Anda di halaman 1dari 7

1

MANAJEMEN PERKANDANGAN
DI UPTD BPPTDK MARGAWATI GARUT

(oleh: Muhamad Mukhlis)

Abstrak

Praktik Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan pada tanggal 3 - 28


Januari 2018 PKL dilaksanakan di Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai
Perbibitan Ternak Domba dan Kambing (UPTD BPPTDK) Margawati Garut
provinsi Jawa Barat.
PKL ini bertujuan untuk meningkatkan wawasan, keterampilan,
mencari dan mendapat informasi serta menambah pengetahuan baru di
lapangan serta memahami manajemen dan sistem perkandangan hewan
ternak, khususnya ternak domba dan kambing yang ada di daerah Garut ini.
Secara umum peternakan yang dikelola oleh UPTD BPPTDK
Margawati sudah sangat baik dilihat dari segi manajemen, breeding dan
feeding. Menurut saya, model kandang yang digunakan di UPTD BPPTDK
Margawati ini merupakan model kandang yang ideal untuk ternak domba,
karena model yang digunakan adalah model kandang panggung. Mengapa
kandang harus ideal? Karena kandang merupakan tempat bagi ternak atau
hewan untuk melakukan segala aktifitas, mulai dari pemberian pakan,
pemberian minum, tempat ternak untuk di mandikan, tempat untuk ternak
dalam proses melahirkan, dan lain-lain. Sarana prasarana yang lain juga
mendukung untuk produksi, seperti halnya gudang konsentrat, gudang silase,
gudang peralatan dan transportasi sudah sangat memadai.

Kata Kunci: PKL, Kandang, UPTD BPPTDK

A. Latar Belakang
Kandang merupakan salah satu prasarana yang penting untuk
mendukung suatu proses dalam mencapai kesuksesan di bidang usaha
peternakan. Kandang yang merupakan tempat bagi ternak atau hewan untuk
melakukan segala aktifitas, mulai dari pemberian pakan, pemberian minum,
tempat ternak untuk di mandikan, tempat untuk ternak dalam proses
melahirkan, dan lain-lain. Kandang juga melindungi ternak dari berbagai
gangguan yang disebabkan oleh lingkungan seperti panas matahari, hujan,
angin yang kencang, dan lain sebagainya.
Kandang harus dibangun senyaman mungkin, sehingga ternak merasa
nyaman dan aman sehingga produktivitas meningkat. Konstruksi kandang
yang belum sesuai dengan persyaratan teknis dapat mengganggu
produktivitas ternak, kurang efisien dalam penggunaan tenaga kerja dan
berdampak pada lingkungan disekitanya. Produktivitas ternak dapat
2

