah masuk hari ke 26
ini ada beberapa telur yang sehabis mulai retak {mau menetas}
- Pengontrolan suhu menyerupai biasa dikisaran (38-39°C)
Hari ke-28
- Pada hari ke 28 inilah telur-telur sehabis banyak yang menetas {hampir semua sehabis
menetas}
- Keluarkan anak bebek/meri yang sehabis menetas setelah bulunya sehabis mulai
kering
- Keluarkan cangkang telur dari rak mesin penetas
- tungulah hingga hari ke 29 supaya semua telur dipastikan sehabis menetas
- Jika semuanya sehabis menetas maka mesin tetas tersebut sanggup kita bersihkan
dengan cara dicuci memakai detergent atau desinfektan lainya dan keringkan untuk
dipakai menetaskan telur angsa selanjutnya.
Disaat proses menetaskan telur angsa dengan mesin tetas tersebut berlangsung
jangan lupa menyiapkan kain yang higienis dan kering. Kain tersebut dipakai untuk
berjaga-jaga disaat meninggal lampu. Apabila meninggal lampu berlangsung maka
kunjunglah menutup telur-telur tersebut dengan kain yang sehabis kita siapkan supaya
suhu telur angsa yang kita tetaskan tetap terjaga
Dave Holderread. 1981. The Book Of Geese a Complete Guide To Raising The Home
Flock. Corvallis Oregon: USA.
http://blogternakunggas.blogspot.com/2015/11/ternak-angsa.html
https://www.thepoultrysite.com/publications/diseases-of- poultry/212/aspergillosis
https://pdfcoffee.com/qdownload/tugas-makalah-anekadocx-pdf-free.html
https://kicaumaniah.blogspot.com/2018/06/cara-menetaskan-telur-angsa-
dengan.html
Leclerq, B., Blum, J.C., Sauveur, B. & Stevens, P. 1987. Nutrition of geese. In feeding non-
ruminant livestock, 110 -112. Butterworths London, England
Paimin, Farry B. 2011. Mesin Tetas: Ragam Jenis, Cara Membuat, Teknik Mengelola.
Jakarta: Penebar Swadaya
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah “Produksi Aneka Ternak
Unggas”
Oleh:
Kelompok 9
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2021
I
PEMBAHASAN
2. Tatalaksana Pemeliharaan
• Pembagian periode pemeliharaan
Anak burung walet yang baru menetas tidak berbulu dan sangat lemah.
Anak walet yang belum mampu makan sendir perlu disuapi dengan telur
semut (kroto segar) tiga kali sehari. Selama 2–3 hari anak walet ini masih
memerlukan pemanasan yang stabil dan intensif sehingga tidak perlu
dikeluarkan dari mesin tetas. Setelah itu, temperatur boleh diturunkan 1–2
derajat/hari dengan cara membuka lubang udara mesin. Setelah berumur ±
10 hari saat bulu-bulu sudah tumbuh anak walet dipindahkan ke dalam kotak
khusus. Kotak ini dilengkapi dengan alat pemanas yang diletakan ditengah
atau pojok kotak. Setelah berumur 43 hari, anak-anak walet yang sudah siap
terbang dibawa ke gedung pada malam hari, kemudian dletakan dalam rak
untuk pelepasan. Tinggi rak minimal 2 m dari lantai. Dengan ketinggian ini,
anak waket akan dapat terbang pada keesokan harinya dan mengikuti cara
terbang walet dewasa.
• Ransum dan Air Minum
Burung walet merupakan burung liar yang mencari makan sendiri.
Makanannya adalah serangga-serangga kecil yang ada di daerah pesawahan,
tanah terbuka, hutan dan pantai/perairan. Untuk mendapatkan sarang walet
yang memuaskan, pengelola rumah walet harus menyediakan makanan
tambahan terutama untuk musim kemarau. Beberapa cara untuk
mengasilkan serangga adalah:
- Menanam tanaman dengan tumpang sari.
- Budidaya serangga yaitu kutu gaplek dan nyamuk.
- Membuat kolam dipekarangan rumah walet.
- Menumpuk buah-buah busuk di pekarangan rumah.
• Pengendalian penyakit
1) Tikus
Hama ini memakan telur, anak burung walet bahkan sarangnya. Tikus
mendatangkan suara gaduh dan kotoran serta air kencingnya dapat
menyebabkan suhu yang tidak nyaman. Cara pencegahan tikus dengan
menutup semua lubang, tidak menimbun barang bekas dan kayu-kayu yang
akan digunakan untuk sarang tikus.
2) Semut
Semut api dan semut gatal memakan anak walet dan mengganggu burung
walet yang sedang bertelur. Cara pemberantasan dengan memberi umpan
agar semut-semut yang ada di luar sarang mengerumuninya. Setelah itu
semut disiram dengan air panas.
3) Kecoa
Binatang ini memakan sarang burung sehingga tubuhnya cacat, kecil dan tidak
sempurna. Cara pemberantasan dengan menyemprot insektisida, menjaga
kebersihan dan membuang barang yang tidak diperlukan dibuang agar tidak
menjadi tempat persembunyian.
4) Cicak dan Tokek
Binatang ini memakan telur dan sarang walet. Tokek dapat memakan anak
burung walet. Kotorannya dapat mencemari raungan dan suhu yang
ditimbulkan mengganggu ketenangan burung walet. Cara pemberantasan
dengan diusir, ditangkap sedangkan penanggulangan dengan membuat
saluran air di sekitar pagar untuk penghalang, tembok bagian luar dibuat licin
dan dicat dan lubang-lubang yang tidak digunakan ditutup.
• Kandang
Dalam memelihara burung wallet, kandang atau tempat tinggal adalah
yang utama. Burung wallet senang bersarang disudut langit-langit bangunan.
Rumah wallet tidak perlu terlalu besar, asalkan burung wallet dapat bersarang
dengan tenang. Kemudian, ventilasi pada bangunan adalah hal yang penting
agar menjaga suhu didalam bangunan kandang burung wallet. Kelembaban
yang dibutuhkan adalah sekitar 26-30 derajat celcius. Peletakan ventilasi
dapat diberikan jarak sekitar 4 meter agar tidak terlalu dingin.
Pada umumnya, ukurang rumah burung walet sangat bervariasi, bisa
gedung 5 lantai atau 2 lantai dengan ketinggian per lantainya 2-2,5 meter. Ada
pula rumah walet berukuran 8×12 meter atau tipe lebih kecil ukurannya
sebesar 4×4 meter. Desain masing-masing gedung tersebut harus mempunyai
dinding dengan ketinggian 3 m atau lebih karena burung walet tidak akan
membuat sarang jika ketinggian dinding kurang dari 3 m. Bahan yang
digunakan untuk membangun rumah walet dapat menggunakan kayu ulin
sebagai tiang, seng sebagai dinding luar, dan alumunium foil untuk penahan
panas agar suhu tetap stabil. Selain itu, untuk meredam panas bisa
menggunakan bahan-bahan alternatif seperti, kardus, atap daun, dan segala
bahan yang berasal dari alam.
Kandang Burung Walet
• Peralatan
Habitat alami burung walet adalah gua kapur yang jauh dari kebisingan
dan aktivitas manusia. Untuk membuat rumah walet yang nyaman, rumah
tersebut harus menghadirkan nuansa seperti gua kapur. Cukup tambahkan
sekat saja sebagai tempat yang potensial bagi walet merangkai sarangnya.
Perlu diperhatikan pula jumlah sekat yang ditambahkan pada bentuk dalam
rumah walet. Karena kalau terlalu banyak, dapat menyebabkan suhu ruangan
menjadi terlalu panas. Untuk pemasangannya, berikan jarak antar sek qat
atau papan sirip lebih kurang 30 cm sampai 50 cm. Agar walet merasa lebih
nyaman, buatlah papan sirip ini dari bahan kayu agar terasa seperti di alam
liar.