dipengaruhi oleh lingkungan fisik diantaranya adalah angina, hujan dan


perubahan iklim. (Nugraha,2013)
Sebagai salah satu bagian dari penataan ruang kawasan peternakan,
orientasi lokasi dan arah kandang dapat ditentukan melalui pendekatan pada
karakteristik iklim. Konsep penatan ruang kawasan peternakan dapat
dilakukan melalui orientasi kandang terhadap pergerakan angin dan orientasi
kandang terhadap pergerakan matahari. Akses transportasi kawasan
peternakan juga memberikan andil yang besar terhadap efisiensi waktu dan
tenaga kerja selama kegiatan operasional peternakan.
Kontruksi kandang tentunya harus kuat dan tahan lama, penataan dan
perlengkapan kandang hendaknya dapat memberikan kenyaman kerja bagi
petugas dalam proses produksi seperti memberi pakan, pembersihan kandang,
pemeriksaan birahi dan penanganan kesehatan.
Menurut Rianto (2004) ada beberapa persyaratan yang perlu
diperhatikan dalam pembuatan kandang, diantaranya:
1. Kandang dibuat dari bahan yang murah tetapi kuat, serta mudah
didapatkan dari daerah sekitar.
2. Pertukaran udara di dalam kandang harus berlangsung dengan baik
3. Sinar matahari harus dapat masuk ke dalam kandang
4. Kandang mudah dibersihkan
5. Kandang terletak jauh dari tempat tinggal
6. Lingkungan kandang bersih dan kering
7. Tidak banyak dilewati lalu lintas umum.
Selain dari hal-hal yang disebutkan di atas, ada beberapa syarat lain
yang perlu diperhatikan dalam pembuatan kandang, diantaranya:
1. Letak kandang harus lebih tinggi daripada lingkungan sekitarnya.
2. Terlindung dari angin langsung terutama angina dingin karena dapat
menyebabkan penyakit pneumonia
3. Kandang berada di tempat yang mudah membuat selokan agar pada
waktu hujan air dapat mengalir serta tidak menggenang di sekitar
kandang.
Menurut Eka (2006) seperti halnya rumah bagi manusia, fungsi
kandang adalah sebagai tempat istirahat yang nyaman, maka bangunan
kandang perlu direncanakan sedemikian rupa sehingga bangunan kandang
mampu memenuhi fungsi yang diharapkan, diantaranya:
1. Menolong peternak untuk dapat mencapai produksi optimal dari
ternaknya, dapat menjalankan usaha secara ekonomis, menambah
usia pemakaian peralatan
3

2. Menghemat tenaga, menunjang kesehatan, dengan pengaturan


kandang yang luwes dan efisien.
3. Mampu memenuhi kebutuhan hidup ternak seperti makan, minum,
dan istirahat juga kesehatan ternak tersebut.
4. Menarik dan rapi sehingga kandang tersebut menyenangkan sebagai
tempat tinggal ternak.
Selain itu, kandang berfungsi sebagai pelindung ternak dari hewan
hewan lain yang mengganggu, sengatan panas matahari, hujan dan suhu
dingin (Sarwono, 2011)

B. Tujuan
Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah:
1. Mengetahui sistem perkandangan yang diterapkan di UPTD BPPTDK
Margawati, Garut
2. Mengetahui bagaimana keadaan perkandangan di UPTD BPPTDK
Margawati, Garut
3. Mengetahui sarana dan prasarana yang digunakan di perkandangan UPTD
BPPTDK Margawati, Garut

C. Metode Pengamatan
1. Waktu dan Tempat
Waktu : 3 - 28 Januari 2018
Tempat : UPTD BPPTD Margawati, Garut

2. Metode Pelaksanaan
Mahasiswa yang melakukan PKL di UPTD BPPTD Margawati,
Garut mengikuti seluruh kegiatan yang di laksanakan di tempat tersebut.
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menggunakan
data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan
dan wawancara langsung dengan pegawai UPTD BPPTD Margawati,
Garut. Sedangkan data sekunder diperoleh dari literature dan dokumen
perusahaan yang mendukung.

D. Hasil dan Pembahasan


1. Lokasi Kandang
UPTD BPPTD Margawati berlokasi di Kelurahan Sukanegla,
Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih karena jauh dari
jalan raya namun berada dekat dengan pemukiman warga yang mayoritas
4