Kelembaban di dalam gedung walet adalah hal yang sangat penting untuk
budidaya sarang burung walet. 80-95% adalah kelembaban yang ideal untuk
gedung walet. Kalau kelembaban berada dibawah 80%, bentuk sarang walet
tidak bagus, sarangnya cepat kering dan lepas sebab daya lekatnya kurang,
daging sarangnya tipis serta mudah remuk. Selain itu kalau kelembaban
terlalu tinggi, sarangnya bisa menjadi kekuning-kuningan sehingga harga
sarang lebih rendah. Di samping itu, kayu sirip di atap bisa mudah berjamur
sehingga menyebabkan burung walet enggan bersarang. Cara yang digunakan
untuk menciptakan kelembaban di gedung yaitu dengan membuat kolam di
dalam gedung dan di luar gedung, sehingga proses penguapan bisa
menambah kelembaban merata dalam gedung atau bisa juga dengan hujan
buatan.
3. Penetasan Telur Burung Walet
Penetasan merupakan salah satu upaya menjaga dan meningkatkan populasi
burung wallet sehingga system panen buang telur yang menghasilkan kualitas dan
kualitas sarang yang optimal dapat dilakukan, dan telur wallet ditetaskan dengan mesin
tetas. Walaupun demikian, penetasan telur burung wallet menggunakan mesin tetas
belum banyak dilakukan. Menurut Rustama (2005), penetasan telur burung wallet
menggunakan mesin tetas khusus mempunyai spesifikasi seperti suhu mendekati suhu
induk yaitu 34-35 derajat celcius yang dapat dicapai menggunakan lampu pijar 20 watt,
wadah kecil dengan kapasitas 250 telur burung wallet per penetasan, tempat
menyimpan telur dilengkapi pelapis busa lembut, dan kelembaban yang konstan sekitar
70% untuk pertumbuhan embrio (Alhaddad, 2003).
Telur dimasukkan kedalam rak telur secara merata atau tidak tumpang tindih.
Selama dua kali dalam sehaari, telur dibalik dengan hati-hati untuk menghindari
kerusakan embrio. Pada hari ketiga, dilakukan peneropongan telur untuk melihat
apakah ada embrio yang rusak atau tidak. Telur yang kosong atau memiliki embrio yang
rusak akan dibuang. Tanda dari embrio yang rusak adalah memiliki lingkaran darah gelap
dibagian tengah telur. Sedangkan telur yang embrionya hidup akan terlihat seperti
sarang laba-laba. Pembalikan telur dilakukan sampai hari ke-12.
Pada hari ke 13-15, telur akan menetas. Anak burung wallet yang baru menetas
sangat lemah, sehingga harus diberikan makan dengan cara disuapi telur semut
sebanyak tiga kali sehari. Selama 2-3 hari, anak wallet masih memerlukan suhu yang
hangat, sehingga tidak perlu dikeluarkan dari mesin tetas. Setelah itu, suhu boleh
diturunkan sebanyak 1 derajat celcius perharinya dengan cara membuka lubang udara
mesin. Setelah usia anak burung wallet mencapai 10 hari, bulu burung wallet sudah
mulai tumbuh sehingga perlu dipindahkan ke kotak khusus. Kotak ini dilengkapi dengan
alat pemanas yang diletakkan ditengah atau diujung kotak. Setelah berumur 43 hari,
anak wallet yang sudah siap terbang dibawa ke gedung pada malam hari, agar dapat
meniru wallet dewasa terbang.
DAFTAR PUSTAKA
Alhaddad., A.A.K. 2003. Penetasan Telur Walet. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Saepudin, Rustama. 2005. Kajian Tentang Penetasan Telur Walet (Collocia fuciphaga).
Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu. Bengkulu.
Agro. 2021. Cara Budidaya Ternak Burung Walet Modern Cepat Panen. Diakses pada
11/11/2021. https://www.agroniaga.com/cara-budidaya-ternak-burung-walet-
modern-cepat-panen/.
PRODUKSI ANEKA TERNAK UNGGAS
“Pembibitan dan Penetasan Kalkun”
Disusun Oleh :
Kelompok 10
Kelas A
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
rahmat, berkat, dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah “Pembibtan dan
Penetasan Kalkun” yang diajukan untuk memenuhi tugas Produksi Aneka Ternak
Unggas.