merupakan pekerja UPTD, sehingga memudahkan pengawasan dan


penjagaan dari berbagai gangguan dan hal yang tidak terduga. Kandang
yang baik biasanya memberikan perlindungan yang aman bagi ternak
yang menghuninya. Hal tersebut sesuai dengan penyataan Sarwono, 2011
yang menyebutkan bahwa kandang sebaiknya dibangun agak jauh dari
lalu lintas. Namun ada hal yang tidak sesuai dengan pernyataan Sarwono
yang menyebutkan bahwa kandang sebaiknya juga berada jauh dari rumah
warga agar hewan dapat hidup dengan tenang.
Menurut Deputi Menristek (2011) juga menyatakan bahawa
penempatan yang baik adalah minimal 5 meter dari rumah supaya kondisi
kandang tetap segar. Kandang yang terlalu dekat dengan rumah dapat
menyebabkan kontaminasi yang tinggi dari kotoran dan kemukinan
penyakit yang ditimbulkan oleh ternak. Disamping itu dapat
mengakibatkan polusi udara yang dapat dirasakan secara langsung oleh
peternak maupun para warga yang berada disekitar kandang akibat
kotoran domba.
Di Margawati, setiap kandang menghadap ke timur, agar kandang
mendapatkan penyinaran yang maksimal. Sinar matahari berguna untuk
tubuh ternak serta mengurangi kelembaban dalam kandang. Hal itu dapat
mencegah berkembangnya bibit penyakit.
Angin yang terlalu kencang dapat menyebabkan kembung pada
domba. Kandang di Margawati terlindung dari hembusan angina yang
kencang. Karena sekitar kandang ditanami beberapa macam pohon
diantanya pinus dan pohon jambu air. Hala tersebut sesuai dengan
penyataan Nobertus (Nur Kholis, 2013) untuk mencegah hembusan
angina di sekitar kandang bisa ditanami pepohonan, misalnya pohon
nangka, gamal, turi, lamtoro atau kaliandra.
2. Model Kandang
Model kandang yang diterapkan di UPTD BPPTDK Margawati
adalah model kandang panggung, karena model ini merupakan model
kandang yang paling idela untuk ternak domba dan kambing. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah (2007) yang menyatakan
bahwa model kandang yang dianjurkan adalah kandang panggung, selain
lebih menjamin kesehatan kandang panggung memungkinkan kondisi
5

lingkungan lebih bersih. Kandang panggung membuat hewan ternak lebih


nyaman berada di kandang, karena feses langsung jatuh ke kolong (bagian
bawah panggung) sehingga tidak menumpuk di dalam kandang. Model
kandang panggung juga membantu petugas dalam menanggulangi limbah
yang berupa feses maupun urin karena limbah dari kotoran ternak akan
tertampung di kolong kandang.
Kolong kandang digali dan dibuat lebih rendah daripada
permukaan tanah sehingga kotoran dan urin tertampung. Tinggi panggung
dari tanah dibuat sekitar ± (kurang lebih) 1 meter. Dengan jarak minimal
60 cm, diharapkan bagian bawah kandang dapat dengan mudah
dibersihkan dari kotoran ternak. Disamping itu juga dapat memudahkan
ternak maupun peternak untuk masuk ke dalam kandang (Roger dan
Subandriyo, 1997).
3. Ukuran Kandang
Dalam memelihara domba, ukuran kandang harus disesuaikan
dengan kebutuhan hewannya. Di UPTD BPPTDK Margawati terdapat 23
kandang, diantaranya 19 kandang pemeliharaan utama, 3 kandang
penelitian dan 1 kandang percontohan. 19 kandang utama diantaranya
kandang lepas sapih 4, kandang flushing 3, kandang kawin 2, kandang
bunting 1, dan laktasi 5, kandang pejantan 3, kandang replacement stock
1, dan kandang karantina 1 bangunan.
Kandang lepas sapih berisi 8 kandang koloni berukuran 4 m x 2,75
m dengan kepadatan 10 ekor, kandang flushing berisi 8 kandang koloni
berukuran 6 m x 3,5 m untuk kepadatan 10 ekor, kandang kawin
berukuran sama dengan flushing hanya saja kepadatannya 1:10 ekor,
kandang bunting dan laktasi berisi kandang individu dengan ukuran 100
cm x 100 cm + (jumlah anak x 50 cm x 100cm). Kandang pejantan berisi
kandang individu berukuran 1,5 m x 1 m, kandang replacement stock
berisi 12 kandang koloni berukuran 5 m x 3 m dengan kepadatan 10 ekor,
kandang karantina berisi 3 kandang koloni berukuran 3,5 m x 3 m.
Ukuran kandang tersebut sudah sesuai dengan standar, menurut
Roger dan Subandriyono (1997) adalah antara 1 m² sampai 1,2 m².
Sedangkan ukuran standar untuk betina dewasa 0,7 – 1 m², induk dengan
1 anak 1,2 – 1,5 m² dan untuk induk betina 2 anak 1,7 - 2 m². Induk
6