Penulisan makalah ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya dukungan dari
berbagai pihak baik itu berbentuk moril maupun materil. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Kami berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi
pembaca.
ii
DAFTAR ISI
Bab Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................ ii
DAFTAR ISI .................................................................................... iii
I. PEMBAHASAN
1.1 Pemilihan Bibit dan Pembagian Periode Pemeliharaan .......... 1
1.2 Ransum ................................................................................... 2
1.3 Pengendalian Penyakit ............................................................ 3
1.4 Perkandangan .......................................................................... 4
1.5 Tatalaksana Pemeliharaan....................................................... 7
1.6 Penetasan ................................................................................ 7
1.7 Penanganan Setelah Penetasan .............................................. 9
II. PENUTUP
2.1 Kesimpulan .............................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 11
iii
I
PEMBAHASAN
1.1 Pemilihan Bibit dan Pembagian Periode Pemeliharaan
Seleksi induk kalkun merupakan tahap awal yang menentukan
keberhasilan produktivitas kalkun. Seleksi ini bertujuan untuk mendapatkan bibit
kalkun yang berkualitas sehingga dapat diharapkan keberhasilan
pengembangbiakan kalkun yang menyangkut produktivitas telur, fertilitas, daya
tetas, dan kualitas anak kalkun lebih dapat dicapai. Secara umum bibit kalkun
lokal dikatakan baik atau unggul jika memiliki beberapa kriteria sebagai berikut :
• Berasal dari keturunan kalkun yang sehat, bebas dari berbagai penyakit
terutama yang dapat diturunkan secara vertikal (seperti pulorum, black
head, dan lain-lain).
• Sesedikit mungkin berasal dari perkawinan keluarga (inbreeding).
• Berpenampilan fisik tegap, sehat, kuat, utuh/sempurna, dan tidak cacat.
• Umur kalkun jantan yang sudah memasuki dewasa kelamin yaitu 7–8 bulan,
bobot badan sekitar 6–7 kg dan tidak terlalu gemuk; sedangkan betina
dewasa siap bertelur adalah berumur 5–6 bulan dengan bobot badan sekitar
3–4 kg, badannya sudah terlihat relatif bulat tetapi tidak terlalu gemuk,
sehat, tidak pernah mengidap penyakit yang dicirikan antara lain: gerakan
lincah, mata jernih dan bersinar, sayap kuat, dan bulu-bulunya rapi bersih
dan mengilap, kloaka bersih, serta kotoran (feces) padat dan relatif kering.
• Kalkun jantan berpenampilan berani dengan ciri sering mengembangkan
sayap, warna jengger dan pial merah cerah segar.
• Kalkun betina yang sudah menginjak dewasa mulai menunjukkan birahi
dengan ciri-ciri sering berposisi mendekam, siap melakukan perkawinan. v
Sebaiknya kalkun-kalkun ini berasal dari hasil seleksi sejak umur 2–3 bulan.
Jika diamati dari percepatan pertumbuhan dan kebugaran anak kalkun
sebenarnya masa starter kalkun adalah sampai umur 6 minggu. Pada masa
starterini anak kalkun masih dalam kondisi kritis dan rawan terhadap penyakit
serta mudah stress. Sehingga perlu mendapat perhatian yang lebih dibandingkan
1
setelah melewati masa starter ini. Beberapa pendapat pada masa ini perlu
dilakukan potong paruh (debeaking) untuk mengendalikan kalkun saling
mencabut bulunya dan kanibalisme. Masa starter kalkun lokal sebenarnya
berlangsung sampai umur 6 minggu. Untuk tujuan pembesaran sebaiknya
dimulai pada umur 8 minggu. Selain karena pada umur ini kalkun lebih mudah
beradaptasi dalam lingkungan berbeda, teknik pemeliharaan pada umur ini juga
lebih sederhana dan pertumbuhan akan lebih cepat sehingga akan lebih mudah
dilakukan oleh banyak orang, serta secara ekonomi lebih mudah dipasarkan
(marketable).
1.2 Ransum
Kebutuhan protein dan energi kalkun berdasarkan tingkat umur
Ransum/Kg Umur (Minggu)
0-4 4-8 8-12 12-16 16-20 20-24 Bibit
Protein 28 26 22 19 16.5 14 14
Kalori 2800 g 2900 g 3000 g 3100 g 3200 g 3300 g 2900 g
(kkal/kg)
Sumber protein hewani yang dapat digunakan untuk ransum kalkun
adalah tepung ikan, tepung kepala udang, dan tepung rajungan. Sedangkan
sumber protein nabatinya antara lain bungkil kelapa dan bungkil biji sawit. Bahan
ini bagus digunakan dalam persentase terbatas (maksimal sekitar 10–15%).
Bungkil kedelai mempunyai kandungan protein yang tinggi. Untuk pertumbuhan
dan perkembangan kalkun ternyata merupakan sumber protein nabati yang
ideal (sangat baik bagi pertumbuhan dan tidak berpengaruh buruk jika
digunakan dalam jumlah banyak) serta relatif murah. Bahan baku pakan kalkun
yang sangat potensial digunakan dan perlu dikembangkan adalah hijauan daun.
Bahan ini dapat dipersiapkan lebih dulu baik dalam bentuk segar maupun
tepung/serbuk. Secara alami kalkun menyukai hijauan daun (memiliki
palatabilitas yang tinggi terhadap banyak jenis daun).
2
Hijauan daun sangat disukai dan tampaknya dibutuhkan oleh kalkun.
Kalkun yang diberi hijauan daun tampak lebih bugar/segar serta lincah.
Dagingnya menjadi lebih padat dibandingkan dengan kalkun yang tidak diberi
hijauan daun. Dari sisi pemeliharaan, pemberian hijauan daun juga memberi
pengaruh positif antara lain mengurangi sifat kanibalisme kalkun dan saling
memakan bulu sesama kalkun. Diduga ini disebabkan terpenuhinya beberapa
jenis vitamin dan mineral serta antioksidan yang terkandung dalam hijauan.
Hijauan daun juga dapat diberikan dalam bentuk tepung atau serbuk dan
dicampurkan dalam ransum sehingga kandungan proteinnya dapat lebih mudah
diperhitungkan. Keuntungan lainnya merupakan keunggulan tersendiri ternak
kalkun. Pemberian hijauan daun pada ternak kalkun akan memberikan
keuntungan lebih di antaranya selain sebagai substitusi asupan protein, hijauan
daun pada umumnya banyak mengandung vitamin, antioksidan, dan mineral
serta beberapa jenis daun berkhasiat obat sehingga dapat mengurangi biaya
pakan dan obat-obatan.
Pemberian pakan/ransum dalam sehari dapat dilakukan tiga kali yaitu
pagi, siang, dan sore hari. Khusus untuk hijauan daun lebih baik diberikan pada
siang hari karena berpengaruh positif mengurangi dehidrasi pada tubuh kalkun.
Ini terlihat dari kalkun yang diberi makan daun pada siang hari tidak
menunjukkan haus yang berlebihan. Kebutuhan ransum ini juga tergantung
cuaca setempat khususnya suhu dan kelembaban di dalam kandang. Dalam suhu
udara yang relatif tinggi dan kering, umumnya kalkun mengonsumsi ransum
lebih sedikit karena banyak minum. Khusus untuk kalkun yang baru menetas
(DOT) sampai umur sekitar tiga hari diberikan ransum yang sudah disterilkan
lebih dulu untuk untuk meminimalisir anak kalkun terserang penyakit yang
bersumber dari ransum atau bahan baku yang digunakan.
3
penyakit ini. Namun demikian untuk aplikasi yang lebih tepat perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut. Dengan selalu menjaga sanitasi kandang yang baik dan
sistem kandang panggung juga sangat menekan penyebaran penyakit ini.
Penyakit yang disebabkan oleh virus, antara lain Infectious Bronchitis (IB),
Tetelo (New Casle Disease/ND) dan Avian Influenza (AI) saat ini masih menjadi
momok bagi peternak kalkun. Penyakit ini dapat berakibat sangat fatal dan bisa
menyebabkan kematian hingga 100%. Penyakit ini belum ditemukan obatnya,
beberapa antibiotik hanya bermanfaat untuk mencegah atau menekan infeksi
sekunder oleh bakteri. Pencegahan dapat dilakukan dengan vaksinasi.
Penularan/penyebaran sangat cepat dapat melalui kalkun sendiri atau unggas
atau mahluk hidup lainnya termasuk manusia, peralatan kandang, atau
kendaraan pengangkut pakan. Oleh karena itu benteng penangkal pertama yang
paling penting adalah dilakukan biosecurity yang ketat dan tepat. Dengan cara
ini tampaknya penyakit ini tidak lagi menjadi momok bagi peternak kalkun.