dengan anak yang masih menyatu karena masih menyusui ukuran


kandangnya ditambah 0,5 m² untuk setiap anak.
4. Konstruksi Kandang
Kontruksi kandang di UPTD BPPTDK Margawati masih bertahan
dari pertama kali dibangun hingga saat ini. Hal tersebut dikarenakan
kerangka kandang dibuat dengan bahan yang kuat dan kokoh karena
bangunan kandang di UPTD BPPTDK Margawati masih bertahan dari
pertama kali dibangun pada tahun 1975.
Atap kandang berfungsi untuk melindungi ternak dari panas
matahari, hujan dan angina. Bentuk atap di kandang UPTD BPPTDK
Margawati adalah bentuk biasa layaknya bangunan dan berbahan dasar
asbes. Bahan ini ideal untuk dijadikan atap karena tidak menimbulkan
panas dalam kandang dan tahan lam.
Cahyono (1998) mengungkapkan bahwa, bahan yang paling baik
adalah dari bahan genteng dan asbes karena bahan ini tidak menimbulkan
panas dalam kandang dan tahan lama. Cahyono menambahkan kelemahan
dari penggunaan bahan atap yang lain seperti daun rumbia dan alang-
alang mudah terbakar, mudah rusak, seingkali bocor dan tidak tahan lama.
Sedangkan atap dari seng dapat menyebabkan suhu dalam kandang
menjadi sangat panas dan ketika hujan menimbulkan suara gaduh yang
dapat menyebabkan ternak menjadi stress.
Lantai kandang dibuat dari potongan kayu yang rata, datar, tidak
licin, tidak terlalu keras dan tidak tajam, serta tidak mudah tembus air
dengan tujuan mencegah terjadinya kecelakaan pada ternak. Lantai juga
dibuat sejajar dengan papan lantai dengan lebar celahnya antara 1 – 1,5
cm sehingga kotoran dan urin dapat jatuh ke tempat penampungan. Selain
itu, lantai yang bercelah ini juga memudahkan pengumpulan kotoran dan
pembersihan kandang. Menurut Roger dan Subandriyo (1997), apabila
lantai menggunakan bamboo maka lebarnya ± 3 – 4 cm dengan jarak
antar bilah 1,5 cm untuk dewasa dan 1,3 cm untuk anak, jarak anatar bilah
yang terlalu lebar akan membuat ternak terperosok terutama kambing
yang masih kecil (anakan).
7

DAFTAR PUSTAKA

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah. 2007.


Cahyono, Bambang. 1998. Beternak Domba dan Kambing, Cara Meningkatkan
Bobot dan Analisis Kelayakan Usaha. Kanisius: Yogyakarta.
DEPUTI MENRISTEK. 2001. Ternak kambing.
Eka. 2006. Analisa Kandang Domba Garut di Ternak Sehat Pasir Buncir.
[Skripsi]. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Kaleka, Nobertus dan Nur Kholis Haryadi. 2013. Beternak Kambing tanpa Bau,
angon dan Ngarit. Surakarta: Arcita.
Nugraha, T. 2009. Domba Garut Bagian 1. Di akses dari
https://mtnugraha.wordpress.com/2009/07/05/domba-garut-bag-i/ (29
Januari 2018)
Rianto, Edy. 2004. Kandang Kambing. Bahan Penyuluhan Disampaikan Dalam
Rangka Pengabdian Kepada Masyarakat di Kel. Beji, Kec. Ungaran, Kab.
Semarang 5-6 September 2004. Universitas Diponegoro: Semarang.
Roger C.M, dan Subandriyo. 1997. Sheep and Goat Production Handbook for
Southeast Asia. Davis: Small Ruminant-Collaborative Reserch Support
Program, University of California Davis.
Sarwono, B. 2011. Beternak Kambing Unggul. Jakarta: Penebar Swadaya.

Anda mungkin juga menyukai