Apapun penyakitnya, tindakan pertama kali yang harus dilakukan
sebelum penyakit menyebar/menular ke kalkun yang lain adalah segera
dilakukan isolasi dan karantina bagi kalkun yang sakit, baru kemudian dilakukan
pengobatan serta kandang tempat kalkun sakit segera disemprot dengan
desinfektan atau pindah kandang yang sudah disterilkan
Jika kemungkinannya kecil untuk dapat disembuhkan lebih baik kalkun
yang sakit segera dimusnahkan dengan cara dibakar dan dikubur dalam tanah.
Tindakan lain yang harus dilakukan adalah secara rutin (minimal satu minggu
sekali) kandang harus disemprot dengan desinfektan agar lingkungan lebih steril
dan mencegah berkembangnya suatu penyakit yang mungkin timbul.
1.4 PERKANDANGAN
Kalkun bibit lokal membutuhkan ruang sekitar 0,5 m per ekor. 2 Jika sex
ratio 1 : 4 maka dibutuhkan ruang/kandang sebesar 2,5–3,0 m . Supaya dapat
melakukan perkawinan dengan baik, halaman kandang diberikan lahan/ruang
untuk bermain/penggembalaan 2 (ranch) seluas sekitar 2–3 m /ekor. Agar
4
penggembalaan (ranch) kalkun dapat dirotasi, ranch dapat dibuat pada halaman
depan dan belakang kandang. Jika lahan terbatas dan hanya dapat dibuat satu
lahan ranch harus sering dikosongkan dan/atau disterilisasi dengan desinfektan
yang tidak membahayakan kalkun. Penanaman rerumputan/hijauan daun dapat
dilakukan di lahan ini dan pagar pembatas. Ini bermanfaat sebagai sumber pakan
alami dan juga berfungsi sebagai peneduh sehingga tercipta udara yang lebih
sejuk. Lingkungan seperti ini sangat disukai dan baik untuk kalkun bibit.
Fase Starter
Ada beberapa jenis kandang untuk kalkun starter, yaitu umur 0–2
minggu, 2–4 minggu, dan 4–8 minggu. Pada umur ini anak kalkun sebaiknya
ditempatkan dalam box dilengkapi penghangat (brooder). Temperatur brooder
yaitu 90–95°F pada minggu ke-1; 85–90°F pada minggu ke-2; 80–85°F pada
minggu ke-3; dan pada minggu ke-4 adalah 75–80°F. Namun demikian setelah
lewat umur 4 minggu biasanya bulu kalkun sudah penuh sehingga hanya kadang-
kadang diperlukan penghangat (pada musim dingin/hujan), namun pada malam
hari masih dibutuhkan penerangan.
5
Fase Grower dan Finisher
Bentuk dan konstruksi kandang untuk kalkun grower dan finisher
berbentuk panggung. Dalam satu kandang terdiri dari beberapa petak. Panggung
bertujuan untuk meminimalkan terjangkitnya kalkun terhadap beberapa
penyakit terutama yang berasal dari kotoran kalkun yang berserakan di tanah.
Sedangkan petak-petak dalam kandang untuk mengurangi penyebaran penyakit.
Seandainya mau disediakan lahan penggembalaan, sanitasi, dan biosecurity
harus benar-benar terjaga dan dapat dikendalikan. Perbedaan antara kandang
grower dan fnisher hanya pada lubang-lubang alas panggung, yaitu pada grower
dibuat lebih kecil dibandingkan untuk finisher. Dibandingkan dengan cara dilepas
di alam bebas atau kandang yang mempunyai tempat bermain (ranch), kandang
panggung seperti ini sebenarnya mempunyai beberapa kelemahan yaitu kalkun
cenderung kekurangan vitamin-mineral dan menjadi kurang kuat/bugar dan
lincah.
6
1.5 Tatalaksana Pemeliharaan
Pemeliharaan merupakan salah satu aspek untuk menentukan
keberhasilan menghasilkan produk. Tatalaksana pemelihaaan yang tepat akan
menghasilkan produksi yang baik. Tatalaksana pemeliharaan yang baik meliputi
pemberian pakan, pemberian air minum, bentuk dan ukuran kandang yang
digunakan, pemberian vitamin dan penanganan kesehatan meliputi vaksinasi,
pencegahan dan pengobatan ayam sakit. Faktor lingkungan dapat
mempengaruhi pemeliharaan meliputi kelembaban dan suhu Pemilihan bibit
merupakan salah satu faktor penting dalam pemelihaaan. Bibit yang baik maka
akan menghasilkan produksi yang baik. Kunci keberhasilan ternak kalkun adalah
menggunakan kalkun yang berproduksi tinggi.
1.6 Penetasan
Berdasarkan perkembangan embrio dalam telur kalkun, mesin tetas
dapat dipisahkan dalam dua tahap yaitu mesin tetas setter yang digunakan
hanya untuk menghangatkan (incubator) pada hari ke 1–25 dan mesin hatcher
yang digunakan pada hari ke 26–28 hanya untuk telur yang menjelang menetas
sampai menetas. Dengan menggunakan mesin tetas seperti ini daya tetas telur
kalkun dapat mencapai 70–80%.
Selama telur berada dalam ruang mesin tetas dibutuhkan beberapa
kondisi lingkungan yang harus dikendalikan, yaitu:
a. Suhu atau temperatur udara dalam ruangan mesin tetas. Pada minggu
pertama dipertahankan stabil pada sekitar 99,5°F atau 37°C. Pada minggu-
minggu berikutnya suhu dapat ditingkatkan sedikit dan bertahap hingga
minggu ke-4 sekitar 101°F atau 38°C.
b. Daya tetas dan kualitas anak kalkun akan menurun jika telur terlalu banyak
kehilangan air atau sebaliknya jika terlalu lembab atau basah. Kelembaban
yang optimal selama proses penetasan pada minggu ke-1 s.d. ke-3 antara 65–
75% RH. Pada akhir minggu ke-4 (menjelang menetas) ditingkatkan menjadi
7
75–90% RH. Untuk meningkatkan dan atau mempertahankan kelembaban
dapat digunakan humidifer secara sederhana.
c. Aerasi (pertukaran CO -O )yang baik dalam ruangan mesin tetas harus dijaga
dengan cara memberi ventilasi pada mesin tetas. Ini bertujuan agar telur
cukup mendapatkan oksigen dan tidak keracunan CO . Beberapa literatur
menyebutkan maksimum 2 kadar CO yang dianggap aman adalah 0,25–
0,30%.
d. sebelum telur tetas dimasukkan dalam mesin tetas, harus dipastikan bahwa
mesin tetas sudah disterilkan terlebih dahulu untuk menghindari berbagai
bibit penyakit yang dapat menyerang embrio dalam telur atau anak kalkun
yang sudah menetas. Sterilisasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, di
antaranya dengan mencuci atau menyemprotkan cairan desinfektan atau
fumigasi.
e. Sebelum dimasukkan dalam mesin tetas, telur harus dibersihkan/dicuci
dengan air desinfektan hangat (hangat hangat kuku atau sekitar 4 C) dan
segera dikeringkan dengan kain bersih. pencucian/pencelupan dengan air
hangat adalah salah satu cara pre-heating yang berfungsi meningkatkan dan
menyeragamkan kelembaban dan suhu telur yang relatif rendah selama
penyimpanan. Pre heating juga dapat dilakukan dengan menjemur dibawah
sinar matahari pagi sekitar 15 menit setelah pencucian telur.
f. Posisi telur dalam mesin tetas pada hari pertama dan kedua adalah tegak
lurus dengan posisi bagian runcing di bawah. Pada hari ketiga setelah
dilakukan pemutaran posisinya adalah miring 45o dengan bagian tumpul di
atas.
g. Pemutaran telur dapat dilakukan 3–5 kali dalam sehari dalam interval waktu
yang relatif sama. Pemutaran telur dilakukan pada hari ke-3 dan dihentikan
pada hari ke-26 atau pada awal berada di mesin hatcher. Posisi telur
sebaiknya miring (+ 45 ) dengan bagian tumpul di atas.
h. Pada hari ke-5 sebaiknya dilakukan pemeriksaan telur (candling) untuk
mengeluarkan telur tetas yang tidak fertil/infertil (tidak dibuahi) atau embrio
8
yang mati. Pada hari ke-25, candling dapat dilakukan kembali untuk
membuang telur yang gagal berkembang atau mati atau busuk.
1.7 Penanganan setelah menetas
a. Tempat berupa box, litter, dan kerikil zeolite yang dalam kondisi kering dan
steril. Litter sebaiknya ditaburi dengan sedikit kapur atau serbuk zeolite.
Penggunaan kapur atau serbuk zeolite adalah untuk menyerap air (urine dan
kemungkinan air minum yang tumpah) sehingga tidak basah.
b. Suhu di dalam ruangan box merata 35°C selama satu minggu dan diturunkan
bertahap hingga sekitar 26–28°C pada minggu ke-4. Untuk keperluan ini
dapat digunakan pemanas (brooder).
c. Lama pencahayaan yang dibutuhkan anak kalkun sejak dipindahkan dari
mesin tetas adalah 24–48 jam tergantung kebugaran anak kalkun. Untuk
selanjutnya dibutuhkan ruangan gelap di malam hari sekitar 6–8 jam.
d. Air minum steril perlu disiapkan sampai anak kalkun berumur dua minggu.
e. Pakan kalkun harus selalu steril dan baru
f. Vaksinasi awal anak kalkun sebaiknya dilakukan semasa anak kalkun umur 2–
3 hari dan kemudian diulang pada umur 3 minggu dan selanjutnya setiap 3
bulan. Kandang box sebelum digunakan harus dicuci, dikapur, dan dilakukan
fumigasi atau deinfeksi. Ini bertujuan untuk menghindari pencemaran
ruangan box dan litter.
g. Penempatan anak kalkun dapat dipindahkan pada box yang dapat beralaskan
kawat ram berlapis plastik atau koran pada umur 10–14 hari (setelah kaki
cukup kuat) sampai umur 4–6 minggu.
9
II
PENUTUP
2.1 Kesimpulan
Cara budidaya kalkun diantaranya dengan pemilihan bibit ayam kalkun, lokasi
dan kandang kalkun dan perawatan dan pemberian makanan ayam kalkun yang dapat
berupa konsentrat pakan jadi pada masa pertumbuhan, ataupun memeberikan pakan
biasa seperti bekatul, jadung, dan lain-lain. Serta memeberikan hijaun atau sayuran
untuk menambahakan gizi dan juga melakukan vaksin agar terhindar dari penyakit.
Hal-hal yang hars diperhatikan saat menetaskan telur kalkun adalah suhu dan
temperature yaitu 37°C, kelembaban selama proses penetasan adalah 75% RH, selain
kelembaban diperhatikan ventilasi untuk pertukaran oksigen dan karbondioksida. Mesin
tetas harus disterikan terlebih dahulu, telur sebelum dimasukkan harus dibersihkan
dengan air desinfektan hangat, posisi telur dalam mesin tetas tegak lalu pada hari ketiga
miring 45o, pemutaran telur dilakukan 3-5 kali sehari, dan pada hari ke 5 sebaiknya
dilakukan pemeriksaan telur (candling).
Penanganan setelah menetas meliputi box atau litter harus kering dan steril
sebaiknya ditaburi kapur untuk menyerap air. Suhu dalam box merata 35o C selama satu
minggu dan diturunkan secara bertahap hingga 26–28°C. Lama pencahayaan yang
dibutuhkan anak kalkun adalah 24-48 jam. Pakan kalkun harus selalu steril dan baru.
Vaksin pertama dilakukan pada saat umur 2-3 hari dan diulang pada umur 3 minggu dan
selanjutnya tiap 3 bulan. Penempatan anak kalkun dapat dipindahkan pada box yang
dapat beralaskan kawat ram berlapis plastik atau koran pada umur 10–14 hari (setelah
kaki cukup kuat) sampai umur 4–6 minggu.
10
DAFTAR PUSTAKA
Dwi Sunaryati P, Bambang Cahyo M., & Kismiati, S. (2016). Kalkun Edisi 2. Semarang: Sarana
Utama.
11